PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Aspal merupakan bahan perkerasan yang sering di lakukan buat pembuatan jalan. Pada
suhu ruang, aspal adalah material yang berbentuk padat dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal
akan mencair jika dipanaskan sampai dengan temperatur tertentu, dan kembali membeku jika
temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan.
Aspal dalam bahasa yang umum dikenal juga dengan “tar”. Untuk kata “tar” atau “aspal”
sering digunakan secara bergantian, mereka memiliki arti yang berbeda. Salah satu alasan untuk
kebingungan ini disebabkan oleh fakta bahwa, di antara negara-negara lain, ada perbedaan
substansial dalam arti dihubungkan dengan periode yang sama. Sebagai contoh, aspal minyak di
Amerika Serikat disebut dengan aspal, sedangkan di Eropa “aspal” adalah campuran agregat batu
dan aspal yang digunakan untuk pembangunan jalan. Di Eropa, istilah aspal menunjukkan residu
dari penyulingan minyak bumi.
Aspal adalah campuran aspal dan bahan batu (kerikil, pasir, debu). Tar, yang sesuai
dengan tar kata Inggris, adalah bahan yang terlihat mirip dengan aspal, tapi benar-benar berbeda
dalam asal dan komposisi, dan, pada kenyataannya, yang diperoleh dari penyulingan batubara.
Materi ini, dibandingkan dengan aspal, menunjukkan kandungan lebih tinggi dari hidrokarbon
aromatik polisiklik dan senyawa lain yang banyak mengandung oksigen, nitrogen dan belerang.
Di banyak negara, di masa lalu, tar batubara sering diganti atau dicampur dengan aspal
dalam industri. Penggunaan tersebut, sekarang seluruhnya berhenti, telah menyebar kebiasaan
baik menggunakan dua istilah dalam tar umum digunakan dan aspal.Aspal dikenal sebagai
bahan/material yang bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai
daya lekat (adhesif), mengandung bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari
minyak bumi atau kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.
Aspal sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak
bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 oC dibawah tekanan
atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak
tanah), dan gas oil.
Sumber Aspal
Sumber aspal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang dihasilkan dari industri
kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam
refined bitumen. Istilah refinery bitumenmerupakan nama yang tepat dan umum digunakan.
Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi
minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 oC di bawah
1
tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak
seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil.
Sifat – Sifat Senyawa Penyusun Dari Aspal
Aspal dipandang sebagai sebuah sistem koloidal yang terdiri dari komponen molekul
berat yang disebut aspaltene, dispersi/hamburan di dalam minyak perantara disebut maltene.
Bagian dari maltene terdiri dari molekul perantara disebut resin yang menjadi instrumen di
dalam menjaga dispersi asphaltene.
Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon
dan atom-atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur-unsur yang terkandung
dalam bitumen, antara lain : Karbon (82-88%), Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-
1,5%), dan Nitrogen (0-1%).
Berikut sifat-sifat senyawa penyusun dari aspal :
1. Asphaltene
Asphaltene merupakan senyawa komplek aromatis yang berwarna hitam atau coklat
amorf, bersifat termoplatis dan sangat polar, dengan perbandingan komposisi untuk H/C
yaitu 1 :1, memiliki berat molekul besar antara 1000 – 100000, dan tidak larut dalam n-
heptan.Asphaltene juga sangat berpengaruh dalam menentukan sifat reologi bitumen,
dimana semakin tinggi asphaltene, maka bitumen akan semakin keras dan semakin
kental, sehingga titik lembeknya akan semakin tinggi, dan menyebabkan harga
penetrasinya semakin rendah.
2. Maltene
Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturate, aromatis, dan resin.
Dimana masing-masing komponen memiliki struktur dan komposisi kimia yang berbeda,
dan sangat menentukan dalam sifat rheologi bitumen.
a) Resin. Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk solid
atau semi solid dan sangat polar, dimana tersusun oleh atom C dan H, dan sedikit
atom O, S, dan N, untuk perbandingan H/C yaitu 1.3 – 1.4, memiliki berat
molekul antara 500 – 50000, serta larut dalam n-heptan.
b) Aromatis. Senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental, bersifat non
polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat molekul antara 300 –
2000, terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi 40-65% dari total bitumen.
c) Saturate. Senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan memiliki
berat molekul hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari campuran
hidrokarbon lurus, bercabang, alkil naften, dan aromatis, komposisinya 5-20%
dari total bitumen.
Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu campuran cairan kental senyawa
organik, berwarna hitam, lengket, larut dalam karbon disulfida, dan struktur utamanya oleh
”polisiklik aromatis hidrokarbon” yang sangat kompak.
Fungsi Aspal
2
Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas
(water proofing, protect terhadap erosi)
b) Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
c) Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di
atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
d) Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yang
telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara
keduanya.
e) Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.
Jenis-jenis Aspal
1. Aspal Alam :
a) Aspal Gunung (Rock Asphalt)
Di Indonesia aspal gunung biasa ditemukan didaerah pulau buton. yang
terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai
salah satu material perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun
masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal.
Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar
bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Produk
asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
i. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton
kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt.
ii. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses
ekstrasi atau proses kimiawi
b) Aspal Danau (Lake Asphalt)
Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau.
2. Aspal Buatan :
a) Aspal Minyak
Aspal minyak merupakan hasil destilasio minyak bumi. Aspal minyak dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain :
Berdasarkan jenis bahan dasarnya:
3
Berdasarkan bentuknya;
4
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC
merupakan cut back asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt digunakan sebagai:
- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada
suhu 600 (makin kental)
RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
RC 70 – 140 MC 70 – 140 SC 70 - 140
5
Sifat – Sifat Fisik Aspal
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran
beraspal antara lain adalah:
a) Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai
bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di sebabakan
karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan
yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal
di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah
atau dengna kata lain aspal telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk
menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses
penuaan.
Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang
baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang
biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik
lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang telah
mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling
Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan
yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama
Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau
penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
b) Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan
kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi dan
kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal Karena sifat
ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu
ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah
adalah aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktalitas yang tinggi.
Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang
digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan.Pada pengujian
ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan
selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan gaya
mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat akan terkelupas
kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat erat pada permukaan agregat,
oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi
air dengan gaya mekanik sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali
6
c) Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature
menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat
akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.
d) Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas
campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu: penguapan
fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan jangka pendek dan
oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang
paling penting yang menentukan kecepatan penuaan.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara uji penetrasi aspal?
2. Bagaimana cara uji daktifitas aspal?
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui cara uji penetrasi aspal
2. Untuk mengetahui cara uji daktifitas aspal
MANFAAT PENULISAN
Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali dan
melakukan eksperimen tentang sistem pendidikan dalam proses pembelajaran di
Indonesia.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan:
A Jarak pusat jari-jari : 111,5 - 113,5 mm
Panjang total benda uji : 74,5 - 75,5 mm
B Jarak antar penjepit
: 29,7 - 30,3 mm
(clip)
C
D Tepi/bahu : 6,8 - 7,2 mm
E Jari-jari : 15,75 - 16,25 mm
F Lebar min potongan : 9,9 - 10,1 mm
G Lebar penjepit (clip) : 19,8 - 20,2 mm
8
H Jarak antar pusat dengan jari-jari kiri dan kanan : 42,9 - 43,1 mm
I Diameter lubang : 6,5 - 6,7 mm
J Tebal : 9,9 - 10,1mm
a dan a’ : Penjepit
b dan b’ : Cetakan daktilitas
9
Lampiran B (normatif)
Termometer
10
Ruang penampungan cairan Cincin gelas
Lampiran C (normatif)
Contoh formulir cara uji daktilitas aspal
1 No. order /contoh :
2 Jenis contoh uji :
3 Nama pengirim contoh :
4 Diterima tanggal :
5 Diuji tanggal :
6 Cara uji :
7 Persiapan contoh dan pengujian :
Didiamkan pada temperatur ruang mulai : jam ........... Temperatur ruang : .........˚C
selesai : jam ...........
Direndam pada bak perendam mulai : jam ........... Temperatur bak perendam
selesai : jam ...........
Persiapan pengujian direndam mulai : jam ...........
pada bak perendam
selesai : jam ...........
Pemeriksaan daktilitas pada mulai : jam ...........
temperatur 25˚C
selesai : jam ...........
Hasil pengujian
Daktilitas pada 25˚C, 5 cm/menit
1
Pengamatan 2
3
Rata-rata
…………….
…………………….200…..
Tanggal : Tanggal :
11
(........................) (........................)
Lampiran D (informatif)
Contoh isian formulir cara uji daktilitas aspal
1 No.order /contoh :
2 Jenis contoh uji :
3 Nama pengirim contoh :
4 Diterima tanggal :
5 Diuji tanggal :
6 Cara uji :
7 Persiapan contoh dan pengujian :
Didiamkan pada temperatur ruang mulai : jam ........... Temperatur ruang : .........˚C
selesai : jam ...........
Direndam pada bak perendam mulai : jam .......... Temperatur bak perendam
selesai : jam
Persiapan pengujian direndam mulai : jam
pada bak perendam
selesai : jam
Pemeriksaan daktilitas pada mulai : jam
temperatur 25˚C
selesai : jam
Hasil pengujian
Daktilitas pada 25˚C, 5 cm/menit
1
Pengamatan 2
3
Rata-rata
…………….…………………….200…..
Tanggal : Tanggal :
(........................) (........................)
12
CARA UJI PENETRASI ASPAL
Lampiran A (normatif)
Gambar alat
0,14 -0,16 mm
8o 4’ – 9o
± 6,35 mm
1,00 – 1,02
mm . ± 50,8 mm
Termometer
Timer
Arloji
Bak
Perendam
Jarum
Lampu
Sorot
Transfer
Dish
Penetrometer
Gambar 2 - Penetrometer
13
Lampiran B
(informatif)
Formulir pengujian penetrasi aspal
1 No. Order/Contoh :
3 Jenis pekerjaan :
4 Diterima tanggal :
5 Di uji tanggal :
6 Kondisi lingkungan:
- Temperatur :
- Kelembaban :
7 Hasil pengujian
2
3
4
Rata-rata
14
…… , …………………….200…..
Tanggal : Tanggal :
Nama : Nama :
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan
makalah ini, kami menyimpulkan semua hal tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
bahan konstruksi dan cara penghitungan, pengukuran serta pedoman lainnya sudah ditetapkan
oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan lampiran filenya sudah disediakan pada website tersebut.
Diharapkan agar segala jenis penghitungan, pengukuran serta pedoman lainnya menggunakan
SNI yang telah disediakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum
SARAN
Menutut kami, Kementrian Pekerjaan Umum sudah membuat langkah yang tepat dalam
membuat Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang bahan konstruksi agar kualitas konstruksi di
Indonesia dapat menjadi lebih baik dari segi bahan. Namun, alangkah baiknya bila Kementrian
Pekerjaan Umum selaku pembuat SNI tidak memberikan kuncian atau password pada file
PDFnya karena itu mempersulit kami dan tentunya orang banyak terutama orang awam seperti
kami dalam mengakses informasi terkait.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://sni.litbang.pu.go.id/index.php?r=/sni/new/sni/search
https://caridokumen.com/download/pengujian-aspal-_5a449a91b7d7bc7b7a71ef24_pdf
https://imsippoliban.wordpress.com/sni-tata-cara-pembuatan-aspal-dan-pengujiannnya-uji-
bahan-2/
https://pdf2doc.com/id/
https://smallpdf.com/id/pdf-ke-word
https://www.ilovepdf.com/pdf_to_word
16
LAMPIRAN
1. Cara Uji Daktilitas Aspal (SNI 2432:2011)
2. Cara Uji Penetrasi Aspal (SNI 2456:2011)
17