BAB I
PENDAHULUAN
Kostruksi jalan raya sebagai sarana transportasi adalah merupakan unsur yang
tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, maka dengan adanya prasarana jalan ini,
maka hubungan antara suatu daerah dengan daerah lain dalam suatu negara akan
terjalin dengan baik. Sarana yang dimaksud disini adalah sarana penghubung yang
melalui darat, laut dan udarah. Dari ketiga sarana tersebut, akan ditinjau prasarana
jalan, karena dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan geometrik
keamanan dan ekonomisnya biaya, tetapi juga nilai struturalnya. Kita harus lebih teliti
dalam memilih lokasi perencanaan geometrik sehingga suatu jalan menjadi nyaman.
geometrik dan tata cara pembuatan konstruksi jalan raya serta memahami
kesimpulan-kesimpulan yang akan dikembangkan dari hasil penetapan ini, harus juga
Pada umumnya teknik perencanaan geometrik jalan raya dibagi atas tiga
BAB II
DASAR TEORI
Jalan raya adalah jalur- jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran- ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyelurkan lalu lintas orang, hewan, dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan
akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman,
efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan
biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
Jalan raya utama adalah jalan yang melayani angkutan utama, dengan
ciri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata tinggi dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien. Dalam komposisi lalu lintasnya tidak terdapat kendaraan
lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan-
jalan raya berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik.
pembagian dengan ciri- ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata- rata sedang
Berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya dibagi dalam tiga kelas jalan,
yaitu :
1. Kelas II A
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi
2. Kelas II B
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan
dari penetrasi berganda atau yang setara dimana dalam komposisi lalu
3. Kelas II C
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur denan konstruksi permukaan jalan
cirri- cirri perjalanan yang dekat, kecepatan rata- rata rendah dan jumlah jalan
KLASSIFIKASI MEDAN D B G D B G D B G D B G D B G
Lalu lintas harian rata- rata
(smp) > 20. 000 6.000 - 20.000 1500 - 8000 < 20.000 -
Lebar Bahu (m) 3.50 3.00 3.00 3.00 2.50 2.50 3.00 2.50 2.50 2.50 1.50 1.00 3.50 - 6.00
Jenis Lapisan Permukaan Aspal beton Penetrasi Berganda/ Paling tinggi Paling tinggi pelebaran
Aspal Beton
Jalan ( hot mix ) setaraf penetrasi tunggal jalan
Volume lalu lintas menyatakan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan dalam satu satuan waktu. Untuk mendapatkan volume lalu lintas
pengamatan.
Jumlah lalu lintas kendaraan yang melewati satu jalur selama 24 jam dan
diperoleh
Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari berbagai jenis
ringan, maupun kendaraan tak bermotor. Dalam hubungannya dengan kapasitas jalan,
maka jumlah kendaraan bermotor yang melewati satu titik dalam satu satuan waktu
mengakibatkan adanya pengaruh / perubahan terhadap arus lalu lintas. Pengaruh ini
penumpang dalam hal ini dipakai sebagai satuan dan disebut Satuan Mobil
Penumpang ( Smp ).
Sepeda = 0, 5
Mobil Penumpang = 1
Bus = 3
di atas dapat dinaikkan, sedangkan untuk kendaraan tak bermotor tak perlu dihitung.
Jalan dibagi dalam kelas yang penetapannya kecuali didasarkan pada fungsinya juga
dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan akan
pelayanan yang optimal kepada lalu lintas, sebab tujuan akhir dari perencanaan
geometrik ini adalah tersedianya jalan yang memerikan rasa aman dan nyaman kepada
pengguna jalan.
menjadi dasar atau pertimbangan sebelum direncanakannya suatu jalan. Factor itu
antara lain :
1. Kendaraan Rencana
Dilihat dari bentuk, ukuran dan daya dari kendaraan – kendaran yang
dan tingi tempat dududk ( jok ) akan mempengaruhi jarak pandang pengemudi.
disesuaikan dengan fungsi jalan dan jenis kendaraan yang dominan menggunakan
jalan tersebut. Pertimbangan biaya juga ikut menentukan kendaraan yang dipilih.
geometric jalan. Kecepatan yaitu besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh
perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak
aman dan keamanan itu sepenuhnya tergantung dari bentuk jalan, kecepatan
Suatu jalan yang ada di daerah datar tentu saja memiliki design speed yang
pada :
a. Topografi ( Medan )
Kecepatan rencana untuk jalan- jalan arteri lebih tinggi dibandingkan jalan
kolektor.
3. Kelandaian
Adanya tanjakan yang cukup curam dapat mengurangi laju kecepatan dan
bila tenaga tariknya tidak cukup, maka berat kendaraan ( muatan ) harus
yang landai.
jalan raya itu dapat memberikan pelayanan optimum kepada pemakai jalan sesuai
dengan fungsinya.
horizontal ( trase jalan ) yaitu garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta
Trase jalan terdiri dari gabungan bagian lurus yang disebut tangen dan bagian
lengkung yang disebut tikungan. Untuk mendapatkan sambungan yang mulus antara
bagian lurus dan bagian tikungan maka pada bagian- bagian tersebut diperlukan suatu
Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian tikungan,
dimana terdapat gaya yang akan melemparkan kendaraan ke luar dari tikungan yang
tikungan ini agar dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengendara,
Pada perencanaan geometrik jalan, ketentuan- ketentuan dasar ini tercantum pada
cukup memuaskan.
1. Full Circle
Bentuk tikungan ini adalah jenis tikungan yang terbaik dimana mempunyai
jari- jari besar dengan sudut yang kecil. Pada pemakaian bentuk lingkaran penuh,
berikut :
10
PI
1
TC
Ec
L
CT
TC
1/2
1/2
R R
11
Keterangan :
Δ = Sudut tangen ( o )
TC = Tangent Circle
CT = Circle Tangen
Ls = 0
R
Et = x R
Cos 1/2 Δ
Ts = Rx tan 1/2 Δ
12
ΔC
Lc = x 2πR
360
Syarat Pemakaian :
b. Δ C = 0
c. Lc = 20
gaya sentrifugal.
Adapun jari- jari yang diambil adalah sesuai dengan kecepatan rencana yang
Keterangan :
13
TC = Tangen Circle
Δ = Sudut lengkungan
Et = Jarak tangen total yaitu jarak antara RP dan titik tangen busur
lingkaran
28,
28,648
648. Ls
. Ls
θsθs ==
RR
ΔΔCC
Lc
Lc == xx 22ππRR
360
360
PP == LsLs xx P*
P*
KK == LsLs xx K*
K*
Syarat Pemakaian :
a. Ls min ≤ Ls
c. Δ C > 0
d. Lc > 20
e. L = 2 Ls + Lc < 2 Tt
Catatan :
= 0, 4 m/ detik.
3. Spiral – Spiral ( S – S )
ΔΔCC==00
Θs
Θs==½½ΔΔ
Θs
Θs. R
.R
LsLs==
28,648
28,648
Lc
Lc==22LsLs
PP == Ls
Ls. P*
. P*
KK==LsLs. .K*
K*
( (RR. P
. P) ) 16
EtEt== - -RR
Cos
Jurusan Teknik ½½Δ
Sipil UNRAM NONIK
Cos Δ
NURAIDA ( F1A009102 )
Tugas Besar
Teknik Jalan Raya 1
Syarat Pemakaian :
2. 2. 3 Penampang Melintang
Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as
jalan yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian- bagian jalan yang
menghitung banyaknya galian dan timbunan sesuai dengan rencana jalan dengan
Pada suatu tikungan jalan, kendaraan yan lewat akan terdorong keluar secara
kemiringan normal.
