Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

1. NAMA Penataan Lingkungan Permukiman Penduduk Perdesaan ( Paket A )


KEGIATAN
2. LATAR Terjadinya Bencana alam berupa tanah longsor badan jalan Batu Bajanjang
BELAKANG – Sukarami yang mengakibatkan putusnya hubungan kedua daerah
dilakukan perbaikan melalui Dana Hibah Pusat ke Daerah melalui VNPB ke
BPBD Kabupaten Solok tahun 2015.
3. MAKSUD DAN Agar ruas jalan Batu Bajanjang – Sukarami dapat dilewati oleh masyarakat
TUJUAN dari dan ke Pusat Pemerintah Daerah Kabupaten Solok.
4. NAMA DAN Pejabat pembuat Komitmen Bantuan Sosial berpola Hibah kegiatan
ORGANISASI Rehabilitasi / Rekonstruksi Pasca bencana tahun 2016 Pekerjaan
PEJABAT Perencanaan Teknis Jalan Batu Bajanjang – Sukarami, pada Badan
PEMBUAT Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Solok
KOMITMEN
5. SUMBER Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya Rp. 45.000.000,00 (Empat
PENDANAAN Puluh Lima juta rupiah) termasuk PPN dibiayai dari DAU Tahun Anggaran
2018.

6. LINGKUP, A. Lingkup Kegiatan


LOKASI 1) Persiapan
KEGIATAN, a) Tujuan
DATA DAN Tujuan dari tahap persiapan adalah untuk mengumpulkan
FASILITAS informasi awal mengenai kondisi topografi, geologi, tata guna
PENUNJANG lahan, lalulintas, serta lingkungan
SERTA ALIH b) Lingkup
PENGETAHUA (1) Peta Topografi berupa peta kontur, dengan Skala minimum
N 1 : 50.000
(2) Peta jaringan jalan, dokumen leger jalan, data base
jaringan jalan, daerah rawan kecelakaan
(3) Peta kondisi tanah, peta geologi dengan Skala minimum 1 :
250.000, dearah rawan bencana, dokumen tanah
terdahulu, dan koridor trase
(4) Peta Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah
(5) Peta tata guna lahan
(6) Melakukan kordinasi dengan instansi terkait dengan di
sekitar lokasi proyek
c) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam persiapan meliputi :
(1) Laporan studi koridor ( jika bisa diterapkan)
(2) Laporan studi rancangan-bangunan pendahuluan
(3) Rencana pendahuluan dari alternatif desain (yaitu : profil
atau lembar rencana, bagian-bagian yang umum, materi
pekerjaan utama yang dikenali dan dialokasikan)
(4) Perkiraan biaya konstruksi pendahuluan untuk alternatif
desain.
2) Survey Lapangan
a) Survey Pendahuluan
(1) Tujuan
Tujuan survey pendahuluan adalah untuk mengumpulkan
data-data awal berdasarkan aspek-aspek yang diperlukan
yang akan digunakan sebagai dasar/referensi survey
detail/survey berikutnya dan harus dilakukan oleh seorang
ahli utama.
(2) Lingkup Pekerjaan
Hal lain yang menjadi lingkungan pekerjaan adalah:
(a) Survey Pendahuluan Desain Geometrik
1. Menentukan awal proyek (Sta. 0 + 000 ) dan
akhir proyek yang tepat untuk mendapatkan
Overlapping yang baik dan memenuhi syarat
geometrik.
Pada penentuan titik awal dan titik akhir
pekerjaan, diwajibkan mengambil data sejauh
200 m sebelum titik awal dan 200 m setelah titik
akhir pekerjaan.
2. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan
jarak dengan mengelompokkan kondisi : medan
datar, rolling, perbukitan, pengunungan/bukit
curam dalam bentuk tabelaris.
3. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat
penerapan desain geometrik (alinyemen
horizontal dan vertikal) berdasarkan pengalaman
dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya
oleh Highway Engineer yang melaksanakan
pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-
pengukuran secara sederhana dan benar (jarak,
azimut, kemiringan dengan helling meter) dan
membuat sketsa desain alinyemen horizontal
maupun vertikal secara khusus untuk lokasi-
lokasi yang dianggap sulit untuk memastikan
trase yang dipilih akan dapat memenuhi
persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan
sketsa horizontal dan penampang memanjang
rencana trase jalan.
4. Di dalam penarikan perkiraan desain alinyemen
horizontal dan vertikal harus sudah
diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan
kebutuhan perencanaan untuk lokasi:
galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan,
gorong-gorong dan jembatan (oprit jembatan),
persimpangan yang bisa terlihat dengan
dibuatnya sketsa-sketsa serta tabelaris di
lapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara
stationing dari awal sampai dengan akhir proyek.
5. Semua kegiatan ini sudah harus dikonfirmasikan
sewaktu mengambil keputusan dalam pemilihan
trase dengan anggota team yang saling terkait
dalam pekerjaan ini.
6. Di lapangan harus diberi/ dibuat tanda-tanda
berupa patok dan tanda banjir dengan diberi
tanda bendera sepanjang daerah rencana
dengan interval 50 m untuk memudahkan tim
pengukuran, serta pembuatan foto-foto penting
untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan
survey detail selanjutnya.
7. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus
sudah bisa dihitung perkiraan volume pekerjaan
yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan
rencana biaya secara sederhana dan diharapkan
dapat mendekati final design.
(b) Survey Pendahuluan Kondisi eksisting perkerasan
1. Inventarisasi terhadap data histori penanganan
jalan
2. Identifikasi jenis perkerasan
3. Identifikasi kerusakan perkerasan
(c) Survey Pendahuluan Survey Topografi.
Kegiatan yang dilakukan oleh geodetic engineer pada
survey pendahuluan adalah :
1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta
pemasangan patok beton Bench Mark di awal
dan akhir Proyek
2. Mengamati kondisi topografi
3. Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan
pengukuran khusus serta, morfologi dan lokasi
yang perlu dilakukan perpanjangan koridor
4. Membuat rencana kerja untuk survey detail
pengukuran
5. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada
lokasi/ titik yang akan dijadikan referensi.
(d) Survey pendahuluan Bangunan Pelengkap Jalan.
1. Untuk perencanaan jalan baru perlu dicatat data
lokasi/sta........., perkiraan lokasinya apa sudah
sesuai dengan geometrik serta rencana jenis
konstruksi, dimensi yang diperlukan.
2. Untuk lokasi yang sudah ada, existing perlu
dibuatkan investarisasinya dengan lengkap
antara lain Sta.........., jenis konstruksi, dimensi,
kondisi serta mengusulkan penanganan yang
diperlukan. (lihat format survey inventarisasi
jembatan).
3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat
tinggi muka air banjir tertinggi pernah terjadi serta
adanya tanda-tanda/ gejala-gejala erosi yang
dilengkapai dengan sket lokasi, morfologi serta
karakter aliran sungai dan dilengkapi foto-foto jika
diperlukan.
4. Mendiskusikan dengan team geometrik, geologi,
amdal dan hidrologi apakah data-data dan usul
penempatan lokasi serta usul perencanaan/
penanganan sudah sesuai secara teknis.
5. Membuat sket dan kalau peru foto-foto beserta
catatan-catatan khusus serta saran-saran yang
sangat berguna dijadikan panduan dalam
pengambilan data untuk perencanaan pada
waktu melakukan survey detail nanti dan
pengaruh terhadap keamanan/ kestabilan.
(e) Survey Pendahuluan Geologi dan Geoteknik.
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan
geologi dan geoteknik adalah :
1. Melakukan pengambilan data mengenai
karakteristik tanah, perkiraan lokasi sumber
meterial, dan mengentisipasi dan mengidentifikasi
lokasi yang akan longsor
2. Mengidentifikasi lokasi/titik pengujian antara lain
Bor, Sondir, DCP, Test Pit
3. Memberikan rekomendasi rencana trase
alinyemen jalan
4. Mengidentifikasi masalah-masalah geoteknik,
bahaya, resiko-resiko, dan batasan-batasan
proyek
5. Mencatat pengamatan visual menurut stasiun,
patok kilometer atau informasi lokasi lain seperti
GPS.
(f) Survey Pendahuluan Drainase
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan
Drainase adalah :
1. Mengumpulkan data curah hujan
2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment
Area)
3. Mengamati kondisi terrain pada daerah
tangkapan sehubungan dengan bentuk dan
kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.
4. Mengamati tata guna lahan.
5. Menginvintarisasi bangunan drainase existing.
6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi
penting.
7. Membuat rencana kerja untuk survey detail.
8. Mengamati karakter aliran sungai/ morfologi yang
mungkin berpengaruh terhadap konstruksi dan
saran-saran yang diperlukan untuk menjadi
pertimbangan dalam perencanaan berikutnya.
(g) Survey Pendahuluan/identifikasi Rona Lingkungan
Awal dilakukan apabila tidak terdapat Dokumen
Lingkungan pada saat Pra FS/FS.
1. Mengidentifikasi komponen lingkungan dari
berbagai aspek (biologi, fisik-kimia, sosial,
ekonomi dan kesehatan masyarakat)
2. Mengumpulkan data mengenai lokasi bangunan
bersejarah/bangunan budaya serta benda cagar
budaya
3. Mengidentifikasi lokasi dan batas-batas wilayah
kawasan lindung di sekitar rencana trase jalan.
4. Memperkirakan kebutuhan lahan untuk rumija
rencana trase jalan.
5. Menentukan jenis dokumen lingkungan yang
harus disusun (AMDAL/UKL_UPL/SPPL).
(h) Keluaran survey pendahuluan meliputi :
1. Laporan seluruh hasil survey pendahuluan
berkaitan dengan konsep desain yang akan
diterapkan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor berdasarkan seluruh hasil survey
pendahuluan
2. Laporan tindak lanjut survey pendahuluan yaitu
survey detail yang didalamnya memuat beberapa
survey detail yang harus dilakukan termasuk
batasan koridor pengambilan data.
b) Survey Topografi
(1) Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini
adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana
trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang
ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan
skala 1 : 1000 yang akan digunakan untuk
perencanaan geometrik jalan.
(2) Lingkungan Pekerjaan
(a) Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton
dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon
ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton
dan di atasnya dipasang nut dari baut dengan
ujung kepala baut (nut) diberi tanda alur silang
(cross grooving), ditempatkan pada tempat
yang aman, mudah terlihat. Patok BM
dipasanng setiap 1 (satu) km dan pada setiap
lokasi rencana jembatan dipasang serta pada
awal dan akhir proyek minimal 2 dan
ditempatkan pada dearah yang aman terhadap
kemungkinan tercabut atau berubah posisi dan
mudah terlihat, masing-masing 1 (satu) pasang
di setiap sisi sungai/ alur.
- Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat
bagian yang tampak di atas tanah setinggi
20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang
Bina Marga, notasi dan nomor BM dengan
warna hitam.
- Patok BM yang sudah terpasang,
kemudian difoto sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat serta
elevasi.
- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar
harus digunakan patok kayu yang cukup
keras, lurus dengan diameter sekitar 5 cm,
panjang sekurang-kurangnya 50 cm,
bagian bawahnya diruncingkan, bagian
atas diratakan diberi paku, ditanam dengan
kuat, bagian yang masih nampak diberi
nomor dan dicat warna kuning. Dalam
keadaan khusus, perlu ditambahkan patok
bantu.
- Untuk memudahkan pencarian patok,
sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi
tanda-tanda khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak
mungkin dipasang patok, misalnya di atas
permukaan batu, maka titik-titik poligon dan
sifat datar ditandai dengan paku seng
dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
(b) Pengukuran titik kontrol horizontal
- Pengukuran titik kontrol horizontal
dilakukan dengan sistem poligon, dan
semua titik ikat (BM) harus dijadikan
sebagai titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik pologon
maksimum 100 meter, diukur dengan
meteran atau dengan alat ukur secara optis
ataupun elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat
ukur theodoit dengan ketelitian baca dalam
detik. Disarankan untuk menggunakan
Electronik Distance Meter/theodolit jenis T2
atau yang setingkat.
(c) Pengukuran titik kontrol vertikal
- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan
cara 2 kali berdiri/pembaca pergi-pulang.
- Pengukuran sifat datar harus mencakup
semua titik pengukuran (poligon, sifat
datar, dan potongan melintang) dan titik
BM.
- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus
dalam keadaan baik, berskala benar, jelas
dan sama.
- Pada setiap pengukuran sifat datar harus
dilakukan pembacaan ketiga benangnnya,
yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah
(BT), dan Benang Bawah (BB), dalam
satuan milimeter.
Pada setiap pembacaan harus dipenuhi : 2
BT = BA+BB.
Dalam satu seksi (satu hari pengukuran)
harus dalam jumlah slang (pengamatan)
yang genap.
(d) Pengukuran situasi
- Pengukuran situasi dilakukan dengan
sistem tachimetri, yang mencakup semua
obyek yang dibentuk oleh alam maupun
manusia yang ada disepanjang jalur
pengukuran, seperti alur, sungai, bukit,
jembatan, rumah, gedung dan sebagainya
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan
keserangaman penyebaran dan kerapatan
titik yang cukup sehingga dihasilkan
gambar situasi yang benar. Pada lokasi-
lokasi khusus (misalnya: sungai,
persimpangan dengan jalan yang sudah
ada) pengukuran harus dilakukan dengan
tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan
alat theodolit.
(e) Pengukuran Penampang Melintang.
Pengukuran penampang melintang harus
dilakukan dengan persyaratan:

Interval,
Lebar koridor,
kondisi (m) Jalan
(m)
baru

- Daftar, landai,
75 + 75 50
dan lurus

- Pengunungan
75 + 75 25

-Tikungan 50 (luar) + 100 25


Untuk pengukuran penampang melintang
harus digunakan alat theodlit.
(f) Pengukuran pada perpotongan rencana trase
jembatan dengan sungai atau jalan
- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir
masing-masing minimum 200 m dari
perkiraan garis perpotongan atau daerah
sekitar sungai (hulu/hilir) yang masih
berpengaruh terhadap keamanan jembatan
dengan interval pengukuran penampang
melintang sungai sebesar 25 meter.
- Koridor pengukuran searah rencana trase
jembatan masing-masing minimum 100 m
dari garis tepi sungai/jalan atau sampai
pada garis pertemuan antara oprit
jembatan dengan jalan dengan interval
pengukuran penampang melintang
rencana trase jalan sebesar 25 meter.
- Pada posisi lokasi jembatan interval
pengukuran penampang melintang dan
memanjang baik terhadap sungai maupun
jalan sebesar 10 m, 15 m, dan 25 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan
segala obyek yang dibentuk alam maupun
manusia disekitar persilangan tersebut.
(3) Persyaratan
(a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat
ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan
dikoreksi.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus
dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
(b) Ketelitian dalam pengukuran
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah
sebagai berikut :
1. Kesalahan sudut yang diperbolehkan
adalah 10”√n, (n adalah jumlah titik poligon
dari pengamatan matahari pertama ke
pengamatan matahari selanjutkan atau dari
pengukuran Global Position System (GPS)
geodetic yang mempunyai presisi tinggi
pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih
dari 5”.
(c) Perhitungan
- Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap
seksi. Koreksi sudut tidak boleh diberikan
atas dasar nilai rata-rata, tapi harus
diberikan berdasarkan panjang kaki sudut
(kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar),
dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
- Perhitungan sifat Datar.
Perhitungan sifat datar harus dilakukan
hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan
harus dilakukan kontrol perhitungan pada
setiap lembar perhitungan dengan
menjumlahkan beda tingginya.
- Perhitungan ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan
ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai
titik pengukuran detail dan dihitung secara
techimetris.
- Seluruh perhitungan sebaiknya
menggunakan sistim komputerisasi.
(d) Penggambaran
- Penggambaran poligon harus dibuat
dengan skala 1 : 1.000
- Garis-garis grid terluar (dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)
nya.
- Pada setiap lembar gambar dan atau
setiap 1 meter panjang gambar harus
dicantumkan petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus
berdasarkan hasil perhitungan dan tidak
boleh dilakukan secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai
X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
(e) Titik kontrol horizontal diukur dengan
menggunakan metode penetuan posisi Global
Positioning System (GPS) secara diferensial.
GPS atau nama lengkapnya NAVSTAR GPS
merupakan singkatan dari Navigation System.
Metode yang digunakan adalah metode
diferensial dengan menggunakan lebih dari
satu receiver GPS dimana minimal satu titik
digunakan sebagai titik referensi (base station)
dan yang lainnya ditempatkan pada titik yang
akan diukur. Titik referensi yang digunakan
adalah titik referensi Bakosurtanal ataupun
Badan Pertahanan Nasional. Untuk
merepatkan titik kontrol horizontal dapat
dilakukan pengukuran menggunakan metode
poligon dengan menggunakan alat Total
Station.
(f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan
adalah sebagai Sistem koordinat proyeksi
Universal Transverse Mercator

Keterangan proyeksi UTM :


 Proyeksi adalah Transverse Mercator
 Lebat zona adalah 6◦
 Titik awal setiap zona adalah perpotongan
meridian tengah dan ekuator
 Faktor skala pada meridian tengah ko =
0,9996
 Timur (T) didefinisikan dengan
penambahan 500.000 meter kepada nilai x
yang dihitung dari meridian tengah
 Utara (U) di

(g) Pengukuran denganmenggunakan GPS


dilakukan setiap interval 5.000 m
(h) Pengukuran titik control horizontal harus
menggunakan jenis Total Station (TS) dengan
menggunakan ketelitian 10√n serta 10√D untuk
jarak
(i) Pengukuran titik control vertical harus
menggunakan peralatan Waterpas dengan
ketelitian 2 mm
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail
situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar polygon, sehingga
membentuk gambara situasi dengan interval
garis garis ketinggian (contur) 1 meter
Proses pengambilan data untuk topograpi
mengacu pada pedoman pengukuran topograpi
No.010/PW/2004 atau pedoman yang
disaratkan
(4) Keluaran
Keluaran survey Topografi meliputi :
(a) Laporan survey Topografi meliputi :
- Data pengukuran dan hitungan
pengukuran topografi yang telah
diterima.
- Data koordinat dan elevasi Bench
Mark.
- Foto dokumentasi proses pengukuran
dan Bench Mark.
(b) Peta tofografi (peta transies) dengan skala
yang disesuaikan dengan jenis perencanaan
yang akan dilakukan.
c) Survey Lalu lintas.
(1) Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui
kondisi lalu lintas, kecepatan kendaraan rata-rata,
menginventarisasi jalan yang ada, serta
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan
yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan
waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian
rata-rata sebagai dasar perencanaan peningkatan
jalan.
(2) Linkup
(a) Pengumpulan data lalu lintas dilakukan setelah
mengetahui koridor trase lokasi perencanaan
yang akan dilakukan, yang merupakan hasil
keluaran dari pengumpulan data awal berupa
titik-titik survey.
(b) Data lalu lintas yang telah didapat harus
dianalisis sehingga mendapatkan data yang
siap pakai berupa kondisi LHR eksisting dalam
satuan kendaraan/hari dan smp/hari serta
kecepatan perjalanan pada kondisi tata guna
lahan tertentu dalam km/jam.
(3) Persyaratan
Standar pengambilan dan perhitungan data harus
mengacu pada buku Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 036/T/BM/1997, Pedoman
Survey Pencatatan Lalu lintas dengan cara Manual
Pd/T.19-2004-B, atau Pedoman yang disyaratkan.
(4) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari survey lalu lintas
berupa laporan yang di dalamnya memuat :
(a) Data LHR untuk perhitungan kapasitas jalan
dan perhitngan perkerasan jalan
(b) Data spektrum beban untuk perhitungan
perkerasan jalan
(c) Foto dokumentasi
(d) Data lapangan
d) Survey Drainase
(1) Tujuan
Tujuan survey drainase yang dilaksanakan dalam
pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data
hidrologi dan karakter/ perilaku aliran air pada
bangunan air yang ada (sekitar jembatan maupun
jalan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan
debit banjir rencana (elevasi muka air banjir),
perencanaan teknis drainase dan bangunan
pengaman terhadap gerusan, river training
(pengarah arus) yang diperlukan.
(2) Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan survey hidrologi dan hidrolika ini
meliputi :
(a) Mengumpulkan data curah hujan harian
maksimum (mm/hr) paling sedikit dalam jangka
10 tahun pada daerah yang berpengaruh
terhadap lokasi pekerjaan, data tersebut bisa
diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika dan/ atau instansi terkait di kota
terdekat dari lokasi perencanaan.
(b) Mengumpulkan data bangunan pengaman
yang ada meliputi : lokasi, dimensi, kondisi,
tinggi muka air banjir.
(c) Menganalisis data curah hujan dan
menentukan curah hujan rencana, debit dan
tinggi muka air banjir rencana dengan periode
ulang 10 tahunan untuk jalan arteri, 7 tahun
untuk jalan kolektor, 5 tahunan untuk jalan
lokal dan 50 tahunan jembatan dengan metode
yang sesuai.
(d) Menganalisa pola aliran air pada daerah
rencana untuk memberikan masukan dalam
proses perencanaan yang aman.
(e) Menghitung dimensi dan jenis bangunan
pengaman yang diperlukan.
(f) Menentukan rencana elevasi aman untuk
jalan/jembatan termasuk pengaruhnya akibat
adanya bangunan air (aflux).
(g) Merencanakan bangunan pengaman
jalan/jembatan terhadap gerusan samping atau
horisontal dan vertikal.
(3) Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-1724-
1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai),
Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-
2006-B, Manual Hidrolika untuk Jalan dan
Jembatan No.01/BM/05, serta pedoman lain yang
dipersyaratkan.
(4) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari Survey Drainase
adalah berupa Laporan Drainase yang di dalamnya
memuat :
(a) Data identifikasi semua aliran air yang ada dan
lintasan-lintasan drainase
(b) Daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta-
peta topografi
(c) Informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan
dan tanggal kejadian)
(d) Lokasi-lokasi drainase yang ada meliputi
permasalahan banjir
(e) Acuan banjir/sumber informasi drainase
(f) Kapasitas aliran air dan debit aliran air
permukaan yang ada diterima oleh drainase
yang akan direncanakan
(g) Data curah hujan yang digunakan dalam
desain drainase
(h) Dimensi saluran dan gorong-gorong
(i) Potensi erosi baik erosi tebing maupun erosi
dasar sungai/saluran baik erosi umum maupun
lokal.
e) Survey Geologi dan Geoteknik
(1) Tujuan
(a) Tujuan utama dari penyelidikan geoteknik
lapangan dan bawah permukaan adalah untuk
memberikan informasi tentang kondisi bawah
permukaan tanah, bahaya geoteknik, dan
ketersediaan tanah, agregat dan batuan pada
perencana
(b) Sangat disarankan untuk menggunakan
Pedoman Geoteknik untuk penyelidikan tanah
lunak Pd.T-9-2002-B dan pengujian
laboratorium untuk tanah lunak Pt.M-01-2002-
B bilamana terdapat suatu kondisi tanah dasar
yang lunak (soft soil).
(2) Lingkup
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
(a) Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25-
40 kg untuk setiap contoh tanah. Setiap contoh
tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor
sumur uji, lokasi, kedalaman). Penggalian
sumuran uji dilakukan pada setiap jenis satuan
tanah yang berbeda atau maksimum 5 km bila
jenis tanah sama, dengan kedalaman 1-2 m.
Setiap sumuran uji yang digali dan contoh
tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto
harus terlihat jelas identitas nomor sumur uji,
dan lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m
(Utara-Selatan) lebar 1,0 m, Log sumuran uji
digambarkan dalam 4 bidang, dengan deskripsi
yang lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan
batuan. (lihat daftar lampiran)
(b) Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu
dilakukan dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah (“split tube”
untuk tanah keras atau “piston tube” untuk
tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi
identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi,
kedalaman). Pemboran tangan dilakukan pada
setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun
(untuk perhitungan penurunan) dengan
ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan
pada setiap lokasi yang diperkirakan akan
digali (untuk perhitungan stabilitas lereng)
dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter,
dengan interval sekurang-kurangnya 100 meter
dan/ atau setiap perubahan jenis tanah dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter.

Setiap pemboran tangan dan contoh tanah


yang diambil harus difoto. Dalam foto harus
terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan
lokasi.

Semua contoh tanah harus diamankan baik


selama penyimpanan di lapangan maupun
dalam pengangkutan ke laboratorium.
(c) Pemboran Mesin
Pemboran mesin dilaksanakan dengan
ketentuan-ketentuan berikut :
 Pada dasarnya mengacu pada ASTM
D 2113-94.
 Pendalaman dilakukan dengan
menggunakan sistem putar (rotary
driling) dengan diameter mata bor
minimum 75 mm.
 Putaran bor untuk tanah lunak
dilakukan dengan kecepatan
maksimum 1 puturan per detik.
 Kecepatan penetrasi dilakukan
maksimum 30 mm per detik
 Kestabilan galian atau lubang bor
pada daerah deposit yang lunak
dilakukan dengan menggunakan
bentonite (driling mud) atau casing
dengan diameter minimum 100 mm
 Apabila driling mud digunakan
pelaksana harus menjamin bahwa
tidak terjadi tekanan yang berlebih
pada tanah
 Apabila casing digunakan, casing
dipasang setelah mencapai 2 m atau
lebih. Posisi dasar casing minimal
bergerak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya.

Pemboran mesin dilakukan pada


kondisi tanah ekspansif atau tanah
lunak.

(d) Pemboran Tangan.


Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu
pada ASTM D 4719

(e) Pengujian Kompaksi Batu Gamping


Suatu studi untuk menilai kelayakan batu
gamping sebagai bahan timbunan dilakukan
dengan memperhatikan:
 Perilaku pemadatan laboratorium.
 Persyaratan metarial untuk timbunan
termasuk yang berkaitan dengan
kekuatan dan konsistensi material.
 Sifat kimia yang berkaitan dengan
pengaruh lingkungan dan air terhadap
durabilitas kinerja timbunan.
(f) Sondir (Pnutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman
lapisan tanah keras, menentukan lapisan-
lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung
konus dan daya lekat tanah setiap kedalaman
yang diselidiki, alat ini hanya dapat digunakan
pada tanah berbutir halus, tidak boleh
digunakan pada daerah aluvium yang
mengandung komponen brangkal dan kerikil
serta batu gamping yang berongga, karena
hasilnya akan memberikan indikasi lapisan
tanah keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan:
1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton

Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan


pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan pada
manometer berturut-turut menunjukkan harga >
150 kg/cm², alat sondir terangkat ke atas,
apabila pembacaan manometer belum
menunjukan angka yang maksimum, maka alat
sondir perlu dibberi pemberat yang diletakkan
pada baja kanal jangkar.
(g) Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan
jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan
timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada
disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai,
maka harus menginformasikan lokasi quarry
lain yang dapat dimanfaatkan.

Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan


karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak
ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dalam proses
penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.

(3) Keluaran
Keluaran dari survey geologi/geoteknik berupa :
(a) Laporan penyelidikan tanah yang di dalamnya
memuat :
 Tanah berupa nilai CBR
 Properties tanah berupa nilai strength
dan index properties of soil
 Kadar air
 Berat jenis
(b) Peta penyebaran tanah yang di dalamnya
memuat :
 Kondisi lapisan tanah
 Daerah rawan longsor
(c) Foto Dokumentasi
f) Survey Lingkungan
(1) Tujuan
(a) Mengidentifikasi komponen kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.
(b) Mengidentifikasi komponen lingkungan yang
diperkirakan akan terkena dampak sebagai
akibat adanya proyek peningkatan/
pembangunan jalan.
(c) Memprediksi dan mengevaluasi besarnya
dampak lingkungan yang terjadi.
(d) Merumuskan saran tindak lanjut (pengelolaan
dan pemantauan) yang dapat dilaksanakan
oleh proyek atau instansi lain yang terkait guna
mengurangi dampak negatif atau
meningkatkan dampak positif.

Ketentuan mengenai identifikasi dampak


lingkungan yang ditindak lanjuti dengan
penyusunan dokumen lingkungan baik berupa
AMDAL, UKL-UPL maupun SPPL harus
mengacu pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Lingkup
(a) Mengumpulkan data sekunder terkait aspek
fisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya
dan kesehatan masyarakat.
(b) Mengumpulkan data primer terkait rencana
kegiatan dan komponen lingkungan yang ada
(aspek fisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi,
budaya dan kesehatan masyarakat)
(c) Merumuskan upaya-upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
(d) Melakukan koordnasi dengan instansi lain
terkait masalah lingkungan
(3) Persyaratan
 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
 Undang-undang No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan.
 Undang-undang Republik Indonesia No. 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
 Undang-undang No. 32 Tahun 2004
Pemerintahan Daerah.
 Undang-undang No. 38 Tahun 2004
tentang Jalan.
 Undang-undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
 Undang-undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkatan Jalan.
 Undang-undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
 Undang-undang No. 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Panngan Berkelanjutan.
 Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006
tentang Jalan.
 Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
 Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8
Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan AMDAL.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana
Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan AMDAL.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis
Rencana Usaha dan atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum Yang Wajib Dilengkapi
Dengan UKL-UPL.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL dan
SPPL.
 Acuan yang dapat digunakan Pedoman
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup No.008/BM/2009, No.009/BM/2009,
No.010/BM/2009, dan 011/BM/2009, atau
Pedoman lain yang dipersyaratkan.
(4) Keluaran survey lingkungan
Ketentuan mengenai identifikasi dampak
lingkungan yang ditindak lanjuti dengan
penyusunan dokumen lingkungan.
3) Pengendalian survey Pendahuluan dan Survey Detail.
Pengendalian survey bertujuan sebagai kendali mutu
pengambilan data, kendali mutu tersebut diantaranya:
a) Setiap akan kegiatan survey baik pendahuluan maupun
survey detail pelaksana kegiatan wajib mengajukan
jadwal kegiatan yang kemudian ditindak lanjuti dengan
surat ijin melakukan survey baik pendahuluan maupun
detail yang dikeluarkan oleh Kepala Satuan Kerja atau
Pejabat Pembuat Komitmen.
b) Proses survey baik pendahuluan maupun survey detail
wajib diawasi dimulai dari persiapan peralatan sampai
pada proses survey oleh petugas yang ditunjuk oleh
Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.
c) Data hasil pengambilan pada survey detail wajib
diperiksa kebenarannya sebelum dilakukan proses
desain, proses desain dapat dilakukan apabila data
hasil survey detail sudah dapat diterima oleh Kepala
Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.
d) Adanya berita acara pemeriksaan baik terhadap survey
pendahuluan maupun survey detail yang dikeluarkan
oleh Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat
Komitmen.
4) Proses Desain
a) Tujuan
Persiapan desain ini bertujuan :
(1) Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data
awal.
(2) Menetapkan desain sementara dari data awal
untuk dipakai sebagai panduan survey
pendahuluan.
(3) Menyiapkan dokumen perencanaan teknis yang
terdiri dari gambar desain, spesifikasi, engineering
estimate.
b) Lingkup Pekerjaan
Hal lain yang menjadi lingkup pekerjaan adalah:
(1) Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada
peta, serta menarik beberapa Alternatif rencana As
Jalan/Alinyemen Horizontal dengan dilakukan
pengecekan Alinyemen Vertikal sesuai dengan
kondisi medan yang memenuhi Standar
Perencanaan Geometrik Jalan dan dibahas
bersama-sama dengan Ahli Geologi, Ahli Geodesi,
Ahli Hidrolika, Ahli lingkungan.
(2) Melakukan perencanaan Alinyemen Horizontal dan
Vertikal berdasarkan alternatif yang dipakai dengan
tetap mengacu pada standar Geometrik jalan antar
kota maupun perkotaan.
(3) Melakukan perencanaan tebal perkerasan baik
perkerasan kaku maupun fleksibel dengan
mengacu pada pedoman perencanaan tebal
perkerasan lentur dan tebal perkerasan kaku.
(4) Melakukan perencanaan drainase dan bangunan
perlengkapan jalan.
(5) Melakukan perencanaan manajemen traffic pada
saat pelaksanaan.
(6) Melakukan perencanaan K3 konstruksi berkaitan
dengan resiko yang ditimbulkan dengan adanya
kegiatan konstruksi.
(7) Menyiapkan peta penyebaran tanah berkaitan
dengan kondisi Geologi.
(8) Membuat Estimasi panjang jalan, jumlah dan
panjang jembatan, box culvert/ gorong-gorong dan
bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin
akan terdapat pada rute jalan tersebut.
(9) Melakukan analisis resiko yang harus dituangkan
dalam laporan perencanaan teknis yang di
dalamnya membuat identifikasi resiko, analisis
resiko, penilaian resiko, mitigasi resiko, alokasi
resiko.
c) Persyaratan
Proses perencanaan harus mengacu pada standar,
Pedoman yang berlaku seperti standar atau pedoman
yang ditulis pada acuan normatif atau referensi lain
yang tertuang dalam kerangka Acuan Kerja.
d) Penggambaran
Penggambaran Desain Jalan :
 Alinyemen Horizontal dengan Skala 1:1000
 Alinyemen Vertikal dengan Skala 1:100
 Potongan Melintang Skala Horizontal 1:1200,
Skala Vertikal 1:100
5) Pengendalian proses perencanaan
Pengendalian pada saat proses perencanaan dilakukan
agar desain yang dihasilkan memenuhi persyaratan secara
teknis, proses pengendalian dilakukan terhadap :
a) Konsep desain awal berdasarkan data sekunder harus
mendapatkan persetujuan dari Kepala satuan Kerja
atau Pejabat Pembuat komitmen.
b) Konsep desain berdasarkan data survey pendahuluan
dan survey detail yang merupakan review terhadap
desain awal harus diperiksa dan diasistensikan kepada
Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.
c) Pemeriksa dan Asistensi perencanaan secara bertahap
wajib dilaksanakan oleh pelaksanaan kegiatan kepada
Kepala Satuan kerja / Pejabat Pembuat komitmen.
d) Pengecualian terhadap desain yang tidak memenuhi
standar harus mendapatkan persetujuan dari pejabat
setingkat eselon I.
e) Penggunaan teknologi baru dapat digunakan apabila
diterima oleh Tim yang dibentuk oleh pejabat Eselon II
dan mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal
Bina Marga
B. Lokasi Kegiatan
Kegiatan jasa Konsultansi ini harus dilaksanakan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesi.
C. Data dan Fasilitas Penunjang
1) Penyedian oleh Pejabat Pembuat Komitmen
Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh
penyedia jasa :
a) Laporan dan Data (bila ada)
Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu
serta photografi (bila ada).
(nyata bila ada laporan dan data/informasi yang dapat
dipakai sebagai referensi oleh penyedia jasa)
b) Akomodasi dan Ruangan Kantor (bila ada)
(jelaskan dan nyatakan apakah ada akomodasi dan ruang
kantor yang akan disediakan oleh pejabat pembuat
komitmen, misalnya untuk ruang kantor, luas/ukurannya
dan keadaannya, atau harus disediakan oleh penyedia jasa
sendiri dengan cara sewa)
c) Staf Pengawas/Pendamping
(pejabat pembuat komitmen akan mengangkat petugas
atau wakilnya yang bertindak sebagai pengawas atau
pendamping/counterpart....(apabila diperlukan), atau
project officer (PO) dalam rangka pelaksanaan jasa
konsultansi)
d) Fasilitas yang disediakan oleh pejabat pembuat komitmen
yang dapat digunakan oleh penyedia jasa (bila ada,
cantumkan nam barang tersebut)
2) Penyediaan oleh penyedia jasa
Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua
fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
(Cantumkan disini barang-barang yang harus disediakan oleh
penyedia jasa dan tetapkan juga apakah harus dibeli atas
nama pejabat pembuat komitmen ataukah harus dengan cara
sewa)
D. Alih Pengetahuan
Apabila dipandang perlu oleh pejabat pembuat komitmen, maka
penyedia jasa harus mengadakan pelatihan kursus singkat, diskusi
dan seminar terkait dengan substansi pelaksanaan pekerjaan
dalam rangka alih pengetahuan kepada staf di lingkungan
organisasi pejabat pembuat komitmen.
7. JANGKA WAKU Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan dari tanggal 9
PELAKSANAAN Maret 2018 s/d 7 Mei 2018
8. TENAGA AHLI Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini
adalah sebagai berikut:
a. Team Leader
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik Sipil Strata 1
(S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan sejenis, lebih diutamakan/disukai Perencanaan
Jalan. Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai
ketua Tim selama 9 tahun/bulan/paket pekerjaan, diutamakan
yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang
ke-PU-an dari LPJK. Sebagai ketua Tim, tugas utamanya
adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota
tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan
pekerjaan dinyatakan selesai.
Lebih diutamakan mempunyai sertifikat keahlian Perencanaan
Jalan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi
oleh Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi (LPJK).

b. Ahli Teknik Sipil Umum


Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipit
Strata.1.(S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis lebih dari 7 Tahun, diutamakan/disukai perencanaan
jalan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut
tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dalam
Proses Perencanaan dari mulai persiapan sampai pada proses
desain dan penyiapan dokumen lelang.
Lebih diutamakan mempunyai sertifikat keahlian Perencanaan
Jalan dan Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa
Kontruksi (LPJK).

c. Ahli Analisa Volume dan Biaya


Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil
Strata. 1. (S.1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan perpengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis lebih dari 7 Tahun diutamakan/disukai perencanaan
Jalan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut
tugas utamanya membantu Team Leader/ketua Tim,
merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam
pekerjaan perencanaan teknis struktur, dan bangunan
pelengkapan yang diperlukan, serta harus menjamin bahwa
rencana struktur yang dihasilkan adalah pilihan yang paling
ekonomis dan sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
Lebih diutamakan mempunyai sertifikat keahlian Perencanaan
Jalan dan Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa
Kontruksi (LPJK).

d. Ahli Geologi/Geoteknik
Tenaga Ahli disyaratkan adalah sarjana Teknik Sipil / Geologi
yang berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis selama
7 tahun.
Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu Team
Leader/ketua Tim dan merencanakan semua kegiatan dalam
pekerjaan geologi yang mencakup pelaksanaan survey geologi,
pengolahan dan analisis data geologi, dan penggambaran data
geologi, serta harus menjamin bahwa gambar geologi yang
dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat
memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi dan
stabilitas badan jalan untuk tahap perencanaan teknis jalan,
dan dapat memberikan masukan yang rinci mengenai sumber
bahan beserta sifat-sifat bahannya.
Lebih diutamakan mempunyai sertifikat keahlian Perencanaan
Jalan dan Jembatan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa
Konstruksi (LPJK).

e. Ahli Hidrologi/Hidraulika
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil /
telantas SDA Strata.1. (S.1) lulusan Universitas/perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman
melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 7 Tahun
diutamakan/disukai perencanaan jalan, diutamakan yang telah
mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an
dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu
Team Leader/Ketua Tim dan merencanakan dan
melaksanakan pengumpulan data hidrologi, pengolahan dan
analisis data hidrologi, dan perhitungan-perhitungan hidrologi
untuk perencanaan bentuk dan dimensi dan perhitungan
hidrologi, serta harus menjamin bahwa data, analisis dan
perhitungan hidrologi yang dihasilkan adalah benar, akurat,
siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci
mengenai curah hujan dan pola aliran air permukaan untuk
tahap perencanaan teknis jalan dan jembatan. Lebih
diutamakan mempunyai sertifikat keahlian Perencanaan Jalan
yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

f. Ahli Geodesi
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil /
Geodesi Strata.1. (S.1) lulusan Universitas/perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi
atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman
melaksanakan pekerjaan sejenis lebih dari 7 Tahun
diutamakan/disukai perencanaan jalan, diutamakan yang telah
mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an
dari LPJK. Tenaga ahli tersebut tugas utamanya membantu
Team Leader/Ketua Tim dan melakukan persiapan desain,
survei pendahuluan, survei topografi, perencanaan teknis.
Lebih diutamakan mempunyai sertifikat keahlian Geodesi yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

g. Ahli Quality (Quality)


Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil
Strata.1. (S.1) lulusan Universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis lebih dari 7 Tahun diutamakan/disukai perencanaan
jalan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut
tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dan
melakukan perencanaan teknis yang berhubungan dengan
kuantitas pekerja.
Lebih diutamakan mempunyai sertifikat keahlian Perencanaan
Jalan yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi
oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

h. Ahli Lingkungan
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Lingungan
Strata.1. (S.1) lulusan Universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis lebih dari 7 Tahun diutamakan/disukai perencanaan
jalan, diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli
konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga ahli tersebut
tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dan
melaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan
data, analisi dan menyusun rekomendasi mengenai hal-hal
yang menyangkut aspek lingkungan akibat pekerjaan
konstruksi jalan dan jembatan.

10 KELUARAN Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah :


a. Laporan Detail Desain
 Gambar Perencanaan Teknis (Desain) jalan/jembatan
dalam ukuran kertas A3, agar dapat digunakan pada
saat penerapan di lapangan.
 Laporan perencanaan tebal perkerasan lentur /
perkerasan kaku termasuk analisisnya
 Laporan Geologi/Geoteknik yang didalamnya memuat
seluruh penyelidikan tanah serta peta penyebaran
tanah serta foto dokumentasi.
 Laporan Topografi yang didalamnya memuat seluruh
data pengukuran termasuk hasil perhitungan serta foto
dokumentasi.
 Laporan Drainase yang didalamnya memuat seluruh
data survey hidrologi termasuk analisi perhitungan.
b. Laporan Engineering Estimate
c. Standar Dokumen Lelang termasuk didalamnya Spesifikasi
Teknis
11 LAPORAN Jenis laporan yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini:
1. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan
serta sebagai bahan pelaksanaan, setiap tenaga ahli
diwajibkan untuk membuat laporan secara detail dan lengkapi.
2. Laporan pendahuluan
Laporan yang harus dibuat:
A. Laporan Administrasi antara lain:
a. Laporan pendahuluan
Laporan Pendahuluan yang berisikan: Pemahaman
terhadap KAK, Metodologi dan Rencana Kerja,
Menyampaikan Kriteria Desain secara detail,
Pengenalan Lokasi Awal, Organisasi Pelaksanaan
kegiatan, dan jadwal pelaksanaan termasuk persiapan
survei.
b. Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisikan kegiatan yang dilakukan
pada bulan tersebut yang dilaporkan bulan berikutnya
dan merupakan pengendalian kegiatan fisik dimana
progres fisik dapat dimonitor sesuai dengan rencana
kegiatan yang tertuang dalam kurva “S”
c. Laporan Antara
Laporan antara yang berisikan: Hasillkan pengumpulan
data sekunder maupun data primer, hasil kajian
terhadap data survei, konsep perencanaan, progres
kegiatan dan rencana selanjutnya.
d. Laporan Draf Akhir
Laporan Draft Akhir yang berisikan: Draft desain
termasuk memuat kriteria desain yang diambil, Gambar
rencana, konsep Dokumen Lelang, progres kegiatan,
kesimpulan dan Rekomendasi.
e. Laporan Akhir
Laporan Akhir yang berisikan:
 Penyempurnaan laporan dan progres
perencanaan.
 Detailed Engineering Design
 Estimasi biaya
 Dokumen tender, sesuai dengan dokumen
tender standar yang disyaratkan oleh
pengguna jasa.
B. Laporan Perencanaan Teknis
Laporan Teknis yang dihasilkan
a. Laporan perencanaan
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan
paket pekerjaan masing-masing laporan berisi:
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek
- Daftar bangunan pelengkap.
- Uraian yang berisi data perencanaan
beserta perhitungan struktur bangunan
bawah beserta pondasinya, drainase,
jalan dan lain-lain.
- Gambar A1, untuk kemudian diperkecil
menjadi A3.
b. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya
Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang
dihitung untuk tiap item pekerjaan yang kemudian
digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan biaya.
Laporan perkiraan kuantitas dan biaya ini dipisahkan
sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan dengan isi
sebagai berikut:
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek
- Daftar bangunan pelengkap/jembatan.
- Perhitungan perkiraan kuantitas.
- Analisa biaya.
- Perkiraan biaya.
c. Laporan penyelidikan tanah
Laporan Akhir Geologi dan Geoteknik harus mencakup
sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal
berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan
secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekat.
- Kondisi morfologi sepanjang lokasi.
- Kondisi badan jalan yang ada
sepanjang trase jalan
- Bantuan penyusunan (stratigrafi)
sepanjang trase jalan.
Untuk peta penyebaran batuan
disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3
dan diwarnai sesuai dengan standar
pewarna geologi dan diberi notasi
sesuai dengan Lampiran 1-D.
- Hasil akhir pemeriksaan laboratorium
dijadikan acuan untuk perbaikan hasil
deskripsi secara visual.
- Penyebaran jenis tanah sepanjang
trase jalan. Untuk peta penyebaran
tanah disiapkan dalam kertas kalkir
ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan
standar pewarnaan geologi dan diberi
notasi.
- Analisis perhitungan konstruksi
timbunan dan stabilitas lereng.
- Analisis longsoran sepanjang trase
jalan.
- Sumber bahan konstruksi jalan
(jenisnya dan perkiraan volume
cadangan).
- Gejala struktur geologi yang ada
(kekar, sesar/patahan dsb) beserta
lokasinya.
- Rekomendasi.
d. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek
- Peta situasi proyek yang menunjukkan
secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol
horizontal.
- Kegiatan pengukur titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang
melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada)
- Perhitungan dan penggambaran.
- Perelatan ukur yang digunakan berikut
nilai koreksinya.
- Dokumentasi foto (ukuran 3R)
mengenai kegiatan pengukuran
topografi termasuk kegiatan
pencetakan dan pemasangan BM,
pengamatan matahari, dan semua
obyek yang dianggap penting untuk
keperluan perencanaan jalan.
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).
- Data ukur hasil ploting dan negatif film
harus diserahkan.
e. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang
meliputi:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan
secara jelas lokasi proyek terhadap
kota besar terdekat, pos pencatat
curah hujan.
- Data curah hujan untuk setiap pos
yang diambil.
- Analisis/perhitungan.
- Penentuan dimensi dan jenis
bangunan air.
- Daftar lokasi bangunan air yang
direncanakan.
f. Laporan Analisa Dampak Lingkungan
Laporan hasil pekerjaan analisa dampak lingkungan
harus mencakup identifikasi, upaya pengelolaan /
pemantauan dampak lingkungan yang berkaitan
dengan:
- Rencana trase jalan termasuk fasilitas
pelengkapannya seperti
persimpangan, galian/timbunan,
jembatan, dan gorong-gorong.
- Pengadaan lahan dan ganti rugi.
- Keselamatan pemakai jalan.
- Aspek hidrologi, antara lain banjir,
erosi, sedimentasi dan pencemaran air
sungai, saluran irigasi dan saluran
lereng.
- Pelakasanaan pekrjaan pada tahap
konstruksi, seperti pengaturan jam
kerja, pengoperasian alat-alat berat
dan gangguan lalu lintas.
- Kawasan konservasi, hutan lindung,
cagar alam / budaya dan tempat-
tempat besejarah.
- Jalur angkutan bahan material dari
quarry dan pembuatan base camp.
- Pengoperasian dan pemeliharaan
jalan.
g. Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik
Dokumen pelelangan pekerjaan fisik sesuai dengan
dokumen pelelangan standar menurut Perpres No 70
Tahun 2012 beserta perubahannya.

Arosuka, Januari 2018


Disetujui Oleh Dibuat Oleh
Kepala Bidang Perumahan Dinas Perumahan PPTK
Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

Ir. FIRDAUS, MT ABDI MUNESA, ST


Nip. 19620811 199203 1 003 Nip. 19790518 201101 1 002
Diketahui / Disetujui Oleh
Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

DENI PRIHATNI, ST, MT


Nip. 19710515 199803 1 017

Anda mungkin juga menyukai