Pendahuluan
Perancangan Campuran
Pengendalian
Spesifikasi Pengawasan Pemeriksaan
Mutu Beton
Material untuk Pekerjaan Mutu
untuk Pengujian
Konstruksi Struktur Bangunan
Konstruksi Laboratorium
Bangunan Bangunan Gedung
Bangunan
Gedung Gedung Eksisting
Gedung
tbc tbc
tahapan pekerjaan beton
Pencampuran
Pemilihan Perancangan
dan Pengecoran Perawatan
Bahan Baku Campuran
Pengiriman
Pembuatan Perawatan
Benda Uji dan Pengujian
Material Beton
honeycomb
kuat tekan
rendah
terlalu cepat/ retak susut
lambat setting
bleeding
retak rambut segregasi beton
agregat keropos
tulangan
terekspos
dimensi tulangan
komponen korosi
slump terlalu tidak presisi beton tidak lecak
rendah/ tinggi (workable)
kuat
ramah
lingkungan
BETON
awet stabil
Penerimaan Mutu Beton
berdasarkan SNI 2847:2019
Spesimen silinder harus dibentuk dan dirawat
Benda uji beton silinder Pasal 26.12.3.1.a) sesuai SNI 4810:2018 dan diuji sesuai SNI
1974:2011
1) Setiap rata-rata tiga spesimen pengujian
kekuatan tekan yang dilakukan secara
berurutan, dengan kekuatan tekan sama
OK dengan atau melebihi fc’ , dan
fc' Pasal 26.12.3.1.b) 2) Kekuatan tekan tidak boleh lebih rendah dari fc’
sebesar 3,5 MPa jika nilai fc’ kurang dari atau
sama dengan 35 MPa, atau lebih dari 0,10 fc’
jika nilai fc’ melebihi 35 MPa.
NOT OK
Benda uji beton inti Pasal 26.12.4.1 b) uji beton inti yang dilakukan pada daerah yang
diragukan boleh dilakukan sesuai SNI 2492:2018.
1) Rata-rata tiga beton inti sama dengan atau
OK sekurangnya 85 persen nilai fc’ , dan
fccore Pasal 26.12.4.1 d) 2) Tidak ada satupun hasil beton inti yang kurang
dari 75 persen fc’
NOT OK
Dilakukan oleh perencana bersertifikat atau pihak
Evaluasi kekuatan struktur eksisting Pasal 27 berwenang
finish
BAHAN PENYUSUN BETON
Pemilihan Bahan Penyusun Beton
Pemilihan Bahan Penyusun Beton: agregat kasar
split 3-5
split 3-4
split 2-3
split 1-2
screen 1 cm
Pemilihan Bahan Penyusun Beton: agregat kasar
less workable
more workable
significantly less
less strength
strength
Pemilihan Bahan Penyusun Beton: agregat halus
FM = 2,13
FM = 2,61
FM = 3,17
pasir laut untuk agregat
Solusi
Deposit di alam (± 1 tahun)
Penggunaan admikstur corrosion
inhibitor
Penggunaan tulangan non ferrous
tailing untuk agregat
Solusi
Deposit di alam
Uji TCLP
Penggunaan untuk beton berat
Agregat untuk Beton
Agregat untuk Beton
Spesifikasi
SNI 8321:2016
Berat isi dan rongga udara SNI 03-4804-1998 Berat isi dan rongga udara SNI 03-4804-1998
Berat jenis dan penyerapan SNI 1969:2016 Berat jenis dan penyerapan SNI 1970:2016
Analisis saringan SNI ASTM C136:2012 Analisis saringan SNI ASTM C136:2012
pH ≤ 5
Berbau dan berwarna (dapat
mempengaruhi warna beton)
Solusi
Penggunaan kapur padam atau
soda ash untuk menetralkan pH
Penggunaan karbon aktif dan
cangkang sawit untuk
memperbaiki warna
Pemilihan Bahan Penyusun Beton: admikstur
• Bahan kimia tambahan untuk mendapatkan sifat-sifat khusus dari beton
• Memenuhi ASTM C494/C494M-19
• Tipe A : mengurangi jumlah air campuran;
• Tipe B : memperlambat waktu pengikatan beton;
• Tipe C : mempercepat waktu pengikatan dan menambah kekuatan awal beton;
• Tipe D : mengurangi campuran dan untuk memperlambat waktu pengikatan beton;
• Tipe E : mengurangi jumlah air campuran, mempercepat waktu pengikatan, serta menambah
kekuatan awal beton;
• Tipe F : untuk mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih;
• Tipe G : mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih, dan juga untuk memperlambat
waktu pengikatan beton.