17
I II III
- e max kanan
- e max kiri
18
- e max kiri
TS SC=CS TS
Kiri
19
Sb.Jln
LS L
Untuk membuat tikungan pelayanan suatu jalan tetap sama, baik pada
bagian lurus maupun tikungan, prlu diadakan pelebaran pada perkerasan tikungan.
b. Sudut tikungan ( Δ )
c. Kecepatan Tikungan ( Vr )
Rumus Umum :
B = n ( b’ + C ) + ( n – 1 ) Td + Z
Dimana :
C = kebebasan samping ( 0, 8 ) m
20
Rumus :
0,0,0105
0105. Vr
. Vr
ZZ == :
Dimana
RR
R = jari- jari tikungan
Vr = keecepatan rencana
Rumus :
W = B - L
Dimana :
B = lebar jalan
Syarat :
Alinement vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertical
melalui sumbu jalan. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka
21
yanah asli, sehingga memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan naik atau
Pada alinyemen vertical bagian yang kritis adalah pada bagian lereng, dimana
landai dan besarya kelandaian. Maka berbeda dengan alinyemen horizontal, disini
tidak hanya pada bagian lengkung, tetapi penting lurus yang pada umumnya
Landai jalan adalah suatu besaran untuk menunjukkan besarnya kenaikan atau
penurunan vertical dalam satu satuan jarak horizontal ( mendatar ) dan biasanya
Maksud dari panjang kritis landai adalah panjang yang masih dapat diterima
menit perjalanan.
mesin dan bagian mekanis dari kendaraan tersebut. Bila pertimbangan biaya menjadi
alasan untuk melampaui panjang kritis yang diizinkan, maka dapat diterima dengan
22
2. 3. 2 Lengkung Vertikal
Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertical yang memenuhi
keamanan, kenyamanan, dan drainage yang baik. Lengkung vertical yang digunakan
½ LV ½ LV
½ LV
½ LV
23
½ LV ½ LV
½ LV ½ LV
a. Pada alinyemen vertical tidak selalu dibuat lengkungan dengan jarak pandangan
yaitu :
• Bila % ikut serta dihitung maka rumus yang dipergunakan adalah seperti di
atas.
G1 - G2
y =
300
2. 3. 3 Jarak Pandang
24
Jarak pandang adalaha jarak dimana pengemudi dapat melihat benda yang
batas mana pengemudi dapat melihat dan menguasai kendaraan pada satu
jalur lalu lintas. Jarak pandang bebas ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
adanya rintangan pada jalur yang dilaluinya. Jarak ini merupakan dua jarak yang
ditempuh sewaktu melihat benda hingga menginjak rem dan jarak untuk berhenti
Rumus :
dhdh ==dpdp++drdr
dpdp == 0,0,287
287. V
. V. tr
. tr
2
VV 2
drdr ==
254
254( (fm
fm±±LL) )
Dimana :
dr = jarak rem
25
L = kelandaian
= - 0, 000625 . Vr + 0, 19
(+) = pendakian
(-) = penurunan
kendaraan lain yang digunakan hanya pada jalan dua jalur. Jarak pandang
empat jarak.
Rumus :
Dm = dl + d2 + d3 +
d4
Dimana :
= 0,278. tr ( V – m + ½ . a. tr )
kanan
= 0, 278 . Vr. t2
yang datang
26
V = kecepatan rencana
tr = waktu ( 3, 7 – 4, 3 ) detik
B A B III
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik serta Kondisi Jalan Berbukit, maka diperoleh
27
P1 215
P2 195
P3 170
P4 155
P5 155
P6 150
P7 150
P8 165
P9 190
P10 185
P11 180
P12 185
P13 195
P14 195
P15 175
P16 180
P17 195
P18 195
P19 220
P20 245
P21 250
P22 250
B/P23 250
P24 250
P25 250
P26 250
P27 215
P28 230
P29 230
P30 230
P31 240
P32 245
P33 250
P34 240
P35 235
P36 195
P37 190
C/P38 185
A. Contoh Perhitungan Kelandaian Tanah Asli
Dik : Elevasi PA = 245 m
: Elevasi P1 = 215 m
: Jarak PA – P1 = 250 m
Dit : ∆elevasi dan kelandaian (%) ?
a. Mencari ∆elevasi
∆elevasi = Elevasi P1 - Elevasi PA
= 215 – 245 = -30
b. Mencari Kelandaian
28
∆elevasi
Kelandaian (%) = x100
jarak
− 30
= x100
250
= -12%
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 3.2. Kelandaian Jalan Tanah Asli
No Patok Letak Stasioning Jarak ( m ) Elevasi ( m ) Delta elevasi Kelandaian ( % )
A 0 0 245
P1 250 250 215 -30 -12
P2 500 250 195 -20 -8
P3 750 250 170 -25 -10
P4 1000 250 155 -15 -6
P5 1250 250 155 0 0
P6 1500 250 150 -5 -2
P7 1625 125 150 0 0
P8 1875 250 165 15 6
P9 2125 250 190 25 10
P10 2375 250 185 -5 -2
P11 2625 250 180 -5 -2
P12 2875 250 185 5 2
P13 3125 250 195 10 4
P14 3375 250 195 0 0
P15 3625 250 175 -20 -8
P16 3750 125 180 5 4
P17 4000 250 195 15 6
P18 4250 250 195 0 0
P19 4500 250 220 25 10
P20 4750 250 245 25 10
P21 5000 250 250 5 2
P22 5250 250 250 0 0
P23/B 5500 250 250 0 0
P24 5750 250 250 0 0
P25 6000 250 250 0 0
P26 6250 250 250 0 0
P27 6500 250 215 -35 -14
P28 6750 250 230 15 6
P29 6875 125 230 0 0
P30 7125 250 230 0 0
P31 7375 250 240 10 4
P32 7625 250 245 5 2
P33 7750 125 250 5 4
P34 8000 250 240 -10 -4
P35 8250 250 235 -5 -2
P36 8500 250 195 -40 -16
P37 8750 250 190 -5 -2
P38/C 9000 250 185 -5 -2
A 0 0 198.900
P1 250 250 190.000 -8.900 -3.560
P2 500 250 181.100 -8.900 -3.560
P3 750 250 172.200 -8.900 -3.560
P4 1000 250 163.800 -8.400 -3.360
P5 1250 250 154.900 -8.900 -3.560
P6 1500 250 154.900 0.000 0.000
P7 1625 125 154.900 0.000 0.000
P8 1875 250 164.900 10.000 4.000
P9 2125 250 174.900 10.000 4.000
P10 2375 250 185.000 10.100 4.040
P11 2625 250 185.000 0.000 0.000
P12 2875 250 185.000 0.000 0.000
P13 3125 250 190.000 5.000 2.000
P14 3375 250 195.000 5.000 2.000
P15 3625 250 195.000 0.000 0.000
P16 3750 125 195.000 0.000 0.000
P17 4000 250 195.000 0.000 0.000
P18 4250 250 195.000 0.000 0.000
P19 4500 250 208.800 13.800 5.520
P20 4750 250 222.500 13.700 5.480
P21 5000 250 236.200 13.700 5.480
P22 5250 250 243.100 6.900 2.760
B/P23 5500 250 250.000 6.900 2.760
P24 5750 250 250.000 0.000 0.000
P25 6000 250 250.000 0.000 0.000
P26 6250 250 250.000 0.000 0.000
P27 6500 250 240.000 -10.000 -4.000
P28 6750 250 230.000 -10.000 -4.000
P29 6875 125 230.000 0.000 0.000
P30 7125 250 230.000 0.000 0.000
P31 7375 250 230.000 0.000 0.000
P32 7625 250 230.000 0.000 0.000
P33 7750 125 230.000 0.000 0.000
P34 8000 250 221.000 -9.000 -3.600
P35 8250 250 212.000 -9.000 -3.600
P36 8500 250 203.000 -9.000 -3.600
P37 8750 250 194.000 -9.000 -3.600
C/P38 9000 250 185.000 -9.000 -3.600
30
50 2
