Anda di halaman 1dari 32

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Bekisting

2.1.1 Pengertian Bekisting (Formwork)

Bekisting adalah konstruksi bersifat sementara yang merupakan cetakan untuk

menentukan bentuk dari konstruksi beton pada saat beton masih segar. Menurut

Stephens dikutip dari (Prakoso Nugroho, 2018) formwork atau bekisting adalah cetakan

sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk

sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan

sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah

mencapai kekuatan yang cukup.

Menurut Hanna, dikutip dari (Pratama & Kristy Anggraeni, 2017) sistem bekisting

didefinisikan sebagai sistem pendukung yang total untuk menempatkan beton segar

termasuk cetakan atau bidang yang kontak dengan beton beserta dengan bagian

pendukung cetakannya. Sementara itu, definisi bekisting adalah sebagai suatu struktur

sementara dengan tujuan untuk mendukung dan melindungi beton segar sampai dapat

mendukung diri sendiri. Sehingga bentuk, ukuran beton, posisi dan letak bangun sesuai

dengan yang diinginkan.

Menurut Ratay, dikutip dari (Ruslan, 2017) definisi bekisting adalah suatu struktur

sementara yang klasik di dalam pengertian bahwa dipasang dengan cepat, mampu

menahan beban untuk beberapa jam selama beton dituangkan, dan dalam beberapa hari

kemudian dibongkar untuk digunakan kembali.

Bekisting merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi

utama, yaitu: (1) untuk memberi bentuk pada konstruksi beton, (2) untuk memperoleh
II-1

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
struktur permukaan yang diharapkan, dan (3) untuk memikul beton basah, hingga

konstruksi tersebut cukup keras untuk dapat memikul berat sendiri, menurut Wigbout

dikutip dari (Ruslan, 2017).

Sedangkan menurut Rupasinghe dan Nolan dikutip dari (Ruslan, 2017) definisi

bekisting adalah Suatu struktur bersifat sementara, digunakan untuk mencetak beton

yang dituangkan sesuai dengan dimensi yang diperlukan dan menahannya sampai beton

itu mampu mendukung berat sendiri.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bekisting merupakan sarana

sebagai komponen cetakan bagi beton segar agar beton dapat mengeras sesuai dengan:

(a) dimensi yang diinginkan, (b) bentuk yang diinginkan, dan (c) kualitas yang

diinginkan. Komponen cetakan vertikal (kolom dan dinding) dan cetakan horizontal

(balok dan pelat lantai) tidak dapat dicampur, karena berlainan fungsinya dalam

menahan beban kerja, serta waktu yang diperlukan untuk membongkar bekisting

berbeda pula.

2.1.2 Fungsi bekisting

Bekisting mempunyai fungsi bagi berlangsungnya pekerjaan konstruksi, diantaranya:

1. Untuk memberikan bentuk pada konstruksi beton sesuai dengan

perencanaan.

2. Untuk memberikan permukaan (surfaces) sesuai yang diharapkan.

3. Untuk memikul beton segar pada saat pekerjaan pengecoran sampai beton

tersebut mengeras dan dapat memikul berat beton sendiri sesuai dengan

umur beton yang cukup.

2.1.3 Jenis-jenis Bekisting

Kekuatan suatu bangunan tidak hanya bergantung pada konstruksi beton yang baik,

tetapi juga dalam pabrikasi bekisting saat pengerjaan bangunan. Bekisting merupakan
II-2

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
cetakan yang dibuat pada pengerjaan pengecoran agar memperoleh bentuk yang telah

direncanakan, seperti dinding shear wall, retaining wall, kolom, balok dan pelat.

Meskipun bersifat sementara, pabrikasi bekisting harus benar dan tepat agar

memperoleh kualitas bangunan yang baik. Berikut adalah jenis-jenis bekisting,

diantaranya :

1. Bekisting Konvensional

Metode bekisting yang biasanya digunakan pada bangunan dengan material

utama beton, adalah metode bekisting konvensional. Bahan yang digunakan

pada bekisting konvensional diantaranya kayu, multiplex, papan, dan paku

yang mudah didapat tetapi masa pemakaiannya lebih pendek dikarenakan

penyusutan yang besar. Bekisting Konvensional dengan menggunakan

material kayu ini dapat dipakai hampir pada semua struktur jenis bangunan

terutama pada struktur balok dan plat.

2. Bekisting batako

Batako merupakan bahan bangunan yang dapat difungsikan sebagai

bekisting pada pekerjaan pile cap dan raft foundation.

3. Bekisting Knock Down

Seiring dengan berkembangnya teknologi khususnya di bidang rancang

bangun, berbagai inovasi dilakukan termasuk yang berkaitan dengan

pekerjaan bekisting. Salah satu inovasi penting di dunia rancang bangun

adalah munculnya sistem bekisting knock down. Sistem bekisting knock

down ini menggunakan bahan besi hollow dan plat baja. Penggunaan

material tersebut akan menghasilkan bentuk yang lebih presisi jika

dibandingkan dengan penggunaan triplek dan papan pada sistem bekisting

konvensional. Bekisting knock down dengan bahan besi hollow dan plat

II-3

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
baja ini juga lebih mudah dalam hal pemasangan dan pembongkaran.

Mengingat beban bekisting ini cukup berat, maka pada saat pemasangan

bekisting ini dibutuhkan alat bantu Tower Crane untuk memasang pada area

yang direncanakan sesuai metode yang telah dibuat. Dalam proses ini pula,

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit bila dibanding

penggunaan bekisting konvensional.

4. Bekisting Fiberglass

Pilihan jenis bekisting moderen lainnya adalah bekisting fiberglass.

Bekisting yang terbuat dari bahan fiberglass ini tahan terhadap air sehingga

sangat cocok dipakai pada konstruksi di bawah tanah. Selain itu, bahan

fiberglass tidak mudah berkarat, ramah lingkungan, ringan, mudah

dibersihkan, mudah dipasang dan juga mudah dilepas.

5. Bekisting aluminium

Bekisting aluminium adalah bekisting (formwork) yang terbuat dari bahan

aluminium. Bekisting jenis ini adalah inovasi terbaru di era globalisasi

dengan konsep green construction, karena apabila menggunakan bekisting

ini akan mengurang potensi sampah yang ada di lingkungan area konstruksi.

2.2 Bekisting Aluminium

2.2.1 Pengertian Bekisting Aluminium (Aluminium Formwork)

R. Thiyagarajan, V.Panneerselvam and K. Nagamani (2017) Panel aluminium formwork

terbuat dari paduan aluminium kekuatan tinggi, dengan permukaan panel, terdiri dari

4mm tebal plat yang dilas untuk bekisting bagian diekstrusi dirancang khusus untuk

membentuk sebuah komponen panel yang diperkuat oleh sistem pengaturan pin dan baji

sederhana yang melewati lubang tiap panel dengan jarak yang direncanakan. Karena

peralatan terbuat dari bahan aluminium, maka hal tersebut dapat meminimalisir sampah
II-4

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
yang kemungkinan akan manumpk di lapangan. Pekerja individu dapat manangani

semua elemen yang diperlukan untuk membentuk sistem tanpa adanya bantuan angkat

menggunakan alat berat. Tenaga bekisting aluminium diperlukan pelatihan sebelum

melakukan pekerjaan.

2.2.2 Komponen Bekisting Aluminium

Untuk membuat formwork dari bahan aluminium adalah dengan menyusun atau

menggabungkan beberapa panel yang saling berkaitan agar membentuk satu kesatuan

struktur dengan dimensi yang direncanakan. Berikut adalah komponen-komponen

bekisting aluminium :

1. Wall Panel

Wall Panel merupakan komponen dinding yang difungsikan sebagai elemen

vertikal seperti kolom, shear wall, core wall, parapet.

Gambar 2. 1 Wall Panel


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

2. Slab Panel

Slab Panel digunakan untuk menahan berat beton pada saat dituangkan serta

memberikan cetakan hasil beton yang rapi.

II-5

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2. 2 Slab Panel


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

3. Beam Bottom Slab Panel

Beam Bottom Slab Panel berfungsi untuk membuat cetakan baguan bawah

balok struktur.

Gambar 2. 3 Beam Bottom Slab Panel


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

4. Slab Corner

Slab Corner berfungsi sebagai media untuk menghubungkan antara wall

panel dengan slab panel.

Gambar 2. 4 Slab Corner


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)
II-6

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
5. Slab Incorner

Slab Incorner berfungsi sebagai media untuk menghubungkan antara wall

panel dengan slab panel pada sisi bagian dalam plat dan balok.

Gambar 2. 5 Slab Incorner


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

6. Slab Outcorner

Slab Outcorner berfungsi sebagai media untuk menghubungkan antara wall

panel dengan slab panel pada sisi bagian luar plat dan balok.

Gambar 2. 6 Slab Outcorner


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

7. Prop Head (PH)

Prop Head berfungsi untuk menggabungkan balok secara bersamaan, baik

itu balok tengah maupun balok tepi. Penopang pipa akan ditempatkan

dibawah prop head.

II-7

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2. 7 Prop Head


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

8. Middle Beam

Middle Beam digunakan untuk menyatukan antar prop head, dan sebagai

penopang slab panel.

Gambar 2. 8 Middle Beam


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

9. End Beam

End Beam berfungsi untuk menyatukan antar prop head dan slab corner

sekaligus sebagai penopang slab panel.

Gambar 2. 9 End Beam


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)
II-8

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
10. Joint Bar

Joint Bar berfungsi sebagai media untuk mennggabungkan prop head

dengan balok (balok tengah/balok tepi).

Gambar 2. 10 Joint Bar


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

11. Special Prop Head

Special Prop Head Prop Head berfungsi untuk menggabungkan balok

secara bersamaan, baik itu balok tengah maupun balok tepi. Prop Head ini

akan digunakan apabila Prop Head ukuran normal tidak bisa dipasang di

lapangan.

Gambar 2. 11 Special Prop Head


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

12. AL-(A/G) Release

Komponen ini digunakan untuk menggabungkan panel pada posisi sudut.

II-9

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 2. 12 AL-(A/G) Release


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

13. Wedge

Wedge ini berfungsi untuk menggabungkan wall panels atau slab panels.

Gambar 2. 13 Wedge
(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

14. Round Pin or Long Pin

Komponen ini digunakan untuk memperkuat joint pin yang digunakan pada

prop head dan beam.

Gambar 2. 14 Round Pin or Long Pin


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

II-10

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
15. Flat Tie

Flat Tie digunakan untuk menggabungkan panel dinding dengan panel

sinsing sisi yang berlawanan. Pemasangan flat tie ini tergantung pada tinggi

panel dinding. Jumlah flat tie yang digunakan akan bervariasi.

Gambar 2. 15 Flat Tie


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

16. PVC Sleeve

Komponen ini terbuat dari bahan PVC. Lengan PVC akan dipasang antara

penel dinding dengan panel dinding sisi yang berlawanan. Flat tie akan

dimasukan untuk menyatukan wall panel. PVC Sleeve ini untuk melindungi

flat tie yang akan dicor dalam beton.

Gambar 2. 16 PVC Sleeve


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

II-11

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
17. Pipe Support

Pipe Support berfungsi untuk menopang berat besi dan beton pada saat

dituangkan sampai beton plat dan balok tersebut telah mencapai umur beton

yang disyaratkan untuk menahan beban.

Gambar 2. 17 Pipe Support


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

18. Tie Rod

Tie Rod berfungsi sebagai angkur tertanam untuk memperkuat bracket pada

permukaan beton pada saat pengecoran berlangsung.

Gambar 2. 18 Tie Rod


(Sumber : Kumkang KIND Brochure)

II-12

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.3 Keuntungan Bekisting Aluminium

1. Speed (Kecepatan)

Karena kemudahannya dalam perakitan bekisting aluminium, siklus 6

hari dijamin dibandingkan dengan siklus 7-10 hari untuk sistem

bekisting konvensional.

2. Mobility (Mobilitas)

Mobilisasi material untuk turun maupun naik ke lantai berikutnya bisa

melalui lubang shaft pada perencanaan maupun membuat lubang

tersendiri sebagai akses transfer material bekisting panel aluminium

tanpa memerlukan crane sebagai alat bantu transfer material.

3. Quality (Kualitas)

Karena permukaannya yang halus dan panel aluminium memiliki

dimensi yang akurat, maka tidak ada kebutuhan untuk plesteran atau

pekerjaan perbaikan setelah pekerjaan pengecoran beton.

4. Freedom of Design & Jobsite Planning (Kebebasan desain dan

perencanaan)

Bekisting aluminium memiliki kebebasan desain yang direncanakan.

Bekisting akan menyesuaikan bentuk dari arsitektural maupun

struktural dengan dimensi yang presisi.

5. Safety (Keamanan)

Pada saat pembongkaran slab panels, prop head dan shoring tidak harus

dilepas. Maka tidak akat terjadi beban kejut pada saat dismantling slab

panels.

6. Easy Assembly (Perakitan yang mudah)

II-13

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Karena mudahnya dalam perakitan bekisting, maka tidak memerlukan

tenaga kerja terampil atau tukang kayu.

7. Durability (Daya tahan)

Bekisting aluminium ini mengunakan bahan aluminium alloy (6061-T6)

yang menghasilkan penggunaan berulang hingga 250 kali pemakaian

dan mendapatkan efesiensi biaya konstruksi dibandingkan dengan

bekisting konvensional.

8. All-in-one System (Sistem satu kesatuan)

Pada bekisting aluminium ini memiliki keunggulan All in one system

yaitu bekisting kolom, balok, plat, corewall, shearwall, tangga, facade

menjadi satu kesatuan, sehingga pada saat pengecoran dilakukan secara

bersamaan. Keuntungan ini membuat proses serah terima lahan tidak

ada yang tertinggal seperti pekerjaan tangga.

2.3 Bekisting Konvensional

2.3.1 Pengertian Bekisting Konvensional

Bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu sebagai surface dan

dalam proses pengerjaannya dipasang serta dibongkar pada bagian struktur yang akan

dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting

satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting konvensional

ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu

masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada

elemen struktur yang lain.

II-14

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

2.3.2 Komponen Bekisting Konvensional

1. Plywood

Plywood digunakan sebagai surface (permukaan) untuk cetakan beton

plat maupun balok.

Gambar 2. 19 Plywood
(Sumber : BDE7 PT. PP Persero Tbk)

2. Besi Hollow

Besi Hollow digunakan sebagai pengaku plywood agar tidak bergeser.

Plywood diperkuat menggunakan paku / screw terhadap hollow.

Gambar 2. 20 Besi Hollow


(Sumber : BDE7 PT. PP Persero Tbk)

3. Screw

Screw digunakan untuk memperkaku posisi plywood terhadap frame

besi hollow. Screw ini dipasang setiap jarak 60cm.

Gambar 2. 21 Screw
(Sumber : BDE7 PT. PP Persero Tbk)

II-15

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Tie Rod

Tie Rod bersungsi untuk memperkuat sisi bekisting balok yang

berhadapan.

Gambar 2. 22 Tie Rod


(Sumber : BDE7 PT. PP Persero Tbk)

5. Perth Construction Hire (PCH)

Perth Construction Hire (PCH) berfungsi sebagai penopang bekisting

balok maupun plat yang disusun dengan jarak yang direncanakan.

Gambar 2. 23 Perth Construction Hire (PCH)


(Sumber : BDE7 PT. PP Persero Tbk)

2.3.3 Keuntungan Bekisting Konvensional

1. Mudah didapat

Material ini kayu mudah didapat di berbagai daerah dengan berbagai

jenis ketebalan yang beragam.

2. Modular

Karena berbahan dasar kayu dan diperkuat oleh hollow, maka material

ini dapat dibentuk secara modular dengan ukuran yang direncanakan

sehingga membentuk panel-panel dengan dimensi tertentu.


II-16

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

2.4 Komparasi Apple to apple

Tabel 2. 1 Perbandingan Karateristik Bekisting Aluminium dan Konvensional


(Sumber : www.kumkangkind.com)

Jenis Bekisting
Karateristik
Konven. Al-Form

1. Tidak membutuhkan crane maupun alat berat lainnya √


2. Dapat memindahkan slab panel, wall panel dengan satu

angkatan
3. Pembongkaran bekisting tanpa melepaskan prop head

dan prop shore
4. Dapat membentuk beton menjadi bagian dari siklus

pekerjaan
5. Dapat melakukan pengecoran balok, lantai dan kolom

secara bersamaan
6. Tidak dibutuhkan tenaga kerja terampil √
7. Cocok untuk bangunan 2 lantai atau 3 lantai √ √
8. Cocok untuk bangunan gedung bertingkat tinggi √ √
9. Bekisting dapat menyesuaikan bentuk desain yang

berbeda menjadi satu panel
10. Mampu membentuk semua elemen beton √ √
11. Material dapat didaur ulang √
12. Sesuai dengan desain arsitek tanpa perlu modifikasi

yang sesuai dengan sistem
14. Ramah lingkungan, tidak ada puing-puing besar, tidak

berantakan
Dari tebel diatas dapat dilihat bahwa menggunakan aluminium formwork lebih banyak

mendapatkan benefit dibandingkan konvensional. Hal ini menjadikan alasan mengapa

pihak kontraktor lebih memilih menggunakan bekisting aluminium dari Kumkang Kind

II-17

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
dibandingkan dengan bekisting konvensional pada lantai typikal, karena siklus

pemakaian bekisting aluminium dapat mencapai 250 kali pemakaian.

2.5 Pengedalian Biaya

Menurut Soeharto, dikutip dari (Hidayat, 2017) komponen biaya proyek di bagi menjadi

dua yaitu modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital). Pengelompokan

ini berguna pada waktu pengkajian aspek ekonomi dan pendanaan.

Biaya proyek konstruksi atau dikenal dengan istilah construction cost engineering

adalah area dari kegiatan teknik (engineering) dimana pengalaman dan pertimbangan

teknik dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di dalam

masalah perkiraan dan pengendalian biaya, menurut Soeharto dikutip dari (Kristiana &

Sunandar, 2019)

2.6 Pengendalian Waktu

Penjadwalan proyek konstruksi merupakan alat untuk menentukan waktu yang

dibutuhkan oleh suatu kegiatan dalam penyelesaian. Di samping itu, juga sebagai alat

untuk menentukan kapan mulai dan selesainya kegiatan-kegiatan tersebut. Perencanaan

penjadwalan pada proyek konstruksi, secara umum terdiri dari penjadwalan waktu,

tenaga kerja, peralatan, material, dan keuangan. Ketepatan penjadwalan dalam

pelaksanaan proyek sangat berpengaruh pada terhindarnya banyak kerugian, misalnya

pembengkakan biaya konstruksi, keterlambatan penyerahan proyek, dan perselisihan

atau klaim. Menurut Imam Soeharto yang dikutip dari (Setiawati, Syahrizal, & Ariessa,

2017) bahwa perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan

dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan

memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk

melaksanakan kegiatan.

II-18

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara yang dikutip oleh (Kristiana & Sunandar, 2019),

mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.6.1 Critical Path Method (CPM)

Critical Path Method (CPM) adalah teknik menganalisis jaringan kegiatan/aktivitas-

aktivitas ketika menjalankan proyek dalam rangka memprediksi durasi total.

Critical path sebuah proyek adalah deretan aktivitas yang menentukan waktu tercepat

yang mungkin agar proyek dapat diselesaikan.

Critical path adalah jalur terpanjang dalam network diagram dan mempunyai kesalahan

paling sedikit.

Critical Path Method (CPM) merupakan suatu permodelan susunan kegiatan yang

digambarkan dalam suatu bentuk diagram atau biasa dikenal dengan network planning.

Metode CPM menggunakan pendekatan deterministik, karena hanya menggunakan satu

jenis taksiran waktu untuk durasi pekerjaan, dimana taksiran waktu tersebut bersifat

pasti. Dalam analisis CPM dikenal adanya komponen-komponen berikut :

1. Network Diagram

2. Hubungan urutan kegiatan (EET dan LET)

3. Waktu Tenggang (Float)

4. Jalur kritis

2.6.2 Istilah dalam CPM

1. E (Earliest event occurence time) : Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa.

2. L (Latest event occurence time) : Saat paling lambat yang masih

diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.

II-19

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
3. ES (earliest activity start time) : Waktu mulai paling awal suatu kegiatan.

Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling

awal kegiatan dimulai.

4. EF (earliest activity finish time) : Waktu selesai paling awal suatu kegiatan.

EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya.

5. LS (latest activity start time): Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai

tanpa memperlambat proyek.

2.6.3 PERT (Project Evaluation And Review Technique)

Asumsi yang digunakan dalam metode PERT adalah bahwa lama waktu semua kegiatan

tidak tergantung satu sama lain. Penentuan lama waktu penyelesaian suatu proyek

dengan PERT dilakukan dengan menentukan waktu yang paling pesimis (terlama) dan

optimis (tercepat) untuk setiap kegiatan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpastian

penyelesaian suatu kegiatan ini dinyatakan dalam suatu varians. Semakin kecil varians

menunjukan semakin pasti suatu kegiatan dapat diselesaikan, Mirnayani. Dalam

penjadwalan dengan PERT terdapat perbedaan durasi deterministik dan probalilistik,

diantaranya :

Perbedaan durasi deterministik & Probabilistik

1. Deterministik : 1 type durasi (d)

2. Probabilistik : 3 type durasi (a, m, b)

Sumber perkiraan durasi

1. Historical Information (pengalaman proyek yang lalu)

2. Observasi / pengamatan

3. Expert Judgement

II-20

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam simulasi PERT terdapat beberapa jenis probabilitas distribusi yang dapat

digunakan seperti triangle distribution , normal distribution dan uniform distribution

1. Uniform distribution

Jika setiap n nilai mempunyai probabilitas yang sama

2. Triangular distribution

Triangular Distribution mendeskripsikan pada situasi dimana nilai minimum,

maksimum, serta most likely sudah dapat diketahui.

3. Normal distribution

Distribusi Normal adalah model distribusi kontinyu yang paling penting dalam teori

probabilitas. Distribusi Normal diterapkan dalam berbagai permasalahan. Distribusi

normal memiliki kurva berbentuk lonceng yang simetris. Dalam PERT, kita

menggunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap

kegiatan, yaitu:

1. Waktu optimis (optimistic time) [a]

Waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal

berlangsung sesuai rencana. Atau juga dapat di sebut waktu minimum dari suatu

kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik, sangat kecil kemungkinan kegiatan

selesai sebelum waktu ini. Waktu ini berdasarkan suatu kondisi terbaik dari yang ada di

estimasi “Most-Likely

2. Waktu pesimis (pessimistic time) [b]

Waktu pesimis yaitu waktu yang dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi kondisi yang

ada sangat tidak diharapkan. Atau juga dapat di sebut adalah waktu maksimal yang

diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila nasib buruk terjadi. Waktu ini

berdasarkan suatu kondisi terjelek dari yang ada di estimasi “Most-Likely”

II-21

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Waktu realistis (most likely time) [m]

Waktu realistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

yang paling realistis. Atau juga dapat di sebut adalah waktu normal untuk

menyelesaikan kegiatan. Durasi diberikan berdasarkan jumlah ‘resources’rata-rata

yang akan mengerjakan suatu aktivitas. Diharapkan dicapai suatu realistik produktivitas.

2.6.4 Perbedaan CPM dan PERT

PERT dan CPM berbeda dalam pengembangan terminology dan dalam kontruksi

jaringannya, tetapi sasarannya sama. Perbedaan utamanya adalah bahwa PERT

menggunakan tiga perkiraan untuk masing-masing aktifitas. Masing-masing estimasi

memiliki probabilitas keterjadian yang terkait, yang mana sebaliknya digunakan dalam

menghitung nilai yang diharapkan dan deviasi atau penyimpangan standar untuk waktu

kegiatan. CPM membuat asumsi bahwa waktu aktifitas diketahui dengan kepastian dan

oleh sebab itu hanya satu faktor waktu diberikan untuk masing-masing aktifitas.

II-22

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Masalah Tujuan Kesimpulan

Alternatif bekisting terbaik


untuk gedung low rise
Untuk mengetahui building apabila bobot
Bagaimana perbandingan biaya lebih besar atau
perbandingan penggunaan sama besar dari bobot
Analisa Perbandingan
penggunaan bekisting bekisting waktu adalah bekisting
Penggunaan Bekisting Semi
Saraswati & konvensional dengan konvensional dan semi konvensional.
1 2012 Konvensional dengan
Indryani bekisting table form bekisting sistem Apabila bobot waktu lebih
Sistem Table Form Pada
pada bangunan low rise table form pada besar dari bobot biaya
Bangunan Bertingkat
building dengan high bangunan low rise maka alternatif terbaiknya
rise building? building dan high adalah bekisting sistem
rise building. table form. Alternatif
bekisting terbaik untuk
gedung high rise

II-23

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Masalah Tujuan Kesimpulan

building (gedung Hotel


Ibis Surabaya) apabila
bobot biaya lebih besar
dari bobot waktu adalah
bekisting semi
konvensional. Apabila
bobot biaya sama besar
dengan bobot waktu
alternatif terbaik adalah
keduanya. Apabila bobot
waktu lebih besar dari
bobot biaya maka
alternatif terbaiknya
adalah bekisting sistem
table form.

Werdhi & Analisa Alternatif Bagaimana metode Untuk mengetahui Berdasarkan hasil analisa
2 2012
Wiranti Pembagian Zona Pekerjaan perbandingan pembagian metode dapat diketahui bahwa

II-24

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Masalah Tujuan Kesimpulan

Bekisting Dari Segi Biaya zona pekerjaan bekisting perbandingan alternatif pembagian zona
dan Waktu Pada Proyek terhadap biaya dan pembagian zona yang terbaik dari segi
Konstruksi Puncak waktu pada proyek pekerjaan bekisting biaya dan waktu adalah
Kertajaya Apartemen Konstruksi Puncak terhadap biaya dan dengan pembagian 6 zona
Kertajaya Apartemen? waktu pekerjaan dengan waktu
penyelesaian 10 hari.

Dari kedua metode


Bagaimana tersebut, walaupun metode
Untuk mengetahui
Metode Pelaksanaan dan perbandingan biaya kedua lebih lama 5 hari
Rohmad perbandingan
Analisa Biaya Bekisting bekisting pada proyek daripada metode pertama
Wijayanto, efisiensi biaya
3 2014 Pada Pekerjaan Struktur gedung Astra Honda namun selisih biaya yang
Purnawan, pabrikasi pekerjaan
Pembangunan Gedung Astra Motor Semarang jika dikeluarkan adalah lebih
& Sukamta bekisting dengan
Honda Motor Semarang dibandingkan dengan rendah sebesar Rp
dua metode.
dua metode? 277.288.777,- untuk
metode kedua.

Pratama & Analisa Perbandingan Bagaimana Untuk mengetahui Proyek World Trade
4 2017
Kristy Bekisting Konvensional, perbandingan bekisting perbandingan Center 3, Jakarta jika

II-25

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Masalah Tujuan Kesimpulan

Anggraeni Semi Sistem, dan Sistem konvensional, semi bekisting mengutamakan segi biaya,
(PERI) Pada Kolom Gedung sistem, dan sistem konvensional, semi pekerjaan bekisting lebih
Bertingkat (PERI) pada kolom sistem, dan sistem tepat menggunakan
gedung bertingkat (PERI) pada kolom bekisting semi sistem. Jika
Proyek World Trade gedung bertingkat. mengutamakan segi
Center 3? waktu, pekerjaan bekisting
sudah tepat menggunakan
bekisting sistem (PERI).

Untuk membuktikan Sistem bekisting


Bagaimana penggunaan bagi massa Aluminium dapat
bekisting alumnium perumahan rendah mencapai tidak hanya
Aluminium Formwork dapat memberikan konstruksi, sistem lebih cepat rate konstruksi
R.
5 2017 System Using In Highrise kelebihan untuk bekisting tetapi juga dapat
Thiyagarajan
Buildings Construction konstruksi perumahan Aluminium akan membawa turun struktural
terhadap keselamatan, menjadi sistem biaya 20 hingga 25 persen
kualitas dan biaya? bekisting cocok lebih dari metode
yang terbaik dalam konvensional dengan input

II-26

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Masalah Tujuan Kesimpulan

hal keselamatan, tenaga kerja yang lebih


kualitas, biaya. rendah.
(Sumber : Olahan Penulis, 2019)

II-27

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.8 Research Gap

Reseach Gap adalah celah-celah penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti

berdasarkan pengalaman atau temuan peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian ilmiah

didasarkan untuk mendapatkan sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi

masalah. Oleh karena itu penelitian harus berhadapan dengan sesuatu yang menjadi

masalah didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik dan berupaya

untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting diteliti. (Sanusi,

Anwar, 2012).

Research Gap penelitian penulis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

II-28

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel 2. 3 Research Gap

Gap

No Judul Penelitian Peneliti


Metode Perbandingan Perbandingan Perbandingan

Pelaksanaan Biaya Waktu Karakteristik

Analisa Perbandingan Penggunaan


Yevi Novi Dwi
Bekisting Semi Konvensional dengan
1 √ √ √
Saraswati (2012)
Sistem Table Form Pada Bangunan

Bertingkat

Analisa Alternatif Pembagian Zona

Pekerjaan Bekisting Dari Segi Biaya Habsari Werdhi Setyo


2 √ √
dan Waktu Pada Proyek Konstruksi Wiranti (2012)

Puncak Kertajaya Apartemen


3 Metode Pelaksanaan dan Analisa Budi Rohmad √

II-29

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

Gap

No Judul Penelitian Peneliti


Metode Perbandingan Perbandingan Perbandingan

Pelaksanaan Biaya Waktu Karakteristik

Biaya Bekisting Pada Pekerjaan Wijayanto (2014)

Struktur Gedung Astra Honda Motor

Semarang

Analisa Perbandingan Bekisting

Konvensional, Semi Sistem, dan


Hario Surya Pratama
4 Sistem (PERI) Pada Kolom Gedung √ √
(2017)
Bertingkat Proyek World Trade Cener

Aluminium Formwork System Using In R. Thiyagarajan,


5 √
Highrise Buildings Construction V.Panneerselvam and

II-30

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka

Gap

No Judul Penelitian Peneliti


Metode Perbandingan Perbandingan Perbandingan

Pelaksanaan Biaya Waktu Karakteristik

K. Nagamani (2017)

Analisis Perbandingan Bekisting

Konvensional dan Bekisting


Rio Chandra Adithya
6 aluminium (Aluminium Formwork) √ √ √ √
(2018)
Terhadap Biaya dan Waktu Pada

Proyek Apartemen Saumata Suites

(Sumber : Penulis, 2019)

II-31

http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.9 Diagram Kerangka Berpikir

Diagram 2. 1 Diagram Kerangka Berpikir


(Sumber : Penulis, 2019)

II-32

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai