Anda di halaman 1dari 99

PT.

METAFORMA CONSULTANT

BAB METODELOGI DAN

3 PEDEKATAN PEKERJAAN

3.1. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGI PEKERJAAN

3.1.1. UMUM

Uraian pada butir ini menjelaskan tentang tahapan pekerjaan, pendekatan teknis

yang akan dilakukan dan metodologi pelaksanaan serta analisa teknis pengerahan

tenaga ahli. Dalam metodologi Pelaksanaan harus berpedoman pada:

1. Standar teknis yang digunakan dalam perencanaan adalah sesuai dengan SKSNI

yang terdapat dalam “Daftar Standar Bidang Konstruksi dan Bangunan” yang

diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan

Umum.

2. Peraturan perundangan yang digunakan dalam penyusunan dokumen tender

sesuai dengan Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 serta

Peraturan-peraturan turunannya.

3. Perencanaan didasarkan kepada hasil studi yang ada, Hasil Survey Bathimetri

Detail, hasil pengukuran topografi, Survey Hidro-oceanografi, Survey Geoteknik,

dan survey lokasi Potensi serta mengacu kepada aspek lingkungan dan

melakukan investigasi terhadap kemungkinan dampak kegiatan proyek (multiplier

effect).

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 1


PT.METAFORMA CONSULTANT

Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah disebutkan bahwa, lingkup kegiatan

secara garis besar meliputi beberapa butir kegiatan pokok pembahasan. Dari butir

tanggapan terhadap KAK, maka item tersebut akan di sederhanakan tanpa merubah

substansinya sebagai berikut :

1. Pekerjaan Persiapan / Inventarisasi Data

2. Pekerjaan Lapangan

3. Pekerjaan Analisa Data

4. Detail Desain

5. Pelaporan

Secara garis besar kegiatan ini dapat digambarkan dalam tahapan-tahapan seperti

terlihat pada bagan alir.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 2


PT.METAFORMA CONSULTANT

Mulai

Kegiatan Persiapan :
Persiapan Administrasi dan Teknis
Mobilisasi Personil dan Peralatan Kantor

Pengupulan Data :
Data Belawan (adm, fisik, sosek, sarana-prasarana)
Data Topografi
Data Hidrologi
Studi-Studi Terdahulu
Data-Data Lain yang Diperlukan

Peninjauan Lapangan

Draf Laporan Pendahuluan

Diskusi

Revisi

Final Laporan Pendahuluan

Pekerjaan Lapangan

Survey Sosek Survey Kondisi Fisik Lokasi


Survey Hidro-oceanografiSurvey Geologi & Mektan Survey Topografi & Bathymetri

Analisis Data

Analisa Sosek Analisa Hidro-oceanografi


Analisa Transpor Sedimen
Analisa Geologi & Mektan Analisa Topografi
& Bathymetri

Perhitungan Gambar Pengukuran Gambar Desain

Revisi

Tidak
Asistensi

Ya

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 3


PT.METAFORMA CONSULTANT

Buku Ukur Album Gambar Pra Lay Out Desain

Laporan Antara

Revisi

Diskusi

Final Laporan Antara

Detail Desain
Rencana Pengembangan (Pengaturan Zonasi, Layout Pelabuhan, Block Plan)
Rencana Teknis (Alur Pelayaran, Dermaga, Reklamasi Area, TPI, Instalasi Air Bersih dan sanitasi Lingkungan

Penggambaran

BOQ & RAB

Laporan Draft Akhir

Revisi

Tidak
Diskusi

Ya

Laporan Akhir

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 4


PT.METAFORMA CONSULTANT

3.1.2. Tahap Persiapan


Dalam tahapan persiapan ini pokok-pokok yang dilakukan antara lain mencakup

kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan administrasi, mobilisasi personel, penyusunan program kerja,

pengadaan peralatan data, dan lain sebagainya, Review data sebelumnya (desk

study), Menyusun laporan pendahuluan/rencana kerja.

2. Melakukan pemahaman sekilas tentang profil Belawan khususnya kawasan

rencana dermaga dan sekitarnya sebagai wilayah studi.

3. Memanfaatkan data pokok wilayah studi yang sudah ada untuk penyusunan

laporan awal.

4. Menentukan pokok-pokok kegiatan, baik berupa tahapan, teknik serta metoda

maupun bentuk akhir yang akan dicapai dari masing-masing kegiatan yang

dilakukan.

5. Penyiapan peta dasar, desain survei, dan check list data.

6. Menyiapkan peralatan survei yang akan digunakan di lapangan.

7. Membuat Laporan Pendahuluan.

3.1.2. Pekerjaan Lapangan


Pada tahap pengumpulan data di lapangan yang dilakukan dengan cara survey ini

adalah merupakan tahapan yang sangat penting sebagai penyedia informasi yang

akurat dan realibel. Apabila data yang diperoleh kurang akurat dan realibel maka

akan berdamapak pada kesalahan analisa yang pada akhirnya menghasilkan

laporan yang kurang representative dengan kondisi lapangan serta detail desain

yang dihasilkan kurang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu maka

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 5


PT.METAFORMA CONSULTANT

metodologi yang digunakan harus sesuai kaidah-kaidah masing-masing jenis survey

dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

Data-data di lapangan tersebut dapat bersifat primer maupun sekunder. Untuk data

sekunder yang dikumpulkan di lapangan terutama data desain terdahulu untuk

mengetahui dasar penentuan besaran-besaran desain, baik beban rencana pada

struktur maupun besaran prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan perkiraan arus

lalu lintas barang atau volume kegiatan yang akan dilayani oleh pelabuhan.

Sedangkan data yang bersifat primer dilakukan dengan melakukan kajian langsung

di lapangan seperti wawancara, pengecekan lokasi dan lingkungannya, penyelidikan

tanah dll.

Adapun tahap pengumpulan data di lapangan untuk pekerjaan Penyusunan DED

Dermaga di Belawan ini adalah sebagai berikut :

A. Survei Sosial Ekonomi dan Kegiatan Perikanan

Sebagaimana telah disamapikan dalam Kerangka Acuan Kerja maka ruang lingkup

pekerjaan ini diantaranya adalah survey untuk mengetahui sosia ekonomi dan

kegiatan perikanan pada sekitar lokasi. Survei sosial ekonomi perikanan pada

prinsipnya untuk memperoleh informasi tentang kondisi umum wilayah dimana

lokasi proyek berada dengan memberikan penekanan pada aktivitas sosial

ekonominya. Survey untuk sosial ekonomi tersebut untuk memperoleh dua jenis

data yaitu:

1. Data administrasi dan kondisi fisik wilayah

Data administrasi dan kodisi fisik wilayah ini diantaranya mengenai :

 Administrasi Wilayah dan administrasi kepemilikan serta peruntukan yang

diusulkan

 Topografi

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 6


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Geologi

 Hidrologi

 Iklim

 Sumberdaya alam, dsb.

2. Data Sosial Ekonomi Wilayah dan Nelayan

Data Sosial Ekonomi Wilayah antara lain mengenai :


 Penduduk

 Ketenagakerjaan

 Perekonomian

 Permasalahan sosial dan lembaga keuangan

 Data tentang Kebijaksanaan Pemerintah setempat, yang meliputi RUTR,

Rencana Prasarana dan Sarana Dasar Umum (PSDU), dll.

Adapun data sosial ekonomi nelayan yang dikumpulkan meliputi segala aspek yang

berkaitan dengan kegiatan usaha perikanan, antara lain:

 Jenis usaha perikanan yang dilakukan oleh nelayan/pengusaha setempat.

 Cara memperoleh modal investasi dan modal kerja.

 Pendapatan/sisa hasil usaha, biaya eksploitasi, jumlah hari operasi per trip,

jumlah hari operasi per tahun, harga jual ikan, biaya retribusi lelang, biaya

tambat labuh di pelabuhan dan lain-lain.

 Aspirasi dan persepsi masyarakat nelayan terhadap pembangunan

Pelabuhan Perikanan.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 7


PT.METAFORMA CONSULTANT

Adapun survey kegiatan perikanan ini adalah untuk memperoleh data tentang

kegiatan perikanan pada lokasi pekerjaan beserta peluang potensi sumberdaya

perikanannya. Data ini meliputi semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan perikanan, antara lain :

 Potensi sumberdaya perikanan, daerah penangkapan (fishing ground),

tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan, dan sisa potensi yang masih

dapat dieksploitasi.

 Armada/kapal perikanan meliputi jenis, ukuran, jumlah, domisili dan lain-

lain.

 Alat tangkap meliputi jenis dan jumlahnya.

 Produksi meliputi jenis ikan, jumlah, harga rata-rata, mutu dan nilainya.

 Nelayan meliputi jumlah dan lokasi pemukiman nelayan.

 Pengolahan meliputi jenis pengolahan, jumlah dan lokasi pengolahan serta

jumlah/jenis ikan olahan

 Pemasaran meliputi lokasi pemasaran, potensi pasar, jenis ikan yang

dipasarkan, transportasi dan lain-lain.

B. Survei Kondisi Fisik Lokasi

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa selain survey sosial ekonomi dan

perikanan maka pengumpulan data dilapangan ini adalah survey kondisi fisik lokasi.

Data yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini pun terdiri dari dua jenis yaitu data

sekunder dan data primer. Data primer adalah data yang didapatkan dari lapangan

dengan pengukuran langsung dan observasi di lapangan atau wilayah kajian,

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 8


PT.METAFORMA CONSULTANT

sedang data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh tanpa harus

mendatangi wilayah kajian. Data sekunder umumnya diperoleh dari dari instansi-

instansi terkait.

Ruang lingkup pekerjaan survey kondisi fisik lokasi yang bersifat data sekunder

dapat secara umum dapat disampaikan sebagai berikut :

 Data Angin

Data angin (jam-jaman) diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika

(BMG) Pusat (di Jakarta) atau stasiun pengamatan terdekat dengan lokasi

pekerjaan, untuk kurun waktu selama mungkin (jika memungkinkan minimal

5 tahun).

Data angin bersama dengan peta batimetri digunakan untuk memperkirakan

atau meramal gelombang yang terjadi di lokasi pekerjaan.

 Data Pasang Surut

Pasang surut (pasut) diakibatkan oleh gaya tarik-menarik antara air laut

dengan benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Tabel data

peramalan pasut jam-jaman selama satu tahun untuk beberapa tempat di

Indonesia diperoleh melalui Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL (Dishidros TNI

AL). Jika data pasut di wilayah perencanaan belum termasuk dalam tabel

yang disediakan oleh Dishidros TNI AL, maka data pasut di tempat tersebut

dapat ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu berdasarkan beberapa

lokasi di sekitar wilayah perencanaan yang data pasutnya telah diketahui.

Untuk itu harus dicari persamaan bidang terbaik (misalnya dengan metoda

least square) yang melalui titik-titik yang data pasutnya diketahui. Kemudian

berdasarkan persamaan bidang tersebut dihitung data pasut di wilayah

perencanaan.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 9


PT.METAFORMA CONSULTANT

Data sekunder ini digunakan sebagai pembanding untuk data hasil

pengamatan pasang surut yang akan dilakukan pada saat survei. Dari hasil

pengamatan pasut tersebut dihitung komponen-komponen pasang surut

(tidal constituents) yang akan dipakai untuk meramalkan elevasi pasut di

wilayah perencanaan. Konsultan telah memiliki perangkat lunak/program

komputer yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut.

 Peta Laut/Peta Batimetri

Peta Laut diperoleh dari dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL di Jakarta.

Peta ini digunakan untuk mengetahui kondisi batimetri di sekitar lokasi

pekerjaan. Juga diperlukan untuk analisa refraksi dan difraksi gelombang.

 Peta Topografi

Biasanya peta Topografi diperoleh dari Badan Koordinasi Survei dan

Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) berupa lembar peta berskala 1:25.000

atau 1:50.000, tergantung pada ketersediaan data untuk daerah

bersangkutan. Peta yang akan disediakan mencakup wilayah perencanaan

dan sekitarnya termasuk sungai-sungai yang bermuara di sekitar wilayah

perencanaan.

 Data Klimatologi

Data klimatologi wilayah di sekitar wilayah perencanaan diambil dari stasiun-

stasiun yang dianggap dapat mewakili daerah tangkapan sungai-sungai.

Data klimatologi ini dapat diperoleh dari BMG.

 Data Administrasi Wilayah

Data administrasi wilayah diperlukan untuk mengetahui status dan

pembagian administrasi wilayah di sekitar wilayah perencanaan, sehingga

rencana Penyusunan DED Dermaga di Belawan dapat lebih ditingkatkan


PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 10
PT.METAFORMA CONSULTANT

tidak saja untuk wilayah administrasi di mana dermaga tersebut berada,

tetapi juga mungkin dapat mengakomodasi wilayah-wilayah di sekitarnya

yang juga memiliki potensi perikanan.

 Data dari Sumber Lain

Yang dimaksud dengan data dari sumber lain adalah data-data yang belum

tercantum pada butir-butir di atas, namun bisa diperoleh di Jakarta dan

sekitarnya, antara lain data sosial ekonomi dan kependudukan dari Biro

Pusat Statistik, data studi terdahulu dari Departemen Permukiman dan

Prasarana Wilayah, dan lain-lain. Data-data ini diperlukan sebagai tambahan

untuk lebih mengetahui kondisi lokasi pekerjaan.

Sedangkan ruang lingkup pekerjaan survey kondisi fisik lokasi yang bersifat

data primer dapat secara umum dapat disampaikan sebagai berikut :

1) Survey dan Pengukuran Topografi

Studi awal dan studi untuk identifikasi didasarkan pada peta-peta yang ada.

Pengukuran pemetaan merupakan kegiatan utama dalam tahap

perencanaan pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran medan (teoritis)

penuh yang menghasilkan peta-peta garis topografi lengkap dengan garis

konturnya. Semua kegiatan pengukuran harus mengikuti standar kriteria

perencanaan PT-02. Lokasi pengukuran kolong akan ditentukan bersama

direksi pekerjaan.

Tujuan :

Pengukuran topografi ini adalah memperoleh data lapangan sebagai

gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta

posisi kenampakan yang ada baik untuk area darat. Hasil dari Survey ini

kemudian digambar setelah dicetak (hard copy) dijilid rapi kemudin diberi

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 11


PT.METAFORMA CONSULTANT

sampul dan soft copy deserahkan dalam bentuk CD. Adapun hasil pekerjaan

pengukuran yang diserahkan kepada pemberi pekerjaan adalah :

 Peta situasi skala 1: 1.000

 Gambar penampang memanjang

 Skala Vertikal 1 : 200

 Skala horizontal 1: 2.000

 Gambar penampang melintang.

 Skala Vertikal 1: 200

 Skala Horizontal 1 : 200

 Kalkir gambar-gambar tersebut

 Semua buku ukur.

 Nota penjelasan yang berisi :

 Penjelasan tentang prosedur pelaksanaan pekerjaan.

 Ikhtisar petunjuk penggunaan peta.

 Daftar koordinat dan ketingian CP & BM

 Foto-foto CP & BM

Ruang Lingkup Pengukuran Topografi


a. Pengukuran.
1. Rintisan dan pemasangan patok-patok serta pilar.

2. Pengukuran polygon

3. Pengukuran waterpass

4. Pengukuran situasi dan penampang kolong.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 12


PT.METAFORMA CONSULTANT

b. Perhitungan.
1. Perhitungan polygon

2. Perhitungan waterpass

3. Perhitungan situasi

c. Penggambaran dan pemetaan.


1. Penggambaran peta situasi skala 1: E.000

2. Pengambaran penampang memanjang

3. Skala Vertikal 1 : 200

4. Skala Horizontal 1 : 2.000

5. Penggambaran penampangan melintang

6. Skala Vertikal 1 : 200

7. Skala Horinzontal 1 : 200

Penjelasan untuk ruang lingkup pekerjaan diatas adalah sebagai berikut :

a) Pengukuran
1. Rintisan dan pemasangan patok-patok dan pilar-pilar.

 Maksud dari pekerjaan ini ialah menentukan jalur-jalur pengukuran serta

memasang pilar-pilar dan patokpatok pada jalur tersebut, sehingga

memudahkan pengukuran.

 Pilar-pilar dan patok-patok dipasang sebelum pengukuran dilaksanakan.

 Pilar control point (CP) dipasang setiap ± 1 Km dan pilar-pilar Bench

mark setiap ± 5 Km. Pilar-pilar tersebut harus terbuat dan konstruksi

beton. Pilar-pilar tersebut dipasang pada tempat yang aman, stabil serta

mudah ditemukan, ukuran cp. dan bm. dapat dilihat pada lampiran.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 13


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Apabila tidak memungkinkan ada tempat yang stabil, misalnya tanah

gembur atau rawa-rawa maka pemasangan pilar harus disangga dengan

bambu.

 Patok-patok dipasang setiap ± 50 m pada bagian sungai yang lurus dan

setiap ± 25 m pada bagian sungai yang berbelok-belok.

 Patok-patok dibuat dari kayu dolken dengan diameter 5-8 Cm, atau

pangkal bambu yang keras, pada bagian atas patok dicat dengan warna

merah dan ditandai dengan paku.

 Jalur rintasan/pengukuran mengikuti aliran sungai

Setelah perencanaan posisi pemasangan BM berdasarkan hasil orientasi lapangan

(konsultasi bila perlu), maka kemudian dilakukan pemasangan Bench Mark (BM)

dan Patok di lapangan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Pemasangan Bench Mark (BM) di lapangan sebagai titik-titik tetap yang diketahui

kordinatnya dalam sistim koordinat peta yang telah dibuat, dimaksudkan sebagai

data yang dipasang di lapangan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam

pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan terkait.

Mengingat arti penting pemasangan patok BM dalam menunjang pelaksanaan

pekerjaan detail design keseluruhan , maka pemasangan BM akan dilaksanakan

sebagai berikut :

 Pembuatan beton BM dengan ukuran 20 x 20 x 100 cm harus dipasang tiap

5 km. Patok tersebut harus ditanam sedemikian rupa sehingga bagian patok

yang diatas tanah adalah lebih kurang 20 cm, di bagian atas patok BM

dipasang baut 5/8".

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 14


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Patok beton paralon (CP/Control Point) dengan ukuran 3" - 60 cm, dipasang

diantara patok beton BM. Patok CP juga dibuat diseberang patok BM untuk

dipakai sebagai pengarah azimuth.

 Memasangan patok-patok bantu serta patok lainnya yang ukurannya  8

cm, panjang 60 Cm.

 Baik patok beton BM, Paralon maupun patok kayu harus diberi tanda (BM

dan nomor urut).

 Konsultan harus membuat BM pada masing-masing Kolong sebanyak 1 bh

dan diikat dengan rnenggunakan GPS.

 Pemasangan patok batas dilakukan dengan dasar petunjuk petugas yang

berwenang dari perusahaan dan diusahakan petugas tersebut betul-betul

mengetahui secara pasti letak masing-masing titik batas areal.

Marmer 12 X 12 Beugel  6 - 15 Pen Kuningan Level


0.3 Baut  5/ 8 cm
Tulangan 4  8 Marmer 12 X 12
0.10 0.30 0.10

Pen Kuningan Level DETAIL MARMER


Baut  5/ 8 cm UKURAN 12 X 12
0.4 Anker  6 - 60 cm

Muka Tanah Asli

Beugel  6 - 15 PU.
BG.
1.0 0.4 01
Beton 1 : 2 : 3

Tulangan 4  8

0.1
Tanah Keras
0.2
Pasir dipadatkan

0.50

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 15


PT.METAFORMA CONSULTANT

- Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Control Point (CP)


Pen Kuningan Level
Baut  5/ 8 cm
0.4
Anker  6 - 60 cm

Muka Tanah Asli

PVC  3 " isi beton cor 1 : 2 : 3


0.6

PVC  3 "
Spesi beton cor 1 : 2 : 3
Pen Kuningan Level
T empat Label CP

- Pemasangan Patok-patok bantu serta patok lainnya

Paku Seng
8 cm

60 cm

Konsep Dasar Global Position System (GPS)


Contoh-contoh receiver tipe navigasi, pemetaan, dan geodetik ditunjukkan pada

gambar berikut

Gambar 3.2 Contoh-contoh receiver tipe navigasi, pemetaan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 16


PT.METAFORMA CONSULTANT

Konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi jarak, yaitu dengan

pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah

diketahui. Secara vektor, prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS diperlihatkan

pada gambar berikut.

Pada pengamatan dengan GPS, yang dapat diukur adalah jarak antara pengamat

dengan satelit (bukan vektornya), agar posisi pengamat dapat ditentukan maka

dilakukan pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus secara simultan. Gambar

berikut adalah ilustrasi prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS.

Secara garis besar metode penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas

metode yaitu absolute dan defferensial. Penentuan posisi secara absolut umumnya

disebut point positioning adalah metode penentuan posisi secara instan dengan

menggunakan satu receiver dan tipe navigasi, metode mi tidak dimaksudkan untuk

aplikasiaplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi. Umumnya digunakan

untuk pelayanan navigasi. Penentuan posisi secara defferensial, posisi suatu titik

ditentukan relatif terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya.

Penentuan posisi secara differensial hanya dapat dilakukan minimal menggunakan

dua receiver dan tipe pemetaan ataupun tipe geodetik. Ilustrasi pengukuran posisi

secara defferensial dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

1. Penentuan posisi dengan menggunakan GPS memiliki karakteristik sebagai

berikut :

 Posisi yang diberikan adalah posisi 3-D, yaitu (X,Y,Z) atau (L,B,H)

 Tinggi yang diberikan oleh GPS adalah tinggi ellipsoid

 Datum dan posisi yang diperoleh adalah WGS (World Geodetic Systems)

1984 yang menggunakan ellipsoid referensi GRS 1980

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 17


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Ketelitian posisi yang diperoleh tergantung pada metode penentuan posisi,

geometri satelit, tingkat ketelitian data dan metode pengolahan data.

 Penentuan posisi dapat dilakukan dengan beberapa metode absolute

positioning dan differential positioning.

 Posisi titik dapat ditentukan terhadap pusat massa bumi ataupun terhadap

titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya.

 Spektrum ketelitian posisi yang diberikan berkisar dan sangat teliti (orde :

mm) sampai kurang teliti (orde : puluhan meter)

2. Pengukuran Poligon.

 Maksud pengukuran poligon adalah untuk menentukan koordinat titik-titik

poligon yang digunakan sebagai rangka pemetaan.

 Sudut diukur dengan satu seri (biasa dan luar biasa) dengan ketelitian ± 15

 Jarak diukur dengan pita ukur baja dilakukan dua kali (pergi-pulang) dengan

toleransi ukuran ± 20 Cmd dimana d adalah jarak dalam Km.

 Jalur poligon dibuat dalam kring tertutup dan bagian sungai berada didalam

kring tersebut.

Pengukuran poligon diikatkan pada titik tetap geodetis (dalam hal ini titik

triangulasi) dan titik tersebut harus masih dalam keadaan baik serta

mendapat persetujuan pemberi pekerjaan.

 Untuk pengontrolan sudut hasil pengukuran poligon dilakukan penentuan

azimut suatu sisi dengan pengamatan matahari pada setiap jarak ± 5 Km.

Azimuth matahari digunakan untuk menentukan azimuth awal hitungan poligon dan

mengontrol hasil sudut.

 Penentuan Azimuth / Arah

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 18


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Pada sisi yang dibentuk oleh dua titik yang telah diketahui koordinatnya,

maka azimuth ditentukan dengan :

B (XB,YB)

AB

A(XA,YB)

( X B−X A )
α AB= Arcus tangen ( Y B−Y A )
dimana : (XA, YA) koordinat A
(XB, YB) koordinat B
α AB= azimuth dari titik A ke titik B
 Apabila kondisi pengarah BM yang ada (pasangan BM) tidak didapatkan,

maka dilakukan pengamatan matahari, yang dilakukan dengan cara

mengamati posisi matahari pada jam/waktu tertentu, kemudian posisi

matahari ini diorientasikan terhadap sisi poligon yang akan dicari

azimuthnya.

AB
M

M
B

α AB = M + S
Dimana :

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 19


PT.METAFORMA CONSULTANT

S = sudut antara matahari dan titik B


M = azimuth matahari
AB = azimuth AB
Sinδ−Sinϕ⋅Sinh
M = Arcus Cosinus Cos ϕ⋅Cosh
Dimana:
M = Azimuth matahari
 = Deklinasi matahari pada saat pengamatan
 = Posisi lintang tempat pengamatan
h = tinggi matahari hasil ukuran pada saat pengamatan

3. Pengukuran Waterpass.

- Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menetukan ketinggian titik-titik

(pilar-pilar dan patok-patok) terhadap bidang referensi tertentu yang akan

digunakan sebagai jaring sipat datar pemetaan.

- Pengukuran waterpass dilakukan pergi-pulang pada setiap seksi. Panjang

seksi-seksi pengukuran waterpass ini antara 1 sampai 2 Km. Toleransi

ukurannya adalah 10D, dimana D adalah jarak dalam Km.

- Pengukuran waterpass diikatkan pada titik tetap ketinggian geodetis yang

ada didekat daerah pengukuran atau titik referensi lain yang ditetapkan oleh

pemberi pekerjaan/PU setempat.

- Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah dan bawah).

4. Pengukuran situasi/penampangan.

- Pengukuran situasi dan penampang, dilakukan bersama-sama.

- Metode yang digunakan adalah metode “tacheometny”

 Metode pengukuran tachymetri

 Unsur jarak: jarak datar = D optis Cos 2 α


 Unsur beda tinggi : H = ½ D optis Sin 2 α
PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 20
PT.METAFORMA CONSULTANT

dimana :
D optis = Jarak optis
H = Beda tinggi
α = sudut miring.
 Alat yang digunakan adalah Theodolite T-0

 Posisi tiitik ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak

 Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia harus

diukur (jaringan saluran irigasi, pembuang, jalan kampung dan lain-lain)

 Pengukuran harus diikatkan pada titik polygon

- Pengukuran dilaksanakan dengan sistim “raai”

- Jalur “raai” merupakan panjang penampang melintang sungai

- Penampang melintang /raai sedapat mungkin diukur ± 50 m kekanan, ± 50

m kekiri dihitung dan tepi sungai, ditambah lebar sungai, kecuali untuk

keadaan tertentu yang sulit diukur.

- Penampang melintang / raai dibuat setegak lurus mungkin dengan arah

aliran sungai

- Detail yang diukur pada setiap penampang melintang minimal 11 titik terdiri

dan 3 titik pada bagian tepi kiri sungai, 5 titik pada bagian sungainya, 3 titik

pada bagian kanan sungai.

- Penampang melintang dibuat dengan interval jarak ±50 m untuk sungai

yang lurus, pada bagian sungai yang berbelok-belok dibuat lebih rapat.

- Detail-detail yang ada dilapangan diukur, terutama yang terlihat cukup

menyolok seperti batas sawah, kampung, lembah bukit, jembatan dan lain-

lain.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 21


PT.METAFORMA CONSULTANT

- Penampang memanjang diambil pada dasar sungai yang terdalam termasuk

peil-peil muka air terendah, normal dan tertinggi.

- Bangunan-bangunan silang yang penampang melintangnya.

- Pada lokasi Sungai yang cukup dalam dan lebar yang tidak mungkin

dipergunakan alat ukur theodolite berikut rambu ukur maka dipergunakan

alat ukur kedalaman echosounder dimana posisi echosounder tersebut

ditentukan secara horizontal menggunakan theodolite T0 dan echosounder

sendiri ditempatkan pada perahu motor dengan arah sesuai melintangnya

Sungai.

 Penentuan Posisi Horizontal Echosounder

Arah laju perahu motor + echosounder


1 2 3
P2

3
2
1

P3

Theodolite Pengamat

 Penentuan Kedalaman Pada Kertas Echosounder


h
g
P2 a

1 2 3 f
b c
d e
l l l
d1
d2

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 22


PT.METAFORMA CONSULTANT

Keterangan :

titik a,b,c,d,e,f,h,h ditentukan elevasnya secara tachymetri dari titik P2

Titik 1,2 dan 3 elevasinya = titik 1 = elevasi d (muka air) - (bacaan echosounder d1

+ l transducer)

Titik 2 = elevasi d (muka air) - (bacaan echosounder d2 + l transducer)

Titik 1 = elevasi d (muka air) - (bacaan echosounder d3 + l transducer)

b) Perhitungan.
b.1. Perhitungan terdiri dan perhitungan sementara dan perhitungan
defenitif
b.2. Perhitungan sementara dilakukan di lapangan yang berguna
untuk pengecekan hasil pengukuran.
b.3. Perhitungan definitif dilakukan di kantor, dan hasil
perhitungan ini data lapangan siap dituangkan dalam
bentuk gambar.
c) Penggambaran.
Gambar hasil pengukuran dibuat dalam bentuk Autocad dan print out

menggunakan kertas A3.

c.1.Penggambaran peta situasi.


- Penggambaran kerangka poligon
- Detail lapangan digambar
- Kontur dibuat dengan cara interpolasi.
Interval kontur ialah 1 M untuk daerah datar dan 2 M
untuk daerah yang curam.
- Tiap lembar peta harus overlap 3 cm.
- Pada tiap lembar peta dicantumkan keterangan detail
menurut legenda yang lazim dipergunakan pada peta
situasi (hitam putih).
- Skala peta ialah 1 : 2.000.
c.2. Penggambaran peta petunjuk.
- Penggambaran peta petunjuk dibuat untuk mengetahui
keadaan daerah yang diukur secara garis besar.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 23


PT.METAFORMA CONSULTANT

- Peta petunjuk dibuat dengan skala 1 : 20.000.


- Pada peta petunjuk ini digambarkan letak lembar-lembar peta
situasi skala 1 : 2.000.
c.3. Penggambaran penampang memanjang.
- Penampang memanjang digambar dengan skala vertikal 1 :
200, dan skala horizontal 1 : 2.000
- Pada gambar penampang memanjang harus digambarkan
permukaan dasar sungai permukaan air normal, permukaan
air terendah, permukaan air tertinggi, permukaan tanah
tebing kiri serta permukaan tanah tebing kanan.
- Apabila ada bangunan silang, maka letaknya harus tercantum
pada gambar penampang memanjang
tersebut.
c.4. Penggambaran penampang melintang.
- Penampang melintang digambar dengan skala Vertikal 1 :
200 dan skala horizontal 1 : 200.
- Selain permukaan tanah, pada gambar penampang melintang
ini harus digambarkan pula permukaan air
normal, terendah dan tertinggi.
- Bangunan-bangunan silang harus digambarkan pula
penampang melintangnya.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 24


PT.METAFORMA CONSULTANT

Persiapan
- Personil
- Peralatan Ukur

Orientasi & Peninjauan Lapangan

Pemasangan
- BM & CP
- Patok Kayu

Pengukuran Pengukuran Situasi


Situasi Sungai Daerah Situ

Pengukuran
Pengukuran Kerangka
Situasi Bangunan

Pengukuran Pengukuran
Kerangka Horisontal Kerangka Vertikal

Pengukuran Pengukuran
Kerangka Vertikal Situasi Detail

Pengukuran
Situasi / Cross

Penggambaran
- Peta Situasi
- Potongan Memanjang
- Potongan Melintang

Penggambaran
- Peta Situasi
- Potongan Memanjang
- Potongan Melintang

Laporan
Pengukuran
Topografi

Gambar 3.3. Bagan Alir Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 25


PT.METAFORMA CONSULTANT

Persiapan
- Jalur Poligon
- Titik Acuan
- Letak BM / CP

Pengukuran
- Sudut Horisontal
- Sudut Vertikal
- Jarak Miring

Titik Referensi Azimuth


Koordinat ( X, Y ) Awal
Perhitungan
- Sudut Jurusan
- Sudut Mendatar
- Jarak Datar
- Salah Penutup Sudut
Tidak
- Salah Penutup Absis
- Salah Penutup Ordinat

MemenuhiS
yarat

Ya

Hitung Perataan
( Koreksi )

Koordinat Planimetris Penggambaran


( X, Y ) Poligon

Gambar 3.4. Bagan Alir Pengukuran Poligon

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 26


PT.METAFORMA CONSULTANT

Persiapan
- Jalur Waterpass
- Elevasi Acuan
- Letak BM / CP

Pengukuran
- Per Jalur
- Per Seksi
- Per Kring

Hitungan
Tidak
Beda Tinggi Jalur

Hitungan Syarat
Beda Tinggi Seksi Ketelitian

Ya Titik Referensi
Hitungan Elevasi ( Z )
Beda Tinggi Seksi
Peralatan Dan Koreksi

Elevasi
- BM & CP
- Patok Kayu

Perhitungan Elevasi
- Detail Situasi
- Potongan Memanjang
- Potongan Melintang

Gambar 3.5. Bagan Alir Pengukuran Sipat Datar

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 27


PT.METAFORMA CONSULTANT

Persiapan
Jalur Patok
Alat

Pengukuran
Situasi

Bacaan Bacaan Rambu Bacaan Sudut Bacaan Tinggi


Azimuth / Sudut BT, BA, BB Vertikal Alat ( TA )

Jarak Miring
DM = c ( BA - BB )

Jarak Datar Jarak Tinggi


D = DM cos2Z dH = 0,5 x DM. sin 2Z + TA - BT

Elevasi Patok
Hasil Pengukuran
Sipat Datar

Koordinat Polar Elevasi Titik


Titik Detail H = Hp + dH

Penggambaran
Detail

Gambar 3.6. Bagan Alir Pengukuran Titik Detail

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 28


PT.METAFORMA CONSULTANT

Persiapan
Jalur Patok
Alat

Pengukuran Profil
Melintang ( Tachimetri )

Bacaan Bacaan Rambu Bacaan Sudut Bacaan Tinggi


Azimuth / Sudut BT, BA, BB Vertikal Alat ( TA )

Jarak Miring
DM = c ( BA - BB )

Jarak Datar Jarak Tinggi


D = DM cos2Z dH = 0,5 x DM. sin 2Z + TA - BT

Elevasi
Titik Acuan

Koordinat Polar Elevasi Titik


Titik Detail H = Hp + dH

Penggambaran
Potongan Melintang

Gambar 3.7. Bagan Alir Pengukuran Profil Melintang

2) Survey Bathimetri

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 29


PT.METAFORMA CONSULTANT

Survei batimetri atau sering juga disebut Sounding/Pemeruman dilakukan

untuk mengukur dan engamati kedalaman laut dengan menggunakan alat

ukur kedalaman, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai bentuk

dasar laut, posisi-posisi karang ataupun posisi benda-benda yang dapat

mengganggu alur pelayaran. Peta batimetri hasil pengukuran akan disajikan

dengan skala 1:2.000, dengan interval kontur 0,5 m; profil, dengan skala

1:100, skala memanjang 1:200/500. Daerah perairan yang dipetakan yaitu

lokasi dermaga pemantauan, alur sungai sekitar Pelabuhan Perikanan yang

ada, dan alur sungai sekitar lahan pengembangan.

 Survei ini bertujuan untuk membuat peta batimetri perairan di depan

calon areal dermaga pengawasan, pada daerah “teluk” maupun perairan

bebas. Kegiatan survei batimetri ini pada intinya terdiri dari:

 Menentukan patok-patok tetap untuk titik referensi.

 Pengukuran kedalaman menggunakan Echosounder dan pengukuran

posisi menggunakan satelit GPS (Global Positioning System).

 Perhitungan koordinat dan posisi.

 Penggambaran.

 Adapun rincian metodologi pelaksanaan survei batimetri ini adalah

sebagai berikut:

 Penentuan Jalur Sounding

Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding

dari titik awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur

sounding tergantung pada resolusi ketelitian yang diinginkan. Untuk area

di depan lokasi Dermaga, jarak antar jalur sounding dibuat sejauh 25 m.

Untuk tiap jalur sounding dilakukan pengambilan data kedalaman


PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 30
PT.METAFORMA CONSULTANT

perairan setiap jarak 25 m. Sedangkan untuk perairan di luar daerah

rencana PP, jalur sounding dibuat dengan interval 50-100m.

Titik awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-

input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS,

untuk dijadikan acuan lintasan perahu sepanjang jalur sounding. Contoh

jalur sounding pada kawasan pengukuran dapat dilihat pada Gambar

3.8.

JALUR SOUNDING

LAUT

LOKASI PPI

Gambar 3.8. Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding.

 Peralatan Survei

Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah:

I. Echo Sounder GPSMap dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai

fasilitas GPS (Global Positioning System) yang akan memberikan

posisi alat pada kerangka horisontal dengan bantuan satelit. Dengan

fasilitas ini, kontrol posisi dalam kerangka horisontal dari suatu titik

tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain fasilitas GPS, alat ini

mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan dengan

menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan.

Gambar alat ini disajikan pada Gambar E.9 sedangkan penempatan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 31


PT.METAFORMA CONSULTANT

alat ini dan perlengkapannya pada perahu dapat dilihat pada Gambar

E.10.

II. Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan

data yang di-download dari alat GPSMap setiap 300 kali pencatatan

data.

III. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat

pengukuran menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan.

Dalam operasinya, perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria,

antara lain:

 Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor

dalam melakukan kegiatan pengukuran dan downloading

data dari alat ke komputer, dan lebih baik tertutup dan bebas

dari getaran mesin.

 Perahu harus stabil dan mudah ber-manuver pada kecepatan

rendah.

 Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur

sounding.

IV. Papan duga. Digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka

air di laut.

V. Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan

selama kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 32


PT.METAFORMA CONSULTANT

Gambar 3.9 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri.

SATELIT

TAMPAK SAMPING TAMPAK BELAKANG

READER
ANTE NA ANTENA

Permukaan Air Laut

TR ANDUSER TRAND USER

DAS AR LAUT

Gambar 3.10 Penempatan GPSMap (transducer, antena, reader) di perahu.

3) Survei Hidro-Oceanografi

Survei hidro-oseanografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai

kondisi perairan setempat yaitu kondisi pasang surut, arus, dan sedimen.

Sehubungan hal tersebut maka pekerjaan yang dilakukan dalam survei

hidro-oseanografi ini meliputi pengamatan pasang surut, pengukuran arus,

dan pengambilan contoh sedimen (layang-dasar).

Adapun rincian metodologi untuk survey hidro-oceanografi adalah sebagai

berikut :

 Pasang Surut

Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari dengan

pembacaan ketinggian air setiap 1 jam. Pengukuran dilakukan pada satu

tempat yang secara teknis memenuhi syarat. Pengamatan pasut

dilaksanakan memakai peilschaal dengan interval skala 1 cm.

A. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk survei pasang surut yaitu:

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 33


PT.METAFORMA CONSULTANT

1. Rambu ukur

2. Senter dan jas hujan

3. Perlengkapan pencatatan

B. Metoda Pelaksanaan

Pengamatan elevasi muka air dilaksanakan dengan menggunakan

peilschaal yang memiliki interval skala 1 cm.

Hasil pengamatan ini diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi

terdekat seperti Gambar 2 untuk mengetahui elevasi nol peilschaal

dengan menggunakan Zeiss Ni-2 Waterpass. Sehingga pengukuran

topografi, batimetri, dan pasang surut mempunyai datum (bidang

referensi) yang sama.

Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2

dimana;
T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal.
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok.
BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal.

4) Survey Geologi dan Mektan

Penyelidikan Lapangan

Penyelidikan lapangan yang dilakukan meliputi bor inti 20 m yang dibagi

menjadi 2 titik.

a. Pemboran Inti (Core Boring)

 Maksud

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 34


PT.METAFORMA CONSULTANT

Pemboran inti dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang jenis

tanah/batuan serta pelapisannya berdasarkan deskripsi visual terhadap inti

bor. Dengan demikian dapat diketahui susunan pelapisannya.

Selama proses pemboran maka dilakukan pula pekerjaan Standard

Penetration Test serta pengujian permeabilitas dalam lubang bor.

 Peralatan yang dipergunakan

Pemboran akan dilaksanakan dengan menggunakan mesin hidrolis (hydrolic

type drilling machine) yang dilengkapi dengan tabung penginti (core barrel)

berdiameter NX (76 mm) berdasarkan DCDMA.

 Prosedur Pelaksanaan

- Mata bor yang dipakai tergantung keadaan batuannya, tetapi umumnya

akan dipakai mata bortungsten atau mata bor intan

- Pembuatan lubang bor dilakukan dengan pemboran inti bermesin untuk

memperoleh contoh dan inti. Pusaran air Lumpur tidak boleh terjradi

selama pemboran berlangsung guna mencegah agar dinding lubang bor

tidak runtuh, dipakai pipa pelindung (casing)

- Pelaksana pekerjaan harus memuat catatan kemajuan pemboran dalam

buku iapangan dengan format seperti yang telah disetujui oleh

pengawas pekerjaan. Catatan tersebut akan ditunjukan antara iain tipe

dan ukuran mata bor, tabung penginti dan alat pengambil contoh, air

tanah, elevasi dimana dijumpai air dengan tekanan sangat besar, tebal

lapisan, kedalaman pemboran pengujian yang dilakukan.

- Pada waktu memeri formasi batuan, harus dipakai reaming shell guna

mencegah menyempitnya diameter lubang. Untuk lapisan endapan,

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 35


PT.METAFORMA CONSULTANT

harus dlpakai pipa pelindung baja guna mencegah agar dinding lubang

tidak runtuh.

- Hanya bahan yang diambil dari tabung penginti saja yang boleh

dianggap sebagai contoh inti. Bahan-bahan lain seperti lender (slime),

potongan-potongan tanah atau bahan yang jatuh dari dinding kibang

tidak boieh dianggap sebagai contoh. Untuk mengatasi hal ini harus

diambil contoh menerus (continous core) pelaksanaan pekerjaan harus

berusaha keras untuk memperbanyak rasio perotehan inti.

- Setiap kali pemboran selesai, lubang bor harus ditandai dan tanda ini

harus diplot pada gambar. Lokasi dan elevasi lubang bor yang telah

selesai harus diukur oleh pelaksana pekerjaan. Brench mark dan

koordinat-koordinat serta elevasinya akan ditunjukan oleh pengawas

pekerjaan.

- dipergunakan tabung penginti rangkap tiga (triple tube core barrel)

dimasukan kedalam peti kayu serta disusun sesuai dengan urutan

kemajuan pemboran.

- Tiap peti contoh untuk menyimpan contoh tiap-tiap 5 m kemajuan

pemboran, terdiri dari 5 jalur. Tiap jalur panjangnya 1 m.

- Hasil pengeboran berupa inti berbentuk batang (core), disyaratkan

menggunakan tabung penginti rangkap (double tube core barrel) atau

untuk hal-hal khusus dapat

- Pada tutup bagian depan peti penyimpanan contoh, data-data berikut

harus mencantumkan dengan jelas:

i. Nama proyek

ii. Nama lokasi

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 36


PT.METAFORMA CONSULTANT

iii. Jumlah lubang bor

iv. Inisial dan kedalaman akhir dimana inti dan contoh diambil

v. Semua peti dan intinya harus disimpan di tempat yang memenuhi

persyaratan untuk selanjutnya diperiksa oleh pengawas

pekerjaan selama tugas pelaksana pekerjaan dalam kontrak ini

belum selesai.

vi. Ahli geologi dari pelaksana pekerjaan harus memeriksa semua

inti yang diperoleh, membuat deskripsi mengenai sifat-sifat

litologi dan mekanika dari contoh tersebut, serta membuat log

bor yang menghimpun dari hasil-hasil uji ditempat, dan

menyerahkan semua informasi yang diperoleh selama pemboran

kepada Pengawas Pekerjaan.

- Deskripsi contoh-contoh batuan hasil pemboran harus dimasukan

kedalam kolom tertentu dan memuat tanggal, elevasi, deskripsi, satuan

batuan, perolehan inti, RQD, koefisien permeabilitas, SPT, air pembilas

dan lain-lain.

Untuk mengetahui jenis lapisan tanah supaya lebih jelas, maka diperlukan

pemboran inti. Bor inti dilakukan di 3 (tiga) lokasi. Lokasi pengambilan titik

bor ditentukan oleh tenaga ahli dan mendapat persetujuan dan pihak Direksi

dan setiap titik pengeboran di photo. Penyelidikan bor inti dilakukan guna

mendapatkan sample tanah yang nantinya dianalisa di laboratorium

mekanika tanah untuk indeks propertiesnya.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 37


PT.METAFORMA CONSULTANT

Pekerjaan bor inti ini dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor inti NX

berdiameter 76 mm. Tujuannya yaitu untuk mengambil contoh tanah/batuan

dengan menggunakan Core Barrel tipe double dan tripple serta shelby tube.

b. Pengujian dengan alat standar penetrasi (standar Penetrasi

Test, SPT)

 Umum

Menggunakan suatu alat yang ditumbuk dengan penumbuk seberat 140

pouns (63,65 kg) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inch (76,20 cm).

Banyaknya pukulan untuk menurunkan alat setinggi 12 inch (30,48 cm)

dihitung dan ini merupakan nilai SPT (nilai N) dinyatakan dengan blows/foot

 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan akan meliputi : drive hammer assembly dengan

palu atau penumbuk seberat 63,65 kg atau 140 Pounds yang dijatuhkan dari

ketinggian 30 inch (76.20 cm), setang bor dengan diameter 40,5 mm, alat

pengambil contoh (split spoon sampler) dengan diameter luar 2" dan

diameter dalam 1 3/8" serta panjangnya 50 cm, dan kantung plastik untuk

pwadukkus contoh tanah.

 Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan akan mengikuti prosedur yang dibakukan dalam SNI

03-4153-1996

 Alat pengambil contoh (split spoon sampler) akan dipasang pada setang

bor.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 38


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Alat pengambil contoh diturunkan sampai kedalaman yang akan diuji

dan topi lindung, pipa pemandu dipasang pada bagian atas setang bor.

 Palu dijatuhkan pada topi pelindung sampai alat pengambil contoh

masuk sedalam 15 cm ke dalam tanah sebagai pancangan posisi awal

(seating drive). Tinggi jatuh palu akan dibuat 76,20 cm/30 inch.

 Setelah itu pancangan uji (testing drive) dimulai. Jumlah pukulan (tinggi

jatuh 76,20 cm dan berat palu 63,65 kg) dan kedalaman penetrasi untuk

tiap pukulan akan diukur dan dicatat.

 Pengujian akan diteruskan sampai alat pengambil contoh masuk sedalam

30 cm, atau sampai jumlah pukulan mencapai 50 kali, jika kedalaman

penetrasi masih belum belum mencapai 30 cm.

 Pada pancangan posisi awal, jika jumlah pukulan yang dijatuhkan lebih

dari 8 kali untuk penetrasi 5 cm pertama, maka pancangan posisi awal

ini akan diteruskan sampai jumlah pukulan mencapai 50 kali.

 Setelah pengujian selesai, alat pengambil contoh akan dikeluarkan dari

lubang dan dibuka, dan contoh akan segera dibungkus plastik dengan

diberi label mengenai nomor pengujian, kedalaman pengujian, tanggal

pengujian, klasifikasi tanah dan jumlah pukulan/kedalaman penetrasi.

c. Pengambilan Contoh Tanah

Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium, pengambilan contoh

tanah ini sangat penting untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya,

sehingga pengambilan contoh tanah ini dilakukan.

1. Pengambilan Contoh Tanah Asli (Undisturbed Sample)

Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan

maka perlu sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan


PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 39
PT.METAFORMA CONSULTANT

penyimpanan contoh-contoh tanah ini, maka dilakukan hal-hal sebagai

berikut : Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah,

sehingga mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan.

Kadar air asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan.

Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah

dalam diberi pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat

diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini. Pada

saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan memberikan

tekanan sentris. Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung

sample supaya dihindarkan penyimpanan tabung sample pada suhu yang

cukup panas.

Pengambilan contoh tanah asli (Undisturbed Sample), sebagai berikut :

- Sample mendekati kondisi lapangan, baik kadar air maupun suhunya.

Pengambilan sample pada setiap lapisan / kedalaman ± 1 m (panjang

contoh minimal 20 cm), gunakan tube sample, dinding tabung

berpelumas, penutup parafin untuk menjaga kadar air.

- Tube sampler diberi tanda yang jelas / tidak tertukar.

Contoh tanah akan disimpan di dalam peti kayu serta disusun sesuai

dengan urutan kemajuan pemboran. Bentuk dan ukuran Core Box dapat

dilihat pada Gambar dibawah ini.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 40


PT.METAFORMA CONSULTANT

Gambar 3.11. Core Box

d. Sumur Uji (Test Pit)

 Maksud

Test pit atau sumur uji akan dibuat pada lokasi sumber bahan timbunan

(borrow area) dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih

jelas mengenai jenis dan tebalnya lapisan, hingga dapat untuk

menghitung volume bahan yang tersedia. Sumuran uji atau test pit

adalah untuk mengetahui jenis dan tebal lapisan di bawah lapisan tanah

atas dengan jelas, baik untuk pondasi bangunan maupun untuk bahan

timbunan pada daerah sumber galian bahan (borrow area). Dengan

demikian akan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai jenis

lapisan tebalnya, juga volume bahan galian yang tersedia dapat dihitung.

Sumuran uji digali manual dengan menggunakan tenaga maniisia

 Peralatan yang Digunakan

Peralatan utama yang akan digunakan adalah peralatan untuk penggalian

seperti cangkul, sekop, ganco dan linggis; pita ukur dan peralatan geologi

seperti kompas dan palu geologi; serta peralatan untuk pengambilan

contoh tanah.

 Prosedur Pelaksanaan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 41


PT.METAFORMA CONSULTANT

a. Ukuran melintang sumuran uji harus cukup besar untuk memungkinkan

dilakukannya penggalian yakni sekitar 1 x 1,5 m dengan kedalaman 3

sampai 5 meter.

b. Bahan yang dikeluarkan dari galian harus dikumpulkan disekitar sumuran

uji untuk mengetahui bahan lain setiap kedalaman tertentu.

c. Agar pengambilan contoh dan klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan

baik, dasar sumuran uji harus dibuat horizontal.

d. Bila dinding galian mudah runtuh hingga menyulitkan dalam pekerjaan

penggalian, maka akan dipasang dinding penahan dari papan.

e. Jika kedalaman spesifikasi tidak tercapai, maka penggalian akan

dihentikan bila telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan benar-

benar keras di sekeliling lokasi tersebut, atau bila dijumpai rembesan air

tanah yang cukup besar yang sulit diatasi dengan peralatan pompa

sederhana di lapangan.

f. Setelah masing-masing sumuran selesai, konsultan (ahli geologi

teknik)harus mengadakan deskripsi litologi dan penyajiannya dalam

bentuk log - sumuran uji, mengambil foto-foto berwama, serta

menyerahkannya kepada pengawas pekerjaan.

Pembuatan sumur uji dihentikan bila :

1. Telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan benar-benar keras pada

sekeliling lokasi tersebut

2. Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk

diatasi

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 42


PT.METAFORMA CONSULTANT

3. Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami

kesulitan, tapi usahakan terlebih dahulu dengan membuat papan-papan

penahan di dinding galian.

3.1.4. Analisa Data


Setelah dilakukan tahap survey pengumpalan data di lapangan (survey) kemudian

dilanjutkan pada tahap pengolahan dan analisa. Tahap ini merupakan fase untuk

memperoleh bahan laporan baik laporan kemajuan pekerjaan, laporan draft akhir

maupun laporan akhir yang didasarkan pada data-data survey yang ada.

Kegiatan pengolahan dan analisa ini merupakan proses pengkajian interdisiplin

terhadap seluruh input data yang diperoleh hingga perumusan hasil akhir studi

dan detail desain yang diantaranya berupa berupa penilaian kelayakan

pembangunan dermaga, perencanaan dermaga dan lain-lain. Adapun tahap

pengolahan data dan analisa yang dimaksud diantaranya sebagai berikut :

A. Pengolahan Data Survei Sosial Ekonomi dan Kegiatan Perikanan


Pengolahan data survey sosial ekonomi dan kegiatan perikanan dilakukan

untuk menilai aspek estimasi biaya yang dibutuhkan serta analisa terhadap

kemanfaatan ekonomis bagi masyarakat dan pemerintah yang pada akhirnya

akan menentukan penilaian kelayakan pembangunan dermaga secara

ekonomis, social dan finansial. Hasil analisa tersebut sebagai dasar dalam

mengambil keputusan bagi pengambil kebijakan (desicion maker) baik

pemerintah pusat maupun daerah, untuk menentukan dapat dibangun atau

tidak dermaga yang merupakan objek study dan detail desain di wilayah

tersebut.

Analisa ini didasarkan pada hasil survey ekonomi dan kegiatan perikanan yang

telah dilakukan dan juga terhadap data yang berkaitan dengan kebijaka

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 43


PT.METAFORMA CONSULTANT

pemerintah. Dengan menggunakan indicator kelayakan dengan aspek finansil

dan aspek ekonomi nelayan diharapkan diperoleh gambaran tentang kelayakan

pembangunan dermaga di wilayah tersebut. Ouput dari analisa ini sebagai

bahan sebagai bahan Laporan Antara (Kemajuan Pekerjaan) dan Laporan

Draft Akhir.

B. Pengolahan Data Topografi


Pengolahan data survey topografi ini meliputi :

 Hitungan Pengikatan Posisi Vertikal

Sebagai referensi ketinggian digunakan Lowest Low Water LeveL (LLWL)

hasil pengamatan pasang surut selama 15 hari yang diikatkan ke titik BM 1

sebagai titk referensi seperti yang digambarkan di bawah ini.

BT 1 BT 2

B M T BM
MSL
Z0
KP 0.0 LLWL
0 Palem

Gambar 3.12. Metoda Pengukuran Pengikatan.

T. BM = (BT.1 – BT.2) – KP
di mana :
T.BM = Tinggi Titik BM terhadap bidang referensi (0.0 LLWL)

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 44


PT.METAFORMA CONSULTANT

BT.1 = Bacaan benang tengah rambu belakang


BT.2 = Bacaan benang tengah rambu muka
KP = Koreksi nol palem

 Perhitungan Koordinat Titik Poligon

Prinsip dasar hitungan koordinat titik-titik poligon (lihat Gambar E.13).

Koordinat titik B dihitung dari koordinat A yang telah diketahui:

U U

U U
U 34
1 12 3 4B B
U
PA 23 4 d4B
A1 d34
A d12 2 d23
dA1 3
P dPA 1
4
2
A

Gambar 3.13 Pengukuran Poligon.

Hitungan koordinat
XP = XA + dAP Sin AP
YP = YA + dAP CosAP
Dalam hal ini:
XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan
dAP Sin AP = selisih absis (XAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP CosAP =selisih ordinat (YAP) definitif (telah diberi koreksi)
dengan,
dAP = jarak datar AP definitif

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 45


PT.METAFORMA CONSULTANT

AP = azimuth AP definitif


Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus
sebagai berikut:
12 = 1A + 1
= AP + A + 1 –1(1800)
23 = 21 + 2 = 12 + 2 – 1800
= AP + A + 1 + 2 – 2(1800)
34 = 2 + 3 = 23 + 3 – 1800
= AP + A + 1 + 2 + 3 – 3(1800)
4B =  + 4 = 34 + 4 – 1800
= 43 + A + 1 + 2 + 3 + 4 – 4(1800)

 Syarat Geometri Poligon

Secara garis besar bentuk geometri poligon dibagi menjadi poligon

tertutup (loop) dan poligon terbuka, apabila dalam hitungan syarat

geometri tidak terpenuhi maka akan timbul kesalahan penutup sudut yang

harus dikoreksikan ke masing-masing sudut yang akan diuraikan berikut

ini.

 Hitungan Koordinat

Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan Metoda Bowdith.

Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan

sebagai berikut:

Syarat Geometrik Sudut

 Akhir - Awal -  +  + n.180 = f


di mana:
 = sudut jurusan
 = sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut
Syarat Geometrik Absis (KX)

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 46


PT.METAFORMA CONSULTANT

m
∑ ΔX i
(XAkhir – XAwal) - i=1 =0
di mana:
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur
Koreksi Ordinat
di
KΔY =− fΔY
∑ di
di mana:
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier (SL) ditentukan berdasarkan

besarnya kesalahan linier jarak (KL)

SL=√ ( fΔX 2 +fΔY 2 )


( fΔX 2 + fΔY 2 )
KL=
√ ∑D
≤1 : 5. 000

Setelah melalui tahapan hitungan tersebut di atas, maka koordinat titik

poligon dapat ditentukan.

 Pengamatan Azimuth Astronomis

Di samping untuk mengetahui arah/azimuth awal, pengamatan matahari

dilakukan untuk tujuan sebagai berikut:

 Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif

pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 47


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik kontrol/poligon yang

tidak terlihat satu dengan yang lainnya.

 Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan

pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.

 Hitungan Kerangka Dasar Vertikal/Waterpass

Penentuan vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan

pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (LLWL)

seperti yang digambarkan pada gambar berikut ini:

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 3.14 Pengukuran waterpass.

Syarat geometris
Hakhir - Hawal = H  FH

T =( 8 √ D ) mm
Hitungan beda tinggi
1-2 = Btb - Btm
Hitungan tinggi titik
H2 = H1 + 12 + KH
di mana:

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 48


PT.METAFORMA CONSULTANT

H = tinggi titik
 = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
d
FH
= ∑d
T = toleransi kesalahan penutup sudut

T = ( 8 √ D ) mm
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilometer.

 Hitungan Situasi Rinci

Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik

obyek alam maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan

sebagainya. Obyek-obyek yang diukur kemudian dihitung harga

koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur masing-masing

ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.

Pengukuran situasi rinci dilakukan dengan metoda Tachymetri dengan cara

mengukur besar sudut dari poligon (titik pengamatan situasi) ke arah titik

rinci yang diperlukan terhadap arah titik poligon terdekat lainnya dan

mengukur jarak optis dari titik pengamatan situasi. Pada metoda

Tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan beda tinggi antara

stasiun alat dan target yang diamati. Dengan cara ini diperoleh data-data

sebagai berikut:

 Azimuth magnetis

 Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 49


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Sudut zenith atau sudut miring

 Tinggi alat ukur

Metoda yang digunakan adalah metoda Tachymetri dengan membuat jalur

ray, di mana setiap ray terikat pada titik-titik poligon sehingga membentuk

jalur poligon dan waterpass terikat sempurna.

Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan

dengan kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat.

Bangunan-bangunan penting yang berkaitan dengan pekerjaan desain

akan diambil posisinya.

Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya melalui proses hitungan,

diperoleh jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui

koordinatnya (X,Y,Z)

Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui

koordinat (X,Y,Z), digunakan rumus sebagai berikut:

TB = TA + H
untuk menghitung jarak datar (Dd)
1
ΔH=
[ 2 ]
100 ( Ba−Bb ) Sin 2m +T A −Bt

Dd = DO Cos2 m
Dd= 100 (Ba – Bb) Cos2 m
di mana:
TA= titik tinggi A yang telah diketahui
TB= titik tinggi B yang akan ditentukan
H= beda tinggi antara titik A dan titik B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = tinggi alat
DO = jarak optis

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 50


PT.METAFORMA CONSULTANT

M = sudut miring
Mengingat akan banyak titik-titik rinci yang diukur, serta terbatasnya

kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka

diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas

terikat sempurna. Sebagai konsekwensinya pada jalur poligon kompas

akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah

orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth

magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis.

Hubungan matematik koreksi Boussole (C) adalah:

C= g - m
di mana:
g = azimuth geografis
m= azimuth magnetis
Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat bergantung pada

skala peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai

perbedaan tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat.

Perhitungan topografi dilakukan di lapangan dan penggambaran konsep

(draft) juga dilakukan di lapangan. Koordinat yang digunakan adalah

koordinat lokal yang ada atau dipasang di lokasi. Setelah pekerjaan

lapangan selesai maka koordinat vertikal (sumbu-z) harus diikatkan pada

LLWL yang diperoleh dari analisa pasang surut. Peta yang akan dihasilkan

adalah peta situasi dengan interval kontur 0,5 meter. Kedalaman atau

ketinggian muka air yang dicatat disesuaikan terhadap Chart Datum (CD).

Dalam hal ini, CD adalah ketinggian muka air terendah (LLWL) diambil

sebagai ketinggian nol (0) pada peta topografi.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 51


PT.METAFORMA CONSULTANT

C. Pengolahan Data Survei Batimetri


 Koreksi Terhadap Kedalaman

Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara transducer alat

ke dasar perairan. Transducer tersebut diletakkan di bagian belakang

kapal, di bawah permukaan air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh

sebab itu diperlukan suatu koreksi kedalaman terhadap jarak transducer

ke permukaan air dan koreksi kedalaman terhadap pasang surut.

 Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi

Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak transducer ke muka air

dan terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap

nol papan duga. Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi LLWL yang

dihitung pada pengolahan data pasang surut.

Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini:
EDLWS = ED - ELWS
di mana:
EDLWS = Elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL.
ED = Elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga.
ELWS = Elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga.
Dengan demikian LLWL berada pada elevasi + 0.00m.

D. Pengolahan Data Survei Hidro-Oseanografi


 Data Pasang Surut

Dari hasil pengamatan pasut yang akan dilakukan selama 15 hari dapat

dihitung komponen-komponen pasang surut (tidal constituents) yang akan

dipakai untuk meramalkan elevasi pasut di wilayah perencanaan.

Konsultan telah memiliki perangkat lunak/program komputer yang dapat

dimanfaatkan untuk tujuan tersebut.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 52


PT.METAFORMA CONSULTANT

Analisa pasang surut dilakukan untuk memperoleh elevasi muka air

penting yang menentukan dalam perencanaan. Analisa pasang surut

dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

 Menguraikan komponen-komponen pasang surut.

 Meramalkan fluktuasi muka air akibat pasang surut.

 Menghitung elevasi muka air penting.

Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan

fluktuasi muka air akibat pasang surut menjadi komponen-komponen

harmonik penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan

fasa setiap komponen. Metoda yang biasa digunakan untuk menguraikan

komponen-komponen pasang surut adalah metoda Admiralty dan Least

Square. Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut laut

ditampilkan pada Gambar E.15 berikut ini.

Data Pasut

Least Square

Komponen Pasang Surut Jenis Pasang Surut

Penaksiran Pasang Surut 15 Hari Penaksiran Pasang Surut 20 Tahun

Elevasi
Perbandingan Hasil Penaksiran dengan Pengukuran Acuan Pasang
Lapangan Surut Kejadian tiap Elevasi Acuan Pasang Surut
Probabilitas

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 53


PT.METAFORMA CONSULTANT

Gambar 3.15 Perhitungan dan Peramalan Perilaku Pasang Surut Laut

Komponen-komponen pasang surut penting yang akan dihitung adalah:


M2: komponen utama bulan (semi diurnal)

S2 : komponen utama matahari (semi diurnal)

N2: komponen eliptis bulan

K2: komponen bulan

K1: komponen bulan

O1: komponen utama bulan (diurnal)

P1: komponen utama matahari (diurnal)

M4: komponen utama bulan (kuarter diurnal)

MS4: komponen matahari-bulan

Metoda Admiralty merupakan metoda empiris berdasarkan tabel-tabel

pasang surut yang dikembangkan pada awal abad ke 20. Metoda ini

terbatas untuk menguraikan data pasang surut selama 15 atau 29 hari

dengan interval pencatatan 1 jam. Metoda Least Square menggunakan

analisa matematika di mana komponen pasang surut yag diperoleh akan

memberikan harga jumlah kuadrat kesalahan peramalan yang terkecil.

Peramalan pasang surut akan dilakukan untuk kurun waktu yang cukup

panjang yaitu selama 20 tahun, di mana dalam kurun waktu tersebut

diyakini semua variasi harmonik yang ada telah tercakup seluruhnya. Hasil

peramalan tersebut kemudian dianalisa lebih lanjut untuk memperoleh

beberapa elevasi penting dalam perencanaan sebagai berikut:

 HHWL : highest high water level, muka air tertinggi.

 MHWS : mean high water spring, rata-rata muka air tinggi saat

purnama.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 54


PT.METAFORMA CONSULTANT

 MHWL: mean high water level, rata-rata seluruh muka air tinggi.

 MSL : mean sea level, rata-rata seluruh muka air yang terjadi.

 MLWL: mean low water level, rata-rata seluruh muka air rendah.

 MLWS : mean low water spring, rata-rata muka air rendah saat

purnama.

 LLWL : lowest low water level, muka air terendah.

Secara khusus angka elevasi rata-rata muka air saat purnama (spring),

yaitu MHWS dan MLWS diperoleh dari merata-ratakan pasang tertinggi

dan surut terendah setiap periode waktu purnama (pada umumnya terjadi

satu kali dalam kurun waktu selama 15 hari).

E. Analisa Transpor Sedimen


Analisa transpor sedimen dilakukan untuk mengetahui pola pergerakan

sedimen sehingga dapat ditentukan pola perubahan garis pantai dan dasar

perairan, berikut perkiraan dimensi waktu dari perubahan yang terjadi.

 Proses Pantai

Dalam menentukan pola pergerakan sedimen atau pola perubahan garis

pantai yang terjadi maupun yang akan terjadi pada kurun waktu tertentu,

dapat digunakan program simulasi GENESIS (Generalized Model for

Simulating Shoreline Change) dari US Army Corps of Engineers (ASCE).

Program GENESIS, dapat memberikan perkiraan nilai longshore transport

rate serta perubahan garis pantai akibat angkutan sedimen untuk kondigsi

pantai tanpa struktur, maupun dengan kondisi adanya struktur, untuk

jangka waktu tertentu.

Asumsi pemodelan perubahan garis pantai pada program GENESIS:

1) Bentuk profil pantai konstan.


PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 55
PT.METAFORMA CONSULTANT

2) Profil batas pantai dan batas laut konstan.

3) Pasir ditransportasikan sepanjang pantai akibat adanya gelombang

pecah.

4) Informasi mengenai struktur yang mendetail di sekitar pantai dapat

diabaikan.

Data masukan yang dibutuhkan pada GENESIS adalah sebagai berikut:

1. Data posisi awal garis pantai berupa koordinat (x,y). Fixed boundaries

dari garis pantai yang akan ditinjau adalah posisi di mana perubahan

garis pantai tersebut dapat dianggap tidak signifikan terhadap hasil

simulasi, atau pada sebuah struktur yang rigid (misalnya karang).

Batasan ini diperlukan karena di dalam simulasi, perubahan garis

pantai pada kedua titik batas tersebut di atas besarnya dianggap nol.

2. Time series data gelombang lepas pantai atau gelombang laut dalam,

berupa tinggi gelombang, perioda dan arah rambat gelombang

terhadap garis normal pantai untuk selang waktu tertentu. Untuk

pantai dengan kontur batimetri yang sejajar pantai maka dari data

gelombang ini akan dihitung transformasi akibat refraksi dan difraksi

secara internal di dalam GENESIS.

3. Grid simulasi yang melingkupi garis pantai serta perairan di mana

gelombang akan merambat. Jumlah grid pada arah sumbu x (sejajar

pantai) untuk program ini terbatas hingga 80 buah.

4. Struktur bangunan pantai eksisting atau yang direncanakan dan data

struktur-struktur laut lainnya yang berada pada perairan yang ditinjau.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 56


PT.METAFORMA CONSULTANT

5. Data-data lain seperti ukuran butiran (D50), parameter kalibrasi, posisi

seawall, beach fill yang diakibatkan oleh masuknya sedimen dari

sungai, dan parameter-parameter lain.

Longshore transport rate (Q), atau tingkat angkutan sedimen sejajar

pantai, lazim mempunyai satuan meter kubik per tahun (dalam SI). Karena

pergerakannya sejajar pantai, maka ada dua kemungkinan arah

pergerakan, yaitu ke arah kanan dan kiri relatif terhadap seorang

pengamat yang berdiri di pantai menghadap ke laut.

Pergerakan dari kanan ke kiri diberi notasi Qlt, dan pergerakan dari kiri ke

kanan Qrt, sehingga didapat tingkat angkutan sedimen ‘kotor’ (gross) Qg

= Qlt + Qrt , dan tingkat angkutan ‘bersih’ (net) Qn = Qlt - Qrt .

Nilai Qg digunakan untuk meramalkan tingkat pendangkalan pada suatu

alur perairan yang terbuka, Qn untuk desain alur yang dilindungi dan

perkiraan erosi pantai, dan Qlt serta Qrt untuk desain penumpukan

sedimen di ‘belakang’ sebuah struktur pantai yang menahan pergerakan

sedimen.

Program GENESIS ini, dengan data-data masukan di atas dapat

memberikan perkiraan nilai longshore transport rate serta perubahan garis

pantai akibat angkutan sedimen tersebut tanpa maupun dengan adanya

struktur jetty atau breakwater pada pantai untuk jangka waktu tertentu.

Simulasi yang dilakukan pada sebuah kawasan kajian mencakup:

1) Laju angkutan sedimen total (jumlah angkutan sedimen akibat

longshore transport ke arah kiri maupun kanan relatif terhadap posisi

Pelabuhan Tanjung Emas).

2) Perubahan garis pantai kumulatif dalam kurun waktu 10 tahun.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 57


PT.METAFORMA CONSULTANT

3) Kondisi awal garis pantai pada kawasan kajian (eksisting) dan

perubahan posisi garis pantai dalam kurun waktu 10 tahun.\

 Gelombang

Mengingat pengukuran gelombang secara langsung di lapangan

membutuhkan biaya yang sangat mahal, biasanya data gelombang untuk

jangka waktu lama diperoleh dari peramalan berdasarkan data angin

(hindcasting). Demikian juga untuk pekerjaan ini, data gelombang yang

akan diperoleh didasarkan pada hasil hindcasting.

Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan diperlukan

masukan berupa data angin dan peta batimetri. Interaksi antara angin dan

permukaan air menyebabkan timbulnya gelombang (gelombang akibat

angin atau wind induced wave). Peta perairan lokasi dan sekitarnya

diperlukan untuk menentukan besarnya “fetch” atau kawasan

pembentukan gelombang. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang

yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan.

Adanya kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau

sembarang, maka panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan

interval 50.

Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan

berdasarkan rumus berikut:

Lf i=
∑ Lf i .cos αi
∑ cosα i
di mana:
Lfi = panjang fetch ke-i
i = sudut pengukuran fetch ke-i
i = jumlah pengukuran fetch

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 58


PT.METAFORMA CONSULTANT

Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi

pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah

jarum jam dan 22,50 berlawanan arah jarum jam).

Pembentukan gelombang di laut dalam dianalisa dengan formula-formula

empiris yang diturunkan dari model parametrik berdasarkan spektrum

gelombang JONSWAP (Shore Protection Manual, 1984). Prosedur

peramalan tersebut berlaku baik untuk kondisi fetch terbatas (fetch limited

condition) maupun kondisi durasi terbatas (duration limited condition)

sebagai berikut:

gH m 1
gF
UA 2
0
=0 . 0016
( )
UA 2
2

gT p gF 1

U 2
=0 . 2857
A
U 2 ( ) A
3

gt d gF 2

UA
=68 .8
U 2 ( )A
3

U A =0 .71 U
Dalam persamaan tersebut, 101. 23 adalah faktor tekanan

angin, di mana UA dan U10 dalam m/detik. Hubungan antara Tp dan Ts

diberikan sebagai Ts = 0.95 Tp.

Persamaan tersebut di atas hanya berlaku hingga kondisi gelombang telah

terbentuk penuh (fully developed sea condition), sehingga tinggi dan

perioda gelombang yang dihitung harus dibatasi dengan persamaan

empiris berikut:

gH m
0
=0 . 243
U
A2
gT p
=8. 13
UA
gt d
=7 .15×104
UA

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 59


PT.METAFORMA CONSULTANT

di mana:
Hmo = tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral
Tp = perioda puncak gelombang

Bagan alir metoda peramalan gelombang disajikan pada Gambar E.16.

Peramalan gelombang tersebut di atas dilakukan untuk memperoleh

kondisi gelombang di laut lepas. Untuk memperoleh kondisi gelombang di

titik-titik tertentu di lokasi PP, dilakukan analisa transformasi gelombang

atau refraksi-difraksi. Penjelasan tentang transformasi gelombang

disajikan di bawah ini.

Gelombang pada kawasan pantai (coastal area) berasal dari laut lepas

pantai. Penyebaran gelombang dipengaruhi oleh kontur dasar perairan di

mana pergerakan gelombang ditransformasikan menurut variasi topografi

dasar perairan tersebut. Ada beberapa tipe transformasi gelombang, di

antaranya: pendangkalan (shoaling), pecah (breaking), refraksi

(refraction), difraksi (difraction) dan lain-lain. Untuk keperluan pekerjaan

ini lebih ditekankan pada analisa refraksi/difraksi saja.

Refraksi adalah peristiwa berubahnya arah perambatan dan tinggi

gelombang akibat perubahan kedalaman dasar laut. Ilustrasi secara

sederhana dapat dilihat pada Gambar E.17. Gelombang akan merambat


Sta rt

lebih cepat pada perairan yang dalam dari pada perairan yang dangkal.

Hal ini menyebabkan


 gFU Yes
puncak gelombang
23
 
membelok dan menyesuaikan
No
diri 23
gt gF 
t c  68.8     A
t (Non Fully  68.8    7.15 x 10 4 (Fully
U 2  g UA U 2 
 A  Develo ped)  A  Developed)

dengan kontur dasar laut.

No
(Duration Limite d)

Yes 32 2
(Fetc h Limited)  gt  UA
Fmin   
 
 68.8  U A  g

F  Fmin
12
UA
2
 gF  UA
2
H m 0  0.0016    H m 0  0.2433
g U 2  g
 A 

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN


T p  0.2857 
UA  gF



13

T p  8.134 
II-
UA 60
g U 2  g
 A 

Finis h Fin is h
PT.METAFORMA CONSULTANT

Gambar E.16 Diagram alir proses peramalan gelombang berdasarkan data angin.

HS = significant wave height


TP = peak wave period
F = effective fetch length
UA = wind stress factor (modified wind speed)
t = wind duration

Gambar E.17 Perambatan arah gelombang akibat refraksi.

Parameter-parameter yang penting pada analisa refraksi gelombang adalah:


Ks : koefisien pendangkalan
Kr : koefisien refraksi
di mana:

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 61


PT.METAFORMA CONSULTANT

Cg
K s=
√ Cg
bo
o

K s=
√ b
Cg : kecepatan ‘grup’ gelombang
(subscript “o” menyatakan ‘laut dalam’)
Sementara, tinggi gelombang yang terjadi pada perairan dangkal (H) dapat dihitung
sebagai berikut:
H = Ho.Ks.Kr

Difraksi adalah peristiwa transmisi energi gelombang dalam arah ke

samping (lateral) dari arah perambatan gelombang. Peristiwa ini terjadi

apabila terdapat bangunan laut yang menghalangi perambatan gelombang

seperti yang diilustrasikan pada Gambar E.18. Pada bagian yang

terlindung oleh bangunan laut, tetap terbentuk gelombang akibat transmisi

lateral tadi. Fenomena difraksi tidak terbatas pada perairan dangkal saja

karena difraksi terjadi di mana terdapat bangunan laut yang menghalangi

perambatan gelombang.

Gambar E.18 Perambatan arah gelombang akibat diraksi.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 62


PT.METAFORMA CONSULTANT

Analisa fenomena refraksi/difraksi yang akan digunakan dalam Pekerjaan

ini dilaksanakan dengan mensimulasikan proses refraksi-difraksi di

kawasan perairan proyek. Model numerik yang akan digunakan adalah

REF/DIF yang disusun oleh Center for Applied Coastal Research, University

of Delaware, USA.

Untuk eksekusi model refraksi/difraksi gelombang dibutuhkan masukan

data sebagai berikut:

1. Batimetri Perairan

Analisa refraksi/difraksi memerlukan kawasan perairan yang agak luas.

yang dapat diperoleh dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL

(DISHIDROSAL). Batas laut paling luar dari perairan diambil suatu

anggapan bahwa gelombang yang ada atau terbentuk berupa

gelombang sempurna yang belum mengalami refraksi/difraksi. Sedang

pada kawasan di sebelah dalam (dekat pantai) dilakukan simulasi yang

lebih teliti dengan peta batimetri berskala lebih kecil.

2. Tinggi Gelombang

Tinggi gelombang yang digunakan sebagai data masukan model

numerik ini adalah tinggi gelombang yang diperoleh dari hasil pasca-

kiraan gelombang berdasarkan data angin jangka panjang.

3. Arah Datangnya Gelombang

Arah datangnya pergerakan gelombang yang ditinjau dalam simulasi

ini adalah arah-arah yang menghadap ke laut bebas atau relatif bebas.

4. Perioda Gelombang

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 63


PT.METAFORMA CONSULTANT

Dalam proses perhitungan tinggi gelombang rencana, informasi

mengenai perioda (dan arah) gelombang telah “hilang” karena besaran

yang menjadi obyek perhitungan adalah tinggi gelombang.

 Hidrodinamika dan Sedimentasi Sungai

Fenomena hidrodinamika sungai mencakup pola aliran sungai pada

seluruh elevasi pasang surut serta untuk debit aliran yang dapat terjadi di

sungai tersebut. Analisa tahap ini menggunakan data aliran sungai hasil

analisa pada hidrologi DPS sebagai kondisi batas satu, serta untuk kondisi

batas lainnya menggunakan hasil simulasi pasang surut yang akan dibahas

pada bagian lain. Hasil dari simulasi hidrodinamika sungai adalah

kecepatan arus yang terjadi pada badan sungai yang kemudian akan

dibandingkan kebenarannya dengan hasil survei arus.

Setelah kondisi hidrodinamika berdasarkan kedua kondisi batas di atas

telah didapat, maka dengan ‘menyuntikkan’ muatan sedimen ke dalam

persamaan numerik, simulasi angkutan sedimen di sungai yang ditinjau

dapat dilaksanakan. Konsentrasi angkutan sedimen yang terdispersi di

seluruh badan sungai secara horizontal dapat ditampilkan secara grafis .

Dalam melaksanakan analisa ini, akan digunakan program yang

mempunyai beberapa modul simulasi numerik yang mencakup simulasi

hidrodinamis dan angkutan sedimen suspensi. Yaitu Surface-Water

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 64


PT.METAFORMA CONSULTANT

Modelling System Ver 7.0 (SMS 7.0) dari Boss International Co. Berikut ini

dibahas program simulasi yang dimaksud.

1) Simulasi Hidrodinamis Perairan

Tujuan simulasi ini adalah untuk mendapatkan kecepatan dan arah arus

yang akan berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal.

Pemodelan arus yang digunakan adalah model numerik RMA2. RMA2

adalah sebuah modul dari SMS berupa model numerik elemen hingga

(finite element) yang diintegralkan dalam arah vertikal (kedalaman

perairan dapat dianggap konstan relatif terhadap dimensi horisontalnya),

sehingga dapat dianggap sebagai masalah dua dimensi (2-D). RMA2

mampu menghitung perubahan elevasi permukaan perairan dan

komponen kecepatan arus horisontal untuk aliran permukaan bebas sub-

kritis dalam medan aliran 2-D.

Pada dasarnya RMA2 menyelesaikan masalah aliran turbulen persamaan

Reynolds yang diturunkan dari persamaan Navier-Stokes. Pengaruh

kekasaran diperhitungkan dengan koefisien Manning atau Chezy,

sementara karakteristik turbulensi diperhitungkan dengan memasukkan

koefisien kekentalan turbulen (eddy viscosity). Baik masalah aliran

langgeng maupun aliran tak langgeng dapat diselesaikan dengan baik.

Kelebihan-kelebihan yang lain dari RMA2:

 RMA2 khusus dirancang untuk mensimulasi perubahan elevasi dan

distribusi kecepatan aliran pada sungai, muara sungai, estuari, atau

bahkan perairan teluk yang terbuka ke laut lepas.

 Mampu mensimulasi bermacam-macam jenis material perairan seperti

pasir, lumpur, rawa-rawa (swamp), dan bantaran rawa (marsh).

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 65


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Mampu mensimulasi berbagai kondisi fisik perairan seperti kering, basah,

atau terendam sesuai dengan kekasaran dasar/tebing perairan.

 Memperhitungkan turbulensi fluida sesuai dengan sifat-sifat

pengalirannya.

 Memperhitungkan pengaruh perputaran bumi dan tegangan geser akibat

angin.

 Beberapa macam kondisi batas berikut dapat dimodelkan:

 Elevasi permukaan air (langgeng maupun tak langgeng).

 Debit atau kecepatan aliran (langgeng maupun tak langgeng).

 Kecepatan dan arah angin.

 Fluktuasi debit terhadap elevasi.

Sebagai persamaan pengatur, RMA2 menggunakan persamaan konservasi

massa dan momentum yang diintegrasikan terhadap kedalaman.

Persamaan konservasi massa dan momentum tersebut diselesaikan dengan

metoda elemen hingga dengan Metoda Sisa Berbobot (Weighted Residuals)

Galerkin.

1. Simulasi Angkutan Sedimen Suspensi

Analisa sedimentasi ini dimaksudkan untuk memperkirakan distribusi

konsentrasi sedimen yang bergerak di suatu kawasan kajian. Sedimen yang

masuk ke dalam daerah sekitar pelabuhan perikanan ini biasanya ditranspor

dalam bentuk suspensi sehingga sebuah model numerik yang mampu

mensimulasi angkutan sedimen layang dalam sebuah kawasan kajian

tertentu. Model numerik yang akan digunakan oleh Konsultan adalah SED2D

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 66


PT.METAFORMA CONSULTANT

yang merupakan salah satu modul dalam paket program SMS seperti yang

digunakan dalam simulasi hidrodinamis arus perairan.

SED2D adalah model numerik 2-dimensi, yang dirata-ratakan dalam arah

vertikal (kedalaman), untuk mensimulasi proses transpor sedimen dalam

saluran terbuka, seperti muara sungai, dan perairan teluk. SED2D dapat

memodelkan dengan cukup akurat material sedimen yang berupa pasir

maupun lempung pada kondisi aliran langgeng dan tak langgeng, asalkan

kecepatan dan arah aliran dapat dianggap seragam pada seluruh

kedalaman.

Asumsi yang dipakai dalam pemodelan SED2D:

 Proses sedimentasi dikelompokkan kedalam proses penggerusan,

proses permulaan gerak butiran, proses pengangkutan, dan proses

pengendapan.

 Aliran air dianggap memiliki potensi untuk menggerus,

menggerakkan, dan mengangkut sedimen apakah partikel sedimen

ada atau tidak.

 Sedimen di atas dasar perairan dianggap akan tetap diam selama

gaya aliran masih lebih kecil dari tegangan geser kritis saat butir

sedimen mulai bergerak.

 Perubahan elevasi dasar perairan hanya akan terjadi jika ada selisih

antara laju erosi dan laju pengendapan.

 Karakteristik fisik sedimen kohesif (lempung) dasar perairan akan

berubah sesuai dengan waktu dan pembebanan di atasnya.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 67


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Sebagian besar mekanisme transpor sedimen dianggap berlangsung

dalam bentuk suspensi (suspended load), termasuk bagian yang

ditranspor sebagai muatan dasar.

 Proses fisik yang dimodelkan dalam SED2D meliputi:

 Konsentrasi sedimen layang.

 Tegangan geser dasar.

 Sumber/asal sedimen.

 Model dasar perairan.

Untuk mendapatkan contoh sedimen yang mengalir ke dalam daerah

pelabuhan ini dilakukan pengambilan contoh sedimen suspensi dan dasar.

Pengambilan contoh sedimen suspensi dilakukan pada saat dan posisi yang

sama dengan pengukuran arus. Pengambilan contoh sedimen suspensi

dilakukan pada saat spring tide dan neap tide pada kondisi ekstrim.

Pengambilan contoh sedimen dasar dilakukan pada titik-titik yang dianggap

mewakili kondisi sedimentasi di sepanjang pantai.

3.1.5 Penyusunan Detai Desain Dermaga


Bagian terpenting dalam pekerjaan perencanaan rekayasa rinci adalah kegiatan

perencanaan itu sendiri. Dalam bab ini disajikan garis besar kegiatan perencanaan

detail desain dermaga yang akan dilaksanakan oleh Konsultan, yang meliputi

perencanaan tata letak fasilitas yang akan dibangun dan perencanaan rinci

bangunan laut dan bangunan darat.

Pada Tahap Detai Desain dermaga secara umum terdiri dari 3 hal, yaitu:

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 68


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Kriteria Dasar, berisi kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan

perencanaan prasarana Pelabuhan Perikanan.

 Rencana Pengembangan yang berisi uraian mengenai hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam merencanakan faslitas pelabuhan perikanan ini.

 Perencanaan Teknis yang berisi hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

kegiatan perencanaan teknis rinci.

Pertimbangan-pertimbangan yang dipakai sebagai dasar perencanaan dalam sistem

konstruksi dan material yang digunakan untuk sarana dernaga di Belawan antara

lain:

 Pembangunannya dapat dilaksanakan dengan metoda kerja sesederhana

mungkin sehingga tanpa memerlukan peralatan khusus yang harus

didatangkan dari luar negeri.

 Bahan-bahan yang digunakan semaksimal mungkin merupakan bahan

produksi dalam negeri.

 Biaya pembangunan dapat ditekan seminimal mungkin tanpa mengorbankan

mutu bangunan.

 Memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan.

 Perawatan dan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan mudah dan tanpa

biaya terlalu mahal.

a. Rencana Pengembangan

Berdasarkan analisa seluruh data yang telah didapat, Konsultan harus membuat

rencana pengembangan dermaga untuk merumuskan arah pengembangan

dermaga dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Dari hasil studi ini

Konsultan harus membuat Lay out Dermaga Pengawasan berdasarkan zonasi

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 69


PT.METAFORMA CONSULTANT

fasilitas darat dan laut sesuai dengan aliran aktifitas seluruh elemen pengguna

(user). Hal ini berarti Konsultan harus membuat pengaturan zonasi (zoning), site

plan/lay out dan block plan.

Lay out meliputi seluruh prasarana yang akan dibangun baik masa sekarang

maupun masa yang akan datang. Selain itu Konsultan diminta untuk membuat peta

situasi yang mengambarkan akses lokasi terhadap Kota-Kota Kabupaten setempat.

Penempatan fasilitas-fasilitas tersebut harus didasarkan pada pertimbangan teknis,

fungsional dan kesesuaian pola kegiatan operasional yang direncanakan, termasuk

didalamnya pengaturan pembuangan sampah padat dan cair melalui waste water

dan disposal treatment. Di samping itu, konsultan juga harus menginventarisir dan

menganalisa kebutuhan fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial di pemukiman nelayan

yang terdekat dengan lokasi Dermaga Pengawasan.

Konsultan harus mengkaji aspek lingkungan yang meliputi dampak

pengembangan/operasionalnya dermaga dengan cara

penanggulanganya/pengelolaannya dan melakukan investigasi terhadap

kemungkinan dampak kegiatan proyek terhadap ekosistem perairan (antara lain

mengrove/bakau dan terumbu karang) untuk itu diperlukan foto yang menunjukan

kondisi saat ini. Selain itu, konsultan diminta untuk menghitung perkiraan

penyerapan tenaga kerja (un-skilled labour) dalam jumlah orang/hari.

Dalam rencana pengembangan dermaga ini, maka hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah:

 Dasar Arah Pengembangan

Perencanaan suatu tata letak dermaga pengawasan harus

mempertimbangkan beberapa aspek, baik aspek teknis maupun non

teknis. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan di antaranya adalah

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 70


PT.METAFORMA CONSULTANT

kondisi perairan, kondisi daratan, karakteristik kapal, faktor biaya

konstruksi dan faktor waktu pelaksanaan konstruksi.

Pada prinsipnya perencanaan tata letak dermaga ditentukan oleh pola atau

komposisi massa dan ruang, fasilitas dermaga yang diperlukan, pola

sirkulasi manusia dan kendaraan serta kapasitas rencana dari dermaga

tersebut. Selain itu perencanaan tata letak tersebut harus mengikuti azas-

azas fungsional, efisien dan harmonis dengan lingkungannya yaitu suasana

adat dan kehidupan sosial dengan kekhasannya.

Di dalam merencanakan tata letak dermaga, bangunan-bangunan yang

direncanakan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu bangunan laut dan

bangunan darat. Tata letak dari bangunan-bangunan tersebut

direncanakan sedemikian rupa sehingga keamanan kapal pada saat sandar

maupun keamanan dan kenyamanan lalu lintas manusia dan kendaraan

dapat terjamin. Di samping itu letak bangunan-bangunan tersebut

disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada, sehingga menghasilkan

struktur yang ekonomis.

 Kondisi Alam

Salah satu variabel yang sangat penting dalam perencanaan dermaga

adalah kondisi alam. Data-data kondisi alam yang penting dalam

perencanaan dermaga ini meliputi :

1. Kedalaman kolam pelabuhan/dasar laut yang disyaratkan.

2. Kondisi pasang surut perairan di lokasi rencana dermaga.

3. Kecepatan dan arah arus dominan.

4. Tinggi gelombang.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 71


PT.METAFORMA CONSULTANT

5. Kondisi tanah.

6. Kondisi iklim.

 Data Kapal

Data kapal yang akan dilayani oleh suatu pelabuhan merupakan data

dasar yang diperlukan untuk kegiatan perencanaan sebagian besar dari

fasilitas yang ada pada pelabuhan tersebut. Berdasarkan data kapal dapat

ditentukan kedalaman perairan yang dibutuhkan (alur dan kolam), luas

kolam pelabuhan, lebar alur pelayaran, perlu tidaknya bangunan laut

(pelindung gelombang atau arus), dan lain-lain.

Sementara pada sisi darat, data kapal dibutuhkan terutama untuk

perencanaan dermaga beserta kelengkapannya, seperti kekuatan struktur

dermaga dalam menerima benturan kapal, jenis dan kekuatan fender,

pondasi dermaga, kekuatan bollard, fasilitas bongkar muat yang

dibutuhkan, dal lain-lain.

 Kondisi Operasi

Kondisi operasi pendaratan ikan di belawan masih bersifat tradisional.

Dengan mempertimbangkan adanya visi pemerintah daerah untuk

menjadikan dermaga pengawasan

 Arah Rencana Pengembangan

Meninjau kondisi yang ada saat ini maka berdasarkan kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah daerah arah rencana pengembangan yang

dilakukan adalah perencanaan dermaga pengawasan secara keseluruhan

yang menyangkut fasilitas utama, fasilitas pendukung dan fasilitas

tambahan yang disesuaikan dengan tipe dermaga yang direncanakan.

Karena pengembangan yang dilakukan adalah secara menyeluruh, maka

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 72


PT.METAFORMA CONSULTANT

pekerjaan perencanaan yang dilakukan merupakan pekerjaan masterplan

dan desain rinci.

 Data yang Diperlukan

Untuk mendukung pekerjaan ini maka dibutuhkan data-data sekunder

berupa perkembangan kegiatan dermaga pengawasan yang ada di daerah

rencana dan juga daerah-daerah sekitarnya yang akan dilayani oleh

dermaga bersangkutan. Selain itu dibutuhkan juga data prasarana

perekonomian yang ada di daerah kajian dan hasil pengamatan dan

wawancara terhadap penduduk tentang kondisi daerah, keadaan rona

awal daerah, perkiraan pengaruh ke masa depan dan aspirasi yang

berkembang di kalangan masyarakat.

b. Perencanaan Teknis

Dalam rencana pengembangan dermaga pengawasan ini, maka hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah :

 Ruang Lingkup Perencanaan Teknis

Perencanaan teknis yang dilakukan meliputi prasarana pokok, prasarana

fungsional maupun prasarana tambahan di dermaga tergantung pada

tingkat pengembangan yang telah dijelaskan di atas. Prasarana yang

direncanakan meliputi:

1. Alur Pelayaran

2. Dermaga

3. Reklamasi area

4. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

5. Instalasi air bersih dan Sanitasi lingkungan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 73


PT.METAFORMA CONSULTANT

Seluruh prasarana yang disebutkan di atas, karena kondisi yang diketahui

sampai saat ini masih sangat minim, akan direncanakan secara detail

menjadi suatu perencanaan pelabuhan perikanan secara keseluruhan.

 Data Perencanaan

Berkaitan dengan lingkup perencanaan yang dilakukan maka dibutuhkan

data-data perencanaan berupa:

1. Peta topografi dan batimetri yang mencakup daerah rencana tapak

bangunan dan sekitarnya yang diikatkan pada BM lokal dengan acuan

ketinggian yang digunakan adalah LWS.

2. Data pasang surut dari hasil pengukuran muka air setiap jam di lokasi

selama 15 hari terus menerus. Pengolahan dilakukan untuk

mendapatkan harga-harga penting dari elevasi muka air laut yang ada

dan menentukan harga pasang surut rencana untuk pekerjaan desain.

3. Arus dan gelombang. Dari hasil pengukuran arus 25 jam menerus

didapatkan infomasi mengenai arus laut meliputi arah dan besar arus

laut dominan pada kawasan kajian. Dalam prakteknya arus laut yang

lebih kecil dari 0.10 m per detik tidak diperhitungkan sebab tidak

memberi banyak pengaruh pada pola angkutan sedimen yang terjadi di

daerah pantai (littoral transport). Wawancara dengan penduduk

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran ataupun perilaku

gelombang secara visual di perairan setempat dan menjadi dasar

untuk kegiatan kalibrasi besaran yang akan digunakan.

4. Data Geoteknik. Penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi kegiatan

boring, sondir dan pengambilan contoh tidak terganggu.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 74


PT.METAFORMA CONSULTANT

5. Data Hidrologi didapat dari rekaman data iklim yang didapat dari

stasiun meteorologi terdekat. Dari data hidrologi diramalkan besarnya

curah hujan untuk periode ulang tertentu untuk menentukan besarnya

debit banjir. Debit banjir yang dihasilkan kemudian akan dipakai

sebagai acuan untuk desain bangunan-bangunan pengaliran air.

 Kriteria Desain

Dalam perencanaan yang dilakukan ditetapkan terlebih dahulu batasan-

batasan yang akan menjadi pembentuk desain sehingga hasil dari

perencanaan yang dilakukan dapat memenuhi keinginan yang ada dan

sesuai dengan peruntukannya. Batasan atau kriteria yang ditetapkan

dibedakan menurut fasilitas yang akan dibangun secara umum adalah

sebagaimana diuraikan pada bagian berikut :

1. Dermaga

Dermaga didesain dengan dimensi dan elevasi yang disesuaikan dengan

perahu/kapal rencana yang akan sandar. Panjang dermaga disesuaikan

dengan kebutuhan jumlah kapal yang diperkirakan akan sandar. Dermaga

dibuat dari beton bertulang dengan pondasi dari tiang pancang.

2. Bangunan

Jenis bangunan yang direncanakan disesuaikan dengan tipe pelabuhan

yang ditetapkan. Bangunan dibuat dengan dinding batu bata dan kolom-

kolom beton bertulang. Pondasi dibuat dari jenis pondasi jalur untuk

beban ringan sementara pondasi telapak dapat juga dipergunakan untuk

keperluan beban menengah apabila diperlukan. Konstruksi atap terbuat

dari kayu dengan penutup atap dari bahan yang mudah didapatkan.

Bentuk bangunan dan atap disesuaikan dengan ciri khas daerah dan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 75


PT.METAFORMA CONSULTANT

secara tipikal bangunan yang direncanakan memiliki bentuk ciri khas yang

sama.

3. Drainase

Untuk mendapatkan kondisi pelabuhan yang higienis dan bersih maka

perlu dikaji komponen-komponen pendukung yang diikutsertakan dalam

perencanaan bangunan pelabuhan dan sistem-sistem yang tercakup di

dalamnya. Salah satu sistem yang penting sehubungan dengan hal

tersebut adalah masalah pengaturan air di pelabuhan baik air limpasan

hujan, air buangan maupun air laut.

Di lingkungan dermaga sendiri kriteria desain yang diterapkan untuk

mengatur pengaliran air yang ada pada bangunan ditentukan sebagai

berikut:

 Air hujan yang jatuh pada dermaga dibuang secara langsung ke kolam

pelabuhan.

 Pengaliran air di saluran dilakukan secara gravitasi.

 Saluran drainase didesain sedemikian sehingga dengan ukuran yang

diberikan air hujan dengan debit yang direncanakan akan dapat

mengalir dengan lancar.

 Saluran drainase dibuat dengan bentuk trapesium sederhana dan bahan

yang mudah didapat di lokasi sehingga mudah dikerjakan dan diperbaiki.

 Sedapat mungkin digunakan saluran air terbuka untuk memudahkan

perawatan.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 76


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Freeboard untuk saluran drainase adalah 0.10 meter yang ditambahkan

pada tinggi saluran untuk mengakomodasi pengaruh limpasan akibat

pengaliran air.

 Curah hujan rencana diusulkan dengan perioda ulang 5 tahun .

 Perhitungan hidrolis untuk penentuan dimensi saluran drainase dilakukan

dengan prinsip pengaliran air bebas pada saluran terbuka.

 Pembatasan kecepatan pengaliran air adalah 2.0 m/detik untuk

keamanan.

 Dimensi saluran akan dibagi dalam kelompok-kelompok untuk

memudahkan pelaksanaan di lapangan.

 Untuk penanganan air buangan dilakukan pemisahan berdasarkan jenis

air buangan yang ada. Untuk air buangan kamar mandi dan WC dialirkan

ke septik tank yang disediakan pada kawasan. Air buangan hasil

pencucian tempat pelelangan di-treatment dengan pengolahan fisik

untuk memisahkan kandungan padatnya sehingga sisa air dapat dibuang

ke laut.

Berkaitan pula dengan drainase dari bangunan dermaga, maka dalam

skala besar dilakukan pengaturan sirkulasi air di pelabuhan dengan kriteria

sebagai berikut :

 Perairan di pelabuhan diisolasi sedemikian rupa sehingga sirkulasi

tidak mempengaruhi perairan laguna di sisi yang lain.

 Sedapat mungkin dicegah adanya sudut pada kolam yang bersifat

pasif sehingga mengakibatkan air terkurung (stagnasi) yang

menjadi tempat berkumpulnya sampah-sampah laut dan pelabuhan

serta kotoran dan endapan lainnya.


PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 77
PT.METAFORMA CONSULTANT

 Sedapat mungkin air dalam pelabuhan bersirkulasi dengan bantuan

pasang surut maupun dengan upaya lain.

 Untuk menjamin kelancaran saluran masuk dan keluar kapal, maka

pelabuhan akan dilengkapi dengan saluran/pintu masuk yang

ditempatkan pada posisi yang dianggap tepat menurut kajian yang

dilakukan dan dilengkapi dengan jetty.

 Perhitungan Struktur

Analisa yang berkaitan dengan dalam perhitungan struktur ini diantaranya

sebagai berikut :

1. Metoda Perhitungan Struktur Dermaga

Perhitungan struktur diutamakan pada desain perhitungan dermaga. Untuk

mendesain maka direncanakan suatu bentuk struktur dermaga tertentu

yang selanjutnya dianalisis teradap suatu kondisi pembebanan atas

dimensi yang ditetapkan. Kondisi pembebanan yang dimaksud adalah

beban yang direncanakan akan dipikul struktur bangunan.

Tabel 3.1. Kombinasi pembebanan yang dialami oleh dermaga


% dari stress
No Kombinasi Beban
yang diizinkan
1 Beban mati + beban hidup + gaya angin 100 %
2 Beban mati + beban hidup + gaya benturan kapal 100 %
3 Beban mati + 50% beban hidup + gaya-gaya 100 %
gempa + gaya tarik bollard + gaya angina
4 Kombinasi 1 atau 2 dengan gaya akibat 125 %
perbedaan temperature

2. Peraturan dan Standar Perencanaan

Beberapa peraturan dan standard yang digunakan dalam analisis

perencanaan pelabuhan ini antara lain:

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 78


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Pembebanan

 SNI 1726-1989-F; ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Rumah dan Gedung 1989”.

 SNI 1727-1989-F; ”Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk

Rumah dan Gedung 1989”.

 ”Specifications for Highway Bridges; Part 1: Common Specs.”,

Japan Road Association 1972.

 “Peraturan Muatan Untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970”.

 SKBI-1.3.28.1987; “Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan

Jalan Raya”

 Material

 PUBI-1982 ; ”Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia

1982”.

 Perencanaan

 SKBI-1.3.55.1987 ; ”Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk

Gedung”.

 SK.SNI T-15-1991-03 ; ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

untuk Bangunan 1991”.

 ”Standard Design Criteria for Ports in Indonesia”; Maritime Sector

Development Programme; DGSC, January 1984.

 British Standard.

 ”Technical Standards for Port and Harbour Facilities in Japan”,

1991 Edition.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 79


PT.METAFORMA CONSULTANT

 ”Specifications for Highway Bridges; Part 2: Steel Bridges”; Japan

Road Association 1972.

 Gambar Pelaksanaan

Gambar pelaksanaan dari hasil perencanaan yang dilakukan akan dibuat

dalam format A1 dengan rincian skala berdasarkan jenis gambar sebagai

berikut:

1. Gambar layout skala 1: 2000

2. Gambar potongan skala 1: 2000

3. Gambar denah bangunan dan potongan skala 1: 100

4. Gambar detail konstruksi 1:50, 1:25, & 1:20

c. Pembuatan Dokumen Tender dan Rencana Anggaran Biaya

Berdasarkan Review Detail Desain yang telah dibuat, Konsultan harus membuat

Dokumen Tender, yang meliputi :

 Rencana Kerja Dan Syarat-syarat

 Spesifikasi Teknis Pekerjaan

 Daftar jenis Dan Volume Pekerjaan (Bill Of Quantity)

 Gambar Konstruksi.

RKS yang dipersiapkan oleh Konsultan harus dibuat berdasarkan ketentuan dan

peraturan Pemerintah yang berlaku dan standar yang lazim/biasa digunakan

dilingkungan Direktorat Jenderal Perikanan. Bill of Quantity harus dihitung berdasarkan

gambar-gambar rencana yang dibuat oleh Konsultan, dan dirinci ke dalam uraian-uraian

pekerjaan yang standar. Jenis material yang akan digunakan dalam pelaksanaan

konstruksi harus dimasukkan pula ke dalam Bill of Quantity. Perhitungan estimasi biaya

harus dibuat berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan dan bahan yang terinci
PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 80
PT.METAFORMA CONSULTANT

dengan menggunakan harga satuan upah dan bahan yang dikeluarkan oleh Pemerintah

dengan mempertimbangkan pula harga yang berlaku di pasaran/daerah setempat.

Proses perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) secara umum dapat dilihat pada

Gambar 3-18.

Estimasi anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu : biaya bahan-

bahan, buruh, peralatan, overhead, dan keuntungan yang dilakukan pada tiap-tiap jenis

pekerjaan. Dalam perhitungan anggaran biaya tersebut, biaya asuransi dan pajak

tenaga buruh sudah termasuk dalam harga buruh, biaya asuransi alat berat dan

asuransi operator sudah termasuk dalam sewa alat berat, biaya tenaga buruh dan alat

dihitung berdasarkan jumlah jam kerja.

GAMBAR Daftar Jenis-Jenis


RENCANA Pekerjaan

Daftar Volume
Pekerjaan

Daftar Daftar Daftar Tabel Daftar Tabel


Bahan Koefisien Upah Koefisien Alat Koefisien

Harga Harga Harga Sewa


Bahan Upah /Beli Alat

Harga Satuan Tiap


Jenis Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya


perkelompok Pekerjaan

RAB TOTAL

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 81


PT.METAFORMA CONSULTANT

Gambar 3-18 Proses Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

3.1.6. Pelaporan
Laporan-laporan harus disusun dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta

harus memuat / menguraikan hal-hal sebagai berikut.

Laporan yang harus dibuat oleh Penyedia Jasa terdiri dari :

A. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat : hasil perencanaan kegiatan identifikasi yang akan

dilakukan dan rencana kerja selanjutnya yang meliputi penyusunan dan detail

desain. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 14 (empat belas) hari

kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 6 (enam) buku laporan.

B. Laporan Antara

Laporan Antara memuat : hasil kegiatan identifikasi yang telah dilakukan, hasil

pengamatan dan rencana kerja selanjutnya yang meliputi penyusunan dan detail

desain. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 60 (enam puluh) hari

kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 6 (enam) buku laporan dan akan dibahas

serta didiskusikan dengan Subdit Pengembangan Infrastruktur Pengawasan.

C. Laporan Draft Akhir

Laporan Draft Akhir memuat : hasil pelaksanaan seluruh rangkaian pekerjaan yang

telah dilakukan, dilengkapi dengan draft Perencanaan Dermaga Pengawasan SDKP

serta detail desain Dermaga Pengawasan SDKP.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 90 (sembilan puluh) hari kalender

sejak SPMK diterbitkan sebanyak 6 (enam) buku laporan dan akan dibahas serta

didiskusikan dengan Subdit Pengembangan Infrastruktur Pengawasan

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 82


PT.METAFORMA CONSULTANT

D. Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan perbaikan dari Laporan Draft Akhir berdasarkan hasil

pembahasan dan asistensi pekerjaan Perencanaan Dermaga Pengawasan SDKP

serta detail desain Dermaga Pengawasan SDKP yang memuat :

1. Laporan Survei (Penyelidikan Tanah, Topografi, Hidrooceanografi, Batimetri dan

Dokumentasi).

2. Laporan Analisa Lingkungan, Perencanaan dan Perhitungan Dermaga dan

DED.

3. Dokumen Rencana Anggaran Biaya dan Bill of Quantity.

4. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

5. Dokumen Gambar Kerja (DED) Lengkap (Sipil, Arsitektur, ME (A3)).

6. Dokumen Gambar Siteplan dan Layout (A1).

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 120 (seratus dua puluh) hari

kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 6 (enam) buku laporan disertai dengan

penyerahan seluruh softcopy pekerjaan, laporan, dokumen dan gambar yang

dikerjakan.

Diskusi

A. Diskusi Laporan Pendahuluan

Diskusi laporan pendahuluan yang memuat hasil pelaksanaan serta rencana-

rencana kegiatan selanjutnya beserta penjadwalan masing-masing kegiatan

sekaligus dengan metoda-metode yang akan digunakan sebagai tindak lanjut dari

pekerjaan ini. Selain itu juga untuk menjaring masukan dan koreksi dari stakeholder

dan instansi-instansi terkait terhadap persiapan pendahuluan, studi kepustakaan,

mobilisasi tenaga dan peralatan, program kerja dan metodologi kerja.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 83


PT.METAFORMA CONSULTANT

B. Diskusi Laporan Antara

Diskusi Laporan Antara ini membahas laporan antara yang disusun oleh Penyedia

Jasa guna mendapatkan masukan, koreksi dan penyempurnaan dan digunakan

sebagai dasar untuk penyusunan Laporan Draft Akhir.

C. Diskusi Laporan Draft Akhir

Melaksanakan Diskusi Laporan Draft Akhir untuk mengevaluasi hasil pekerjaan ini

yang telah disusun oleh Penyedia Jasa guna mendapatkan masukan, koreksi dan

penyempumaan bagi penyusunan Laporan Akhir.

3.2. PROGRAM KERJA

Secara operasional usulan kegiatan disusun sebagai berikut :

1. Melakukan kegiatan persiapan (administrasi, keuangan dan teknis), mengkaji

laporan terdahulu (desk study) dan mempelajari data-data yang ada.

Melakukan Orientasi Lapangan

2. Melakukan kegiatan pengumpulan data sekunder maupun data primer yang

dilakukan dengan survai inventarisasi dan survai lapangan.

3. Melakukan pengolahan data dan membuat analisa atas hasil survai lapangan.

4. Melakukan Perencanaan

5. Membuat laporan

Agar kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan

dalam Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference), maka perlu perhatian terhadap

beberapa hal berikut ini :

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 84


PT.METAFORMA CONSULTANT

1. Persiapan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara teliti dan cermat sebelum

pekerjaan dilaksanakan, seperti halnya melengkapi persyaratan administrsi

kantor, lapangan, persiapan personil, peralatan, keuangan dan sebagainya.

2. Para petugas yang akan ditugaskan ke lapangan dibekali dengan pemahaman

tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing selama melaksanakan

pekerjaan di lapangan.

3. Data-data yang akan digunakan untuk merumuskan suatu bahan/konsep

perencanaan yang terpadu dan menyeluruh.

Secara umum pelaksanaan pekerjaan ini akan dilaksanakan dalam 5 (lima) tahapan

kegiatan, yaitu :

1. Pekerjaan Pendahuluan / Inventarisasi Data

2. Pekerjaan Lapangan

3. Analisa Data

4. Detail Desain

5. Pelaporan

Tahapan-tahapan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pekerjaan Pendahuluan/Inventarisasi Data

a. Persiapan dan Pengumpulan Laporan Terdahulu

b. Orientasi Lapangan

c. Pengumpulan Data Sekunder

d. Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan

2. Pekerjaan Lapangan

a. Survey Data Administrasi dan Kondisi Fisik Wilayah

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 85


PT.METAFORMA CONSULTANT

b. Survey Data Sosial Ekonomi Wilayah

c. Survey Data Perikanan

d. Survey Kondisi Ekonomi Nelayan

e. Survey dan Pengukuran Topografi dan Bathimetri

f. Survey Hidro-Oceanografi

g. Survey Geoteknik

h. Survey Dukungan Prasarana Wilayah dan Kebijakan Pemerintah

3. Kajian dan Analisa Data

Kajian dan Analisis data yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :

 Identifikasi wilayah hinterland dan daerah tangkapan ikan dan sekitar

Dermaga.

 Analisis karakteristik sosial ekonomi wilayah hinterland.

 Analisa kelayakan pengembangan/ pembangunan pelabuhan perikanan

baik aspek finansial, sosial-ekonomi, teknis dll.

 Analisis kondisi fisik kawasan didasarkan pada hasil survey bathymetri,

topografi, meteorologi, oceanografi, hidraulic maupun geoteknik.

 Pemodelan matematika arus, gelombang, dan sedimen terhadap

beberapa alternatif pengembangan fasilitas laut pelabuhan.

 Analisis kebutuhan prasarana dermaga pengawasan, baik untuk foreland

(sisi laut) maupun hinterland-nya (sisi darat).

 Analisis tata-letak pelabuhan, baik untuk sisi darat maupun sisi laut.

 Analisis kebutuhan biaya pengembangan/pembangunan dermaga

pengawasan.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 86


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Analisa strategi pengembangan/pembangunan dermaga pengawasan

 Analisa kebutuhan sumberdaya manusia termasuk

organisasi/kelembagaannya untuk pengelolaan dermaga.

 Menginventarisir dan menganalisa kebutuhan fasilitas ekonomi dan

fasilitas sosial di pemukiman nelayan yang terdekat dengan lokasi

dermaga.

 Membuat tinjauan umum aspek lingkungan dan melakukan investigasi

terhadap kemungkinan - dampak kegiatan proyek (multiplier effect),

antara lain perkiraan penyerapan tenaga kerja (un-skilled labour),

perkiraan peredaran uang dan lain-lain.

4. Pembuatan Masterplan

Berdasarkan analisa seluruh data yang telah didapat, Konsultan harus

membuat masterplan yang sekurang-kurangnya berisi :

 Konsep dan strategi pengembangan/pembangunan dermaga untuk

merumuskan arah pengembangan/pembangunan dermaga dalam

jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

 Membuat peta situasi yang menggambarkan akses lokasi terhadap

Kota Kabupaten/Kotamadya setempat.

 Membuat rencana/rancangan wilayah kerja dan pengoperasian

dermaga pengawasan sesuai proyeksi pengembangan/pembangunan

dermaga pengawasan.

 Membuat Layout dermaga pengawasan berdasarkan zonasi fasilitas

darat dan laut sesuai dengan aliran aktifitas seluruh elemen pengguna

(user). Hal ini berarti Konsultan harus membuat pengaturan zonasi

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 87


PT.METAFORMA CONSULTANT

(zoning), site plan/lay out. Layout meliputi seluruh prasarana yang

existing dan perlu dibangun baik masa sekarang maupun masa yang

akan datang.

 Penempatan fasilitas-fasilitas harus didasarkan pada pertimbangan

teknis, fungsional dan kesesuaian pola kegiatan operasional yang

direncanakan, termasuk didalamnya pengaturan pembuangan sampah

padat dan cair melalui waste water dan disposal treatment.

 Membuat organisasi/kelembagaan pengelolaan dermaga

 Membuat tata hubungan kerja dengan lintas instansi terkait.

5. Pembuatan Detail Desain

Konsultan harus membuat perencanaan Detail Desain fasilitas laut dan darat.

Untuk perencanaan detail struktur fasilitas laut, harus mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut :

 Setiap fasilitas yang akan dibangun harus direncanakan berdasarkan

konsep fasilitasi kegiatan laut dan darat dengan mengacu pada .siklus

kegiatan penangkapan sampai distribusi ikan, sehingga zonasinya

dapat mendukung kemudahan dan-keamanan operasional.

 Desain bangunan, khususnya bangunan laut, harus diperhitungkan

berdasarkan data-data oceanografi dan kebutuhan pengembangan

perikanan, seperti kemudahan bongkar muat dan olah gerak kapal

yang berlabuh. Sedangkan untuk bangunan darat, selain untuk

keamanan, kebersihan (clean and hyginic), juga harus memperhatikan

budaya setempat.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 88


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Perencanaan struktur fasilitas laut harus diperhitungkan terhadap

keamanan, daya tahan/umur rencana bangunan serta ketersediaan

material di lokasi.

 Semua perhitungan struktur harus dibuat analisanya berdasarkan

analisa struktur yang lazim digunakan.

 Efisiensi biaya dengan mempertimbangkan sistem konstruksi yang

paling murah dan mudah dalam pelaksanaan.

 Keamanan dalam pelaksanaan.

 Kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.

Selain itu, dalam merencanakan fasilitas darat, konsultan diminta untuk

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 perbaikan sistem sanitasi dan penyediaan fasilitas pengolahan limbah;

 penyediaan air bersih serta instalasinya;

 fasilitas yang dapat menunjang kegiatan pengolahan/penanganan

ikan.

6. Pembuatan Dokumen Tender dan Rencana Anggaran Biaya

Berdasarkan Detail Desain yang telah dibuat, Konsultan harus membuat

Dokumen Tender, yang meliputi :

 Rencana Kerja Dan Syarat-syarat

 Spesifikasi Teknis Pekerjaan

 Daftar jenis Dan Volume Pekerjaan (Bill Of Quantity)

 Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaan konstruksi

 Gambar rencana konstruksi.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 89


PT.METAFORMA CONSULTANT

3.3. ORGANISASI PERSONIL

3.3.1. SUSUNAN PERSONIL TENAGA AHLI

Seluruh pekerjaan akan dilaksanakan dibawah tanggung jawab langsung tenaga-

tenaga ahli yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, latihan/kursus,

pengalaman, wawasannya yang berpengetahuan luas dan ahli dalam melakukan

perencanaan sejenis. Selain itu, para tenaga ahli tersebut akan bertanggung jawab

atas hasil pekerjaannya.

Tugas layanan keahlian terdiri dari satu tim yang mempekerjakan beberapa tenaga

yang telah mendapatkan latihan yang diperlukan untuk menyelesaikan Penyusunan

DED Dermaga di Belawan yang terdiri atas beberapa disiplin keahlian bidang

pekerjaan sebagai berikut :

1. Ketua Team (Team Leader) : 4 OB

2. Tenaga Ahli Struktur : 4 OB

3. Tenaga Ahli Teknik Kelautan/Hidrooceanografi : 2 OB

4. Tenaga Ahli Teknik lingkungan : 2 OB

5. Tenaga Ahli Geodesi : 2 OB

Selain itu, dalam bekerja para Tenaga Ahli akan dibantu oleh tenaga pendukung

yang terdiri :

1. Assisten Struktur : 3 OB
2. Estimator : 2 OB
3. Surveyor (2 org x 2 bln) : 4 OB
4. Operator Autocad/Drafter (2 org x 2,5 bln) : 5 OB
5. Operator Komputer : 4 OB
6. Administrasi : 4 OB

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 90


PT.METAFORMA CONSULTANT

3.3.2. TUGAS DAN KEWAJIBAN TENAGA AHLI, ASISTEN/TEKNISI DAN TENAGA

PENUNJANG

A. Tenaga Ahli

Team Leader, Ahli Sipil/Struktur

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Memberi petunjuk dan pengarahan kepada seluruh anggota tim.

 Mengkoordinasikan program kerja persiapan maupun kegiatan lainnya.

 Mengawasi pelaksanaan pekerjaan anggota tim.

 Berfungsi juga sebagai ahli teknik disain utama.

 Menjamin standar pekerjaan yang seragam oleh para anggota tim.

 Memiliki motivasi tinggi, mempunyai kemampuan memimpin dan dapat

bekerjasama dengan pihak-pihak lain.

 Mempersiapkan/menyusun seluruh jenis laporan yang akan diserahkan ke

pihak proyek.

 Bertanggung jawab terhadap isi laporan atau gambar-gambar rencana.

 Menyelenggarakan mekanisme kerja eksternal yang berhubungan dengan

pihak pemberi kerja dan pihak-pihak lain yang terkait.

Ahli Struktur

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Pencarian/pengumpulan data dan laporan terdahulu yang berkaitan dengan

hidraulika dan struktur

 Memimpin tim survey hidrometri.

 Membuat analisa hidraulika dan struktur (bila perlu).


PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 91
PT.METAFORMA CONSULTANT

 Bertanggung jawab atas pekerjaan Desain.

 Membuat laporan Desain Note

Ahli Teknik Kelautan/Hidrooceanografi

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Pencarian/pengumpulan data – data dan laporan – laporan terdahulu yang

berkaitan dengan hidrooceanografi.

 Analisis dan evaluasi data hidrooceanografi yang telah didapat/dikumpulkan.

 Melaksanakan pengukuran debit sesaat serta melakukan pengambilan

contoh sedimen serta menganalisa hasil uji laboratorium

 Menyiapkan laporan dan berperan aktif dalam penyusunan produk laporan

lainnya.

Ahli Teknik Lingkungn

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Pencarian/pengumpulan data dan laporan terdahulu yang berkaitan dengan

lingkungan

 Membuat analisa tentang lingkungan

 Bertanggung jawab atas pekerjaan sesuai bidangnya

 Membuat laporan

AhIi Geodesi

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Mengumpulkan data peta – peta topografi.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 92


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Merencanakan dan menyelenggarakan serta mengawasi kegiatan

pengukuran Topografi dilapangan dan atau segala hal yang menyangkut

aspek pembuatan peta topografi.

 Melakukan analisa dan pengawasan pembuatan peta topografi yang

digambar oleh seorang Juru Gambar (Draftman).

 Membantu untuk mempersiapkan presentasi perencanaan (penjelasan

gambar peta topografi).

 Membuat laporan bidang topografi .

 Mengumpulkan peta topografi dan/atau peta foto udara yang tersedia.

 Melakukan pengecheckan kondisi peralatan yang akan digunakan untuk

melaksanakan pengukuran.

 Melakukan kalibrasi alat, jika diperlukan untuk menghindari adanya

kesalahan atau penyimpangan alat.

 Mengumpulkan dan mengevaluasi data pengukuran dan peta-peta proyek

yang ada.

 Melaksanakan pengawasan pekerjaan pengukuran, pembuatan profil

memanjang dan melintang, pemetaan topografi/terestris dan lain-lain.

 Mendiskusikan hasil pengamatan lapangan bersama tim mengenai

karakteristik lokasi sebagai bahan evaluasi.

 Melakukan pengecekan serta perhitungan atas hasil pengukuran di

lapangan.

 Melakukan pengecekan serta melakukan evaluasi atas kualitas pekerjaan,

sehubungan dengan pencapaian tingkat ketelitian hasil pekerjaan.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 93


PT.METAFORMA CONSULTANT

 Bertanggung jawab sepenuhnya mengenai kualitas hasil pelaksanaan

pekerjaan pengukuran.

 Bekerjasama dengan disiplin ilmu lainnya bila dipandang perlu, terutama

menyangkut data pengukuran untuk keperluan evaluasi dan rekomendasi.

 Pembuatan laporan akhir Pengukuran sesuai dengan yang tersurat didalam

Kerangka Acuan Kerja.

AhIi Cost Estimator

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Pengumpulan data awal yang berhubungan dengan harga satuan, dsb.

 Memperkirakan biaya proyek.

 Mempersiapkan dokumen tender.

B. Tenaga Pendukung

Asisten Tenaga Ahli Struktur

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Membantu Ahli Struktur dalam melakukan kompilasi dan analisa.

 Membantu Ahli Struktur dalam membuat laporan.

Estimator

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Pengumpulan data awal yang berhubungan dengan harga satuan, dsb.

 Memperkirakan biaya proyek.

 Mempersiapkan dokumen tender.

Surveyor

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 94


PT.METAFORMA CONSULTANT

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Membantu Ahli dalam melakukan survey

 Membuat laporan survey

 Membantu tenaga ahli dalam penyusunan laporan

Operator Autocad/Drafter

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Membantu Ahli sesuai dengan bidangya

 Membantu tenaga ahli dalam penyusunan laporan

Operator Komputer

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Membantu Ahli sesuai dengan bidangya

 Membantu tenaga ahli dalam penyusunan laporan

Operator Administrasi

Tugas dan tanggung jawabnya :

 Membantu Ahli sesuai dengan bidangya

 Membantu tenaga ahli dalam penyusunan laporan

3.3.3. JADUAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Seperti diketahui, bahwa keberadaan dan ketepatan penempatan tenaga ahli adalah

sangat menentukan keberhasilan proyek, ini berarti penentuan jadual para Tenaga

Ahli mulai bekerja merupakan hal yang sangat penting, karena ketidaktepatan

waktu bagi para Tenaga Ahli adalah merupakan pemborosan dana dan beresiko

terhadap penyelesaian pekerjaan.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 95


PT.METAFORMA CONSULTANT

Dalam hal keperluan jumlah tenaga personil yang dibutuhkan, khususnya untuk

Tenaga Ahli, secara cermat dan jelas sudah memberikan kebutuhan yang

diperlukan, sedangkan jumlah bulan orang (man month) yang dibutuhkan

tergantung dari hasil analisa teknis yang dilakukan sendiri oleh Konsultan, dan

hasilnya adalah seperti yang digambarkan BAB H Dokumen penawaran ini.

3.3.4.ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Untuk menangani pekerjaan Penyusunan DED Dermaga di Belawan dibutuhkan

organisasi pelaksana pekerjaan yang tepat sesuai dengan lingkup dan keluaran

pekerjaan, sebaran lokasi serta jangka waktu pelaksanaan studi. Struktur organisasi

ini dimaksudkan agar pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih mengarah dan

membentuk mekanisme kerja yang solid dan terpadu antar disiplin ilmu setiap

tenaga ahli. Dengan demikian, wewenang dan tanggung jawab setiap personil yang

terlibat akan lebih jelas dan tidak tumpang tindih. Kondisi ini diharapkan akan

mampu menciptakan kerja yang efektif dan efisien.

3.3.5. FASILITAS PENDUKUNG

Fasilitas Pendukung yang akan di siapkan oleh konsultan untuk Pekerjaan

Penyusunan DED Dermaga di Belawan meliputi sarana kantor, sarana peralatan

kantor, sarana transportasi dan sarana di lapangan.

1. KANTOR DAN TEMPAT KERJA

Pelaksanaan pekerjaan ini akan dipusatkan di Kantor PT. Metaforma Consultans di

Bandung. Sedangkan Base Camp yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan

survey investigasi dipilih lokasi yang mudah dijangkau dari lokasi/lapangan.

2. PERALATAN KANTOR

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 96


PT.METAFORMA CONSULTANT

Penyediaan peralatan kantor dengan sarana sewa atau milik sendiri meliputi

peralatan tansportasi, peralatan kantor dan peralatan komunikasi. Peralatan dipakai

sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang direncanakan dan telah disetujui

oleh pihak pemberi kerja. Peralatan kantor merupakan syarat mutlak sebagai

pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah Milik Sendiri. Namun juga ada

beberapa peralatan yang dipakai dengan status sewa. Selain itu, juga akan dipenuhi

untuk keperluan bahan-bahan habis pakai serta alat-alat kantor lainnya.

3. PERALATAN TRANSPORTASI

Peralatan Tansportasi menggunakan sewa kendaraan roda empat untuk aktivitas di

kantor Konsultan, penggunaan di lapangan di dukung dengan kendaraan roda dua .

Periode penggunaan kendaraan roda empat selama pelaksanaan pekerjaan ini,

sedang kendaraan roda dua dipakai pada kegiatan Survey Lapangan, Inventarisasi

dan Sosialisasi.

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN II- 97


PT.METAFORMA CONSULTANT

Gambar 3.19
Struktur Organisasi Pelaksana

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


Penyusunan DED Dermaga di Belawan

DIREKSI
PT. Metaforma Consultans

TEAM LEADER
AHLI Sipil/Struktur

AHLI STRUKTUR AHLI TEKNIK AHLI TEKNIK AHLI GEODESI


KELAUTAN/HIDRO LINGKUNGAN
OCEANOGRAFI

T E N A G A P E N D U K U N G

S T A F F K A N T O R

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN III - 1


PT.METAFORMA CONSULTANT

PENYUSUNAN DED DERMAGA DI BELAWAN III - 1

Anda mungkin juga menyukai