Bab
B
URAIAN PENDEKATAN
METODOLOGI DAN PROGRAM
KERJA
Rencana Penanganan
Penangan pada ruas jalan yang dimaksud, secara umum merupakan
pekerjaan pembangunan jalan baru sesuai dengan kondisi eksisting
dilapangan dan rencana pembangunan jalan.
Survey Geoteknik
Survey Hidrologi
c. Perencanaan Geometrik Jalan
d. Perencanaan Perkerasan Jalan
e. Perencanaan Aksesoris Jalan, Bangunan Struktur dan Bangunan
Pelengkap Lainnya
f. Pengambaran
g. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Fisik
A. Tahap Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengetahui
kondisi lapangan berikut permasalahan yang ada. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Menyediakan data-data yang diperlukan pada saat survey.
2. Pengarahan personil mengenai lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
3. Penyediaan peralatan survey khususnya pengukuran.
4. Persiapan surat mobilisasi.
a) Survey Pendahuluan
Tim Konsultan akan berdiskusi dengan Pemberi Tugas, untuk
mendapatkan informasi mengenai jembatan yang akan direncanakan
Konsultan adapun data yang akan dikumpulkan adalah sebagai
berikut:
Data yang mendukung perencanaan baik data sekunder maupun
data laporan Studi kelayakan, laporan studi amdal (bila ada).
Data mengenai lokasi jalan.
Data Alinemen Horizontal
Data Alinemen Vertikal
Data LHR, Iklim, kelandaian rata – rata
Data Umur rencana dan CBR rencana
Data tipe dan jenis jalan lama (bila ada).
Data muka air banjir dan kondisi lereng sungai disekitar jalan.
Data sumber material.
Data upah, harga satuan dan data peralatan yang akan
digunakan.
Usulan/arahan dari Pemberi Tugas.
b) Survey Topografi
Pengukuran topografi akan dilakukan sepanjang as jalan baru dengan
tambahan pengukuran detail pada tempat yang diperlukan sehingga
didapatkan alinyemen as jalan baru yang sesuai dengan standar yang
dikehendaki.
Patok Poligon
Patok poligon terbuat dari kayu yang cukup keras dengan ukuran
5x13x60 cm dan dipasang pada interval jarak 25 m sepanjang jalan
dan sepanjang sungai pada areal pengukuran. Patok dicat warna
dasar kuning dengan nomor urut warna merah yang ditempatkan
pada sisi yang menghadap sumbu jalan, juga dipasang paku di
tengah- tengah permukaan penampang atasnya.
Pengukuran Poligon
Pekerjaan pengukuran poligon harus membentuk jaringan poligon
tertutup sempurna atau poligon terikat sempurna (dengan titik ikat
BM yang ada disekitar jalan). Pengukuran sudut dilakukan dengan
cara repetisi (diukur biasa dan luar biasa). Titik poligon terikat pada
titik tetap yang diketahui koordinatnya. Apabila tidak ada titik
ikatan pada areal tersebut, perhitungan koordinat menggunakan
sisitem koordinat yang digunakan. Penentuan azimuth dengan
pengamatan matahari yang dilakukan di tiap lokasi pekerjaan (tiap
jalan yang diukur) jika keadaan memungkinkan.
3. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak antar titik poligon dan patok BM diukur dengan
menggunakan pita ukur baja. Pengukuran dengan alat ini dilakukan
dengan seteliti mungkin, hingga penyimpangan/kesalahan
pengukuran hanya dimungkinkan akibat berat pita ukurnya dan
gravitasi. Khusus untuk jembatan, disamping diukur dengan pita
ukur juga dicek dengan alat theodolit, bagian yang diukur adalah
lebar jembatan, panjang jembatan, tinggi terhadap dasar sungai
terdalam, jarak antar pier dan abutment dengan disertai bagan yang
jelas. Hasil pengukuran dengan pita ukur dicatat dalam lembar
tersendiri dan berfungsi sebgai data lapangan.
Sounding Test
Pengujian ini dilakukan dengan peralatan Sondir Test dengan kapasitas
2 ton, tegangan konus maksimal 150 kg/cm2. Pengujian dilakukan
sampai lapisa tanah dengan tegangan konus minimum 150 kg/cm2.
Pembacaan tegangan dan hambatan pelekat konus dilakukan setiap
interval 20 cm. Hasil pengujian digambarkan pada Grafik Standar
Pengujian CPT.
e) Survey Hidrologi
1. Tujuan
Pekerjaan Survey Hidrologi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
data lapangan yang berupa data curah hujan sekitar proyek dan
mencari data yang diperlukan dalam analisa hidrologi, yang
selanjutnya dipakai untuk merancang debit banjir.
Perancangan debit banjir ini sangat diperlukan untuk mengetahui
elevasi Muka Air Banjir yang bermanfaat untuk menentukan jenis dan
dimensi dari jalan.
2. Lingkup Pekerjaan
Dalam rangka penyiapan Dokumen Lelang yang terdiri dari Gambar
Detail Desain dan Dokumen Kontrak lainnya yang mencakup segala
persyaratan yang ditetapkan dan dapat dipertanggung jawabkan untuk
keperluan pelaksanaan pembangunan dan atau penanggulangan
kerusakan yang termasuk didalam kontrak, maka telah ditetapkan
lingkup pekerjaan berdasarkan Kerangka Acuan Tugas, khusus untuk
bagian “ Perhitungan debit banjir sampai dengan 50 tahunan dan
pengamatan pola aliran air“, walaupun pada Kerangka Acuan Tugas
tidak diuraikan secara rinci, akan tetapi berdasarkan latar belakang
proyek ini, kami mencoba untuk menguraikan sebagai berikut.
a. Kegiatan Lapangan
Berdasarkan pedoman observsi untuk pekerjaan yang bersifat
survei dan uraian yang ada pada Kerangka Acuan Kerja (KAK),
kami akan melakukan kegiatan lapangan sebagai berikut:
o Mengidentifikasi curah hujan yang paling berpengaruh terhadap
daerah tangkapan (catchment area) yang akan mempengaruhi
fluktuasi debit aliran yang akan disurvei.
o Memperkirakan kemungkinan terjadinya curah hujan yang
paling besar pada periode ulang yang diharapkan (50 tahunan),
sehingga debit banjir rencana tersebut tidak akan
mempengaruhi stabilitas konstruksi bangunan jalan yang akan
disurvei.
o Memperkirakan elevasi muka air banjir maksimum pada lokasi
jalan yang akan disurvei, dengan kemiringan palung sungai di
sekitar jalan, ditinjau dari karakteristik sungai tersebut.
o Mengamati pola aliran disekitar jalan yang ditinjau.
b. Kegiatan Studio
1. Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi untuk menentukan debit aliran sungai
dilakukan dengan melakukan pengukuran kecepatan aliran
langsung dengan mengamati benda hanyutan seperti kertas
dengan menentukan jarak tertentu dan mencatat waktu yang
ditempuh, selanjutnnya analisis dilakukan dengan metoda
empiris.
2. Analisa Banjir Rencana
Untuk menentukan debit banjir rencana disekita lokasi jalan,
digunakan metoda Rasional Mononobe, dan metoda Haspers
sebagai pembanding.
3. Penyusunan Laporan
C. Perencanaan Geometrik
Klasifikasi Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
1) Jalan Arteri
2) Jalan Kolektor
3) Jalan Lokal
Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana (Vr) pada ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan – kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam
kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lenggang, dan tanpa
pengaruh samping jalan yang berarti.
Tikungan
1. Jari –jari Minimum
Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan
menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak
stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut, perlu dibuat
suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan yang disebut
Superelevasi (e).
R=
D= x 360o
Dimana:
R = jari-jari lengkung (m)
D = Derajat lengkung (o)
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan
tertentu dapat dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi
maksimum dan koefisien gesekan maksimum.
Rmin =
Dmaks =
Dimana:
Rmin = Jari-jari tikungan minimum (m)
VR = Kecepatan kendaraan rencana (km/jam)
emaks = Superelevasi maksimum (%)
fmaks = Koefisien gesekan melintang maksimum
D = Derajat lengkung
Dmaks = Derajat maksimum
FC (Full Circle) adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian
suatu lingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk F (jari-
jari tikungan) yang besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan
R kecil maka diperlukan superelevasi yang besar.
TC = RC tan ½ Δ EC = TC tan ¼ Δ LC =
3. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan dibuat untuk menghindari terjadinya perubahan
alinyemen yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran (R =
∞ → R = Rc), jadi lengkung peralihan ini diletakkan antara bagian
lurus dan bagian lingkaran (circle), yaitu pada sebelum dan sesudah
tikungan berbentuk busur lingkaran. Dengan adanya lengkung
peralihan, maka tikungan menggunakan jenis S-C-S.
Panjang lengkung peralihan (Ls), diambil nilai yang terbesar dari
tiga persamaan dibawah ini.
Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk
melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung:
LS = .T
LS = 0,022 - 2,13213
. VR
Dimana:
T : waktu tempuh (3 detik)
Rc : Jari-jari busur lingkaran (m)
C : Perubahan percepatan, 0,3 – 10 disarankan 0,4 m/det3
e : Superelevasi
em : Superelevasi maksimum
en : Superelevasi normal
re : Tingkat, pencapaian perubahan kelandaian melintang
jalan, sebagai berikut untuk VR ≤ 130 km/jam untuk VR ≥
80 km/jam
re maks : 0,035 m/m/det
re maks : 0,025 m/m/det
Keterangan:
Xs = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC
(jarak lurus lengkung peralihan)
Ys = Ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak
tegak lurus ke titik SC pada lengkung
Ls = Panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC
atau CS ke ST)
Lc = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = Titik dari tangen ke spiral
SC = Titik dari spiral ke lingkaran
Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran
Os = Sudut lengkung spiral
Rc = Jari-jari lingkaran
P = Pergeseran tangen terhadap spiral
K = Absis dari p pada garis tangen spiral
Xs = Ls
Ys =
Ѳs =
P= - Rc (1-cos Ѳs)
K = Ls - - Rc sin Ѳs
Lc = x π x Rc
LTot = Lc + 2Ls
P= < 0,25 m
Ls –
Diagram Superelevasi
1. Metoda
Metoda untuk melakukan superelevasi yaitu merubah lereng
potongan melintang, dilakukan dengan bentuk profil dari tepi
perkerasan yang dibundarkan, tetapi disarankan cukup untuk
mengambil garis lurus saja. Ada tiga cara untuk mendapatkan
superelevasi yaitu:
a) Memutar perkerasan jalan terhadap profil sumbu.
b) Memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah
dalam.
c) Memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah luar.
Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang
pengemudi pada saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika
pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan,
pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk
menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang terdiri dari:
Jarak pandang henti (Jh)
Jarak pandang mendahului (Jd)
Dimana:
Vr = Kecepatan rencana (km/jam)
Dimana:
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai
dengan kembali kelajur semula (m)
Dimana:
T1 = Waktu dalam (detik), ∞ 2.12 + 0.026 x Vr
Keterangan:
2. Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (Jh > Lt)
Keterangan:
Jh = Jarak pandang henti
Lt = Panjang lengkung total
R = Jari-jari tikungan
R’ = Jari-jari sumbu lajur
Pelebaran Perkerasan
Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam,
agar kendaraan tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur
yang telah disediakan. Gambar dari pelebaran perkerasan pada
tikungan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Keterangan:
= Pelebaran perkerasan
Rd = Jari-jari rencana
Kontrol Overlapping
Pada setiap tikungan yang sudah direncanakan, maka jangan sampai
terjadi Over Lapping. Karena kalau hal ini terjadi maka tikungan
tersebut menjadi tidak aman untuk digunakan sesuai kecepatan
rencana.
Syarat supaya tidak terjadi Over Lapping: λn > 3detik × Vr
Dimana:
λn = Daerah tangen (meter)
Vr = Kecepatan rencana
Perhitungan Stationing
Stasioning adalah dimulai dari awal proyek dengan nomor station
angka sebelah kiri tanda (+) menunjukkan (meter). Angka stasioning
bergerak kekanan dari titik awal proyek menuju titik akhir proyek.
Contoh:
Gambar Stasioning
Kelandaian
Untuk menghitung dan merencanakan lengkung vertikal, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Karakteristik Kendaraan Pada Kelandaian
Hampir seluruh kendaraan penumpang dapat berjalan baik dengan
kelandaian 13% – 8% tanpa ada perbedaan dibandingkan pada bagian
datar. Pengamatan menunjukkan bahwa untuk mobil penumpang
pada kelandaian 3% hanya sedikit sekali pengaruhnya dibandingkan
dengan jalan datar. Sedangkan untuk truk, kelandaian akan lebih
besar pegaruhnya.
Kelandaian Maksimum
Kelandaian maksimum yang ditentukan untuk berbagai variasi kecepatan
rencana dimaksudkan agar kendaraan dapat bergerak terus tanpa
kehilangan kecepatan yang berarti.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan
penuh mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimum (%)
Kelandaian Minimum
Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya perlu
dibuat kelandaian minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran
samping karena kemiringan melintang jalan dengan kerb hanya cukup
untuk mengalirkan air ke samping.
Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal direncanakan untuk merubah secara bertahap
perubahan dari dua macam kelandaian arah memanjang jalan pada
setiap lokasi yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
goncangan akibat perubahan kelandaian dan menyediakan jarak pandang
henti yang cukup, untuk keamanan dan kenyamanan.
X= =
Y= = Dimana:
Ev = Untuk:
X =1/2 L Y = Ev
h1(m) h2 (m)
Untuk Jarak Pandang
Tinggi Mata Tinggi Objek
Henti (Jh) 1,05 0,15
Mendahului (Jd) 1,05 0,15
a) Panjang L, berdasarkan Jh
Jh < L, maka: L =
Jh > L, maka: L = 2 Jh -
b) Panjang L, berdasarkan Jd
Jd < L, maka: L =
Jd > L, maka: L = 2 Jd -
Jh < L, maka: L =
Jh > L, maka: L = 2 Jh –
2) Pertimbangn Lingkungan
Faktor yang dominan berpengaruh pada perkerasan adalah:
Kelembaban
Kelembaban secara umum berpengaruh terhadap penampilan
perkerasan, sedangkan kekakuan/kekuatan material yang lepas
dan tanah dasar, tergantung dari kadar air materialnya
Suhu Lingkungan
Suhu lingkungan pengaruhnya cukup besar pada penampilan
permukaan perkerasan jika digunakan pelapisan permukaan
dengan aspal, karena karakteristik dan sifat aspal yang kaku dan
regas pada temperatur rendah dan sebaliknya akan lunak dan
bersifat visko elastis pada suhu tinggi.
Pada perkerasan dengan beton, temperatur yang tinggi juga akan
berpengaruh besar, terutama pada saat pelaksanaan konstruksi.
Fleksibel
● ● ─
(LENTUR)
Rigid (KAKU) ● ─ ●
3) Parameter Elastis
Tata cara yang digunakan untuk menentukan nilai CBR desain
dilakukan dengan pengujian laboratorium terhadap contoh tanah
dari lapangan dimana dapat diperkirakan kepadatan dan kadar air
lapisan tanah dasar tersebut. Cara ini khususnya berguna jika
tidak terdapat kesamaan pada kepadatan, kadar air dan bahan
dari jalan yang ada dengan rencana lapisan perkerasan. Pengujan
laboratorium dilakukan pada contoh padat pada kadar air dan
kepadatan rencana sehubungan dengan rencana yang akan
terjadi dilapangan, atau alternatif lain adalah dengan menguji
contoh asli dari lapangan.
• Jarak sumbu.
• Jumlah roda/sumbu.
• Beban sumbu.
2) Lajur Rencana
Pembangunan lapisan perkerasan yang baru atau pelapisan
tambahan akan dilaksanakan pada 2 lajur atau lebih yang
kemungkinan bisa berbeda kebutuhannya terhadap ketebalan
lapisan. Untuk itu dibuat lajur rencana yaitu lajur yang menerima
beban terbesar.
3) Usia Rencana
Usia rencana adalah jangka waktu dalam tahun sampai perkerasan
harus diperbaiki atau ditingkatkan. Perbaikan terdiri dari pelapisan
ulang, penambahan, atau peningkatan. Beberapa tipikal usia
rencana:
• Lapisan perkerasan aspal baru, 20 - 25 tahun.
• Lapisan perkerasan kaku baru, 20 – 40 tahun.
• Lapisan tambahan (aspal, 10 – 15 tahun), (batupasir, 10 – 20
tahun).
Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur
ditentukan dari lebar perkerasan seperti pada tabel diatas.
E=
LEP =
LEA =
LET =
LER = LET x FP FP =
Dimana:
Faktor Regional
Faktor Regional (FR) adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya
perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan
disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. FR ini dipengaruhi oleh
bentuk alinyemen, presentase kendaraan serta iklim.
Indekas Permukaan
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan
permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas
yang lewat.
Dimana:
ITP = Indeks Tebal Perkerasan
a = Koefisien lapisan
D = Tebal lapisan (cm)
Dimana:
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan untuk masing-masing
lapisan perkerasan
D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan
.2 Anchor
Rock Anchors adalah salah satu metode perkuatan lereng pada
batuan dengan pengangkuran (anchoring). Rock anchors sering
juga disebut Rock nailling. Pengangkuran ini sering digunakan
dalam penggalian (excavation), bagian dari dinding penahan
(retaining wall) ataupun untuk menahan gaya-gaya (uplift,
external force, dsb) pada suatu struktur/ fondasi/lereng (slope).
a) Pengaturan angkur
Posisi, arah dan jarak antar angkur seharusnya ditentukan
pertama pada saat perancangan.
(1) Ground anchors harus dipasang dengan jarak minimal 2
m antar angkur.
(2) Sudut pemasangan angkur 10° sampai -10° dari arah
horizontal.
(3) Arah angkur parallel dengan arah keruntuhan batuan.
(4) Jarak angkur ditentukan berdasarkan pengaruh antar
angkur, yang dapat dilihat dengan meninjau kekuatan
angkur, diameter angkur, kedalaman, dan kekuatan
keruntuhan batuan.
Metode ini sangat mahal dan hanya didesain pada area yang
memiliki bahaya keruntuhan batuan yang ekstrim. Metode ini
bertujuan untuk mengurangi bahaya di jalan yang diakibatkan
karena keruntuhan batuan dengan cara menahan batuan yang
jatuh atau mengubah arah jatuhnya batuan.
TAHAP PERSIAPAN
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengenali
lingkup pekerjaan, merumuskan pelaksanaan pekerjaan dan kondisi
lapangan berikut permasalahan- permasalahan yang ada. Segera setelah
SPMK diterbitkan konsultan akan memobilisasi tenaga-tenaga inti untuk
melakukan survey pendahuluan serta mengumpulkan data-data
sekunder mengenai lokasi-lokasi daerah Jalan yang akan direncanakan.
Selain itu konsultan akan langsung melakukan koordinasi dan persiapan
pelaksanaan pekerjaan, diantaranya:
a) Menyiapkan data-data yang diperlukan guna pelaksanaan
survey perencanaan jembatan seperti peta topografi, curah hujan,
lalu lintas dan sebagainya yang berhubungan dengan perencanaan
jembatan.
b) Pengarahan cara kerja personil sehubungan dengan waktu yang
disediakan.
c) Penyediaan peralatan yang akan dipakai untuk survey lapangan.
d) Persiapan surat pengantar mobilisasi personil, dan lain-lain yang
diperlukan.
• SURVEY PENDAHULUAN
Survey ini dilakukan untuk menentukan lokasi jembatan yang tepat
dilihat dari sisi geometrik jalan (vertikal maupun horisontal). Pada
jalan yang sudah ada (existing) ditinjau kemungkinan relokasi
jembatan untuk mendapat syarat geometrik yang lebih baik, sehingga
jika terdapat jembatan existing yang harus diganti, jembatan tersebut
dapat digunakan selama jembatan baru dibangun sehingga tidak
mengganggu lalu-lintas yang ada. Untuk lokasi-lokasi yang belum ada
jembatan, akan dicari tempat yang paling baik untuk pembuatan
jembatan dengan mempertimbangkan syarat-syarat geometrik,
kondisi tanah dan perilaku sungai.
• SURVEY LAPANGAN
Kegiatan Survey lapangan untuk pekerjaan ini akan meliputi:
A. SURVEY TOPOGRAPHY:
Survey Topography dilakukan pada lokasi jembatan yang
direncanakan dengan daerah cakupan, 100 m ke arah hulu dan hilir
jembatan dan sepanjang 200 m untuk jalan pendekat (oprit) kiri dan
kanan dari arah alur sungai. Dari hasil survey ini dapat dilakukan
penentuan lokasi jembatan secara tepat dan panjang bentang
jembatan tersebut.
TAHAP PENGGAMBARAN
Pembuatan gambar rencana trase jalan dan jembatan selengkapnya
dilakukan setelah draft Perencanaan Teknis mendapat persetujuan dari
pengguna jasa dengan mencantumkan koreksi-koreksi dan saran-saran
yang diberikan oleh pengguna jasa, berikut posisi alternatif trase yang
pernah diteliti.
b. Daftar isi.
c. Peta lokasi proyek.
d. Peta lokasi sumber bahan material (quarry).
e. Daftar simbol dan singkatan.
f. Daftar rangkuman volume pekerjaan.
g. Potongan melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar
dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang
diperlukan antara lain:
1) Gambar konstruksi existing yang ada,
2) Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada
ketinggian yang berbeda-beda,
3) Rincian konstruksi perkerasan,
4) Penampang bangunan pelengkap,
5) Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median,
6) Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
h. Alinyment layout
i. Alinyemen Horisontal (plan) digambar diatas peta situasi 1: 1.000
untuk jalan dan 1: 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1-
meter (kontur) dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.
j. Alinyemen Vertikal (profile) digambar diatas peta situasi 1: 1.000
untuk jalan dan 1: 500 untuk jembatan dan skala vertikal 1: 100 yang
mencakup data yang dibutuhkan.
k. Potongan melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA
(interval paling tidak 50 meter), dengan skala horisontal 1: 100 dan
skala vertikal 1: 50. Dalam gambar potongan melintang harus
mencakup:
- Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan.
- Profil tanah asli dan profil/dimensi RUMIJA (ROW) rencana.
- Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan.
- Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).
l. Gambar detail struktur/jembatan
m. Gambar drainase.
PELAPORAN PEKERJAAN
Jenis laporan yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini:
A. Laporan Administrasi antara lain:
a. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan yang berisikan: Pemahaman terhadap KAK,
Metodologi dan Rencana Kerja, Menyampaikan Kriteria Desain
secara detail, Pengenalan Lokasi Awal, Organisasi Pelaksanaan
kegiatan, dan Jadwal pelaksanaan termasuk persiapan survei, juga
menjelaskan hasil penyelenggaraan SMKK sesuai dengan aturan
yang berlaku.
b. Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisikan kegiatan yang dilakukan pada bulan
tersebut yang dilaporkan bulan berikutnya dan merupakan
pengendali kegiatan fisik dimana progres fisik dapat dimonitor
sesuai dengan rencana kegiatan yang tertuang dalam kurva
"S". juga menjelaskan hasil penyelenggaraan SMKK sesuai dengan
aturan yang berlaku.
c. Laporan Antara
Laporan Antara yang berisikan: Hasil pengumpulan data sekunder
maupun data primer, Hasil kajian terhadap data survei, Konsep
perencanaan, Progres kegiatan dan rencana selanjutnya serta
menjelaskan hasil penyelenggaraan SMKK sesuai dengan aturan
yang berlaku.
d. Laporan Akhir
Laporan Akhir yang berisikan:
Penyempurnaan laporan dan progres perencanaan.
Detailed Engineeering Design
Estimasi biaya
Dokumen tender, sesuai dengan dokumen tender standar yang
disyaratkan oleh pengguna jasa.