Anda di halaman 1dari 30

BAB 5

PEMBANGUNAN JALUR
KERETA API
1. UMUM

a. Pembersihan dan Pengupasan


b. Penggalian
c. Material Bawaan (Borrow Material)
d. Penggalian dan Pengurugan untuk
Struktur
 a. Pembersihan dan Pengupasan

Pembersihan lahan dari pohon-pohon termasuk cabang-


cabang pohon, kayu-kayu, vegetasi, sisa bangunan,
sampah dan material- material juga termasuk pengupasan
tunggul dan akar-akaran serta material-material buangan
yang dihasilkan dari pengupasan dengan cara mencabut dan
membuang segala sesuatu yang ada di atas tanah.
Pengupasan dilakukan di lahan dimana akan diletakkan
pondasi tanggul yang tingginya +/-1.5 m hingga kedalaman
sekurang-kurangnya 15 cm di bawah permukaan tanah
a. Pembersihan dan Pengupasan

Bekas Ladang

Bekas Sawah
b. Penggalian
Pekerjaan ini terdiri dari semua pekerjaan galian yang diperlukan, sehingga
kemudian membentuk permukaan galian hingga seluruh panjang badan
jalan, yang bersesuaian dengan standar ini dan juga bersesuaian dengan
garis, letak, kerataan, dimensi dan potongan melintang.
Penggalian dapat diklasifikasikan ke dalam penggalian tanah dan
batuan.
Top soil yang dihadapi pada penggalian harus dikupas hingga kedalaman
yang telah ditentukan
b. Penggalian

Bekas Sawah

Bekas Bukit
c. Material Bawaan (Borrow
Material)
Pekerjaan ini terdiri dari pembersihan dan pengupasan, sumber
material yang akan digunakan biasanya berada di luar proyek, kemudian
dilakukan penggalian dan pengangkutannya ke tempat penimbunan.
Material ini akan digunakan sebagal bahan timbunan untuk tanggul,
sebagai urugan, tanah untuk pondasi bawah
Setelah penggalian material bawaan selesai, kontraktor jika akan
meninggalkan lokasi penggalian harus dalam kondisi yang rapi dan
bersih dimana lereng-lereng tepinya tidak boleh lebih curam dari 3
mendatar ke 2 vertikal dengan permukaan tanah dalam keadaan datar dan
licin.
c. Material Bawaan (Borrow
Material)

Material yang digunakan berupa Sirtu


d. Penggalian dan Pengurugan
untuk Struktur meliputi
(1) penggalian untuk struktur
termasuk kepala jembatan, pilar, pondasi telapak, dinding-sayap,
gorong-gorong beton;
(2) membangun dan melepas bendungan sementara dan turap;
(3) pemompaan, pengeringan air, pengurugan struktur yang telah
selesai dan membuang material galian
Pengurugan dilakukan dengan material yang telah disetujui, Dapat
digunakan material yang diperoleh dari galian untuk struktur apabila
dinyatakan oleh penanggung jawab lapangan sebagai bisa digunakan,
setiap penambahan material yang diperlukan dapat diperoleh dari
penggalian jalan rel atau lokasi di luar kecuali diperintahkan lain oleh
penanggung jawab
Material urugan harus bebas dari gumpalan-gumpalan besar, kayu
dan material-material yang tidak diharapkan lainnya
d. Penggalian dan Pengurugan
untuk Struktur
Tanah urugan yang berada diluar tanggul harus dihamparkan dalam
lapisan yang tingginya tidak boleh lebih dari 30 cm (pengukuran
sebelum dipadatkan) dan kemudian dipadatkan hingga mencapai
kerapatan yang kira-kira sama dengan material yang tidak terganggu.

Tanah urugan di dalam tanggul harus dibuat dari material yang telah
disetujui kemudian dihamparkan dalam lapisan seragam tidak
melampaui 30 cm (dalam keadaan tanpa dipadatkan) dan masing-
masing lapisan dipadatkan kecuali apabila tamper mekanis digunakan
untuk pemadatan. Masing-masing lapisan tanah urugan ini dibasahi
secara seragam sesuai keperluan untuk memperoleh kepadatan relatif
yang telah ditentukan. Kecuali jika dinyatakan lain, tamping dengan
tangan tidak dapat diterima.
d. Penggalian dan Pengurugan
untuk Struktur
2. TIMBUNAN

 Material tanggul harus mudah dipadatkan, stabil melawan


beban kereta api, curah hujan dan gempa serta bebas dari
penurunan yang berlebihan.
 Material tanggul yang berasal dari sumber di luar lokasi atau
dari daerah galian di lokasi harus diuji kualitasnya dengan
pengujian tanah. Kekuatan CBR material tanggul ditentukan
menurut ASTM D 1883 atau SNI 03-1744-1989, minimal 6%
setelah direndam 24 jam, pada contoh tanah yang dipadatkan
hingga 95 persen dari kepadatan kering maksimum sebagaimana
ditentukan dengan ASTM D 698 dan D 1557 atau SNI 03-1742-
1989 dan SNI 03-1743-1989.
2. TIMBUNAN
Dalam hal material tanggul tidak memenuhi persyaratan,
metode stabilisasi dapat dilakukan:
a.Stabilisasi semen
b.Stabilisasi kapur
c.Stabilisasi geotekstil
Tanggul dengan aman dan bebas dari penurunan yang berlebihan. Dalam
hal tanah pondasi adalah :
a. Tanah kohesif volkanis, nilai N harus tidak boleh kurang 3,
b. Tanah alluvial berbutir halus, nilai N haruslah lebih besar dari 4.
Tanah asli yang terletak kurang dari 1,5 m di bawah di bawah ketinggian
rencana tanggul, setelah pembersihan dan pengupasan harus dipadatkan
setebal 15 cm sedemikian hingga tidak kurang dari 95% kepadatan kering
maksimum sebagaimana ditentukan dengan ASTM D 698 dan D 1557 atau
SNI 03-1742-1989 dan SNI 03-1743-1989.
3. Konstruksi Tanggul
a. Ketebalan Satu Lapis
Sebelum pemadatan dilakukan, tiap lapis harus diproses untuk
memberikan rentang kadar air dalam +1 dan -2% dari kadar
air optimum sebagaimana ditentukan dalam ASTM D 698 dan D 1557
atau SNI 031742-1989 dan SNI 03-1743-1989. Tanggul harus
dibangun dalam lapis demi lapis dengan ketebalan seragam yang tidak
melampaui 30 cm setelah pemadatan.
Masing-masing lapis material harus dipadatkan secara seragam dengan
menggunakan alat pemadat yang memadai dan cocok. Pemadatan
dilakukan dengan arah membujur sepanjang tanggul dan secara
umum berawal dari tepian terluar dan berlanjut ke arah tengah
sedemikian hingga masing-masing potongan menerima upaya
pemadatan yang sama
3. Konstruksi Tanggul
Direkomendasikan untuk menggunakan geotekstil (jala atau lembaran,
polyethylene dll.) pada permukaan masing-masing lapisan untuk mengontrol
ketebalan lapisan. Hal ini Akan memperkuat tanggul dan mencegah
keruntuhan lereng akibat curah hujan dan gempa.

Penggunaan Geotekstil pada Tanggul Atas


3. Konstruksi Tanggul
b. Kontrol Kualitas
1) Pengujian tanggul
Sebelum dimulainya konstruksi tanggul yang permanen, harus
terlebih dahulu membangun tanggul uji coba dengan menggunakan
material bawaan dan material galian setempat pada lokasi tertentu
yang dipilih. Lebar dari tanggul uji coba haruslah 3 kali lebar alat
pemadat dengan panjang 20 meter.
2) Pengujian pembebanan plat di atas tanggul
Kekuatan lapisan atas tanggul harus diuji dengan menggunakan
ASTM D 1196 (JIS A 1215). Kekuatannya tidak kurang dari 70
MN/m3. Posisi titik pengujian haruslah ditengah-tengah tanggul
untuk tiap 200 m panjang tanggul.
3. Konstruksi Tanggul

Gambar Titik Kontrol Pemadatan Tanggul


Dengan yang diperlukan untuk super elevasi, ketinggian, dan penampang.
Permukaan atas tanggul harus mempunyai kemiringan 5 % ke arah sisi
luar. Ketinggian timbunan harus berada dalam rentang 3 cm di atas dan 5 cm
dibawah ketinggianrencana dalam gambar kerja untuk pondasi bawah yang
biasa dan dalam rentang 1,5 cm diatas dan 5 cm di bawah ketinggian
rencana dalam gambar kerja untuk pondasi bawah yang diperkuat
3. Konstruksi Tanggul

Titik Kontrol Ketinggian pada Permukaan Atas Tanggul (m)


Tanggul harus dipelihara untuk tetap dalam ketinggian dan penampang yang
sesuai dengan gambar. Lereng yang akan ditutupi topsoil dan
rerumputan harus memiliki permukaan yang teguh sebelum topsoil diletakkan.
 
Periode tunggu tanggul harus diantara lebih satu bulan hingga lebih 5
bulan tergantung pada lapisan pendukung dan material tanggul. Semua
penurunan yang terjadi pada konstruksi tanggul harus diperbaiki kembali
oleh Kontraktor dengan memberikan lapisan tambahan tanpa adanya
tambahan biaya.
4. Daerah Galian
Pada konstruksi daerah galian, kemiringan lereng, proteksi
permukaan, drainase dll. dapat dimodifikasi oleh penanggung jawab
lapangan dari rencana aslinya dimana perlu bergantung pada kondisi
aktual tanah, mata air, dll. Batuan lepas dan blok tanah yang tidak
stabil dll., pada lereng atau bahu jalan harus dibuang

Contoh Kemiringan Lereng


4. Daerah Galian
Contoh Galian Bukit di Bukit Randu Pekalongan
4. Daerah Galian
Konstruksi Tanah Dasar
Tanah dasar di daerah galian harus mampu mendukung pondasi bawah
dengan aman dan harus bebas dari masalah penurunan. Tanah dasar
hingga kedalaman 3 m dari permukaan harus tidak mengandung tanah alluvial
lunak berbutir halus (nilai N ≤ 4)
Permukaan tanah dasar yang telah dipadatkan harus dirapikan dan sesuai
dengan yang diharapkan untuk superelevasi, kerataan, ketinggian dan
penampang. Permukaan ini harus dibuat dengan keakuratan yang cukup agar
pembuatan lapis berikutnya dalam hal ketebalan, penampang, tolerensi
ketinggian dan pemadatan dapat sesuai dengan spesifikasi. Lapisan atas tanah
dasar di daerah galian harus memiliki kemiringan 5% ke arah sisi parit tepi.
4. Daerah Galian
Konstruksi Tanah Dasar
1) Kontrol Kualitas Kepadatan
Kontrol kualitas pemadatan dilakukan dengan posisi sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar berikut dengan standar interval 100 m ke
arah panjang. Kepadatan aktual tanah dasar setelah pemadatan sesuai
pengujian dengan menggunakan ASTM D 1556 atau SNI
03-3637-1994.
2.0m Pondasi bawah

Tanah dasar

Kontrol Kualitas Pemadatan pada Tanah Dasar


4. Daerah Galian
Konstruksi Tanah Dasar

Posisi titik pengujian harus ditengah dengan interval 200 m ke arah


memanjang. Nilai K30 yang ditentukan dari pengujian haruslah tidak
kurang dari 70 MN/ m3 pada lapis atas tanah dasar. Dalam hal nilai K30
kurang dari 70 MN/m3, maka tanah dasar harus diperbaiki dengan metode
seperti berikut ini:

Pemadatan ulang
Penggantian tanah dasar
Stabilisasi semen
Stabilisasi kapur
2) Kontrol Ketinggian
Ketinggian akhir tanah dasar harus berada dalam rentang 3 cm di atas dan
5 cm di bawah ketinggian rencana dalam gambar kerja untuk pondasi
bawah biasa dan dalam rentang 1,5 cm di atas dan 5 cm di bawah
ketinggian rencana menurut gambar kerja dalam kasus pondasi bawah
yang diperkuat.
5. Pondasi Bawah
a. Material Bangunan Bawah
Pondasi bawah haruslah lapisan yang seragam dan memiliki daya dukung
yang cukup. Kekuatan CBR material pondasi bawah ditentukan dengan
ASTM D 1883 atau SNI 03-1744-1989 haruslah tidak boleh kurang dari 8
persen setelah direndam selama 24 jam pada contoh tanah yang telah
dipadatkan hingga mencapai 95 persen kepadatan kering maksimum yang
ditentukan melalui ASTM D 698 dan D 1557 atau SNI 03-1742-1989 dan
SNI 03-1743-1989. Material pondasi bawah haruslah bebas dari mud
pumping dan stabil melawan getaran dan aliran air.
Pondasi bawah, direkomendasikan bahwa kualitas tanah asli
memenuhi kondisi berikut:
1) Ukuran butir maksimum < 75 mm
·Fraksi yang lewat saringan standar 0. 075 mm adalah 2 -20 CYO
·Fraksi yang lewat saringan standar 0.425 mm tidak lebih dari 40%
2) Koefisien keseragaman ≤ 6
3) Batas cair ≤ 35
4) Indeks Plastis ≤ 9
5. Pondasi Bawah
b. Konstruksi Pondasi Bawah
1) Konstruksi
Gorong-gorong, pipa, French drain dan struktur lain yang letaknya berada di
bawah pondasi bawah, termasuk urugan yang telah selesai dipadatkan harus
dikerjakan terlebih dahulu sebelum pekerjaan pondasi bawah dilangsungkan.
Paht, saluran, keluaran dari drainase dan wing-walls untuk gorong-gorong
haruslah berada dalam kondisi yang slap dioperasikan untuk menjamin dengan
segera dapat efektif berfungsi untuk menghindari kerusakan pondasi
bawah akibat air permukaan.

2) Kontrol Konstruksi
· Uji kepadatan
Kontrol kualitas pemadatan harus dilakukan pada titik-titik posisi yang
ditunjukkan dalam gambar dengan standar interval 100 m ke arah
memanjang.
5. Pondasi Bawah
2) Kontrol Konstruksi
· Uji kepadatan
Kontrol kualitas pemadatan harus dilakukan pada titik-titik posisi yang
ditunjukkan dalam gambar dengan standar interval 100 m ke arah
memanjang.

Gambar Posisi Titik Kontrol Pemadatan Pondasi Bawah


• Uji pembebanan plat
Daya dukung lapis atas pondasi bawah harus diuji dengan menggunakan ASTM D1196
(JIS A 1215), Posisi titik uji berada di tengah-tengah pada permukaan pondasi bawah
untuk tiap
200 m panjang kontruksi. Kemiringan melintang pondasi bawah haruslah 5% ke
arah drainase ketinggian akhir pondasi bawah 2,5 cm di atas atau di bawah ketinggian
rencana.
5. Pondasi Bawah
c. Kontruksi Pondasi Bawah yang Diperkuat
1) Material
Pondasi bawah yang diperkuat terdiri dari lapisan beton aspal dan
lapisan stabilisasi batu pecah. Beton aspal merupakan campuran panas
(heat mixing).
5. Tambahan
a. Struktur Drainase
Jenis dan karakteristik struktur drainase yang ditunjukkan dalam
gambar kerja merupakan hal yang masih bisa dimodifikasi oleh
penanggung jawab lapangan tergantung pada kondisi yang ada.
b. Tanah Lapis Atas (Top Soil)
Top soil disediakan oleh kontraktor merupakan tanah permukaan yang
aslinya gembur tanpa campuran tanah yang tidak diinginkan, material
sampah atau asing. Tanah itu juga selayaknya bebas dari akar-akaran,
lempung keras, kerikil kasar, batu yang lebih besar dari 5 cm dalam
bentuk apa saja, rerumputan yang berbahaya, rumputan yang tinggi,
semak-semak, tunggul atau benda-benda kecil lainnya dan tanah itu
juga harus menunjukkan kesuburan, tanaman, rumput, pohon dan
vegetasi lainnya dan juga dapat mengalirkan air dengan mudah dan tidak
mengandung bahan toxic.
5. Tambahan
c. Penghijauan dengan Rumput
Rumput yang digunakan mestilah jenis yang merupakan spesies asli
Indonesia, tidak berbahaya dan mengganggu bagi manusia dan hewan,
dan juga bukanlah jenis yang dikenal dapat mengganggu dalam praktek
pertanian.
Contoh Penanaman Gebalan Rumput
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai