Anda di halaman 1dari 54

1.

1 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Teknis Jalan

Berikut diuraikan metodologi dan rencana pelaksanaan pekerjaan teknis jalan,


terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu:

1) Tahap persiapan, yang terdiri dari pekerjaan: Koordinas dengan Pemberi


Tugas; menetapkan ruas-ruas yang akan di survey; mempersiapkan dan
mengumpulkan data-data awal; persiapan peralatan survey dan
mobilisasi.

2) Tahap pekerjaan lapangan, yang terdiri dari pekerjaan: Survey


Pendahuluan; Survey Topografi, Survey Hidrologi, Survey Geologi
(Geoteknik dan Penyelidikan Tanah & Material).

3) Tahap pekerjaan kantor, terdiri dari pekerjaan: hitungan dan analisis data
lapangan, pekerjaan penggambaran topografi, analisis laboratorium
tanah, analisis hidrologi, perencanaan teknis, perhitungan volume
pekerjaan, analisis harga satuan, perhitungan biaya, pembuatan
dokumen tender dan pelaporan.

4) Tahap diskusi, adalah tahapan koordinasi dan presentasi progres/hasil


kerja serta diskusi atas permasalahan yang ada untuk mencari solusi
sesuai dengan arahan yang diminta oleh Pemberi Tugas.

Masing-masing tahapan pekerjaan tersebut diuraikan rinci dibawah ini.

1.2 Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini terdiri dari: Koordinas dengan Pemberi Tugas;


menetapkan ruas-ruas yang akan di survey; mempersiapkan dan
mengumpulkan data-data awal; penyusunan rencana kerja; persiapan
peralatan survey dan mobilisasi.

PT. PERENTJANA DJAJA II-1


1.2.1 Koordinasi Awal dengan Pemberi Tugas

Koordinasi Awal dengan Pemberi Tugas dilakukan untuk mempersiapkan


Surat Perjanjian Kerja (Kontrak). Dalam Surat Perjanjian nantinya akan
berisikan uraian tugas dan tanggung jawab konsultan, Daftar Volume
pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan dan biayanya.

1.2.2 Pengumpulan Data-Data Awal

Segera setelah diperoleh kejelasan mengenai volume pekerjaan,


rencana penanganan dan lain sebagainya, Konsultan akan
mengumpulkan data-data awal yang diperlukan bagi pelaksanaan
proyek.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data awal adalah


menghubungi instansi terkait yang berhubungan dengan penyediaan
data peta, statistik, studi-studi yang sebelumnya ada, dan lain
sebagainya.

Data-data yang akan dikumpulkan antara lain:

 Peta Ruas Jalan dan data jalan & jembatan yang akan di desain
(data kelas, fungsi dan status jalan dan jembatan).

 Peta topografi skala 1 : 25.000-50.000 yang menunjukkan keadaan


topografi, jaringan jalan, pola dan aliran sungai yang ada, dan
lain-lain (atau mozaik foto udara skala 1 : 20.000 pada
perencanaan jalan baru di lokasi sulit, jika diperlukan).

 Peta geologi.

 Peta land use dan kehutanan.

 Peta curah hujan dan data stasiun pengamat curah hujan.

 Peta pendukung lainnya yang dipakai untuk menentukan trase


jalan secara garis besar, dengan menunjukkan beberapa alternatif
trase jalan.

PT. PERENTJANA DJAJA II-2


1.2.3 Penyusunan Rencana Kerja

Konsultan menyusun rencana kerja untuk panduan dalam pelaksanaan


survey pendahuluan agar tercapai tujuan dan sasaran proyek sesuai
kerangka acuan kerja.

Dalam rencana kerja dituangkan tahapan kegiatan dan rinciannya


secara cermat serta waktu yang diperlukan.

Rencana kerja akan didiskusikan kepada pemberi tugas untuk disetujui


yang selanjutnya akan dipakai sebagai panduan pelaksanaan kerja.

1.2.4 Persiapan Peralatan Survey dan Mobilisasi

Peralatan survey akan dikalibrasi dahulu sebelum dimobilisasi. Tujuan dari


kalibrasi tersebut adalah untuk mendapatkan data survey yang akurat.
Apabila semua peralatan dan personil sudah siap maka sesuai jadwal
kerja semuanya akan dimobilisasikan ke kantor proyek.

1.3 Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan


(Reconnaissance), survey topografi serta penyelidikan tanah dan
material. Uraian masing-masing pekerjaan akan diberikan pada bagian
berikut ini.

1.3.1 Survey Pendahuluan

Survey Pendahuluan adalah survey yang dilakukan pada awal pekerjaan


di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal
sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan
pekerjaaan selanjutnya.

Survey Pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang


sudah disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey lapangan. Dengan
dilakukannya survey pendahuluan, diharapkan mampu memberikan
saran dan bahan pertimbangan survey detil lanjutan.

PT. PERENTJANA DJAJA II-3


Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan survey pendahuluan antara
lain:

a) Studi Literatur

Pada tahapan ini Tim survey akan mengumpulkan data


pendukung perencanaan baik data sekunder maupun data
laporan Studi Kelayakan (FS), laporan Studi Amdal (bila ada).

Data sekunder khususnya yang berupa peta akan dianalisa untuk


menentukan arah kegiatan survey meliputi:

 Penentuan titik awal dan titik akhir survey pendahuluan


berdasarkan peta dasar dan disetujui oleh project officer.

 Rencana jalur survey pendahuluan.

 Analisis pola aliran sungai, batas rawa, hutan, ladang,


permukiman, land use dan lain-lainnya untuk menentukan
trase jalan rencana.

b) Koordinasi dengan Instansi Terkait

Tim Survey akan melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan


instansi atau unsur-unsur terkait di daerah/di lokasi proyek
sehubungan dengan dilaksanakannya survey pendahuluan.

c) Survey Pendahuluan Jalan

Jenis pekerjaan yang akan dilakukan adalah:

 Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada


daerah rencana trase jalan.

 Menetapkan arah dan jarak perintisan seperlunya dan


memberi patok pada trase jalan yang direncanakan untuk
digunakan sebagai pedoman bagi tim pengukuran.

 Pada setiap 1000 m (1 Km) diberi patok kayu ukuran 5 x 5 x


60 cm, beri tanda KM yang bersangkutan. Di lokasi sungai

PT. PERENTJANA DJAJA II-4


dipasang 2 patok (berseberangan) dan diberikan catatan
nomor urut sungai yang dilalui.

 Membuat foto dokumentasi lapangan pada lokasi-lokasi


yang penting.

 Mengadakan pencatatan sumber lokasi material yang


dapat dipergunakan untuk bahan jalan (material timbunan,
material pavement dan struktur), memperkirakan volume
dan jumlah cadangannya serta jarak dari lokasi proyek
serta perkiraanm metode penambangannya. Diusahakan
juga untuk mendapatkan peta lokasi sumber material.

 Membuat laporan lengkap pekerjaan ini dan memberi


saran yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi dengan
mempertimbangkan alternatif trase jalan yang diambil.

d) Diskusi Perencanaan di lapangan

Tim survey akan membuat usul perencanaan di lapangan sesuai


dengan bidang keahliannya masing-masing serta membuat sketsa
di lengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda di
lapangan berupa patok serta dilengkapi foto-foto penting yang
akan digunakan sebagai bahan penyusunan laporan
pendahuluan.

Untuk daerah-daerah yang dianggap tidak dapat/tidak akan


dapat memenuhi standar Perencanaan Geometrik, kalo
memungkinkan, dicari trase lain (relokasi) yang lebih baik sehingga
benar-benar dapat memenuhi standar perencanaan geometrik
dimaksud yang dibuktikan dengan pembuatan draft dari
penarikan alinyemen horizontal dan vertikal.

PT. PERENTJANA DJAJA II-5


e) Survey Pendahuluan Upah, Harga Satuan & Peralatan

Tim Survey akan mengumpulkan data upah, harga satuan bahan


dan peralatan. Data ini umumnya resmi dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah atau Dinas Pekerjaan Umum/Kimpraswil
setempat.

f) Survey Pendahuluan Hidrologi

Tim survey akan melakukan survey pendahuluan hidrologi yang


meliputi pekerjaan:

 Mengumpulkan data curah hujan

 Menganalisa luas daerah tangkapan (catchment area)

 Menginventarisasi bangunan drainase eksisting, mencatat


tinggi muka air normal, muka air banjir dan muka air banjir
tertinggi yang pernah terjadi serta adanya tanda-
tanda/gejala-gejala erosi yang dilengkapi dengan sket
lokasi, morfologi serta karakter aliran sungai dan dilengkapi
foto-foto jika diperlukan.

 Mencatat kemungkinan diperlukannya pemasangan


jembatan, gorong-gorong dan bangunan pelengkap
lainnya berikut dengan prakiraan dimensinya.

 Mengamati tata guna lahan dan keterangan-keterangan


penting di sepanjang trase jalan seperti rawa, kebun,
ladang dengan batas-batasnya.

 Membuat rencana kerja untuk survey detil hidrologi.

 Mengamati kondisi terain pada daerah tangkapan


sehubungan dengan bentuk dan kemiringan tanah yang
akan mempengaruhi pola aliran.

PT. PERENTJANA DJAJA II-6


 Mengamati karakter aliran sungai/morfologi daerah trase
jalan, yang nantinya mungkin berpengaruh terhadap
konstuksi dan saran-saran yang diperlukan

g) Survey Pendahuluan Lingkungan

Tim survey akan melakukan survey pendahuluan lingkungan yang


meliputi pekerjaan:

 Mendata rona awal lingkungan untuk analisis lingkungan.

 Mengidentifikasi komponen lingkungan yang sensitif yang


meliputi aspek fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi dan
budaya masyarakat.

 Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas


umum dsb.

1.3.2 Survey Topografi

Survey topografi dilakukan untuk memperoleh gambaran situasi dan


kondisi topografis daerah perencanaan sepanjang rencana trase jalan di
dalam koridor yang ditetapkan. Hasil akhir dari pekerjaan topografi
adalah peta topografi/situasi daerah perencanaan yang akan menjadi
peta dasar perencanaan.

Peta topografi yang diisyaratkan adalah skala 1:1000 untuk perencanaan


geometrik jalan, serta 1:500 untuk perencanaan jembatan dan
penanggulangan longsoran.

Pada perencanaan jalan yang telah ada, survey topografi dilakukan


pada sepanjang koridor jalan yang akan direncanakan pada daerah
ROW jalan dan batas-batas yang telah ditentukan oleh Pemberi Tugas
atas dasar kebutuhan perencanaan dan desain.

Pada segmen jalan yang berupa perencanaan jalan baru (jika ada),
pengukuran topografi dilakukan pada jalur rintisan jalan yang telah dirintis
oleh Tim Survey Pendahuluan.

