Dikerjakan Oleh :
Eri Pujiana (210522517648)
Fikri Anam Budiargo (210522517611)
Joivanka Putri Prastita (210522517613)
JANUARI 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi merupakan salah satu
komponen struktur bawah yang paling penting, karena mempunyai fungsi untuk
meneruskan semua beban konstruksi diatasnya ketanah pendukung atau merupakan
elemen penghubung antara konstruksi atas dengan bawah (Bowles, 1986). Dalam
perencanaan pondasi harus mempertimbangkan penggunaan jenis pondasi. Apabila
salah dalam memilih maka dapat mengakibatkan suatu bangunan akan menjadi retak,
miring, sehingga tidak dapat berfungsi lagi dan membawa dampak kerugian yang
besar.
Salah satu jenis pondasi dalamnya adalah pondasi tiang pancang. Tiang
pancang adalah suatu struktur pondasi berbentuk tiang yang penempatannya berada
pada lapisan tanah pendukung. Sistem kerja pondasi jenis ini dikaitkan dengan
kapasitas daya dukung tanah, didasarkan pada kapasitas dukung ujung tiang maupun
lekatan tanah pada keliling permukaan tiang pancang (Sardjono, 1988).
Studi dilakukan dengan pendekatan deskriptif pada proyek-proyek
pembangunan gedung di Jakarta yang dibangun pada tahun 2008, saat teknologi
terbaru pemancangan tiang pancang masuk ke Indonesia. Hasil studi memberikan
pengetahuan bahwa pondasi tiang pancang dapat terbuat dari kayu keras, beton dan
baja. Penampang pondasi dapat berbentuk segitiga atau segiempat. Saat ini proyek-
proyek pembangunan gedung lebih banyak menggunakan pondasi tiang pancang
beton dengan baja tulangan serta tulangan spiral.
Keuntungan menggunakan tiang pancang beton adalah pengerjaan pondasi
menjadi efisien, mudah dan praktis. Cara pemancangan tiang pancang banyak yang
menggunakan drop hammer atau sistem jacked piling sampai menyentuh tanah keras.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui spesifikasi teknis pondasi tiang
pancang yang umum digunakan pada proyek, cara pemancangan pondasi tiang
pancang di lapangan, kendala yang ditemui saat melakukan pekerjaan terkait pondasi
tiang pancang dan bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut (Wora, 2013).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa kendala yang terjadi saat pemasangan pondasi tiang pancang dalam
pekerjaan konstruksi?
2. Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi saat melakukan pekerjaan
pondasi tiang pancang?
3. Bagaimana tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang?
4. Hal apa yang harus diperhatikan saat melaksanakan pekerjaan pondasi tiang
pancang?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa kendala yang dapat terjadi saat melaksanakan pekerjaan pondasi
tiang pancang.
2. Mengetahui metode untuk mengatasi kendala yang terjadi saat melaksanakan
pekerjaan pondasi tiang pancang.
3. Mengetahui tahapan-tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang.
4. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan saat melaksanakan pekerjaan
pondasi tiang pancang.
BAB II
PEMBAHASAN
Pondasi adalah bagian terbawah dari suatu bangunan (sub structure) yang
menerima dan meneruskan seluruh beban-beban yang bekerja di bagian atasnya
dengan segala efeknya, termasuk beban tidak tetap, gempa, angin, suara, yang
kemudian diterima oleh suatu lapisan tanah sehingga diharapkan bangunan dalam
kondisi aman.
1) pengerjaan pondasi menjadi jauh lebih cepat dan efisiensi waktu, karena
pondasi dibuat di pabrik dengan pengawasan kualitas produk yang prima
2) pekerjaan pemancangan pondasi mudah dan praktis.
B. Hydraulic Jacked Piling System (Gambar 3), dengan spesifikasi teknik: tipe
tiang yang digunakan adalah segiempat (20 cm; 25 cm), kapasitas tekan
segiempat 20 cm adalah 70 ton, kapasitas tekan segiempat 25 cm adalah 100
ton, dan sistem tekan jaw system. Keuntungan cara ini adalahh detaran saat
pemancangan sangat sedikit, bahkan tidak ada sama sekali, serta tidak ada suara
bising akibat pukulan hammer karena menggunakan sistem hydrolik.
Pemancangan tiang pancang bisa memilih salah satu diantara dua cara
pemancangan yang sudah dijelaskan di atas, yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi eksisting lingkungan sekitar tapak yang akan dibangun. Area
pemancangan diupayakan memiliki ruang bebas untuk memudahkan
pemancangan tiang pancang. Setelah dipancang, tahapan pekerjaan selanjutnya
adalah:
1) tiang pancang disambung dengan cara dilas di antara kedua pelat besi
2) final set dilakukan untuk memastikan dan menjamin tiang pancang sudah
mencapai tanah keras, serta mengecek kembali hasil pemancangan untuk
memenuhi standar ketepatan pemancangan.
C. Contoh proses pemancangan mini pile dengan ukuran 40x40, alat yang
digunakan untuk memancang pile adalah Jack-in Pile Type Hydraulic Static Pile
Driver
1) Sebelum melakukan pemancangan, lakukan pengetesan terhadap tanah pada
lokasi pondasi yang akan direncanakan untuk mengetahui jenis tanah dan
kedalaman lapisan kerasnya.
2) Menentukan titik yang tepat dimana tiang pancang akan dipancang
menggunakan alat bantu berupa Theodolit dan Waterpass
3) Menghitung struktur pondasi tiang pancang sehingga dapat ditentukan
kebutuhan ukuran tiang, spesifikasi material dan kedalaman tiang pancang
sehingga kuat untuk menahan beban bangunan yang disalurkan ke titik
perhitungan.
4) Memesan tiang pancang ke pabrik sesuai dengan spesifikasi perhitungan
5) Masuk kedalam proses pemancangan pondasi, mengangkat tiang pancang
menggunakan Crane dan kemudian dimasukkan kedalam grip (jepit) pada
mesin Hydraulic Jack-in
6) Tekan tiang secara statis kedalam tanah
7) Apabila tiang pancang tinggal dua meter dari permukaan tanah dan belum
mencapai MPA yang diinginkan, maka tiang disambung dengan tiang
pancang lagi.
Gambar 4 Aplikasi teknologi Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) pada proyek
pembangunan perumahan di Pantai Indah Kapuk – Jakarta Utara (Tekno Konstruksi,
2008)
Gambar 5 Aplikasi teknologi Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) pada proyek
pembangunan Rusunami Cawang – Jakarta Timur (Tekno Konstruksi, 2008).
Contoh lain dari aplikasi Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) adalah pada
proyek apartemen Universitas Ciputra B (24 lantai) di Surabaya. Dari hasil penelitian
analisis produktivitas pemancangan tiang pancang pada bangunan apartemen
didapatkan hasil bahwa pemancangan yang baik dan benar akan menghasilkan nilai
produktivitas yang diharapkan dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai apartemen
secara keseluruhan termasuk nilai jualnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas antara lain sumber daya manusia, tiang pancang dan alat pancang.
Proses pemancangan dengan sistem jack-in memakai alat Hydraulic Static Pile
Driver (HSPD) pada bangunan tinggi tersebut menunjukkan produktivitas paling
tinggi (0.509 m/menit) dan paling rendah (0.406 m/menit). Nilai produktivitas
tergantung pada panjang tiang pancang dan satuan waktu yang ditinjau dari durasi
pemancangan (Limanto, 2009).
Hal lain yang perlu dipertimbangkan apabila menggunakan metode Hydraulic
Static Pile Driver (HSPD) adalah mutu beton pile (tiang pancang) harus sangat
diperhatikan agar tidak terjadi retak atau kerusakan fisik pada pile saat dilakukan
penetrasi atau pemancangan tiang.
Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat
membantu dan memudahkan serta mempercepat proses pembangunan proyek-proyek
gedung dan rumah tinggal. Hasil temuan material tiang pancang beton yang terbaru
dan teknologi pemancangan tiang pancang terbaru dan canggih, dapat mengurangi
dampak negatif pada lingkungan, bahkan mendukung efisiensi tenaga, efisiensi waktu
dan biaya pelaksanaan kerja di lapangan.
2.7 SISTEM KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3)
PADA PEKERJAAN PONDASI
Sebelum memulai pekerjaan, dilakukan tahapan pemeriksaan terhadap pekerja
maupun mesin yang akan digunakan pada pekerjaan pondasi, pemeriksaan ini
bertujuan untuk keselamatan kerja baik untuk pekerja maupun saat pengoperasian
mesin pemancang dengan tujuan meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja. Tindakan yang perlu diambil untuk keselamatan pekerja adalah dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti Helm Safety, sarung tanagan safety,
rompi reflector, sepatu safety dll serta pemeriksaan mesin pemancang dengan teliti
untuk dapat difungsikan dengan baik. Berikut persyaratan umum untuk mesin
pemancang saat dioperasikan dalam pekerjaan pondasi
1. Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat.
2. Untuk mencegah bahaya mesin Pemancang harus diberi tali atau rantai
secukupnya.
3. Mesin Pemancang tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik yang tidak
diamankan sebelumnya.
4. Bila digunakan dua buah mesin pemancang maka jarak antara mesin-mesin
tersebut sekurang-kurangnya sepanjang kakinya yang terpanjang.
5. Untuk mencapai lantai kerja dan roda penggerak pada ujung atas harus berupa
tangga yang memenuhi syarat keselamatan.
6. Lantai kerja dan tempat kerja operator alat pemancang harus terlindung dari
cuaca.
7. Kerekan pada mesin pemancang harus sesuai tengan persyaratan keamanan.
Bila pemancangan dilakukan miring maka harus diberi Pengimbang yang
sesuai dan instrumen yang miring harus dilindungi dari kemungkinan
tergelincir.
8. Saluran uap atau udara pada mesin pemancang harus terbuat dari pipa baja atau
sejenisnya.
9. Sambungan pipa harus terikat dengan baik.
10. Pipa uap atau udara untuk palu pancang harus terikat kuat pada palu pancang
untuk menghindari gerakan menyabet bila sambungan putus.
11. Saluran uap atau udara dimaksud harus dapat dikendalikan dengan mudah
melaui klep-klep penutup.
12. Roda pengerak pada mesin pancang harus diberi pengaman.
13. Cegah tali keluar dari roda kerekan dengan memasang sanggur di atau cara lain
yang aman.
14. Cegah terbaliknya mesin pemancang.
15. Cegah alat pemukul pancang meleset dari sasaranya.
16. Cegah tiang-tiang pancang dari jatuh.
17. Mesin Pancang harus dioperasikan oleh orang yang kompeten.
18. Mesin pancang harus diperiksa terlebih dahulu dan dinyatakan aman oleh
ahlinya sebelum dipergunsksn.
19. Bagian-bagian yang rusak harus diperbaiki oleh ahlinya dalam keadaan tidak
bekerja.
20. Tiang-tiang yang dikerek dengan tali harus diangkat sedemikian rupa sehingga
tidak berputar-putar atau mengayun.
21. Bila tiang sedang dibawa ke posisi pemancangan tidak boleh diarahkan dengan
tangan tetapi harus dengan tali pengarah.
22. Drum penyimpanan bahan bakar harus berada di tempat yang aman.
23. Pada saat tidak digunakan palu mesin pemancang harus terkunci di bagian
bawah.
24. Bila tiang dipancangkan miring harus dipasang rel pengarah.
25. Semua yang terlibat dalam pemancangan harus mengunakan APD yang
memenuhi Syarat.
BAB III
PENUTUP
Pondasi tiang pancang adalah elemen bangunan yang berfungsi menyalurkan
beban struktur bangunan ke tanah. Pondasi tiang pancang digunakan apabila kondisi
tanah relatif stabil dan kedalaman tanah keras tidak terletak jauh di bawah permukaan
tanah. Biasanya sebelum dilakukan pemancangan akan diadakan penyelidikan tanah
untuk menentukan kedalaman tanah keras. Pondasi tiang pancang dapat terbuat dari
kayu keras, beton dan baja (pipa atau profil). Penampang pondasi dapat berbentuk
segitiga atau segiempat. Karena kelemahan dan keterbatasan jenis pondasi tiang
pancang kayu dan tiang pancang baja, maka proyek-proyek pembangunan gedung
lebih banyak menggunakan pondasi tiang pancang beton dengan baja tulangan serta
tulangan spiral. Keuntungan menggunakan tiang pancang beton adalah pengerjaan
pondasi menjadi efisien, mudah dan praktis. Penggunaan pondasi tiang pancang beton
harus memperhatikan kondisi tanah atau kondisi lapangan, dan menghitung beban
yang nanti akan dipikul oleh pondasi tiang pancang.
Saat ini cara pemancangan tiang pancang banyak menggunakan drop hammer
atau sistem jacked piling sampai menyentuh tanah keras. Kendala yang ditemui di
lapangan terkait pekerjaan pemancangan pondasi tiang pancang adalah kondisi tanah
yang lembek, bekas rawa atau tanah urukan yang dapat mengganggu pemancangan
pondasi.
Teknologi Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) atau ‘Press in Pile’ adalah
metode pemancangan terbaru sebagai solusi pemancangan pondasi tiang pancang
pada lingkungan padat hunian. Teknik ini mengurangi bahkan dapat menghilangkan
dampak yang mengganggu lingkungan (getaran, polusi udara dan polusi suara) saat
pemancangan tiang pancang. Secara umum teknologi ‘Press in Pile’mengurangi
masalah lingkungan, lebih praktis, lebih cepat dan lebih ekonomis. Apabila
pemancangannya tepat, baik dan benar akan menghasilkan nilai produktivitas
bangunan yang menguntungkan dan sesuai harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Fahirah F. (2007). Korosi pada beton bertulang dan pencegahannya. Jurnal SMARTek
(Sipil-MesinArsitekur-Elektro), 5(3), ISSN 1693-0460.
Limanto, Sentosa (2009). Analisis produktivitas pemancangan tiang pancang pada
bangunan tinggi apartemen. Prosiding Seminar Nasional 2009, Jurusan
Teknik
Sipil, FT-UKM, 15 Agustus 2009.
Nugroho, Soewignjo Agus, et.al. (2011). Studi pengaruh variasi panjang tiang
terhadap
daya dukung kelompok tiang (model tes skala lab). Jurnal Sains dan
Teknologi,
10(2).
Wora, M. (2013). Studi Evaluasi Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Beton Pada
Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Internasional Surabaya. Jurnal
Teknik Universitas Flores, No.2, Vol. 7 .