Materi Bimbingan Teknis ini memberikan informasi kepada peserta tentang hal yang harus
diperhatikan dan diawasi pada saat pelaksanaan konstruksi, khususnya pekerjaan struktur
bawah, struktur atas dan pendetilan, berdasarkan standar dan acuan teknis sehingga hasil
pekerjaan struktur sesuai yang disyaratkan serta berkualitas
TUJUAN
Setelah mengikuti Bimbingan Teknis ini peserta memahami hal-hal yang harus diperhatikan dan
diawasi pada saat pelaksanaan konstruksi, khususnya pekerjaan struktur bawah, struktur atas
dan pendetilan, serta menerapkan pada pekerjaan di lapangan sehingga hasil pekerjaan
konstruksi bangunan gedung sesuai yang disyaratkan serta berkualitas.
OUTLINE MATERI
1 PENGANTAR
Pengendalian
Spesifikasi Pengawasan Pemeriksaan
Mutu Beton
Material untuk Pekerjaan Mutu
untuk Pengujian
Konstruksi Struktur Bangunan
Konstruksi Laboratorium
Bangunan Bangunan Gedung
Bangunan
Gedung Gedung Eksisting
Gedung
PP No. 16 tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
PP No. 16 tahun 2021 Pelaksanaan pekerjaan secara umum mengacu pada SNI 03-1728-1989-tata
cara pelaksanaan mendirikan bangunan gedung dan/atau perubahannya
SNI 03-1728-1989 3.1501. Konstruksi beton bertulang harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan
yang dilakukan dengan keilmuan/keakhlian yang dikerjakan dengan teliti dan
atau percobaan-percobaan yang dapat di pertanggung-jawabkan
3.1502. Bahan-bahan, tegangan-tegangan dan pelaksanaannya harus memenuhi
ketentuan SKBI mengenai bahan bangunan dan SKBI mengenai beton.
Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Geoteknik/ Fondasi
PELAKSANAAN
Pekerjaan Struktur Atas
Pekerjaan Mekanikal
Pekerjaan Elektrikal
Pekerjaan Arsitektural
Pekerjaan Pengakhiran
Pengujian
Penyerahan
PP 16/2021
PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
Pekerjaan Beton Struktur Atas
Kita akan membahas:
Continuous support
Individual bar chair dan individual high chair
Pekerjaan Penulangan
Penyangga tulangan (bar support)
Joist chair dan joist chair upper Slab bolster dan slab bolster upper
Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*
Papan kayu halus Serat kayu dan cacat Mudah dikerjakan Maks. 5
(surfaced lumber) mudah terlihat Mudah didapat
Dapat dipahat untuk
mendapatkan tampilan beton
tertentu
Pekerjaan Bekisting
Karakteristik material untuk bekisting
Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*
Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*
Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*
Kualitas beton
Memastikan campuran yang digunakan sudah sesuai dengan yang disyaratkan
Memastikan lama pengadukan, jumlah air total yang ditambahkan, putaran alat mikser, dan kelecakan yang akan
digunakan sesuai dengan ketentuan
Memastikan jenis, jumlah dan frekuensi pengujian beton segar sesuai yang disyaratkan
Mengamati dan memastikan pengambilan sampel, pengujian beton segar dan pembuatan benda uji beton mengeras
sesuai ketentuan
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan
FYI:
Untuk setiap penambahan 4 liter air pada 1 m3 beton:
1. Slump akan meningkat 25 mm
2. f’c akan berkurang 1,5 – 2,0 MPa
3. Potensi penyusutan meningkat 10%
4. 10 – 12,5 kg semen menjadi terbuang
Sebaiknya di kondisi awal, air diatur pada kebutuhan minimum (berdasarkan uji
slump), sehingga saat perlu ditambahkan air untuk meningkatkan kelecakan
(workability), masih memenuhi persyaratan nilai slump
Pekerjaan Pengecoran Beton
Poin-poin yang harus diperhatikan
FYI:
*) Jarak pemindahan horisontal maksimum:
- menggunakan gerobak sorong manual : 60 m
- menggunakan gerobak sorong motor : 100 m
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan
FYI:
Arah penuangan berhadapan dengan beton
segar terdahulu
60 cm
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan
Hindari beton segar yang berbenturan dengan penulangan, untuk menghindari terjadinya segregasi
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan
Pemadatan
Memastikan vibrator dimasukkan tegak lurus dan menembus lapisan cor dan hingga ±150 mm
menembus lapisan cor sebelumnya. Vibrator tidak boleh digunakan untuk mendorong beton secara
horisontal
Memastikan jarak dan durasi pemadatan sesuai ketentuan
Memastikan bekisting terikat kencang dan stabil
Pekerjaan Pengecoran Beton
Pemadatan beton segar
Memastikan beton terlindung dari temperatur ekstrem dan dari sinar matahari langsung dan angin yang
dapat mengurangi mutu beton mengeras.
Memastikan metode perawatan yang digunakan, serta waktu mulai dan durasi perawatan sesuai yang
disyaratkan
Pekerjaan Perawatan (Curing)
Metode Perawatan
24
Ketentuan Sistem Rangka Pemikul Momen
SNI 1726:2019
26
Ketentuan Tebal Selimut Beton
SNI 2847:2019 Pasal 20.6.1
Komponen
Paparan Tulangan Ketebalan Selimut
Struktur
Diameter sisi
Untuk tulangan utama pada Tipe Kait Ukuran
dalam
Perpanjangan
Tipe Kait Standar
kondisi tarik, Standar Batang bengkokan min. lurus lext
berdasarkan SNI 2847:2019
BJTS10 hingga
BJTS25
6 db
BJTS29 hingga
Kait 90° BJTS36
8 db 12db
BJTS43 hingga
BJTS57
10 db
BJTS10 hingga
BJTS25
4 db
BJTS43 hingga
BJTS57
10 db
Tipe Kait Tulangan
Ketentuan tipe kait tulangan transversal
Diameter sisi
Untuk sengkang, Tipe Kait Ukuran
dalam
Perpanjangan
Tipe Kait Standar
berdasarkan SNI 2847:2019 Standar Batang bengkokan min. lurus lext
BJTS10 hingga
BJTS16
4 db
Terbesar dari 6db
Kait 135°
dan 75 mm
BJTS19 hingga
BJTS25
6 db
BJTS10 hingga
BJTS16
4 db
Terbesar dari 4db
Kait 180°
dan 65 mm
BJTS19 hingga
BJTS25
6 db
Toleransi Posisi Tulangan dan Selimut Beton
Toleransi posisi tulangan pada beton
±75 mm
Jumlah total tulangan tidak boleh kurang dari yang disyaratkan
db = 16 mm ; dagg = 20 mm
1,5 db = 24 mm ; 4/3 dagg = 20 mm
SNI 2847:2019 Pasal 25.2.3 Untuk tulangan longitudinal pada kolom, pedestal, strut
dan elemen batas pada dinding, spasi bersih antar tulangan harus tidak kurang dari
nilai terbesar dari 40 mm, 1,5 db dan (4/3) dagg.
Pelaksanaan Detail Tulangan Utama
Sambungan Tulangan Utama Kolom
SNI 2847:2019 Pasal 25.4.2.2
Untuk SRPMK:
Panjang
sambungan
lewatan (Sumber: HAKI, 2018)
Pelaksanaan Detail Tulangan Utama
Konfigurasi Tulangan Utama Balok
Dampak dari tulangan sengkang kolom yang tidak direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis
Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Balok
Kait sengkang balok
yang dibuat kontraktor di
awal pekerjaan 90o
Pekerjaan kait
sengkang balok
setelah proses
pengawasan/ koreksi
135o
Perakitan sengkang setelah proses pengawasan/ koreksi
Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Balok
SNI 2847:2019 Pasal 18.6.4. Dampak dari tulangan sengkang balok yang tidak direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
(Sumber: HAKI, 2018)
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
Detailing sambungan balok-kolom interior
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
Detailing sambungan balok-kolom eksterior
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
Kesalahan detailing sambungan balok-kolom
Tidak ada tulangan transversal/sengkang pada joint Tulangan transversal yang tidak memenuhi persyaratan teknis
Pelaksanaan Tulangan Pelat Lantai
(Sumber: HAKI, 2018)
Pelaksanaan Tulangan Pelat Lantai
Pelaksanaan Tulangan Pelat Lantai
Tidak ada tulangan transversal/sengkang pada joint kolom dan pile cap
PENGAWASAN PEKERJAAN FONDASI
Pengawasan Pekerjaan Fondasi
Lingkup Pekerjaan Fondasi
1. Pekerjaan pengukuran dan pematokan
2. Pekerjaan tanah (galian dan urugan)
a. Pekerjaan Galian
− Selama proses penggalian, sistem drainase harus dijaga dengan baik
− Kemiringan galian minimal 1:1 atau sesuai yang ditentukan oleh perencana
b. Pekerjaan Urugan
− Tanah merah atau pasir urug darat
− Bebas dari humus, sampah (organik/anorganik), akar tanaman, sisa tumbuhan
− Bebas dari batuan ≥ 5/7 cm
− Kadar air dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum s/d 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum
diperoleh dari percobaan pemadatan tanah sesuai SNI 03-1743-1989, metode D
− Tanah berplastis tinggi (A-7-6 menurut AASHTO/CH menurut Unified), tanah sangat ekspansif tidak bisa
digunakan untuk urugan
− Bahan urugan harus dilakukan pengujian dulu sebelum digunakan (indeks plastisitas, gradasi, kadar air
optimum, uji CBR, percobaan pemadatan)
− Pengujian bahan dilaksanakan rutin, minimal tiap 1000 m3, untuk minimal pengujian nilai aktif (perbandingan IP
dan presentase kadar lempung tidak boleh lebih besar dari 1,25)
3. Pekerjaan fondasi
− Fondasi Dangkal (fondasi batu kali, plat)
− Fondasi Dalam (tiang, bor)
Fondasi Dangkal
Macam Fondasi Dangkal
3. Fondasi rakit
− Fondasi berupa plat beton yang tebal 0,75 – 2 m
− Biasa digunakan untuk bangunan yang berada di atas tanah lunak
− Fondasi dibuat mengapung (berat tanah yang digali = berat bangunan)
4. Fondasi cakar ayam
− Prof. Dr. Ir. Soedijatmo
− Berupa plat beton K225 atau K300setebal 10 – 15 cm, dibawahnya dipasang pipa-pipa beton
diameter 1,2 – 1,5 mdengan tebal 8 – 10 cm yang dihubungkan secara monolit, jarak as – as
pipa 2,5 m kedalaman 1,5 – 3,5 m
− Daya dukung tanah 1,5 – 3,5 ton/m2
5. Fondasi sarang laba-laba
− Ditemukan oleh Ir. Ryantori dan Ir. Soetjipto tahun 1975 dan dipatenkan tahun 1976
− Cocok digunakan pada bangunan berada pada tanah lunak (0,15 – 0,5 kg/cm2) dengan
ketinggian 2 – 10 lantai
− Terdiri dari plat beton K225 yang diperkaku dengan rib-rib tegak, tipis, dan relatif tinggi (50 –
150 cm)
− Rib-rib diisi dengan tanah dan dipadatkan
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pendahuluan
Fondasi tiang pancang merupakan salah jenis fondasi dalam, dimana berfungsi untuk mentransferkan beban dari konstruksi
di atasnya ke lapaisan tanah keras yang lebih dalam.
1. Persiapan lokasi
− Kondisi tanah harus dapat menopang alat berat (alat pemancang)
− Jika elevasi akhir kepala tiang direncanakan berada di bawah muka tanah
asli, maka dilakukan penggalian terlebih dulu
2. Persiapan alat
− Pelaksana harus menyiapkan alat pancang yang sesuai dengan jenis tanah
dan jenis tiang, sehingga tiang dapat menembus masuk ke dalam tanah yang
direncanakan tanpa ada kerusakan
− Bila diperlukan pelaksana dapat melakukan penyelidikan tanah untuk
verifikasi
3. Pengangkutan dan penyimpanan
− Tiang pancang yang diangkut ke lokasi harus memenuhi kuat bahan yang
disyaratkan dan disimpan di sekitar lokasi pemancangan
− Tiang pancang disusun seperti piramida dan diberikan alas kayu 5/10
− Penyimpanan dikelompokkan sesuai tanggal cor, tipe, diameter, serta dimensi
yang sama
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Metode Pelaksanaan
4. Pemancangan
− Tiang diberikan marking/tanda skala kedalaman tiap 0,5 meter
− Kepala tiang harus dilindungi dengan bantalan topi atau cushion
− Tiang pancang diikat dengan sling pada alat, lalu ditarik sehingga tiang
pancang masuk ke bagian bawah pemukul (hammer)
− Selama pemancangan, dilakukan monitoring pemancangan (kedalaman,
jumlah pukulan, penetrasi akhir, rebound, dsb)
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang
1. Pemukul (hammer) sebaiknya disesuaikan dengan jenis tiang pancang, berat tiang, kondisi tanah, serta saya dukung
rencana yang ingin dicapai
2. Tiang pancang yang berat dengan kondisi tanah keras sebaiknya dipancang dengan pemukul yang berat juga, sehingga
dapat memberikan energi pukulan yang cukup kuat
3. Berat pemukul paling sedikit setengah dari berat total tiang ditambah cushion
4. Energi pemancangan sebaiknya paling sedikit 1 ft.lb (0,1383 kg) untuk setiap ponds (lb) berat tiang (0,4536). Atau 635
kg.m per 1 m3 tiang pancang beton
5. Pemilihan juga tergantung pada ketersediaan pemukul, tekanan udara, ruang gerak, kemiringan tiang, kondisi lingkungan
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang
1. Drop hammer
Pemukul dari bahan logam yang berat yang diangkat dengan host line, kemudian dijatuhkan di atas kepala tiang
Keuntungan:
− Investasi alat murah
− Pengoperasian sederhana
− Energi bervariasi dari tinggi jatuh
Kekurangan:
− Lambat
− Merusak tiang jika tinggi jatuh terlalu tinggi
− Vibrasi cukup besar dan mengganggu
− Tidak dapat digunakan pemancangan di air
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang
2. Diesel hammer
− Tidak memerlukan tenaga luar seperti steam boiler atau air compressor
− Lebih sederhana dan mudah dipindahkan
− Unit sudah komplit tediri atas silinder vertikal, piston atau ram, landasan, tangki
bahan bakar dan pelumas, pompa bahan bakar,injektor dan mesin pelumasan
− Diesel hammer dengan ujung terbuka dapat memukul sekitar 45 – 55 pukulan per
menit, pada jenis tertutup sekitar 75 – 85 pukulan per menit.
Kelebihan:
− Lebih mobile dan memerlukan waktu yag singkat untuk set up dan start operasi
− Ekonomis dalam pengoperasian
− Pemeliharaan sederhana
− Energi per pukulan dapat ditingkatkan
− Kecepatan rendah sehigga memudahkan dalam pemancangan
Kekurangan:
− Sulit dalam menentukan energi per pukulan, karena tinggi piston ram akan naik
sejalan dengan ledakan bahan bakar
− Hammer tidak dapat dioprasikan pada kondisi tanah lunak
− Polusi suara dan udara
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang
3. Hydraulic hammer
Hydraulic impact/drop hammer
− Mempunyai efisiensi 90%
− Sangat baik mentransfer energi ke tiang pancang
− Lebih efisien dibanding steam atau diesel hammer
− Cara kerja: ram diangkat oleh tekanan sampai ketinggian tertentu kemudian dijatuhkan pada
kepala tiang
− Tinggi jatuh hammer akan bervariasi tergantung jenis tiang dan kondisi tanah
4. Steam Hammer
− Jarang digunakan di Indonesia
− Membutuhkan steam boiler
4. Water jetting
− Tanah berbutir lepas (pasir)
− Penyemprotan dengan air ke dasar tiang
− Butir – butir tanah lepas terbawa aliran ke atas tiang turun akibat
berat sendiri
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemancangan Tiang Miring
1. Konstruksi Batter Pile (raked pile atau inclined pile) adalah pemasangan tiang dengan
posisi tiang miring terhadap posisi vertikal dengan sudut tertentu
2. Digunakan untuk meningkatan daya dukung lateral dari sekelompok tiang jika tiang vertikal
tidak dapat menyediakan daya dukung yang dibutuhkan
3. Berdasarkan arah kemiringannya, dibagi 2 yaitu:
− Batter pile positif, yaitu tiang dengan kemiringan searah dengan beban lateral
− Batter pile negatif, yaitu kemiringan tiang berlawanan dengan arah gaya lateral
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Sambungan Tiang Pancang
1. Kayu
− Permukaan ujung tiang pancang dipotong tegak lurus
terhadap panjang
− Diperkuat dengan plat penyambung baja/profil kanal/siku
yang dilas menjadi satu
− Tiang pancang berbentuk lingkaran diperkuat dengan pipa
penyambung
2. Beton
− Tiang pracetak dari pabrikan sudah disediakan plat di sisi
ujung tiang
− Menggunakan sambungan las
− Pengelasan dilakukan 3 lapis
− Kontrol sambungan las menggunakan cairan penetrant
3. Baja
− Pengelasan dilakukan 3 lapis
− Pengujian radiographic dan ultrasonic testing
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemotongan Tiang Pancang
1. Beton
− Tiang pancang dipotong sampai elevasi dasar pile cap yang sudah
ditentukan, ditambah 100 – 150 mm (tiang beton yang masuk dalam
pile cap)
− Sisakan kawat prategang tiang minimal 1D
− Tambah tulangan overstek 1 – 2D masuk dalam tiang dan min 1D yang
masuk dalam pilecap
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemotongan Tiang Pancang
2. Baja
− Untuk menambah kekakuan tiang
baja bagian dalam tiang baja dapat
dibiarkan kosong, diisi dengan pasir,
atau beton bertulang sesuai desain
− Sebelum dicor tiang diisi tulangan
besi, disiapkan juga overstek ke
dalam pilecap minimal 1D
− 2 – 3 meter di bagian atas,
pengecoran dipadatkan dengan
penggetaran
− Agar tulangan pas di tengah, bisa
menggunakan spacer setiap 900
pada keliling rangka tulangan,
dengan jarak spacer tiap 2 – 2,5 m
arah panjang tiang
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pengujian Daya Dukung Tiang
Kalendering
− Digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui
perhitungan dari proses pemukulan alat pancang. Kalendering wajib
dilakukan pada seluruh tiang pancang untuk melengkapi dan mendukung
data daya dukung hasil uji beban tiang (uji beban tiang terbatas)
− Metode sederhana, alat yang dibutuhkan: spidol, kertas milimeter blok,
selotip, dan kayu sebagai tumpuan
− Pelaksanaannya dilakukan pada 10 pukulan terakhir, yaitu saat mendekati
top pile yang sudah direncanakan. Nilai “final set” disyaratkan 1 – 1,5 cm.
− Hasil perhitungan antara rumus-rumus dinamik yang ada terkadang
memberikan nilai yang berbeda cukup jauh. Kondisi ini membuat
beberapa kalangan engineer pondasi umumnya tidak memakai rumus
dinamik untuk penetapan kapasitas pondasi, dan hanya menggunakannya
untuk penentuan sudah bisa dihentikan atau tidaknya proses
pemancangan tiang.
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Fondasi Tiang Pancang
1. Dry Method
− lubang dibor tanpa casing
− digunakan pada tanah diatas muka air tanah yang ketika di bor dinding lubangnya tidak longsor, seperti lempung kaku homogen
− tanahnya permeabilitas rendah, sehingga saat dibor air tidak masuk ke dalam lubang bor saat lubang masih terbuka
2. Wet/Slurry Method
− pengeboran melewati muka air tanah, sehingga lubang bor selalu longsor bila dindingnya tidak ditahan
− lubang bor diisi dengan larutan bentonite (polimer) agar tidak longsor, jadi pengecoran dilakukan dalam larutan
− lubang bor dibersihkan dan tulangan dimasukkan ke dalam lubang bor yang masih berisi cairan bentonite (Polymer)
− adukan beton dimasukkan ke dalam lubang bor dengan pipa tremie, larutan bentonite akan terdesak dan terangkut ke atas oleh
adukan beton
− larutan yang keluar dari lubang bor, ditampung dan dapat digunakan lagi untuk pengeboran di lokasi selanjutnya
3. Casing Method
− lubang bor sangat mudah longsor, misalnya tanah pasir, sehingga harus menggunakan casing
− Tanah dalam casing dikeluarkan kemudian tulangan dimasukkan dan selanjutnya dilakukan pengecoran.
− Casing dicabut saat pengecoran atau tidak sesuai kebutuhan
8. Pilecap
− Dipasang setelah umur pile 28 hari
− Sebelumnya diuji PDA test dan integritas tiang
− Galian dengan proteksi wall (sheet pile)
− Lean concret (B0)
− Pembobokan tiang bor, pemasangan rebar, formwork, pengecoran, dan curing
Pengawasan Pekerjaan Fondasi
Toleransi pada Pekerjaan Fondasi Acuan: ACI 117M-10
pupr_bbsbg 081111114310
ciptakarya.pu.go.id/satupintu/balaibsbg