Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah
Tanggal Pengesahan :
Disahkan Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan tugas Praktikum Jalan ini dengan baik, tanpa terjadi suatu halangan
apapun.
Penyusun.
ii
DAFTAR ISI
iii
a. Perhitungan Data Awal .......................................................................... 28
b. Perhitungan Data Akhir .......................................................................... 31
2.7 Dokumentasi ........................................................................................... 34
2.8 Gambar Alat DCP ................................................................................... 36
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 38
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 38
3.2 Saran ....................................................................................................... 41
BAB IV LAMPIRAN .......................................................................................... 42
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
BAB I
PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
(AASHTO T-245-74)
(ASTM D-1559-62)
1.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal. Ketahanan
(stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban
sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram pound.
Kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal
yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam
mm atau 0,01”.
1.2 TUJUAN
a. Memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada mahasiswa agar
dapat melakukan tes agregat aspal dengan menggunakan alat
marshall test.
b. Memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa agar dapat
mengimplementasikan dalam dunia kerja nantinya.
c. Agar mahasiswa memahami dan menguasai dasar pengetahuan
untuk dapat mengerjakan perencanaan geometrik jalan dan
perkerasan jalan.
1.3 PERALATAN
a. 2 buah cetakan mult, harus disiapkan sesuai dengan AASTHO T –
245 - 78.
b. Extruder.
c. Compaction Pedestal.
d. Compression Machine ( Marshall Test ).
e. Oven.
f. Waterbath.
1
g. Perlengkapan lain :
1. Wajan untuk memanaskan agregat, aspal, dan campuran
aspal.
2. Termometer.
3. Timbangan.
4. Kompor.
5. Sarung asbes dan karet.
6. Sendok pengaduk dan perlengkapan lain.
2
stabil. Kemudian aduklah dengan cepat sampai agregat tercampur
merata.
c. Pemadatan benda uji.
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji beserta bagian muka
penumbuk dengan seksama. Oleskan sedikit oli dan letakkan selembar
kertas yang sudah digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar
cetakan. Kemudian masukkanlah seluruh campuran ke dalam cetakan
dan tusuk-tusuk campuran dengan keras menggunakan spatula yang
dipanaskan. Ratakanlah permukaan campuran dengan menggunakan
sendok semen sehingga bentuknya menjadi sedikit cembung. Letakkan
selembar kertas lagi untuk menutup permukaan agregat dan letakkan
penumbuk di atas cetakan, lalu tumbuk sebanyak 2 x 75 kali. Selama
pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada
alas cetakan. Lepaskan penumbuknya, balik posisi alat cetak yang berisi
benda uji dan pasanglah kembali perlengkapannya. Pada permukaan
benda uji yang sudah dibalik, tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang
sama. Sesudah pemadatan, dinginkan cetakan mult yang berisi agregat
menggunakan kanebo yang telah dibasahi air selama ±1–1,5 jam.
d. Pengukuran benda uji.
Setelah agregat didinginkan, lepaskan agregat dari cetakan mult
menggunakan alat extruder (dongkrak kecil). Berilah tanda pengenal
pada masing – masing benda uji, kemudian ukur tinggi agregat
menggunakan penggaris dari 4 sisi. Timbang agregat dalam keadaan di
udara pada timbangan digital, kemudian catat beratnya. Masukkan
agregat ke dalam ember yang berisikan air. Diamkan selama 1 x 24 jam.
3
1.5 CARA KERJA
a. Ambil benda uji yang sudah direndam dalam air selama 1 x 24 jam,
keringkan dengan kanebo.
b. Timbang dalam air untuk mendapat isi dengan specific gravity (heavy
duty balance), catat beratnya.
c. Ambil agregat, keringkan dengan kanebo kering. Timbang benda uji
dalam kondisi permukaan jenuh atau Satureted Surface Dry (SSD)
menggunakan timbangan digital dan catat beratnya pada modul
praktikum yang telah disediakan.
d. Panaskan waterbath hingga suhu mencapai 60º C. Rendam benda uji di
dalam waterbath selama 30 menit dengan suhu tetap (60 ± 1)ºC.
Keluarkan benda uji benda uji dari bak perendam dan keringkan dengan
kanebo hingga dingin.
Pasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam
mesin penguji. Pasang arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukannya
di atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk –
angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh
terhadap segmen atas kepala penekan (breaking head).
Tekan selubung tangkai arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari
kepala penekan selama pembebanan berlangsung.
e. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda ujinya
dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji.
Aturlah kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. Berikan
pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm per
menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan
menurun seperti yang dicapai. Lepaskan selubung tangkai arloji
kelelehan (sleeve) pada saat pembebanan mencapai maksimum dan catat
nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Waktu yang
diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai
tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
4
Catat hasil penunjukkan jarum pada skala dial stabilitas dan flow yang
terjadi. Lalu lakukan analisa perhitungan.
1.6 PERHITUNGAN
Kadar aspal dilaporkan dalam bilangan desimal satu angka
dibelakang koma. Berat isi dilaporkan dalam ton/m3 dua angka dibelakang
koma. Persen rongga terhadap batuan dilaporkan dalam bilangan bulat.
Persen rongga terhadap campuran dilaporkan dalam bilangan desimal satu
angka dibelakang koma. Persen rongga terisi aspal dilaporkan dalam
bilangan bulat. Stabilitas dilaporkan dalam bilangan bulat. Untuk tiap benda
uji yang diperiksa, laporan harus meliputi keterangan sebagai berikut :
a. Tinggi benda uji percobaan.
b. Beban maksimum dalam pound, kalau perlu dikoreksi.
c. Nilai kelelehan, dalam satuan inchi.
d. Suhu pencampuran.
e. Suhu pemadatan.
f. Suhu percobaan.
Pada Praktikum Jalan tersebut, dilaksanakan pembuatan sampel
sebanyak 2 buah dengan proporsi material yang sama yang menggunakan
bahan ikat Asphalt AC Pen 60/70 sebesar 4,5%. Pada Praktikum tersebut,
dibuat proporsi material yang memiliki berat material penyusun sampel
sebelum diikat dengan aspal seberat 1.200gram yang terdiri dari 828 gram
material agregat kasar (Coarse aggregate), 324 agregat halus (Fine
aggregate), 48 gram material filler (abu batu) dan bahan ikat asphalt AC Pen
60/70 sebesar 56,5 gram dengan kadar 4,5% dari data 2 buah sampel benda
uji yang dibuat tersebut, diperoleh data fisik dari sampel yang sudah dicampur
dengan bahan ikat dan terpadatkan dengan menggunakan alat penumbuk
sebagai berikut :
5
Keterangan :
B
A
C
6
Dari gambar 1.2 dapat dilihat, sampel 1 memiliki berat jenis sebesar
1085 gram dan sampel 2 memiliki berat jenis 1040 gram. Pembahasan
selanjutnya, akan dijelaskan perhitungan hasil percobaan pada masing-
masing sampel dengan urutan perhitungan sebagai berikut :
a. Menentukan berat masing – masing sampel, dengan melakukan
penimbangan sampel pada kondisi berat sampel di udara, kondisi
berat sampel SSD, dan kondisi berat sampel dalam air.
b. Menentukan volume masing- masing sampel, dengan persamaan :
volume sampel = berat sampel SSD – berat sampel dalam air (dalam
gram).
c. Menentukan nilai berat isi campuran agregat, dengan
menggunakan persamaan :
berat sampel di
Berat isi sampel = (dalam gram/cm3)
udara
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
d. Menentukan besaran nilai VIM atau prosentase rongga dalam
campuran material sampel tersebut, yang dapat dihitung dengan
persamaan :
7
besaran nilai hasil bagi marshall yang dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
𝑆𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡
MQ =
𝐹𝑙𝑜𝑤
g. Menentukan besaran nilai Absorbtion Bitument atau Penyerapan
Aspal tersebut, yang dapat dihitung dengan persamaan :
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐵𝑖𝑡𝑢𝑚𝑒𝑛𝑡
berat jenis aspal (100−kadar aspal)
= 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 +
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑏𝑢𝑙𝑘
100 x berat jenis aspal
−
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
h. Menentukan besaran nilai VMA atau prosentase ringan diantara
campuran material sampel tersebut, yang dapat dihitung dengan
persamaan :
(100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙)
VMA = 100 –
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑏𝑢𝑙𝑘
i. Menentukan besaran nilai VFB atau prosentase rongga terisi aspal
pada material sampel tersebut, yang dapat dihitung dengan
persamaan :
100𝑥 (𝑉𝑀𝐴−𝑉𝐼𝑀)
VFB =
𝑉𝑀𝐴
Dari penjelasan di atas merupakan tahapan – tahapan
perhitungan yang harus dilaksanakan dalam pengujian material
sampel campuran aspal dengan menggunakan metode penngujian
marshall test. Selanjutnya akan dilaksanakan perhitungan pada
sampel pengujian 1 pada pembahasan perhitungan berikut ini :
8
Perhitungan Pada Sampel 1 dan 2
Berat Tingg
Sampel i Rata-
Sampe rata
l H
(gram) A B C D(cm (cm)
(cm) (cm) (cm) )
1 1165 6,5 6,5 6,8 6,7 6,625
Berat
Ber Bera
Jenis
Kada Berat Berat Isi
at t Berat Sampel
Nam Campur
r Conto (kepadata
a Jeni Jenis
an
/ Aspa h n)
s Efekt
Agregat
Kod l
Bul if
e Aspa
k l
Bend A B C D E F G H I
a Di Dala
LA LA LA LAB m SSD g-f e/h
Uji B B B udar
a Air
% gra gram gram cm3 gram/c
m m3
1 4,5 2,53 2,59 2,43 1150 637 116 528 2,178
5
2 4,5 2,53 2,59 2,43 1045 559 1060 501 2,086
➢ Sampel 1
(2,430−2,178) × 100
VIM =
2,43
VM = 10,370 %
10
➢ Sampel 2
(2,430−2,086) × 100
VIM =
2,43
VIM = 14,156 %
➢ Sampel 2
(100−4,5)
VMA = 100 –
2,53
VMA = 62,253 %
➢ Sampel 2
100𝑥(62,253−14,156)
VFB =
62,253
VFB = 96,649%
11
e. Menentukan nilai Stabilitas Disesuaikan (Stability Adjust)
S = Stability Meas × 0,4 × 30,545
➢ Sampel 1
S = 230× 0,4 × 30,545
= 2810,14
➢ Sampel 2
S = 148 × 0,4 × 30,545
= 1808,264
➢ Sampel 2
1,03 (100−4,5) 100 × 1,03
P = 4,5 + −
2,53 2,43
P = 0,993
12
➢ Sampel 2
H rata-rata = 6,025 cm = 60,25 mm
= 58,7 = 1,14
Tabel Korelasi
= 60,3 = 1,09
60,25− 58,7
Fx.1 = 1,14 + 𝑥 (1,09 − 1,14)
60,3 – 58,7
= 1,0915
➢ Sampel 2
1808,264
MQ =
5,2
MQ = 347,74 kg/mm
13
Dari data – data perhitungan pengujian pada sampel pengujian 1 & 2 didapat hasil
perhitungan sebagai berikut :
Tabel 1.4. Hasil Perhitungan Sampel 1 dan 2
Berat
Ber Ber Berat
Kad Bera
Jenis
at at Berat Sampel Isi
ar t
Nam Campur
Jen Jenis (kepada
Asp Cont
a/ an
is Efek tan
al oh
Kode Agregat
Bul tif )
Bend Aspal
k
a Uji A B C D E F G H I
Dala
Di
LA LA LA LA m SS g-f e/h
B B B B uda Ai D
ra r
Stability %
% Hasil
Rong %
Rongga Arlo Disesua Bagi Penyera
Flow ga Rongga
Dalam ji ika n Mars pan
Diant Terisi
Material (mea (adjust) hal l Aspal
ara Aspal
(VIM) s) Mater (VFB)
ial
(VMA)
J K L M N O P Q
a+X(100- 100-
(d-i) * LA LAB LA L/M 100*(p-
100/d B B a)/b- (100- j)/p
100*X/d a)/b
% Stri
p
10,370 230 2810,1 5,7 488,7 0,993 62,253 83,342
40 5 2
14
14,156 148 1808,2 5,2 347,7 0,993 62,253 96,649
46 4
15
16
Tabel 1.5 Rasio Korelasi Stabilitas
(The Asphlat Institude, 1974)
17
536-546 2 5/8 66,7 0.93
547-559 2 11/16 68,3 0.89
560-573 2¾ 69,9 0.86
574-585 2 13/16 71.4 0.83
586-598 2 7/8 73.0 0.81
599-610 2 15/16 74.6 0.78
611-625 3 76.2 0.76
Notes :
1. The measured stability of specimen multiplied by ratio for the
thickness of the specimen equals the corrected stability for 21/2 in
(63,5 mm) specimen.
2. Volume thicness relationship in based on a specimen daimeter of 4
in (101,6 mm).
1.7 CATATAN
Untuk benda uji yang tebalnya sebesar 5 inchi , koreksilah bebannya
dengan mempergunakan faktor pengali. Umumnya, benda uji harus
didinginkan seperti yang ditentukan di atas. Bila perlu pendinginan yang
lebih cepat dapat menggunakan kipas angin.
18
1.8 GAMBAR ALAT
10
11
12
13
13
Keterangan Gambar :
1. Palang Atas 11. Saklar Stop
2. Mur Penjepit Palang 12. Saklar Down
3. Proving Ring 13. Kaki Mesin
4. Dial Flow 14. Steker
5. Dial Stability
6. Baut Pengunci
7. Stability Mold
8. Benda Uji
9. Plat Penekan
10. Saklar Up
19
Gambar 1.4 Compaction Pedestal and Extruder
20
1. Clamp plate 1. Tutup Waterbath
1 2. Round clamp road 2. Chamber/ Bejana
3. Sieve stack 3. Knop Display
2 4. LCD display
5. Switch ON/OFF
3
1
4
2
5
1. LCD display
2. Pengunci
3. Chamber/ Bejana
21
1
1. Tungku
2. Knop
3. Tumpuan
22
1.9 DOKUMENTASI
23
Proses penimbangan agregat Proses Pemadatan Benda Uji
untuk benda uji
Marshall test
Proses pemasukan benda uji ke
dalam waterbath
24
Proses pemasukan benda uji Penimbangan benda uji
menggunakan timbangan
digital
25
LAMPIRAN PERCOBAAN UJI MARSHALL
26
27
BAB II
PROSEDUR LAPANGAN UNTUK PENGGUNAAN SCALA
DYNAMIC CONE PENETROMETER (SCALA DCP)
2.1 PERALATAN
a. Standard Dynamic Cone Penetrometer, sebagaimana diperlihatkan
pada gambar bengkel (workshop drawing) yang dilampirkan, terdiri
dari :
9,07 kg (20 lb) pemberat yang berada pada sebuah tiang yang bergaris
tengah 16 mm (5/8 inch) dengan memukul suatu landasan.
b. Besi baja (bulat) yang bergaris tengah 16 mm (5/8 inch) dengan ujung
baja yang keras seluas 1,61 cm2 (1/2 sq.in) dengan sudut 30o.
c. Meteran bangunan yang dapat diperpanjang dan mempunyai alat
pengunci yang positif.
25
2.2 PROSEDUR
a. Satu orang menjalankan penetrometer, dan satu orang lagi dengan
meteran bangunan, mengukur dan mencatat jumlah penetrasi setiap
pukulan.
b. Palu dipergunakan untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis
tengahnya yang paling lebar masuk ke dalam permukaan tanah. Posisi
ini adalah posisi datum untuk pengujian dan meterannya bersebelahan
dengan dasar dari baut landasan.
c. Ujung meteran disingkirkan ke samping tanpa mengubah posisi badan
meteran di tanah dan pengujian penetrasi dapat dimulai.
d. Penetrometer tersebut ditanamkan dengan palu. Apabila material yang
diuji sangat keras, serangkaian pukulan ( 5 atau 15 kali ) harus
diberikan diantara setiap pembacaan penetrasi. Untuk material yang
lebih lunak, pembacaan diambil setelah masing-masing pukulan.
e. Dengan menggunakan meteran bangunan, catat dalamnya ujung
kerucut di bawah permukaan tanah dalam sentimeter.
f. Penetrometer tersebut dikeluarkan ke atas dengan palu “stopnut”.
26
(SPR), setiap pengukuran adalah dari pengukuran yang lain (bertolak
belakang).
SPP = 1/SPR atau SPR = 1/SPP
Karena SPR adalah ukuran kekuatan tanah, ia adalah angka yang
digunakan ketika membandingkan hasil dengan ukuran kekuatan tanah
lainnya seperti CBR atau UCS. Tetapi, selama pengujian, lebih mudah,
dan lebih teliti unuk mengukur penetrasi dari setiap pukulan
(cm/pukulan) daripada menghitung jumlah pukulan untuk penetrasi
tertentu (pukulan/cm), dan oleh sebab itu kalau SPP digambar
langsung, ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan
kalkulasi daripada SPR.
27
2.6 PERHITUNGAN
a. Perhitungan Data Awal
Tabel 2.1 Data Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Awal
Pembacaan
Banyak Kumulati Penetras DCP CBR
skab
Tumbuka f i (mm) (mm/Tumbuka (%)
(mm) n)
n Tumbuka
n
Lihat di
grafik
0 0 0 0 Hubungan
DCP dg
380/15 = 25,3
CBR
5 5 160 160
5 15 380 238
300 302
Penetrasi (mm)
250
200
150 160
100
50
0
5 10 15
Kumulatif Tumbukan
28
Grafik 2.2 Hubungan DCP Dan CBR Awal
Perhitungan :
Sumbu X =
Interval 10-100 = 90 mm
Jarak 10-100 = 7,6 cm
= 76 mm
Interval 10-100 : Jarak 10-100 = 90 : 76
= 1,18 mm
DCP = 25,3 mm
DCP : ( Interval 10 – 100 : Jarak 10 - 100) = 25,3 : 1,18
= 21,4 mm
= 2,14 cm
Sumbu Y =
Interval 1 – 10 = 9 mm
Jarak 1 – 10 = 3,8 cm
= 38 mm
Interval 1 – 10 : Jarak 1 – 10 = 9 : 38
= 0,24 mm
Jarak 1 – X = 1,8 cm
= 18 mm
(Jarak 1 – X) x (Interval : Jarak 10 – 100) = 18 x 0,24
= 4,32 + 1
CBR = 5,32 %
30
b. Perhitungan Data Akhir
Tabel 2.2 Data Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Akhir
Pembacaa
Banyak Kumulati Penetras n DCP CBR
Tumbuka f i (mm) skab (mm/Tumbuka (%)
n)
n Tumbuka (mm)
n
Lihat di
grafik
0 0 0 0 Hubungan
DCP dg
888/15 = 59,2
CBR
5 5 405 405
5 15 888 618
31
Grafik DCP Awal
1000
900 888
800
700
675
Penetrasi (mm)
600
500
400 405
300
200
100
0
5 10 15
Kumulatif Tumbukan
32
Grafik 2.4 Hubungan DCP Dan CBR Akhir
Perhitungan :
Sumbu X =
Interval 10-100 = 90
Jarak 10-100 = 7,6 cm
= 76 mm
Interval 10-100 : Jarak 10-100 = 90: 76
= 1,18 mm
DCP = 59,2 mm
DCP : ( Interval 10 – 100 : Jarak 10 - 100) = 59,2 : 1,18
= 50,2 mm
= 5,02 cm
Sumbu Y =
Interval 1 – 10 = 9 cm
Jarak 1 – 10 = 3,8 cm
= 38 mm
Interval 1 – 10 : Jarak 1 – 10 = 9 : 38
= 0,24 mm
Jarak 1 – X = 1,9 cm
= 19 mm
(Jarak 1 – X) x (Interval : Jarak 1 – 10) = 19 x 0,24
= 4,56 + 1
CBR = 5,56 %
33
2.7 DOKUMENTASI
34
3. Penumbukan 2 titik awal
35
2.8 GAMBAR ALAT DCP
36
LAMPIRAN PERCOBAAN UjI DAYA DUKUNG TANAH DENGANALAT
PENETROMETER
37
BAB III
3.1. KESIMPULAN
a. Dari pelaksanaan Praktikum Jalan diperoleh hasil percobaan sebagai
berikut :
38
Sampel 1 dan 2 nilai kelelehan
Sampel 1 = 5,7 mm
plastisnya sudah memenuhi
Flow Min. 3,0
Sampel 2 = 4,5 mm
spesifikasi yaitu melebihi
batas minimal Flow 3,0.
Hasil bagi Marshall benda uji
pada sampel 1 belum
Sampel 1 = 210,064 memenuhi syarat karena
MQ Min. 250 kg/mm
memiliki nilai kurang dari
Sampel 2 = 401,82 kg/mm
250. Sedangkan, sampel 2
sudah memenuhi standart
minimal 250.
39
c. Penggunaan Scala Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Akhir
1) Dari hasil uji praktek, alat DCP dapat menginterpretasikan
kedalaman lapisan perkerasan dan nilai daya dukung CBR yang
diukur, serta menguji kesesuaian tebal lapis perkerasan yang
diukur dengan uji tes praktek.
2) Dari hasil uji praktek, dengan menggunakan alat DCP dilakukan 3
kali percobaan dengan sekali percobaan sebanyak 5 kali tumbukan,
dengan komulatif tumbukan 5, 10, dan 15, mendapatkan nilai
penetrasi sebesar 117 mm, 228 mm, dan 256 mm
3) Dari hasil uji terlihat bahwa DCP dapat mengidentifikasi sampai
kedalaman yang diperlukan atau maksimum 256 mm (15
tumbukan), dengan tebal setiap lapisan sesuai dengan nilai CBR
20,5 %.
Classification System
CBR General Uses
Rating Unified AASHTO
40
5) Dari hasil uji praktek penggunaan Scala Dynamic Cone
Penetrometer (DCP) akhir didapat 20,5% nilai CBR maka dapat
diketahui klasifikasi tanah berdasarkan tabel diatas.
3.2 SARAN
a. Sebelum melakukan praktikum, baca dan pahami langkah kerjanya
terlebih dahulu agar waktu yang ada menjadi lebih efektif.
b. Semua anggota kelompok yang terlibat sebaiknya lebih fokus untuk
memperhatikan bagaimana tata cara dalam prosedur praktikum yang
baik.
c. Koordinasi antar anggota harus ditambah saat pelaksanaan
praktikum, agar tidak ada kesalahan dalam praktikum.
d. Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya dilakukan dengan
manajemen kelompok yang lebih baik guna memperlancar jalannya
parktikum pada setiap kelompok
41
BAB IV
LAMPIRAN
42
Surat Edaran Menteri Pekerjaan UmumNo. 04/SE/M/2010
tentang
Pemberlakukan Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone
Penetrometer (DCP)
K E M E NT E RI A N P E KE RJ A A N UMUM
Jakarta, 25 Februari 2010
SURAT EDARAN
Nomor : 04/SE/M/2010
I. UMUM
Surat Edaran ini diterbitkan untuk menjadi acuan bagi perencana, pelaksana, dan
pengawas dalam melakukan evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi
jalan dengan prosedur yang cepat.
Pemberlakuan Surat Edaran ini bagi Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum untuk digunakan sebagaimana mestinya,
sedangkan bagi Gubernur dan Bupati / Walikota di seluruh Indonesia agar dapat
digunakan sebagai acuan sesuai kebutuhan.
1
b. Tata cara penulisan dalam lampiran Surat Edaran Menteri ini sesuai
ketentuan Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8 Tahun 2007.
2
c. Peralatan utama yang digunakan dalam evaluasi kekuatan tanah dasar
dan lapis fondasi jalan adalah alat DCP. Selain itu diperlukan pula alat
bantu, antara lain seperti cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu,
core drill dan lain-lain.
d. Dalam pelaksanaan pengujian CBR dengan DCP, diperlukan 3 (tiga)
orang teknisi.
e. Pelaksanaan pengujian dimulai dengan persiapan alat dan lokasi
pengujian, kemudian dilakukan pengujian dengan DCP dan penentuan nilai
CBR.
Pedoman cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dimuat
secara lengkap dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Surat Edaran Menteri ini
3
LAMPIRAN
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 04/SE/M/2010
TANGGAL: 25 Februari 2010
i
Prakata
Pedoman Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ini disusun
untuk dijadikan acuan bagi perencana, pelaksana, dan pengawas dalam
melakukan evaluasi kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan dengan prosedur
yang cepat.
Pedoman ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknis
Rekayasa Jalan dan Jembatan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor
8 Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 8 Juli 2008 di Bandung
yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.
ii
Pendahuluan
Cara uji ini merupakan suatu prosedur yang cepat untuk melaksanakan evaluasi
kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic Cone
Penetrometer, (DCP). Cara uji ini juga merupakan cara alternatif jika pengujian CBR
lapangan tidak bisa dilakukan.
Pengujian tersebut memberikan kekuatan lapisan bahan sampai kedalaman 90 cm di
bawah permukaan yang ada dengan tidak melakukan penggalian sampai kedalaman
pada pembacaan yang diinginkan.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi
dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan fondasi karena
pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus,
pembacaan penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai
CBR.
Pedoman ini mencakup ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi,
peralatan, cara pengujian dan cara perhitungan untuk menentukan nilai CBR.
iii
Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan cara uji kekuatan atau daya dukung (CBR) di lapangan
secara cepat dengan menggunakan alat penetrometer konus dinamis (Dynamic
Cone Penetrometer, DCP). Peralatan dan prosedur yang diuraikan dibatasi untuk
pengujian tanah dasar dan atau lapis fondasi jalan dengan ukuran butir maksimum 4
cm.
Istilah dan definisi yang digunakan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut:
2.1
California Bearing Ratio (CBR)
rasio beban penetrasi suatu bahan dengan piston standar yang mempunyai luas
1935 mm (3 inci persegi) terhadap beban standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi 1,27 mm/menit (0,05 inci per menit)
2.2
konus
logam terbuat dari baja keras, yang bagian ujungnya berbentuk kerucut dengan
sudut 30° untuk bahan granular. Untuk hal-hal khusus seperti tanah berbutir halus
digunakan kerucut dengan sudut 60°, penggunaan sudut konus akan
menentukan pula rumus atau grafik hubungan nilai DCP dan CBR yang harus
digunakan untuk menentukan nilai CBR (gambar pada Lampiran A)
2.3
lubang uji (test pits)
pengujian dengan membuat lubang uji yang umumnya berukuran 60 cm x 60 cm
untuk mengetahui jenis lapisan perkerasan sampai kedalaman tertentu atau tanah
dasar
Alat penetrometer konus dinamis (DCP) terdiri dari tiga bagian utama yang satu
sama lain harus disambung sehingga cukup kaku, seperti telihat pada Lampiran A
a) Pemegang;
1 dari 12
b) Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-jatuh setinggi 575 mm;
c) Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.
2 dari 12
3.1.2 Bagian tengah
Peralatan bantu adalah cangkul, sekop, blincong, pahat, linggis, palu, core drill, dan
untuk pengujian pada lapisan perkerasan beraspal, alat ukur yang digunakan
panjang/pita ukur yang bisa dikunci, kunci pas, formulir lapangan dan alat tulis.
3.3 Personil
3 dari 12
5 Cara pengujian
a) Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;
b) Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar yang
rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur
kedalaman;
c) Mencatat jumlah tumbukan;
1) Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga
menyentuh batas pegangan;
2) Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan;
3) Lakukan langkah-langkah pada 6.c).1) dan 6.c).2) di atas, catat jumlah
tumbukan dan kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
(a) untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan
yang tidak keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk
setiap 1 tumbukan atau 2 tumbukan;
(b) untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras,
maka harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 tumbukan
sampai dengan 10 tumbukan.
4) Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm/3
tumbukan. Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik
tersebut sampai mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
d) Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20 cm dari
titik uji satu ke titik uji lainnya. Langkah-langkah setelah pengujian;
1) Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas;
2) Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas sehingga
menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan
tanah;
3) Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan alat
dari kotoran dan simpan pada tempatnya;
4) Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.
5 dari 12
f) Hitung kecepatan rata-rata penetrasi (DCP, mm/tumbukan atau cm/tumbukan)
untuk lapisan yang relatif seragam;
Nilai DCP diperoleh dari selisih penetrasi dibagi dengan selisih tumbukan.
g) Gunakan gambar grafik atau hitungan formula hubungan nilai DCP dengan CBR
dengan cara menarik nilai kecepatan penetrasi pada sumbu horizontal ke atas
sehingga memotong garis tebal untuk sudut konus 60° atau garis putus-putus
untuk sudut konus 30°;
h) Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah kiri sehingga nilai CBR dapat diketahui.
6 dari 12
Lampiran A
(normatif)
Gambar-gambar alat penetrometer konus dinamis (DCP)
7 dari 12
Pegangan
Pegangan
Ulir
masuk ke
3,5 cm pegangan
Penumbuk
H
(57,5+ H) cm
(57.5+H) cm Batang
Sekunder Baja
keras φ 16 mm
Landasan 3,5 cm
Ulir untuk Landasan
Batang Utama
6,5 cm
3,5 cm Ulir untuk
Landasan
3,.5 Batang Utama
Konus cm baja
Keras φ 16
mm, dengan
100 skala baca
cm dalam mm
1,5
cm
1,0
cm
11,5 1,2 cm
cm
H cm 1,6 cm
8,5
0,7 cm
cm
8 dari 12
Ukuran
seperti KONUS
PAL ditentukan
U agar
mendapatk
5 an berat
C Palu 8 Kg
M
10 CM
9 dari 12
Lampiran B
(normatif)
Formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP)
Proyek : Dikerjakan :
Lokasi : Dihitung :
Km/Sta : Tanggal :
Ukuran : 300 / 600
Konus
10 dari
12
Diperiksa oleh Dikerjakan oleh
penyelia, Tanggal : . . . . . . . . . . teknisi, Tanggal : . . . . . . . . . . . .
.... .
(....................... (........................)
.)
11 dari
12
Lampiran C
(normatif)
Formulir hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi
Proyek : Dikerjakan :
Lokasi : Dihitung :
Km/Sta : Tanggal :
Ukuran : 300 / 600
Konus
300
400
500
600
700
800
900
1000
Diperiksa oleh .)
penyelia, Tanggal : . . . . . . . . . .
....
(.......................
12 dari
12
Dikerjakan
oleh teknisi, Tanggal : . .
...........
(.......................
.)
13 dari
12
Lampiran D
(normatif)
Hubungan nilai DCP dengan CBR
1000 1000
100 100
DCP Konus 30O
Log10 (CBR) = 1.352 - 1.125 Log10(cm/tumbukan)
CBR (persen)
10 10
1 1
. 1 10
0
0 1 10 100
DCP (mm/tumbukan)
14 dari
12
Lampiran E
(informatif)
Contoh isian formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP)
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jalan AH. Nasution 264, Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251-3, Fax (022) 7802726 – Bandung 40294, e-mail : pusjal@melsa.net.id
( Yani ) ( Ngadiman )
16 dari 12
Lampiran F
(informatif)
Contoh isian hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jalan AH. Nasution 264, Kotak Pos 2 Ujungberung, Telp. (022) 7802251-3, Fax (022) 7802726 – Bandung 40294, e-mail : pusjal@melsa.net.id
Komulatif Tumbukan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0
-100
-200
Komulatif Penetrasi (mm)
-300
-400
-500
-600
-700
-800
-900
-1000
17 dari 12
Diperiksa oleh Penyelia : Dikerjakan oleh Teknisi :
( Yani ) ( Ngadiman )
18 dari 12
Bibliografi
19 dari 12
SE Menteri PUPR
Nomor : 14/SE/M/2019
Pd 05 - 2019
Tanggal : 11 September 2018- B
PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
6 dari 35
CATATAN: 1) 95/90 menunjukkan bahwa 95% slag dan agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% slag dan agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah dua atau lebih.
c. Sifat fraksi slag dan agregat halus
1) fraksi slag dan agregat halus (bila diperlukan) untuk rancangan campuran
adalah yang lolos ayakan No.4 (4,75mm)
7 dari 35
2) fraksi slag halus berupa penyaringan slag hasil pecah mesin, sedangkan
agregat halus dapar berupa batu pecah atau pasir alam dengan penggunaannya
maksimum sebanyak15% terhadap berat total campuran
3) fraksi slag dan agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagaimana
disajikan pada Tabel 2.
d. Bahan pengisi
1) bila diperlukan, penambahan bahan pengisi maksimum 2% dari berat total
campuran beraspal;
2) bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136-2012
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (0,075 mm) tidak kurang
dari 75% terhadap beratnya;
3) bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas semen atau abu terbang.
e. Gradasi campuran
Persyaratan gradasi campuran beraspal panas bergadasi menerus menggunakan
slag untuk setiap jenis campuran ditunjukkan dalam Tabel 3. Gradasi setiap jenis
campuran tersebut harus termasuk agregat (bila digunakan).
9 dari 35
4.1.3 Aspal
Persyaratan
No. Jenis Pengujian Meode uji Tipe I Tipe II B Aspal
Aspal Modifikasi
Pen. 60- Elastomer
70 Sintetis
1 Penetrasi pada 25°C (0,1 mm) SNI 2456:2011 60--70 Min. 40
2 Viskositas Dinamis 60°C (Pa.s) SNl 06-6441- 160--240 320--480
2000
3 Viskositas Kinematis 135°C (cSt) ASTM D2170-10 ≥ 300 ≤ 3000
4 Titik Lembek (°C) SNI 2434:2011 ≥ 48 ≥ 54
5 Daktilitas pada 25°C, (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100
6 Titik Nyala (0 °C) SNl 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232
7 Kelarutan dalam SNI 2438:2015 ≥ 99 ≥ 99
Trichloroethylene (%)
8 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0
Stabilitas Penyimpanan :
9 ASTM D5976 part - ≤ 2,2
Perbedaan Titik Lembek (0C) 6.1
Pengujian Residu hasil TFOT (SNl-06-2440-1991) atau RTFOT(SNI-03-6835-
2002) :
1 Berat yang Hilang (%) SNI2441-2011 ≤ 0,8 ≤ 0,8
0
1 Viskositas Dinamis 60°C (Pa.s) SNl 03-6441- ≤ 800 ≤ 1600
1 2000
1 Penetrasi pada 25°C (%) SNI 2456:2011 ≥ ≥ 54
2 54
1 Daktilitas pada 25°C (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 -
3
1 Keelastisan setelah AASHTO T 301 - ≥ 60
4 Pengembalian (%) -13
11 dari 35
Tabel 6- Kompatibilitas bahan anti pengelupasan dengan aspal
4.1.5 Campuran
Setiap jenis campuran laston (AC) menggunakan slag dengan aspal Pen 60-70,
masing-masing disebut sebagai Lapis Aus (AC-WC), Lapis Antara (AC-BC), dan Lapis
Fondasi (AC-Base), sedangkan yang menggunakan aspal Elastomer Sintetis (Aspal
Polimer), disebut Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod), Lapis Antara Modifikasi (AC-BC
Mod), dan Lapis Fondasi Modifikasi (AC-Base Mod).
Sifat-sifat campuran laston dan laston modifikasi, harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan berturut-turut pada Tabel 7 untuk campuran laston, dan pada Tabel 8 untuk
campuran laston modifikasi.
Laston
(AC)
Sifat-sifat campuran Meode uji Lapis
Lapis Lapis
Aus Antara Fondasi
(AC- (AC-BC) (AC- Base)
WC)
Jumlah tumbukan per bidang ASTM D6926- 75 112 (1)
10
Rongga dalam campuran (VIM), AASHTO 3,0--5,0
% M323
Rongga dalam mineral agregat AASHTO Min. 15 Min. 14 Min. 13
(VMA), M323
%
Rongga terisi aspal (VFB), % AASHTO Min. 65 Min. 65
M323
12 dari 35
Stabilitas marshall, kg ASTM D6927- Min. Min. 1800
06 800 (1)
dan
Pelelehan, mm 2--4 3,0(1)--
ASTM D5581-
07a 6,0(1)
Stabilitas Marshall Sisa setelah ASTM D6927-
perendaman selama 24 jam, 60 06 Min. 90
°C, % dan
ASTM D5581-
07a
Rongga dalam campuran pada BS 598 Part Min. 2
kepadatan membal (refusal) (2), 104
%
13 dari 35
Tabel 8 - Persyaratan sifat-sifat campuran laston modifikasi menggunakan
slag
Laston (AC) Modifikasi
Lapis Lapis Lapis
Sifat-sifat campuran Meode uji Aus
Modifikas Antara Fondasi
i Modifikas Modifikasi
(AC-WC
Mod) i (AC-Base
(AC-BC Mod)
Mod)
Jumlah tumbukan per bidang ASTM 75 112 (1)
D6926-10
Rongga dalam campuran AASHTO 3,0--5,0
(VIM), % M323
Rongga dalam mineral agregat AASHTO Min. 15 Min. 14 Min. 13
(VMA), % M323
Rongga terisi aspal (VFB), % AASHTO Min. 65 Min. 65
M323
Stabilitas marshall, kg ASTM Min. Min. 2250
1000 (1)
D6927-06
Pelelehan, mm dan 2--4 3,0(1)--
ASTM
D5581-07a 6,0(1)
Stabilitas Marshall Sisa ASTM Min. 90
setelah perendaman selama D6927-06
24 jam, 60 °C, % dan
ASTM
D5581-07a
Rongga dalam campuran pada BS 598 Part Min. 2
kepadatan membal (refusal) (2),
% 104
Stabilitas Dinamis, Lintasan / JRA-1980 Min.
mm(3) 2500
CATATAN:
(1) Modifikasi Marshall sesuai ASTM D 5581-07a (diameter benda uji 15 cm)
(2) Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), disarankan menggunakan
penumbuk bergetar (vibratory hammer) agar pecahnya butiran agregat dalam
campuran dapat dihindari.
(3) Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) harus dilakukan pada temperatur 60 oC
dengan beban kontak (6,4 + 0,15) kg/cm2 dengan kecepatan 21 siklus per menit.
Prosedur pengujian harus mengikuti Manual untuk Rancangan dan Pelaksanaan
Perkerasan Aspal, JRA Japan Road Association (1980).
Alat utama yang digunakan untuk perancangan campuran dengan metode Marshall
terdiri atas peralatan untuk penyiapan benda uji serta peralatan untuk pengujian stabilitas
dan pelelehan.
Secara lebih lengkap, peralatan yang diperlukan untuk penyiapan benda uji terdiri atas:
a. Nampan logam dengan dasar rata, untuk memanaskan agregat.
14 dari 35
b. Mangkuk kapasitas sekitar 4 liter, untuk mencampur/mengaduk aspal, dan agregat.
c. Oven dan plafon panas(hot plate), untuk memanaskan agregat, slag, aspal, dan
peralatan.
d. Sendok tanah.
e. Wadah aspal, untuk pemanasan.
f. Termometer logam dan termometer gelas, untuk mengukur temperatur temperatur
agregat, slag, aspal, dan campuran.
g. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gr, untuk menimbang agregatdan aspal.
h. Timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gr, untuk menimbang benda uji.
i. Spatula besar.
j. Pengaduk mekanis.
k. Pedestal pemadatan yang terdiri atas balok kayu 200 mm x 200 mm x 460 mm
dengan tutup baja 305 mm x 305 mm x 25 mm. Balok kayu harus mempunyai berat
sekitar 670 – 770 kg/m3dan terikat kuat pada pelat beton.
l. Cetakan (mold) yang mempunyai diameter bagian dalam 101,6 mm (4,00 in) dan
dilengkapi dengan pelat dasar dan leher (collar) .
m. Penumbuk (compaction hammer).
n. Pemegang cetakan (mold holder).
o. Pengeluar benda uji (steel specimen extractor).
p. Sarung tangan.
q. Spidol atau kapur tulis, untuk memberi tanda pada benda uji.
r. Kertas saring.
15 dari 35
4.4 Ketentuan pengendalian mutu
Tebal padat setiap lapisan perkerasan beraspal hasil penghamparan harus sama atau
lebih besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam gambar dengan tebal nominal
minimum sesuai yang dipersyaratkan pada Tabel 11. Adapun toleransi tebal untuk
setiap lapisan campuran beraspal adalah:
• Laston slag sebagai lapis aus, toleransi tebalnya ± 3,0 mm
• Laston slag sebagai lapis antara, toleransi tebalnya ± 4,0 mm
• Laston slag sebagai lapis fondasi, toleransi tebalnya ± 5,0 mm
17 dari 35
4.4.3 Ketentuan komposisi campuran
Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan rancangan
campuran kerja, dalam batas rentang toleransi yang ditetapkan dalam Tabel 12 di
bawah ini.
18 dari 35
Tabel 12 - Toleransi komposisi campuran
a. Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji untuk
pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan
pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus sesuai dengan ASTM
D6927-06 untuk ukuran butir maksimum 25mm atau ASTM D5581-07a untuk ukuran
maksimum 50 mm.
b. Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per penampang
melintang per lajur dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih dari 100m.
c. Tingkat kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan di
lapangan minimum sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 13.
Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam
serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur, lebih
besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus dibuang dan diambil serangkaian
benda uji inti baru.
Perbedaan kerataan permukaan laston slag lapisan aus (AC-WC) yang telah selesai
19 dari 35
dikerjakan,harus memenuhi ketentuan berikut ini:
a. Kerataan melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat di atas
permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis aus dan lapis antara atau
10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap dua titik pada setiap penampang
melintang tidak boleh melampaui 5mm dari elevasi yang dihitung dari penampang
melintang yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
b. Kerataan memanjang
Setiap kerataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer tidak boleh melampaui 5
mm.
c. Kerataan permukaan
Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera setelah
pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan menggunakan alat ukur
kerataan NAASRA- Meter sesuai SNI 03-3426-1994, dengan International
Roughness Index (lRI) maksimum 3 m/km setiap interval 100 m.
20 dari 35
5.1 Jenis campuran laston
Sebelum perancangan campuran dilakukan, tentukan terlebih dahulu jenis laston; lapis
aus atau lapis antara atau laston lapis fondasi yang akan dirancang dan jenis aspal
keras yang akan digunakannya.
Setelah gradasi slag campuran diperoleh sesuai dengan jenis campuran yang akan
dirancang, maka harus dilakukan pengujian pengembangan sesuai dengan ASTM
D4792/D4792M-13:2013. Bila campuran laston yang seluruhnya menggunakan slag
memiliki nilai pengembangannya di atas 0,5% maka diperlukan penambahan agregat
kasar atau agregat halus harus dilakukan (liat Butir 4.1.2).
Untuk pembuatan rancangan campuran rencana (RCR), slag dan agregat (bila
diperlukan) diambil dari bin panas. Selanjutnya, tentukan komposisi masing-masing
fraksi slag dan agregat serta bahan pengisi (bila diperlukan) sesuai gradasi jenis
campuran yang akan dirancang. Pembuatan benda uji dilakukan dengan menggunakan
Metode pengujian Marshall sesuai ASTMD6927-06 atau ASTM D5581-07a. Perhitungan
volumetrik campuran dapat dilakukan sesuai AASHTO M 323.
Perhitungan perkiraan kadar aspal rancangan, yaitu salah satu rumus untuk menghitung
perkiraan kadar aspal rancangan adalah:
Keterangan:
P adalah perkiraan kadar aspal dalam campuran (% berat
20 dari 35
campuran). a adalah persentase agregat yang tertahan
saringan 2,36 mm (No. 8).
b adalah persentase agregat yang lolos saringan 2,36 mm (No. 8) dan tertahan
saringan 0,075 mm (No. 200).
21 dari 35
c adalah persentase agregat yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200).
K adalah 0,18 apabila 6--10% agregat lolos saringan 0,075 mm (No. 200).
Adalah 0,20 apabila 5% agregat lolos saringan 0,075 mm (No. 200).
F adalah 0--2,0%; tergantung pada penyerapan agregat. Apabila tidak ada data, maka
nilai F yang disarankan untuk digunakan adalah sebesar 0,7%.
Sifat-sifat campuran beraspal yang dihasilkan harus memenuhi semua sifat-sifat
campuran sebagaimana disyaratkan Butir 4.1.5 dalam Tabel 7 atau Tabel 8 tergantung
jenis campuran beraspal yang dirancang.
Kalibrasi bukaan pintu penampung agregat dingin (bin) dilakukan untuk tiap pintu bin
dengan cara membuat hubungan antara bukaan pintu bin dan kuantitas (berat) slag dan
agregat (bila diperlukan) yang keluar. Oleh karena itu, bukaan pintu perlu dibuat
bervariasi dan untuk tiap bukaan pintu kemudian slag dan agregat (bila diperlukan)
yang terdapat pada ban berjalan (setelah dijalankan dalam durasi tertentu) diambil
contohnya dan selanjutnya ditimbang. Apabila pintu bin yang dikalibrasi merupakan jenis
pintu yang langsung menumpahkan slag dan agregat (bila diperlukan) ke ban berjalan
utama, maka kuantitas slag dan agregat (bila diperlukan) per menit harus diketahui.
Pada kegiatan ini perlu dipastikan kecepatan ban berjalan harus dibuat tetap dan sama
dengan kecepatan pada operasi sebenarnya.
Pada UPCA modern yang menggunakan pemasok sistem appron, kuantitas agregat
tidak dikendalikan oleh bukaan pintu, tetapi oleh vibrasi sistem pemasok dan kecepatan
ban berjalan yang diukur dalam satuan revolusi per menit (RPM). Untuk meningkatkan
atau menurunkan kuantitas slag dan agregat (bila diperlukan) yang dipasok dari suatu
bin, putaran ban berjalan dapat ditingkatkan atau diturunkan, sesuai dengan kebutuhan.
Pemasok slag dan agregat (bila diperlukan) dingin dengan sistem ban berjalan menerus
dan sistem appron, slag dan agregat (bila diperlukan) yang keluar dari pintu penampung
dingin tidak ditampung dan dialirkan oleh ban berjalan besar (utama), tetapi ditampung
dan dialirkan oleh ban berjalan kecil.
23 dari 35