Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya biaya suatu

proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang digunakan (Nugrah,

1985).Pada tahap pelaksanaan konstruksi penggunaan material di lapangan sering terjadi

sisa material yang cukup besar, sehingga upaya untuk meminimalisir sisa material penting

untuk diterapkan. Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya

berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi

yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya

(J.R.Illingworth, 1998).

Pondasi bored pile ini digunakan unuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat

terletak sangat dalam. hal ini merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros

bored pile atau pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah.

Apabila setelah melaksanakan pekerjaan pengecoran bored pile selesai maka beton

bagian atas dipotong dengan cara dibobok beberapa cm sampai ketemu beton yang bagus

dan keras yang dengan itu pondasi bored pile ini siap dipakai sebagai pondasi dalam

sebuah konstruksi bangunan.

2.2 Sisa Material

secara teori, waste of material terbagi dalam dua kategori yaitu Direct Waste berupa sisa

material yang timbul diproyek karena rusak, hilang, dan tidak dapat dipakai lagi dan

Indirect Waste berupa sisa material yang terjadi di proyek karena volume pemakaian

melebihi volume yang direncanakan, sehingga tidak terjadi sisa material secara fisik di

lapangan dan mempengaruhi biaya keseluruhan (hidden cost). Berdasarkan teori ini,

II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

maka dapat disimpulkan bahwa umumnya waste besi tulangan, beskisting dan beton

merupakan indirect waste.

Besi tulangan diproduksi dalam bentuk batangan dengan panjang standart 12 m. Dalam

pelaksanaannya, besi tulangan dipotong-potong sesuai design gambar struktur. Besi

tulangan utuh yang dipotong-potong menjadi potongan besi lebih kecil berdasarkan

design gambar umumnya akan menghasilkan sisa hasil potongan / waste karena sisa

potongan tersebut sudah tidak terpakai lagi.

Kontraktor akan memotong multiplek sesuai dengan luasan serta fungsi yang akan dibuat,

waste bekisting biasanya terdapat disaat kontraktor sedang melaksanakan pemasangan

bekisitng di area sempit dan area area beda elevasi Sisa sisa penggunaan bekisting yang

kualitasnya tidak bisa lagi digunakan dapat juga diartikan sebagai waste pekerjan

bekisiting.

Penggunaan serta pemesanan beton dilapangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan

dilapangan, waste beton dilapangan biasanya terjadi apabila kontraktor salah dalam

pemesanan volume beton ke batching plant dan disebabkan oleh sisa pengetesan slump

sebelum beton dituangkan dilapanganan.

2.2.1 Bekisting

1. Pengertian Bekisting

Menurut Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang

digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk

yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan

dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup

II-2

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2. Fungsi Bekisting

Adapun fungsi bekisting adalah sebagai berikut :

a. Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat.

b. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi

beton dan berbagai beban luar serta getaran.

c. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.

Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang

bekisting, yaitu :

a. Kualitas

Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan(stiffness) dan keakurasian

sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat

dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.

b. Keselamatan

Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang

memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati

tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.

c. Ekonomis

Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses

pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).

2.3 Jenis-Jenis Bekisting

1. Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)

Bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam proses

pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan.

satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada

II-3

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih

memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada

elemen struktur yang lain.

2. Bekisting Knock Down

Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka

direncanakanlah sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi

hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika

dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama,

sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai

selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah.

3. Bekisting Fiberglass

Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini

disebabkan karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu,

disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan.

2.2.2. Pembesian

1. Pengertian Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan pembesian yang dimaksudkan dalam hal ini, adalah pekerjaan pada pembuatan

struktur beton bertulang. Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan

jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau

tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja

bersama sama dalam menahan beban.

2. Pemasangan Tulangan

a. Pemasangan tulangan longitudinal

II-4

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan

gaya tarik, Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun struktur

lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan longitudinal

(tulangan memanjang) dipasang pada serat-serat beton yang mengalami tegangan

tarik.

b. Pemasangan Tulangan Geser

Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat

dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya

lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material

beton dari balok yang bersangkutan.

3. Mutu Baja Tulangan

Baja tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis dan mutu

tergantung dari pabrik yang membuatnya. Ada dua jenis baja tulangan , tulangan polos

( Plain bar ) dan tulangan ulir ( Deformed bar ). Sebagian besar baja tulangan yang ada

di Indonesia berupa tulangan polos untuk baja lunak dan tulangan ulir untuk baja keras.

Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami keretakan.

Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem struktur, beton perlu

dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik.

Penulangan beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat

menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau

kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan

teknik pengelasan. Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD, BJ

berarti Baja, TP berarti Tulangan Polos dan TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir). Angka

yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik yang dijamin. Baja

II-5

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40

adalah deform atau dipuntir .

2.2.3 Beton

Menurut Sameko dan Rahmadiyanto (2001), beton didefinisikan sebagai bahan bangunan

dan konstruksi yang sifat - sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan

perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan -bahan yang dipilih.Material

dasar pembentuk beton pada hakekatnya dapat dikelompokkan sebagai bahan aktif dan

bahan pasif, dimana bahan aktif terdiri dari semen dan air yang nantinya berfungsi sebagai

perekat/pengikat, sedangkan kelompok bahan pasif yaitu agregat halus dan agregat kasar

yang berfungsi sebagai pengisi. Penggunaan beton dalam struktur bangunan sipil lebih

uas atau diminati masyarakat karena beton mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah

dalam pelaksanaan meliputi angkutan konstruksi dan kontrol kualitas, hampir tidak ada

perawatan dan menekan biaya pemeliharaan, tahan terhadap kondisi lingkungan dan

kebakaran serta dari sudut pandang estetika dan kebutuhan arsitektural sangat fleksibel

untuk dibentuk sesuai keinginan perancang.

Kekurangan - kekurangan beton dalam pemakaiannya yaitu mempunyai kekuatan tarik

yang rendah, adanya rambatan suhu, terjadi penyusutan kering dan perubahan kadar air

serta mempunyai berat volume yang besar. Menurut Dipohusodo (1994), bahan-bahan

pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar dapat dicapai

Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan campuran harus

ditentukan agar menghasilkan beton yang:

1. Kelecakan dan konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton yang mudah

tanpa memungkinkan terjadinya segregasi atau pemisahan agregat.

2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus seperti kedap air, korosif dan lainnya.

II-6

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Bored Pile

Pondasi bored pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan

mengebor tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyatmo, 2010). emasangan Bore Pile

dimulai dengan proses pembuatan lubang di dalam tanah dengan dimensi vertikal

menggunakan teknik pengeboran dengan mesin bored pile ,bisa memakai teknik metode

bor kering (dry boring) atau bisa juga menggunakan teknik pengeboran bor basah(wash

boring). Pelubangan dilakukan sampai dengan kedalaman yang telah ditentukan

sebelumnya atau sampai tanah keras yang memenuhi perhitungan daya dukung yang telah

diperhitungkan sebelumnya yang biasanya mengikuti data sondir penyelidikan daya

dukung tanah sebelum proses pelaksanaan pekerjaan bored pile dilakukan.

Setelah proses pelaksanaan pelubangan tanah dengan metode teknik pengeboran bored

pile selesai dikerjakan,proses selanjutnya yaitu dengan pemasangan instalasi besi

fabrikasi bored pile yang biasanya telah dirangkai sebelumnya.Bentuk Fabrikasi besi

bored pile sendiri harusnya bundar mengikuti bentuk dari lubang pengeboran itu sendiri

untuk mendapatkan hasil daya dukung pondasi dalam yang dibutuhkan.

