Anda di halaman 1dari 12

TUGAS DESAIN PONDASI 2

Diajukan sebagai syarat untuk menempuh Ujian Akhir Semester


Desain Pondasi 2 di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Kristen Maranatha
Bandung

Nama : Muhammad Luthfi Reza


NRP : 1321024

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2020
1) Pondasi dalam suatu bangunan konstruksi mempunyai peranan penting karena
berfungsi sebagai penahan atau penopang beban bangunan yg ada diatasnya untuk
diteruskan ke lapisan tanah yang ada dibawahnya. Untuk menghasilkan bangunan yang
kuat dan kokoh, pondasi suatu bangunan harus direncanakan dengan baik.
Perencanaan dalam pemilihan pondasi suatu bangunan ditentukan berdasarkan jenis
tanah, kekuatan dan daya dukung tanah dan beban bangunan itu sendiri. Pada tanah yang
memiliki daya dukung baik, maka pondasinya juga membutuhkan konstruksi yang
sederhana. Jika tanahnya labil dan memiliki daya dukung yg jelek, maka penentuan
pondasinya juga harus lebih teliti. Pondasi suatu konstruksi bangunan harus mampu
menahan beban :
 Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah
 Beban mati/dead load, atau berat sendiri bangunan
 Beban hidup/live load,atau beban sesuai fungsi bangunan.
 Beban gempa
 Beban angin
 Gaya angkat air
 Momen dan torsi
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan kedalam
tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural
dan kondisi permukaan tanah. Pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih
dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam
bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam
untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya
beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah
dapat dihindari.
2) Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan pada kedalaman lebih dari 3 m dari
permukaan tanah dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural
dan kondisi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban
ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalaman tertentu sampai didapat jenis
tanah yang dapat mendukung daya beban struktur bangunan sehingga jenis tanah yang
tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari. Pondasi dalam terbagi menjadi 2
sub kategori yaitu pondasi tiang pancang dan pondasi bore pile.

3.1 Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang menggunakan tiang beton jadi /
pre cast yang langsung ditancapkan langsung ke dalam tanah dengan
menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai
paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa,
dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi
dan tanah keras pada posisi sangat dalam.Selain tiang pancang beton juga bisa
menggunakan tiang pancang baja.

3.1.1. Tiang Pancang Beton


Tiang pancang beton sesuai dengan namanya menggunakan bahan
beton dimana pembuatannya berasal dari pabrikan sehingga pengujiannya
menjadi ketat dan hasilnya dapat diandalkan. Tiang pancang beton terbagi
kembali menjadi 2 jenis.
3.1.1.1. Cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang
bor)
Pada jenis tiang pancang ini, tiang pancang di cor langsung
ditempat secara menerus dalam satu titik sampai selesai. Proses
pengecoran tidak boleh tertunda jika telah dimulai karena akan
mengakibatkan kegagalan dalam pemasangannya.
3.1.1.2. Precast pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat
dipabrik)
Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik,
dilokasi) dan baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari.
Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton
adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan
yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada
waktu pengangkatan dan pemancangan.

3.1.2. Tiang Pancang Kayu


Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan
sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Persyaratan dari tiang pancang
tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup
tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu belian. Semula tiang
pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari
bahan dan toleransi yang diijinkan.
Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang
memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO
M133 – 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana
instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki terbuka secara
panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat digunakan
tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu
keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan. Berikut
adalah proses pemasangan tiang pancang kayu.
3.1.2.1. Persiapan Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan
kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan
ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang
sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus
terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang
kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah
pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus
terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi
bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang. Bilamana tiang
pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan
akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian
khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang
tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah
yang terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile
cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur
dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan
gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm
dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya
keretakan.
3.1.2.2. Persiapan Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang
cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali
bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak.
Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan
pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang.
Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk
menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.
3.1.2.3. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala
tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang
pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan
jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu
harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama
pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang
harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap
panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang
relatif pada tempatnya.
3.1.2.4. Penyambungan
Jika diperlukan untuk menggunakan tiang pancang
yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang
pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya
untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang
pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus
diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil
baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu
membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan
yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa
penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai
lendutan maksimum harus dihindarkan.

3.1.3. Tiang Pancang Baja Struktur


Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil
baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan
beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Berikut adalah proses
pemasangan.
3.1.3.1. Perlindungan Terhadap Korosi
Jika korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat
terjadi, maka panjang atau ruasruasnya yang mungkin terkena
korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan
pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang
lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat
dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang
terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang
terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
3.1.3.2. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus
dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang
(driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang
pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat
topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau
tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke
dalam pur (pile cap).
3.1.3.3. Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan
dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa
hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan.
Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara
sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar
pada ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau
kotak akan diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan
yang dilas harus kedap air.
3.1.3.4. Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan
pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang
pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat
diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan
mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja.
Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu,
tetapi bilamana ujung dasar tertutup diperlukan, maka penutup ini
dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu
yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.

3.1.3. Tiang Pancang Komposit


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu
tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian
atas dan bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan
bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun
disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan
sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.
Macam-macam tiang pancang komposit :
 Water Proofed Steel and Wood Pile.
 Composite Dropped in – Shell and Wood Pile.
 Composit Ungased – Concrete and Wood Pile.
 Composite Dropped – Shell and Pipe Pile.
 Franki Composite Pile.

3.2. Pondasi Bore Pile


Pondasi bore pile adalah tiang pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu
berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah
sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile atau bisa disebut juga
dengan nama lain bor mesin mini memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang
pancang atau pondasi dalam lainnya. Perbedaan di antara keduanya adalah pada cara
pelaksanaan pengerjaanya. Pelaksanaan pondasi bor pile dimulai dari pembuatan
lubang di tanah dengan cara tanah di bor terlebih dahulu kemudian penginstalasan besi
tulangan ke dalam lubang yang dilanjutkan dengan pengecoran bore pile. Apabila
tanah mengandung air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa disebut dengan
temporary casing untuk menahan dinding lubang agar tidak terjadi kelongsoran, dan
pipa ini akan dikeluarkan pada waktu pengecoran beton.
Pondasi/tiang bore pile merupakan salah satu pondasi yang dipergunakan untuk
bangunan, apabila tanah dasarnya tidak mempunyai daya dukung tanah untuk memikul
berat bangunan.
Sistem pembuatan bore pile ada 2 macam, yaitu :
 Bor kering (dry drilling)
Pelaksananannya menggunakan mata bor biasa (spiral plat) diputar
sambil dimasukkan kedalam tanah dengan menggunakkan alat bor mini crane,
dengan menggunakan mesin diesel dan as mata diatur, dikendalikkan kaki tripod
sebagai penyangga untuk menaikan dan menurunkan mata bor.
 Bor Basah (wash drilling)
System ini memerlukan casing untuk menahan tanah dari kelongsoran
,pompa air untuk sirkulasi dan air. Sistem ini memerlukan casing untuk
menahan tanah dari kelongsoran, pompa air untuk sirkulasi dan airnya
yang dipakai untuk pengeboran, persedian air harus cukup banyak untuk
mencapai kedalaman pengeboran yang direncanakan.
Ada beragam jenis alat dan cara untuk pelaksanaan pembuatan pondasi bore pile,
diantaranya:
 Alat Bore Pile mini crane
Dengan alat boredpile Mini Crane ini dapat dilakukan pengeboran
dengan pilihan pondasi dengan ukuran diameter sekitar 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60
cm hingga sebesar 80 cm. Metode ini menggunakan sistem wet boring atau bor
basah. Sehingga, dibutuhkan air yang cukup untuk mendukung keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan ini juga dapat berguna untuk memeriksa ketersediaan
sumber air. Berikut adalah jenis alat bor pile yang kami gunakan dalam
mengerjakan pekerjaan bor pile yaitu:

Dalam pelaksanaan Bored Pile pada dasarnya tanah yang tidak mudah
longsor adalah:
 Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman yang dikehendaki.
 Dasar lubang bor dibersihkan.
 Tulangan yang telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor.
 Lubang bor diisi atau dicor beton.
3.2.1. Strauss Pile
Pondasi Strauss pile atau borpile manual adalah jenis pondasi tiang yang
dibuat didalam permukaan tanah, strauss pile pada dasarnya sama dengan pondasi
bored pile yang membedakan adalah cara pembuatannya.
Berikut ini tahap pekerjaan strauss pile :
1. Sebelum pekerjaan straus pile dimulai yang harus dipersiapkan terlebih
dahulu adalah titik as bor yang hendak dikerjakan.
2. Persiapan kerja yaitu merangkai peralatan kerja ( pipa, mata bor, stang
bor dan lain-lainnya ) hingga menjadi satu kesatuan alat bor yang siap
untuk dipergunakan.
3. Pengeboran dikerjakan oleh 2 orang dalam satu alat untuk memutar mata
bornya yaitu alat diputar serta diberi tekanan hingga di rasa mata bor
sudah dipenuhi dengan tanah, kemudian mata bor diangkat dan dibuang
tanahnya. Kegiatan tersebut dilakukan terus-menerus hingga kedalaman
yang diinginkan atau sampai tanah keras ( rata-rata 6 meter ).
4. Pembesian dimulai dengan pembuatan spiral untuk cincin dan
pemotongan besi pokok yang panjangnya lebihkan untuk stek, kedua
jenis besi tersebut dirangkai dan diikat dengan kawat hingga menjadi
satu tulangan besi lalu dimasukkan kedalam lobang bor.
5. Pengecoran tahap terakhir pekerjaan strauss pile yang jadi perhatian bila
lubang bor dipenuhi dengan air maka dalam pelaksanaannya harus
menggunakan pipa paralon yang berfungsi sebagai pengantar cor.
Namun bila lobang bor kering adukan beton bisa langsung dituangkan.

Kekurangan metode ini adalah terbatasnya pilihan diameter yaitu 20 cm,


25 cm dan 30 cm serta kedalaman rata-rata hanya berkisar di 6 meter atau sesuai
dengan kondisi tanah di lapangan. Namun diantara kekurangan tersebut pondasi
strauss pile memiliki beberapa keuntungan diantaranya :
 Harga jasa strauss pile yang relatif lebih murah bila dibandingkan
dengan pondasi dalam lainnya misal pondasi bored pile, tiang pancang,
caison dan sumuran.
 Tanpa mobilisasi (mungkin sekedar ongkos tukang atau tenaga).
 Kebutuhan alat strauss pile mudah di sesuaikan dengan volume
pekerjaan (tinggal ditambah pekerja dan set alat nya bila ingin pekerjaan
selesai lebih cepat).
 Bisa mengerjakan di tempat yg sulit (contohnya di dalam bangunan,
kondisi kavling tidak rata.
 Tidak menimbulkan suara bising dalam pelaksanaannya karena metode
strauss pile sama sekali tidak menggunakan mesin.
DAFTAR PUSTAKA

 https://duniatekniksipil76.blogspot.com/2017/01/fungsi-jenis-pondasi-dalam-
konstruksi.html
 https://virajayariauputra.com/blog/?p=643
 https://www.academia.edu/24848379/MENGENAL_PEKERJAAN_PONDASI_
BORE_PILE_DAN_STRAUSS_PILE
 Wibowo, Herianto. Modul Pondasi Dalam. Bandung

Anda mungkin juga menyukai