• Tipe S : untuk performa khusus
admikstur
untuk meningkatkan permeabilitas
meningkatkan permeabilitas
beton dengan membentuk
jaringan halus (pengamatan
menggunakan SEM)
tidak mempengaruhi kuat tekan
beton
metode uji: BS EN 1290-8:2019
Pemilihan Bahan Penyusun Beton: admikstur
Sustainability impact—concrete Sustainability impact—initial Sustainability
Admixture type Effect on concrete
production construction impact—life cycle
Extended set-control Can provide extreme Enable reuse of returned concrete. Allows full load delivery in slow -
admixtures retardation, yet with good set Enable recycling of cement in wash out placement situations where
predictability can stop while retaining its cementitious normally short loads would be
hydration in fresh concrete properties; enable long delivery times needed; eliminating second truck
enabling reuse; can stop so that temporary batch plants do not cycle environmental footprint.
hydration of cement in need to be erected in environmentally
washout applications. sensitive areas.
Water-reducing and Less water, resulting in less Less water consumed per volume of Lower carbon footprint through -
mid-range water- cement for equivalent concrete. reduction in cementitious
reducing strength. materials.
High-range water- Less water, resulting in less Less water consumed per volume of Substantially lower carbon -
reducing cement for equivalent concrete. footprint through reduction in
strength. cementitious materials.
Higher slump at equal water. Reduction in construction labor,
reducing related carbon footprint.
Accelerating Accelerate hydration, Reduce or eliminate need for hot Reduce heating forms and reduce -
admixtures especially in cold weather. water or heated aggregates. heated enclosures.
Admixtures for self- Much higher workability at Faster truck discharge and placement Markedly reduced placement labor -
consolidating concrete equal water. rates. and related carbon footprint.
Pada tahun 2014, Puslitbang Permukiman bekerja sama dengan Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
melakukan penelitian untuk mengetahui kinerja semen OPC dan PCC atau PPC di Indonesia.
Penelitian dilakukan terhadap 9 produsen semen anggota ASI, dengan rincian produk sebagai
berikut:
7 produk OPC
8 produk PCC
1 produk PPC
w/c yang digunakan adalah 0,4 dan 0,6
Agregat kasar dan halus yang digunakan adalah agregat alam
Semen OPC vs. Semen PCC/PPC
Hubungan persentase kuat tekan terhadap umur beton *)
Proporsi campuran beton harus ditetapkan sesuai dengan SNI 6880:2016 Pasal 4.2.3 atau dengan metode alternatif
yang diperbolehkan oleh perencana ahli bersertifikat. Jika SNI 6880:2016 Pasal 4.2.3 digunakan, hasil pengujian
yang digunakan untuk menetapkan proporsi campuran beton tidak boleh berumur lebih dari 24 bulan.
Material beton yang digunakan untuk proporsi campuran beton harus sesuai dengan yang material yang tertera pada
dokumen konstruksi.
Jika campuran beton yang berbeda digunakan untuk pekerjaan yang lain, tiap campuran harus sesuai dengan
persyaratan campuran beton yang dinyatakan dalam dokumen konstruksi.
Perancangan Campuran
Kekuatan tekan 28 hari yang ditentukan dari spesimen silinder (150 x 300) mm
atau (100 x 200) mm yang dibuat dan diuji sesuai SNI 4810:2013 dan SNI
fc ’ Kekuatan beton yang disyaratkan 1974:2011. Sebuah uji kekuatan pada umur yang ditunjuk adalah rata-rata dari
minimal dua silinder (150 x 300) mm atau rata-rata dari minimal tiga silinder (100
x 200) mm yang dibuat dari sampel beton yang sama.
fcr’ Kekuatan tekan rata-rata yang diperlukan Kekuatan beton yang disyaratkan ditambah dengan deviasi standar
fcr’ apabila tersedia data untuk menentukan deviasi standar fcr’ apabila tidak tersedia data untuk menentukan deviasi standar
Perancangan Campuran
• Acuan: SNI 7656:2012 Tata cara pemilihan campuran
untuk beton normal, beton berat dan beton massa
Pembuatan campuran
percobaan (trial mix)
Pemilihan w/c atau w/cm
Penyesuaian
Perhitungan kadar semen/
material sementisius
selesai
Perancangan Campuran
1. Pemilihan slump
Slump (mm)
Tipe konstruksi
Maksimum Minimum
Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi telapak) 75 25
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang pancang, dinding bawah tanah. 75 25
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
Struktur selalu/seringkali basah dan Struktur yang dipengaruhi air laut atau
Tipe struktur
terpapar pembekuan serta pencairan sulfat
Bagian tipis (pegangan tangga, gili-gili, sills,
talang, ornamental work) dan bagian selimut 0,45 0,40
beton kurang dari 25 mm.
Struktur lain 0,50 0,45
Perancangan Campuran
5. Perhitungan kadar semen/ material sementisius
kadar air [langkah 3]
Kadar semen = w w
atau [langkah 4]
c cm
𝑉 𝑉 𝑉 , , ,
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
𝑉
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
8. Penyesuaian terhadap kelembapan agregat
a. Jika penyerapan agregat < 1%, diijinkan untuk mencampur agregat dalam kondisi kering udara
b. Jika penyerapan agregat ≥ 1%, mensyaratkan pengondisian sebelumnya untuk memenuhi
syarat penyerapan dengan pengaturan berat agregat yang didasarkan pada jumlah kadar air
dan pengaturan termasuk air permukaan sebagai bagian dari air pencampur yang disyaratkan
Perancangan Campuran
9. Pembuatan campuran percobaan
Yang harus diperiksa:
a. Slump
b. Berat isi dan jumlah yang dihasilkan (yield)
c. Kadar udara
d. Sifat pengerjaan, bebas segregasi, dan finishing
Pengaturan kadar air:
• Tambahkan/ kurangi 2 kg/m3 pengurangan / penambahan nilai slump 10 mm
• Tambahkan/ kurangi 3 kg/m3 pengurangan / penambahan kadar udara 1 %
Langkah 1:
Slump yang disyaratkan 75 mm sampai dengan 100 mm.
Langkah 2:
Agregat yang digunakan memiliki ukuran nominal maksimum 37,5 mm.
Langkah 3:
Beton yang dibuat adalah beton tanpa tambahan udara, karena strukturnya tidak akan terkena
pemaparan tingkat berat.
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Langkah 4:
Rasio air-semen (w/c), digunakan interpolasi linier. w/c = 0,62
Langkah 5:
banyaknya kadar semen = 181/0,62 = 292 kg/m3
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Langkah 6:
Berat agregat halus kering yang dibutuhkan = 0,292 x 2,64 x 1000 = 771 kg
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Perbandingan berat campuran:
Air yang diserap tidak menjadi bagian dari air pencampur dan harus dikeluarkan dari penyesuaian dalam air
yang ditambahkan. Dengan demikian, air pada permukaan yang diberikan dari agregat kasar (2 – 0,5) = 1,5
persen; dari agregat halus (6 – 0,7) = 5,3 persen. Dengan demikian, kebutuhan perkiraan air yang
ditambahkan = 181 – 1136(0,015) – 801(0,053) = 122 kg
Perkiraan berat campuran untuk satu m3 beton menjadi Air (yang ditambahkan) 181 kg
Semen 292 kg
Agregat kasar (basah) 1.136 kg
Pasir (basah) 801 kg
Jumlah 2.422 kg
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Langkah 9:
Campuran percobaan di laboratorium
Untuk campuran percobaan di laboratorium, berat campuran diperkecil menjadi 0,02 m3.
Jumlah air yang sesungguhnya digunakan untuk memperoleh slump yang diinginkan sebesar 75 mm
sampai dengan 100 mm adalah sebanyak 2,70 kg, sehingga campuran yang dibuat menjadi sebagai
berikut :
Beton memiliki slump yang diukur sebesar 50 mm dan bobot isi 2390 kg/m3. Ini dianggap memuaskan
dari sudut pandang sifat pengerjaan dan penyelesaian akhir
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Langkah 9 (lanjutan):
Untuk memberikan hasil yang sesuai, dibuatlah penyesuaian sebagai berikut:
Karena jumlah hasil campuran percobaan sebelumnya = 48,70/2390 = 0,0204 m3 dan kadar air
pencampur adalah 2,70 kg (yang ditambahkan) + 0,34 kg (pada agregat kasar) + 0,84 kg (pada
agregat halus) = 3,88 kg,
maka banyaknya air pencampur untuk tiap satu m3 beton dengan slump yang sama adalah :
3,88/0,0204 = 190 kg
Untuk menambah slump 10 mm pada 1 m3 beton, diperlukan penambahan air 2 kg, sehingga untuk
menaikkan slump yang terukur dari 50 mm menjadi 75 mm sampai dengan 100 mm seperti yang
diinginkan, perlu ditambahkan ± 8 kg, sehingga membuat jumlah seluruh air pencampur 198 kg.
Dengan penambahan air pencampur, akan dibutuhkan tambahan semen untuk memperoleh rasio air-
semen 0,62 seperti yang diinginkan. Kadar semen yang baru menjadi 198/0,62 = 319 kg.
Karena sifat pengerjaan ternyata cukup memuaskan, jumlah agregat kasar per satuan volume beton
akan dipertahankan sama seperti dalam campuran percobaan. Banyaknya agregat kasar adalah:
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Langkah 9 (lanjutan):
Perkiraan baru untuk berat (massa) dari satu m3 beton adalah bobot isi sebesar 2390 kg/m3, maka
banyaknya agregat halus yang diperlukan adalah
2390 – (198 + 319 + 1120) = 753 kg kering permukaan (SSD)
753/1,007 = 748 kg kering
Berat campuran per satu m beton menjadi:
3
Slump diukur 50 mm; massa satuan 2390 kg/m3; menghasilkan 48,08/2390 = 0,0201 m3; sifat pengerjaan memenuhi
syarat
b. Perkiraan jumlah air yang diperlukan untuk slump yang sama dengan campuran percobaan
2,70+0,34+0,81
= 192 kg
0,0201
Air pencampur untuk mendapatkan slump 75 mm sampai dengan 100 mm = 192 + 8 = 200 kg.
c. Penyesuaian kadar semen untuk air yang lebih banyak:
200
= 323 kg
0,62
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Langkah 10: Penyesuaian susunan campuran
d. Kebutuhan agregat kasar yang disesuaikan:
23,18
= 1.153 kg (basah)
0,0201
1.153
= 1.130 kg (kering)
1,02
Oleh karena jumlah yang dihasilkannya juga sama, yaitu 0,0201 m3, tidak ada udara yang dapat diketahui dalam
ketelitian dari pemeriksaan bobot isi dan angka-angka perhitungan yang signifikan.
Perancangan Campuran: Contoh Perhitungan
Langkah 10: Penyesuaian susunan campuran
f. jumlah campuran percobaan yang disesuaikan, menjadi:
Volume air 200
= = 0,200 m3
1000
Volume semen 323
= = 0,103 m3
3,15 x 1000
Volume agregat kasar 1130
= = 0,422 m3
2,68 x 1000
Jumlah volume selain agregat halus = 0,725 m3
Berat agregat halus kering yang dibutuhkan = 0,275 x 2,64 x 1000 = 726 kg
Dengan demikian, berat dasar dari campuran beton, setelah disesuaikan, menjadi sebagai berikut (untuk 1 m3 beton) :
Air (berat bersih) 200 kg
Semen 323 kg
Agregat kasar, kering 1130 kg
Agregat halus, kering 726 kg
Perancangan Campuran
• Surat Edaran Menteri PUPR No. 07/SE/M/2016 tentang
Pedoman Tata Cara Penentuan Campuran Beton Normal
dengan Semen OPC, PPC dan PCC
fc’ (MPa) Semen Agregat Agregat fc’ (MPa) Semen Agregat Agregat
Air (liter) Air (liter)
(kg) Kasar (kg) Halus (kg) (kg) Kasar (kg) Halus (kg)
*) Proporsi campuran perlu disesuaikan dengan kadar air agregat dan penyerapan
Perancangan Campuran
Rule of thumb:
Untuk setiap penambahan 4 liter air pada 1 m3 beton:
1. Slump akan meningkat 25 mm
2. f’c akan berkurang 1,5 – 2,0 MPa
3. Potensi penyusutan meningkat 10%
4. 10 – 12,5 kg semen menjadi terbuang
Pengambilan Sampel Uji
beton segar
Acuan : SNI 2458:2018 Tata cara pengambilan sampel campuran beton segar
Contoh uji adalah komposit (dari beberapa kali pengambilan), dengan interval waktu bagian
pertama dan terakhir adalah 15 menit
Untuk uji slump, temperatur dan kadar udara, dilakukan tidak lebih dari 5 menit setelah
pengambilan bagian terakhir
Untuk uji lain dan pencetakan benda uji, dilakukan tidak lebih dari 15 menit setelah
pengambilan bagian terakhir
Volume minimum untuk pencetakan benda uji adalah 28 liter
Pada setiap batch, contoh uji diambil saat penuangan telah mencapai 10% dan sebelum
mencapai 90%
10% 90%
15 menit
Pengambilan Sampel Uji
beton segar
Pengambilan contoh uji dari mixer stasioner:
- contoh uji beton diperoleh dengan menggabungkan dua atau lebih bagian tengah dari setiap batch saat
penuangan pada selang waktu tertentu
- Bila penuangan terlalu cepat, pengambilan contoh uji harus menggunakan wadah yang cukup besar
- Aliran campuran yang ke luar dari mixer harus dijaga sehingga tidak tertahan oleh wadah yang dapat
menyebabkan terjadinya segregasi
Pengambilan contoh uji dari truck mixer atau agigator:
- Contoh uji diambil sebanyak 2 kali atau lebih pada selang waktu yang teratur selama penuangan dari
bagian tengah setiap batch dan digabungkan menjadi satu untuk pengujian.
- Contoh uji diambil setelah penambahan air ke dalam mixer
- Contoh uji diambil secara berulang kali melalui suatu penuangan ke dalam bak penampung atau
langsung masuk ke dalam suatu wadah contoh uji.
- Kecepatan penuangan dari tiap batch diatur berdasarkan kecepatan putaran drum mixer dan bukan
dengan ukuran bukaan pintu pengeluaran.
Pengujian Beton Segar
uji slump
Prosedur:
- Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembap, tidak menyerap air dan kaku
- Isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekira sepertiga dari volume cetakan (keketebalan 67 mm dan 155 mm)
- Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat
- Padatkan lapisan kedua dan lapisan atas seluruhnya hingga kedalamannya, sehingga penusukan menembus batas
lapisan di bawahnya
- Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas cetakan sebelum pemadatan dimulai.
Tambahkan adukan beton untuk tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.
- Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas cetakan
- Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan
dengan jarak 300 mm dalam waktu 5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional.
- Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian (dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan) dalam waktu tidak lebih dari
2 ½ menit.
- Ukur segera slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dan bagian pusat permukaan
atas beton. Bila terjadi keruntuhan atau keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian massa beton, abaikan
pengujian tersebut dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh
Pengujian Beton Segar
uji slump
Pengujian Beton Segar
uji temperatur
Acuan : SNI 4807:2015 Metode uji pengukuran temperatur beton segar campuran semen hidraulis (ASTM
C1064/C1064M-08, IDT)
Prosedur:
Masukkan termometer ke campuran beton segar hingga kedalaman minimum 75 mm
Biarkan termometer selama 2 hingga 5 menit dalam campuran beton.
Angkat dan catat temperatur beton segar
Spesifikasi temperatur beton segar: ≤ 35 °C (SNI 6880:2016 Pasal 4.2.2.6.)
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton Silinder
PERAWATAN LAPANGAN a. Penentuan kemampuan suatu struktur memikul beban
layan yang ditetapkan,
b. Perbandingan dengan hasil uji dari spesimen yang
dirawat standar atau dengan hasil uji dari berbagai
metoda uji di lapangan,
c. Kecukupan perawatan dan perlindungan pada beton
strukturnya, atau
d. Persyaratan waktu pembongkaran bekisting atau
perancah.
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton Silinder
Jumlah benda uji:
1. Setidaknya dua spesimen silinder yang dirawat di lapangan berukuran 150 x 300 mm atau setidaknya tiga
spesimen berukuran 100 x 200 mm yang dibuat dalam waktu dan sampel yang sama dengan spesimen
silinder dengan perawatan standar.
2. Spesimen silinder yang dirawat di lapangan harus memenuhi prosedur yang tercantum dalam SNI
4810:2018 dan diuji dengan SNI 1974:2011.
Acuan : SNI 4810:2018 Tata cara pembuatan dan perawatan spesimen uji beton di lapangan
(ASTM C31-17, IDT)
Dimensi benda uji : dia. 100 mm tinggi 200 mm atau dia. 150 mm tinggi 300 mm
Peralatan :
- Cetakan silinder (harus kedap, kokoh, dan tidak berubah bentuk saat dicor)
- Batang pemadat
- Penggetar
- Palu kepala karet
- Wadah sampel
- Alat bantu lain (sekop/ sendok beton, roskam/ trowel)
Volume sampel minimum : 28 liter untuk 3 benda uji
Pembuatan Benda Uji Beton Silinder
Yang harus diperhatikan:
Sampel uji dilakukan uji slump terlebih dulu sebelum dicetak menjadi benda uji. Sampel uji slump dapat
diaduk kembali dan digunakan untuk benda uji
Benda uji dituang ke dalam cetakan secara bertahap (tiap lapis 50 mm) dan dipadatkan
Benda uji dipadatkan dengan ditusuk atau digetarkan. Overlap penusukan/ penggetaran = 25 mm
PERAWATAN AKHIR
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
10. Thermal Mixture Thermal cracks occur when concrete cools and contracts and a) Use mass concrete practices as stated in ACI 207.1R.
cracking the concrete is restrained. Restraint can be caused by external b) Reduce content of cementitious materials when strength allows.
forces such as friction between a slab-on-ground, or by internal c) Use cement with low heat properties.
forces such as differential between the concrete and ambient d) Use pozzolans with low heat properties.
temperatures on the exterior of the concrete. e) Precool concrete to reduce peak temperature.
Jobsite A thermal concrete plan needs to be developed for the Incorporate a heat-dissipation system, such as tubes circulating cooling
particular project (refer to ACI 207.1R). fluid, through the interior of the concrete. Insulate exposed surfaces and
allow gradual cooling. Postpone removal of formwork while interior
concrete temperature remains elevated.
11. Surface Mixture Blistering and surface delaminating typically occur due to a) Reduce air content to the minimum possible if applying a hard steel
problems finishing practices; however, some concrete mixture trowel surface.
blistering/ proportioning can affect the possibility of blistering or b) Reduce bleed water (refer to Table 3.3b, Item 2, Bleed rate too fast/too
delaminating delaminating taking place. slow).
c) If using fibers, ensure that unintentional air has not been entrained.
Jobsite Blistering and surface delaminating typically occur due to a) Lengthen period of time prior to first finishing procedure.
finishing practices. b) Do not work bleed water into the surface of concrete.
12. Mixture Variations in mixture proportioning a) Ensure homogeneity of mixing and as constant a w/cm as possible.
Discoloration b) Avoid using calcium chloride admixtures.
c) Use the same source and type of cementitious materials.
Jobsite Discoloration typically occurs due to finishing practices rather a) Avoid premature or excessive finishing operations.
than mixture design issues. b) Uniformly cure with the same curing medium.
c) Change forms, release agents, or both, to reduce the effects/reaction
with the form face.
Permasalahan Campuran
Area of
beton mengeras
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
13. Mixture Low degree of workability; aggregate size and shape; mortar a) Reduce coarse aggregate size.
Honeycombing content or paste content. b) Use more rounded aggregate.
(refer to ACI c) Avoid lower slump sticky mixtures; refer to Table 3.3b, Issue 1, Sticky
302.1R) mixtures.
d) Check water-reducing admixture dosage.
e) Insufficient paste content can compromise compaction/ consolidation
and result in honeycombing.
Jobsite A. Contamination by a foreign substance in the field or a) Make sure that the mixer and placing equipment have been properly
materials left in the mixer cleaned.
B. Improper consolidation b) Improve consolidation methods.
c) Increase vibration techniques to improve consolidation.
14. Dusting Jobsite Improper finishing and curing techniques a) Avoid finishing operation while bleed water is on the surface or before
concrete has stopped bleeding to prevent working bleed water into the
surface
b) Provide sufficient curing to avoid dehydration of surface moisture
c) Avoid excessive exposure to carbon dioxide from heaters causing
carbonation
15. Scaling Mixture Improper proportioning a) Use adequate entrained air to protect against freezing-andthawing
damage as specified in ACI 301.
b) Mixtures should maintain w/cm below 0.45
c) Alternate cementitious contents should not exceed the limits in ACI 301.
Jobsite Excess finishing Avoid excessive finishing properties; avoid finishing water into the surface of
concrete
16. Curling Jobsite Curing a) Protect concrete surface to prevent differential shrinkage through the
concrete section caused most commonly by drying the top surface
relative to the bottom.
b) Protect concrete surface to prevent differential thermal stress through
the concrete section caused, most commonly, by cooling of the surface
relative to the mass.
c) Avoid over-finishing that may produce a dense, cement rich surface
relative to the mass.
Permasalahan Campuran
beton mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
17. Mixture A. Changes in cementitious or other raw material a) New trial batches may be needed to confirm the impact on the strength and
Low-strength production workability of the mixture.
concrete b) A temporary increase in cementitious materials may be required to
maintain satisfactory results.
B. Seasonal changes a) Verify proper field sampling and curing conditions.
b) Hotter weather can reduce later-age concrete strength. If possible, use
higher volumes of alternate cementitious materials.
c) Significant changes in air or concrete temperatures can affect admixture
characteristics, requiring adjustment to maintain performance.
Jobsite C. Addition of water beyond that originally specified a) Do not add water beyond the amount originally specified.
b) If workability of the mixture needs to be higher, refer to Table 3.3a, Issue
2, Slump: high/low.
c) Check the moisture content and absorption of the aggregates.
Testing D. Improper sampling, molding, curing, and testing a) Ensure that all tests comply with the referenced specifications for the job,
procedures such as ASTM C172/C172M, C31/C31M, C39/C39M, C143/C143M,
C231/C231M, and C78/C78M.
b) Ensure that all technicians are certified by ACI or an equivalent agency for
the tests they are performing.
18. Slow Mixture A. Fly ash or slag used as a replacement for part of the Follow curing procedures outlined in ACI 308R. Additional curing/insulation or
strength gain cement may result in lower early-age compressive artificial heat may be required at lower temperatures. An accelerating
strength, extended time of set, or both. This may be admixture can also be added to the mixture to increase early-age strength and
more apparent in cooler temperatures. Refer to ACI reduce the time of set. It may also be necessary to reduce the amount of fly ash
233R and ACI 232.1R. or slag in the mixture.
B. Mixtures proportioned for use in warmer weather may Adjust the admixture dosages to reflect changes in weather conditions.
have increased dosages of chemical admixtures that
could slow strength development
Permasalahan Campuran
beton mengeras
Area of
Issue Possible cause Possible adjustments
occurrence
18. Slow Mixture C. An increase in the amount of material passing the No. 200 Change the aggregate source or wash the aggregate to remove the excess
strength gain (75 μm) sieve may cause a reduction in the aggregate-to of No. 200 (75 μm) materials.
paste bond. This could affect the strength gain, especially
in high-strength concrete.
Jobsite A. Addition of excessive water Do not exceed the design w/cm.
B. Improper curing of concrete Ensure proper curing and add wind breaks, shade, foggers,
or all of the aforementioned, to increase humidity near the
surface.
Testing Improper fabricating or curing of compressive strength Follow the procedures of testing and curing cylinders in ASTM C31/C31M.
cylinders
Terima Kasih
ditbtpp.bbsbg@pu.go.id Kang Batur
pupr_bbsbg 081111114310
ciptakarya.pu.go.id/satupintu/balaibsbg