Pekerjaan selanjutnya yaitu pengecoran beton basah kedalam lubang pondasi bor pile

(cast in site) yang sudah diinstal fabrikasi besi tadi,beton bisa menggunakan seatmix

dengan perbandingan yang mengikuti standar SNI atau menggunakan beton ready mix

jika dilokasi memungkinkan untuk dilakukan. Sebaiknya per satu lubang bored pile

selesai dibor langsung dilakukan instalasi besi dan pengecoran untuk hasil yang

maksimal. Dalam proses pengecoran jika dalam pengeboran menggunakan metode bor

basah harus menggunakan pipa tremi sebagai penghantar beton sampai kedasar lubang

bor agar tidak terlalu bercampur dengan lumpur limbah hasil dari pengeboran.Pipa tremi

di isi dengan beton yang masih basah sambil diangkat sedikit demi sedikit sampai dengan

II-7

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

selesai sampai lubang bor penuh. Sampai disini proses pekerjaan tim bored pile telah

selesai, Untuk selanjutnya tim lain bisa menunggu beton sampai kering ,kemudian beton

bagian atas dipotong dengan cara dibobok beberapa centimeter sampai ketemu beton

yang bagus dan keras yang dengan itu pondasi bored pile ini siap dipakai sebagai pondasi

dalam sebuah konstruksi bangunan

2.4 Manajemen Waste Kontruksi

Manajemen waste atau pengelolaan limbah konstruksi bertujuan untuk mengurangi

dampak penggunaan sumber daya alam khususnya material yang dipakai dalam proses

konstruksi. Hierarki pengolahan limbah berdasrkan Chun-li Peng, Domenic E. Scorpio

dan Charles Kibert dalam Strategies for Succesful Construction and Demolition Waste

Recycling Opertions (1995) adalah :

1. Reduction,

Reduction merupakan cara terbaik dan efisien dalam meminimasi limbah yang

dihasilkan. Secara tidak langsung, zat-zat berbahaya dan beracun dan berbahaya akan

berkurang sehingga biaya-biaya pengelolaan limbah beracun dan berbahaya akan

berkurang.

2. Reuse

Reuse adalah pemindahan keguanaan suatu barang ke kegunaan lain. Merupakan

cara yang baik setelah reduction, karena minimasi dari proses pelaksanaannya dan

energi yang digunakan dalam pelaksanaannya.

3. Recycling

Recycling adalah pemrosesan ulang material lamamenjadi material baru. Merupakan

cara yang tidak menghasilkan barang baru tetapi juga menguntungkan dari segi

ekonomi, karena batrang tersebut dapat dijual kembali.

II-8

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

d. Landfilling

Ladfilling adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah

yakni pembuangan ketempat penampungan akhir. Landfilling dilakukan hanya bila

alternative - alternatifyang lain sudah tidak dapat dilakukan.

Gambar 2.1 Hierarki Manajemen Waste


(Sumber : Chun-li Peng, 1995)

2.5 Manajemen Biaya

2.5.1 Pengertian Manajemen Biaya

Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu

mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan,

berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian

biaya akan identik dengan perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan di

lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai

dengan anggaran yang telah ditentukan.

2.5.2 Tujuan Manajemen Biaya

Pengendalian biaya bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan, yaitu sesuai dengan anggaran. Hal ini antara lain diusahakan dengan jalan

menumbuhkan suasana yang mendukung sebagai syarat terciptanya maksud

pengendalian di lingkungan proyek dengan cara-cara: (Iman Suharto, 1995)

II-9

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Menciptakan sikap sadar akan anggaran. Ini berarti meminta semua pihak

penyelenggara proyek menyadari bagaimana dampak kegiatan yang dilakukan

terhadap biaya.

2. Meminimalkan biaya proyek dengan melihat kegiatan-kegiatan apa saja yang

biayanya bisa dihemat.

3. Mengkomunikasikan pada semua pihak, pemimpin maupun pelaksana, perihal

kinerja pemakaian dana dan menekankan potensi adanya area-area yang rawan guna

tindakan koreksi.

2.5.3 Rencana Anggaran Biaya

Membuat anggaran biaya berarti menaksir atau memperkirakan suatu barang, bangunan

atau benda yang akan dibuat dengan teliti dan secermat mungkin. Penyusunan konstruksi

bangunan pada dasarnya selalu disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Anggaran

merupakan suatu bentuk perencanaan penggunaan dana untuk melaksanakan pekerjaan

dalam kurun waktu tertentu, dibuat dalam bentuk uang, jam, tenaga kerja atau dalam

satuan lain.

Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap

proyek konstruksi pada saat pelelangan atau tender.

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menyusun RAB adalah:

1. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar

menyediakan material konstruksi secara kontinu.

2. Melakukan pengumpulan data tentang upah kerja yang berlaku di daerah lokasi proyek

dan upah pada umumnya jika tenaga kerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.

3. Melakukan perhitungan analisis material dan upah dengan menggunakan analisis yang

diyakini baik oleh pembuat anggaran.

II-10

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

4. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfatkan hasil analisa

satuan pekerjaan dan daftar kuantitas atau volume pekerjaan.

5. Membuat rekapitulasi terhadap keseluruhan biaya proyek termasuk fee, overhead, dan

pajak.

2.5.4 Komponen Perhitungan RAB

Kuantitas pekerjaan dapat ditentukan melalui pengukuran pada obyek dalam gambar

(dengan memperhatikan skala) maupun langsung pada obyek sesungguhnya di lapangan,

maka digunakan metode luas penampang rata-rata dengan menganggap sisi-sisi dari

bidang ruang diukur berbentuk garis lurus.

Satuan merupakan lambang yang menyatakan besaran yang diukur, cara pengukuran dan

ciri-ciri obyek yang diukur. Satuan angka pengukuran tanpa disertai oleh satuan

pengukuran, tidak mempunyai makna maupun hanya sebuah bilangan, jadi volume setiap

pekerjaan yang dihitung harus mempunyai satuan yang jelas karena akan berpengaruh

pada perhitungan biaya pelaksanaan.

II-11

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Penelitian Terdahulu

Untuk menentukan judul penelitian ini, penulis memerlukan referensi penelitian – penelitian terdahulu. Berikut adalah tabel penelitian terdahulu

sebagai referensi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

1 Analisa Penanganan Material I Putu Arma Wiguna, - Jenis penelitian survey Material yang berpotensi besar menjadi waste

waste pada proyek perumahan Henni iriana - Lokasi penelitian di adalah kayu dan besi beton untuk pekerjaan

di Surabaya (2014) surabaya struktur dan keramik, genteng dan cat untuk

- Menggunakan metoda pekerjaan arsitektur,

populasi

sasaran dan sampel

- Data diperoleh dari

penyebaran kuisoner

II-12

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.1

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

2 Studi sisa material pada proyek Suryanto Intan dkk - Pengambilan data dan -Sumber dan peyebab utama terjadi sisa

gedung dan perumahan (2010) pengolahan datanya material adalah informasi gambar yang tidak

menggunakan sofware jelas, kesalahan pemsanan, peyimpanan

SPSS v.16 material, kesalahan lapangan

- Penilaian kuisioner - Jenis sisa mterial yang dominan untuk proyek

menggunakan skala likert gedung adalah pasangan bata (5-10%), proyek

perumahan adalah bekisiting (5-10%)

-Cara meminimalkan sisa material yang

dominan pada proyek gedung adalah dengan

melakukan perencaan yang lebih matang

II-13

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.1

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

3 Analisis dan evaluasi sisa Widi Hartono, - Menghitung kuantits - Jumlah biaya yang disebabkan waste adalah :

material konstruksi Christianto Hartomo sisa material Rp 6.947.573,-

mengunakan FTA (Fault Tree (2014) - Menghitung biaya sisa - Peyebab terjadinya waste : desain, Pengadaan

Analysis) studi kasus pada material material, penangnan material, Pelaksanaan,

proyek pembangunan - Menghitung persentase - Faktor yang berpengaruh menyebabkan waste

kelurahan di Surakarta biaya sisa material Man, measures, dan mangement

- Meghitung persentase

total biaya sisa material

terhadap total baiaya

proyek

II-14

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.1

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

4 Evaluasi sisa material pada Hendri Rinus - Menghitung kebutuhan 1. Persentase biaya sisa material terbesar

proyek gedung auditorium (2015) material gambar sbuilt selama pelaksanaan proyek berasal dari

christian center di Kab Kutai drawing material besi D22 sebesar 33,33 % senilai Rp

Barat - Menghitung pembelian 82.439.238,-

material berdasarkan 2. Persentase total biaya sisa material terhadap

laporan harian total biaya proyek sebesar 0,56%, senilai Rp

- Mnghitung sisa material 249.594.287,66

- Menghitung kuantitas

sisa material

- Menghitung biaya sisa

material

II-15

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.1

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

5 Penerapan sistem manajemen Dito Ramanda Cahya - Identifikasi masalah 1. Pihak kontraktor merencanakan usaha

limbah konstruksi pada (2014) bagaimana sistem pencegahan dan peminimalisir terjadinya

kontraktor di Indonesia untuk manajemen limbah limbah dengan mengurangi overodring

mendukung konstruksi hijau konstruksi diterapkan di material, menggunakan half slab pada desain

Indonesia dan memakai kayu dengan pelapis agar dapat

- Pembatasan ruang dipakai ulang.

lingkup kajian penelitian 2. Pihak kontraktor menggunakan material

- Pengambilan data modular untuk meningkatkan efesiensi dalam

dengan wawancara dan penggunaan material dan mengurangi sampah

obeservasi konstruksi

- Analisa data

II-16

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.1

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

6 Analisa dan evaluasi sisa Suryanto Intan, Ratna - Penelitian dilaksanakan 1. Kuantitas sisa material hasil pengamatan

material konstruksi : Sumber S. Alien, Lie A dengan cara pengamatan lapangan menunjukkan hasil pyang tidak

penyebab, kuantitas dan Biaya rijanti secara langsung, berbeda dengan hasil survey.

(2005) penyebaran kuisioner 2. Sumber faktor penyebab utama yang

oleh peneliti mempengaruhi sisa material :residual,

- Material yang diteliti pelaksanaan, pengadaan material, desain,

cosimbale material penanganan material, lain - lain

7 Pengelolaan limbah konstruksi Astri Ratnasari - - Lokasi penelitian di Pengelolaan limbah sangat efektif dalam

pekerjaan beton pada proyek (2015 surabaya penghematan biaya proyek

gedung tinggi. - Menggunakan metoda

populasi

sasaran dan sampel

II-17

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.1

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

8 Evaluasi Material Konstryksi R.U Latieh - Variable penelitian Sisa material yang dominan berupa pasir dan

Pada proyek Rumah toko di adalah kebutuhan batu bata dimana masing masing untuk proyek

Kota Makasar material, penyimpanan rumah tinggal sebesar 13,16 % dan untuk

material, pemindahan proyek rumah toko sebesar 12,08 %

material, pemakaian

material dangan

penanganan material

- Data diambil

menginvetariskan data

sekunder pada proyek

konstruksi yang telah

II-18

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.1

No Judul Penulis Metode Penelitian Kesimpulan

9 Analisa penggunaan Aplikasi Muhammad khadafi - Penyebab terjadinya sisa Suatu nilai sisa material yang patut

untuk menentukan waste di (2008) besi tulangan dipertimbangkan akan muncul apabila tidak

sutu proyek - Pola pemotongan besi dilakukan perhatian yang cukup baik

tulangan terhadap manajemen pekerjaan besi tulangan

- Menggunakan metoda dari suatu proyek konstruksi

algoritma

10 Pengaruh pemanfaatan Eni Febriani - Memilih pecahan – Campuran beton menggunakan pecahan

pecahan beton sebagai (2010) pecahan beton ukuran beton tidak dapat memenuhi kuat tekan

alternatif pengganti agregat split beton K-250/cm²

kasar sebagai campuran beton - Melakukan mix desain

K-250 kg/cm² - Merawat benda ujia

- Melakukan test beton

II-19

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Research Gap

Berikut terlampir beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam pembuatan penelitian ini:

Research Gap ini di dapatkan berdasarkan penelitian terdahulu yang penulis tinjau sesuai dengan tema terkait. Berikut adalah research GAP dari

penelitian penulis:

Tabel 2.2 Research Gap


Kata Kunci
No Judul Penelitian Penulis
Perencanaan Penyebab Akibat Pengelolaan

1 Analisa penggunaan aplikasi untuk menentukan waste suatu di Muhammad


*
suatu proyek khadafi (2008)

2 Pengaruh pemanfaatan pecahan beton sebagai alternatif Eni Febriani


*
pengganti agregat kasar sebagai campuran beton K250 kg/cm² (2013)

3 Evaluasi sisa material pada proyek gedung audiorium christian Rinus Hendri
*
center di Kabupaten Kutai Kartanegara (2015)

II-20

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.2

Kata Kunci
No Judul Penelitian Nama
Perencanaan Penyebab Akibat Pengelolaan

4 Analisis dan evaluasi sisa material konstruksi menggunakan Widi Hartono


*
FTA ( Studi kasus pada proyek pembangunan kelurahan (2014)

Surakarta

5 Analisa penaganan material waste pada proyek perumahan I Putu Arma


*
surabaya Wiguna

(2014)

6 Studi sisa material konstruksi pada proyek gedung dan Suryanto Eko
* *
perumahan (2010)

7 Evaluasi material konstruksi pada proyek rumah toko di kota R.U Latief
* *
Makasar

II-21

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lanjutan tabel 2.2

Kata Kunci
No Judul Penelitian Nama
Perencanaan Penyebab Akibat Pengelolaan

8 Penerapan sistem manajemen limbah konstruksi pada Dito Ramanda


* *
kontraktor di Indonesia untuk sistem manajemen konstruksi di Cahya (2014)

Indonesia untuk mendukung konstruksi hijau

9 Analisa dan evaluasi sisa material konstruksi : Sumber Suryanto intan,


* *
penyebab, kuantitas dan biaya Ratna S. Alien,

(2005)

10 Pengelolaan limbah konstruksi pekerjaan beton pada proyek Aastri Ratnasari


* *
gedung tinggi (2015)

11 Analisis Penggunaan Sisa Material Dan Potongan Bored Pile Divy Wira
* * * *
Pada Proyek High Rise Building Agusma (2017)

Sumber : Hasil Olahan (2016)

II-22

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian

Untuk dapat melaksanakan penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka

tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menetapkan masalah yang akan dikaji

secara spesifik. Penetapan masalah ini berdasarkan survey pendahuluan berupa

konsultasi dengan dosen pembimbing terkait topik yang akan diangkat sebagai

penelitian tugas akhir dan juga beberapa literatur yang terkait.

Masalah yang dipilih adalah mengenai analisa penggunaan sisa material dan potongan

bored pile. Pemilihan ini berdasarkan beberapa studi literatur yang menampilkan

kesamaan mutu hasil pekerjaan.

2. Penetapan judul

Setelah dilakukan identifikasi masalah dan tinjauan pustaka, maka didapat gambaran

yang lebih jelas mengenai topik yang telah dipilih sehingga ditentukan judul Analisa

penggunaan sisa material dan potongan bored pile pada proyek high rise building.

3. Penetapan tujuan penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan.

Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa penggunaan sisa material

dan potongan bored pile pada proyek high rise building.

4. Tinjauan pustaka

II-23

http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Setelah masalah diidentifikasikan dan tujuan ditetapkan, maka dilakukan studi atau

tinjauan pustaka lebih mendalam dari penelitian tipikal terdahulu, jurnal, buku teks,

diskusi dengan pakar, dan referensi lain yang terkait dengan permasalahan.

5. Penetapan hipotesis

Penetapan hipotesis berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan, dan tinjauan pustaka

yang telah dilakukan.

6. Pengumpulan data

Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesis.Pengumpulan data dilakukan

dengan meminta data yang dibutuhkan di proyek Puri Orchard Apartment.

7. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisa perhiungan dalam membuat

Rencana Anggaran Biaya (RAB).

8. Simpulan

Simpulan dan saran merupakan tahap akhir dari penelitian ini yang berkaitan dengan

tujuan penelitian yang hendak dicapai, kesesuaian hipotesis dan masukan dari

penelitian yang telah dilaksanakan.

Kerangka merupakan penjabaran mengenai kasus yang akan diteliti yang telah dibuat

berdasarkan studi pustaka. Hipotesis adalah hasil dari kajian pustaka atau studi

sebelumnya yang menjadi kesimpulan sementara dari penelitian ini. Hipotesis selalu

dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang mengutarakan bentuk hubungan

antara peubah bebas dan peubah terikat yang mendeskripsikan secara konkrit apa yang

ingin dicapai atau diharapkan terjadi dalam penelitian.

II-24

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai