Anda di halaman 1dari 8

Nama : Maria Selviana B.

Bei
NIM : 1409010038

Kura-Kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi)

Kura-kura berleher ular pulau Rote (Chelodina mccordi) adalah kura-kura kecil berleher .
(Chelodina mccordi) dideskripsikan tahun 1994 oleh Andreas G.J. Rhodin sebagai spesies
endemik Pulau Rote Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Rhodin menyatakan hal ini
setelah mengamati koleksi 16 spesimen dari Pulau Rote yang dikumpulkan oleh Dr. William
P. McCord serta 2 spesimen hasil koleksi Dr. Ten Kate yang ditangkaap di Danau Naluk pada
tahun 1891, lalu dibandingkan dengan spesimen C. pritchardi, C. novaeguineae, C.
longicollis, C. reimanni dan C. steindachneri (Rhodin, 1994).
Rhodin dalam Sherperd (2006: 26) menjelaskan bahwa kura-kura berleher ular dengan
jenis Chelodina mccordi adalah spesies yang sama dengan Chelodina novaeguineae yang
berada di kepulauan New Guinea. Terlihat berbeda karena mengalami isolasi. Setelah
Berbagai studi banding yang dilakukan oleh Rhodin menyimpulkan bahwa sebenarnya kurakura berleher panjang dari pulau Rote adalah spesies baru yang berbeda dengan Chelodina
novaeguineae yang berada di kepulauan New Guinea.
Keberadaan Chelodina mccordi di Pulau Rote sangat terancam. Sementara Chelodina
mccordi timorensis, subspesiesnya hidup di Timor Timur yang kadang dianggap sebagai
spesies tersendiri dengan sebutan (Chelodina timorensis). Kesemua ini di dalam genus
Chelodina (kura-kura berleher ular Australia) dalam keluarga kura-kura berleher menyamping
(Chelidae).
Berikut pengklasifikasian kura-kura berleher ular pulau Rote (Chelodina mccordi)
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Testudinata

Famili

: Chelidae

Genus

: Chelodina

Spesies

: Chelodina mccordi
Pada tahun 2000, International Union for Conservation of Nature and Natural

Recources (IUCN) red book mengkategorikan spesies ini ke dalam status kritis (critically
endangered) dan dievaluasi berada di ambang kepunahan.

Dalam konvensi dunia tentang perdagangan spesies satwa dan tumbuhan liar yang
terancam punah (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora), perdagangan satwa jenis ini sangat dibatasi oleh peraturan (Appendix II), baik
nasional maupun internasional, antara lain hanya dapat dilakukan dari hasil penangkaran
(Shepherd dan Bonggi, 2005)
b. Ciri-Ciri morfolgi Chelodina mccordi
Chelodina mccordi rata rata ukuran tubuhnya mencapai 22cm dan beberapa individu
tumbuh lebih besar. Cangkang kura kura ini berwarna kelabu coklat, sedangkan pada bagian
bawahnya pucat kekuning kuningan. Hewan ini tidak dapat menarik dan menyembunyikan
leher dan kepalanya ke dalam tempurung (karapas). Karapasnya bisa mencapai panjang
antara 18-24 cm. Panjang lehernya sepanjang kerapasnya. Warna karapas abu-abu pucat
kecoklatan. Kadang-kadang juga pada spesimen lain memiliki kerapas coklat kemerahan
Karena lehernya yang panjang sehingga hanya dapat melipat lehernya ke samping kerapas.
Lehernya panjang menyerupai ular sehingga lebih dikenal dengan kura-kura berleher ular
(Alamendah, 2011). Plastron pada umumnya putih pucat. Leher berwarna coklat gelap pada ).
upperparts dengan tuberkel bulat. Iris mata berwarna hitam dikelilingi oleh cincin putih.

Gambar 1. Kura-kura berleher ular (Chelodina mccordi) di Pulau Rote


a. Habitat dan Konservasi

Kura kura berleher ular pulau Rote tinggal di rawa, danau, dan sawah di selatan pulau
Rote. Spesies ini seringkali diperdagangkan oleh para kolektor reptil endemik internasional.
Sehingga lebih sering ditemukan di penangkaran dibandingkan habitat aslinya. Jumlah

populasi

spesies

ini

semakin

berkurang,

karena

selalu

diperdagangkan,

namun

perkembangbiakannya sedikit.
Berdasarkan hasil observasi dari beberapa danau yang dulu diidentifikasi sebagai
habitat kura-kura leher ular Rote, ada beberapa kriteria yang menandakan bahwa danau yang
disurvei tersebut masih layak sebagai habitatnya, diantaranya adalah (1) Baik sebagian atau
seluruh badan danau masih ditumbuhi oeh berbagai jenis tumbuhan, mulai tingkat semai
sampai pohon; (2) Banyak jenis tumbuhan air yang tumbuh di dalam maupun di permukaan
danau; (3) masih ditemukan hewan air sebagai pakan alami kura-kura leher ular Rote, seperti
ikan, anak katak, dan hewan air lainnya; (4) Akses dari rumah atau perkampungan cukup jauh
sehingga interaksi masyarakat dengan danau sangat minim; (5) Ada aturan/hukum adat yang
mengatur berbagai aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan danau seperti hukuman/denda
apabila melakukan aktivitas berikut : memanen ikan, mengambil kayu dan aktivitas lainnya
yang mengganggu kelestarian lingkungan danau. (Kayat,2013).
Hasil survei menunjukan bahwa dari 11 danau yang diobservasi hanya tinggal 2 danau yang
masih layak sebagai habitat kura-kura leher ular Rote, yaitu Danau Peto dan Ledulu.
Walaupun hasil inventarisasi tidak ditemukan perjumpaan langsung dengan satwa tersebut,
namun menurut informasi dari masyarakat setempat bahwa di 2 danau tersebut masih sering
dijumpai kura-kura leher ular Rote. (Kayat,2013)

Perbandingan kondisi danau yang masih sesuai sebagai habitat kura-kura leher ular Rote
dengan yang sudah tidak sesuai lagi dapat dilihat pada gambar 2 berikut

Gambar 2. Perbandingan antara danau yang masih layak sebagai habitat kura-kura leher ular
Rote
Selain usaha konservasi in-situ tersebut diatas, perlu juga usaha konservasi secara eksitu melalui penangkaran kura-kura leher ular rote. Penangkaran C. mccordi tidak
memerlukan lahan yang luas, lahan dapat berukuran 1,5 x 3 m. Untuk kolam dibuat
berukuran 1,5 x 2 x 0,6 m sebagai tempat C. Mccordi melakukan berbagai aktivitas seperti
makan, kawin, bermain dan perilaku lainnya. Sisanya seluas 1,5 x 1 m diperuntukkan
sebagai tempat pendaratan, yang berguna sebagai tempat C. mccordi meletakkan telurnya
pada saat umurnya memasuki usia reproduksi. Bagian atas dari tempat pendaratan ini diberi
atap agar media penetasan terlindungi dari cahaya matahari langsung sehingga suhu dan
kelembabannya relatif stabil.

Gambar 3. Lay out model kolam penangkaran C. Mccordi


b. Pakan
Pakan merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam kegiatan
penangkaran satwa liar, tak terkecuali C. mccordi. Hasil komunikasi secara pribadi dengan
masyarakat di Desa Lida Besi, Kecamatan Rote Tengah yang pernah memelihara C. mccordi,
menyatakan bahwa pakan alami yang diberikan tersedia di alam yaitu ikan kecil sejenis
impun (Aplocheilus panchax, Hamilton 1822), beunteur (Rasbora argyrotaenia, Bleeker
1850) dan anak katak (Occidozyga lima Kuhl & van Hasselt, 1822). Menurut informasi dari
masyarakat, jenis-jenis tersebut biasa dikonsumsi oleh kura-kura leher ular di habitat
alaminya.
Hasil penelitian Kayat dkk (2010) menunjukkan bahwa C. mccordi menyukai
berbagai jenis ikan, baik ikan air laut maupun ikan air tawar, dengan palatabilitas berturutturut lele, ikan kembung, ikan cakalang dan udang.Sedangkan hasil komunikasi pribadi
dengan PT. Alam Nusantara Jayatama (ALNUSA), dinyatakan bahwa jenis pakan yang
diberikan saat baru lahir sampai umur 1 bulan adalah cacing beku; umur 1 bulan sampai 6
bulan diberikan udang cincang; dan lebih dari 6 bulan diberi lele cincang.
Jika dilihat dari jenis pakannya, C. mccordi termasuk hewan pemakan daging
(karnivora). Hasil analisis proksimat pakan C. mccordi menunjukkan udang dan lele memiliki
kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan cakalang dan kembung (Tabel
2). Ke depan disarankan untuk memberikan pakan segar barupa ikan lele, dimana pada saat
diberikan lele tersebut dalam keadaan masih hidup kemudian disayat diambil dagingnya
selanjutnya diberikan kepada kura-kura. Pakan yang sudah lama mati seperti ikan cakalang,

ikan kembung dan udang dikhawatirkan mengandung bahan pengawet saat masih dijual di
pasar

c. Reproduksi
Hal yang sangat penting dari aspek reproduksi adalah membedakan jenis kelamin
antara jantan dan betina sehingga kita dapat menentukan sex ratio pada saat
mengawinkannya. C. mccordi jenis kelamin jantan memiliki ciri fisik berupa ekor lebih
panjang dan lebih kecil, sedangkan pada betina ekornya lebih pendek dan lebih besar.
Kura-kura leher ular rote (Chelodina mccordi) mulai bertelur pada usia 6 tahun dan
dapat bertelur sebanyak 2 kali Umumnya bertelur pada bulan Juni-Oktober. Setiap kali
bertelur terdiri dari 8-20 butir. Ukuran telur 30 x 20 mm. Masa inkubasi 76-102 hari dengan
suhu ruang inkubator diatur pada kisaran 29,0C-30,5C dan kelembaban 60-80%. Ketika
menetas, berat anakan berkisar 3-5 gr, ukuran 28 x 20 mm, memiliki bintik-bintik kuning
pada plastron dan setelah beberapa minggu plastron akan menjadi lebih gelap.

Gambar 4. Telur C. mccordi sedang ditetaskan

Gambar 5. Tukik (anakan) C. mccordi di PT.

di PT. ALNUSA.

ALNUSA

d. Penyakit
Literatur mengenai penyakit secara khusus pada C.mccordi masih sulit ditemukan
namun diketahui ada beberapa jenis penyakit dan parasit yang dapat menyerang kura-kura air
tawar, yaitu : lintah, cacing, infeksi cangkang, edema (infeksi mata), pneumonia, dan soft
shell. Lintah dapat dilepaskan dengan cara merendam kura-kura dalam air dengan kadar
garam tinggi selama beberapa menit. Cacing yang sering ditemukan pada kura-kura air tawar
adalah cacing nematoda. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat cacing
dengan dosis yang direkomendasikan oleh dokter hewan. Adanya benda-benda tajam atau
kasar di dalam atau sekitar kolam dapat menyebabkan luka gores pada kura-kura, apabila
tidak segera diobati akan menyebabkan infeksi. Apabila ada luka pengobatan dapat dilakukan
dengan memberikan betadine. Soft shell umum terjadi pada tukik, asupan kalsium dan sinar
matahari akan membantu pengerasan tempurung. Secara umum pencegahan terhadap
penyakit dan parasit dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kualitas air, menjaga
nilai pH air dan pemberian pakan yang mencukupi nutrisi yang dibutuhkan kura-kura. Nilai
pH yang berkisar antara 7,6 - 8,4 dapat menjaga kesehatan kulit dan mencegah penyakit.
Selain itu, penambahan garam akuarium dengan perbandingan 50 gr : 10 liter akan mencegah
infeksi kulit (Latta, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Alamendah.2011. Kura-Kura Berleher Ular Kura-Kura Eksotis dari Indonesia Timur.
Diakses dari https :// Alamendah.org
Kayat, G. S. Saragih dan R. Kurniadi. 2010. Kajian Habitat dan Sebaran Populasi KuraKura Leher Ular (Chelodina mccordi Rhodin, 1994). Laporan Hasil Penelitian. Balai
Penelitian Kehutanan Kupang. Kupang
Latta, Craig. 2009. Caring For Australian Freshwater Turtles In Captivity. Diakses dari
www.turtles.net.au.
Rhodin, A.G.J. 1994. Chelid Turtles of the New Australasian Archipelago : II. A New Species
of Chelodina from Roti Island, Indonesia. Breviora Museum of Comparative
Zoology. 2 February 1994. Number 498. Cambridge.
Shepherd, C. R. & B. Ibarrondo. 2005. The Trade of the Roti island Snake-necked Turtle
Chelodina mccordi, Indonesia. TRAFFIC South East Asia. Petaling Jaya, Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai