TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya biaya suatu
proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang digunakan (Nugrah,
sisa material yang cukup besar, sehingga upaya untuk meminimalisir sisa material penting
untuk diterapkan. Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya
berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi
(J.R.Illingworth, 1998).
Pondasi bored pile ini digunakan unuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat
terletak sangat dalam. hal ini merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros
bored pile atau pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah.
Apabila setelah melaksanakan pekerjaan pengecoran bored pile selesai maka beton
bagian atas dipotong dengan cara dibobok beberapa cm sampai ketemu beton yang bagus
dan keras yang dengan itu pondasi bored pile ini siap dipakai sebagai pondasi dalam
secara teori, waste of material terbagi dalam dua kategori yaitu Direct Waste berupa sisa
material yang timbul diproyek karena rusak, hilang, dan tidak dapat dipakai lagi dan
Indirect Waste berupa sisa material yang terjadi di proyek karena volume pemakaian
melebihi volume yang direncanakan, sehingga tidak terjadi sisa material secara fisik di
lapangan dan mempengaruhi biaya keseluruhan (hidden cost). Berdasarkan teori ini,
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
maka dapat disimpulkan bahwa umumnya waste besi tulangan, beskisting dan beton
Besi tulangan diproduksi dalam bentuk batangan dengan panjang standart 12 m. Dalam
tulangan utuh yang dipotong-potong menjadi potongan besi lebih kecil berdasarkan
design gambar umumnya akan menghasilkan sisa hasil potongan / waste karena sisa
Kontraktor akan memotong multiplek sesuai dengan luasan serta fungsi yang akan dibuat,
bekisitng di area sempit dan area area beda elevasi Sisa sisa penggunaan bekisting yang
kualitasnya tidak bisa lagi digunakan dapat juga diartikan sebagai waste pekerjan
bekisiting.
dilapangan, waste beton dilapangan biasanya terjadi apabila kontraktor salah dalam
pemesanan volume beton ke batching plant dan disebabkan oleh sisa pengetesan slump
2.2.1 Bekisting
1. Pengertian Bekisting
Menurut Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang
digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk
dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Fungsi Bekisting
b. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi
c. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.
Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang
bekisting, yaitu :
a. Kualitas
b. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang
memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati
tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
c. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses
Bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam proses
pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan.
satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih
memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada
direncanakanlah sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi
hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama,
sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai
selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah.
3. Bekisting Fiberglass
Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini
disebabkan karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu,
2.2.2. Pembesian
Pekerjaan pembesian yang dimaksudkan dalam hal ini, adalah pekerjaan pada pembuatan
struktur beton bertulang. Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan
jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
2. Pemasangan Tulangan
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan
gaya tarik, Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun struktur
lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan longitudinal
tarik.
Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat
dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya
lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material
Baja tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis dan mutu
tergantung dari pabrik yang membuatnya. Ada dua jenis baja tulangan , tulangan polos
( Plain bar ) dan tulangan ulir ( Deformed bar ). Sebagian besar baja tulangan yang ada
di Indonesia berupa tulangan polos untuk baja lunak dan tulangan ulir untuk baja keras.
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami keretakan.
Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem struktur, beton perlu
dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik.
Penulangan beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat
menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau
kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan
teknik pengelasan. Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD, BJ
berarti Baja, TP berarti Tulangan Polos dan TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir). Angka
yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik yang dijamin. Baja
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40
2.2.3 Beton
Menurut Sameko dan Rahmadiyanto (2001), beton didefinisikan sebagai bahan bangunan
dan konstruksi yang sifat - sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan
perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan -bahan yang dipilih.Material
dasar pembentuk beton pada hakekatnya dapat dikelompokkan sebagai bahan aktif dan
bahan pasif, dimana bahan aktif terdiri dari semen dan air yang nantinya berfungsi sebagai
perekat/pengikat, sedangkan kelompok bahan pasif yaitu agregat halus dan agregat kasar
yang berfungsi sebagai pengisi. Penggunaan beton dalam struktur bangunan sipil lebih
uas atau diminati masyarakat karena beton mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah
dalam pelaksanaan meliputi angkutan konstruksi dan kontrol kualitas, hampir tidak ada
perawatan dan menekan biaya pemeliharaan, tahan terhadap kondisi lingkungan dan
kebakaran serta dari sudut pandang estetika dan kebutuhan arsitektural sangat fleksibel
yang rendah, adanya rambatan suhu, terjadi penyusutan kering dan perubahan kadar air
serta mempunyai berat volume yang besar. Menurut Dipohusodo (1994), bahan-bahan
pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar dapat dicapai
Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan campuran harus
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus seperti kedap air, korosif dan lainnya.
II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pondasi bored pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan
mengebor tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyatmo, 2010). emasangan Bore Pile
dimulai dengan proses pembuatan lubang di dalam tanah dengan dimensi vertikal
menggunakan teknik pengeboran dengan mesin bored pile ,bisa memakai teknik metode
bor kering (dry boring) atau bisa juga menggunakan teknik pengeboran bor basah(wash
sebelumnya atau sampai tanah keras yang memenuhi perhitungan daya dukung yang telah
Setelah proses pelaksanaan pelubangan tanah dengan metode teknik pengeboran bored
fabrikasi bored pile yang biasanya telah dirangkai sebelumnya.Bentuk Fabrikasi besi
bored pile sendiri harusnya bundar mengikuti bentuk dari lubang pengeboran itu sendiri
Pekerjaan selanjutnya yaitu pengecoran beton basah kedalam lubang pondasi bor pile
(cast in site) yang sudah diinstal fabrikasi besi tadi,beton bisa menggunakan seatmix
dengan perbandingan yang mengikuti standar SNI atau menggunakan beton ready mix
jika dilokasi memungkinkan untuk dilakukan. Sebaiknya per satu lubang bored pile
selesai dibor langsung dilakukan instalasi besi dan pengecoran untuk hasil yang
maksimal. Dalam proses pengecoran jika dalam pengeboran menggunakan metode bor
basah harus menggunakan pipa tremi sebagai penghantar beton sampai kedasar lubang
bor agar tidak terlalu bercampur dengan lumpur limbah hasil dari pengeboran.Pipa tremi
di isi dengan beton yang masih basah sambil diangkat sedikit demi sedikit sampai dengan
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
selesai sampai lubang bor penuh. Sampai disini proses pekerjaan tim bored pile telah
selesai, Untuk selanjutnya tim lain bisa menunggu beton sampai kering ,kemudian beton
bagian atas dipotong dengan cara dibobok beberapa centimeter sampai ketemu beton
yang bagus dan keras yang dengan itu pondasi bored pile ini siap dipakai sebagai pondasi
dampak penggunaan sumber daya alam khususnya material yang dipakai dalam proses
dan Charles Kibert dalam Strategies for Succesful Construction and Demolition Waste
1. Reduction,
Reduction merupakan cara terbaik dan efisien dalam meminimasi limbah yang
dihasilkan. Secara tidak langsung, zat-zat berbahaya dan beracun dan berbahaya akan
berkurang.
2. Reuse
cara yang baik setelah reduction, karena minimasi dari proses pelaksanaannya dan
3. Recycling
cara yang tidak menghasilkan barang baru tetapi juga menguntungkan dari segi
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
d. Landfilling
Ladfilling adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah
Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu
berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian
biaya akan identik dengan perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan di
lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai
Pengendalian biaya bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, yaitu sesuai dengan anggaran. Hal ini antara lain diusahakan dengan jalan
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Menciptakan sikap sadar akan anggaran. Ini berarti meminta semua pihak
terhadap biaya.
kinerja pemakaian dana dan menekankan potensi adanya area-area yang rawan guna
tindakan koreksi.
Membuat anggaran biaya berarti menaksir atau memperkirakan suatu barang, bangunan
atau benda yang akan dibuat dengan teliti dan secermat mungkin. Penyusunan konstruksi
bangunan pada dasarnya selalu disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Anggaran
dalam kurun waktu tertentu, dibuat dalam bentuk uang, jam, tenaga kerja atau dalam
satuan lain.
Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap
2. Melakukan pengumpulan data tentang upah kerja yang berlaku di daerah lokasi proyek
dan upah pada umumnya jika tenaga kerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.
3. Melakukan perhitungan analisis material dan upah dengan menggunakan analisis yang
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5. Membuat rekapitulasi terhadap keseluruhan biaya proyek termasuk fee, overhead, dan
pajak.
Kuantitas pekerjaan dapat ditentukan melalui pengukuran pada obyek dalam gambar
maka digunakan metode luas penampang rata-rata dengan menganggap sisi-sisi dari
Satuan merupakan lambang yang menyatakan besaran yang diukur, cara pengukuran dan
ciri-ciri obyek yang diukur. Satuan angka pengukuran tanpa disertai oleh satuan
pengukuran, tidak mempunyai makna maupun hanya sebuah bilangan, jadi volume setiap
pekerjaan yang dihitung harus mempunyai satuan yang jelas karena akan berpengaruh
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menentukan judul penelitian ini, penulis memerlukan referensi penelitian – penelitian terdahulu. Berikut adalah tabel penelitian terdahulu
1 Analisa Penanganan Material I Putu Arma Wiguna, - Jenis penelitian survey Material yang berpotensi besar menjadi waste
waste pada proyek perumahan Henni iriana - Lokasi penelitian di adalah kayu dan besi beton untuk pekerjaan
di Surabaya (2014) surabaya struktur dan keramik, genteng dan cat untuk
populasi
penyebaran kuisoner
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2 Studi sisa material pada proyek Suryanto Intan dkk - Pengambilan data dan -Sumber dan peyebab utama terjadi sisa
gedung dan perumahan (2010) pengolahan datanya material adalah informasi gambar yang tidak
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3 Analisis dan evaluasi sisa Widi Hartono, - Menghitung kuantits - Jumlah biaya yang disebabkan waste adalah :
mengunakan FTA (Fault Tree (2014) - Menghitung biaya sisa - Peyebab terjadinya waste : desain, Pengadaan
- Meghitung persentase
proyek
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
4 Evaluasi sisa material pada Hendri Rinus - Menghitung kebutuhan 1. Persentase biaya sisa material terbesar
proyek gedung auditorium (2015) material gambar sbuilt selama pelaksanaan proyek berasal dari
christian center di Kab Kutai drawing material besi D22 sebesar 33,33 % senilai Rp
- Menghitung kuantitas
sisa material
material
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5 Penerapan sistem manajemen Dito Ramanda Cahya - Identifikasi masalah 1. Pihak kontraktor merencanakan usaha
limbah konstruksi pada (2014) bagaimana sistem pencegahan dan peminimalisir terjadinya
mendukung konstruksi hijau konstruksi diterapkan di material, menggunakan half slab pada desain
obeservasi konstruksi
- Analisa data
II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
6 Analisa dan evaluasi sisa Suryanto Intan, Ratna - Penelitian dilaksanakan 1. Kuantitas sisa material hasil pengamatan
material konstruksi : Sumber S. Alien, Lie A dengan cara pengamatan lapangan menunjukkan hasil pyang tidak
penyebab, kuantitas dan Biaya rijanti secara langsung, berbeda dengan hasil survey.
7 Pengelolaan limbah konstruksi Astri Ratnasari - - Lokasi penelitian di Pengelolaan limbah sangat efektif dalam
populasi
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
8 Evaluasi Material Konstryksi R.U Latieh - Variable penelitian Sisa material yang dominan berupa pasir dan
Pada proyek Rumah toko di adalah kebutuhan batu bata dimana masing masing untuk proyek
Kota Makasar material, penyimpanan rumah tinggal sebesar 13,16 % dan untuk
material, pemakaian
material dangan
penanganan material
- Data diambil
menginvetariskan data
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
9 Analisa penggunaan Aplikasi Muhammad khadafi - Penyebab terjadinya sisa Suatu nilai sisa material yang patut
untuk menentukan waste di (2008) besi tulangan dipertimbangkan akan muncul apabila tidak
sutu proyek - Pola pemotongan besi dilakukan perhatian yang cukup baik
algoritma
10 Pengaruh pemanfaatan Eni Febriani - Memilih pecahan – Campuran beton menggunakan pecahan
pecahan beton sebagai (2010) pecahan beton ukuran beton tidak dapat memenuhi kuat tekan
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berikut terlampir beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam pembuatan penelitian ini:
Research Gap ini di dapatkan berdasarkan penelitian terdahulu yang penulis tinjau sesuai dengan tema terkait. Berikut adalah research GAP dari
penelitian penulis:
3 Evaluasi sisa material pada proyek gedung audiorium christian Rinus Hendri
*
center di Kabupaten Kutai Kartanegara (2015)
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kata Kunci
No Judul Penelitian Nama
Perencanaan Penyebab Akibat Pengelolaan
Surakarta
(2014)
6 Studi sisa material konstruksi pada proyek gedung dan Suryanto Eko
* *
perumahan (2010)
7 Evaluasi material konstruksi pada proyek rumah toko di kota R.U Latief
* *
Makasar
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kata Kunci
No Judul Penelitian Nama
Perencanaan Penyebab Akibat Pengelolaan
(2005)
11 Analisis Penggunaan Sisa Material Dan Potongan Bored Pile Divy Wira
* * * *
Pada Proyek High Rise Building Agusma (2017)
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk dapat melaksanakan penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka
1. Identifikasi masalah
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menetapkan masalah yang akan dikaji
konsultasi dengan dosen pembimbing terkait topik yang akan diangkat sebagai
Masalah yang dipilih adalah mengenai analisa penggunaan sisa material dan potongan
bored pile. Pemilihan ini berdasarkan beberapa studi literatur yang menampilkan
2. Penetapan judul
Setelah dilakukan identifikasi masalah dan tinjauan pustaka, maka didapat gambaran
yang lebih jelas mengenai topik yang telah dipilih sehingga ditentukan judul Analisa
penggunaan sisa material dan potongan bored pile pada proyek high rise building.
Tujuan penelitian merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan.
Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa penggunaan sisa material
4. Tinjauan pustaka
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Setelah masalah diidentifikasikan dan tujuan ditetapkan, maka dilakukan studi atau
tinjauan pustaka lebih mendalam dari penelitian tipikal terdahulu, jurnal, buku teks,
diskusi dengan pakar, dan referensi lain yang terkait dengan permasalahan.
5. Penetapan hipotesis
Penetapan hipotesis berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan, dan tinjauan pustaka
6. Pengumpulan data
7. Analisis data
8. Simpulan
Simpulan dan saran merupakan tahap akhir dari penelitian ini yang berkaitan dengan
tujuan penelitian yang hendak dicapai, kesesuaian hipotesis dan masukan dari
Kerangka merupakan penjabaran mengenai kasus yang akan diteliti yang telah dibuat
berdasarkan studi pustaka. Hipotesis adalah hasil dari kajian pustaka atau studi
sebelumnya yang menjadi kesimpulan sementara dari penelitian ini. Hipotesis selalu
antara peubah bebas dan peubah terikat yang mendeskripsikan secara konkrit apa yang
II-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/