OLEH:
Tugas Besar Perkerasan Jalan tentang Perencanaan Tebal Perkerasan, telah diperiksa dan
disetujui pada :
Hari/tanggal :
Mengetahui
Dosen pengasuh Mata Kuliah Perkerasan Jalan
Perkerasan Jalan | i
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS SAINS & TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR
PERKERASAN JALAN
( PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN )
Di berikan kepada :
NIM : 1906010005
SEMESTER : V (Lima)
SOAL :
Pada gambar traches tampak kota A dan B , dimana ruas jalan A - B merupakan ruas jalan baru,
sehingga jalan dari kota A - B membentuk suatu ruas jalan ( Link ).
Direncanakan ruas jalan kelas II dengan umur rencana 5 tahun, program peningkatan jalan dimulai
pada tahun 2021 dan survey lalu lintas 2018
Kupang,................................2021
Pemberi tugas
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas besar pada mata kuliah Jalan
Raya 2 tentang Perencanaa Geometrik Jalan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pengerjaan tugas besar ini tidak terlepas dari arahan dan bimbingan Dosen
mata kuliah Jalan Raya 2 serta pihak lainnya yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
tugas besar ini.Oleh karena itu,patut kiranya penulis menyampaikan limpah terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas besar ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menambah
wawasan dalam membangun Universitas Nusa cendana khususnya di Program studi Teknik sipil
yang lebih maju.
Penulis
Perkerasan Jalan | iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................i
KARTU ASISTENSI................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................................v
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................viii
2.4.4 Perhitungan Lintas Harian Rata-rata (LHR) pada Akhir Umur Rencana...........37
Perkerasan Jalan | v
2.4.5 Menentukan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)...............................................37
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................64
Perkerasan Jalan | vi
DAFTAR TABEL
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap
roda-roda alat – alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus
segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam tipe tanah
setempat (CBR ≥ 20 %, PI ≤ 10 %) yang relatif lebih baik dari tanah dasar
dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat
dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan
konstruksi perkerasan.
Perkerasan Jalan | 2
1.2.3 Lapisan pondasi atas (Base)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara
lapisan pondasi bawah (sub base) dengan lapisan permukaan (surface).
Fungsi lapisan pondasi atas antara lain :
a) Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda
b) Sebagai perletakan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapisan pondasi atas umumnya harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan
untuk digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan penyelidikan
dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%) dapat
digunakan sebagai bahan lapisan pondasi atas, antara lain: batu pecah, kerikil
pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
Bahan untuk lapisan permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk
lapisan pondasi atas, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan
aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu
bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti
mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan
bahan untuk lapisan permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur
rencana, serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat yang sebesar-
besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
Perkerasan Jalan | 3
a) Jenis lapisan permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia antara
lain:
b) Lapisan bersifat Nonstruktural, yang berfungsi sebagai lapisan aus dan
kedap air.
c) Lapisan bersifat Struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan
dan menyebarkan beban roda.
Perkerasan Jalan | 4
Tabel 1.1 Standar Geometrik jalan
Kemudian data CBR yang di peroleh diurutkan dan dibuat hasil persentase per
nilai CBR. Setelah itu Dibuat grafik hubungan antara persentase harga CBR
dan nilai CBR yang ada, untuk memperoleh CBR rata-rata.
Perkerasan Jalan | 6
Gambar 1.1 grafik CBR
Perkerasan Jalan | 7
Gambar1.2 Grafik Korelasi CBR dan DDT
Dimana :
i = perkembangan lalu lintas
n = pertumbuhan lalu lintas
Setelah diperoleh umur perkembangan lalu lintas, LHR pada awal umur
rencana dapat dihitung dengan rumus:
Perkerasan Jalan | 9
LHR awal umur rencana= perkembangan lalin ×banyak kendaraan…...(3)
Perkerasan Jalan | 10
Tabel 1.5 Angka ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Perkerasan Jalan | 11
LEP=LHR awal ×C × E……………………………..…….(6)
Dimana :
C = koefisien distribusi kendaraan
E = angka ekivalen beban sumbu kendaraan
Dimana :
C = koefisien distribusi kendaraan
E = angka ekivalen beban sumbu kendaraan
LER=LET × FP ………………………………….……….….(9)
Dimana :
LET = Lintas Ekivalen Tengah
FP = Umur Rencana dibagi dengan 10
j) Faktor Regional
Perkerasan Jalan | 13
Table1.8 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana
Perkerasan Jalan | 14
Tabel 1.10 Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IP)
Setelah mendapat nilai DDT dari grafik korelasi DDT dan CBR, nilai
LER dari langkah-langkah diatas, serta nilai FR yang telah diketahui, maka
nilai ITP bisa diperoleh dengan menggunakan persamaan:
Perkerasan Jalan | 15
Gambar 1.3 Grafik Nomgram
Perkerasan Jalan | 16
b) Lapis pondasi atas
Tabel 1.11 Batas Minimum Lapis Pondasi Atas
Perkerasan Jalan | 17
Tabel 1.12 Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Perkerasan Jalan | 18
BAB 2 PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
Perkerasan Jalan | 19
Gambar 2.4 Klasifikasi Jalan
A = 42
B = 145
38 = 279
Jarak A-B = 2550
Jarak A-38 = 950
Jarak B-38 = 1600
B-A 145 - 42
Patok A - Patok B = Jarak A- X 100 = X 100 = 4.04%
2550
B
38 - A 279 - 42
Patok A - Patok 24.95
= Jarak A- X 100 = X 100 =
38 950 %
38
38 - B 279 - 145
Patok 38 - Patok B = Jarak 38- X 100 = X 100 = 8.38%
1600
B
Perkerasan Jalan | 20
kendaraan ringan 2 ton (1+1) = 1605 buah
Bus 8 ton (3+5) = 605 buah
Truck As 10 ton (4+6) = 405 buah
jumlah = 2615 buah
2.2
Perkerasan Jalan | 21
3.1 Perhitungan CBR
Perkerasan Jalan | 22
1. Stasiun A – 21
Dari hasil penyelidikan tanah, harga CBR tanah dasar sebagai berikut :
3,6,5,7,5,4,7,5,6,4,7,8,6,7,3,6,7,5,8,5,4,7,6,8,4,5,6,7,3,4,8,5,3,6,8
Perkerasan Jalan | 23
Berdasarkan tabel diatas, didapat grafik untuk presentase CBR pada stasiun A-21
sebagai berikut:
CBR stasiun A - 21
100
100 88.571428571428
6
90
74.285714285714
80 3
70
54.285714285714
Persentase (%)
60 3
50
34.285714285714
40 3
30
14.285714285714
20 3
10
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Data CBR
Perkerasan Jalan | 24
2. Stasiun 22- 42
Dari hasil penyeldikan tanah,harga CBR tanah dasar sebagai berikut :
Stasiun 22-42 : 8,6,3,3,6,5,3,8,7,3,5,6,4,57,8,4,3,67,8,6,7,5,3,6,7,5,8,6,5,6,5,4,5
1 3
2 3
3 3
6 + 29 = 35 35 x 100 / 35 = 100 %
4 3
5 3
6 3
7 4
8 4 3 + 26 = 29 29 x 100 / 35 = 83 %
9 4
10 5
11 5
12 5
13 5
8 + 18 = 26 26 x 100 / 35 = 74 %
14 5
15 5
16 5
17 5
8 + 10 = 18 18 x 100 / 35 = 51 %
18 6
19 6
20 6
21 6
22 6
23 6
Perkerasan Jalan | 25
24 6
25 6
26 7
27 7
28 7 5 + 5 = 10 10 x 100 / 35 = 29 %
29 7
30 7
31 8
32 8
33 8 5 + 0 = 5 5 x 100 / 35 = 14 %
34 8
35 8
Berdasarkan tabel diatas, didapat grafik untuk presentase CBR pada stasiun 22-42
sebagai berikut :
CBR stasiun 22 - 42
120
100
100
82.8571428571429
Persentase (%)
80 74.2857142857143
60 51.4285714285714
40
28.5714285714286
20 14.2857142857143
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Data CBR
Perkerasan Jalan | 26
Gambar 2.6 Grafik CBR Stasiun 22- 42
3. Stasiun 43-63
Dari hasil penyelidikan tanah, harga CBR tanah dasar sebagai berikut :
Stasiun 64 - 84 : 5,7,5,4,8,7,4,6,5,6,4,4,5,3,8,7,3,6,5,4,6,5,8,3,6,4,4,3,5,5,4,7,4,3,6
Berdasarkan tabel diatas, didapat grafik untuk presentase CBR pada stasiun 43-63
sebagai berikut
CBR stasiun 43 - 63
120
100
100 85.714285714285
7
80
Perentase (%)
60
60
37.142857142857
1 25.714285714285
40
7
8.5714285714285
20
7
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Data CBR
Perkerasan Jalan | 28
Nilai CBR rata - rata adalah 3,7
4. Stasiun 64-84
Dari hasil penyelidikan tanah, harga CBR tanah dasar sebagai berikut :
Stasiun 64 - 84 : 4,3,8,5,7,6,5,7,8,7,3,5,3,4,6,4,6,7,4,6,7,3,4,4,7,3,8,4,7,4,3,8,3,7,7
Perkerasan Jalan | 29
16 5
17 5 3 + 17 = 20 20 x 100 / 35 = 57 %
18 5
19 6
20 6
4 + 13 = 17 17 x 100 / 35 = 49 %
21 6
22 6
23 7
24 7
25 7
26 7
27 7 9 + 4 = 13 13 x 100 / 35 = 37 %
28 7
29 7
30 7
31 7
32 8 4 + 0 = 4 4 x 100 / 35 = 11 %
33 8
34 8
35 8
Berdasarkan tabel diatas, didapat grafik untuk presentase CBR pada stasiun 64-84
sebagai berikut :
CBR stasiun 64 - 84
120
100
100
80
80
Persentase (%)
57
60 49
37
40
20 11
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Data CBR
Perkerasan Jalan | 30
5. Stasiun 85-B
Dari hasil penyelidikan tanah, harga CBR tanah dasar sebagai berikut :
Stasiun 85 - B : 3,8,7,3,4,8,6,4,3,8,6,7,7,6,5,5,8,8,3,8,5,4,5,6,8,7,5,6,6,3,6,3,6,8,4
Nilai
No CBR Nilai yang sama Presentase
1 3
2 3
3 3 3
6 + 29 = 35 35 x 100 / = 100 %
5
4 3
5 3
6 3
7 4
8 4 3
4 + 25 = 29 29 x 100 / = 83 %
5
9 4
10 4
Perkerasan Jalan | 31
11 5
12 5
3
13 5 5 + 20 = 25 25 x 100 / = 71 %
5
14 5
15 5
16 6
17 6
18 6
19 6 3
8 + 12 = 20 20 x 100 / = 57 %
5
20 6
21 6
22 6
23 6
24 7
25 7 3
4 + 8 = 12 12 x 100 / = 34 %
5
26 7
27 7
28 8
29 8
30 8
31 8 3
8 + 0 = 8 8 x 100 / = 23 %
5
32 8
33 8
34 8
35 8
Berdasarkan tabel diatas, didapat grafik untuk presentase CBR pada stasiun 85-B
sebagai berikut :
Perkerasan Jalan | 32
CBR stasiun 85 - B
120
100
100 82.8571428571
429 71.4285714285
(Persentase %) 80 714 57.1428571428
571
60
34.2857142857
40 143 22.8571428571
429
20
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Data CBR
Perkerasan Jalan | 33
2.3 Penentuan Nilai Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah dasar sangat mempengaruhi ketahananan lapisan diatasnya
dan mutu jalan secara keseluruhan. Untuk menentukan daya dukung tanah dasar,
terlebih dahulu harus ditentukan CBR (California Bearing Ratio) dari tanah dasar itu.
Perkerasan Jalan | 34
4,24 3,9
4,09 3,6
4,14
3,7
4,04 3,5
Perkerasan Jalan | 35
2.4 Perhitungan Lintas Ekuivalen Rata-rata
Lintas ekiuvalen adalah suatu nilai ekivalen tingkat kerusakan jalan akibat
repetisi dari lintasan kendaraan selama satu satuan waktu. Lintas ekuivale dibedakan
atas: lintas ekivalen permulaan, lintas ekivalen akhir (LEA), lintas ekivalen tengah
(LET), dan lintas ekivalen rencana (LER).
Perkerasan Jalan | 36
2.4.1 Perhitungan Lintasan Harian Rata-rata dengan Metode Bina Marga
Data-Data:
- Ruas jalan baru yaitu = Jalan A-B
- Jalan raya sekunder kelas = II
- Umur rencana(n) = 5 Tahun
- Peningkatan jalan tahun = Tahun 2021
- Survei lalu lintas = Tahun 2018
- Kendaraan ringan 2 ton (1 + 1 ) = 1605
- Bus 8 ton (3 + 5 ) = 605
- Truck 2 as 10 ton (4 + 6 ) = 405
- Faktor regional (FR) = 1,5
- Perkembangan lalu lintas per tahun (i) = 3%
Dalam menentukan data kendaraan dalam SMP, digunakan persamaan (1) pada
bab 1. Nilai koefisien yang digunakan dalam perhitungan merupakan hasil
perhitungan forecast berdasarkan tabel 1.3. Karena tipe jalan yaitu berbukit,
range arus total yang digunakan yaitu dari 650-1100 kend/jam, sehingga
didapat:
2.4.4 Perhitungan Lintas Harian Rata-rata (LHR) pada Akhir Umur Rencana
Perkerasan Jalan | 38
- Bus 8 ton (3+5) = 3000 kg + 5000 Kg
As depan 1 ton = 3000 Kg = 0,0183
As belakang 1 ton = 5000 Kg = 0,0121
e = 0,0304
Perkerasan Jalan | 39
2.4.10 Menghitung Lintas EKuivalen Rencana (LER)
Perkerasan Jalan | 40
2.5 Penentuan Indeks Tebal Perkerasan Jalan
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu
diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan / kehalusan serta kekokohan) pada
awal umur rencana. Dalam menentukan IPt pada akhir umur rencana perlu
dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan LER.
Perkerasan Jalan | 41
1. STASIUN A-21
Data – data :
CBR : 3.90
IP : 2.0
FR : 1.5
LER : 64 SMP
DDT : 4.24
Berdasarkan nomogram di bawah di dapat nilai ITP sebesar 7.00
Perkerasan Jalan | 42
2. STASIUN 22-42
Data – data :
CBR : 3.60
IP : 2.0
FR : 1.5
LER : 64 SMP
DDT : 4.09
Berdasarkan nomogram di bawah di dapat nilai ITP sebesar 7.15
Perkerasan Jalan | 43
3. STASIUN 43-63
Data – data :
CBR : 3.70
IP : 2.0
FR : 1.5
LER : 64 SMP
DDT : 4.14
Perkerasan Jalan | 44
4. STASIUN 63-84
Data – data :
CBR : 3.50
IP : 2.0
FR : 1.5
LER : 64 SMP
DDT : 4.04
Perkerasan Jalan | 45
5. STASIUN 85-B
Data – data :
CBR : 3.6 0
IP : 2.0
FR : 1.5
LER : 64 SMP
DDT : 4.09
Perkerasan Jalan | 46
2.6 Perencanaan Perkerasan Jalan
Perkerasan lentur (fleksibel pavement) dalam perencanaan ini adalah
perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran aspal sebagai lapis
permukaan serta bahan berbutir sebagai lapis bawahnya. Dalam merencanakan tebal
perkerasan jalan perlu diperhatikan koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan
dan tebal lapisan perkerasan.
Summary :
Perkerasan Jalan | 47
1. Stasiun A -21
Nilai ITP = 7.49
Menentukan tebal perkerasan untuk jalan baru (Daftar VII dan Daftar VIII)
Lapisan permukaan (D1) = 7,5 cm (Labustag)
Lapisan fondasi atas (D2) = 20 cm (Batu pecah)
Koefisien kekuatan relatif (a1) = 0.28 (Labustag)
(Batu pecah kelas
Koefisien kekuatan relatif (a2) = 0.13
B)
Koefisien kekuatan relatif (a3) = 0.12 (Sirtu kelas B)
= 7,58
Jadi, ITP yang terjadi lebih besar dari ITP awal atau 7,58 > ITP
Untuk ruas jalan stasiun A – 21
Perkerasan Jalan | 48
Lapis Permukaan
Lasbutag
7.5 = D1
20.0 = D2
24.0 = D3
Dalam pelaksanaannya lapisan pondasi atas dapat dikurangi tebalnya apabila pondasi
bawah digunakan material berbutir kasar.
Perkerasan Jalan | 49
2. Stasiun 21-40
Diketahui ITP = 7,56
= 7,58
Jadi, ITP yang terjadi lebih besar dari ITP awal atau 7,58 > ITP
Perkerasan Jalan | 50
Lapis Permukaan
Lasbutag
7.5 = D1
20.0 = D2
24.0 = D3
3. Stasiun 43-63
Perkerasan Jalan | 51
Diketahui ITP = 7,54
Menentukan tebal perkerasan untuk jalan baru
Lapisan permukaan (D1) = 7,5 cm (Lasbutag)
Lapisan fondasi atas (D2) = 20 cm (Batu pecah)
Koefisien kekuatan relatif (a1) = 0,28 ( Lasbutag)
Koefisien kekuatan relatif (a2) = 0,13 (Batu pecah kelas B)
Koefisien kekuatan relatif (a3) = 0,12 (Sirtu Kelas B)
Menentukan lapisan fondasi bawah berdasarkan persamaan 11, D3 (Sirtu kelas B):
ITP = (a1×D1) + (a2×D2) + (a3×D3)
7,54 = (0,28×7,5) + (0,13×20) + (0,12×D3)
7,54 = 2,1 + 2,6+ (0,12×D3)
D3 = 7,54 + 4,7
0,12
D3 = 23,67 = 24 cm
Lapis Permukaan
Lasbutag
7.5 = D1
20.0 = D2
24.0 = D3
Perkerasan Jalan | 52
Gambar 2.18 Potongan Melintang Lapisan Perkerasan Jalan Satsiun 43-63
Dalam pelaksanaannya lapisan pondasi dapatdikurangi tebalnya apabila
pondasi bawah digunakan material berbutir kasar.
4. Stasiun 64-84
Diketahui ITP = 7,59
Menentukan tebal perkerasan untuk jalan baru
Lapisan permukaan (D1) = 7,5 cm (Lasbutag)
Lapisan fondasi atas (D2) = 20 cm (Batu pecah)
Koefisien kekuatan relatif (a1) = 0,28 ( Lasbutag)
Koefisien kekuatan relatif (a2) = 0,13 (Batu pecah kelas B)
Koefisien kekuatan relatif (a3) = 0,12 (Sirtu Kelas B)
Menentukan lapisan fondasi bawah berdasarkan persamaan 11, D3 (Sirtu kelas B):
ITP = (a1×D1) + (a2×D2) + (a3×D3)
7,59 = (0,28×7,5) + (0,13×20) + (0,12×D3)
7,59 = 2,1 + 2,6+ (0,12×D3)
D3 = 7,59+ 4,7
0,12
Perkerasan Jalan | 53
D3 = 24,08 = 25 cm
Jadi, ITP yang terjadi lebih besar dari ITP awal atau 7,70 > ITP
Untuk ruas jalan stasiun 64-84
Lapis Permukaan
Lasbutag
7.5 = D1
20.0 = D2
25.0 = D3
Perkerasan Jalan | 54
5. Stasiun 85-B
Diketahui ITP = 7,56
Menentukan tebal perkerasan untuk jalan baru
Lapisan permukaan (D1) = 7,5 cm (Lasbutag)
Lapisan fondasi atas (D2) = 20 cm (Batu pecah)
Koefisien kekuatan relatif (a1) = 0,28 ( Lasbutag)
Koefisien kekuatan relatif (a2) = 0,13 (Batu pecah kelas B)
Koefisien kekuatan relatif (a3) = 0,12 (Sirtu Kelas B)
Menentukan lapisan fondasi bawah berdasarkan persamaan 11, D3 (Sirtu kelas B):
ITP = (a1×D1) + (a2×D2) + (a3×D3)
7,56 = (0,28×7,5) + (0,13×20) + (0,12×D3)
7,56 = 2,1 + 2,6+ (0,12×D3)
D3 = 7,56 + 4,7
0,12
D3 = 23,83 = 24 cm
Lapis Permukaan
Lasbutag
7.5 = D1
20.0 = D2
24.0 = D3
Perkerasan Jalan | 56
BAB 3 TEKNIK PELAKSANAAN
Perkerasan Jalan | 57
Gambar 3.22 Parang
1. Material
Aspal pen 80/100 (ter).
Air
Kayu bakar
Minyak tanah
Sirtu kelas B
2. Peralatan
Kereta dorong
Compressor
Sapu lidi
Tandem roller (wals)
Alat penyemprot aspal
3. Teknis pelaksanaan
Pengerjaan pondasi bawah diawali dengan pembersihan permukaan
dengan menggunakan sapu lidi atau air compressor.
Kemudiann dilanjutkan dengan penghamparan sirtu dengan tujuan
untuk memadatkan daerah yang berongga.
Setelah itu digilas dengan tandem roller sebanyak 6 lintasan dari bagian
pinggir ke bagian tengah permukaan jalan.
Selanjutnya dilanjutkan dengan penyemprotan aspal pen 80/100 (ter)
Kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan pondasi atas
Perkerasan Jalan | 58
Gambar 3.23Kereta Dorong
Perkerasan Jalan | 59
3.3 Pengerjaan Pondasi Atas (Base course)
1. Material
Batu pecah kelas B (ukuran 2/3 dan 3/5)
Kayu bakar
Minyak tanah
Aspal pen 80/100 (ter)
Air
2. Peralatan
Tandem roller (wals)
Kereta dorong
Alat penyemprot aspal
3. Teknis pelaksanaan
Pekerjaan diawali dengan dengan penghamparan batu pecah 3/5.
Kemudian dilanjutkan dengan penggilasan dengan menggunakan
tandem roller sebanyak 6 lintasan dari bagian pinggir ke bagian tengah
permukaan jalan.
Untuk mengisi rongga-rongga pada lapisan pondasi atas maka
diperlukan pengisian batu pecah 2/3 untuk menutup rongga tersebut.
Dilanjutkan penyemprotan batu aspal dengan menggunakan alat
penyemprot aspal, kemudian digilas dengan tandem roller sebanyak 6
lintasan.
Perkerasan Jalan | 60
3.4 Pengerjaan Lapisan Permukaan
1. Material
Pasir
Batu pecah ½
Kayu bakar
Minyak tanah
Aspal murni
Air
2. Peralatan
Tandem roller
Kereta dorong
Alat penyemprot aspal
3. Teknis pelaksanaan
Pekerjaan diawali dengan penghamparan batu pecah ½.
Kemudian dilanjutkan dengan penggilasan menggunakan tandem roller
sebanyak 6 lintasan dari bagian pinggir ke bagian tengah permukaan jalan.
Setelah itu dilakukan penyiraman aspal dan dilanjutkan dengan
penghamparan pasir. Terakhir dilanjutkan dengan penggilasan
menggunakan tandem roller sebanyak 6 lintasan dari bagian pinggir ke
bagian tengah permukaan jalan.
Perkerasan Jalan | 61
3.5 Susunan Lapis Permukaan
1. Lapisan Permukaan
1) Lapisan penahan beban
2) Lapisan aus
3) Lapisan kedap air
4) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih
jelek.
2. Lapisan Pondasi Atas
Terletak diantara lapisan bawah dan lapisan permukaan yang berfungsi:
1) Menahan gaya lintang dari beban
2) Lapisan peresapan
3) Bantalan terhadap lapisan permukaan
Bahan yang digunakan : batu pecah, kerikil, semen kapur.
3. Lapisan Pondasi Bawah
Terletak diantara tanah dasar dan pondasi atas, yang berfungsi sebagai
berikut:
1) Menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
2) Sebagai efisiensi penggunaan material.
3) Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
4) Lapisan peresapan.
5) Lapisan pertama agar pekerjaan menjadi lancar.
6) Mencegah partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi atas.
Perkerasan Jalan | 62
3.6 Susunan Material Perkerasan
1. Untuk patok A - 21
Lapis permukaan (D1) terdiri atas laston ( 7,5cm )
Lapis pondasi atas (D2) terdiri atas batu pecah kelas B ( 20cm )
Lapis pondasi bawah (D3) terdiri atas sirtu kelas B ( 24cm )
2. Untuk patok 22 - 42
Lapis permukaan (D1) terdiri atas laston ( 7,5cm )
Lapis pondasi atas (D2) terdiri atas batu pecah kelas B ( 20cm )
Lapis pondasi bawah (D3) terdiri atas sirtu kelas B ( 21cm )
3. Untuk patok 43 - 63
Lapis permukaan (D1) terdiri atas laston ( 7,5 cm )
Lapis pondasi atas (D2) terdiri atas batu pecah kelas B ( 20 cm )
Lapis pondasi bawah (D3) terdiri atas sirtu kelas B ( 21 cm )
4. Untuk patok 64 -84
Lapis permukaan (D1) terdiri atas laston ( 7,5cm )
Lapis pondasi atas (D2) terdiri atas batu pecah kelas B ( 20cm )
Lapis pondasi bawah (D3) terdiri atas sirtu kelas B ( 24 cm )
5. Untuk patok 85 - B
Lapis permukaan (D1) terdiri atas laston ( 7,5cm )
Lapis pondasi atas (D2) terdiri atas batu pecah kelas B ( 20cm )
Lapis pondasi bawah (D3) terdiri atas sirtu kelas B ( 21 cm )
Perkerasan Jalan | 63
DAFTAR PUSTAKA
Perkerasan Jalan | 64