BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menentukan bentuk dari konstruksi beton pada saat beton masih segar. Menurut
Stephens dikutip dari (Prakoso Nugroho, 2018) formwork atau bekisting adalah cetakan
sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk
sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah
Menurut Hanna, dikutip dari (Pratama & Kristy Anggraeni, 2017) sistem bekisting
didefinisikan sebagai sistem pendukung yang total untuk menempatkan beton segar
termasuk cetakan atau bidang yang kontak dengan beton beserta dengan bagian
pendukung cetakannya. Sementara itu, definisi bekisting adalah sebagai suatu struktur
sementara dengan tujuan untuk mendukung dan melindungi beton segar sampai dapat
mendukung diri sendiri. Sehingga bentuk, ukuran beton, posisi dan letak bangun sesuai
Menurut Ratay, dikutip dari (Ruslan, 2017) definisi bekisting adalah suatu struktur
sementara yang klasik di dalam pengertian bahwa dipasang dengan cepat, mampu
menahan beban untuk beberapa jam selama beton dituangkan, dan dalam beberapa hari
Bekisting merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi
utama, yaitu: (1) untuk memberi bentuk pada konstruksi beton, (2) untuk memperoleh
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
struktur permukaan yang diharapkan, dan (3) untuk memikul beton basah, hingga
konstruksi tersebut cukup keras untuk dapat memikul berat sendiri, menurut Wigbout
Sedangkan menurut Rupasinghe dan Nolan dikutip dari (Ruslan, 2017) definisi
bekisting adalah Suatu struktur bersifat sementara, digunakan untuk mencetak beton
yang dituangkan sesuai dengan dimensi yang diperlukan dan menahannya sampai beton
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bekisting merupakan sarana
sebagai komponen cetakan bagi beton segar agar beton dapat mengeras sesuai dengan:
(a) dimensi yang diinginkan, (b) bentuk yang diinginkan, dan (c) kualitas yang
diinginkan. Komponen cetakan vertikal (kolom dan dinding) dan cetakan horizontal
(balok dan pelat lantai) tidak dapat dicampur, karena berlainan fungsinya dalam
menahan beban kerja, serta waktu yang diperlukan untuk membongkar bekisting
berbeda pula.
perencanaan.
3. Untuk memikul beton segar pada saat pekerjaan pengecoran sampai beton
tersebut mengeras dan dapat memikul berat beton sendiri sesuai dengan
Kekuatan suatu bangunan tidak hanya bergantung pada konstruksi beton yang baik,
tetapi juga dalam pabrikasi bekisting saat pengerjaan bangunan. Bekisting merupakan
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
cetakan yang dibuat pada pengerjaan pengecoran agar memperoleh bentuk yang telah
direncanakan, seperti dinding shear wall, retaining wall, kolom, balok dan pelat.
Meskipun bersifat sementara, pabrikasi bekisting harus benar dan tepat agar
diantaranya :
1. Bekisting Konvensional
material kayu ini dapat dipakai hampir pada semua struktur jenis bangunan
2. Bekisting batako
down ini menggunakan bahan besi hollow dan plat baja. Penggunaan
konvensional. Bekisting knock down dengan bahan besi hollow dan plat
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
baja ini juga lebih mudah dalam hal pemasangan dan pembongkaran.
Mengingat beban bekisting ini cukup berat, maka pada saat pemasangan
bekisting ini dibutuhkan alat bantu Tower Crane untuk memasang pada area
yang direncanakan sesuai metode yang telah dibuat. Dalam proses ini pula,
4. Bekisting Fiberglass
Bekisting yang terbuat dari bahan fiberglass ini tahan terhadap air sehingga
sangat cocok dipakai pada konstruksi di bawah tanah. Selain itu, bahan
5. Bekisting aluminium
ini akan mengurang potensi sampah yang ada di lingkungan area konstruksi.
terbuat dari paduan aluminium kekuatan tinggi, dengan permukaan panel, terdiri dari
4mm tebal plat yang dilas untuk bekisting bagian diekstrusi dirancang khusus untuk
membentuk sebuah komponen panel yang diperkuat oleh sistem pengaturan pin dan baji
sederhana yang melewati lubang tiap panel dengan jarak yang direncanakan. Karena
peralatan terbuat dari bahan aluminium, maka hal tersebut dapat meminimalisir sampah
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
yang kemungkinan akan manumpk di lapangan. Pekerja individu dapat manangani
semua elemen yang diperlukan untuk membentuk sistem tanpa adanya bantuan angkat
melakukan pekerjaan.
Untuk membuat formwork dari bahan aluminium adalah dengan menyusun atau
menggabungkan beberapa panel yang saling berkaitan agar membentuk satu kesatuan
bekisting aluminium :
1. Wall Panel
2. Slab Panel
Slab Panel digunakan untuk menahan berat beton pada saat dituangkan serta
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Beam Bottom Slab Panel berfungsi untuk membuat cetakan baguan bawah
balok struktur.
4. Slab Corner
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
5. Slab Incorner
panel dengan slab panel pada sisi bagian dalam plat dan balok.
6. Slab Outcorner
panel dengan slab panel pada sisi bagian luar plat dan balok.
itu balok tengah maupun balok tepi. Penopang pipa akan ditempatkan
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
8. Middle Beam
Middle Beam digunakan untuk menyatukan antar prop head, dan sebagai
9. End Beam
End Beam berfungsi untuk menyatukan antar prop head dan slab corner
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
10. Joint Bar
secara bersamaan, baik itu balok tengah maupun balok tepi. Prop Head ini
akan digunakan apabila Prop Head ukuran normal tidak bisa dipasang di
lapangan.
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
13. Wedge
Wedge ini berfungsi untuk menggabungkan wall panels atau slab panels.
Gambar 2. 13 Wedge
(Sumber : Kumkang KIND Brochure)
Komponen ini digunakan untuk memperkuat joint pin yang digunakan pada
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
15. Flat Tie
sinsing sisi yang berlawanan. Pemasangan flat tie ini tergantung pada tinggi
Komponen ini terbuat dari bahan PVC. Lengan PVC akan dipasang antara
penel dinding dengan panel dinding sisi yang berlawanan. Flat tie akan
dimasukan untuk menyatukan wall panel. PVC Sleeve ini untuk melindungi
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
17. Pipe Support
Pipe Support berfungsi untuk menopang berat besi dan beton pada saat
dituangkan sampai beton plat dan balok tersebut telah mencapai umur beton
Tie Rod berfungsi sebagai angkur tertanam untuk memperkuat bracket pada
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.3 Keuntungan Bekisting Aluminium
1. Speed (Kecepatan)
bekisting konvensional.
2. Mobility (Mobilitas)
3. Quality (Kualitas)
dimensi yang akurat, maka tidak ada kebutuhan untuk plesteran atau
perencanaan)
5. Safety (Keamanan)
Pada saat pembongkaran slab panels, prop head dan shoring tidak harus
dilepas. Maka tidak akat terjadi beban kejut pada saat dismantling slab
panels.
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Karena mudahnya dalam perakitan bekisting, maka tidak memerlukan
bekisting konvensional.
Bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu sebagai surface dan
dalam proses pengerjaannya dipasang serta dibongkar pada bagian struktur yang akan
satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting konvensional
ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu
masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Plywood
Gambar 2. 19 Plywood
(Sumber : BDE7 PT. PP Persero Tbk)
2. Besi Hollow
3. Screw
Gambar 2. 21 Screw
(Sumber : BDE7 PT. PP Persero Tbk)
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
4. Tie Rod
berhadapan.
1. Mudah didapat
2. Modular
Karena berbahan dasar kayu dan diperkuat oleh hollow, maka material
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Jenis Bekisting
Karateristik
Konven. Al-Form
pihak kontraktor lebih memilih menggunakan bekisting aluminium dari Kumkang Kind
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
dibandingkan dengan bekisting konvensional pada lantai typikal, karena siklus
Menurut Soeharto, dikutip dari (Hidayat, 2017) komponen biaya proyek di bagi menjadi
dua yaitu modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital). Pengelompokan
Biaya proyek konstruksi atau dikenal dengan istilah construction cost engineering
adalah area dari kegiatan teknik (engineering) dimana pengalaman dan pertimbangan
teknik dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di dalam
masalah perkiraan dan pengendalian biaya, menurut Soeharto dikutip dari (Kristiana &
Sunandar, 2019)
dibutuhkan oleh suatu kegiatan dalam penyelesaian. Di samping itu, juga sebagai alat
penjadwalan pada proyek konstruksi, secara umum terdiri dari penjadwalan waktu,
atau klaim. Menurut Imam Soeharto yang dikutip dari (Setiawati, Syahrizal, & Ariessa,
2017) bahwa perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan
dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan
melaksanakan kegiatan.
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara yang dikutip oleh (Kristiana & Sunandar, 2019),
mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
Critical path sebuah proyek adalah deretan aktivitas yang menentukan waktu tercepat
Critical path adalah jalur terpanjang dalam network diagram dan mempunyai kesalahan
paling sedikit.
Critical Path Method (CPM) merupakan suatu permodelan susunan kegiatan yang
digambarkan dalam suatu bentuk diagram atau biasa dikenal dengan network planning.
jenis taksiran waktu untuk durasi pekerjaan, dimana taksiran waktu tersebut bersifat
1. Network Diagram
4. Jalur kritis
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
3. ES (earliest activity start time) : Waktu mulai paling awal suatu kegiatan.
Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling
4. EF (earliest activity finish time) : Waktu selesai paling awal suatu kegiatan.
5. LS (latest activity start time): Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai
Asumsi yang digunakan dalam metode PERT adalah bahwa lama waktu semua kegiatan
tidak tergantung satu sama lain. Penentuan lama waktu penyelesaian suatu proyek
dengan PERT dilakukan dengan menentukan waktu yang paling pesimis (terlama) dan
optimis (tercepat) untuk setiap kegiatan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpastian
penyelesaian suatu kegiatan ini dinyatakan dalam suatu varians. Semakin kecil varians
diantaranya :
2. Observasi / pengamatan
3. Expert Judgement
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam simulasi PERT terdapat beberapa jenis probabilitas distribusi yang dapat
1. Uniform distribution
2. Triangular distribution
3. Normal distribution
Distribusi Normal adalah model distribusi kontinyu yang paling penting dalam teori
normal memiliki kurva berbentuk lonceng yang simetris. Dalam PERT, kita
kegiatan, yaitu:
Waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal
berlangsung sesuai rencana. Atau juga dapat di sebut waktu minimum dari suatu
kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik, sangat kecil kemungkinan kegiatan
selesai sebelum waktu ini. Waktu ini berdasarkan suatu kondisi terbaik dari yang ada di
estimasi “Most-Likely
Waktu pesimis yaitu waktu yang dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi kondisi yang
ada sangat tidak diharapkan. Atau juga dapat di sebut adalah waktu maksimal yang
diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila nasib buruk terjadi. Waktu ini
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
3. Waktu realistis (most likely time) [m]
Waktu realistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan
yang paling realistis. Atau juga dapat di sebut adalah waktu normal untuk
yang akan mengerjakan suatu aktivitas. Diharapkan dicapai suatu realistik produktivitas.
PERT dan CPM berbeda dalam pengembangan terminology dan dalam kontruksi
memiliki probabilitas keterjadian yang terkait, yang mana sebaliknya digunakan dalam
menghitung nilai yang diharapkan dan deviasi atau penyimpangan standar untuk waktu
kegiatan. CPM membuat asumsi bahwa waktu aktifitas diketahui dengan kepastian dan
oleh sebab itu hanya satu faktor waktu diberikan untuk masing-masing aktifitas.
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Werdhi & Analisa Alternatif Bagaimana metode Untuk mengetahui Berdasarkan hasil analisa
2 2012
Wiranti Pembagian Zona Pekerjaan perbandingan pembagian metode dapat diketahui bahwa
II-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Bekisting Dari Segi Biaya zona pekerjaan bekisting perbandingan alternatif pembagian zona
dan Waktu Pada Proyek terhadap biaya dan pembagian zona yang terbaik dari segi
Konstruksi Puncak waktu pada proyek pekerjaan bekisting biaya dan waktu adalah
Kertajaya Apartemen Konstruksi Puncak terhadap biaya dan dengan pembagian 6 zona
Kertajaya Apartemen? waktu pekerjaan dengan waktu
penyelesaian 10 hari.
Pratama & Analisa Perbandingan Bagaimana Untuk mengetahui Proyek World Trade
4 2017
Kristy Bekisting Konvensional, perbandingan bekisting perbandingan Center 3, Jakarta jika
II-25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Anggraeni Semi Sistem, dan Sistem konvensional, semi bekisting mengutamakan segi biaya,
(PERI) Pada Kolom Gedung sistem, dan sistem konvensional, semi pekerjaan bekisting lebih
Bertingkat (PERI) pada kolom sistem, dan sistem tepat menggunakan
gedung bertingkat (PERI) pada kolom bekisting semi sistem. Jika
Proyek World Trade gedung bertingkat. mengutamakan segi
Center 3? waktu, pekerjaan bekisting
sudah tepat menggunakan
bekisting sistem (PERI).
II-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
II-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.8 Research Gap
Reseach Gap adalah celah-celah penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti
didasarkan untuk mendapatkan sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi
masalah. Oleh karena itu penelitian harus berhadapan dengan sesuatu yang menjadi
masalah didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik dan berupaya
untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting diteliti. (Sanusi,
Anwar, 2012).
Research Gap penelitian penulis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
II-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gap
Bertingkat
√
3 Metode Pelaksanaan dan Analisa Budi Rohmad √
II-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gap
Semarang
II-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
Gap
K. Nagamani (2017)
II-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
2.9 Diagram Kerangka Berpikir
II-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/