Area Rawa
/Tanah Lunak
1
Ringkasan Improvement / Inovasi
Tema/ Rencana Penerapan Soil Cement Untuk Stabilisasi Tanah Lunak Pada Proyek
Judul: Pembangunan Jalan Akses Tambang 3
Masalah : - Kondisi tanah rawa/lunak pada rencana akses jalan tambang 3 yang tidak memenuhi syarat
sifat teknis tanah (secara visual).
- Nilai CBR atau daya dukung tanah dasar rendah.
- Pemilihan alternatif yang tepat untuk proses stabilisasi tanah.
- Komposisi penggunaan bahan kimia dalam hal ini semen sebagai bahan stabilisasi tanah.
Dampak Kondisi tanah dasar yang tidak memenuhi persyaratan sifat teknis tanah sebagai sub grade
Masalah: konstruksi jalan dapat menyebabkan ketidakstabilan dari konstruksi jalan itu sendiri. Hal ini
dapat mengakibatkan kenaikan biaya konstruksi jalan dan lamanya waktu pengerjaan.
Penyebab Kondisi tanah dasar pada Sta. 5+400 s/d Sta. 5+450 tidak memenuhi persyaratan sifat teknis
Utama: tanah (tanah rawa/lunak)
Solusi: Proses stabilisasi tanah secara kimia untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar.
Melakukan uji lab sample tanah dan test California Bearing Ratio (CBR) untuk mengetahui
daya dukung tanah.
Melakukan uji coba dengan membuat mix design untuk menghasilkan job mix formula yang
sesuian dengan kriteria tanah pada area di Sta. 5+400 s/d Sta. 5+450.
Pengunaan semen sebagai bahan stabilisasi secara kimia dapat mengurangi biaya konstruksi
jalan mengingat semen merupakan produk dari SMBR.
Job mix Formula (JMF) soil cement yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai standar dalam
proses stabilisasi tanah lainnya serta dapat dijadikan sebagai salah satu produk turunan
SMBR selanjutnya.
Dampak/ Q: Meningkatkan daya dukung tanah dasar sehingga sesuai dengan persyaratan konstruksi
Hasil jalan
Solusi: C: Biaya untuk proses stabilisasi tanah dasar (sub grade) menjadi lebih rendah sehingga
berpengaruh pada biaya konstruksi jalan.
D: Proses pengiriman material semen untuk proses stabilisasi menjadi lebih murah, lancar dan
aman karena merupakan produk sendiri.
S: Keselamatan dalam proses pelaksanaan penerapan soil semen lebih terjamin karena material
berasal dari area sekitar.
M: Menambah semangat untuk mencoba dan melakukan research dalam proses konstruksi
jalan dengan berbagai alternatif yang lebih baik dengan penerapan produk sendiri sehingga
dapat dihasilkan produk turunan baru kedepannya.
E: Mengurangi polusi carbon karena produk yang digunakan merupakan produk local.
Prestasi/ Mengurangi biaya investasi pembangunan jalan khususnya jalan tambang 3 (hauling) serta
Dampak- sebagai salah satu produk turunan SMBR kedepannya terkait penggunaan semen soil pada
lainnya: kondisi tanah yang tidak memenuhi peryaratan sifat teknis tanah dasar.
2
PROFIL TIM
Diagram Proses:
3
LANGKAH 1 : MENENTUKAN AKTIFITAS
1.1.Identifikasi Masalah/Peluang
1.2.Stratifikasi Masalah/Peluang
1.4.Menetapkan Tema
Penggunaan soil cement sebagai salah satu alternatif dalam proses stabilisasi tanah lunak secara
Gerakan
kimia serta menjadikan hasil produk tersebut nantinya sebagai produk turunan dari SMBR
4
Meningkatkan daya dukung tanah dasar secara kimia untuk pelaksanaan konstruksi jalan dan
Objek
bangunan fisik lainnya dengan menggunakan produk sendiri yaitu semen.
Area Di Area Jalan Akses Tambang 3 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
1.7.Pengesahan Aktifitas
Komentar Pimpinan:
5
LANGKAH 2 : ANALISIS MASALAH / PELUANG
2.1 Melakukan Tinjauan Kondisi Aktual
a. Survei Pendahuluan
Pembuatan atau pembangunan jalan di daerah-daerah yang tidak/kurang terdapat batuan/bahan untuk perkerasan
jalan, bahan harus didatangkan dari daerah lain. Sehingga pembangunan jalan jadi meningkat karena diperlukan
biaya tambahan untuk transportasi bahan dan peralatan yang cukup mahal.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan penghematan biaya konstruksi dengan cara memanfaatkan bahan
setempat sebagai bahan perkerasan jalan.
Pada beberapa daerah sumber bahan lokal banyak tersedia tapi belum dimanfaatkan secara optimal karena
bahan tersebut mempunyai mutu di bawah standar. Bahan perkerasan yang tidak memenuhi spesifikasi/standar,
biasa disebut bahan sub standar. Agar bahan tersebut dapat digunakan secara optimal, diperlukan pengkajian
baik di laboratorium maupun di lapangan. Bahan lokal yang dikaji pada tahun anggaran 1998/1999, adalah tanah
laterit dan pasir kelanauan dari bahan tersebut akan dilakukan pengamatan secara berkala.
b. Stabilisasi Tanah
Untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Perbaikan sifat-sifat
tanah berdasarkan teknik yang digunakan ada tiga cara yaitu (Kurniadji, 1998):
1) Secara Mekanis.
Perbaikan tanah tanpa penambahan bahan-bahan baru, jadi sifat-sifat tanah dapat diperbaiki dengan cara:
Mengurangi volume pori tanah atau menimbun tanah tersebut dan dipadatkan dengan bantuan alat-alat
pemadat.
Dengan melakukan drainase air tanah dan menjaga kadar air tanah pada tingkat tertentu.
Menambah jenis tanah yang belum dimiliki tanah setempat, untuk cara ini biasanya dikombinasikan
dengan cara lain, karena pada umumnya pemadatan hampir selalu diperlukan.
2) Secara fisik
Dengan memanfaatkan reaksi-reaksi fisik tanah sehingga tanah dapat diperbaiki, dengan cara:
Mengubah temperatur (mis: temperatur diturunkan dan pemadatan dapat dilakukan dengan mencampur
aspal panas dan tanah).
Hidrasi atau pencampuran dengan air (mis: hidrasi dengan semen (PC) akan mengeraskan tanah dan
menimbulkan ikatan yang kuat).
Penguapan
Penyerapan
3) Secara Kimiawi
Dengan menggunakan reaksi kimia sehingga tanah menjadi keras, dengan cara:
Pertukaran ion, yaitu dengan menukar reaksi ion butir tanah.
Pengendapan yaitu dengan mencampur dua macam campuran, sehingga terbentuk zat baru yang dapat
menimbulkan pemadatan pada tanah atau stabilisasi tanah.
Polimerisasi yaitu dalam kondisi-kondisi tertentu beberapa zat sederhana dicampur sehingga akan
membentuk zat baru yang dimiliki molekullebih besar dan menimbulkan pengaruh stabilitas.
Oksidasi.
Cara lain untuk memperbaiki tanah adalah dengan cara melihat tujuan-tujuan yang akan dicapai, antara lain:
6
1) Perbaikan menyeluruh terhadap sifat tanah tanpa menambah bahan baru. Cara ini meningkatkan kekuatan
tanah, mengurangi dan permeabilitas.
2) Perbaikan sifat tanah dengan meningkatkan kekuatan geser tanah.
3) Mengusahakan tanah menjadi kedap air
4) Mencegah tidak terjadinya erosi tanah, dapat dilakukan dengan menambah bermacam-macam garam dan
bahan kimia lainnya.
Pengujian ini dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dilakukan secara kimiawi yaitu dengan
menggabungkan semen dan bahan/tanah setempat. Pemilihan produk semen ini dikarenakan SMBR merupakan
industri yang bergerak dibidang semen sehingga kedepan dapat menjadikan soil cement sebagai salah satu
produk turunan dan juga dalam penerapannya di Jalan Akses T3 ini dapat menghemat dari segi cost
(transportasi) karena bahan didatangkan dari pabrik yang cukup dekat dengan lokasi proyek.
c. Pengujian Laboratorium
1) Tujuan Pelaksanaan
Tujuan dari pelaksanaan pengujian laboratorium untuk soil cement sebagai berikut :
Merencanakan komposisi antara campuran tanah, semen dan air pada pekerjaan soil cement base (SCB).
Menstabilisasi perkerasan yang ada dengan kedalaman sesuai rencana desain yaitu kedalaman soil cement
base (SCB)
Meningkatkan homoginitas material dengan stabilisasi semen atau additive lainnya sehingga menghasilkan
mutu hasil pekerjaan yang sesuai spesifikasi.
Dan pengujian dilakukan pada pekerjaan soil cement base (SCB) yaitu:
a) ) Pengujian Proctor standart,
b) Pengujian Kuat tekan bebas (Unconfined CompressivStrength/UCS)
c) Pengujian California Bearing Ratio/CBR
Persiapan Pekerjaan Soil Cement Base adalah Pekerjaan yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan Soil
Cement Base / Lapis Pondasi Tanah. Persiapan ini terdiri dari Site Investigation, Pengambilan dan
pemeriksaan sampel untuk Design Mix Formula (DMF), Pemeriksaan material semen yang akan digunakan
serta Pengujian di Lapangan (Field Trial).
Design Mix Formula (DMF) adalah pengujian material yang berhubungan dengan proyek dan dilakukan di
Laboratorium untuk mendapatkan Job Mix Formula (JMF) sebagai acuan dan pedoman ketika proyek
dilaksanakan.
Job Mix Formula (JMF) adalah perbandingan antara implementasi dari Design Mix Formula (DMF) yang
dilaksanakan di laboratorium dengan percobaan di lapangan (Field Trial).
Bulking Ratio (BR) adalah derajat kehalusan yang digunakan sebagai bahan perbandingan antara tanah
campuran kondisi gembur (setelah milling) dengan tanah campuran kondisi padat. Fungsinya untuk
mengidentifikasi ketebalan pemadatan dengan mengukur ketebalan gembur campuran sebelum dilakukan
pemadatan
1) Memastikan semua alat yang berhubungan dengan pekerjaan recycling telah siap
2) Segera milling semen yang telah terhampar dengan kedalaman yang telah ditentukan
3) Kecepatan Recycling Machine (WR.2500) pada saat milling diusahakan konstan agar hasil campuran lebih
homogeny
4) Arah perjalanan Recycling Machine (WR.2500) pada saat milling dimulai dari sisi bagian luar kemudian masuk
ke bagian sumbu jalan
5) Selama proses milling, kedalaman milling harus selalu dicheck dengan cara melihat elevasi pada patok-patok
yang telah ditandai di tepi badan jalan
7
6) Milling segera setelah penghamparan telah selesai, kemudian dilakukan proses milling dengan alat Reycling
Machine pelaksanaanya dilakukan dengan 1 kali proses milling dengan ketebalan 35 cm.
7) Pelaksanaan milling akan bergerak gradual (sedikit demi sedikit) dari sisi bagian luar kemudian masuk ke
bagian sumbu jalan sampai seluruh permukaan selesai di milling, setelah proses milling selesai kemudian
dilanjutkan dengan Motor Grader untuk mengembalikan kondisi yang semula dengan kemiringan jalan 3 %.
Kemudian dilanjutkan dengan Padfoot Roller untuk pemadatan awal dan Vibro Roller untuk pemadatan akhir
setelah pemadatan awal dan akhir selesai, dilanjutkan dengan finshing dengan alat Pneumatic Tyre Roler
(PTR).
8) Kondisi Khusus, pada saat milling di jalan yang menanjak, proses milling dimulai dari elevasi yang rendah
menuju ke elevasi yang lebih tinggi.
f. Pemadatan
1) Pekerjaan Pemadatan Awal adalah pemadatan hasil milling antar tanah pilihan dengan semen oleh alat
Recycling Machine. Pemadatan awal ini dilakukan dengan alat berat Padfoot Roller.
2) Pekerjaan Pemadatan Akhir adalah pemadatan finishing setelah pemadatan awal oleh Padfoot Roller dan
pembentukkan oleh Motor Grader. Pemadatan akhir ini dilakukan dengan alat berat Smooth Drum Roller
3) Persiapan sebelum dilakukan Milling dan pemadatan langkah awal yang dilakukan ialah memobilisasi alat-alat
yang akan digunakan dan tenaga kerja serta Gambar pelaksanaan harus sudah tersedia agar pada saat
pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar yang ada dan petunjuk dari direksi pekerjaan.
4) Alat yang digunakan adalah Recycling Machine, Water Tank Truk, Cement Spreader/Excavator, Motor Grader,
Padfoot Roller ,Vibro roller
5) Bahan yang digunakan adalah tanah dan Semen yang digunakan untuk lapis pondasi tanah semen adalah semen
Portland Tipe I yang memenuhi ketentuan SNI 15-2049-2004.
8
2.2 Memetakan Hubungan Sebab Akibat Terhadap Masalah / Peluang
Manusia Metode
Dilakukannya
Fasilitas manual
uji soil Cement Tanah
sangat tergantung
di laboratorium setempat tidak
dengan operator
memenuhi Melakukan
syarat improvement
yang
menghasilkan
Semen Menggunakan
Produk Turunan
Memanfaatkan
bahan/tanah
Sendiri dan peralatan Semen
Tanah laboratorium
setempat yang setempat untuk pengujian
belum memenuhi dan alat berat
syarat saat pelaksanaan
18
16
14
12
10
0
1 2 3
Nomor Masalah
Risk Score
Cummulative Score
Dengan referensi yang dikumpulkan maka diharapkan akan tercipta design mix formula yang sesuai sebagai material
stabilisasi tanah secara kimia yang :
- efektif dalam proses pelaksanaan dan pengujiannya ;
- efisien dalam penggunaan material dan sumber daya lainnya yang berdampak pada biaya investasi yang dikeluarkan
serta waktu pelaksanaan ;
- safety dalam pelaksanaan pembangunan dan pengoperasiannya ;
- memenuhi standar aturan yang berlaku untuk menjamin keberlangsungan dan keamanan lingkungan.
- Keberlanjutan dalam proses pengadaan dan pengolahannya.
- Innovative dalam upaya pengembangan produk baru kedepannya
10
3.2. Membuat Daftar Alternatif Solusi
Daftar alternatif solusi didasarkan dari permasalahan yang dihadapi kemudian dibuat skema penyelesaian permasalahan
tersebut dengan menimbang berbagai alternatif yang mungkin.
1. Menggunakan semen sebagai material/bahan dalam proses stabilisasi tanah secara kimia Tingginya biaya
penggunaan material/agregat kelas A dan B atau material pilihan lainnya yang mencapai ± 15 % dari total cost
konstruksi jalan.
2. Pengembangan produk turunan semen Persaingan industri semen yang semakin ketat mengharuskan setiap
produsen semen mencari alternatif dan innovatif dalam mengembangkan produk turunannya sehingga mampu
bersaing dan memberikan solusi pada permasalahan konstruksi.
11
1 Kondisi tanah asli Perbaikan Estimasi Agregat Penggunaan Sedang Berdasark
yang tidak tanah asli 2(dua) Bulan halus semen sebagai an tabel
memenuhi sifat bahan stabilisasi penetapan
(stabilisasi) kriteria
teknis tanah (daya tanah dinilai lebih
dengan maka
dukung tanah efisien dan efektif
menggunaka dipilih
rendah) dari segi altenatif
n soil semen keberadaan bahan dengan
sebagai baku dan jarak poin
proses kimia tertinggi
12
3.7. Memahami Pengaruh Solusi Terhadap Pihak Terkait
Pihak yang berkepentingan Positive Impact Negative Impact
Tambang - Jalan akses tambang 3 dapat - Perlu perawatan dan pemeliharaan
beroperasi sebagai mestinya jalan.
Sebelum melakukan pekerjaan dan pengujian soil cement ini , perlu dilakukannya survey kondisi aktual di lapangan, kemudian
dilakukannya pengambilan sampel tanah untuk mengetahui kekuatan/daya dukung tanah tersebut. Kemudian barulah dilakukan
stabilisasi secara kimiawi dengan mencampurkan/milling semen milik sendiri untuk kemudian dilakukan pemadatan dan
pengujian di lapangan.
13
4.2 Membuat Sistem Dokumentasi Model
Sumber : Penelitian & Laporan Akhir Mix Design dan Metode Pelaksanaan Soil Cement Base (SCB)
Politeknik Negeri Manado Tahun 2016
14
2. Pengujian Berat jenis tanah
Sumber : Penelitian & Laporan Akhir Mix Design dan Metode Pelaksanaan Soil Cement Base (SCB)
Politeknik Negeri Manado Tahun 2016
15
3. Pengujian Kuat tekan bebas Unconfined Compressive Strength (UCS)
Sumber : Penelitian & Laporan Akhir Mix Design dan Metode Pelaksanaan Soil Cement Base (SCB)
Politeknik Negeri Manado Tahun 2016
16
4. Pengujian California Bearing Ratio (CBR)
Sumber : Penelitian & Laporan Akhir Mix Design dan Metode Pelaksanaan Soil Cement Base (SCB)
Politeknik Negeri Manado Tahun 2016
17
5. Properties bahan campuran dan kesimpulan
Sumber : Penelitian & Laporan Akhir Mix Design dan Metode Pelaksanaan Soil Cement Base (SCB)
Politeknik Negeri Manado Tahun 2016
18
4.4 Evaluasi Model
Pengecekan kondisi dan Kondisi tanah dasar pada Sta. Perlu stabilisasi tanah menggunakan
daya dukung tanah 5+400 s/d Sta. 5+450 tidak bahan campur semen sebagai Design
memenuhi persyaratan sifat Mix Formula (DMF)
teknis tanah (tanah rawa/lunak)
19
g. Manajemen dan Mitigasi Resiko
Saran :
Melakukan pengembangan dan studi lebih lanjut untuk pengembangan soil semen sebagai produk
turunan SMBR
20