Anda di halaman 1dari 15

Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL


Volume 5 Nomor 2 Juni 2017
Hal. 94-108

TINJAUAN KARAKTERISTIK TANAH UNTUK STABILISASI


LAPIS PONDASI PERKERASAN JALAN

Bambang Raharmadi

Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda


Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

ABSTRAK

Dalam pembangunan jalan sering kali terjadi tidak tersedianya sumberdaya alam yang memenuhi
syarat di lokasi pekerjaan, terutama batu pecah untuk pondasi perkerasan jalan yang harus didatangkan dari
luar daerah, yang akan mengakibatkan biaya konstruksi menjadi tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut di atas,
sebagai konstruksi alternatif adalah dengan memanfaatkan material lokal yang perlu dilakukan perbaikan
sifat-sifat fisik dan mekanik tanah lokal dari sumber quari yang akan di gunakan sebagai material stabilisasi
dengan semen harus memenuhi syarat yang diijinkan.

Prosedur yang dilakukan adalah pengujian sifat-sifat fisik dan mekanik tanah dari quari desa Bukit
Batu dan quari dusun Manyawang berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik tanah
dari quari desa Bukit Batu dan quari dusun Manyawang agar bisa digunakan sebagai bahan stabilisasi semen

Hasil uji material tanah quari desa Bukit Batu sedalam 1,5 meter dari muka tanah dengan warna tanah
kuning kecoklatan, kadar air 14,34%, berat jenis 2,637 dan quari dusun Manyawang 1,25 meter dari muka
tanah dengan warna tanah kuning kecoklatan, kadar air 13,80%, berat jenis 2,635. Uji distribusi ukuran butir
memenuhi syarat yang diijinkan untuk digunakan sebagai material stabilisasi tanah semen dengan indek
plastisitas 5,41%, 6,21% ≤ 10% syarat yang ditentukan (Hicks,2002) dan klasifikasi tanah sistem USCS
termasuk pada kelompok CL-ML yaitu lanau tak organik, lempung kepasiran dengan plastisitas rendah dan
AASHTO termasuk pada kelompok A-4 yaitu lempung lanau dengan plastisitas rendah. Uji pemadatan
ringan (standart) quari desa Bukit Batu isi kering maksimum (dmax) dari tanah 1,860 t/m3, kadar air
optimum 13,30% dan Manyawang berat berat isi kering maksimum (dmax) dari tanah1,860 t/m3, kadar air
optimum 13,30%. Uji kuat tekan bebas (UCS) quari desa Bukit Batu dan Manyawang 3,451 kg/cm2, 3,521
kg/cm2 dan uji CBR quari desa Bukit Batu dan Manyawang CBR 100 9,40%, 8,10% dan CBR 95 5,20% ,
4,65%.

Kata Kunci : Karakteristik Tanah, stabilisasi, pondasi perkerasan jalan

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 94


Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

PENDAHULUAN Tujuan Penelitian

Latar Belakang Tujuan dari penyusunan makalah ini


adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan
Jalan sebagai sistem transportasi nasional mekanik tanah agar bisa digunakan sebagai bahan
mempunyai peranan penting terutama dalam stabilisasi semen
mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya
serta lingkungan agar tercapai keseimbangan dan Manfaat Penelitian
pemerataan pembangunan antar daerah,
membentuk dan memperkokoh kesatuan nasional, Dengan melakukan penyusunan makalah
memantapkan pertahanan dan keamanan nasional ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna, baik
serta membentuk struktur ruang dalam rangka secara teoritis maupun praktis, yaitu :
mewujudkan sasaran pembangunan nasional. a. Secara teoritis
Dalam pembangunan jalan sering kali terjadi tidak 1. Mengetahui sifat-sifat fisik dan mekani
tersedianya sumberdaya alam yang memenuhi tanah lokal quari desa Bukit Batu dan dusun
syarat di lokasi pekerjaan, terutama batu pecah Manyawang.
2. Menambah pengetahuan tentang sifat-sifat
untuk pondasi perkerasan jalan yang harus
fisik dan mekanik tanah yang bisa
didatangkan dari luar daerah, yang akan digunakan sebagai bahan stabilisasi dengan
mengakibatkan biaya konstruksi menjadi tinggi. semen.
3. Menambah bahan rujukan yang dapat
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, sebagai dijadikan penyusunan makalah lebih lanjut.
konstruksi alternatif adalah dengan memanfaatkan b. Secara praktis
material lokal yang perlu dilakukan perbaikan 1. Hasil penyusunan makalah ini diharapkan
sifat-sifat fisik dan mekanik tanah lokal dari quari dapat bermanfaat dalam pembangunan jalan
desa Bukit Batu dan quari dusun Manyawang yang yang mengalami kesulitan untuk pengadaan
akan di gunakan sebagai material stabilisasi material batu pecah dan sebagai bahan
dengan semen harus memenuhi syarat yang pertimbangan pekerjaan selanjutnya.
diijinkan. Menurut Porland Cement Association 2. Sebagai alternatif bahan pengganti lapis
(1979), mensyaratakan tanah yang distabilisasi pondasi batu pecah sebagai bahan
dengan semen sebaiknya tanah-tanah berpasir dan perkerasan jalan yang mungkin dapat lebih
berkerikil, dan Hicks (2002), distribusi ukuran menguntungkan dari segi konstruksi dan
butir dan batas-batas Atterberg digunakan sebagai waktu.
dasar penilaian macam stabilisasi dengan PI ≤
10%. Perbaikan sifat-sifat mekanik tanah dengan
menembah semen untuk dimaksudkan KAJIAN PUSTAKA
meningkatkan kekuatan tanah lokal agar
memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum 2010 Landasan Teori
(revisi 3), nilai kuat tekan bebas (UCS) target
adalah ≥ 24 kg/cm2 dengan umur pemeraman 7 Sifat-sifat Fisik Tanah
hari (SNI 03-6887-2002) dan nilai CBR target
adalah ≥ 120% dengan umur pemeraman 3 hari Sifat-sifat fisik tanah (Soil Properties)
dan perendaman 4 hari (SNI 03-3438-1994) meliputi ukuran butiran tanah, warnanya, bentuk
sebagai lapis pondasi perkerasan. Usaha perbaikan butiran, dan kekerasan tanah, sedangkan tanah
tanah itu disebut stabilisasi tanah dengan cara sebagai bahan yang terdiri dari agregat mineral-
mekanis atau dengan menambah suatu bahan mineral padat yang tidak terikat secara kimia
tambah (semen). antara satu sama lain dari bahan-bahan organik
Dengan menggunakan stabilisasi tanah yang telah melapuk yang berpartikel padat disertai
lokal dengan semen ini di harapkan dapat dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
membantu mengatasi salah satu permasalah dalam kosong diantara partikel partikel padat tersebut
pembangunan jalan. (Das, 2008).
a. Pengujian Distribusi Ukuran Butir
Perumusan Masalah Distribusi ukuran butir adalah pengelompokan
besar butir analisa agregat kasar dan agregat
Makalah ini lebih di fokuskan untuk untuk halus menjadi komposisi gabungan yang
mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik tanah.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 95


Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

ditinjau berdasarkan saringan. Menurut saringan No. 200 dengan cara pengayakan
Spesifikasi Umum 2010, revisi 3 adalah tanah basah. Porland Cement Association (1979),
yang cocok digunakan untuk lapis pondasi mensyaratakan tanah yang distabilisasi dengan
semen tanah harus sesuai dengan ukuran semen sebaiknya tanah-tanah berpasir dan
partikel yang ditentukan yaitu ukuran yang berkerikil dengan gradsi ukuran butir seperti
paling besar dari partikel batu harus lebih kecil pada Tabel 2.1 sebagai berikut :
dari 75 mm dan kurang dari 50% melewati

Tabel 2.1 Gradasi Ukuran Butir Tanah Semen


Persen Berat Yang Lolos Saringan
Ukuran Saringan
Lapis Pondasi Semen Tanah

2” (50,00 mm) 100


No. 4 (4,750 mm) ≥ 55
No. 10 (2,000 mm) ≥ 37
No. 200 (0,075 mm) 10 – 35

Sumber : Hardiyatmo (2010)

Sistem klasifikasi tanah yang biasa digunakan 1. Tentukan apakah tanah berupa butiran
pekerjaan teknik sipil adalah sebagai berikut : halus atau butiran kasar secara visual
- Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan atau dengan cara menyaringnya
Unified Soil Classification System (USCS). dengan saringan nomer 200.
Sistem ini diperkenalkan oleh Cassagrande 2. Jika tanah berupa butiran kasar :
tahun 1942 yang selanjutnya disempurnakan a. Saring tanah tersebut dan
oleh Unites States Bureau Of Reclamation gambarkan grafik distribusi
(USBR) tahun 1952. Sistem ini butiran.
mengelompokkan tanah dalam dua b. Tentukan persen butiran lolos
kelompok besar, yaitu: saringan no. 4. Bila persentase
a. Tanah Berbutir Kasar ( coarse-grained- butiran yang lolos kurang dari
soil ), yaitu: tanah kerikil dan pasir 50%, klasifikasikan tanah tersebut
dimana kurang dari 50% berat total sebagai kerikil. Bila persen butiran
contoh tanah lolos saringan nomer 200. yang lolos lebih dari 50%,
Simbol kelompok ini adalah : klasifikasikan sebagai pasir.
G = untuk tanah berkerikil (Gravel) c. Tentukan jumlah butiran yang
S = untuk tanah berpasir (sand) lolos saringan no.200. Jika
W = untuk tanah bergradasi baik (well persentase butiran yang lolos
graded) kurang dari 5%, pertimbangkan
P = untuk tanah bergradasi buruk bentuk grafik distribusi butiran
(poorly graded) dengan menghitung Cu da Cc. Jika
b. Tanah Berbutir Halus (fine-grained-soil), termasuk bergradasi baik, maka
yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat klasifikasikan sebagai GW (bila
total contoh tanah lolos saringan nomer kerikil) atau SW (bila pasir). Jika
200. Simbol kelompok ini adalah : termasuk bergradasi buruk,
M = untuk lanau (silt) anorganik klasifikasikan sebagai GP (bila
C = untuk lempung (clay) anorganik kerikil) atau SP (bila pasir). Jika
O = untuk lanau-organik dan lempung- persentase butiran tanah yang lolos
organik saringan no.200 diantara 5 sampai
L = plastisitas rendah (LL < 50) (low 12%, tanah akan mempunyai
plasticity) simbol dobel dan mempunyai sifat
H = plastisitas tinggi (LL > 50) (high keplastisan (GW-GM, SW-SM, dan
plasticity) sebagainya).
Prosedur untuk menentukan klasifikasi d. Jika persentase butiran yang lolos
tanah Sistem Unified (Hardiyatmo, saringan no.200 lebih besar 12%,
2006) adalah sebagai berikut: harus dilakukan batas-batas
Atterberg dengan menyingkirkan

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 96


Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

butiran tanah yang tinggal dalam c. Untuk L (plastisitas rendah), jika


saringan no.40. Kemudian, dengan plot batas-batas Atterberg pada
menggunakan diagram plastisitas, grafik plastisitas dibawah garis A
ditentukan klasifikasinya (GM, dan area yang diarsir, tentukan
GC, SM, GM-GC atau SM- SC). klasifikasi tanah tersebut sebagai
3. Jika tanah berbutir halus : organik (OL) atau anorganik (ML)
a. Kerjakan uji batas-batas Atterberg berdasar warna, bau, atau
dengan menyingkirkan butiran perubahan batas cair dan batas
tanah yang tinggal dalam saringan plastisnya dengan
no.40. Jika batas cair lebih dari mengeringkannya didalam oven.
50%, klasifikasikan sebagai H d. Jika plot batas-batas Atterberg
(plastisitas tinggi) dan jika kurang pada grafik plastisitas jatuh pada
dari 50%, klasifikasikan sebagai L area yang diarsir, dekat dengan
(plastisitas rendah). garis A atau nilai LL sekitar 50,
b. Untuk H (plastisitas tinggi), jika gunakan simbol dobel.
plot batas-batas Atterberg pada Cara menentukan klasifikasi tanah
grafik plastisitas dibawah garis A, berdasarkan Unified Soil
tentukan apakah tanah organik Classification System seperti pada
(OH) atau anorganik (MH). Jika Tabel 2.2 berikut :
plotnya jatuh diatas garis A,
klasifikasikan sebagai CH.

Tabel 2.2 Klasifikasi Tanah Sistem USCS

Sumber : Hendarsin (2000)

- Sistem Klasifikasi Tanah American GI = (F – 3 5)(0,2 + 0,005(LL – 40) +


Association of State Highway and 0,01(F – 15)(PI -10) ........... (2.1)
Transportation Official (AASHTO) Dengan:
GI = indeks kelompok (group index)
Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah F = persen material lolos saringan no. 200
kedalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 LL = batas cair
termaksud sub-subkelompok. Tanah-tanah PI = indeks plastisitas
dalam tiap kelompoknya dievaluasi terhadap
indeks kelompoknya yang dihitung dengan Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin
rumus-rumus empiris. Pengujian yang tinggi, makin berkurang ketepatan
digunakan hanya analisis saringan dan batas- penggunaan tanahnya. Tanah granular
batas Atterberg. diklasifikasikan ke dalam klasifikasi A-1
Indeks kelompok (group index) digunakan sampai A-3. tanah A-1 granular yang
untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah bergradasi baik, sedang A-3 adalah pasir
dalam kelompoknya. Indeks kelompok bersih yang bergradasi buruk. Tanah A-2
dihitung dengan Persamaan 2.1 berikut : termasuk tanah granular (kurang dari 35%
lewat saringan no. 200), tetapi masih terdiri

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 97


Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

atas lanau dan lempung. Tanah berbutir Gambar 2.1 Nilai-nilai Batas-batas Atterberg
halus diklasifikasikan dari A-4 sampai A-7, Untuk Subkelompok A-4, A-5,
yaitu tanah lempung-lanau. Perbedaan A-6, dan A-7
keduanya berdasarkan pada batas-batas
Atterberg seperti pada Gambar 2.1 berikut : Dari Gambar 2.1, dapat digunakan memperoleh
batas-batas antara batas cair (LL) dan indeks
plastis (PI) untuk kelompok A-4 sampai A-7
dan untuk sub b kelompok dalam A-2. Dalam
tanah organik tinggi seperti gambut (peat)
diletakan dalam kelompok A-8. Sistem
klasifikasi AASHTO, dapat dilihat dalam Tabel
Sumber : Hardiyatmo (1996) 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO


Klasifikasi Material granular Tanah-tanah lanau-lempung
umum (<35% lolos saringan no. 200) (>35% lolos saringan no. 200)

A-1 A-2 A-7


Klasifikasi
A-3 A-4 A-5 A-6
kelompok A-7-5
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
A-7-6
Analisa
saringan
(% lolos)
2,00 mm 50 maks
-
(no.10) - - - - - - - -
51 -
0,425 mm 30 maks 50 - - - - - - -
min -
(no.40) maks 35 maks 35 35 maks 35 35 36 36
10 36 min
0,075 mm 15 maks 25 maks maks maks min min min
(no.200) maks
Sifat fraksi
lolos
saringan - 41 min
no.40 np 40 maks 41 40 maks 41 40 41 40 11 min
Bats cair -- min min maks min maks
(LL) 6 maks 10 maks 10 11 min 11 10 10 11
Indeks maks min maks maks min
plastis (PI)
Indeks
8 12 16 20
kelompok 0 0 0 4 maks
maks maks maks maks
(GI
Tipe
Pecahan
material Kerikil berlanau atau
batu Pasir Tanah Tanah
yang berlempung
kerikil dan halus berlanau berlempung
Pokok pada dan pasir
pasir
umumnya
Penilaian
umum
Sangat baik sampai baik Sedang sampai buruk
sebagai
tanah dasar
Sumber : Hardiyatmo (1996)

Sifat-sifat fisik dari tanah dapat digambarkan


dalam fase, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2
berikut :

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 98


Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

Isi (Volume) Berat (Weigth)

Va udara Wa

Vv Vw air Ww
W V

Vs butir Ws

Sumber : Hardiyatmo (1996)


Gambar 2.2 Diagram Fasa Tanah

Dengan: untuk tanah-tanah tak berkohesi. Sedangkan


Ws = berat butiran padat tanah kohesi tak organik berkisar di antara 2,68
Ww = berat air sampai 2,72. nilai-nilai berat jenis dari berbagai
Vs = volume butiran padat jenis tanah diberikan dalam Tabel 2.4 berikut :
Vw = volume air Tabel 2.4 Berat Jenis Tanah
Va = volume udara

b. Kadar air Macan tanah Berat jenis (Gs)


Kadar air adalah perbandingan antara berat air Kerikil 2,65-2,68
dengan berat butiran padat dari volume yang Pasir 2,65-2,68
diselidiki dengan Persamaan 2.2 berikut : Lanau anorganic 2,62-2,68
W1− W2 Lempung organic 2,58-2,65
Kadar air (W) = x 100% . (2.2) Lempung anorganic 2,68-2,75
W2− W3 Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80
c. Berat jenis Sumber : Hardiyatmo (1996)
Berat jenis (specific gravity) tanah (Gs)
didefinisikan sebagai perbandingan berat d. Batas – batas Konsentensi
volume butiran padat (Vs ) dengan berat volume Batas konsintensi adalah kedudukan fisik tanah
air (Vw) pada temperature 40oC dengan berbutir halus pada kadar air tertentu.
Persamaan 2.3 berikut : Konsintensi tergantung pada gaya tarik antara
Vs partikel mineral lempung. Kedudukan batas-
Gs =  ....................................... (2.3) batas konsintensi untuk tanah kohesif
Vw ditunjukan dalam Gambar 2.3 berikut :
Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar
antara 2,65 sampai 2,75 biasanya digunakan

batas susut batas plastis batas cair

padat semi padat plastis cair


Penambahan
kadar air

Sumber : Hardiyatmo (1996)


Gambar 2.3 Keadaan-keadaan Konsistensi Tanah

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 99


Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

Cara untuk menggambarkan batas-batas plastis dan semi padat, yaitu persentase
konsistensi dari tanah berbutir halus dengan kadar air di mana tanah dengan diameter
mempertimbangklan kandungan kadar airnya. silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika
Batas-batas tersebut yaitu : digulung (Hardiyatmo, 1996).
- Batas Cair (Liquid Limit) - Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas
air tanah pada batas antara keadaan cair dan cair dan batas plastis (Hardiyatmo, 1996)
keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah dengan Persamaan 2.4 berikut :
plastis. Porsentase kadar air dibutuhkan
untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm PI = LL – PL .................................... (2.4)
pada dasar cawan, sesudah 25 kali pukulan
didefinisikan sebagai batas cair tanah Indeks plastisitas merupakan interval kadar
tersebut (Hardiyatmo, 1996). air dimana tanah masih bersifat plastis.
- Batas Plastis (Plastic Limit). Batasan mengenai indeks plastis, sifat,
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai macam tanah dan kohesif oleh Atterberg
kadar air pada kedudukan antara daerah terdapat dalam Tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.5 Nilai indeks plastisitas dan macam tanah

PI Sifat Macam Tanah Kohesi


0 Non Plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7 – 17 Plastisitas rendah Lempung berlanau Kohesif
>17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif
Sumber : Hardiyatmo (1996)

Menurut Hicks (2002), distribusi ukuran yang akan digunakan, seperti yang
butir dan batas-batas Atterberg digunakan ditunjukkan pada Tabel 2.6 berikut :
sebagai dasar penilaian macam stabilisasi

Tabel 2.6 Petunjuk Awal Untuk Pemilihan Metode Stabilisasi.


Material lolos > 25% lolos saringan < 25% lolos saringan
Saringan no.200 No. 200 (0,075 mm) No. 200 (0,075 mm)
 6 (PI x
Indeks
persen lolos
Plastisitas  10 10 - 20  20  10  10
saringan
PI (%)
no.200  6)
Bentuk stabilisasi :
Semen dan
Tidak
campuran Cocok Ragu Cocok Cocok Cocok
cocok
pengikat
Tidak
Kapur Ragu Cocok Cocok Ragu Cocok
cocok
Tidak
Aspal (bitumen) Cocok Ragu Cocok Cocok Ragu
cocok
Aspal/semen Tidak
Cocok Ragu Cocok Cocok Ragu
dicampur cocok
Tidak Tidak Tidak
Granular Cocok Cocok Ragu
cocok cocok cocok
Lain-lain Tidak Tidak
Cocok Cocok Ragu Cocok
campuran cocok cocok
Sumber : Hardiyatmo ( 2010)

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 100
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

Petunjuk dari Tabel 2.6 hanya sebagai 1. Mempertinggi kuat geser tanah.
pertimbangan awal, dan dapat digunakan 2. Mengurangi sifat mudah mampat
untuk maksud modifikasi tanah, seperti: (kompresibilitas).
stabilisasi dengan kapur untuk membuat 3. Mengurangi permeabilitas.
material lebih kering dan mengurangi 4. Mengurangi perubahan volume sebagai
plastisitasnya. akibat perubahan kadar air.

Sifat-sifat Mekanik Tanah Pemadatan tanah dapat dilaksanakan di


lapangan maupun di laboratorium. Dilapangan
Sifat Mekanik Tanah yaitu perilaku tanah
biasanya tanah akan digilas dengan mesin
akibat diberikannya gaya terhadap tanah yang
penggilas yang didalamnya terdapat alat
meliputi kuat geser tanah, sudut geser dalam, nilai
penggetar, getaran akan menggetarkan tanah
kohesi tanah dan lain-lain.
sehingga terjadi pemadatan. Sedangkan
dilaboratorium menggunakan pengujian ringan
a. Pengujian Pemadatan
(standart), yang disebut dengan uji Proctor,
Pemadatan adalah suatu proses memadatnya
dengan cara suatu palu dijatuhkan dari
partikel tanah sehingga terjadi pengurangan
ketinggian tertentu beberapa lapisan tanah di
volume udara dan volume air dengan memakai
dalam sebuah mold. Dengan dilakukannya
cara mekanis. Kepadatan tanah tergantung
pengujian pemadatan tanah ini, maka akan
banyaknya kadar air, jika kadar air tanah sedikit
terdapat hubungan antara kadar air dengan berat
maka tanah akan keras begitu pula sebaliknya
volume. Derajat kepadatan tanah diukur dari
bila kadar air banyak maka tanah akan menjadi
berat volume keringnya, hubungan berat
lunak atau cair. Pemadatan yang dilakukan pada
saat kadar air lebih tinggi daripada kadar air volume kering (d), berat volume basah (b ) dan
kadar air (w) dinyatakan dengan Persamaan 2.5
optimumnya akan memberikan pengaruh
terhadap sifat tanah. Tujuan pemadatan tanah dan Gambar 2.4 berikut :
adalah memadatkan tanah pada kadar air
optimum dan memperbaiki karakteristik b
mekanisme tanah. Maksud pemadatan tanah d =  ..................................... (2.5)
(Hardiyatmo, 1996) adalah sebagai berikut: 1+w

Berat volume kering

d maks.

w opt. Kadar air (w)


Sumber : Hardiyatmo (1996)
Gambar 2.4 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Volume Tanah(d
maks)

Untuk mengetahui kadar air yang optimum ditentukan dengan penumbuk dengan massa
pada tanah, maka dilakukan pengujian dan tinggi jatuh tertentu. Apabila diketahui
pemadatan , pengujian tersebut dilakukan berat tanah basah didalam cetakan yang
dengan pemadatan sampel tanah basah (pada volumenya diketahui, maka berat isi basah
kadar air terkontrol) dalam suatu cetakan dapat langsung dihitung dengan Persamaan 2.6
dengan jumlah lapisan tertentu. Setiap lapisan berikut :
dipadatkan dengan sejumlah tumbukan yang

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 101
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

Ww + Ws kurva hubungan antara kadar air (w) sebagai


b =  ................................ (2.6) absis dan berat volume tanah kering sebagai
V ordinat, puncak kurva sebagai nilai d
(maksimun), kurva yang digunakan adalah
γ basah adalah perbandingan berat tanah basah
kurva dari uji pemadatan tanah (Proctor). Dari
dalam cetakan dengan volume cetakan, kadar
titik puncak dit ditarik garis vertikal memotong
air diperoleh dari tanah yang dipadatkan. Untuk
absis, pada titik ini adalah kadar air optimum
tanah berbutir halus dalam mendapatkan kadar
seperti pada Gambar 2.5 berikut :
air optimum digunakan batas plastisnya. Buat

Berat volume kering

d maks.

w Kadar air (w)


opt.

Sumber : Hardiyatmo (1996)


Gambar 2.5 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Volume Tanah(kadar air
optimum)

b. Uji Kuat Tekan Bebas (UCS) Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen)
antara tekanan yang diperlukan untuk
Pengujian ini merupakan cara dilakukan di
menembus tanah dengan piston berpenampang
laboratorium untuk menghitung kekuatan geser
bulat seluas 3 inch dengan kecepatan 0,05
tanah. Uji kuat tekan bebas ini mengukur
inch/menit terhadap tekanan yang diperlukan
seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang
untuk menembus bahan standard tertentu.
diberikan sampai sampel tanah berbentuk
Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah
silinder yang bebas bagian sampingnya tersebut
dasar dengan cara percobaan CBR diperoleh
terpisah dari butiran-butirannya (pecah) juga
nilai yang kemudian dipakai untuk menentukan
mengukur regangan tanah akibat tekanan.
tebal perkerasan yang diperlukan di atas lapisan
Pengujian kuat tekan ini dilakukan pada tanah
yang nilai CBRnya tertentu. Dalam menguji
asli dan juga pada tanah yang sudah diberi
nilai CBR tanah dapat dilakukan di
campuran semen. Namun untuk tanah yang
laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada
sudah diberi campuran semen, pengujian
kontruksi jalan baru merupakan tanah asli,
dilaksanakan pada waktu peram 7 hari.
tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah
Pembacaan tegangan pada pengujian kuat tekan
dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95%
bebas ini dibatasi sampai regangan 20%.
dari kepadatan maksimum. Dengan demikian
Adapun perhitungan untuk uji kuat tekan bebas
daya dukung tanah dasar tersebut merupakan
dengan Persamaan 2.7 berikut :
nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban
setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini
ΔL
disebut CBR rencana titik dan karena disiapkan
Regangan axial : ε = ........... (2.7)
di laboratorium, disebut CBR laborataorium.
Lo
Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka
lapisan perkerasan diatasnya akan semakin tipis
ε = regangan axial
dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung
ΔL = perubahan panjang
tanah rendah), maka akan semakin tebal lapisan
Lo = Panjang contoh awal
perkerasan di atasnya sesuai beban yang akan
dipikulnya.
c. Uji California Bearing Ratio (CBR)

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 102
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

Ada 2 macam pengukuran CBR yaitu : kedalaman 1,2 meter kadar air optimum
29,43%, berat volume kering 1,34 gr/cm3.
1. Nilai CBR untuk penekanan pada penetrasi
0,254 (0,1”) terhadap penetrasi standar yang METODE PENGUJIAN
besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi) dengan
Persamaan 2.8 berikut : Tahapan Pengujian
P1
Pengujian dilakukan terhadap tanah lokal quari
CBR = x 100% (kg/cm2 ). ........(2.8)
desa Bukit Batu dan dusun Manyawang dalam
70,37 kondisi terganggu (disturbed). Tahapan pengujian
dilaksanakan sesuai dengan bagan alir seperti pada
2 Nilai CBR untuk tekanan pada penetrasi
Gambar 3.1 berikut :
0,508 (0,2”) terhadap tekanan standar yang
besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi) dengan
Persamaan 2.9 berikut : Mulai

P2
CBR = x 100% (kg/cm2). .........(2.9) Menyiapkan material :
105,56 Tanah Lokal

STUDI PUSTAKA Pengujian Material

Penelitian-penelitian tentang stabilisasi tanah


semen telah banyak dilakukan sebelumnya lainya,
seperti yang dilakukan oleh : Tanah Bukit Batu : Tanah Manyawang:

a. Bambang R (2014) melakukan penelitian judul Pengujian Sifat Fisik Pengujian Sifat Fisik
“Peningkatan Nilai Kuat Tekan Bebas (UCS) - Gradasi Butiran - Gradasi Butiran
Tanah Yang Distabilisasi dengan Semen - Kadar Air - Kadar Air
sebagai Lapis Pondasi Atas”. Dari hasil - Berat Jenis - Berat Jenis
penelitian untuk perbaikan tanah dicampur - Batas –batas Atterberg - Batas –batas Atterberg
dengan semen sangat berpengaruh terhadap Pengujian Sifat Mekanik Pengujian Sifat Mekanik
kuat tekan bebas (UCS) dari tanah asli 3,481 - Pemadatan - Pemadatan
kg/cm2 setelah distabilisasi dengan semen - Kuat Tekan Bebas (UCS) - Kuat Tekan Bebas (UCS)
meningkat sangat signifikan menjadi UCS7hr - CBR - CBR
minimum 19,811 kg/cm2 dengan kadar semen
5% dan maksimum 37,559 kg/cm2 dengan
kadar semen 12%, UCS14hr minimum 20,473 Analisa Hasil
kg/cm2 dengan kadar semen 5% dan maksimum
47,465 kg/cm2 dengan kadar semen 12%.
Laporan
b. I Gusti Ayu I. L (2014), melakukan penelitian
dengan judul : “Karakteistik Tanah Lempung
Ekspansif (Studi Kasus di Desa Tanah Awuk, Selesai
Lobok Tengah)”. Tanah lempung ekspansif
Tanah Awuk memeliki kadar air rata-rata
sebesar 47,50%, berat jenis 2,71, batas cair Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pengujian
125,84%, batas plastis 28,45%, batas susut
9,88% dan indeks plastisitas 97,39% dengan
klasisikasi AASTHO merupakan tanah berjenis HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
sedang sampai buruk sedangkan klasifikasi
Dalam penelitian ini mengulas tentang pengujian
USCS merupakan tanah lempung dengan
plastisitas tinggi (CH). Uji pemadatan pada sifat-sifat fisik dan mekanik tanah quari desa
Bukit Batu dan dusun Manyawang dalam kondisi
kedalaman 0,6 meter kadar air optimum
terganggu (disturbe) yang memenuhi syarat agar
20,34%, berat volume kering 1,37 gr/cm3 dan
bisa digunakan sebagai material stabilisasi
dengan semen. Dalam pengambilan sampel tanah

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 103
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

quari desa Bukit Batu sedalam 1,5 meter dari Dari kedua sampel untuk uji berat jenis tanah
muka tanah dengan warna tanah kuning quari dusun Manyawang 2,635 < 2,637 quari
kecoklatan dan quari dusun Manyawang 1,25 desa Bukit Batu. Berdasarkan Tabel 2.4, tanah
meter dari muka tanah dengan warna tanah kuning
kedua quari ini termasuk katagori lanau
kecoklatan.
anorganic dan lempung organic.
Sifat-sifat Fisik Tanah
c. Analisa Saringan
a. Kadar Air
Gradasi ukuran butir material tanah sangat
Dari kedua sampel untuk uji kadar air tanah
penting dan salah satu faktor yang
quari dusun Manyawang 13,80% < 14,34% mempengaruhi terhadapat kekuatan.
quari desa Bukit Batu. Berdasarkan hasil analisis uji distribusi yang
plot dalam satu grafik logaritmik terlihat tren
b. Berat Jenis persentasi dari ukuran butir material yang
seperti pada Gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Hasil Uji Distribusi Ukuran Butir Material Tanah

Dari hasil pengujian distribusi ukuran butir Spesifikasi Umum 2010, revisi 3) sedangkan
tanah dapat dilihat pada Gambar 3.1 quari desa Bukti Batu hanya memenuhi
menunjukan material untuk pekerjaan Lapis persyaratan Spesifikasi Umum 2010, revisi 3,
Pondasi Tanah Semen dari quari dusun dengan komposisi ukuran butiran dapat di lihat
Manyawang memenuhi persyaratan yang di pada Tabel 3.4 adalah sebagai berikut :
ijinkan (Porland Cement Association ,1979 dan

Tabel 3.4 Hasil Gradasi Material Tanah


Jumlah Persen (%)
No. Uraian
Bukit Batu Manyawang

1 Agregat Kasar 0 3,11


2 Agregat Sedang 23,85 56,27
3 Agregat Halus 51,42 30,52
4 Tertahan # 200 26,79 20,42
5 Lolos # 200 24,79 10,10

d. Batas-batas Atterberg material tanah lokal dapat di lihat pada Tabel


3.5 adalah sebagai berikut :

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 104
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

Dari analisis pengujian batas-batas Atterberg

Tabel 3.5 Batas-batas Atterberg Material Tanah

No. Pengujian Jumlah Persen (%) Hicks ,2002


Bukit Batu Manyawang

1. Batas Cair 20,9 0 24,60


2. Batas Plastis 15,49 18,39
3. Indeks Plastisitas 5,41 6,21 < 10

Hasil dari pengujian Batas Cair diplot dalam Berdasarkan Klasifikasi Tanah Sistem
grafik didapat hasil seperti Gambar 3.2 sebagai AASHTO dan hasil pengujian batas cair (LL)
berikut : serta indek plastisitas (PI), yang diplotkan
dengan diagram plastisitas, quari desa Bukit
35
Batu dan dusun Manyawang termasuk pada
30
kelompok A-4 yaitu lempung lanau dengan
plastisitas rendah dapat dilihat pada Gambar
MOISTURE CONTENT ( % )

25 OMC = 24,60 %

OMC = 20,90 %
3.4 berikut :
20

15 70
Keterangan :
10 60 Quari Manyawang
Quari Bukit Batu

Indek Plastisitas (PI) %


5 50
0 10 20 30 40 50
NUMBER OF BLOWS
40

Gambar 3.2 Hasil Pengujian Batas Cair Material A - 7 -6


30
Tanah
20

A- 6 A- 7- 5
Berdasarkan penguian batas-batas Atterberg 10
A- 4 A- 5
dari quari desa Bukit Batu indeks plastisitas -
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
5,41% dan quari dusun Manyawang indeks Batas Cair (LL) %

plastisitas 6,21% ≤ 10% cocok digunakan Sumber : Hardiyatmo (1996)


sebagai stabilitasi dengan semen memenuhi Gambar 3.4 Nilai-nilai Batas-Batas Atterberg
syarat yang ditentukan (Hicks 2002). dan untuk Subkelompok A-4, A-5,A-
termasuk golongan plastisitas rendah. 6 dan A-7
Klasifikasi Tanah Sistem USCS berdasarkan
hasil batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI), Sifat-sifat Mekanik Tanah
yang diplotkan dengan diagram plastisitas, a. Uji Pemadatan
quari desa Bukit Batu dan dusun Manyawang Hasil uji pemadatan ringan (standart)
termasuk pada kelompok CL-ML yaitu lanau diperoleh data seperti pada Tabel 3.6 berikut :
tak organik, lempung kepasiran dengan Tabel 3.6 Hasil Pengujian Pemadatan
plastisitas rendah dapat dilihat pada Gambar Ringan Tanah
3.3 berikut : Hasil Pengujian
80 No. Pengujian Bukit
Keterangan : Manyawang
70 Quari Manyawang Batu
Quari Bukit Batu
60
Indek Plastisitas (PI) %

50
BATAS ATAS CH
1. Berat isi kering 1,860 1,855
40

30
2. (t/m3) 13,3 13,0
20 CL-ML
CL
OH-MH Kadar air optimum
10
ML-OL
(%)
-
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Batas Cair (LL) % Berdasarkan hasil uji pemadatan ringan tanah
dapat diplotkan dalam satu grafik hubungan antara
Sumber : Hendarsin (2000)
berat isi kering maksimum (dmax) dan kadar air
Gambar 3.3 Diagram Plastisitas Tanah
Berbutir Halus Sistem USCS

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 105
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

optimum (Wopt) didapat seperti pada Gambar 3.5 5,0


Keterangan :
berikut : 4,0
Quari Manyawang
Quari Bukit Batu

Tegangan (kg/cm2)
2,000
3,0
Keterangan :
1,950 Quari Manyawang
Quari Bukit Batu 2,0
1,900 ZAV
Berat isi kering (t/m3)

MDD = 1,860 t/m 3 1,0


1,850
MDD = 1,855 t/m 3

1,800 0,0
0 1 2 3 4 5 6 7

1,750 Regangan
Manyawang qu max = 3,524 kg/cm 2

OMC = 13,0 %

OMC = 13,3 %
Bukit Batu qu max = 3,451 kg/cm 2
1,700

1,650
Gambar 3.6 Hasil Uji Kuat Tekan Bebas Tanah
1,600
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kadar air (%) c. Uji California Bearing Ratio (CBR)
Berdasarkan hasil uji pemadatan
Gambar 3.5 Hubungan Kadar Air dengan Berat standart dan uji CBR tanah quari
Isi Kering dusun Manyawang CBR 100 9,40%
> 8,10% quari desa bukit batu dan
b. Uji Kuat Tekan Bebas (UCS) quari dusun Manyawang CBR 95
Berdasarkan hasil uji UCS tanah quari dusun 5,20% > 4,65% quari desa Bukit
Manyawang 3,521 (kg/cm2) > 3,451 (kg/cm2) Batu. Perbandingan hasil uji antara
quari desa bukit batu. Perbandingan hasil uji kedua quari tesebut diplotkan dalam
UCS antara kedua quari tesebut diplotkan dalam grafik seperi pada Gambar 3.7
grafik seperti pada Gambar 3.6 berikut berikut :

2,10 2,10

2,00 2,00
Berat Isi Kering (t/m3 )

1,90 1,90
MDD = 1,860 t/m 3
MDD = 1,855 t/m 3

1,80 1,80
Ma x. MC = 16,50 %

Ma x. MC = 17,50 %
Min. MC = 9,00 %

Min. MC = 9,45 %

CBR 95 = 4,650 %

CBR 100 = 9,40 %


CBR 100 = 8,10 %
CBR 95 = 5,20 %
OMC = 13,00 %

OMC = 13,30 %

1,70 1,70

1,60 1,60
6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14
Kadar Air (%) CBR (%)

Gambar 3.7 Hubungan Hasil Uji Pemadatan dan CBR Tanah

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 106
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

PENUTUP 2. Jarak quari ke lokasi pekerjaan diperhitungkan


dan metode pelaksanaan mana yang lebih
Kesimpulan menguntungkan dengan pencampuran di quari
(pugmill) atau di lokasi pekerjaan (soil
Berdasarkan hasil analisis dalam penyusunan
stabilizer).
penelitian ini, maka dapat simpulkan antara lain :
1. Sampel tanah quari desa Bukit Batu sedalam DAFTAR PUSTAKA
1,5 meter dari muka tanah dengan warna tanah
kuning kecoklatan, kadar air 14,34%, berat Badan Standar Nasional, (2008). Cara Uji
jenis 2,637 dan quari dusun Manyawang 1,25 Penentuan Kadar Air Untuk Tanah Dan
meter dari muka tanah dengan warna tanah Batuan Dilaboratorium (SNI 1965-2008).
kuning kecoklatan, kadar air 13,80%, berat Jakarta
jenis 2,635. Tanah kedua quari tersebut
berdasarkan berat jenis dikatagori lanau Badan Standar Nasional, (2008). Cara Uji
anorganic dan lempung organic. Penentuan Batas Cair Tanah (SNI 1967-
2. Uji distribusi ukuran butir tanah quari desa 2008). Jakarta
Bukit Batu dan Manyawang memenuhi syarat
Badan Standar Nasional, (2008). Cara Uji Berat
yang diijinkan untuk digunakan sebagai
Jenis Tanah (SNI 1964-2008). Jakarta
material stabilisasi tanah semen dengan indek
plastisitas 5,41%, 6,21% ≤ 10% syarat yang
Badan Standar Nasional, (2008). Cara Uji
ditentukan (Hicks,2002) dan klasifikasi tanah
Penentuan Batas Plastisitas dan Indeks
sistem USCS termasuk pada kelompok CL-ML
Plastisitas Tanah (SNI 1966-2008).
yaitu lanau tak organik, lempung kepasiran
Jakarta
dengan plastisitas rendah dan AASHTO
termasuk pada kelompok A-4 yaitu lempung Badan Standar Nasional, (2008). Cara Uji
lanau dengan plastisitas rendah.
Analisis Butir Tanah (SNI 3423-2008).
3. Uji pemadatan ringan (standart) quari desa Jakarta
Bukit Batu isi kering maksimum (dmax) dari
tanah 1,860 t/m3, kadar air optimum 13,30% Badan Standar Nasional, (2089). Cara Uji
dan Manyawang berat berat isi kering Kepadatan Ringan Untuk Tanah (SNI 03-
maksimum (dmax) dari tanah1,860 t/m3, kadar 1742-1989). Jakarta
air optimum 13,30%.
Badan Standar Nasional, (1989). Metode
4. Uji kuat tekan bebas (UCS) quari desa Bukit Pengujian CBR Laboratorium (SNI 03-
Batu dan Manyawang 3,451 kg/cm2, 3,521 1744-1989). Jakarta
kg/cm2.
5. Uji CBR quari desa Bukit Batu dan Badan Standar Nasional, (1994). Metode
Manyawang CBR 100 9,40%, 8,10% dan CBR pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif
95 5,20% , 4,65.
(SNI 03-3638-1994). Jakarta
6. Dari hasil pengujian sifat-sifat fisik dan Das. (2008). Advanced Soil Mechanics. Third
mekanik kedua quari tersebut memenuhi Edition. Publishing by Taylor & Francis.
persyaratan sebagai material untuk lapis New York, U.S.A
pondasi tanah semen.
I Gusti Ayu I. L (2014) Karakteristik Tanah
Lempung Ekspansif (Studi Kasus di Desa
Saran Awuk, Lombok Tengah. Fakultas Teknik
Berdasarkan kesimpulan dari penyusunan Universitas Islam Al-Azhar Mataram.
penelitian ini, maka di saran sebagai berikut : Gane C. Swara Vol. 8 no. 2 September
2014
1. Dianjurkan untuk lapis pondasi tanah semen
material tanah yang ideal harus berbutir Hardiyatmo, H.C, (2010), Stabilisasi Tanah Untuk
(laterit) atau tanah kepasiran dan sirtu ini lebih Perkerasan Jalan, Gajah Mada University
ekonomis ditinjau dari segi kadar semen. Press, Yogyakarta.

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 107
Tinjauan Karakterisik Tanah untuk Stabilisasi…, Bambang Raharmadi

Hardiyatmo, HC, (2006), Mekanika Tanah 1,


Edisi Keempat, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.

Hendarsin, (2000). Perencanaan Teknik Jalan


Raya. Penerbit Politeknik Negeri
Bandung

R, Bambang (2014) Peningkatan Nilai Kuat


Tekan Bebas (UCS) Tanah Yang
Distabilisasi dengan Semen sebagai Lapis
Pondasi Atas. Jurnal Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Palangka Raya ISSN 1979-6676 Januari
2014

Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan


Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum, (2015).
Spesifikasi Umum 2010 revisi 3. Jakarta

Media Ilmiah Teknik Sipil, Volume 5, Nomor 2, Juni 2017: 94-108 108

Anda mungkin juga menyukai