PT. PERENTJANA DJAJA II-7


Pekerjaan Survey Topografi pengukuran terdiri dari:

a) Pekerjaan Perintisan

 Pekerjaan perintis berupa merintis atau membuka sebagian


daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat
berjalan dengan lancar, dan hasil ukurnya baik.

 Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah gergaji mesin


atau sejenisnya dan parang/peralatan parangkonvensional
lainnya.

 Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di


atas peta topografi atau atas petunjuk Project Officer.

 Perintis arah melintang jalan, dalam setiap patok yang akan


diukur penampang melintang

b) Pengecekan dan Kalibrasi Alat Ukur

Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pengecekan dan koreksi


alat-alat ukur yang akan digunakan (Teodolit, EDM, Waterpas dan
lain-lain). Pengecekan dilakukan di lokasi pekerjaan. Nilai kesalahan
sistematis hasil pengecekan/kalibrasi dicatat, jika kesalahan ini tidak
bisa dihilangkan/direduksi dengan metode pengukuran tertentu,
koreksi harus diberikan kesemua data ukur/hitungan itu.

Pengecekan waterpass harus memenuhi syarat-syarat:

 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.

 Sumbu II tegak lurus sumbu I

 Kesalahan kolimasi horisontal = 0

 Cara pengecekan dan koreksi alat sesuai dengan standart


teori ilmu cuku tanah, atau buku petunjuk pemakaian alat.

 Hasil pengecekan dan koreksinya serta hasil akhir setelah


dikoreksi harus ditatat dalam buku ukur sesuai pekerjaannya
dan dilampirkan dalam laporan.

PT. PERENTJANA DJAJA II-8


c) Pemasangan Patok dan Benchmark

Patok-patok kayu dan Benchmark dipasang untuk pengikatan


ukuran, ditanam pada tempat yang cukup aman guna keperluan
staking out nantinya.

 Patok bantu kayu digunakan untuk pengukuran polygon, sipat


datar dan detail-detail situasi, dipilih kayu yang cukup keras,
lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, bagian bawahnya
diruncingkan; bagian atasnya dan bagian tengahnya
diratakan untuk penulisan nomor patok. Patok ditanam cukup
kuat sedalam lebih kurang 30 cm.

 Baik patok-patok beton (BM) maupun patok-patok kayu diberi


tanda cat kuning dan diberi nomor urut. Patok kayu diberi
nomor urut dengan tulisan hitam yang diletakkan di sebelah kiri
ke arah jalannya pengukuran.

 Untuk memudahkan pencarian patok-patok, pada pohon-


pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda
tertentu.

Kegiatan yang dilakukan pada pemasangan patok kayu dan BM


adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan Patok Kayu

 Digunakan sebagai patok pengukuran, dengan ukuran tinggi


60 cm Ø 5 cm.

 Dipasang pada setiap jarak 50 – 100 meter.

 Diberi nomor urut.

 Ditanam sedalam 45 cm sehingga yang muncul dipermukaan


15 cm.

PT. PERENTJANA DJAJA II-9


2. Pemasangan Patok Beton (BM)

 BM Digunakan sebagai titik pengikat tetap terbuat dari beton


ukuran 15 x 15 x 75 cm atau patok paralon Ø 6” x 75 cm.

 Diletakkan pada tempat yang aman dan mudah diterlihat,


dipasang tiap interval 1000 m (1 km).

 BM kecil ukuran 10 x10 x75 cm atau patok paralon beton Ø 4” x


75 cm dipasang setiap jembatan/sungai sebanyak 2 buah.

 Pemberian nama BM dan nomor urut I, II dan III dan seterusnya.

 Ditanam sedalam 55 cm hingga yang nampak dipermukaan


tanah 20 cm.

 Patok beton diberi tulangan Ø 1/2” x 70 cm, muncul 1 cm


diatas permukaan patok.

 Ttitik awal dan titik akhir dipasang patok beton masing-masing


2 buah.

 Ttitik awal dan titik akhir pada bagian ruas jalan yang sudah
ada badan jalannya, dipasang patok beton masing-masing 2
buah.

d) Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

Pengukuran Titik Kontrol Horizontal dilakukan dengan Metode Poligon.

Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran poligon pada trase jalan


rencana adalah sebagai berikut:

 Alat yang digunakan Theodolith T2 atau sejenisnya.

 Hitungan perataan menggunakan metode Bowditch.

 Pengukuran poligon diikatkan pada titik-titik tetap yang


diketahui koordinatnya. Bila titik tetap tidak ada disekitar
lokasi maka pengukuran dan perhitungan poligon
menggunakan koordinat lokal yang dimulai dari awal
proyek.

PT. PERENTJANA DJAJA II-10


 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100 m.
Jarak diukur dengan EDM dalam dua arah, dikontrol secara
kasaran dengan pembacaan kemuka dan kebelakang dari
jarak optis.

 Kontrol azimuth dilakukan pada setiap 5 titik pengikat tetap


(BM) dengan pengamatan matahari/azimut astronomi atau
dengan poligon tertutup.

 Pengukuran azimuth astronomi menggunakan theodolit T2


atau sejenisnya dari 2 seri pembacaan, biasa dan luar
biasa.

 Standar Deviasi azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.

 Ketelitian Kerangka Horizontal yang disyaratkan:

- Kesalahan penutup sudut < 10” n; dimana n =


banyaknya titik poligon

- Kesalahan jarak linier = 1 : 2000

e) Pengukuran Kerangka Vertikal

Pengukuran Titik Kontrol Vertikal dilakukan dengan Metode


Leveling/Waterpass.

Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran waterpass pada trase


jalan rencana adalah sebagai berikut

 Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan dobel stand atau 2


kali berdiri alat.

 Alat yang digunakan adalah Wild Nak 2/Zeiss NI2 atau alat
sipat datar otomatik lainnya yang sejenisnya.

 Pengukuran beda tinggi, titik ikatnya diambil sama dengan


yang digunakan pada pengukuran poligon (BM) yang sudah
diketahui ketinggiannya.

PT. PERENTJANA DJAJA II-11


 Setiap kali pengukuran dilakukan pembacaan ketiga benang,
yaitu benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang 2 BT
= BA + BB.

 Kesalahan penutup yang disyaratkan 8D mm; dimana D =


jarak dalam Km.

f) Pengukuran Situasi, Situasi Sungai/Jembatan

Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup


semua detail topografi dan keterangan-keterangan yang ada di
daerah sepanjang rencana jalan tersebut.

 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem techymetri

 Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan


theodolit-TO).

Kegiatan yang dilakukan pada pengukuran situasi sungai/jembatan


adalah sebagai berikut:

 Pengukuran situasi sungai meliputi daerah sejauh 50 m ke hilir


dan 50 m ke hulu sampai 25 m dari masing-masing tepinya.
Untuk bentang sungai > 10 m tidak perlu disituasi, tetapi dibuat
pengukuran melintangnya saja pada rencana As
jalan/jembatan.

 Pengukuran melintang sungai pada setiap 25 m sampai


daerah 25 m dari masing-masing tepinya.

 Pada setiap tepi sungai/saluran, dipasanga patok beton


ukuran 75 x 10 cm pada jarak 7.5 m sebelah kiri dan kanan
rencana as jalan.

 Gambar detil sungai harus meliputi keadaan topografi dasar,


tebing dan tepi sungai serta daerah sekitarnya.

 Ketinggian muka air banjir, muka air normal dan muka air
terendah harus diketahui dan dicatat.

PT. PERENTJANA DJAJA II-12


 Jembatan dan gorong-gorong yang ada harus dibuat sketsa
dan dimensinya, dicantumkan juga keterangan mengenai
material yang digunakan.

g) Pengukuran Penampang

Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan


untuk menentukan volume penggalian dan penimbunan.

 Pengukuran Penampang Memanjang

 Pengukuran penampang memanjang dilakukan


sepanjang sumbu rencana jalan. Dilakukan setiap jarak
interval 50 meter pada bagian lurus dan relatif datar, 25
meter pada bagian berbelok/rolling.

 Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang


memanjang sama dengan yang dipakai untuk
pengukuran titik kontrol vertikal (alat To atau yang
sejenisnya).

 Pengukuran Penampang Melintang

 Pengukuran penampang melintang pada daerah-


daerah yang datar dan landai dibuat setiap interval 50
m dan pada daerah-daerah tikungan pegunungan
dibuat setiap interval 25 m.

 Lebar pengukuran penampang melintang 75 m kekiri/


tekanan as jalan, dan untuk daerah tikungan 150 m, 50
m ke arah luar dan 100 m ke arah dalam tikungan.

 Khusus untuk perpotongan dengan sungai dilakukan


dengan ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus).

PT. PERENTJANA DJAJA II-13


 Peralatan yagn dipergunakan untuk pengukuran
penampang melintang sama dengan dipakai
pengukuran situasi (alat To atau yang sejenisnya).

 Untuk daerah pegunungan yang masih belum dapat


ditentukan rencana as jalannya, koridor perlu diperlebar
sehingga diperoleh gambaran medan sekitarnya.

h) Dokumentasi Foto Survey Topografi

Foto lapangan diperlukan untuk memberikan gambaran kondisi


medan disekitar rencana jalan, seperti: batas dan jenis kebun, rawa,
ladang, alang-alang, hutan, perkampungan desa, bukit, sungai dan
lain-lain.

Kegiatan dokumentasi yang perlu dilakukan pada pada trase jalan


sebagai berikut:

 Di titik awal dan titik akhir rencana trase jalan.

 Di setiap lokasi jembatan/sungai yang cukup besar dilbuat


dokumentasi foto dari arah hulu dan arah hilir sungai
mengarah ke jembatan atau rencana jembatan.

 Daerah longsoran atau spot yang memerlukan perhatian


khusus.

1.3.3 Survey Hidrologi

Survey hidrologi bertujuan untuk mencari data yang diperlukan dalam


analisa hidrologi dan selanjutnya dapat dipergunakan dalam
perencanaan drainase.

Perencanaan drainase meliputi penentuan jenis dan dimensi dari


bangunan-bangunan drainase, disamping itu untuk menentukan bentuk
potongan jalan itu sendiri.

PT. PERENTJANA DJAJA II-14


Melalui survai lapangan ini dilakukan pengamatan kondisi geologi,
vegetasi, land use, pendataan sungai dan alur, prediksi penempatan
gorong-gorong serta dokumentasi kondisi daerah proyek.

Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam survey ini


meliputi:

 Menganalisa pola aliran pada daerah rencana trase jalan


yang paling aman dilihat dari pengaruh pola aliran tersebut.

 Menentukan luas daerah pengaruh dari pola aliran air


(catchment area) dan jenis tanah daerah aliran yang
bersangkutan.

 Mengambil data curah hujan dan banjir tahunan dari sumber-


sumber terkait dan menentukan hujan rencana yang
selanjutnya dipakai untuk menentukan banjir rencana dengan
metode hitungan yang ada.