=
127.(0,1 + 0,160)
= 75,712 m
31
Dicoba type S – C - S
Untuk jalan rencana , dicoba R = 110 m
Dari table panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan (
bina marga ) diperoleh e = 0,091, panjang lengkung spiral ( Ls ) = 60 m
Ls
θs = x360
4πR
60
= 4.3,14.110 x360
= 15,634
Sudut pusat dari busur lingkaran ( θ c )
θc = β - 2 θs
= 41 – ( 2 x 15,634 )
= 9,732o
L = 2Ls + Lc
= 2 x 60 + 18,675
= 138,675 m
Koordinat setiap titik pada spiral terhadap tangent ( yc )
2
L
yc = s
6R
60 2
=
6.110
= 5,455 m
Absis setiap titik pada spiral terhadap tangent ( xc )
32
b. Tikungan 2
Diketahui
Vrencana : 50 km/jam
β : 35o
Emaks : 10 % ( metode bina marga )
33
50 2
=
127.(0,1 + 0,160)
= 75,712 m
Dicoba type S – C - S
Untuk jalan rencana , dicoba R = 119 m
Dari table panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan (
bina marga ) diperoleh e = 0,087, panjang lengkung spiral ( Ls ) = 50 m
Ls
θs = x360
4πR
60
= 4.3,14.119 x360
= 14,452
Sudut pusat dari busur lingkaran ( θ c )
θc = β - 2θs
= 35 – ( 2 x 14,452 )
= 6,096o
Panjang bagian tikungan ( Lc )
θc
Lc = x 2π R
360
6,096
= x 2 x 3,14 x 119
360
= 12,655 m
L = 2Ls + Lc
= 2 x 60 + 12,655
34
= 132,655 m
Koordinat setiap titik pada spiral terhadap tangent ( yc )
2
Ls
yc =
6R
60 2
=
6.119
= 5,042 m
Absis setiap titik pada spiral terhadap tangent ( xc )
3
Ls
xc = Ls -
40R 2
60 3
= 60 -
40.119 2
= 59,619 m
Pergeseran busur lingkaran terhadap tangent ( P )
P = yc – R ( 1 – cos θ s )
= 5,042 – 119 ( 1- cos 14,452 )
= 1,276 m
Jarak antara Ts dan P dari busur lingkaran yang bergeser ( K )
K = Xc – R . sin θ s
= 59,619 – 119 x sin 14,452
= 29,920
Titik perubahan dari tangent ke spiral ( Ts )
Ts = ( R + P ) tan ½ β + K
= ( 119 + 1,276 ) tan ½ 35 + 29,920
= 76,506
Jarak ekternal total
Es = ( R + P ) sec ½ β - R
= (119 + 1,276) sec ½ 35 – 119
= 161,847 m
Kontrol type tikungan
L ≤ 2Ts
132,655 ≤ 2 x 76,506
132,655 ≤ 153,013 OK
35
c. Tikungan 3
Diketahui
Vrencana : 50 km/jam
β : 71o
Emaks : 10 % ( metode bina marga )
50 2
=
127.(0,1 + 0,160)
= 75,712 m
Dicoba type S – C - S
Untuk jalan rencana , dicoba R = 85 m
Dari table panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan (
bina marga ) diperoleh e = 0,099, panjang lengkung spiral ( Ls ) = 60 m
Ls
θs = x360
4πR
60
= 4.3,14.85 x360
= 20,232
Sudut pusat dari busur lingkaran ( θ c )
θc = β - 2θs
= 71 – ( 2 x 20,232 )
= 30,536o
Panjang bagian tikungan ( Lc )
θc
Lc = x 2π R
360
36
30,536
= x 2 x 3,14 x 85
360
= 45,278 m
L = 2Ls + Lc
= 2 x 60 + 45,278
