LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Retensi Air, Equilibrium Moisture Content (EMC)
Oleh:
Nama : Anysa Haryuningsari Dewi
NPM : 240110180084
Hari, Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020
Waktu/Shift : 15.30-17.00 WIB/B2
Co. Ass : 1. Ana Nadiya Afinatul Fishi
2. Nunung Nurhaija Hudairiah
3. Rini Azharini
4. Zhaqqu Ilham Alhafidz
2.1 Pengeringan
Proses pengeringan di dalam industri pertanian merupakan salah satu tahapan
yang cukup penting dari beberapa proses lainnya dalam penanganan bahan hasil
pertanian. Pengeringan dapat membantu menghambat kerusakan yang terjadi pada
bahan hasil pertanian, karena bahan yang telah dipanen masih melakukan proses
respirasi sehingga apabila disimpan dalam waktu yang lama akan mengalami
pembusukan, dengan proses pengeringan, kadar air bahan hasil pertanian dapat
dikurangi sampai tingkat kadar air kesetimbangan dengan kondisi udara luar normal
atau tingkat kadar yang setara dengan aktivitas air sehingga bahan hasil pertanian
akan aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis dan kimiawi. Tujuan
pengeringan bahan hasil pertanian adalah untuk mengurangi kandungan air bahan
sampai dengan kadar air aman, baik untuk proses pengolahan maupun penyimpanan
(Zain, 2005).
Proses pengeringan dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode laju
pengeringan tetap dan periode laju pengeringan menurun. Laju pengeringan tetap
akan berhenti pada saat air bebas dipermukaan habis dan laju pengurangan kadar
air akan berkurang secara progresif. Kadar air dimana laju pe geringan tetap
berhenti disebut kadar air kritis. Laju pengeringan menurun dibatasi oleh EMC dari
kurva kadar air antara nol dan mendekati RH 100%. Penanganan bahan hasil
pertanian dikatakan tepat jika penanganan tersebut mampu mengelola hubungan
antara faktor-faktor yang dimiliki bahan hasil pertanian diantaranya struktur bahan
biologis dan retensi air dengan lingkungan dimana bahan hasil pertanian berada,
untuk dapat memilih teknik penanganan hasil pertanian yang tepat perlu dipahami
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kualitas bahan hasil pertanian (Zain,
2005).
2.5 Oven
Oven merupakan salah satu alat laboratorium yang penting, fungsinya untuk
memamaskan atau mengeringkan alat-alat laboratorium atau objek-objek lainnya,
biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat
kimia maupun pelarut organik, dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air.
Suhu oven lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara
105ºC. Tidak semua alat gelas dapat dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas
dengan spesifikasi tertentu saja yang dapat dikeringkan, yaitu alat gelas dengan
ketelitian rendah. Sedangkan untuk alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat
dikeringkan dengan oven. Apabila alat gelas dengan ketelitian tinggi tersebut
dimasukkan ke dalam oven, maka alat gelas tersebut akan memuai dan berakibat
ketelitiannya tidak lagi teliti. Biasanya digunakan desikator untuk
mengeringkannya ( Liana, 2008).
Salah satu metode penentuan kadar air yang sederhana dan banyak digunakan
untuk produk pangan adalah metode pengeringan atau metode oven
(thermogravimetri). Pada metode ini sampel dibiarkan dalam alat pengering (oven)
pada suhu 70-1050C. Kelebihan metode ini adalah prosedurnya yang sederhana dan
data yang diperoleh cukup baik dan akurat. Tetapi, waktu yang dibutuhkan untuk
mengeringkan sampel cukup lama dan pada sampel yang mempunyai kadar gula
tinggi sangat sulit dilakukan pengeringan. Terdapat dalam analisis bahan pangan,
biasanya kadar air bahan dinyatakan dalam persen berat kering. Hal ini disebabkan
perhitungan berdasarkan berat basah mempunyai kelemahan yaitu berat basah
bahan selalu berubah-ubah setiap saat, sedangkan berat bahan kering selalu tetap.
Metode pengukuran kadar air yang umum dilakukan di Laboratorium adalah
metode oven atau dengan cara destilasi. Pengukuran kadar air secara praktis di
lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan moisture tester yaitu alat
pengukur kadar air secara elektronik. Kadar air dalam suatu bahan sering
menyebabkan masalah, diantaranya adalah sampel mudah berjamur, dalam reaksi
kimia yang tidak melibatkan air, adanya air akan mempengaruhi hasil reaksi, dalam
ekstrasi menggunakan pelarut absolut, air akan menurunkan efesiensi. Untuk
menghindari masalah tersebut, kandungan air perlu diketahui. Penentuan kadar air
biasanya dilakukan dengan pemanggangan sampel dalam oven. Selisih berat antara
sampel awal dan berat sampel akhir merupakan berat air (Sahidin, 2009).
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Kadar Air Awal Bahan
Kadar Air
No Nama Bahan Ulangan Suhu (oC) RH (%)
Awal (%)
1 8,1 26,6
2 8,3 26,7
1 Kacang Hijau
3 8,4 26,8
Rata-rata 8,3 26,7
1 14,6 26,6
2 14,9 26,7
2 Kacang Tanah
3 14,9 26,8
Rata-rata 14,8 26,7
53
1 11,8 26,6
2 11,7 26,7
4 Beras
3 11,5 26,8
Rata-rata 11,67 26,7
1 12,1 26,6
2 11,9 26,7
5 Jagung kering
3 11,9 26,8
Rata-rata 11,96 26,7
4.2 Grafik
R² = 0,75
8,35
8,3
8,25
8,2
5 15 20
Waktu (Menit)
13,5
13
y = -0,4x + 14,21
12,5 R² = 0,9981
12
5 15 20
Waktu (Menit)
Hubungan kadar air setelah pengeringan dengan waktu
10 y = -1,5x + 13,633
5 R² = 0,9643
0
5 15 20
Waktu (Menit)
Hubungan kadar air setelah pengeringan dengan waktu
10
9 y = -0,4x + 10,367
R² = 0,75
8
5 15 20
Waktu (Menit)
Hubungan kadar air setelah pengeringan dengan
waktu
Linear (Hubungan kadar air setelah pengeringan
dengan waktu)
Grafik 8. Grafik Penaikan Kadar Air terhadap Jagung Kering Waktu Setelah
Pendinginan pada Beras
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang pengukuran kadar air terhadap bahan-
bahan hasil pertanian. Pengukuran kadar air ini digunakan untuk mengurangi
kerusakan pada bahan hasil pertanian dengan mengetahui jumlah kadar air yang
tersimpan di dalam bahan hasil pertanian. Proses pengukuran kadar air praktikum
kali ini menggunakan proses mekanis. Keuntungan menggunakan proses mekanis
yaitu lebih cepat sedangkan kekurangannya yaitu alat yang digunakan cukup mahal.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu kacang hijau, kacang tanah,
beras dan jagung kering. Pengukuran RH dan suhu pada kondisi ruangan,
pengeringan dan pendinginan secara berturut-turut adalah 53% dan 26,7℃; 88%
dan 150℃; serta 36%-77% dan 1℃ - 2,5℃. Hasil pengukuran tersebut sudah
menunjukkan presisi dan keakuratan yang baik, dikarenakan semakin tinggi nilai
RH maka suhu yang dihasilkan semakin rendah. Hal tersebut sudah sesuai dengan
literasi yang ada.
Berdasarkan pengukuran kadar air pada kacang tanah, hasil yang didapatkan
dari rata-rata kadar air awal yaitu 8,3 %, sedangkan setelah dimasukkan ke dalam
oven dan desikator mengalami penurunan menjadi 8,2 % dan setelah dimasukkan
ke dalam refrigerator mengalami kenaikan menjadi 8,6 %. Hasil pengukuran pada
kacang tanah, rata-rata kadar awal yaitu 14,8%, sedangkan setelah dimasukkan ke
dalam oven dan desikator mengalami penurunan menjadi 13,4% dan setelah
dimasukkan ke dalam refrigerator mengalami kenaikan menjadi 14,3%. Hasil
pengukuran berikutnya yaitu pada bahan beras, kadar air awal rata-rata yaitu
11,67% sedangkan setelah dimasukkan ke dalam oven dan desikator, kadar air rata-
ratanya menjadi 10,6% dan setelah dimasukkan kedalam refrigerator kadar air rata-
rata menjadi meningkat yaitu 11,4 %. Hasil pengukuran bahan terakhir yaitu pada
jagung kering dengan kadar air awal rata-rata yaitu 12%, sedangkan setelah
dimasukkan ke dalam oven dan desikator kadar air rata-rata menurun menjadi 9,6%
dan setelah dimasukkan kedalam refrigerator kadar air rata-rata menjadi meningkat
yaitu sebesar 11,9%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara
keempat bahan tersebut bisa diurutkan bahan hasil pertanian yang memiliki kadar
air paling tinggi hingga paling rendah yaitu kacang tanah, jagung kering, beras, dan
kacang hijau.
Data yang sudah diperoleh kemudian dikonversi kembali ke dalam bentuk
grafik yang menunjukkan pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar air bahan.
Berdasarkan literatur, semakin lama bahan dipanaskan di dalam oven kadar air akan
semakin menurun, sedangkan apabila bahan disimpan di dalam refrigerator kadar
ai pada bahan akan semakin meningkat. Berdasarkan data yang ada, beberapa
pengukuran ada yang menunjukkan hasil tidak sesuai dengan literatur yang ada.
Contohnya pada bahan kacang tanah dan kacang hijau. Pada kacang hijau terjadi
penaikan kadar air setelah pengeringan dan terjadi penurunan setelah pendinginan,
sama dengan kacang tanah, mengalami penurunan kadar air setelah pendinginan.
Hal tersebut diakibarkan dari beberapa faktor diantaranya kesalahan penggunaan
moisture tester yang tidak dikalibrasi terlebih dahulu dengan baik atau tidak
dibersihkan dahulu sebelum digunakan, sehingga mengakibatkan kadar air bahan
yang diukur terkontaminasi oleh bahan yang diukur sebelumnya.
Faktor lainnya bisa dikarenakan alat yang digunakan sudah mengalami
penurunan kinerja alat sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat. Selain itu, bisa
juga dikarenakan ketika bahan yang sudah dikeluarkan dari refrigerator seharusnya
langsung diukur terlebih dahulu menggunakan moisture tester tetapi karena
keterbatasan alat yang ada, pengukuran harus dilakukan satu persatu setiap cawan
sehingga secara tidak langsung bahan yang sudah dikeluarkan suhu dan RH bahan
terkontaminasi dengan suhu dan RH ruangan. Hal ini dapat menyebabkan adanya
perubahan pada kadar air yang dimana seharusnya meningkat setelah dilakukan
pendingan tetapi mengalami penurunan. Bahan yang dimasukkan ke dalam oven,
walau sudah dimasukkan kedalam desikator yang dimana memiliki fungsi untuk
mempertahankan kelembaban bahan yang peka terhadap udara lembab dengan
memanfaatkan kaca tebal dibagian tutup desikator untuk mencegah masuknya uap
air kedalam desikatro tak menutup kemungkinan setelah dikeluarkan dari desikator
akan terkontaminasi dengan suhu ruangan yang mengakibatkan adanya perubahan
kadar air. Penentuan meningkatkan atau menurunnya kadar air pada bahan hasil
pertanian juga dapat dipengaruhi oleh sifat fisik dari bahan tersebut, apakah bahan
tersebut mudah terjadinya perubahan kadar air atau sukar berubah. Data kadar air
yang sudah diperoleh bisa digunakan untuk memilih penanganan yang tepat untuk
bahan hasil pertanian agar memperpanjang umur simpan bahan hasil pertanian.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan kali ini adalah :
1. Semakin tinggi kadar air pada suatu bahan maka semakin tinggi kemungkinan
bahan untuk rusak;
2. Bahan hasil pertanian yang memiliki kadar air yang paling tinggi hingga
paling rendah yaitu kacang tanah, jagung kering, beras, dan kacang hijau;
3. Semakin lama proses pendinginan maka kadar air akan meningkat dan
semakin lama proses pengeringan maka kadar air akan menurun;
4. Adanya kesalahan dalam pengukuran kadar air pada bahan kacang hijau dan
kacang tanah yaitu peningkatan kadar air setelah pengeringan dan penurunan
kadar air setelah proses pendinginan;
5. Faktor yang mempengaruhi kadar air bahan hasil pertanian diantaranya daya
simpan bahan, air bebas dan air terikat, kadar air basis basah dan kering,
aktivitas air, kelembaban mutlak dan relative, serta sifat fisik dari bahan; dan
6. Mengetahui kadar air di dalam suatu bahan sangatlah penting untuk
menentukan perlakuan atau penanganan dari hasil pertanian tersebut.
6.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini yaitu alat-alat yang akan dipakai untuk
praktikum lebih diperhatikan kembali, agar jika ada yang rusak bisa langsung di
benarkan atau diganti agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. Desikator
Gambar 4. Cawan Alumunium
Gambar 5. Timbangan
Gambar 12. Bahan Yang Sudah Dipanaskan Lalu Dimasukkan Kedalam Desikator
Gambar 13. Melakukan Pengukuran Kadar Air Pada Bahan