 Memperkirakan ketinggian air tertinggi pada waktu banjir


dengan cara visual di lapangan dengan melihat tanda-tanda
bekas jalur air banjir.

1.3.4 Survey Penyelidikan Tanah dan Material

Maksud dan penyelidikan Geoteknik disini adalah pemetaan Geologi


Teknik Detail, termasuk pemetaan tanah dasar dan sebagainya
disepanjang rencana jalan dengan tujuan memberikan informasi/
gambaran secara menyeluruh mengenai :

 Tingkatan stabilitas rencana jalan.

 Pengelompokan dan analisis sifat tanah dasar/rencana subgrade,


hubungan dengan analisa perkerasan jalan dan bangunan jalan
lainnya.

 Analisa jenis, volume dan lokasi quarry yang bisa dimanfaatkan


dalam konstruksi jalan/ jembatan lainnya.

PT. PERENTJANA DJAJA II-15


Penyelidikan tanah untuk konstruksi jalan di dalam proyek ini dilakukan
berdasarkan survey langsung di lapangan maupun dengan pemeriksaan
laboratorium dari sampel tanah yang dibawa dari lapangan. Jenis
pekerjaan ini meliputi:

 Pemetaan Geologi Teknik Permukiman Detail

 Pemetaan Tanah Dasar

 Dynamic Cone Penetrometer (DCP) test.

 Pengambilan contoh tanah (tes Pit) dan CBR laboratorium


berdasarkan modified AASHTO T.193

Pelaksanaan jenis pekerjaan tersebut diuraikan dibawah ini.

a) Pemetaan Geologi Teknik Permukaan Detil

Pemetaan Geologi Teknik Permukaan Detil dilakukan berdasarkan


Peta Geologi dan peta topografi/rupa bumi skala 1 : 25.0000 atau
lebih besar.

b) Pemetaan Tanah Dasar

Lapukan batuan dianalisa atau dasar pemeriksaan sifat fisik/ kimia,


diplot di atas peta Geologi Teknik termasuk di dalamnya
pengamatan tentang:

 Gerakan tanah

 Tebal tanah dasar

 Kondisi air tanah dan air permukaan

 Vegetasi

 Drainase alami

c) Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

Ketentuan pelaksanaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) sebagai


berikut:

PT. PERENTJANA DJAJA II-16


 Untuk bagian jalan eksisting dimana tidak bisa dilaksanakan
Benkleman Beam, atau pada bagian rencana jalan, nilai
CBR/CBR sub grade ditentukan dengan DCP Test. Material
perkerasan yang ada pada titik pemeriksaan DCP harus digali
sebelum pemeriksaan dilakukan dan catatan yang dibuat
memperlihatkan ketebalan dan kondisi struktur dan material
perkerasan yang ada. Semua lobang galian untuk
pemeriksaan DCP akan ditutup dan dipadatkan secara
merata oleh team segera setelah percobaan DCP
dilaksanakan.

 Pemeriksaan skala DCP pada jarak 200 m sepanjang jalan


pada as rencana.

 Pemeriksaan DCP pada kedalaman 80 cm di bawah


permukaan/sub grade.

 Pencatatan setiap titik pemeriksaan DCP dan dimasukkan


formulir.

d) Test PIT dan CBR Laboratorium

Tes pit dilakukan pada setiap jenis tanah yang berbeda, dengan
kedalaman 1,5 meter.

Pada setiap test pit dilakukan pengamanan/ diskripsi struktur dan jenis
tanah, difoto dan diambil sampelnya untuk dianalisa di laboratorium

Ketentuan pelaksanaan CBR laboratorium sebagai berikut:

 CBR laboratorium rendaman harus dilaksanakan pada contoh


sub grade yang diambil pada jarak 5 km atau lebih rapat
pada bagian as jalan.

 Contoh tanah harus cukup besar jumlahnya untuk


memungkinkan pemeriksaan penentuan kadar air optimum
dan dapat disiapkan minimal 5 sample CBR. Sampel tanah
tidak kurang dari 50 kg.

PT. PERENTJANA DJAJA II-17


 Pemeriksaan CBR harus sesuai dengan AASHTO T.193
modifikasi.

 Tiap lubang penggalian untuk contoh CBR akan ditutup dan


dipadatkan secara merata setelah diambil contoh tanahnya.

 Kadar air optimum dapat di perkirakan secara visual oleh


teknisi tanah yang berpengalaman selain dengan
menggunakan percobaan AASHTO T.99

 Tiga buah sample akan disiapkan pada perhitungan kadar air


optimum dengan menggunakan penumbuk seberat 2.5 kg
dengan 20, 56 dan 65 pukulan dan 2 buah sampel berikutnya
yang akan disiapkan dengan menggunakan 56 pukulan. Yang
pertama menggunakan 3 % diatas perkiraan kadar air
optimum dan yang lain menggunakan 3 % dibawah kadar air
optimum.

 Hasil percobaan digambar pada formulir HR.23. Tiga titik


pemeriksaan yang didapat dengan menggunakan 56 pukulan
harus dipakai untuk menetapkan nilai kadar air optimum yang
lebih tepat. Disamping itu nilai CBR dari ke 5 sample harus
digunakan untuk menaksir nilai CBR yang sesuai dengan
maksimum kepadatan kering dan sesuai dengan 95 % dari
MDD.

e) Undisturbed Sample

Untuk desain sudut lereng pada daerah-daerah dengan galian


cukup tinggi diperlukan contoh tanah murni (Undistrubed Sample),
diambil dalam tabung, untuk di test di laboratorium sebagai berikut :

- Q = Sudut geser tanah

- c = Kohesi

- u = Tekanan Pori (derajat kejenuhan)

PT. PERENTJANA DJAJA II-18


Hasil dari parameter-parameter di atas digunakan untuk perhitungan
keamanan sudut lereng dari keruntuhan, dibuat dalam seksi-seksi (Km
..... s/d Km ....), yang menghasilkan tinggi maksimum lereng aman (FK
> 1,5) dengan berbagai variasi perbandingan sudut lereng.

1.3.5 Hitungan dan Penggambaran Topografi

1) Hitungan Pengamatan Matahari

Pencatatan pengamatan dan penghitungan azimuth matahari


menggunakan formulir standart Subdit. Jalan Dit. Bintek, Bina Marga.
Tabel almanak matahari menggunakan tabel yang digunakan oleh
Dit .Topografi TNI – AD atau keluaran ITB pada tahun yang berjalan.

2) Hitungan Poligon

Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara


pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya,
dan diikatkan pada titik-titik ikat (BM) yang ada. Koreksi sudut
diberikan tidak sama rata, melainkan pada sisi yang lebih pendek
diberikan koreksi yang lebih besar.

3) Hitungan Waterpass

Perhitungan waterpass dengan 4 desimal harus dilakukan kontrol


pada setiap halaman, yaitu jumlah beda tinggi harus sama dengan
jumlah pembacaan benang tengah rambu muka.

4) Hitungan Koordinat Titik Ikat, Situasi dan Penampang

Hitungan Situasi dan Penampang dihitungan berdasarkan data


koordinat titik ikat yang telah diketahui koordinatnya dari hitungan
poligon dan waterpass

5) Penggambaran

Pekerjaan penggambaran topografi mengacu kepada standar


penggambaran yang berlaku di P3JJ dan tidak perlu dibahas lebih

PT. PERENTJANA DJAJA II-19


dalam. Sebagai pedoman umum penggambaran akan diuraikan di
bawah ini.

 Pembuatan peta situasi skala 1 : 1000 diatas kertas milimeter


dengan interval garis tinggi 1 meter

 Pencantuman semua patok dan titik detail dengan dilengkapi


tanda nomor, ketinggian dan koordinatnya.

 Pencantuman detail situasi yang ada seperti: batas rawa, lebar


sungai dan saluran, ukuran jembatan dan gorong-gorong dan
objek yang dianggap penting.

 Pembuatan disain alinyemen horisontal dengan bentuk


tikungan full circle lengkap dengan data stationing dan data
lengkungan.

 Penggambaran peta situasi jalan skala 1 : 5000 yang


mencakup informasi as jalan dan data koordinat dari semua
titik pengukuran dan tikungan.

1.3.6 Analisis Geologi Teknik dan Mekanika Tanah

Penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah merupakan salah satu


penunjang dan bagian penting dari perencanaan konstruksi, sebab
tanah merupakan pondasi pendukung dari semua bangunan sipil, oleh
karena itu kestabilan dan keamanan bangunan tergantung pada
kestabilan tanahnya.

Penyelidikan tanah meliputi tingkat kestabilan rencana jalan,


pengelompokan dan analisa sifat tanah/subgrade dan batuan, termasuk
test baik yang dilakukan dengan alat maupun manual seperti test DCP,
test PIT, pengambilan contoh tabung/undisturbed sample (untuk
menentukan desain sudut lereng yang aman), kondisi
drainase/hidrogeologi, sumber material untuk perkerasan dan timbunan
(borrow area) dilengkapi dengan perkiraan volume yang ada serta
metode penambangannya.

PT. PERENTJANA DJAJA II-20


a) Pemetaan Geologi Teknik

Dilakukan Pemetaan Geologi Teknik di sepanjang ruas jalan


dengan menggunakan peta dasar skala 1:50.000/1:250.000
meliputi pengamatan singkapan, urut-urutan susunan lithologi
(stratigrafi), ketebalan tanah pelapukan untuk setiap jenis batuan
ang ada, pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan,
kestabilan wilayah dan struktur geologi, fisiografi dan satuan
morfologinya (dataran, perbukitan atau pegunungan)

b) Pemetaan Tanah Dasar

Pemetaan Tanah Dasar/Pemetaan Penyebaran Tanah dilakukan


dengan cara menganalisa pelapukan batuan atas dasar
pemeriksaan visual maupun laboratorium tentang sifat
fisik/kimianya.

c) Pemetaan Sumber Kuari

Untuk setiap daerah yang diperhitungkan dapat berfungsi sebagai


sumber kuari baik untuk timbunan (batupasir, tufa, lempung lanau
pasiran) maupun untuk perkerasan jalan (keirkil, kerakal, bongkah)
dilakukan analisa kuari dan kemudian dibuatkan peta kuarinya
yang berisikan data jenis kuari, perkiraan volume cadangan kuari
dan cara penambangannya (alat berat atau manual).

d) Penggalian Sumur Uji (Test Pit)

Penggalian sumur uji dilakukan pada setiap jenis batuan yang


berbeda atau maksimum setiap 5 (lima) kilometer bilamana
dijumpai jenis batuan yang sama.

Nilai penurunan langsung (direct/Immediate Settlement) yang


ditimbulkan akibat bahan tanah timbunan (sekitar 0.5 – 5 meter)
dapat dihitung langsung dari data sifat-sifat tanah setempat yang
diambil dari hasil penyelidikan laboratorium terhadap contoh-

PT. PERENTJANA DJAJA II-21


contoh tanah terganggu (sumuran uji) yang diambil pada lokasi-
lokasi tertentu yang direncanakan untuk bahan timbunan.

Lubang sumuran uji berbentuk empat persegi panjang dengan


arah panjang berarah utara, berukuran 1x1.5 meter dengan
kedalaman 1-2 meter atau dihentikan jika menemui batuan dasar
yang keras atau mata air tanah. Pada sumuran uji diamati dan
diberikan deskripsi warna, jenis tanah, plastisitas, konsistensi, bentuk
butir dan gradasi serta difoto.

Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample) untuk


test CBR laboratorium seberat 40-50 kg untuk setiap sumuran uji
yang mewakili.

e) Test DCP lapangan

Test DCP lapangan dilakukan untuk memperoleh nilai CBR tanah

f) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed Sample)

Pengambilan contoh tabung (contoh tanah tidak terganggu)


dilaksanakan pada tebing-tebing yang dianggap kritis yaitu
daerah-daerah dengan lereng alami yang curam, serta rencana
galian yang tinggi (lebih dari 6 meter). Pengambilan contoh
tabung dilakukan untuk mendapatkan parameter sudut geser (),
kohesi () dan berat tanah basah (w) untuk menghitung desain
sudut lereng yang aman dari keruntuhan dan tinggi maksimumnya.

Pengambilan contoh dikerjakan dengan tabung yang


ditekan/ditumbuk pada tanah, setelah masuk (contoh tabung
telah penuh) diambil, untuk selanjutnya kedua ujung ditutup
dengan peralatan agar supaya kandungan kadar air tidak
berkurang.

g) Pekerjaan laboratorium

Pekerjaan Laboratorium meliputi:

PT. PERENTJANA DJAJA II-22


 Index Properties: yaitu analisa saringan, atterberg limits,
berat jenis dan kadar air.

 Struktur Properties: yaitu pemadatan (compaction), CBR,


unconfined, triaxial, direct shear dan konsolidasi.

h) Analisa Stabilitas

Ketidakstabilan wilayah dapat terjadi akibat daerah rencana jalan


disusun oleh beberapa jenis satuan batuan dengan sifat kekerasan
yang berbeda; pengaruh lain adalah faktor alam, diantaranya
keadaan air permukaan dan bawah permukaan (geo-hidrologi)
serta curah hujan.

Atas dasar pengamatan di lapangan secara visual mengenai jenis


batuan dasar dan jenis tanah pelapukan, dirangkum dengan hasil
test laboratorium dari contoh tanah yang diambil, baik contoh
terganggu (Disturbed Sample) maupun contoh tidak terganggu
(Undisturbed Sample) dapat diketahui tingkat stabilitasnya
didasarkan atas pendekatan tinjauan geologi teknik yang meliputi:

 Penyelidikan batuan dasar mengenai jenis, arah dan


kemiringan perlapisan batuan terhadap kemiringan lereng
topografi, serta struktur yang berkembang pada batuan
tersebut.

 Penyelidikan jenis dan kondisi tanah, meliputi sifat fisik dan


gerakan tanah.

Analisa tentang sifat fisik tanah meliputi tingakt pelapukan batuan,


nilai kekuatan tanah dasar, sementasi, serta kompresibilitas dan
pengembangannya (swelling); sedangkan analisa mengenai
struktur dan gerakan tanah berupa frekuensi retakan (kekar),
gerakan tanah (longsor) dan pengaruh sesar.

PT. PERENTJANA DJAJA II-23


Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi
tentang berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain
galian yang aman dari keruntuhan.

Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter


tentang sifat fisik tanah setempat yang diperoleh dari contoh
tabung (Undisturbed Sample) berasal dari hasil triaxial test atau
direct shear.

Parameter yang dihasilkan dari test ini, yaitu C = kohesi tanah,  =


sudut geser tanah dan w= berat isi tanah basah.

Perhitungan angka keamanan lereng (desain sudut lereng dan


tinggi maksimum yang aman) dilakukan dengan menggunakan
rumus taylor dan menggunakan grafik taylor.

1.3.7 Analisis Hidrologi dan Perencanaan Drainase

Penelitian dan pengolahan hidrologi adalah proses detailed engineering


design untuk perencanaan sistem drainase, dengan tujuan mendapatkan
curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu sebagai dasar
perhitungan debit banjir rencana.

Berdasarkan hitungan debit banjir rencana maka dapat dianalisa antara


lain:

 Dimensi dari bangunan drainase (culvert, side ditch).

 Elevasi permukaan jalan dan jembatan, culvert dan side ditch.

 Pengecekan terhadap bentang jembatan yang ada ataupun


jembatan rencana.

Studi hidrologi disini dilakukan dengan 2 metode pendekatan yang saling


terkait. Cara pertama dengan pengamatan langsung (survai) di lokasi
jembatan dan sepanjang trase jalan rencana.

Metode pendekatan lainnya adalah dengan melalui studi literatur dan


pengumpulan data sekunder dari instansi terkait yang meliputi data

PT. PERENTJANA DJAJA II-24


curah hujan dari stasiun yang berada di sekitar daerah proyek, data peta
rupabumi serta penentuan faktor-faktor hidrologis yang akan diterapkan
yang terdiri dari faktor kekasaran saluran, faktor resapan dan lain-lain.

Penelitian dilakukan dengan bantuan data statistik yang ada di daerah


setempat serta mengidentifikasi curah hujan yang paling berpengaruh
terhadap daerah tangkapan sehingga akan mendapatkan data yang
paling optimal. Data curah hujan dan banjir tahunan diambil dari sumber-
sumber terkait dalam kurun waktu 10 tahun.

Dari data-data di atas kemudian diprediksi kemungkinan terjadinya curah


hujan yang paling besar yang selanjutnya dapat diperkirakan besarnya
intensitas curah hujan dan banjir rencana dengan metode-metode yang
ada. Untuk analisa hidrologi, ditetapkan periode ulang 25 tahun. Dari
data lapangan dan hasil perhitungan itu selanjutnya adalah penentuan
tinggi, bentang dan jenis jembatan yang diperlukan; jenis dan dimensi
saluran samping dan gorong-gorong; kemiringan saluran kemiringan
melintang jalan yang direkomendasikan menurut jenis perkerasan dan
kondisi hidrologis rencana jalan.

1.3.8 Perencanaan Teknis Jalan (Full Design)

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pokok dari perencanaan ini.


Kegiatan di dalamnya antara lain adalah pembuatan nota disain,
perencanaan geometrik dan perkerasan jalan, perencanaan bangunan
pelengkap dan rambu, perhitungan kuantitas dan biaya proyek. Uraian
dari masing-masing kegiatan ini diterangkan dibawah ini.

a) Pembuatan Nota Disain

Nota disain perencanaan teknis jalan didasarkan pada standar


yang berlaku di Indonesia yang terdiri dari:

 Peraturan Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya


Nomor: 01/PD/BM/83;

PT. PERENTJANA DJAJA II-25


 Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
Nomor: 4/PD/BM/74;

 Perencanaan Geometrik Jalan Raya Nomor 13/1970 dari


Direktorat Bina Marga;

 Peraturan pemerintah tentang jalan No.26 tahun 1985


mengenai kelas jalan, alinyemen dan lebar jalan.

 Standar drainase jalan;

 Penerangan Jalan Raya;

 Peraturan Beton Bertulang Indonesia, NI – 2, 1971;

 Jembatan Jalan Raya;

 Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan


Raya SKBI Nomor: 1.3.28.1987, UDC: 624.042.624.21;

 Buku Petunjuk Perencanaan Tahan Gempa untuk Jembatan


Jalan Raya; Produk Standar untuk Jalan Perkotaan.

Untuk standar khusus yang belum tercakup dalam standar yang


diuraikan di atas, maka Konsultan akan menggunakan Spesifikasi
Teknis yang diterbitkan oleh ASTM/AASHTO (Amerika Serikat), BS
(Inggris) atau sesuai arahan dari Pemberi Tugas.

b) Perencanaan Teknis Jalan

Konsultan akan membuat perencanaan teknis dari setiap detail


perencanaan kemudian melaporkannya kepada Pemberi
Tugas/Project Officer untuk dimintakan persetujuannya. Draft
Design tersebut digambar di atas kertas milimeter atau langsung
di atas kertas standar sheet yang telah ditetapkan oleh
Pemberi Tugas.

Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep


perencanaannya antara lain:

PT. PERENTJANA DJAJA II-26


1. Plan (alinyemen horizontal)

Plan (alinyemen horizontal) digambar di atas peta situasi skala 1 :


1.000 dengan interval garis tinggi satu meter dan dilengkapi
dengan index antara lain:

 Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horizontal/vertikal.

 Batas-batas lokasi dari semua data topografis yang


penting seperti batas rawa, kebun, hutan lindung, rumah,
sungai dan lain-lain.

 Kerapatan tanaman/pohon-pohonan berikut persentase


menurut diameter pohon-pohonannya.

 Elemen-elemen lengkung horizontal (curve data) yang


direncanakan dengan bentuk tikungan full circle atau
lengkung peralihan untuk sudut lengkung > 20o.

 Lokasi dari gorong-gorong dan rencana jembatan.

Setelah konsep alinyemen horizontal disetujui Project Officer maka


draft design tersebut dapat langsung dipindahkan ke kertas
standard sheet.

2. Profil (Alinyemen Vertikal)

Setelah konsep alinyemen horizontal disetujui Project Officer dan


telah dipindahkan ke atas kertas standard sheet, maka konsep
alinyemen vertikal (penampang memanjang) dapat segera
dimulai.

Konsep alinyemen vertikal ini dapat langsung digambar (dengan


pensil) di atas standard sheet tadi dibagian bawah dari gambar
alinyemen horizontal. Alinyemen vertikal digambar dengan skala
horizontal 1 : 1.000 dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup hal-
hal sebagai berikut:

PT. PERENTJANA DJAJA II-27


 Tinggi muka tanah asli dan tinggi nomor potongan
melintang.

 Pengetrapan kemiringan maksimal dari lengkung horizontal


(diagram super elevasi).

 Elemen-elemen/data-data lengkung vertikal.

 Lokasi bangunan-bangunan pelengkap dan bangunan-


bangunan drainase.

3. Potongan Melintang

Gambar potongan melintang dibuat menurut peta topografi


sesuai keadaan pada lokasi, digambarkan di atas standar sheet
dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50. Stationing
dilakukan pada interval 25 - 50 meter.

Gambar ini dibuat dalam skala yang pantas dengan memuat


semua detail yang perlu antara lain: penampang pada daerah
galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-
beda.

4. Perencanaan Perkerasan

Perenacanaan perkerasan lentur dilakukan berdasar nilai CBR


subgrade serta perkiraan beban lalu lintas umur rencana.

Perencanaan perkerasan untuk seluruh ruah jalan ini dilakukan


berdasar nilai CBR lapangan dengan alat DCP (Dinamic Cone
Penetrometer).

5. Standar Bangunan Pelengkap dan Drainase

Gambar ini mencakup semua detail bangunan-bangunan


pelengkap dan bangunan-bangunan drainase seperti turap
pelindung talud, gorong-gorong, saluran batu dan lain-lain.

PT. PERENTJANA DJAJA II-28


6. Perhitungan Kuantitas dan Biaya Proyek (BOQ)

Daftar volume pekerjaan disusun menurut pay item/mata


pembayaran di dalam dokumen tender. Untuk perhitungan
volume pekerjaan tanah dihitung dari gambar cross section
interval 50 – 100m.

Perhitungan kuantitas mencakup seluruh detail jembatan yang


diringkas menjadi

Perhitungan biaya pelaksanaan pembuatan jalan didapat dari


perhitungan harga satuan untuk setiap pay item yang dibagi
menjadi 9 (sembilan) divisi atau bagian seperti terlihat pada tabel
beriktu ini.

BAGIAN PEKERJAAN
Bagian I : Umum
Bagian II : Drainase
Bagian III : Pekerjaan Tanah &
Pembongkaran
Bagian IV : Sub grade
Bagian V : Bahu Jalan
Bagian VI : Sub base dan Base
Bagian VII : Lapisan Penutup & Perkerasan
Bagian VIII : Struktur
Bagian IX : Pekerjaan Lain-lain
Dasar perhitungan didapat dari data harga bahan dan upah
setempat keluaran periode terbaru dan volume pekerjaan. Dari
semua mata pembayaran akan diperoleh perhitungan biaya
keseluruhan proyek.

Analisa harga satuan dari tiap-tiap jenis pekerjaan berdasarkan


faktor-faktor: material, biaya alat, bahan bakar, upah, pajak,
overhead, keuntungan dari kontraktor.

Perkiraan biaya pembebasan tanah akan ditentukan


berdasarkan harga satuan yang telah ditentukan oleh
pemerintah untuk tiap-tiap jenis bangunan, nilai tanah (NJOP Nilai

PT. PERENTJANA DJAJA II-29


Jual Objek Tanah) dan jenis tanaman yang ada di dalam area
pembebasan.

Jika ditemui kemungkinan terdapat masalah pembiayaan


pembangunan karena adanya keterbatasan alokasi dana yang
tersedia, maka perlu dilakukan hitungan pentahapan
pembiayaan dalam beberapa tahun anggaran menyesuaikan
dengan tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan dan jumlah
dana yang tersedia.

1.4 Diskusi/Presentasi

Diskusi akan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan pihak Pemberi Tugas
dengan pokok bahasan sebagai berikut:

A. Diskusi 1

Akan dilakukan setelah pemasukan laporan pendahuluan.


Pembahasannya meliputi rencana kerja dan metoda kerja konsultan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

B. Diskusi 2

Akan dilakukan setelah pembuatan perencanaan alinyemen horisontal


dan vertikal di atas kertas draft. Pembahasannya meliputi nota disain
yang digunakan, permasalahan disain serta pencarian pemecahannya.

C. Diskusi 3

Akan dilakukan setelah pemasukan laporan draft final perencanaan


jalan. Pembahasan meliputi hasil perencanaan teknis jalan lengkap
dengan bangunan pelengkapnya serta biaya konstruksi.

1.5 Jadwal Pelaksanaan

Rencana pelaksanaan perencanaan jalan di atas dapat dilihat pada Gambar


V-1. Rencana Pelaksanaan Perencanaan Teknis Jalan.

PT. PERENTJANA DJAJA II-30


BAB II. METODOLOGI DAN RENCANA KERJA
PERENCANAAN JEMBATAN

2.1 Umum

Ketentuan mengenai Kelas Jalan, Kelas Jembatan yang menyangkut prosentasi


muatan yang ada akan ditentukan bersama-sama dengan Pemberi Tugas.

“Bridge Option” dan pemilihan jenis konstruksi untuk bangunan atas maupun
bangunan bawah yang paling sesuai diusulkan oleh konsultan untuk selanjutnya
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.

Relokasi letak dan lokasi jembatan dihindari sejauh mungkin, dan akan diusahakan
untuk memanfaatkan bagian-bagian jembatan lama yang masih dalam kondisi
baik dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Apabila dalam
pelaksanaan terpaksa harus dilakukan relokasi maka perlu dilakukan penapisan
AMDAL sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang AMDAL (Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan) PP No. 17/2001 apakah diperlukan Dokumen AMDAL atau
cukup Dokumen UKL/UPL.

2.2 Standarisasi

Pedoman dan standar perencaan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

2.2.1 Jalan Pendekat (Approach Road)

- Standar Perencanaan Geometrik Jalan Raya dari Direktorat Jenderal Bina


Marga No. 13/1970.

- Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota No. 038/T/BM/1997.

- Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan lentur Jalan Raya dengan


metode Analisa Komponen dari Direktorat Jenderal Bina Marga No.
01/PD/DM/1983 atau SKBI-2.3.26.1987, UDC: 625.73 (02)

PT. PERENTJANA DJAJA 31


2.2.2 Jembatan

- Perencanaan Bangunan Bawah (Sub Structure) dan Tipe Bangunan Atas


yang dipakai diperhitungkan berdasarkan Pedoman Perencanaan
Pembebanan Jembatan Jalan Raya SKBI-1.3.28.1987, UDC: 624.642 :
624.21.

- Peraturan beton bertulang Indonesia 1971.

- Perhitungan lentur cara “n”. UDC : 624.012.45 : 620.178.

- Standard Konstruksi Jembatan Type Balok T span 5s/d 25 m, klas Muatan


BM 100.

- Standard tiang pancang WIKA

2.3 Metodologi Pelaksanaan Perencanaan Teknis Jembatan

Metodologi pelaksanaan pekerjaan teknis jembatan akan dibagi dalam beberapa


tahap kegiatan yaitu:

1) Tahap persiapan, terdiri dari penyusunan rencana kerja serta persiapan


peralatan survey dan mobilisasi.

2) Tahap pekerjaan lapangan, terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan, survey


topografi, survey hidrologi serta penyelidikan tanah dan material.

3) Tahap pekerjaan kantor, terdiri dari pekerjaan penggambaran topografi,


analisa laboratorium tanah, analisis hidrologi, perencanaan teknis, analisa
harga satuan, hitungan kuantitas dan biaya serta pelaporan.

4) Tahap diskusi, adalah tahapan koordinasi dan presentasi progres/hasil kerja


serta diskusi atas permasalahan yang ada untuk mencari solusi sesuai
dengan arahan yang diminta oleh Pemberi Tugas.

PT. PERENTJANA DJAJA 32


Masing-masing tahap akan diuraikan rinci dibawah ini.

2.4 Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini terdiri dari pekerjaan pengumpulan data sekunder, penyusunan
rencana kerja serta persiapan peralatan survey dan mobilisasi.

2.4.1 Pengumpulan Data Sekunder

Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data sekunder adalah


menghubungi instansi terkait untuk membantu penentuan lokasi,
perencanaan pelaksaan pekerjaan survey, mobilisasi, analisis, perhitunngan
dan proses-proses lainnya yang berkaitan dengan perencanaan.

Data-data yang diperlukan antara lain:

 Data topografi skala 1 : 50.000 dan mozaik foto udara skala 1 : 20.000
jika diperlukan yang menunjukkan jaringan jalan, pola dan aliran
sungai yang ada, drainase yang ada dan lokasi rencana jembatan.

 Peta geologi.

 Peta land use dan kehutanan jika.

 Peta curah hujan dan data stasiun pengamat curah hujan.

2.4.2 Penyusunan Rencana Kerja

Konsultan menyusun rencana kerja untuk panduan dalam pelaksanaan


survey pendahuluan agar tercapai tujuan dan sasaran proyek sesuai
kerangka acuan kerja.

Dalam rencana kerja dituangkan tahapan kegiatan dan rinciannya secara


cermat serta waktu yang diperlukan.

Rencana kerja akan didiskusikan kepada pemberi tugas untuk disetujui yang
selanjutnya akan dipakai sebagai panduan pelaksanaan kerja.

2.4.3 Persiapan Peralatan Survey dan Mobilisasi

Peralatan survey akan dikalibrasi dahulu sebelum dimobilisasi. Tujuan dari


kalibrasi tersebut adalah untuk mendapatkan data survey yang akurat.
Apabila semua peralatan dan personil sudah siap maka sesuai jadwal kerja
semuanya akan dimobilisasikan ke kantor proyek.

PT. PERENTJANA DJAJA 33


2.5 Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan


(Reconnaissance), survey topografi, hidrologi serta penyelidikan tanah dan material.
Masing-masing pekerjaan akan diuraikan dibawah ini.

2.5.1 Survey Pendahuluan (Reconnaissance)

Maksud dari survey pendahuluan ini adalah mencari masukan dan informasi
awal mengenai daerah studi berikut kondisi lapangan secara garis besar
sebelum dilakukan pekerjaan survey detil lebih lanjut.

Tujuan dari survey pendahuluan ini yaitu untuk memberi masukan untuk
pelaksanaan survey detil supaya dicapai tingkat optimum waktu dan teknis
penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Berdasarkan temuan hasil survey pendahuluan ini kemudian disusun rencana


penanganan dan metodologi kerja untuk penyelesaian pekerjaan
keselurahan yang dituangkan dalam laporan pendahuluan ini yang
selanjutnya akan dijadikan pedoman bersama antara Konsultan dan
Pemberi Tugas dalam pelaksanaan pekerjaan ini sampai selesai

Survey pendahuluan dilaksanakan setelah dilakukan koordinasi dengan


Proyek Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Jawa Timur
(P3JJ Jatim).

Instansi yang dihubungi konsultan untuk koordinasi dan pengadaan data-


data sekunder dan data primer untuk menunjang pelaksanaan tugas di
lapangan diantaranya:

- Pimpinan Proyek/Bagian Proyek Perencanaan dan Pengawasan Jalan


dan Jembatan Jawa Timur (P3JJ Jatim) untuk memperoleh informasi
teknis mengenai detil proyek yang akan ditangani oleh Konsultan;
rencana survey lapangan dan lain sebagainya.

- Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) untuk


pembelian peta-peta topografi seluruh daerah studi.

- Biro Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur untuk pembelian data-data
statistik.

PT. PERENTJANA DJAJA 34


Konsultan akan mengumpulkan sebanyak mungkin data-data yang
diperlukan untuk menentukan langkah-langkah desain.

Data-data yang diperlukan antara lain:

 Data curah hujan, banjir dan erosi

 Bahan-bahan yang tersedia yang dapat menentukan macam


konstruksi yang paling menguntungkan.

 Data harga satuan dan bahan.

 Usulan penanganan dari Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah


Propinsi.

 Menentukan lokasi titik bor/sondir dan rencana pemasangan titik


referensi dari beton.

 Mencatat material yang tersedia.

 Data-data lainnya yang relevan dan dianggap penting.

Hasil yang diinginkan dari Survey Pendahuluan ini antara lain adalah:

 Prakiraan tipe pondasi yang paling baik untuk lokasi jembatan tersebut
sehubungan dengan ketersediaan material jembatan maupun kondisi
tanah

 Prakiraan letak, jumlah serta panjang bentang, peil jembatan baru


atau lokasi jembatan yang baru jika diperlukan relokasi

 Catatan data banjir dan jenis erosi yang terjadi.

 Gambar Skets situasi jembatan serta profil sungai sungai pada


jembatan baru.

 Dokumentasi foto sungai/lokasi jembatan dan lokasi material untuk


pembangunan jembatan.

 Data-data lainnya yang relevan dan dianggap penting.

2.5.2 Survey Topografi

Pengukuran topografi dilakukan sepanjang lokasi as jembatan baru dengan


mengadakan tambahan pengukuran detail pada tempat yang memerlukan

PT. PERENTJANA DJAJA 35


pemindahan lokasi jembatan sehingga memungkinkan didapatkan re-
alinyemen as jalan jembatan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki.

Jenis pengukuran ini meliputi pekerjaan sebagai berikut:

 Pengukuran titik kontrol horisontal dan vertikal

 Pengukuran situasi jembatan

 Pengukuran penampang memanjang dan melintang

 Pemasangan patok tetap

 Perhitungan dan penggambaran peta

 Pengukuran di tempat re-alinyemen jembatan.

Daerah yang diukur adalah:

 150 m di kiri dan kanan sungai disepanjang jalan.

 100 m ke kiri dan kanan dari as jalan pada daerah sungai.

 50 m ke kiri dan kanan jalan.

a) Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

Ketentuan dalam pengukuran titik kontrol horison adalah sebagai


berikut :

 Pengukuran kontrol dapat berupa jaringan poligon atau


rangkaian segi tiga. Pemilihan jenis titik kontrol tergantung
pada lebar sungai. Untuk sungai dengan lebar lebih dari 100 m
dipakai rangkaian segi tiga.

 Titik kontrol diletakkan antara 50 – 100 m

 Untuk rangkaian poligon dipakai alat ukur tingkat II, begitu


pula untuk rangkaian segi tiga.

 Patok beton dipasang minimum 6 buah di sekitar daerah


pengukuran sungai (2 buah 200 meter di kiri kanan sungai).

 Pengukuran azimuth matahari dilakukan di patok terpasang.

PT. PERENTJANA DJAJA 36


b) Pengukuran Titik Titik Kontrol Vertikal

Ketentuan dalam pengukuran titik kontrol vertikal adalah sebagai


berikut:

 Pengukuran berupa pengukuran waterpass orde II dengan


alat waterpass model Wild NK2, NAK2, NI2 atau waterpass
otomatis yang setara.

 Pengukuran tinggi melintasi sungai dilakukan dengan metode


“double line crossing” untuk sungai yang lebih besar dari 75 m.

 Titik kontrol dipasang untuk jarak 50 meter dari beton.

 Titik tinggi harus diikat dengan titik yang telah diketahui


ketinggiannya.

 Pengukuran beda tinggi harus dilakukan dengan pergi pulang.

 Kesalahan menengah dari sipat datar yang diperoleh tidak


boleh lebih dari 1.5 – 2.5 km jumlah panjang streking jalan yang
diukur.

c) Pengukuran Situasi Jembatan

Ketentuan dalam pengukuran situasi jembatan sebagai berikut:

 Pengukuran dilakukan dengan cara tachymetri

 Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus


mencakup semua keterangan yang ada di daerah sepanjang
jalan jembatan misalnya: rumah, pohon pelindung jalan,
pinggir bahu jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta
dimensinya, tiang listrik, telepon, jembatan, batas sawah,
batas kebun, batas desa, sungai-sungai, saluran irigasi, arah
aliran air dan lain-lain.

 Patok kilometer dan hektometer yang ada di tepi jalan harus


diambil dan dihitung koordinatnya. Hal ini dimaksudkan untuk
memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu
jalan yang direncanakan.

 Pemberian tanda pada peta lokasi sumber material.


PT. PERENTJANA DJAJA 37
d) Pengukuran Penampang

Ketentuan dalam pengukuran penampang adalah sebagai berikut:

 Di daerah sungai dibuat penampang untuk setiap 25 m


sampai pada jarak sumbu 100 m kiri-kanan sumbu jalan.

 Lebar penampang dibuat 50 m kiri kanan ujung sungai/kepala


jembatan.

 Penampang memanjang pada sungai dibuat pada sumbu


sungai.

 Pengukuran penampang memanjang pada jalan masuk


jembatan (oprit) diambil memanjang pada sumbu jalan yang
telah ada, kecuali pada tempat yang kemungkinan diadakan
re-alinyemen, harus diadakan tambahan untuk pengukuran
pemanpang memanjang ini, peralatan yang digunakan sama
seperti untuk pengukuran kontrol tinggi.

 Pengukuran penampang melintang pada jalan masuk


jembatan (oprit) diambil setiap jarak 50 m pada bagian jalan
yang lurus dan landai dan setiap jarak 25 m untuk daerah
tikungan dan berbukit.

 Lebar pengukuran harus meliputi daerah sejauh 50 m sebelah


kiri-kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus, dan 25 m ke
sisi luar dan 75 m ke sisi luar dan 75 m ke sisi dalam pada
bagian jalan yang menikung. Titik yang perlu diperhatikan
adalah tepi perkerasan, dasar dan atas gorong-gorong, tepi
bahu, dasar dan permukaan selokan, saluran irigasi, lantai
kendaraan jembatan dan tebing sungai.

 Peralatan yang digunakan untuk pengukuran situasi dapat


dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang ini.

PT. PERENTJANA DJAJA 38


e) Pemasangan Patok Tetap

Ketentuan dalam pemasangan patok tetap:

 Patok dengan ukuran 10 x10 x 75 cm atau Ø 10 x 75 cm harus


ditanam sehingga yang muncul diatas permukaan tanah
sekitar 10 cm.

 Patok poligon dan profil dibuat dari kayu denga ukuran 5 x 7 x


60 cm.

 Patok kayu maupun patok beton harus diberi tanda nomor


urut dan identitas BM.

 Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap perlu


ditempatkan titik tinggi referensi pada patok-patok pohon
atau tempat lain yang permanen dan mudah ditemukan
kembali.

 Patok poligon dan patok profil diberi tanda cat kuning dengan
tulisan merah yang diletakkan di sebelah kiri ke arah jalannya
pengukuran.

 Khusus untuk profil memanjang titik-titik yang terletak di sumbu


jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.

f) Perhitungan dan Penggambaran Peta

Ketentuan dalam perhitungan dan penggambaran peta:

 Titik poligon utama harus dihitung koordinatnya berdasarkan


titik ikat yang dipergunakan. Perhitungan harus berdasarkan
pada metode kwadrat terkecil.

 Penggambaran titik poligon harus didasarkan pada hasil


perhitungan koordinat. Gambar ukur yang berupa gambar
situasi harus digambar pada kertas milimeter dengan skala 1 :
500 dan garis tinggi interval 0,25 m.

 Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur,


begitu pula semua keterangan-keterangan yang penting.

PT. PERENTJANA DJAJA 39


 Titik ikat referensi dan titik ikat baru harus dimasukkan dalam
gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut
dicantumkan.

 Daftar koordinasi beserta ketinggian dari titik poligon utama


harus dilampirkan.

2.5.3 Survey Penyelidikan Tanah dan Material Jembatan

Penyelidikan tanah untuk konstruksi jembatan dan jalan pendekat di dalam


proyek ini dilakukan berdasarkan survey langsung di lapangan maupun
dengan pemeriksaan laboratorium.

A. Penyelidikan Material

Akan dilakukan penyelidikan lokasi sumber material yang ada


sekitar lokas proyek beserta perkiraan jenis material dan volumenya
untuk dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan struktur jembatan
dan bangunan pelengkap lainnya, termasuk pembuatan jalan
masuk ke jembatan (oprit). Kemuanya akan dibuatkan petanya.

B. Sondir

Untuk jembatan dengan bentang kurang dari 40 meter, boring


dilakukan dengan alat test sondir yaitu tets yanng dilakukan untuk
melihat daya dukung tanah, daya hambatan lekat dan lokasi
perkiraan adanya tanah keras.

1. Pekerjaan dilapangan berupa Sondir untuk setiap jembatan


sebanyak 2 titik.

2. Alat sondir yang dipakai tidak perlu selaltu tipe Gouda tetapi
boleh tipe lain dari Dutch Cone Penetrometer asalkan masih
menggunakan metrik sistem dan dalam ketelitian yang sama.

3. Alat tersebut harus dilengkapi dengan friction jacket cone,


kapasitas minimum 2 ton (pembacaan tegangan konus
maksimal 250 kg/cm2)

4. Pembacaan harga tegangan konus dengan geser dilakukan


pada setiap interval kedalaman 20 cm.

PT. PERENTJANA DJAJA 40


5. Kalau dipakai alat sondir dengan kapasitas 2 tom, sounding ini
harus dikerjakan sampai mencapai lapisan tanah dengan konus
yang lebih besar dari 250 kg/cm2, atau sampai kedalaman
maksimum 30 meter apabila dijumpai lapisan dengan
ketegangan konus yang kurang dari 250 kg/cm2.

6. Sebagai hasil dari pada pekerjaan sounding dibuat diagram


sondir yang memperlihatkan harga tegangan konus, serta
jumlah hambatan pelekat pada berbagai keadaan lapisan
tanah.

7. Untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti mengenai jenis


tanah dan struktur lapisan tanah dan indeks serta struktural
properties dari sub surface, maka titik-titik yang ditentukan
(dekat titik sondir) perlu dikerjakan dengan hand boring dan
untuk mendapatkan undistrubed sample dengan ketentuan
sebagai berikut:

 Boring dan sampling harus dikerjakan dengan


memakai manually operated aueger sampai
kedalaman maximum 10 meter atau sampai mata
bor tidak dapat menembus tanah lagi.
 Penamaan dari masing-masing jenis tanah harus
dilakukan pada saat itu juga, sesuai dengan
kedalman maupun sifat-sifat tanah tersebut yang
dapat ditinjau secara visual.
 Apabila tanah yang dibor, dalam hal ini cenderung
untuk mudah runtuh, maka persiapan untuk itu
(casing) harus segera dilakukan.
 Pekerjaan pengambilan contoh tanah tersebut
dimaksudkan sebegai pekerjaan pengambilan
tanah dengan tujuan penyelidikan lebih lanjut di
laboratorium.
 Pengambilan contoh tanah harus dikerjakan
dengan teliti baik dengan cara, jumlah banyaknya
maupun letak dalamnya.
PT. PERENTJANA DJAJA 41
 Pada umumnya diambil 3 contoh untuk setiap
lubang bor.
 Pengambilan contoh tanah untuk pondasi
jembatan harus diatur sedemikian sehingga setiap
jenis lapisan tanah cukup diwakili.
 Terhadap undistrubed sample harus dikerjakan test
laboratorium untuk menentukan index dan struktural
properties tanah.

C. Boring dan Sampling

Pada lokasi-lokasi dari rencana pondasi jembatan dan bangunan-


bangunan yang besar-besar akan diadakan penyelidikan kondisi
sub-surfacenya. Untuk jembatan dengan bentang > 60 m,
penyelidikan kondisi sub-surfacenya dilakukan dengan alat bor
mesin.

Berikut adalah uraian pelaksanaan dari pekerjaan Boring dan


Sampling, sebagai berikut:

 Letak lubang bor, jumlah dan kedalamannya disesuaikan


dengan keperluannya.

 Pada tiap lubang bor perlu dilakukan pencatatan lokasi,


tanggal mulai dan selesainya pemboran serta alat yang
digunakan.

 Boring harus dikerjakan sampai kedalaman yang ditentukan


atau setelah didapat informasi yang cukup mengenai letak
lapisan keras, jenis batuan dan tebalnya.

 Jika sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan telah


dijumpai lapisan keras (batu), boring harus diteruskan
menembus lapisan keras sedalam kurang lebih 3 meter lagi.
Hal ini tergantung jenis batunya dan bangunan sub
strukturnya.

 Pada setiap interval kedalaman 2.0 meter harus dilakukan


Standard Penetration Test (SPT) dan harus diambil contoh

PT. PERENTJANA DJAJA 42


tanah (tidak perlu undisturbed) dan disimpan dalam tempat
yang dapat menjaga kadar air aslinya. Contoh-contoh
tanah ini diperlukan untuk menyusun lithology description dari
lapisan tanah.

 Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan pada


tanah lunak (bila tidak ditentukan maka rata-rata
kedalaman diambil 3-4 meter) perlu diambil sample
undisturbed guna mendapatkan harga index dan structure
properties dari lapisan tanah.

 Pengambilan sample undisturbed dilakukan dengan tabung


sample diameter 7 cm panjang minimum 70 cm yang
ditekan perlahan sehingga terisi penuh tanah. Tanah tersebut
harus dilindungi dengan pentutup parafin di kedua ujungnya
sampai saat ditest di laboratorium.

 Boring harus mempunyai diameter cukup besar sehingga


“undisturbed sample” yang di inginkan dapat diambil
dengan baik. Untuk tanah clay, silt atau tanah lainnya yang
tidak terlalu padat dapat dipakai steel bite sebagai mata
bor. Untuk lapisan tanah yang lebih keras atau cemented
harus dipakai core barel sehingga juga dapat diambil
“undisturbed sample” dari lapisan yang keras tersebut.

 Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung mudah


untuk runtuh, maka persiapan pemasangan casing harus
segera dilakukan.

 Hasil kegiatan boring, perlu dibuatkan borlog yang


dilengkapi dengan litologi (geological description), harga
SPT, letak muka air tanah dan ketebalan lapisan yang
bersangkutan.

 Penamaan dari masing-masing tanah harus dilakukan pada


saat itu juga, sesuai dengan kedalaman maupun sifat-sifat
tanah tersebut yang dapat ditinjau secara visual.

PT. PERENTJANA DJAJA 43


D. Uji Laboratorium

Hasil Laboratorium (sesuai dengan Standar ASTM/AASHTO)


terhadap tanah undisturbed sample akan ditentukan index dan
structural properties tanah yang terdiri dari:

1. Index properties/Besaran Indeks

Indeks properti digunakan untuk menentukan klasifikasi,


konsistensi dan sensitivitas tanah.

 Spesific gravity
 Bulk density
 Moisture content
 Atterberg limits
 Grain size analysis
 Besaran struktural tanah
 Triaxial Compression Test, Unconsolidated Undrained untuk
menentukan Strength Properties dan Stress-Strain
Relationship dari tanah.
 Unconfined Compressive Strength untuk memperoleh
besarnya kekuatan kohesi tanah.
 Consolidation Test untuk mendapatkan besaran-besaran
yang dapat dipergunakan untuk perhitungan statement
dari bangunan bawah dari jembatan.
2. Direct Shear test

Test ini dikerjakan untuk tanah tanpa kohesi.

3. Consolidation Test

Dimaksudkan untuk mendapatkan besaran-besaran yang


dapat dipergunakan untuk perhitungan setlement dari
bangunan bawah jembatan.

4. CBR Test

CBR test dimaksudkan untuk mendapatkan data-data untuk


dipergunakan pada analisa perkerasan oprit/jalan pendekat.

PT. PERENTJANA DJAJA 44


2.5.4 Survey Hidrologi

Survey hidrologi berupa pengumpulan dan pengujian data-data untuk


digunakan dalam analisa persoalan drainase jembatan seperti gejala arah
dan kecepatan aliran, jenis/sifat erosi maupun pengendapan, daerah-
daerah pengaruh banjir, tinggi air banjir/air rendah/air normal dan lain-lain.

Penelitian dan pengolahan hidrologi adalah proses detailed engineering


design untuk perencanaan sistem drainase, dengan tujuan mendapatkan
curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu sebagai dasar
perhitungan debit banjir rencana.

Berdasarkan hitungan debit banjir rencana maka dapat dianalisa antara lain:

 Dimensi dari bangunan drainase (culvert, side ditch).

 Elevasi permukaan jalan dan jembatan, culvert dan side ditch.

 Pengecekan terhadap bentang jembatan yang ada ataupun


jembatan rencana.

Studi hidrologi disini dilakukan dengan 2 metode pendekatan yang saling


terkait. Cara pertama dengan pengamatan langsung (survai) di lokasi
jembatan dan sepanjang trase jalan rencana. Melalui survai lapangan ini
dilakukan pengamatan kondisi geologi, vegetasi, land use, pendataan
sungai dan alur, prediksi penempatan gorong-gorong serta dokumentasi
kondisi daerah proyek.

Metode pendekatan lainnya adalah dengan melalui studi literatur dan


pengumpulan data sekunder dari instansi terkait yang meliputi data curah
hujan dari stasiun yang berada di sekitar daerah proyek, data peta rupabumi
serta penentuan faktor-faktor hidrologis yang akan diterapkan yang terdiri
dari faktor kekasaran saluran, faktor resapan dan lain-lain.

Penelitian dilakukan dengan bantuan data statistik yang ada di daerah


setempat serta mengidentifikasi curah hujan yang paling berpengaruh
terhadap daerah tangkapan sehingga akan mendapatkan data yang
paling optimal. Data curah hujan dan banjir tahunan diambil dari sumber-
sumber terkait dalam kurun waktu 10 tahun.

PT. PERENTJANA DJAJA 45


Dari data-data di atas kemudian diprediksi kemungkinan terjadinya curah
hujan yang paling besar yang selanjutnya dapat diperkirakan besarnya
intensitas curah hujan dan banjir rencana dengan metode-metode yang
ada. Untuk analisa hidrologi, ditetapkan periode ulang 25 tahun. Dari data
lapangan dan hasil perhitungan itu selanjutnya adalah penentuan tinggi,
bentang dan jenis jembatan yang diperlukan.

2.5.5 Penggambaran Topografi

Pekerjaan penggambaran topografi mengacu kepada standar


penggambaran yang berlaku di P3JJ dan tidak perlu dibahas lebih dalam.
Sebagai pedoman umum penggambaran akan diuraikan dibawah ini.

 Pembuatan peta situasi skala 1 : 1000 diatas kertas milimeter dengan


interval garis tinggi 1 meter

 Pencantuman semua patok dan titik detail dilengkapi tanda nomor,


ketinggian dan koordinatnya.

 Pencantuman detail situasi yang ada seperti: batas rawa, lebar sungai
dan saluran, ukuran jembatan dan gorong-gorong dan objek yang
dianggap penting.

 Penggambaran oprit jembatan dan situasi sekitar jembatan.

2.5.6 Analisis Geologi Teknik dan Mekanika Tanah

Penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah merupakan salah satu


penunjang dan bagian penting dari perencanaan konstruksi, sebab tanah
merupakan pondasi pendukung dari semua bangunan sipil, oleh karena itu
kestabilan dan keamanan bangunan tergantung pada kestabilan tanahnya.

Penyelidikan tanah meliputi tingkat kestabilan rencana jembatan dan jalan


pendekat, pengelompokan dan analisa sifat tanah/subgrade dan batuan,
termasuk test baik yang dilakukan dengan alat maupun manual seperti test
DCP, test PIT, pengambilan contoh tabung/undisturbed sample (untuk
menentukan desain sudut lereng yang aman) jika diperlukan, kondisi
drainase/hidrogeologi, evaluasi sumber material untuk perkerasan dan
timbunan (borrow area) dilengkapi dengan perkiraan volume yang ada serta
metode penambangannya.

PT. PERENTJANA DJAJA 46


a) Pemetaan Sumber Kuari

Untuk setiap daerah yang diperhitungkan dapat berfungsi sebagai


sumber kuari baik untuk timbunan (batupasir, tufa, lempung lanau
pasiran) maupun untuk perkerasan jalan pendekat (kerikil, kerakal,
bongkah) dilakukan analisa kuari dan kemudian dibuatkan peta
kuarinya yang berisikan data jenis kuari, perkiraan volume cadangan
kuari dan cara penambangannya (alat berat atau manual).

b) Perhitungan Penurunan Langsung Akibat Timbunan

Nilai penurunan langsung (direct/Immediate Settlement) yang


ditimbulkan akibat bahan tanah timbunan (sekitar 0.5 – 5 meter)
dapat dihitung langsung dari data sifat-sifat tanah setempat yang
diambil dari hasil penyelidikan laboratorium terhadap contoh-contoh
tanah terganggu (sumuran uji) yang diambil pada lokasi-lokasi tertentu
yang direncanakan untuk bahan timbunan terutama pada bagian
jaln pendekat jembatan (oprit)

c) Penentuan Kemiringan Lereng yang Aman

Dari data contoh tabung (contoh tanah tidak terganggu) yang


dilaksanakan pada tebing-tebing yang dianggap kritis yaitu daerah-
daerah dengan lereng alami yang curam, serta rencana galian yang
tinggi (lebih dari 6 meter). Pengambilan contoh tabung dilakukan
untuk mendapatkan parameter sudut geser (), kohesi () dan berat
tanah basah (w) untuk menghitung desain sudut lereng yang aman
dari keruntuhan dan tinggi maksimumnya.

Perhitungan angka keamanan lereng (desain sudut lereng dan tinggi


maksimum yang aman) dilakukan dengan menggunakan rumus taylor
dan menggunakan grafik taylor.

2.5.7 Perencanaan Teknis Jembatan

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pokok dari perencanaan ini. Kegiatan di


dalamnya antara lain adalah pembuatan nota disain (konsep detail
perencanaan), perencanaan jembatan, perhitungan kuantitas dan biaya
proyek yang kesemuanya harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari

PT. PERENTJANA DJAJA 47


pihak Pemberi Tugas. Uraian dari masing-masing kegiatan ini diterangkan
dibawah ini.

a) Pembuatan Nota Disain

Nota disain (konsep detail perencanaan) untuk perencanaan teknis


jalan/jembatan didasarkan pada standar yang berlaku di Indonesia yang
terdiri dari:

 Standar Perencanaan Geometrik Jalan Raya dari Dit Jen Bina Marga
no. 13/1970.

 Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota No.


038/T/BM/1997

 Buku Peraturan Penentuan Tebal Perkerasan Jalan Raya dari Direktorat


Jenderal Bina Marga No. 01/PD/B/1983.

 Muatan Lalu Lintas Jembatan Jalan Raya dari Direktorat Jenderal Bina
Marga No. 12/1970.

 Peraturan Beton Bertulang Indonesia, NI – 2, 1971;

 Jembatan Jalan Raya;

 Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya SKBI


Nomor: 1.3.28.1987, UDC: 624.042.624.21;

 Buku Petunjuk Perencanaan Tahan Gempa untuk Jembatan Jalan


Raya; Produk Standar untuk Jalan Perkotaan.

Untuk standar khusus yang belum tercakup dalam standar yang diuraikan
di atas, maka Konsultan akan menggunakan Spesifikasi Teknis yang
diterbitkan oleh ASTM/AASHTO (Amerika Serikat), BS (Inggris), atau sesuai
arahan dari Pemberi Tugas.

b) Perhitungan Jembatan

Konsultan akan membuat perencanaan teknis jembatan dengan konsep


sebagai berikut:

PT. PERENTJANA DJAJA 48


 Perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah harus
disesuaikan dengan hasil penyelidikan tanah dan keadaan bahan
bangunan.

 Penentuan panjang bentang harus sesuai dengan keadaan setempat


(keadaan topografi dll) dengan memperhatikan standar bangunan
atas akan ditentukan oleh Pemberi Tugas.

1. Perencanaan Jalan Pendekat

Perencanaan jalan pendekat meliputi perencanaan alinemen


horisontal, alinemen vertikal dan perkerasan jalan. Perencanaan jalan
pendekat dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi masing-
masing lokasi jembatan.

Pada trase jalan yang lurus, jalan pendekat direncanakan sesuai


dengan syarat alinemen vertikal dari kepala jembatan untuk masing-
masing arah. Sedangkan pada kondisi yang lain, misalnya pada trace
lengkung, disekitar jembatan terdapat perempatan/pertigaan, maka
daerah perencanaan jalan pendekat dengan mempertimbangkan
kondisi tersebut.

2. Perencanaan Struktur Perkerasan Jalan Pendekat.

Struktur Perkerasan Jalan pendekat direncanakan dengan


menyesuaikan klasifikasi jembatan.

Perencanaan struktur perkerasan berpedoman pada: Petunjuk


perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode
analisa komponen – SKBI – 2.3.26.1987,UDC : 625.73 (02).

Pada peninggian jalan pendekat, badan jalan atau pondasi jalan


harus menggunakan selected material, dari bahan sirtu (Kelas B)
dengan nilai CBR minimum 30%. Lapis pondasi ada 2 macam, lapis
pondasi bawah (LPB) dengan Agregate kelas B dengan nilai CBR 60%.

Untuk lapis pondasi atas (LPA) dengan Agregate klas A dengan nilai
CBR = 80% Untuk Surface Coarse yang terdiri dari 2 komponen yaitu
ATB (Asphalt Trade Basement) dan HRS (Hot Roll Sheet)/AC (Asphalt
Concrete).
PT. PERENTJANA DJAJA 49
3. Struktur Bangunan Atas

Bangunan atas direncanakan berdasarkan spesifikasi konstruksi


jembatan (Bangunan atas) yang digunakan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga.

4. Struktur Bangunan Bawah

Untuk kepala jembatan dipilih dengan mempertimbangkan kondisi


potongan melintang dari sungai pada as jembatan.

Konstruksi kepala jembatan berupa abutmen atau pile cap


tergantung dari topografinya.

Bangunan bawah tersebut masih harus didukung oleh pondasi dalam


atau langsung menumpu pada tanah keras yang dangkal tergantung
dari hasil penyelidikan tanah.

Apabila tanah keras masih dalam maka untuk pondasi pilar/kepala


jembatan dipilih tipe pondasi tiang pancang baja atau type sumuran.

5. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah yang ada pada perencanaan teknik jembatan ini


sebagian besar berupa:

- Galian tanah pondasi untuk kepala jembatan dan pondasi untuk


bangunan pengaman dari jalan pendekat (Approach Road) atau
oprit.

- Pekerjaan urugan tanah pada badan jalan untuk bagian jalan


pendekat.

Urugan tanah untuk badan jalan harus dipadatkan lapis demi lapis
sampai diperoleh kepadatan sesuai dengan nilai CBR yang
disyaratkan.

Pemadatan tanah harus dilaksanakan secara mekanis.

PT. PERENTJANA DJAJA 50


6. Drainase

Drainase berupa pasangan batu kali yang terletak disebelah kiri dan
kanan jalan pendekat untuk masing-masing arah sepanjang
oprit/jalan pendekat tersebut.

Aliran air dari drainase umumnya dibuat mengalir dan masuk pada
sungai yang bersangkutan.

Drainase pada umumnya menjadi satu kesatuan dengan bangunan


pengaman oprit/jalan pendekat.

7. Bangunan Pendukung Jalan Pendekat

Konstruksi dari bangunan ini berupa slope protection atau retaining


wall (tembok penahan tanah).

Bahan konstruksi dari batu kali dengan spesi pasir dan semen (PC).

Perencanaan untuk bangunan ini mengacu pada tipikal standar Bina


Marga.

c) Penyajian gambar disain jembatan

Untuk tiap-tiap jembatan dibuatkan gambar-gambar:

 Plan dari jalan dan jembatan pada skala 1:500 atau 1:1000

 Potongan memanjang pada skala horizontal 1:500 dan vertikal


1:100

 Potongan melintang pada skala horizontal 1:100 dan vertikal 1:100

 Denah potongan memanjang dan melintang jembatan disertakan


grafik SPT, Bor Log untuk tiap-tiap pondasi yang diselidiki struktur
tanahnya.

 Detail-detail bangunan bawah dan bangunan atas.

 Keterangan mengenai kelas pembebanan dan mutu-mutu bahan


jembatan.

 Standar-standar dari bangunan-bangunan pelindung lainnya


(bangunan penahan erosi dan lain-lain)

PT. PERENTJANA DJAJA 51


 Gambar Lokasi Jembatan lengkap dengan nama jembatan dan
lokasinya.

 Skedul pelaksanaan dan estimasi kuantitas.

d) Metode Pelaksanaan

Tergantung dari kondisi di lapangan, maka harus direncanakan metode


pelaksanaan jembatan.

Metode pelaksanaan ini masuk dalam spesifikasi teknik pada dokumen


tender.

Metode pelaksanaan mempunyai unsur biaya, sehingga menjadi bahan


pertimbangan di dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (R.A.B).

Keberadaan jembatan darurat jika diperlukan pada pelaksanaan


pembangunan jembatan tetap harus diperhitungkan pada saat
penyusunan Rencana Anggaran Biaya.

e) Perhitungan Kuantitas dan Biaya Proyek

Perhitungan kuantitas mencakup seluruh detail jembatan yang diringkas


menjadi:

BAGIAN PEKERJAAN
Bagian I : Mobilisasi
Bagian II : Pondasi
Bagian III : Bangunan Bawah (sub
Structure)
Bagian IV : Oprit
Bagian V : Lain-lain (miscellaneous)
Bagian VI : Demobilisasi
Tabel II-1. Hitungan Kuantitas & Biaya Berdasar Mata Pembayaran

Perhitungan biaya pelaksanaan pembuatan jembatan didapat dari


perhitungan harga satuan untuk setiap mata pembayaran. Dasar
perhitungan didapat dari data harga bahan dan upah setempat keluaran
periode terbaru dan volume pekerjaan. Dari semua mata pembayaran akan
diperoleh perhitungan biaya keseluruhan proyek.

PT. PERENTJANA DJAJA 52


Analisa harga satuan dari tiap-tiap jenis pekerjaan berdasarkan faktor-faktor:
material, biaya alat, bahan bakar, upah, pajak, overhead, keuntungan dari
kontraktor.

Perkiraan biaya pembebasan tanah akan ditentukan berdasarkan harga


satuan yang telah ditentukan oleh pemerintah untuk tiap-tiap jenis
bangunan, nilai tanah (NJOP Nilai Jual Objek Tanah) dan jenis tanaman yang
ada di dalam area pembebasan.

Jika ditemui kemungkinan terdapat masalah pembiayaan pembangunan


karena adanya keterbatasan alokasi dana yang tersedia, maka perlu
dilakukan hitungan pentahapan pembiayaan dalam beberapa tahun
anggaran menyesuaikan dengan tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan
dan jumlah dana yang tersedia.

2.6 Diskusi/Presentasi

Diskusi akan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan pihak pemberi kerja
dengan pokok bahasan sebagai berikut:

A. Diskusi 1

Akan dilakukan setelah pemasukan laporan pendahuluan. Pembahasannya


meliputi rencana kerja dan metoda kerja konsultan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini.

B. Diskusi 2

Akan dilakukan setelah pembuatan konsep perencanaan jembatan di atas


kertas draft. Pembahasannya meliputi nota disain yang digunakan,
permasalahan disain serta pencarian pemecahannya.

C. Diskusi 3

Akan dilakukan setelah pemasukan laporan draft final perencanaan


jembatan. Pembahasan meliputi hasil perencanaan teknis jembatan lengkap
dengan bangunan pelengkapnya serta biaya konstruksi.

PT. PERENTJANA DJAJA 53


2.7 Jadwal Pelaksanaan

Rencana jadwal pelaksanaan perencanaan jembatan diatas dapat dilihat pada


Gambar VI-1. Jadwal Pelaksanaan Perencanaan Jembatan.

PT. PERENTJANA DJAJA 54

Anda mungkin juga menyukai