= 165,278 m
Koordinat setiap titik pada spiral terhadap tangent ( yc )
2
L
yc = s
6R
60 2
=
6.85
= 7,059 m
37
d. Tikungan 4
Diketahui
Vrencana : 50 km/jam
β : 32o
Emaks : 10 % ( metode bina marga )
50 2
=
127.(0,1 + 0,160)
= 75,712 m
Dicoba type S – C - S
Untuk jalan rencana , dicoba R = 119 m
38
Dari table panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan (
bina marga ) diperoleh e = 0,087, panjang lengkung spiral ( Ls ) = 50 m
Ls
θs = x360
4πR
60
= 4.3,14.119 x360
= 14,452
Sudut pusat dari busur lingkaran ( θ c )
θc = β - 2 θs
= 32 – ( 2 x 14,452 )
= 3,096o
Panjang bagian tikungan ( Lc )
θc
Lc = x 2π R
360
3,096
= x 2 x 3,14 x 119
360
= 6,427 m
L = 2Ls + Lc
= 2 x 60 + 6,427
= 126,427 m
Koordinat setiap titik pada spiral terhadap tangent ( yc )
2
L
yc = s
6R
60 2
=
6.119
= 5,042 m
Absis setiap titik pada spiral terhadap tangent ( xc )
3
Ls
xc = Ls -
40R 2
60 3
= 60 -
40.119 2
= 59,619 m
Pergeseran busur lingkaran terhadap tangent ( P )
39
P = yc – R ( 1 – cos θ s )
= 5,042 – 119 ( 1- cos 14,452 )
= 1,276 m
Jarak antara Ts dan P dari busur lingkaran yang bergeser ( K )
K = Xc – R . sin θ s
= 59,619 – 119 x sin 14,452
= 29,920
Titik perubahan dari tangent ke spiral ( Ts )
Ts = ( R + P ) tan ½ β + K
= ( 119 + 1,276 ) tan ½ 32 + 29,920
= 72,155
Jarak ekternal total
Es = ( R + P ) sec ½ β - R
= (119 + 1,276) sec ½ 35 – 119
= 161,847 m
Kontrol type tikungan
L ≤ 2Ts
126,427 ≤ 2 x 72,155
126,427 ≤ 144,310 OK
Jadi Type Tikungan ini adalah “ S – C – S “ ( Spiral – Circle – Spiral )
e. Tikungan 5
Diketahui
Vrencana : 50 km/jam
β : 50o
Emaks : 10 % ( metode bina marga )
40
V2
Rmin =
127.(emaks + f m )
50 2
=
127.(0,1 + 0,160)
= 75,712 m
Dicoba type S – C - S
Untuk jalan rencana , dicoba R = 110 m
Dari table panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan (
bina marga ) diperoleh e = 0,091, panjang lengkung spiral ( Ls ) = 60 m
Ls
θs = x360
4πR
60
= 4.3,14.110 x360
= 15,634
L = 2Ls + Lc
= 2 x 60 + 35,254
= 155,254 m
Koordinat setiap titik pada spiral terhadap tangent ( yc )
2
L
yc = s
6R
41
60 2
=
6.110
= 5,455 m
Absis setiap titik pada spiral terhadap tangent ( xc )
3
Ls
xc = Ls -
40R 2
60 3
= 60 -
40.110 2
= 59,554 m
Pergeseran busur lingkaran terhadap tangent ( P )
P = yc – R ( 1 – cos θ s )
= 5,455 – 110 ( 1- cos 15,634 )
= 1,385 m
Jarak antara Ts dan P dari busur lingkaran yang bergeser ( K )
K = Xc – R . sin θ s
= 59,554 – 110 x sin 15,634
= 29,910
Titik perubahan dari tangent ke spiral ( Ts )
Ts = ( R + P ) tan ½ β + K
= ( 110 + 1,385 ) tan ½ 50 + 29,910
= 93,314
Jarak ekternal total
Es = ( R + P ) sec ½ β - R
= ( 110 + 0,752 ) sec ½ 50 – 110
= 127,885 m
Kontrol type tikungan
L ≤ 2Ts
155,254 ≤ 2 x 93,314
155,254 ≤ 186,628 OK
Jadi Type Tikungan ini adalah “ S – C – S “ ( Spiral – Circle – Spiral )
42
B = n (b’ + c) + (n – 1) Td + Z
(
b’ = 2,4 + R − R 2 − P 2 )
Td =
R 2 + A(2 P + A) − R
0,105. Vr
Z =
R
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)
43
Rumus : W = B -
Dimana :
B = Lebar Total
L = Lebar badan jalan (2x3,6 = 7,2 m)
a. Tikungan 1 dan 5
R = 110 m
Vr = 60 km/jam
b’ (
= 2,4 + R − R 2 − P 2 )
(
= 2,4 + 110 − (110) 2 − (6,1) 2 )
= 2,469 m
Td = R 2 + A(2 P + A) − R
= 0,073 m
0,105V R
Z =
R
0,105 x50
=
110
= 0,501 m
44
B = n (b’ + c) + (n – 1) Td + Z
= 2(2,469 + 0,8) + (2 −1)0,073 + 0,501
b. Tikungan 2 dan 4
R = 119 m
Vr = 60 km/jam
b’ (
= 2,4 + R − R 2 − P 2 )
(
= 2,4 + 119 − (119) 2 − (6,1) 2 )
= 2,556 m
Td = R 2 + A(2 P + A) − R
= 0,068 m
0,105V R
Z =
R
0,105 x50
=
119
= 0,481 m
B = n (b’ + c) + (n – 1) Td + Z
= 2( 2,556 + 0,8) + (2 −1)0,068 + 0,481
c. Tikungan 3
R = 85 m
Vr = 60 km/jam
b’ (
= 2,4 + R − R 2 − P 2 )
45
(
= 2,4 + 85 − (85) 2 − (6,1) 2 )
= 2,619 m
Td = R 2 + A(2 P + A) − R
= 0,095 m
0,105V R
Z =
R
0,105 x50
=
85
= 0,569 m
B = n (b’ + c) + (n – 1) Td + Z
= 2(2,619 + 0,8) + ( 2 −1)0,095 + 0,569
S<L
m = R ( 1 – cos θ )
90.S
θ =
πR
90 x 65
= 3,14 x110
= 16,937o
m = R ( 1 – cos θ )
46
b. Tikungan 2 dan 4
Diketahui :
V = 50 km/jam
R = 119 m
JPH (S) = 65 m
S<L
m = R ( 1 – cos θ )
90.S
θ =
πR
90 x 65
= 3,14 x119
= 15,656o
m = R ( 1 – cos θ )
= 119 x ( 1 – cos 15,656 )
= 4,415 m
c. Tikungan 3
Diketahui :
V = 50 km/jam
R = 85 m
JPH (S) = 65 m
S<L
47
m = R ( 1 – cos θ )
90.S
θ =
πR
90 x 65
= 3,14 x85
= 21,918o
m = R ( 1 – cos θ )
= 85 x ( 1 – cos 21,918 )
= 6,144 m
3,6%
0%
1500 m 625 m
A = g1 – g2
= -3,5 – 0
= -3,6 ( lengkung vertical cekung )
Panjang lengkung
1. Berdasarkan bentuk visual lengkung ( minimum )
48
A.V
L =
380
3,6 x50
=
380
= 0,474 m
2. Berdasarkan kenyamanan perjalanan ( t = 3detik )
L = 0,833 x V
= 0,833 x 50
= 41,650
3. Berdasarkan grafik PPGJR ’70 untuk V = 50 km/jam dan A = 3,6, maka L =
30m
Dari 3 syarat diatas, dicba panjang lengkung L = 250 m
Persamaan lengkung
A
y = . X2
200 L
3,6
= . X2
200 x 250
= 0,00007X2
PLV PTV
PPV
1100 125 25 525
y 3,5%
250
49
y
= 3,6 %
250
y = 9
b. Alinyemen 2
0%
4%
500 500
A = g1 – g2
= 4–0
= 4 ( lengkung vertical cembung )
Panjang lengkung
1. Berdasarkan kebutuhan drainase
L = 50 x A
= 50 x 4
= 200 m
2. Berdasarkan kenyamanan perjalanan ( t = 3detik )
L = 0,833 x V
= 0,833 x 50
= 41,650
3. Berdasarkan grafik PPGJR ’70 untuk V = 50 km/jam dan A = 4, maka L = 30 m
50
4 x 65 2
=
100( 2.1,2 + 2.0,1) 2
= 42,419 m
Lminimum berdasarkan uji tersebut adalah = 42,419 m
Dicoba L = 250 m
Persamaan lengkung
A
y = . X2
200 L
4
= . X2
200.250
= 0,00008 X2
PPV PTV
PLV
4%
y
250
51
y
= 4%
250
y = 10
c. ALinyemen 3
2% 0%
500 875
A = g1 – g2
= 2–0
= 2 ( lengkung vertical cembung )
Panjang lengkung
1. Berdasarkan kebutuhan drainase
L = 50 x A
= 50 x 2
52
= 100 m
2. Berdasarkan kenyamanan perjalanan ( t = 3detik )
L = 0,833 x V
= 0,833 x 50
= 41,650
3. Berdasarkan grafik PPGJR ’70 untuk V = 50 km/jam dan A = 2, maka L = 30 m
4. Berdasarkan uji jarak pandangan untuk V = 50 km/jam
JPH ( S ) = 65 m
h1 = 1,2 m
h2 = 0,1 m
5. Kontrol terhadap jarak pandangan ( S < L )
As 2
L =
100( 2h1 + 2h2 ) 2
2 x 65 2
=
100( 2.1,2 + 2.0,1) 2
= 21,201 m
Lminimum berdasarkan uji tersebut adalah = 21,201 m
Dicoba L = 200 m
Persamaan lengkung
A
y = . X2
200 L
2
= . X2
200.250
= 0,00004 X2
53
2%
y
200
y
= 2%
250
y = 5m
• Elevasi PLV = 190 + 5 = 195 m
• Elevasi PPV = 195 m
• Elevasi PTV = 195 m
d. Alinyemen 4
2,7%
5,4%
750 500
A = g1 – g2
= 5,4 – 2,7
= 2,7 ( lengkung vertical cembung )
Panjang lengkung
6. Berdasarkan kebutuhan drainase
54
L = 50 x A
= 50 x 2,7
= 135 m
7. Berdasarkan kenyamanan perjalanan ( t = 3detik )
L = 0,833 x V
= 0,833 x 50
= 41,650
8. Berdasarkan grafik PPGJR ’70 untuk V = 50 km/jam dan A = 2, maka L = 35 m
9. Berdasarkan uji jarak pandangan untuk V = 50 km/jam
JPH ( S ) = 65 m
h1 = 1,2 m
h2 = 0,1 m
10. Kontrol terhadap jarak pandangan ( S < L )
As 2
L =
100( 2h1 + 2h2 ) 2
2,7 x65 2
=
100( 2.1,2 + 2.0,1) 2
= 28,622 m
Lminimum berdasarkan uji tersebut adalah = 28,622 m
Dicoba L = 250 m
Persamaan lengkung
A
y = . X2
200 L
2,7
= . X2
200.250
= 0,000054 X2
55
5,4% y
125
2,7% y
125
y
= 5,4
125
y = 6,750 m
y
= 2,7%
125
y = 3,375
e. Alinyemen 5
0%
4%
750 500
A = g1 – g2
= 0 – (-4)
= 4 ( lengkung vertical cekung )
Panjang lengkung
56
PTV PPV
PLV
y 4%
250
y
= 4%
250
57
y = 10
f. Alinyemen Vertikal 6
0%
3,6%
1000 1250
A = g1 – g2
= 0 – (-3,6)
= 3,6 ( lengkung vertical cekung )
Panjang lengkung
= 0,833 x 50
= 41,650
3. Berdasarkan grafik PPGJR ’70 untuk V = 50 km/jam dan A = 3,6, maka L = 30
m
Dari 3 syarat diatas, dicba panjang lengkung L = 250 m
Persamaan lengkung
A
y = . X2
200 L
3,6
= . X2
200 x 250
= 0,00007X2
y 3,6%
250
y
= 3,6%
250
y = 9m
59
60