Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang dengan pertumbuhan penduduk
yang kian meningkat. Peningkatan jumlah penduduk mempengaruhi perkembangan
konstruksi di Indonesia. Dimana semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin
tinggi pula jumlah pembangunan khususnya pembangunan rumah hunian. Sehingga
saat ini Indonesia tengah menggalakkan pembangunan infrastrusktur baik bangunan
gedung, jalan, maupun jembatan. Dimana mayoritas komponen bangunan terbuat dari
beton. Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat
bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/Form
Work yang berupa cetakan/mal, atau alat konstruksi sementara dari suatu bangunan
yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai
dengan porsinya sebagai bangunan pembantu. Acuan dan perancah bersifat sementara
yang harus kuat dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan
kerusakan pada beton. Baik buruk dari pekerjaan Acuan dan perancah dapat
mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik
dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton,
perubahan struktur bangunan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam
pelaksanaannya seorang ahli dibidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus
dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang Acuan dan Perancah.
1.2 Tujuan
a) Menyelesaikan target materi perkuliahan semester II Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali
b) Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori tentang beton yang
mana harus menggunakan Acuan dan Perancah
c) Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan Acuan dan Perancah
secara nyata di lapangan
d) Mahasiswa diharapkan dapat lebih mengerti manajemen waktu, biaya, dan
mutu dalam pekerjaan beton khususnya pada bagian pekerjaan Acuan dan
Perancah.

1
1.3 Manfaat
a) Mahasiswa dapat memperkaya diri guna bekal dikemudian hari mengenai
konstruksi Acuan dan Perancah serta dapat mengetahui teknik pengerjaan
Acuan dan Perancah yang baik dan benar.
b) Mahasiswa dapat menyadari akan keberadaan potensi dirinya serta kondisi
lingkungan yang menunjang untuk dapat dikembangkan dan berupaya
menjadikan diri sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Acuan dan Perancah


Acuan adalah suatu benda yang digunakan sebagai pedoman dasar atau
cetakan untuk membuat bentuk dari suatu struktur yang dikehendaki. Sedangkan
perancah adalah suatu struktur penopang atau penyangga yang berfungsi untuk
menyangga acuan. Acuan dan perancah adalah bagian pekerjaan konstruksi yang
tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling memerlukan. Acuan dan perancah
merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berfungsi sebagai suatu
cetakan pada bagian bawah dan samping pada suatu konstruksi yang diinginkan.
Pada konstruksi memiliki bagian-bagiannya sendiri baik pada acuan maupun bagian
perancah. Bagian pada acuan terdiri dari papan cetakan dan pengaku cetakan,
sedangkan pada bagian perancah terdiri dari tiang acuan, pengaku atau penyokong,
gelagar, pasak atau baji. Beton yang bersifat plastis atau dapat dibentuk pada saat
pengadukan dapat dibuat untuk menyesuaikan dengan bentuk yang diinginkan.
Tingkat keberhasilannya dapat dicapai dari adukan beton tersebut dan ini sangat
tergantung pada acuan dan perancah yang dibuat.
Dalam pelaksanaannya jika pekerjaan acuan dan perancah ini tidak baik, maka
akan mendatangkan kerugian - kerugian seperti :
a) Perubahan Dimensi
Terjadinya perubahan ukurannya dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya
jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil
volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu
dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya. Oleh karena
itu, dimensi suatu acuan dan perancah harus kuat dan kokoh, serta tidak bocor.
b) Perubahan Geometri
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan
rencana, misalnya : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku,
akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau menambahkan pekerjaan
finishing lagi. Selain itu, jumlah bahan yang direncanakan tidak sesuai.
c) Penurunan Mutu Beton.

3
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan
air yang diikuti semen tadi keluar sehingga kekuatan beton tadi berkurang.
Di masa sekarang sudah tersedia beton siap pakai (ready mix), dimana
kontraktor hanya menyiapkan acuan perancah yang kemudian akan dituangkan
beton yang telah dipesan. Acuan dan perancah bisa dibongkar 28 hari setelah
pengecoran selesai. 28 hari merupakan waktu dimana beton mengalami
pengikatan yang maksimum.
2.2 Jenis - Jenis Acuan dan Perancah
Berdasarkan tempat dan cara pengecoran beton maka acuan dibedakan menjadi 4
kelompok, yaitu :
a) Acuan untuk pengecoran (formwork for in situ pouring) di tempat yaitu cetakan
yang dibuat untuk mencetak beton secara permanen langsung ditempat dimana
beton tersebut akan digunakan.
b) Acuan untuk beton (formwork for precast concrete elements) yaitu cetakan yang
dipakai untuk mencetak elemen-elemen beton yang dibuat di pabrik. Hasil cetakan
beton ini setelah mengeras baru dibawa ke lokasi proyek dan kemudian di rakit.
c) Acuan gelincir (slift form) merupakan cetakan beton yang dapat digerakkan atau
digeser sehingga untuk mencetak beton yang panjang hanya diperlukan cetakan
beberapa meter saja.
d) Acuan luntur (jumping form) yaitu cetakan yang digunakan untuk mencetak
struktur beton yang tinggi dengan cara meluncurkan cetakannya.
Kelompok (a) dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu :
 Cetakan tegak (vertical formwork)merupakan suatu cetakan dimana tekanan dari
beton merupakan faktor utama dalam perencaaan. Misalnya : struktur bangunan,
dam, dll.
 Cetakan mendatar (horizontal formwork) merupakan cetakan yang digunakan
untuk beton dimana tinggi dan tekanan tidak menjadi faktor utama. Misalnya :
lantai, balok lantai, dll.
 Cetakan mengkhusus (special formwork) yaitu cetakan yang digunakan untuk
membuat bentuk-bentuk khusus. Misalnya : balok melengkung, atap kubah, dll.
Kelompok (b) beton pracetak dibagi menjadi 3 yaitu :
 Cetakan yang memerlukan ketetapan ukuran, kekuatan cetakan untuk menahan
beban dan tekanan beton tidak diutamakan.

4
 Cetakan dimana kemampuan menahan lenturan dan lendutan merupakan
faktor utama dalam perencanaan.
 Cetakan untuk betuk khusus.

2.3 Bagian – Bagian Struktur Acuan dan Perancah


a) Bagian pada acuan/cetakan
 Papan cetakan (yang berhubungan langsung dengan beton)
 Pengaku cetakan (papan klam)
b) Bagian pada perancah/steger
 Tiang  Pengaku/penyongkong/skur
acuan/perancah/steger  Pasak/baji
 Gelagar  Balok alas/ landasan
2.4 Bahan Acuan dan Perancah
Adapun bahan yang digunakan dalam konstruksi acuan dan perancah adalah sebagai
berikut :
a) Untuk papan cetakan dan gelagar :
 Papan terentang  Papan kruing
 Papan suren  Multipleks
 Papan borneo  Plat baja
 Papan meranti  Papan pinus
 Papan albasia  Dll
b) Untuk tiang perancah :
 Kayu dolken  Bambu
 Usuk meranti, kruing,  Pipa baja (skafolding), steel proof
borneo, albasia, cemara  Dll
c) Kayu
d) Tripleks/Multipleks
e) Baja
 Plat Baja  Skafolding (Steger Baja)
 Pipa Baja  Multy Prof
f) Girder (Balok Gelagar)
g) Alat Penyambung dan Pengunci

5
2.5 Syarat - Syarat Konstruksi Acuan dan Perancah
Acuan dan Perancah merupakan konstruksi yang bersifat sementara yang akan
dibongkar lagi setelah beton mencapai batas umur yang ditentukan. Untuk itu cetakan
harus dibuat sedemikian rupa agar dapat menghasilkan beton sesuai dengan yang
diharapkan.Dengan demikian konstruksi acuan dan perancah harus memenuhi syarat -
syarat sebagai berikut :
a) Acuan dan perancah harus kuat
Sebelum beton mengeras dan mampu menahan beratnya sendiri, maka cetakan
harus dapat memikul gaya-gaya yang terjadi pada arah vertikal seperti : berat
beton, berat tenaga kerja, berat alat yang digunakan saat pengecoran, serta berat
acuan itu sendiri.
b) Acuan dan perancah harus kaku
Selain mampu menahan gaya-gaya yang terjadi secara vertikal, konstruksi acuan
dan perancah harus mampu menahan gaya-gaya yang terjadi pada arah
horizontal. Sehingga cetakan tidak akan labil atau bergoyang maupun melentur.
c) Cetakan harus bersih, rapi, dan rapat
Kebersihan cetakan menjadi hal yang penting. Apabila terdapat kotoran yang
tersisa pada cetakan maka saat proses pengecoran, kotoran akan naik dan masuk
kedalam adukan beton. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya mutu beton.
Kerapatan suatu cetakan sangat mempengaruhi proses pengecoran. Apabila
cetakan yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai akan keluar dan
akan mengakibatkan mutu beton kurang bagus karena pasta semen keluar dari
cetakan.
d) Acuan dan perancah harus mudah dibongkar
Apabila acuan mudah dibongkar, pada saat pembongkaran tidak akan merusak
beton yang sudah jadi. Pembongkaran yang baik tidak akan merusak papan acuan
sehingga dapat digunakan berkali-kali.
e) Acuan dan perancah harus ekonomis
Pemasangan konstruksi acuan dan perancah tidak boleh berlebihan. Maka dari itu
diperlukan rangan konstruksi yang optimal, agar cetakan bisa digunakan kembali.
2.1 Papan Duga / Bowplank
a) Definisi

6
Papan duga adalah sebuah papan yang digunakan sebagai pedoman sementara
dari as bangunan elevasi bangunan, agar letak bangunan sesuai dengan rencana.
Bentuk dari bowplank adalah sebuah papan yang dipasang pada dua buah batang
dolken yang ditancapkan, dan harus diletakkan dalam keadaan datar dan rata. Pada
papan duga dipasang paku yang digunakan sebagai as bangunan.
b) Penempatan Papan Duga
Seperti pada pekerjaan bangunan, papan duga diletakkan pada sudut-sudut
bangunan dengan jarak kurang lebih 1.5 m di luar as bangunan. Hal ini dilakukan
agar papan duga tersebut tidak terganggu oleh tanah galian. Selain itu ada juga
papan duga yang dipasang pada sekeliling bangunan, papan duga ini biasa disebut
dengan papan duga menerus.
c) Prinsip – Prinsip Dalam Pekerjaan Papan Duga
 Wujud
Wujud dari papan duga adalah harus kuat dan datar, karena papan duga ini
tidak boleh berubah selama bangunan dimulai.
 Elevasi pada papan duga
Ketinggian papan duga dari lantai (0.00) itu biasanya dibuat 0.25 di atas
lantai. Ketinggian papan duga arah memanjang dan arah melebar bisa juga
dibuat melebar dan bisa juga memanjang. Ketinggian maksimal dari papan
duga yang masih mungkin dilakukan adalah 0.60 dari lantai.
 Pemasangan tiang papan duga
Pemasangan tiang ini tidak boleh diabaikan, karena faktor tiang ini sangat
berpengaruh terhadap posisi papan duga. Kita harus melihat kondisi tanah
yang akan dijadikan tempat pemasangan papan duga. Apabila kondisi tanah
keras, maka ujung kayu dolken harus dibuat runcing agar mudah masuk.
Apabila kondisi tanah terlalu lembut maka perlu diadakan pemadatan agar
kayu dolken tidak mengalami perubahan karena lembutnya permukaan.
Diharapkan kemungkinan penurunan tiang selama penanaman akan semakin
kecil.
 Pemasangan papan duga pada tiang
Setelah tiang - tiang terpasang pada permukaan tanah , kita harus yakinkan
bahwa tiang dalam kondisi kokoh. Maka kita pakukan papan pada tiang tadi
dan kita levelkan kedatarannya dengan menggunakan waterpass. Setelah itu

7
kita pasang papan duga pada titik yang berbeda dan kita ambil kelevelannya
pada titik yang pertama.
d) Pembuatan Sudut Siku di Lapangan
Pembuatan sudut siku di lapangan dapat kita lakukan dengan menggunakan
dalil phytagoras. Yaitu dengan menggunakan perbadingan sisi segitiga siku-siku
3:4:5. Dalam pembuatan sudut siku di lapangan diperlukan penelitian.
e) Pemberian Tanda
Pemberian tanda pada pekerjaan stake out dapat dilakukan dengan bantuan tali
dan dipasang pada As dan batas pondasi yang akan dilakukan penggalian.
f) Pengontrolan Elevasi / Ketinggian
Setelah semua papan duga terpasang maka kita dapat melakukan pengecekan
elevasi ketinggian dengan menggunakan selang air pada setiap sudut bangunan yang
telah dipasang papan duga.
2.7 Acuan Kolom
a) Fungsi dan Bentuk Kolom
Fungsi dari kolom adalah untuk menyangga beban dari lantai di atasnya dan
meneruskannya ke pondasi.
b) Syarat-syarat kolom yang benar :
 Tegak,tidak miring
 Posisi kolom harus benar
Konstruksi dari acuan yang dibuat saat praktikum berbentuk bujur sangkar
dengan ukuran 40 x 40 cm. Hal ini biasanya disesuaikan dengan beban yang
berada di atasnya dan dari segi estetika.
c) Bagian – Bagian Dari Acuan Kolom
 Papan Acuan
Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan. Apabila menggunakan
papan, maka sebaiknya penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar
atau memanjang sesuai dengan lebar kolom yang kita kehendaki. Jika
menggunakan plywood, maka penyambungan dengan arah melebar tidak
diperlukan.
 Klem – Klem Perangkai
Penyambungan papan dengan arah melebar dapat dilakukan dengan
menggunakan klem dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup

8
panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan jarak klem-
klem perangkai tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat.
Pada saat praktikum setiap klem berjarak 70 cm.
 Papan Penjepit Dinding
Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang
satu dengan yang lainnya pada tiang yang telah dipasang. Fungsi papan
penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika beton di cor dan
dipasang dengan jarak 40 – 65 cm.
 Tiang-Tiang Acuan
Acuan kolom dapat berdiri tegak dengan dibantu oleh tiang-tiang pendukung
yang diletakkan di luar papan acuan dan papan penjepit. Tiang ini bisa dibuat
dari kasau atau dolken yang dirangkai dengan papan-papan gelagar atau
dengan scaffolding. Tiang-tiang ini harus benar-benar kuat dan kokoh
sehingga tidak mudah bergerak ketika beton dicorkan karena konstruksi ini
juga merupakan tempat berpijak saat proses pengecoran. Untuk
memperkokoh kedudukan tiang, dapat dipasang sekr yang dipasang diagonal
pada dua tiang.
 Penyetelan Acuan Kolom
Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang
akan dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah dirangkai satu sama
lain dipaku pada ketiga sisinya dan apabila menggunakan tulangan, maka
tulangan dipasang dan kerangka acuan dirangkai. Agar dinding kolom tegak
lurus, maka digunakan unting-unting. Agar titik acuan tidak mudah goyang,
maka dipasang pengaku agar posisi cetakan benar-benar berada pada posisi
yang telah ditentukan.

9
2.8 Acuan Balok
a) Definisi
Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menyalurkan beban dari lantai atau dinding diatasanya kepada kolom.
b) Bagian-Bagian Dari Acuan Balok :
 Papan acuan  Papan atau balok alas
 Papan penjepit  Sekor
 Gelagar atau papan pendukung  pengaku
 Tiang perancah
Acuan balok dapat didukung dengan satu tiang atau dengan dua tiang. Apabila
didukung dengan satu tiang, maka tiang diletakkan di tengah-tengah. Tetapi jika
didukung dengan dua tiang, sebaiknya diletakkan di samping.
2.9 Acuan Lantai
Lantai adalah bagian struktur yang langsung menerima beban baik beban hidup
maupun beban mati yang berbentuk plat yang tipis. Oleh karena itu tekanan
hidrostatis beton bukan merupakan masalah yang serius. Demikian juga beban akibat
beton tidak terlalu berat, karena beton diatasnya tipis yatu berkisar 10-15 cm.
Walapun demikian ada beebrapa hal yang harus diperhatikan antara lain : ketinggian
lantai itu sendiri, kekuatan, kekokohan, kestabilan konstruksinya, kerapatan serta
kemudahan untuk membongkar kembali.
2.10 Acuan Tangga
a) Pengertian
Tangga adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk
menghubungkan lalu lintas dari lantai yang satu ke lantai yang lain.
Adapun macam-macam tangga adalah sebagai berikut :
 Tangga diam (tangga pada bangunan umum, rumah tinggal)
 Tangga bergerak (eskalator)
Tangga juga dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
 Tangga lurus  Tangga dengan dua lengan
 Tangga dengan U
lengan L  Tangga poros
 Tangga putar

10
Konstruksi tangga biasanya dibuat dari beberapa baha dibawah ini :
 Konstruksi kayu  Konstruksi aluminium
 Konstruksi baja  Konstruksi beton
Dari keempat jenis bahan konstruksi tangga diatas, hanya konstruksi beton
yang memerlukan acuan dan perancah.
b). Perencanaan Tangga
Perlu diperhatikan beberapa hal yang penting yaitu : tinggi tangga yang akan
dibuat, bentang tangga yang ada, serta jenis bangunan yang akan dibuat. Adapun
syarat-syarat tangga yang ideal yaitu :
 Kemiringan maksimal yaitu 45° atau dengan perbandingan dibawah ini
1 langkah = 2 optride + 1 antrede
1 langkah = 57-65 cm
 Tinggi optride untuk bangunan umum adalah 17 cm, sedangkan untuk rumah
tinggal maksimal 20 cm
 Antride minimum 25 cm
 Lebar tangga untuk rumah tinggal 80-120 cm, sedangkan untuk bangunan
umum minimum 120 cm.
Berikut adalah perencanaan tangga pada Praktek Kerja Acuan Tangga
 Lebar Tangga = 100 cm
 Oftride = 17,5 cm
 Bordes ditengah – tengah
Ukuran bordes = 1 x 1 m
 Jumlah oftride (n)
tinggi lantai 350 cm
n= = =20 oftriden=n−1−1n=20−1−1n=18 oftride
oftride 17 , 5 cm
 Antride
Antride=1 langkah−2 x oftride¿ 65 cm−2 x 17 ,5 cm
¿ 65 cm−35 cm¿ 30 cm
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA ACUAN DAN PERANCAH

3.1 Pemaparan Materi


Hari/tanggal : Senin, 8 Juli 2019

11
Tempat : Lab. Komputer Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali

3.1.1. Instruksi Umum


Kegiatan pada hari ini yaitu dilaksanakannya pengenalan dan pemaparan teori
yang dibawakan oleh Bapak I Nyoman Sutapa, S.ST., MT mengenai pekerjaan yang
akan diterapkan di workshop yaitu pekerjaan pembuatan acuan dan perancah.
Selain tata cara pengerjaan pada pertemuan pertama ini juga dikenalkan alat alat
yang akan digunakan saat melaksanakan pekerjaan mulai dari hal kecil seperti
palu hingga alat utama seperti main frame pada scaffolding. Setiap alat memiliki
perannya masing masing dan saling berhubungan. Selain pengenalan alat
mahasiswa juga dikenalkan dengan adanya APD (Alat Pelindung Diri) guna
menjaga keamanan saat bekerja.

3.2 Membuat Bowplank dan Menentukan Titik Penempatan Sepatu Kolom Serta
Memasang Bekesting Kolom
Hari/tanggal : Selasa, 9 Juli 2019

Tempat : Workshop Kerja Kayu Politeknik Negeri Bali

3.2.1 Instruksi Umum

Dalam membuat sesuatu pastilah diawali dengan perhitungan dan perencanaan


yang matang agar hal tersebut dapat berjalan dengan tepat dan dapat menghemat
waktu maupun tenaga. Begitu pula saat mendirikan bekesting hal pertama yang
harus dilakukan yaitu pembuatan bouwplank dengan tujuan utama bowplank ialah
menentukan titik-titik posisi, kelurusan, dan jarak bekesting kolom. Bowplank
berperan penting sebagai patokan dalam penentuan ketinggian, pengukuran lebar
dan panjang, serta penentu titik struktur yang satu dengan yang lainnya. sehingga
setelah dipasangnya bouwplank titik penempatan sepatu kolom dapat ditentukan.
Saat bekerja dilapangan tidak lupa juga menggunakan alat pelindung diri (APD)
sehingga dapat mengurangi tingkat keparahan pada kecelakaan kerja. Setelah
sepatu kolom terpasang dilanjutkan dengan pemasangan bekesting kolom pada
praktek ini mahasiswa diajarkan tentang bagaimana cara pemasangan bekesting
kolom dengan benar dan sesuai dengan sepatu kolom yang sudah terpasang.
Pemasangan bekesting kolom ini berfungsi sebagai cetakan beton dalam

12
pembuatan kolom. Pasangan bekesting haruslah rapat agar tidak terdapat celah
yang menyebabkan air yang mengandung semen keluar sehingga beton menjadi
buruk dan memiliki kualitas yang rendah. Selain itu hal penting yang harus
diperhatikan yaitu kelurusan dan tegak lurusnya pemasangan bekesting kolom
agar menghasilkan kolom yang berdiri kuat dan tegak lurus.

3.2.2 Peralatan yang digunakan

a) Palu h) Balok gilder


b) Water Pass i) Rapid clamp
c) Selang Waterpass j) Pensil/pulpen
d) Penyiku Besi k) Benang
e) Meteran l) Linggis
f) Balok m) Unting-unting
g) Scahafolding

3.2.3 Bahan-bahan Yang Digunakan


a) Kayu usuk d) Multipleks
b) Paku
c) Papan

3.2.4 Peralatan Keselamatan Kerja


a) Helm
b) Masker
c) Pakaian Praktek

3.2.5 Perhitungan Bahan Bekesting Kolom


A. Kayu usuk yang dibutuhkan :
a). Kayu Usuk Pengaku :
- t = 3,5m → ((3,5m × 2) + (0,32m ×8)) × 2 = 19,12m
- t = 3m → ((3m × 2) + (0,32m × 7)) × 2 = 16,48m
Jumlah = (19,12m + 16,48m) : 4m = 9 buah usuk
b). Kayu Usuk Clamp :
- (0,9m + 0,1m) × 2 = 2m

13
- 2m × 4 = 8m
Jumlah = (8m : 4m) × 4 = 8 buah usuk
c). Total : 9 + 8 = 17 buah usuk batang
B. Jumlah lembar triplek yang dibutuhkan :
- (3,5m × 0,4m) × 4 = 5,6m2
- 2,44m × 1,22m = 2,9768 m2
- Jumlah total = 5,6m2 : 2,9768m2 = 1,88 atau 2 lembar triplek

3.2.6 Langkah-langkah Kerja


a) Sediakan alat dan bahan yang di butuhkan dalam pembuatan bowplank
b) Ukur ketinggian atas bowplank menggunakan meteran
c) Mencari ketinggian papan menggunakan waterslang
d) Jika sudah mendapatkan ketinggian, pasang papan pada kayu usuk
menggunakan paku. Setelah itu bowplank dapat digunakan
e) Tarik benang dari 4 sisi untuk menentukan titik untuk menaruh sepatu kolom
f) Mengecek kesikuan benang dengan menggunakan teori phytagoras hingga
mendapat kesikuan yang dinginkan.
g) Setelah itu gunakan unting-unting untuk menentukan titik yang merupakan
tempat untuk memasang sepatu kolom.
h) Pasang sepatu kolom pada titik yang telah ditentukan menggunakan paku
aggar tidak berpindah saat dipasang kolom bekesting.
i) Pasang dinding bekesting kolom sesuai dengan sepatu kolom yang telah
dibuat.
j) Setelah keempat dinding bekesting kolom berdiri sesuai dengan sepatu kolom
lalu rapatkan menggunakan rapid clamp. Pasang rapid clamp dengan jarak 80
cm ke atas.
k) Cek ketegakan kolom dengan unting-unting, jika belum tegak isi bagian bawah
kolom dengan kayu berukuran kecil sebagai pengganjal.

3.2.7 Gambar Proses Kerja dan Hasil

14
Gambar 3.2.6.1 Gambar 3.2.6.2
Pemasangan papan pada kayu usuk Pengecekan kesikuan benang dengan teori
phytagoras.

Gambar 3.2.6.3 Gambar 3.2.6.4


Menentukan titik pemasangan sepatu kolom Pemasangan sepatu kolom
dengan unting unting

15
Gambar 3.3.7.1 Gambar 3.3.7.2
Pendirian bekesting kolom dan dirapatkan Ukur jarak pemasangan rapid clamp dengan
menggunakan rapid clamp ketinggian masing masing 80 cm

Gambar 3.3.7.3 Gambar 3.3.7.4


Pengecekan tegak lurusnya bekesting kolom Penambahan kayu berukuran kecil apabila
dengan menggunakan unting unting bekesting kolom belum tegak lurus.

16
3.3 Memasang Bekesting Balok
Hari/tanggal : Kamis, 16 Mei 2019

Tempat : Workshop Kerja Kayu Politeknik Negeri Bali

3.3.1 Instruksi Umum

Pada praktek pemasangan bekesting untuk balok mahasiswa diharapkan dapat


mengetahui tata cara pemasangan serta syarat-syarat yang berlaku dalam
pemasangan bekesting balok agar nantinya balok beton dapat tercetak dengan baik
dan benar dengan kata lain tidak miring serta memiliki bentuk yang sempurna
sehingga mampu menahan beban dengan baik.

3.3.2 Peralatan Yang Digunakan :

a) Palu f) Schafolding
b) Water Pass g) Pin
b) Penyiku Besi h) Jack Base
c) Meteran i) U Head
d) Pensil j) Kawat
e) Breket k) Balok girder

3.3.3 Bahan-bahan yang digunakan

a) Kayu usuk c) Multipleks


b) Paku d) Balok

3.4.4 Peralatan Keselamatan Kerja


a) Helm
b) Masker
c) Pakaian Praktek

3.4.5 Perhitungan Bahan Bekesting Balok


A. Dinding Dalam
a). Kayu Usuk
(365cm × 2) + (32cm × 7) = 948cm

17
b). Triplek
365cm × 42cm = 15.330 cm2
B. Dinding Luar
a). Kayu Usuk
(366cm × 2) + (44,5cm × 7) = 1043,5cm
b). Triplek
366cm × 55cm = 20.075 cm2
C. Alas
a). Kayu Usuk
(355,5cm × 2) + (21cm × 7) = 858cm
b). Triplek
366cm × 30cm = 10.980 cm2
D. Total Kayu Usuk
(948cm – 1043,5cm + 858cm) : 400cm = 7,12 atau 8 buah batang usuk
E. Total Lembar Triplek
(15.330cm2 + 20.075cm2 – 10.980cm2) : (244cm × 122cm) = 1,56 atau 2
lembar multipleks

3.4.6 Langkah-langkah Kerja


a) Sediakan alat dan bahan yang di butuhkan dalam pembuatan bekesting balok
b) Pasang tiang pendukung diatas papan alas yang sudah disediakan
c) Setelah semua tiang terpasang dengan baik, kemudian pasang balok gilder.
d) Pemasangan balok gilder dimulai dari ujung acuan balok yang akan dibuat.
e) Kemudian pasang acuan balok pada ujung kolom .
f) Selanjutnya jepit dinding balok menggunakan bracket agar tidak tergeser
oleh beton pada saat pengecoran atau pemadatan
g) Periksa kesikuan dan ketegakan sisi samping acuan.
h) Periksa juga kekakuan dari konstruksi acuan dan perancahnya agar benar-
benar kaku.

18
3.4.7 Gambar Proses Kerja dan Hasil

Gambar 3.4.7.1 Gambar 3.4.7.2


Pemasangan balok dan adjustment Pemasangan alas papan bekesting balok

Gambar 3.4.7.3
Pemasangan dinding balok yang dijepit menggunakan breket

3.5 Pemasangan Acuan Lantai


Hari/tanggal : Jumat, 17 Mei 2019

Tempat : Workshop Kerja Kayu Politeknik Negeri Bali

a.5.1 Instruksi Umum

Pada pemasangan Acuan lantai mahasiswa diharapkan dapat mengetahui serta


menerapkan tata cara pemasangan acuan lantai dengan baik dan benar sesuai
syarat yang telah ditentukan. serta mengetahui jenis alat yang digunakan sebagai
alat bantu dalam memudahkan dalam bekerja sehingga dapat menghemat waktu

19
maupun tenaga dan pekerjaan dapat berjalan dengan efisien dan efektif tanpa
melupakan kualitas dari acuan tersebut. Sehingga dapat menahan beban hidup
maupun bebam mati pada saat pengecoran plat lantai.

a.5.2 Peralatan yang digunakan :

a) Palu e) Balok girder


b) Water Pass f) Kawat
c) Benang g) Scaffolding
d) Meteran

a.5.3 Bahan-bahan yang digunakan


a) Kayu usuk
b) Paku
c) Multiplek

3.5.4 Peralatan Keselamatan Kerja

a) Helm
b) Masker
c) Pakaian Praktek

3.5.5 Langkah-langkah Kerja

a) Sediakan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan acuan lantai
b) Pasang tiang-tiang acuan di atas papan alas dengan jarak sesuai dengan jarak
tiang acuan balok. Tiang dipasang dimulai dari yang paling pinggir.
c) Kemudian pasang balok gilder paling tepi sehingga dapat dipergunakan
sebagai papan duga bagi pemasangan balok gilder berikutnya (tengah-tengah)
d) Kontrol kedatarannya dengan menggunakan waterpass
e) Cek kedatarannya menggunakan waterpass
f) Pasang benang untuk pedoman ketinggian balok gilder pada 3 jalur, yaitu
dipinggir dan ditengah – tengah
g) Setelah benang terbentang datar dan kencang , maka pemasangan tiang – tiang
berikutnya dilanjutkan pada bagian tengah dan kemudian pasangkan balok
gilder
h) Setelah semua tiang beserta balok gilder terpasang , pasang acuan lantai. Dan
perhatikan kerapatan pada penyambungannya.
20
3.5.6 Gambar Proses Kerja dan Hasil

Gambar 3.5.6.1 Gambar 3.5.6.2

Proses pemasangan balok Proses pemasangan balok

Gambar 3.5.6.3
Proses pemasangan papan multyplek

3.6 Pemaparan Materi Tangga


Hari/tanggal : Jumat, 12 Juli 2019

Tempat : Lab. Komputer Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali

c.6.1 Instruksi Umum


Setelah pemasangan bekesting kolom, balok, dan lantai selesai kemudian
dilanjutkan dengan praktek pemasangan acuan tangga dimana sebelun terjun ke
lapangan diperlukan suatu arahan agar lebih mudah dan lebih memahami saat
melaksanakan suatu pekerjaan. Pada pemaparan materi mengenai acuan tangga
dijelaskan tentang perhitungan tinggi dan lebar anak tangga serta jumlah anak

21
tangga yang digunakan pada ketinggian tertentu berdasarkan prinsip prinsip
ergonomi sehingga saat menggunakan tangga dapat dilalui dengan aman dan
nyaman.

3.7 Pemasangan Acuan Tangga


Hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019

Tempat : Workshop Kerja Kayu Politeknik Negeri Bali

3.7.1 Instruksi Umum


Pada praktek pemasangan Acuan Tangga ditekankan suatu perhitungan yang
tepat mengenai jumlah, lebar dan tinggi masing masing dari anak tangga. Dimana
setiap perhitungan tersebut berdasarkan prinsip ergonomi. Pada praktek ini
mahasiswa diharapkan dapat mengetahui serta dapat menerapkan tata cara
pembuatan acuan tangga dengan benar serta dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

3.7.2 Peralatan yang Digunakan

a) Palu e) Benang
b) Meteran f) Pensil
c) Mesin Gergaji Potong g) Penyiku Besi
d) Mesin Ketam

3.7.3 Bahan-Bahan yang Digunakan

a) Paku
b) Kayu Usuk
c) Multipleks
3.7.4 Peralatan Keselamatan Kerja
a) Helm
b) Masker
c) Pakaian Praktek
3.7.5 Perhitungan Bahan Bekesting Tangga
A. Kayu usuk yang dibutuhkan :
a).Kayu Usuk pengaku :
Acuan Alas Tangga
- (3,35m x 2) x 2 = 13,4m

22
- (1,1m x 5) x 2 = 11 m
Jumlah = (13,4 + 11) : 4 = 6,1 atau 7 usuk
Acuan Dinding Tangga
- (2,7m x 2) x 4 = 21,6
Jumlah =21,6: 4 = 5,4 atau 6 usuk
Acuan Anak Tangga
- 0,3m x 40 = 12m
Jumlah = 12 : 4 = 3 usuk
b).Kayu Usuk Clamp :
- 3,5m x 10 = 35m
- 1,75m x 10 = 17,5
Jumlah = (35 + 17,5) : 4 = 13,125 atau 14 usuk
Total usuk yang diperlukan : 7 + 6 + 3 + 14 = 30 usuk
B. Jumlah lembar multipleks yang dibutuhkan :
a).Acuan alas tangga → (3,45 x 1,2) x 2 = 8,28m2
b).Acuan anak tangga → (0,3 x 0,175) x 20 = 1, 05m2
c).Acuan dinding tangga → (2,7 x 0,5) x 4 = 5,4m2
Total multipleks yang diperlukan :
8,28 m2 + 1,05 m2 + 5,4 m2 = 14,73 m2
1,22m x 2,44m = 2,9768 m2→ 14,73 m2 : 2,9768 m2 = 4,948 atau 5 lembar

Berikut adalah perencanaan tangga pada Praktek Kerja Acuan Tangga


 Lebar Tangga = 100 cm
 Oftride = 17,5 cm
 Bordes ditengah – tengah (Ukuran bordes = 1 x 1 m)
 Jumlah oftride (n)
tinggi lantai 350 cm
n= = =20 oftriden=n−1−1n=20−1−1n=18 oftride
oftride 17 , 5 cm
 Antride
Antride=1 langkah−2 x oftride¿ 65 cm−2 x 17 ,5 cm
¿ 65 cm−35 cm¿ 30 cm
3.7.6 Langkah – langkah kerja
 Acuan alas tangga
a) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

23
b) Potong kayu usuk menggunakan mesin potong dengan ukuran 3,35m
sebanyak 4 batang dan potong juga kayu berukuran 1,1 m sebanyak 10
potong
c) Kemudian ketam menjadi ukuran 4/6
d) Potong multipleks dengan ukuran 1,2m x 3,45m
e) Kemudian pasang kayu usuk yang sudah diketam yang berukuran 3, 35
m menggunakan paku dikedua sisi multipleks
f) Kemudian pasang kayu usuk yang berukuran 1,1 m menggunakan paku
dari ujung bawah multipleks hingga atas dengan jarak yang sama
 Acuan anak tangga
a) Siapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
b) Potong kayu usuk menggunakan mesin potong dengan ukuran 0,3m
sebanyak 40 batang
c) Kemudian ketam menjadi ukuran 4/6
d) Kemudian potong multipleks dengan ukuran 0,3m x 0,175m sebanyak
20 bidang
e) Kemudian pasangkan kayu usuk yang berukuran 0,3 m dikedua sisi
multipleks menggunakan paku
 Acuan dinding tangga
a) Siapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
b) Potong kayu usuk yang berukuran 2,7m sebanyak 8 batang dan ketam
hingga berukuran 4/6
c) Potong multipleks dengan ukuran 2,7m x 0,5m sebanyak 4 bidang
d) Pasangkan kayu usuk yang sudah diketam dikedua sisi multipleks dengan
paku
e) Lukis antrede dan optredenya pada bagian sisi yang tidak diisi dengan
kayu sesuai yang telah ditentukan.

 Langkah – langkah pembuatan bordes


a) Pasang 1 set schafolding

24
b) Kemudian pasang balok gilder diatas scalfolding dan ikat menggunakan
kawat
c) Kemudian pasang multipleks diatas balok gilder menggunakan paku
d) Ukur kedataran dan buat ketinggian bordes menjadi 1,63m (( t bangungan :
2 ) – 12 (tebal pelat beton) )

 Langkah – langkah pemasangan acuan tangga


a) Siapkan bahan dan Peralatan yang dibutuhkan
b) Tarik benang pada ujung kolom ke border dan dari bordes ke lantai I
c) Ukur kemiringan tangga yang akan dibuat
d) Pasang gelagar sesuai dengan ketinggian yang dibuat
e) Kemudian pasang acuan alas tangga diatas gelagar sudah dibuat
f) Pasang acuan dinding tangga dan pada bagian sampingnya pasangkan usuk
menggunakan paku sebagai unsur pengaku
g) Pasang acuan anak tangga sesuai dengan yang telah dilukiskan pada acuan
dinding tangga.
h) Pasang sekur sekur pengaku agar acuan dan perancah benar- benar kuah
dan kokoh.
i)

3.7.6 Gambar Proses Kerja dan Hasil

Gambar 3.7.6.1 Gambar 3.7.6.2


Proses pemasangan dinding acuan tangga Pemasangan alas acuan tangga

25
Gambar 3.7.6.3 Gambar 3.7.6.4
Proses pemasangan acuan anak tangga Pemasangan pengunci acuan anak tangga

Gambar 3.7.6.5
Hasil pembuatan acuan tangga

BAB IV

26
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Acuan dan perancah merupakan suatu konstruksi yang bersifat sementara, yang
berfungsi sebagai cetakan pada bagian bawah dan samping pada suatu konstruksi
yang diinginkan. Pembongkaran acuan dan perancah harus dilakukan secara hati-hati
agar beton yang tercetak tidak mengalami kerusakan. Selain itu acuan dan perancah
juga harus dapat digunakan 2-3 kali. Hal tersebut sesuai dengan syarat acuan dan
perancah yaitu ekonomis. Pada praktek kerja acuan dan perancah ini dapat
disimpulkan bahwa diperlukan keahlian dalam menggunakan alat dan mengelola
bahan. Dimana keselamatan bahan, alat dan pekerja memiliki kedudukan penting pada
suatu pekerjaan khususnya konstruksi kayu.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebaiknya alat-alat kerja
diperbanyak lagi sehingga dapat memudahkan mahasiswa dalam melakukan
pekerjaan. Selain itu alat-alat yang saat ini tersedia di workshop kurang terawat
bahkan terdapat alat yang rusak sehingga tidak dapat dipergunakan, juga alat
pelindung diri seperti helm banyak yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi secara
maksimal sehingga perlu diadakannya pemeriksaan secara berkala serta pembaruan
alat-alat kerja yang tidak dapat digunakan.

27

Anda mungkin juga menyukai