Anda di halaman 1dari 116

Bimbingan Teknis

Pengendalian Mutu Bahan dan Struktur Bangunan Gedung

Pengawasan Pekerjaan Struktur


Bangunan Gedung

ditbtpp.bbsbg@pu.go.id pupr_bahan_struktur_bangunan pupr_bbsbg Kang Batur Bbsbg Djck 081111114310


DESKRIPSI SINGKAT

Materi Bimbingan Teknis ini memberikan informasi kepada peserta tentang hal yang harus
diperhatikan dan diawasi pada saat pelaksanaan konstruksi, khususnya pekerjaan struktur
bawah, struktur atas dan pendetilan, berdasarkan standar dan acuan teknis sehingga hasil
pekerjaan struktur sesuai yang disyaratkan serta berkualitas

TUJUAN
Setelah mengikuti Bimbingan Teknis ini peserta memahami hal-hal yang harus diperhatikan dan
diawasi pada saat pelaksanaan konstruksi, khususnya pekerjaan struktur bawah, struktur atas
dan pendetilan, serta menerapkan pada pekerjaan di lapangan sehingga hasil pekerjaan
konstruksi bangunan gedung sesuai yang disyaratkan serta berkualitas.
OUTLINE MATERI

1 PENGANTAR

2 Pengawasan PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

3 Pengawasan PEKERJAAN DETAILING PENULANGAN

4 Pengawasan PEKERJAAN FONDASI


PENGANTAR
Bimbingan Teknis Pengendalian Mutu Bahan dan Struktur Bangunan Gedung

Seri 01 Seri 02 Seri 03 Seri 04 Seri 05

Pengendalian
Spesifikasi Pengawasan Pemeriksaan
Mutu Beton
Material untuk Pekerjaan Mutu
untuk Pengujian
Konstruksi Struktur Bangunan
Konstruksi Laboratorium
Bangunan Bangunan Gedung
Bangunan
Gedung Gedung Eksisting
Gedung

tbc tbc tbc


Dasar Hukum Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

PP No. 16 tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Permen PUPR 9/2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan


Permen PUPR 18/2021 tentang Standar Pembongkaran Bangunan Gedung
Permen PUPR 19/2021 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan
Permen PUPR 20/2021 tentang Bangunan Gedung Fungsi Khusus
Permen PUPR 21/2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau
Permen PUPR 22/2021 tentang Pendataan Bangunan Gedung
Permen PUPR 3/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2018
tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
Permen PUPR 22/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara

STANDAR DAN PEDOMAN TEKNIS


Fact Finding

PP No. 16 tahun 2021 Pelaksanaan pekerjaan secara umum mengacu pada SNI 03-1728-1989-tata
cara pelaksanaan mendirikan bangunan gedung dan/atau perubahannya

KONSTRUKSI BETON BERTULANG

SNI 03-1728-1989 3.1501. Konstruksi beton bertulang harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan
yang dilakukan dengan keilmuan/keakhlian yang dikerjakan dengan teliti dan
atau percobaan-percobaan yang dapat di pertanggung-jawabkan
3.1502. Bahan-bahan, tegangan-tegangan dan pelaksanaannya harus memenuhi
ketentuan SKBI mengenai bahan bangunan dan SKBI mengenai beton.

STANDAR DAN PEDOMAN TEKNIS


Standar Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung
Persiapan Pekerjaan

Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Geoteknik/ Fondasi

PELAKSANAAN
Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan Mekanikal

Pekerjaan Elektrikal

Pekerjaan Arsitektural

Pekerjaan Ruang Luar

Pekerjaan Pengakhiran

Pengujian

Penyerahan
PP 16/2021
PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
Pekerjaan Beton Struktur Atas
Kita akan membahas:

 Pengawasan Pekerjaan Bekisting

 Pengawasan Pekerjaan Pembesian/ Penulangan

 Pengawasan Pekerjaan Pengecoran Beton

 Pengawasan Pekerjaan Pemadatan

 Pengawasan Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

 Pengawasan Pekerjaan Penyambungan Beton


Pekerjaan Penulangan
Poin-poin yang harus diperhatikan

 Memastikan jenis, mutu dan diameter baja tulangan sesuai spesifikasi


 Memastikan baja tulangan bersih dari oli/ minyak, kotoran, lumpur, dan karat yang terkelupas, serta baja tulangan dilapis
coating (apabila disyaratkan)
 Memastikan penempatan baja tulangan sesuai dengan gambar teknis dan terpasang kokoh, sehingga tidak
berpindah/ bergeser saat pengecoran
 Memastikan selimut beton minimum sesuai ketentuan, berdasarkan konfigurasi bekisting
 Memastikan jarak antar baja tulangan memenuhi ketentuan, dengan konfigurasi dan jumlahnya sesuai dengan
gambar teknis
 Memastikan sengkang ikat dan sengkang geser, kait dan penekukan tulangan sesuai ketentuan dan ditempatkan
dengan benar
 Memastikan tersedia panjang penyaluran dan overlap penulangan sesuai ketentuan
 Memastikan pemasangan alat sambung mekanis sesuai spesifikasi
 Memastikan penyambungan baja tulangan menggunakan las sesuai dengan ketentuan
Pekerjaan Penulangan
Material tulangan
Pekerjaan Penulangan
Penyangga tulangan (bar support)

Continuous high chair


Beam bolster dan beam bolster upper

Continuous support
Individual bar chair dan individual high chair
Pekerjaan Penulangan
Penyangga tulangan (bar support)

Joist chair dan joist chair upper Slab bolster dan slab bolster upper

Single bar centralizer


Pekerjaan Penulangan
Penyangga tulangan (bar support)
Pekerjaan Penulangan
Penyangga tulangan (bar support)
Pekerjaan Bekisting
Poin-poin yang harus diperhatikan

 Memastikan bekisting dalam kondisi bersih dan


memiliki dimensi yang cukup untuk menghasilkan
komponen beton sesuai gambar teknis
 Memastikan lokasi dan persiapan untuk join
memenuhi syarat
 Memastikan jenis dan dimensi material bekisting
sesuai ketentuan dan terpasang kokoh untuk
menghindari pergeseran atau kerusakan saat
pengecoran
Pekerjaan Bekisting
Karakteristik material untuk bekisting

Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*

Panel kayu lapis Kasar, terlihat serat  Mudah dikerjakan 2-3


tidak diampelas kayu, dan cacat mudah  Mudah didapat
(unsanded terlihat
plywood)

Papan kayu (rough Kasar, terlihat serat  Mudah dikerjakan Maks. 3


sawn lumber) kayu, dan cacat mudah  Mudah didapat
terlihat

Papan kayu halus Serat kayu dan cacat  Mudah dikerjakan Maks. 5
(surfaced lumber) mudah terlihat  Mudah didapat
 Dapat dipahat untuk
mendapatkan tampilan beton
tertentu
Pekerjaan Bekisting
Karakteristik material untuk bekisting

Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*

Panel kayu lapis Serat kayu dan cacat  Mudah dikerjakan 5 – 10


diampelas (sanded mudah terlihat.  Mudah didapat
plywood) dan Pelepasan bekisting  Dapat menghasilkan
dilumasi (pre-oiled) lebih mudah permukaan yang halus

Papan kayu Serat kayu dan cacat  Mudah dikerjakan 10 – 20


kepadatan sedang sedikit terlihat  Mudah didapat
(medium density  Memberi permukaan matte
overlay plywood) (tidak berkilau)
 Hasil permukaan dapat
konsisten
Papan kayu Serat kayu dan cacat  Mudah dikerjakan 10 – 50 (tergantung
kepadatan tinggi mudah terlihat  Mudah didapat jenis konstruksi dan
(high density  Memberi permukaan semi- berat overlay yang
overlay plywood) glossy digunakan)
 Memiliki variasi produk yang
beragam
Pekerjaan Bekisting
Karakteristik material untuk bekisting

Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*

Plastik Rata (tidak ada tekstur  Mudah dikerjakan 100+


dari bekisting)  Mudah didaur ulang
 Warna permukaan seragam
 Mudah diperbaiki saat di lapangan
 Tidak terpengaruh kelembapan
 Kondisi permukaan seragam dan
tetap
Fiberglass Tergantung fiberglass  Hasil permukaan dapat Beberapa kali
yang digunakan, dapat seragam (tergantung jenis
sedikit bertekstur dan ketebalan
fiberglass)

Tabung karton Pola spiral pada  Mudah didapat 1


(kertas laminasi) permukaan  Penggunaan terbatas
Pekerjaan Bekisting
Karakteristik material untuk bekisting

Perkiraan jumlah
Jenis material Tekstur beton hasil cor Keuntungan penggunaan kembali*

Logam Rata (tidak ada tekstur)  Mudah didaur ulang 100+


 Permukaan yang dihasilkan
seragam dan konsisten
 Kedap air, sehingga tidak
terpengaruh air dari beton
Pekerjaan Bekisting
Kegagalan bekisting

 Kurangnya pengawasan saat pekerjaan bekisting dan pengecoran

 Desain yang tidak memadai

 Material yang kurang bagus, cacat atau rusak

 Sambungan yang tidak baik

 Pembongkaran yang terlalu cepat

 Penopang yang tidak memadai

 Fondasi yang tidak memadai


Pekerjaan Pengecoran Beton
Poin-poin yang harus diperhatikan

Kualitas beton
 Memastikan campuran yang digunakan sudah sesuai dengan yang disyaratkan
 Memastikan lama pengadukan, jumlah air total yang ditambahkan, putaran alat mikser, dan kelecakan yang akan
digunakan sesuai dengan ketentuan
 Memastikan jenis, jumlah dan frekuensi pengujian beton segar sesuai yang disyaratkan
 Mengamati dan memastikan pengambilan sampel, pengujian beton segar dan pembuatan benda uji beton mengeras
sesuai ketentuan
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan

Beton segar harus dalam kondisi homogen

Apabila menggunakan truk molen:


Jumlah putaran*) 70 – 100 kali

Apabila cor di tempat (menggunakan molen):


Lama putaran *) ±2 menit

*) dihitung setelah air pencampur ditambahkan


Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan

Tidak diperkenankan menambahkan air pada saat pengecoran

FYI:
Untuk setiap penambahan 4 liter air pada 1 m3 beton:
1. Slump akan meningkat 25 mm
2. f’c akan berkurang 1,5 – 2,0 MPa
3. Potensi penyusutan meningkat 10%
4. 10 – 12,5 kg semen menjadi terbuang

Sebaiknya di kondisi awal, air diatur pada kebutuhan minimum (berdasarkan uji
slump), sehingga saat perlu ditambahkan air untuk meningkatkan kelecakan
(workability), masih memenuhi persyaratan nilai slump
Pekerjaan Pengecoran Beton
Poin-poin yang harus diperhatikan

Pengangkutan dan pengecoran


 Memastikan kondisi penampungan sementara beton (apabila diperlukan) sesuai ketentuan, yaitu bersih
dari air, kotoran, dan lumpur
 Memastikan metode pengangkutan dan penampungan menghindari kontaminasi dan segregasi campuran
beton
 Memastikan penggunaan talang atau selang (funnel hose) untuk menahan tinggi jatuh dan tinggi
jatuh tidak melebihi persyaratan
 Memastikan tebal lapis pengecoran beton sesuai ketentuan
 Mencatat keterlambatan pengecoran (apabila terjadi)
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan

Beton segar dapat dipindahkan menggunakan pipa talang


(chute) atau gerobak sorong*) (buggy)

FYI:
*) Jarak pemindahan horisontal maksimum:
- menggunakan gerobak sorong manual : 60 m
- menggunakan gerobak sorong motor : 100 m
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan

 Tinggi jatuh beton segar ≤ 60 cm


 Beton sebaiknya tidak dipindahkan secara mekanis, 60 cm

melainkan dapat mengalir dan mengisi ke bekisting

FYI:
Arah penuangan berhadapan dengan beton
segar terdahulu

60 cm
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan

Hindari beton segar yang berbenturan dengan penulangan, untuk menghindari terjadinya segregasi
Pekerjaan Pengecoran Beton
Hal yang harus diperhatikan

Pengecoran kolom dan dinding dilaksanakan


secara bertahap dengan tebal masing-masing
lapisan ≤ 60 cm

Interval pengecoran antar lapisan ≤ 20 menit


Pekerjaan Pengecoran Beton
Poin-poin yang harus diperhatikan

Pemadatan
 Memastikan vibrator dimasukkan tegak lurus dan menembus lapisan cor dan hingga ±150 mm
menembus lapisan cor sebelumnya. Vibrator tidak boleh digunakan untuk mendorong beton secara
horisontal
 Memastikan jarak dan durasi pemadatan sesuai ketentuan
 Memastikan bekisting terikat kencang dan stabil
Pekerjaan Pengecoran Beton
Pemadatan beton segar

Vibrator internal Vibrator bekisting Vibrator screed Meja getar


Pekerjaan Pengecoran Beton
Vibrator internal

Diameter head Radius of influence Rate of concrete


Group Penggunaan
(mm) (mm) placement (m3/jam)
Plastic and flowing concrete in very thin members and confined places. May be
used to supplement larger vibrators, especially in prestressed work where cables
1 20 – 40 75 – 150 1–4
and ducts cause congestion in forms. Also used for fabricating laboratory test
specimens
Plastic concrete in thin walls, columns, beams, precast piles, thin slabs, and along
2 30 – 65 125 – 250 2–8
construction joints. May be used to supplement larger vibrators in confined areas.
Stiff plastic concrete 75 mm slump in general construction such as walls, columns,
beams, prestressed piles, and heavy slabs. Auxiliary vibration adjacent to forms of
3 50 – 90 175 – 350 5 – 15
mass concrete and pavements. May be gang-mounted to provide full-width internal
vibration of pavement slabs.
Mass and structural concrete of 50 mm slump deposited in quantities up to 3 m3 in
relatively open forms of heavy construction (powerhouses, heavy bridge piers, and
4 75 – 150 300 – 500 11 – 31
foundations). Also, auxiliary vibration in dam construction near forms and around
embedded items and reinforcing steel.
Mass concrete in gravity dams, large piers, and massive walls. Two or more
5 125 – 175 400 – 600 19 – 38 vibrators will be required to operate simultaneously to mix and consolidate
quantities of concrete of 3 m3 or more deposited at one time in the form.
Pekerjaan Pengecoran Beton
Pemadatan menggunakan vibrator

Arah penusukan tegak lurus dengan bidang beton,


dengan durasi pemadatan 5 – 15 detik
Pekerjaan Pengecoran Beton
Pemadatan menggunakan vibrator

Untuk pengecoran berlapis: batang vibrator


harus masuk pada lapisan sebelumnya
untuk memastikan campuran monolith
Pekerjaan Pengecoran Beton
Prosedur pemadatan menggunakan vibrator

Batang vibrator boleh mengenai tulangan beton*)

*) Penulangan harus terpasang kokoh, dan


beton masih dalam kondisi plastis
Pekerjaan Finishing Cor
Poin-poin yang harus diperhatikan

 Memastikan pekerjaan finishing (screeding,


troweling, edging) dilakukan
 Memastikan saw-cut joint dikerjakan sesuai
waktu yang ditetapkan dengan dimensi sesuai
ketentuan
Pekerjaan Perawatan (Curing)
Poin-poin yang harus diperhatikan:

 Memastikan beton terlindung dari temperatur ekstrem dan dari sinar matahari langsung dan angin yang
dapat mengurangi mutu beton mengeras.
 Memastikan metode perawatan yang digunakan, serta waktu mulai dan durasi perawatan sesuai yang
disyaratkan
Pekerjaan Perawatan (Curing)
Metode Perawatan

Perawatan menggunakan curing compound


 Prinsip: dengan menyemprotkan lapisan cair
yang membentuk membran untuk mencegah/
mengurangi penguapan air dari beton
 Efektif untuk area yang luas (plat lantai)
 Spesifikasi sesuai ASTM C1315-19
Pekerjaan Perawatan (Curing)
Metode Perawatan

Perawatan menggunakan material lembaran


 Dapat menggunakan plastik PE, karung goni,
atau kertas curing (kertas kraft 2 lapis)
 Tebal minimum plastik PE: 0,10 mm (ASTM
C171-16)
 Berat maksimum karung goni: 350 gr/m2, dan
selalu dalam kondisi basah
 Kertas curing berwarna putih/ warna terang
Pekerjaan Perawatan (Curing)
Metode Perawatan

Perawatan menggunakan air


 Air harus bersih, bebas dari kandungan
pencemar, dan unsur yang dapat merusak
beton dan tulangan (dapat menggunakan air
yang digunakan untuk pengecoran)
 Apabila menggunakan teknik kolam: material
yang digunakan untuk tanggul tidak
mengandung bahan yang dapat merusak
beton
Pekerjaan Perawatan (Curing)
Durasi Perawatan

 Apabila tidak diatur secara khusus, maka


durasi perawatan minimal 7 (tujuh) hari
 Apabila menggunakan kombinasi beberapa
metode perawatan, maka minimal untuk
tiap metode adalah 1 (satu) hari

ACI 301-16 5.3.6.6.


Pekerjaan Perawatan (Curing)
Metode Perawatan

Perawatan menggunakan uap dan karbonasi


 Digunakan untuk beton pracetak
 Meningkatkan sifat durabilitas beton
(ketahanan klorida, ketahanan sulfat) dan
meningkatkan kuat tekan awal
 Dilanjutkan dengan metode sebelumnya,
hingga mencapai 7 (tujuh) hari
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting dan Shoring
Hal yang harus diperhatikan

 Memastikan pembongkaran bekisting dan penopang


sesuai ketentuan
 Memastikan beton sudah mencapai kekuatan tekan
minimum yang diperlukan, berdasarkan hasil uji
kuat tekan beton yang dirawat di lapangan
 Mengamati dan mendokumentasikan kondisi
permukaan beton, untuk selanjutnya dilakukan
tindakan perbaikan (apabila diperlukan)
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting dan Shoring
Waktu minimum untuk Elemen struktur
Beban hidup struktural ≤
beban mati struktural
Beban hidup struktural >
beban mati struktural
pembongkaran bekisting Dinding* 12 jam 12 jam
Kolom* 12 jam 12 jam
Sisi samping balok dan girder*
Pan joist
Acuan: ACI 347R-14
Lebar kurang dari 760 mm 3 hari 3 hari
Lebar lebih dari 760 mm 4 hari 4 hari
Arch centers 14 hari 7 hari
Joist, soffit balok atau girder
Bentang bersih < 3 m 7 hari 4 hari
Bentang bersih 3 s/d 6 m 14 hari 7 hari
Bentang bersih > 6 m 21 hari 14 hari
Slab lantai satu arah

Catatan: Bentang bersih < 3 m 4 hari 3 hari


* Apabila bekisting juga mendukung bekisting Bentang bersih 3 s/d 6 m 7 hari 4 hari
elemen lain (balok atau pelat), maka
pembongkaran mengikuti elemen yang Bentang bersih > 6 m 10 hari 7 hari
didukung
Bad Examples
Bad Examples
Bad Examples
Pekerjaan Penyambungan Beton
Penyambungan Beton Segar ke Beton Mengeras (Beton Lama)

 Tidak direkomendasikan menggunakan pasta semen


 Permukaan beton lama dalam kondisi bersih dari kotoran dan minyak
 Permukaan beton lama memiliki tekstur kasar dan agregat kasar terekspose (dapat dilakukan sand blasting,
water blasting, atau bush hammer). Kotoran dari proses blasting harus dibersihkan dulu sebelum
disambungkan.
 Dapat menggunakan bahan berbasis epoksi atau berbasis lateks
Pekerjaan Penyambungan Beton
Penyambungan Beton Segar ke Beton Mengeras (Beton Lama)
PENGAWASAN PEKERJAAN DETAILING PENULANGAN
Prinsip Pengawasan Pekerjaan Detailing Penulangan
Poin-poin yang harus diperhatikan

 Memastikan jenis, mutu dan diameter baja tulangan sesuai spesifikasi


 Memastikan baja tulangan bersih dari oli/ minyak, kotoran, lumpur, dan karat yang
terkelupas, serta baja tulangan dilapis coating (apabila disyaratkan)
 Memastikan selimut beton minimum sesuai ketentuan, berdasarkan konfigurasi bekisting
 Memastikan penempatan baja tulangan sesuai dengan gambar teknis dan terpasang kokoh, sehingga
tidak berpindah/ bergeser saat pengecoran
 Memastikan jarak antar baja tulangan memenuhi ketentuan, dengan konfigurasi dan jumlahnya sesuai
dengan gambar teknis
 Memastikan tersedia panjang penyaluran dan overlap penulangan sesuai ketentuan
 Memastikan sengkang ikat dan sengkang geser, kait dan penekukan tulangan sesuai ketentuan dan
ditempatkan dengan benar
Standar Acuan
Standar acuan yang digunakan sebagai pedoman pengawasan detailing tulangan
Ketentuan Baja Tulangan
Ketentuan Untuk Bangunan Gedung Beton Bertulang

 Harus berulir, kecuali untuk digunakan sebagai tulangan spiral


 Dapat berupa baja karbon (ASTM A615M), baja alloy rendah (ASTM A706M),
baja as dan baja rel (ASTM A996M; tulangan dari baja rel harus bertipe R), baja
nirkarat (stainless) (ASTM A966M), atau baja karbon kromium rendah (ASTM
A1035M)
 Dapat menggunakan tulangan ulir berkepala, sesuai ASTM A970M
 Karakteristik kimia, fisik, dan mekanis sesuai SNI 2052:2017 (wajib memenuhi
ketentuan SNI 2052:2017 untuk pekerjaan di lingkup Kementerian PUPR,
berdasarkan Surat Edaran Menteri PUPR No. 13/SE/M/2019)
 Pada rangka momen khusus dan dinding struktural khusus, tulangan yang
dapat digunakan adalah BjTS 420 B Sesuai dengan SNI 2847:2019 Pasal 20.2.2.5
b).

24
Ketentuan Sistem Rangka Pemikul Momen
SNI 1726:2019

SNI 1726:2019 Pasal 6.5


Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain
seismiknya berdasarkan kategori risikonya dan parameter
respons spektral percepatan desainnya, SDS dan SD1.
Masing-masing bangunan dan struktur harus ditetapkan
ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah,
terlepas dari nilai periode fundamental getaran struktur, T.
Parameter Seismik Kategori risiko I, II dan III Kategori risiko IV Kategori risiko I, II dan III Kategori risiko IV
No.
Ketentuan Sistem Rangka Pemikul Momen
Nama Kota
Kelas
Situs
SDS SD1
KDS KDS KDS KDS
Kelas
Situs
SDS SD1
KDS KDS KDS KDS
SS S1 dari nilai SDS dari nilai SD1 dari nilai SDS dari nilai SD1 dari nilai SDS dari nilai SD1 dari nilai SDS dari nilai SD1
1 Ambon SD 1,084 0,391 0,770 0,500 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,750 0,630 KDS D KDS D KDS D KDS D
2 Banda Aceh SD 1,432 0,565 0,950 0,665 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,790 0,780 KDS D KDS D KDS D KDS D
3 Bandar Lampung SD 0,874 0,431 0,530 0,230 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,700 0,670 KDS D KDS D KDS D KDS D
4 Bandung SD 1,121 0,493 0,790 0,590 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,750 0,730 KDS D KDS D KDS D KDS D
5 Banjarmasin SD 0,104 0,053 0,110 0,090 KDS A KDS B KDS A KDS C SE 0,170 0,150 KDS B KDS C KDS C KDS D
6 Bengkulu SD 1,500 0,600 1,000 0,680 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,800 0,800 KDS D KDS D KDS D KDS D
7 Denpasar SD 0,959 0,395 0,710 0,500 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,730 0,640 KDS D KDS D KDS D KDS D
8 Gorontalo SD 1,500 0,600 1,000 0,680 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,800 0,800 KDS D KDS D KDS D KDS D
9 Jakarta SD 0,781 0,382 0,620 0,490 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,670 0,630 KDS D KDS D KDS D KDS D
10 Jambi SD 0,330 0,263 0,340 0,370 KDS C KDS D KDS D KDS D SE 0,480 0,530 KDS C KDS D KDS D KDS D
11 Jayapura SD 1,500 0,620 1,000 0,700 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,900 0,330 KDS D KDS D KDS D KDS D
12 Kendari SD 0,704 0,204 0,580 0,300 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,650 0,450 KDS D KDS D KDS D KDS D Dihitung
13 Kupang SD 1,040 0,372 0,750 0,480 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,740 0,620 KDS D KDS D KDS D KDS D berdasarkan
14 Makassar SD 0,225 0,109 0,240 0,170 KDS B KDS C KDS C KDS D SE 0,360 0,300 KDS C KDS D KDS D KDS D
15 Mamuju SD 1,602 0,636 1,070 0,720 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,850 0,850 KDS D KDS D KDS D KDS D SNI
16 Manado SD 1,033 0,459 0,750 0,570 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,740 0,700 KDS D KDS D KDS D KDS D 1726:2019
17 Manokwari SD 2,513 0,851 1,670 0,970 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 1,340 1,130 KDS D KDS D KDS D KDS D
18 Mataram SD 1,035 0,405 0,750 0,510 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,740 0,650 KDS D KDS D KDS D KDS D
19 Medan SD 0,656 0,363 0,560 0,470 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,630 0,620 KDS D KDS D KDS D KDS D
20 Padang SD 1,125 0,574 0,790 0,660 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,750 0,790 KDS D KDS D KDS D KDS D
21 Palangka Raya SD 0,049 0,039 0,050 0,060 KDS A KDS A KDS A KDS A SE 0,080 0,110 KDS A KDS B KDS A KDS C
22 Palembang SD 0,291 0,249 0,310 0,350 KDS B KDS D KDS C KDS D SE 0,440 0,510 KDS C KDS D KDS D KDS D
23 Palu SD 1,500 0,600 1,000 0,680 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,800 0,800 KDS D KDS D KDS D KDS D
24 Pangkalpinang SD 0,138 0,133 0,150 0,210 KDS A KDS D KDS A KDS D SE 0,220 0,350 KDS B KDS D KDS C KDS D
25 Pekanbaru SD 0,377 0,297 0,370 0,400 KDS C KDS D KDS D KDS D SE 0,510 0,560 KDS D KDS D KDS D KDS D
26 Pontianak SD 0,176 0,051 0,190 0,080 KDS B KDS B KDS C KDS C SE 0,280 0,140 KDS B KDS C KDS C KDS D
27 Samarinda SD 0,120 0,097 0,130 0,150 KDS A KDS C KDS A KDS D SE 0,190 0,270 KDS B KDS D KDS C KDS D
28 Semarang SD 0,911 0,391 0,690 0,500 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,710 0,630 KDS D KDS D KDS D KDS D
29 Serang SD 0,888 0,440 0,680 0,550 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,710 0,680 KDS D KDS D KDS D KDS D
30 Sofifi SD 1,061 0,453 0,760 0,560 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,750 0,690 KDS D KDS D KDS D KDS D
31 Surabaya SD 0,679 0,304 0,570 0,410 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,640 0,570 KDS D KDS D KDS D KDS D
32 Tanjung Selor SD 0,316 0,142 0,330 0,220 KDS C KDS D KDS D KDS D SE 0,470 0,360 KDS C KDS D KDS D KDS D
33 Tanjungpinang SD 0,073 0,112 0,080 0,180 KDS A KDS C KDS A KDS D SE 0,110 0,310 KDS A KDS D KDS A KDS D
34 Yogyakarta SD 1,107 0,507 0,780 0,610 KDS D KDS D KDS D KDS D SE 0,750 0,740 KDS D KDS D KDS D KDS D
Baja Tulangan Sirip/Ulir
Penamaan
Diameter
Luas penam- Tinggi sirip (H) Jarak sirip Lebar sirip
Berat nominal Karakteristik Fisis
notasi pang nominal melintang (P) membujur (T)
SNI
nominal (d)
(A) min maks Maks Maks
per meter CATATAN:
2847:2019 1. Diameter nominal hanya dipergunakan untuk
2
mm mm mm mm mm m kg/m perhitungan parameter nominal lainnya dan tidak perlu
diukur
D6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2. Cara menghitung diameter aktual:
D8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395

D 10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617 1,622 ∙ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙


𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 10
D 13 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
D 16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578 - berataktual dalam kg
D 19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226 - panjangaktual dalam m
D 22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984 Diameter
Toleransi berat (%)
D 25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853
nominal (mm)

D 29 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185 6≤d≤8 ±7


D 32 32 804 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313 10 ≤ d ≤ 14 ±6
D 36 36 1.018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990 16 ≤ d ≤ 29 ±5
D 40 40 1.257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865 d > 29 ±4
D 50 50 1.964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,413
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
D 54 54 2.290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,978 𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙
D 57 57 2.552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,031

26
Ketentuan Tebal Selimut Beton
SNI 2847:2019 Pasal 20.6.1
Komponen
Paparan Tulangan Ketebalan Selimut
Struktur

Dicor dan secara


permanen kontak Semua Semua 75 mm
dengan tanah
Terpapar cuaca D19 – D57 50 mm
atau kontak dengan Semua
tanah ≤ D16 40 mm
Pelat, Pelat D43 dan D57 40 mm
berusuk dan
Dinding ≤ D36 20 mm

Tidak terpapar Tulangan


cuaca atau kontak utama,
dengan tanah Balok, Kolom sengkang,
pedestal dan sengkang ikat, 40 mm
batang tarik spiral dan
sengkang
pengekang
Selimut beton untuk Komponen beton cor di tempat nonprategang (Sumber: HAKI, 2018)
Tipe Kait Tulangan
Ketentuan tipe kait tulangan longitudinal

Diameter sisi
Untuk tulangan utama pada Tipe Kait Ukuran
dalam
Perpanjangan
Tipe Kait Standar
kondisi tarik, Standar Batang bengkokan min. lurus lext
berdasarkan SNI 2847:2019
BJTS10 hingga
BJTS25
6 db

BJTS29 hingga
Kait 90° BJTS36
8 db 12db

BJTS43 hingga
BJTS57
10 db

BJTS10 hingga
BJTS25
4 db

BJTS29 hingga Terbesar dari 4db


Kait 180° BJTS36
6 db
dan 65 mm

BJTS43 hingga
BJTS57
10 db
Tipe Kait Tulangan
Ketentuan tipe kait tulangan transversal

Diameter sisi
Untuk sengkang, Tipe Kait Ukuran
dalam
Perpanjangan
Tipe Kait Standar
berdasarkan SNI 2847:2019 Standar Batang bengkokan min. lurus lext

BJTS10 hingga Terbesar dari 6db


BJTS16
4 db
dan 75 mm
Kait 90°
BJTS19 hingga
BJTS25
6 db 12db

BJTS10 hingga
BJTS16
4 db
Terbesar dari 6db
Kait 135°
dan 75 mm
BJTS19 hingga
BJTS25
6 db

BJTS10 hingga
BJTS16
4 db
Terbesar dari 4db
Kait 180°
dan 65 mm
BJTS19 hingga
BJTS25
6 db
Toleransi Posisi Tulangan dan Selimut Beton
Toleransi posisi tulangan pada beton

Untuk komponen dengan tebal ≤ 100 mm ±6 mm


Untuk komponen dengan tebal 100 mm < tebal ≤ 300 mm ±10 mm
Untuk komponen dengan tebal > 300 mm ±13 mm

Toleransi selimut beton

Nilai terkecil dari:


Jika tebal ≤ 300 mm −10 mm
Jika tebal > 300 mm −13 mm
1/3 dari tebal selimut beton yang dipersyaratkan

Acuan: ACI 117M-10 dan SNI 2847:2019 Pasal 26.6.2


Toleransi Posisi Tulangan dan Selimut Beton
Toleransi jarak antar tulangan

1/4 jarak yang ditetapkan, dan tidak lebih dari ±25 mm

Toleransi jarak tulangan geser / sengkang

±75 mm
Jumlah total tulangan tidak boleh kurang dari yang disyaratkan

Toleransi lokasi tekukan pada tulangan dan ujung tulangan

Ujung bracket dan korbel ±13 mm


Ujung elemen lain ±25 mm
Lokasi lainnya ±50 mm

Toleransi panjang tertanam dan overlap tulangan

Diameter 10 sampai dengan 36 −25 mm


Diameter 43 sampai dengan 57 −50 mm Acuan: ACI 117M-10
Pelaksanaan Detail Tulangan Utama
Konfigurasi Tulangan Utama Kolom
Contoh:
Kolom pada ruangan, selimut beton 40 mm.
400 mm – [(2x40mm)+(2x13mm)] = 294 mm.
294 – (16 mm x 5 ) = 214 mm
Jarak spasi, 214 mm : 4 = 53,5 mm.

db = 16 mm ; dagg = 20 mm
1,5 db = 24 mm ; 4/3 dagg = 20 mm

• 53,5 mm > 40 mm (OK)


Pu≤0,3Ag𝒇𝒄‘ (Spasi maksimum 350 mm) • 53,5 mm > 24 mm (OK)
Pu>0,3Ag𝒇𝒄‘ (Spasi maksimum 200 mm) • 53,5 mm > 26,7 mm (OK)
• 53,5 mm ≤ 350 mm (OK)

SNI 2847:2019 Pasal 25.2.3 Untuk tulangan longitudinal pada kolom, pedestal, strut
dan elemen batas pada dinding, spasi bersih antar tulangan harus tidak kurang dari
nilai terbesar dari 40 mm, 1,5 db dan (4/3) dagg.
Pelaksanaan Detail Tulangan Utama
Sambungan Tulangan Utama Kolom
SNI 2847:2019 Pasal 25.4.2.2
Untuk SRPMK:

Panjang
sambungan
lewatan (Sumber: HAKI, 2018)
Pelaksanaan Detail Tulangan Utama
Konfigurasi Tulangan Utama Balok

(Sumber: HAKI, 2018)

Tulangan lentur utama


ditentukan oleh diagram
bidang momen dan titik
belok diagram bidang
momen dan titik belok
momen positif dan
negatif. Cut off point

#. SNI 2847:2019 Pasal 25.2.1. Tidak kurang dari 25 mm


atau db (28 mm) dan 4/3 x ukuran agregat kasar maksimum
Pelaksanaan Detail Tulangan Utama
Konfigurasi Tulangan Utama Balok

(Sumber: Hardizal Bahar, 2021)


Pelaksanaan Detail Tulangan Utama
Sambungan Tulangan Utama Balok

(Sumber: HAKI, 2018)


Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Kolom

Kait sengkang kolom Pekerjaan kait sengkang


yang dibuat kontraktor kolom setelah proses
di awal pekerjaan 90o pengawasan/ koreksi
Menjadi 135o
Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Kolom

Pu>0,3Ag𝒇𝒄‘ atau 𝒇𝒄‘>70 MPa


SNI 2847:2019 Pasal 18.7.5.2
Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Kolom

Untuk Pu≤0,3Ag𝒇𝒄‘ atau 𝒇𝒄‘≤ 70 MPa

SNI 2847:2019 Pasal 18.7.5.2


Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Kolom

Dampak dari tulangan sengkang kolom yang tidak direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis
Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Balok
Kait sengkang balok
yang dibuat kontraktor di
awal pekerjaan 90o

Perakitan sengkang di awal pekerjaan, jarak tidak beraturan

Pekerjaan kait
sengkang balok
setelah proses
pengawasan/ koreksi
135o
Perakitan sengkang setelah proses pengawasan/ koreksi
Pelaksanaan Kait Tulangan Sengkang
Kait Tulangan Sengkang Balok

SNI 2847:2019 Pasal 18.6.4. Dampak dari tulangan sengkang balok yang tidak direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
(Sumber: HAKI, 2018)
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
Detailing sambungan balok-kolom interior
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
Detailing sambungan balok-kolom eksterior
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
Kesalahan detailing sambungan balok-kolom

Tulangan penyaluran tidak


Tulangan penyaluran ada yang tidak ditekuk ke dalam joint
melewati inti terkekang
Pelaksanaan Sambungan Balok-Kolom
Kesalahan detailing sambungan balok-kolom

Tidak ada tulangan transversal/sengkang pada joint Tulangan transversal yang tidak memenuhi persyaratan teknis
Pelaksanaan Tulangan Pelat Lantai
(Sumber: HAKI, 2018)
Pelaksanaan Tulangan Pelat Lantai
Pelaksanaan Tulangan Pelat Lantai

(Sumber: HAKI, 2018)


Pelaksanaan Tulangan Tangga
Pelaksanaan Tulangan Fondasi
Pelaksanaan Tulangan Fondasi
Pelaksanaan Tulangan Fondasi

Tidak ada tulangan transversal/sengkang pada joint kolom dan pile cap
PENGAWASAN PEKERJAAN FONDASI
Pengawasan Pekerjaan Fondasi
Lingkup Pekerjaan Fondasi
1. Pekerjaan pengukuran dan pematokan
2. Pekerjaan tanah (galian dan urugan)
a. Pekerjaan Galian
− Selama proses penggalian, sistem drainase harus dijaga dengan baik
− Kemiringan galian minimal 1:1 atau sesuai yang ditentukan oleh perencana
b. Pekerjaan Urugan
− Tanah merah atau pasir urug darat
− Bebas dari humus, sampah (organik/anorganik), akar tanaman, sisa tumbuhan
− Bebas dari batuan ≥ 5/7 cm
− Kadar air dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum s/d 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum
diperoleh dari percobaan pemadatan tanah sesuai SNI 03-1743-1989, metode D
− Tanah berplastis tinggi (A-7-6 menurut AASHTO/CH menurut Unified), tanah sangat ekspansif tidak bisa
digunakan untuk urugan
− Bahan urugan harus dilakukan pengujian dulu sebelum digunakan (indeks plastisitas, gradasi, kadar air
optimum, uji CBR, percobaan pemadatan)
− Pengujian bahan dilaksanakan rutin, minimal tiap 1000 m3, untuk minimal pengujian nilai aktif (perbandingan IP
dan presentase kadar lempung tidak boleh lebih besar dari 1,25)
3. Pekerjaan fondasi
− Fondasi Dangkal (fondasi batu kali, plat)
− Fondasi Dalam (tiang, bor)
Fondasi Dangkal
Macam Fondasi Dangkal

 tanah keras terletak pada kedalaman dangkal.

1. Fondasi menerus (continuous foundation)


− Biasa juga disebut fondasi batu kali
− Digunakan untuk bangunan sederhana, rumah tinggal
− Mendukung beban merata di atasnya. Kedalaman 0,5 – 2,5 m
2. Fondasi telapak (foot plate)
− Digunakan untuk bangunan bertingkat ringan
− Kedalaman 0,6 – 5 m
− Fondasi telapak tunggal, fondasi telapak menerus, gabungan
Fondasi Dangkal
Macam Fondasi Dangkal

3. Fondasi rakit
− Fondasi berupa plat beton yang tebal 0,75 – 2 m
− Biasa digunakan untuk bangunan yang berada di atas tanah lunak
− Fondasi dibuat mengapung (berat tanah yang digali = berat bangunan)
4. Fondasi cakar ayam
− Prof. Dr. Ir. Soedijatmo
− Berupa plat beton K225 atau K300setebal 10 – 15 cm, dibawahnya dipasang pipa-pipa beton
diameter 1,2 – 1,5 mdengan tebal 8 – 10 cm yang dihubungkan secara monolit, jarak as – as
pipa 2,5 m kedalaman 1,5 – 3,5 m
− Daya dukung tanah 1,5 – 3,5 ton/m2
5. Fondasi sarang laba-laba
− Ditemukan oleh Ir. Ryantori dan Ir. Soetjipto tahun 1975 dan dipatenkan tahun 1976
− Cocok digunakan pada bangunan berada pada tanah lunak (0,15 – 0,5 kg/cm2) dengan
ketinggian 2 – 10 lantai
− Terdiri dari plat beton K225 yang diperkaku dengan rib-rib tegak, tipis, dan relatif tinggi (50 –
150 cm)
− Rib-rib diisi dengan tanah dan dipadatkan
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pendahuluan

Fondasi tiang pancang merupakan salah jenis fondasi dalam, dimana berfungsi untuk mentransferkan beban dari konstruksi
di atasnya ke lapaisan tanah keras yang lebih dalam.

Fungsi dan kegunaan:


1. Meneruskan beban bangunan yang terletak di atas tanah lunak atau air, ke tanah pendukung yang lebih kuat/keras
2. Meneruskan beban ke tanah dengan daya dukung geseknya
3. Mengangkur bangunan yang dipengaruhi gaya angkat ke atas atau menahan gaya guling
4. Mendukung fondasi bangunan yang tanahnya mudah tergerus air
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Metode Pelaksanaan

1. Persiapan lokasi
− Kondisi tanah harus dapat menopang alat berat (alat pemancang)
− Jika elevasi akhir kepala tiang direncanakan berada di bawah muka tanah
asli, maka dilakukan penggalian terlebih dulu
2. Persiapan alat
− Pelaksana harus menyiapkan alat pancang yang sesuai dengan jenis tanah
dan jenis tiang, sehingga tiang dapat menembus masuk ke dalam tanah yang
direncanakan tanpa ada kerusakan
− Bila diperlukan pelaksana dapat melakukan penyelidikan tanah untuk
verifikasi
3. Pengangkutan dan penyimpanan
− Tiang pancang yang diangkut ke lokasi harus memenuhi kuat bahan yang
disyaratkan dan disimpan di sekitar lokasi pemancangan
− Tiang pancang disusun seperti piramida dan diberikan alas kayu 5/10
− Penyimpanan dikelompokkan sesuai tanggal cor, tipe, diameter, serta dimensi
yang sama
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Metode Pelaksanaan

4. Pemancangan
− Tiang diberikan marking/tanda skala kedalaman tiap 0,5 meter
− Kepala tiang harus dilindungi dengan bantalan topi atau cushion
− Tiang pancang diikat dengan sling pada alat, lalu ditarik sehingga tiang
pancang masuk ke bagian bawah pemukul (hammer)
− Selama pemancangan, dilakukan monitoring pemancangan (kedalaman,
jumlah pukulan, penetrasi akhir, rebound, dsb)
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang

1. Pemukul (hammer) sebaiknya disesuaikan dengan jenis tiang pancang, berat tiang, kondisi tanah, serta saya dukung
rencana yang ingin dicapai
2. Tiang pancang yang berat dengan kondisi tanah keras sebaiknya dipancang dengan pemukul yang berat juga, sehingga
dapat memberikan energi pukulan yang cukup kuat
3. Berat pemukul paling sedikit setengah dari berat total tiang ditambah cushion

Panjang Tiang (m) Berat Palu Minimum terhadap Berat Tiang


0 - 15 1
15 – 18 3/4
> 18 2/3

4. Energi pemancangan sebaiknya paling sedikit 1 ft.lb (0,1383 kg) untuk setiap ponds (lb) berat tiang (0,4536). Atau 635
kg.m per 1 m3 tiang pancang beton
5. Pemilihan juga tergantung pada ketersediaan pemukul, tekanan udara, ruang gerak, kemiringan tiang, kondisi lingkungan
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang

1. Drop hammer
Pemukul dari bahan logam yang berat yang diangkat dengan host line, kemudian dijatuhkan di atas kepala tiang
Keuntungan:
− Investasi alat murah
− Pengoperasian sederhana
− Energi bervariasi dari tinggi jatuh
Kekurangan:
− Lambat
− Merusak tiang jika tinggi jatuh terlalu tinggi
− Vibrasi cukup besar dan mengganggu
− Tidak dapat digunakan pemancangan di air
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang

2. Diesel hammer
− Tidak memerlukan tenaga luar seperti steam boiler atau air compressor
− Lebih sederhana dan mudah dipindahkan
− Unit sudah komplit tediri atas silinder vertikal, piston atau ram, landasan, tangki
bahan bakar dan pelumas, pompa bahan bakar,injektor dan mesin pelumasan
− Diesel hammer dengan ujung terbuka dapat memukul sekitar 45 – 55 pukulan per
menit, pada jenis tertutup sekitar 75 – 85 pukulan per menit.
Kelebihan:
− Lebih mobile dan memerlukan waktu yag singkat untuk set up dan start operasi
− Ekonomis dalam pengoperasian
− Pemeliharaan sederhana
− Energi per pukulan dapat ditingkatkan
− Kecepatan rendah sehigga memudahkan dalam pemancangan
Kekurangan:
− Sulit dalam menentukan energi per pukulan, karena tinggi piston ram akan naik
sejalan dengan ledakan bahan bakar
− Hammer tidak dapat dioprasikan pada kondisi tanah lunak
− Polusi suara dan udara
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang

3. Hydraulic hammer
Hydraulic impact/drop hammer
− Mempunyai efisiensi 90%
− Sangat baik mentransfer energi ke tiang pancang
− Lebih efisien dibanding steam atau diesel hammer
− Cara kerja: ram diangkat oleh tekanan sampai ketinggian tertentu kemudian dijatuhkan pada
kepala tiang
− Tinggi jatuh hammer akan bervariasi tergantung jenis tiang dan kondisi tanah

Hydraulic pile driver:


− Memancang tiang menggunakan tekanan hidrolik. Dapat digunakan untuk memancang ataupun
mencabut tiang
− Pile driver memegang tiang lalu menekan ke dalam tanah kira-kira 1 m sampai habis strokenya,
kemudian genggaman dikendorkan dan menekan kembali tiang sampai kedalaman yang
diinginkan
− Simpel/praktis, mempunyai kekuatan sampai 140 ton
− Tingkat kebisingan dan getaran yang kecil
− Cocok untuk pemancangan di lokasi yang terbatas
− Mahal
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemilihan Alat Pancang

4. Steam Hammer
− Jarang digunakan di Indonesia
− Membutuhkan steam boiler

5. Vibratory driver hammer


− Tanah non kohesif
− Kecepatan penetrasi tinggi
− Tidak bising
− Biasa digunakan untuk sheet pile atau turap

4. Water jetting
− Tanah berbutir lepas (pasir)
− Penyemprotan dengan air ke dasar tiang
− Butir – butir tanah lepas terbawa aliran ke atas  tiang turun akibat
berat sendiri
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemancangan Tiang Miring

1. Konstruksi Batter Pile (raked pile atau inclined pile) adalah pemasangan tiang dengan
posisi tiang miring terhadap posisi vertikal dengan sudut tertentu
2. Digunakan untuk meningkatan daya dukung lateral dari sekelompok tiang jika tiang vertikal
tidak dapat menyediakan daya dukung yang dibutuhkan
3. Berdasarkan arah kemiringannya, dibagi 2 yaitu:
− Batter pile positif, yaitu tiang dengan kemiringan searah dengan beban lateral
− Batter pile negatif, yaitu kemiringan tiang berlawanan dengan arah gaya lateral
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Sambungan Tiang Pancang

1. Kayu
− Permukaan ujung tiang pancang dipotong tegak lurus
terhadap panjang
− Diperkuat dengan plat penyambung baja/profil kanal/siku
yang dilas menjadi satu
− Tiang pancang berbentuk lingkaran diperkuat dengan pipa
penyambung

− Sepatu harus konsentris terhadap pusat tiang


− Dipasang kuat diujung tiang
− Bidang kontak antara tiang dengan sepatu harus kuat
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Sambungan Tiang Pancang

2. Beton
− Tiang pracetak dari pabrikan sudah disediakan plat di sisi
ujung tiang
− Menggunakan sambungan las
− Pengelasan dilakukan 3 lapis
− Kontrol sambungan las menggunakan cairan penetrant

• Cacat linear: panjang 3x lebar, besarnya > 1,6 mm


• Cacat lingkaran: panjang/lebar lingkaran > 4,8 mm, atau
mempunyai 4 atau lebih lingkaran dalam 1 baris dengan
jarak < 1,6 mm
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Sambungan Tiang Pancang

3. Baja
− Pengelasan dilakukan 3 lapis
− Pengujian radiographic dan ultrasonic testing
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemotongan Tiang Pancang

1. Beton
− Tiang pancang dipotong sampai elevasi dasar pile cap yang sudah
ditentukan, ditambah 100 – 150 mm (tiang beton yang masuk dalam
pile cap)
− Sisakan kawat prategang tiang minimal 1D
− Tambah tulangan overstek 1 – 2D masuk dalam tiang dan min 1D yang
masuk dalam pilecap
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pemotongan Tiang Pancang

2. Baja
− Untuk menambah kekakuan tiang
baja bagian dalam tiang baja dapat
dibiarkan kosong, diisi dengan pasir,
atau beton bertulang sesuai desain
− Sebelum dicor tiang diisi tulangan
besi, disiapkan juga overstek ke
dalam pilecap minimal 1D
− 2 – 3 meter di bagian atas,
pengecoran dipadatkan dengan
penggetaran
− Agar tulangan pas di tengah, bisa
menggunakan spacer setiap 900
pada keliling rangka tulangan,
dengan jarak spacer tiap 2 – 2,5 m
arah panjang tiang
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Pengujian Daya Dukung Tiang

1. Uji Beban Statis (static loading test)


− Untuk mengetahui daya dukung fondasi tiang tunggal
− Pemberian beban statik dan pengukuran pergerakan tiang. Beban uji = 2 x beban rencana. Beban diberikan
secara bertahap dan diamati penurunannya
− Definisi keruntuhan yaitu tiang mengalami penurunan secara terus menerus pada pemberian bebab konstan.
Biasanya keruntuhan tiang tidak terjadi saat pengujian ini, oleh karena itu daya dukung ultimit dari tiang hanya
merupakan suatu estimasi
− Sampling tiang minimum 1 tiang untuk ≤ 100 tiang dengan ukuran sama
2. Pile Dynamic Analysis (PDA) test
− Fondasi tiang dipukul dengan palu pancang (hammer)
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Penentuan Final Set

Kalendering
− Digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui
perhitungan dari proses pemukulan alat pancang. Kalendering wajib
dilakukan pada seluruh tiang pancang untuk melengkapi dan mendukung
data daya dukung hasil uji beban tiang (uji beban tiang terbatas)
− Metode sederhana, alat yang dibutuhkan: spidol, kertas milimeter blok,
selotip, dan kayu sebagai tumpuan
− Pelaksanaannya dilakukan pada 10 pukulan terakhir, yaitu saat mendekati
top pile yang sudah direncanakan. Nilai “final set” disyaratkan 1 – 1,5 cm.
− Hasil perhitungan antara rumus-rumus dinamik yang ada terkadang
memberikan nilai yang berbeda cukup jauh. Kondisi ini membuat
beberapa kalangan engineer pondasi umumnya tidak memakai rumus
dinamik untuk penetapan kapasitas pondasi, dan hanya menggunakannya
untuk penentuan sudah bisa dihentikan atau tidaknya proses
pemancangan tiang.
Fondasi Dalam: Tiang Pancang
Fondasi Tiang Pancang

Yang harus diperhatikan pada saat pemancangan tiang pancang:


1. Penyedia jasa menyiapkan: program pemancangan, perhitungan rancangan termasuk rumus penumbukan, dan usulan pengujian
pembebaban tiang
2. Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah
3. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang – jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah
4. Mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
5. Kondisi fisik tiang:
− Permukaan tiang tidak rusak/retak
− Umur beton memenuhi syarat
− Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
6. Tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas -- namun tidak boleh lebih
dari 3 m' dalam segala kondisi pelaksanaan
7. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan) saat pemancangan
− direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile
8. Untuk fondasi tiang jarak antara as ke as tiang tidak boleh kurang dari keliling tiang atau untuk tiang berbentuk lingkaran tidak boleh kurang
dari 2,5 kali diameter tiang
Fondasi Dalam: Bor Pile
Pendahuluan

− Bore pile dibuat dengan pengeboran tanah


terlebih dahulu sampai dengan kedalaman yang
dibutuhkan kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan tulangan besi yang kemudian
dicor ditempat.
− Digunakan pada lokasi pekerjaan dengan
kondisi tanah relatif stabil, sehingga
dimungkinkan untuk membuat lubang bor
− Kelebihan: getaran kecil, tidak bising, dapat
menembus batuan, dimensi bisa sampai besar
− Kekurangan: kualitas beton yang dicor sulit
untuk dikontrol
Fondasi Dalam: Bor Pile
Metode Pelaksanaan

1. Dry Method
− lubang dibor tanpa casing
− digunakan pada tanah diatas muka air tanah yang ketika di bor dinding lubangnya tidak longsor, seperti lempung kaku homogen
− tanahnya permeabilitas rendah, sehingga saat dibor air tidak masuk ke dalam lubang bor saat lubang masih terbuka
2. Wet/Slurry Method
− pengeboran melewati muka air tanah, sehingga lubang bor selalu longsor bila dindingnya tidak ditahan
− lubang bor diisi dengan larutan bentonite (polimer) agar tidak longsor, jadi pengecoran dilakukan dalam larutan
− lubang bor dibersihkan dan tulangan dimasukkan ke dalam lubang bor yang masih berisi cairan bentonite (Polymer)
− adukan beton dimasukkan ke dalam lubang bor dengan pipa tremie, larutan bentonite akan terdesak dan terangkut ke atas oleh
adukan beton
− larutan yang keluar dari lubang bor, ditampung dan dapat digunakan lagi untuk pengeboran di lokasi selanjutnya
3. Casing Method
− lubang bor sangat mudah longsor, misalnya tanah pasir, sehingga harus menggunakan casing
− Tanah dalam casing dikeluarkan kemudian tulangan dimasukkan dan selanjutnya dilakukan pengecoran.
− Casing dicabut saat pengecoran atau tidak sesuai kebutuhan

Acuan : ACI 336.1-01


ACI 336.3R-14
Fondasi Dalam: Bor Pile
Jenis Peralatan Pengeboran

1. Drilling Auger dengan Open Helix atau Flight


2. Driling Auger dengan Drilling Bucket
3. Clamshell
Fondasi Dalam: Bor Pile
Metode Pelaksanaan

1. Penentuan titik fondasi bor


2. Memasukkan pipa casing pengeboran
− Pipa casing ditanam lurus vertikal
− Penanaman menggunakan vibrodriver/vibrohammer
3. Pengeboran
− Menggunakan open helix atau drilling bucket
− Pengeboran sampai kedalaman yang direncanakan
Fondasi Dalam: Bor Pile
Metode Pelaksanaan

4. Pengurasan lumpur lubang bor


− Lumpur disedot menggunakan mekanikal pump
− Beton tidak bercampur lumpur saat pengecoran sehingga dapat mempengaruhi kuat tekan betonnya
5. Memasukkan tulangan fondasi
− Merangkai tulangan fondasi di lokasi proyek saat sudah siap tulangan dimasukkan dalam lubang bor
− Berikan tulangan pengaku pada tulangan fondasi untuk mempertahan bentuk tulangan fondasi saat diangkat
ataupun saat pengecoran
− Tambahkan bantalan untuk selimut beton
Fondasi Dalam: Bor Pile
Metode Pelaksanaan

6. Pengecoran menggunakan pipa tremi


− Memasukkan pipa tremi sampai dasar rencana fondasi bor
− Penggunaan pipa tremi untuk menghindari segregasi beton
− Seiring pengecoran pipa tremi diangkat perlahan-lahan
− Pipa tremi harus selalu terendam dalam beton

7. Mencabut pipa casing kembali


Fondasi Dalam: Bor Pile
Metode Pelaksanaan

8. Pilecap
− Dipasang setelah umur pile 28 hari
− Sebelumnya diuji PDA test dan integritas tiang
− Galian dengan proteksi wall (sheet pile)
− Lean concret (B0)
− Pembobokan tiang bor, pemasangan rebar, formwork, pengecoran, dan curing
Pengawasan Pekerjaan Fondasi
Toleransi pada Pekerjaan Fondasi Acuan: ACI 117M-10

Penyimpangan terhadap titik lokasi


Penyimpangan horisontal untuk dimensi ≥ 2,4 m ± 50 mm
diukur dari dari tepi cor

untuk dimensi < 2,4 m nilai terbesar dari ±2% dimensi


atau 13 mm

untuk fondasi yang nilai terkecil dari ±2% lebar


menopang pasangan fondasi atau 13 mm
dinding
Penyimpangan horisontal ujung atas fondasi dalam, diukur nilai terkecil dari 4,2%
dari titik tengah diameter fondasi atau ±75 mm
Pengawasan Pekerjaan Fondasi
Toleransi pada Pekerjaan Fondasi Acuan: ACI 117M-10

Penyimpangan terhadap elevasi


Penyimpangan vertikal permukaan atas fondasi +13 mm
dangkal −50 mm

permukaan atas fondasi +25 mm


dalam −75 mm
Terima Kasih
ditbtpp.bbsbg@pu.go.id Kang Batur

pupr_bahan_struktur_bangunan Bbsbg Djck

pupr_bbsbg 081111114310

ciptakarya.pu.go.id/satupintu/balaibsbg

Anda mungkin juga menyukai