Anda di halaman 1dari 17

xcBAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Aspal merupakan bahan perkerasan yang sering di lakukan buat pembuatan jalan. Pada
suhu ruang, aspal adalah material yang berbentuk padat dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal
akan mencair jika dipanaskan sampai dengan temperatur tertentu, dan kembali membeku jika
temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan.
  Aspal dalam bahasa yang umum dikenal juga dengan “tar”. Untuk kata “tar” atau “aspal”
sering digunakan secara bergantian, mereka memiliki arti yang berbeda. Salah satu alasan untuk
kebingungan ini disebabkan oleh fakta bahwa, di antara negara-negara lain, ada perbedaan
substansial dalam arti dihubungkan dengan periode yang sama. Sebagai contoh, aspal minyak di
Amerika Serikat disebut dengan aspal, sedangkan di Eropa “aspal” adalah campuran agregat batu
dan aspal yang digunakan untuk pembangunan jalan. Di Eropa, istilah aspal menunjukkan residu
dari penyulingan minyak bumi.
Aspal adalah campuran aspal dan bahan batu (kerikil, pasir, debu). Tar, yang sesuai
dengan tar kata Inggris, adalah bahan yang terlihat mirip dengan aspal, tapi benar-benar berbeda
dalam asal dan komposisi, dan, pada kenyataannya, yang diperoleh dari penyulingan batubara.
Materi ini, dibandingkan dengan aspal, menunjukkan kandungan lebih tinggi dari hidrokarbon
aromatik polisiklik dan senyawa lain yang banyak mengandung oksigen, nitrogen dan belerang.
Di banyak negara, di masa lalu, tar batubara sering diganti atau dicampur dengan aspal
dalam industri. Penggunaan tersebut, sekarang seluruhnya berhenti, telah menyebar kebiasaan
baik menggunakan dua istilah dalam tar umum digunakan dan aspal.Aspal dikenal sebagai
bahan/material yang bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai
daya lekat (adhesif), mengandung bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari
minyak bumi atau kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.
Aspal sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak
bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 oC dibawah tekanan
atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak
tanah), dan gas oil.

Sumber Aspal
  Sumber aspal dari kilang minyak (refinery bitumen). Aspal yang dihasilkan dari industri
kilang minyak mentah (crude oil) dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam
refined bitumen. Istilah refinery bitumenmerupakan nama yang tepat dan umum digunakan.
Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi
minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 oC di bawah

1
tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak
seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil.
Sifat – Sifat Senyawa Penyusun Dari Aspal
  Aspal dipandang sebagai sebuah sistem koloidal yang terdiri dari komponen molekul
berat yang disebut aspaltene, dispersi/hamburan di dalam minyak perantara disebut maltene.
Bagian dari maltene terdiri dari molekul perantara disebut resin yang menjadi instrumen di
dalam menjaga dispersi asphaltene.
Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon
dan atom-atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur-unsur yang terkandung
dalam bitumen, antara lain : Karbon (82-88%), Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-
1,5%), dan Nitrogen (0-1%).
Berikut sifat-sifat senyawa penyusun dari aspal :
1. Asphaltene
Asphaltene merupakan senyawa komplek aromatis yang berwarna hitam atau coklat
amorf, bersifat termoplatis dan sangat polar, dengan perbandingan komposisi untuk H/C
yaitu 1 :1, memiliki berat molekul besar antara 1000 – 100000,  dan tidak larut dalam n-
heptan.Asphaltene juga sangat berpengaruh dalam menentukan sifat reologi bitumen,
dimana semakin tinggi asphaltene, maka bitumen akan semakin keras dan semakin
kental, sehingga titik lembeknya akan semakin tinggi, dan menyebabkan harga
penetrasinya semakin rendah. 
2. Maltene
Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturate, aromatis, dan resin.
Dimana masing-masing komponen memiliki struktur dan komposisi kimia yang berbeda,
dan sangat menentukan dalam sifat rheologi bitumen.
a) Resin. Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk solid
atau semi solid dan sangat polar, dimana tersusun oleh atom C dan H, dan sedikit
atom O, S, dan N, untuk perbandingan H/C yaitu 1.3 – 1.4, memiliki berat
molekul antara 500 – 50000, serta larut dalam n-heptan.
b) Aromatis. Senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental, bersifat non
polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat molekul antara 300 –
2000, terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi 40-65% dari total bitumen.
c) Saturate. Senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan memiliki
berat molekul hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari campuran
hidrokarbon lurus, bercabang, alkil naften, dan aromatis, komposisinya 5-20%
dari total bitumen.
Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu campuran cairan kental senyawa
organik, berwarna hitam, lengket, larut dalam karbon disulfida, dan struktur utamanya oleh
”polisiklik aromatis hidrokarbon” yang sangat kompak.
 Fungsi Aspal

2
Fungsi aspal antara lain adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas
(water proofing, protect terhadap erosi)
b) Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
c) Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di
atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
d) Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yang
telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara
keduanya.
e) Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.

Jenis-jenis Aspal

1. Aspal Alam :
a) Aspal Gunung (Rock Asphalt)
Di Indonesia aspal gunung biasa ditemukan didaerah pulau buton. yang
terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai
salah satu material perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun
masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal.
Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar
bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Produk
asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
i. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton
kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt.
ii. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses
ekstrasi atau proses kimiawi
b) Aspal Danau (Lake Asphalt)
Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau.
2. Aspal Buatan :
a) Aspal Minyak
Aspal minyak merupakan hasil destilasio minyak bumi. Aspal minyak dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain :
Berdasarkan jenis bahan dasarnya:

i. Asphaltic base crude oil


ii. Bahan dasar dominan aspaltic
iii. Parafin base crude oil
iv. Bahan dasar dominan parafin
v. Mixed base crude oil
vi. Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin

3
Berdasarkan bentuknya;

i. Aspal keras/panas (Asphalt cemen)

Aspal keras/panas merupakn aspal yang digunakan dalam keadaan


panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk padat. Aspal keras pada suhu
ruang (250 – 300 C) berbentuk padat. Aspal keras dibedakan berdasarkan
nilai penetrasi (tingkat kekerasannya). Aspal keras yang biasa digunakan
antara lain :
a) - AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 –
50 
b) AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
c) AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80–
100
d) AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara
200-300
Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume
lalu lintas tinggi. Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah
bercuaca dingin, lalu lintas rendah. Di Indonesia umumnya digunakan aspal
penetrasi 60/70 dan 80/100.

ii. Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)

Aspal dingin merupakan aspal yang digunakan dalam keadaan dingin


dan cair, pada suhu ruang berbentuk cair. Aspal cair merupakan campuran
aspal keras dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Pada
suhu ruang berbentuk cair  Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan
penguapan bahan pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
a) RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin
(premium), RC merupakan curback asphal  yang paling
cepat menguap. RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
b) MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak
tanah  (Kerosine). MC merupakan cutback aspal yang
kecepatan menguapnya sedang.
c) SC (Slow Curing cut back)

4
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC
merupakan cut back asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt  digunakan sebagai:
- Prime  coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada
suhu 600 (makin kental)

RC 30 – 60              MC 30 – 60                SC 30 – 60
RC 70 – 140            MC 70 – 140              SC 70 - 140

iii. Aspal emulsi (emulsion asphalt)

Aspal emulsi merupakan aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi


dan digunakan dalam kondisi dingin dan cair. Aspal emulsi adalah suatu
campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi
Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
a) Kationik,     disebut juga aspal emulsi asam, merupakan
aspal emulsi yang     bermuatan arus listrik posirif
b) Anionik, disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal
emulsi yang     bermuatan negative
c) Nonionik, merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami
ionisasi, berarti        tidak     mengantarkan listrik.
Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah
aspal emulsi anionik dan kationik. Berdasarkan kecepatan
pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas 
a) Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan  
pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan
untuk  Tack Coat
b) Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
c) Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat
menguap,    Digunakan Sebagai Prime coat
iv. Aspal Buton
Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton,
Indonesia.Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk bantuan.Karena aspal buton merupakan bahan
alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah sampai
tinggi.Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas  B10, B13,
B20, B25, dan B30 (Aspal Buotn B10 adalah aspal buton dengan kadar
bitumen rata-rata 10%)

5
Sifat – Sifat Fisik Aspal
Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran
beraspal antara lain adalah:
a) Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai
bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal  ini di sebabakan
karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan
yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal
di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah
atau dengna kata lain aspal telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk
menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses
penuaan.
Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang
baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang
biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik
lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang telah
mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling
Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan
yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama
Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau
penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
b) Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan
kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi dan
kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal Karena sifat
ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu
ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah
adalah aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktalitas yang tinggi.
Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang
digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan.Pada pengujian
ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan
selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan gaya
mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat akan terkelupas
kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat erat pada permukaan agregat,
oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi
air dengan gaya mekanik sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali

6
c) Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature
menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat
akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.
d) Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas
campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu: penguapan
fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan jangka pendek dan
oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang
paling penting yang menentukan kecepatan penuaan.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara uji penetrasi aspal?
2. Bagaimana cara uji daktifitas aspal?

TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui cara uji penetrasi aspal
2. Untuk mengetahui cara uji daktifitas aspal

MANFAAT PENULISAN

Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali dan
melakukan eksperimen tentang sistem pendidikan dalam proses pembelajaran di
Indonesia.

7
BAB II
PEMBAHASAN

CARA UJI DAKTIFITAS ASPAL


Lampiran A (normatif)
Gambar-gambar

Keterangan:
A Jarak pusat jari-jari : 111,5 - 113,5 mm
Panjang total benda uji : 74,5 - 75,5 mm
B Jarak antar penjepit
: 29,7 - 30,3 mm
(clip)
C
D Tepi/bahu : 6,8 - 7,2 mm
E Jari-jari : 15,75 - 16,25 mm
F Lebar min potongan : 9,9 - 10,1 mm
G Lebar penjepit (clip) : 19,8 - 20,2 mm

8
H Jarak antar pusat dengan jari-jari kiri dan kanan : 42,9 - 43,1 mm
I Diameter lubang : 6,5 - 6,7 mm
J Tebal : 9,9 - 10,1mm
a dan a’ : Penjepit
b dan b’ : Cetakan daktilitas

Gambar A.2 Data ketelitian


Penjelasan :
Teknisi Tunggal (1S) : Teknisi tunggal yang menguji di satu Laboratorium
Multi Laboratorium (1S) : Hasil dari beberapa laboratorium dengan contoh yang sama
Teknisi Tunggal (D2S) : Tekinisi tunggal yang menguji di laboratorium dan alat yang
berbeda dengan contoh yang sama
Multi Laboratorium (D2S) : Hasil dari dua teknisi dari beberapa laboratorium dengan contoh
yang sama.

9
Lampiran B (normatif)
Termometer

Gambar B.1 Termometer

Tabel B.1 Spesifikasi thermometer

Termometer ASTM No. 63C 63F


Rentang pengukuran - 2C sampai dengan 32C 25F sampai dengan
85F
Skala terkecil 0,1C 0,2F

Skala terbesar 0,5C 1F

Kesalahan karena pembacaan skala tidak akan 0,1C 0,2F


melebihi
Standardisasi kalibrasi setiap 10C setiap 20F
Panjang seluruhnya B 37,8 mm sampai 38,4 mm 37,8 mm sampai dengan
38,4 mm
Diameter batang C 7,0 mm sampai 8,0 mm 7,0 mm sampai dengan 8,0
mm
Panjang bagian cairan D 25 mm sampai 35 mm 25 mm sampai dengan 35
mm
Diameter bagian ujung E 6,0 mm sampai 7,0 mm 6,0 mm sampai dengan 7,0
mm
Jarak ujung tempat cairan ke F 2C 25F
pembagian skala pada 55 mm ke 71 mm 55 mm ke 71 mm
Jarak
Jarak ujung tempat cairan sampai G 32C 85F
garis 55 mm ke 71 mm 25 mm ke 53 mm
Jarak

10
Ruang penampungan cairan Cincin gelas
Lampiran C (normatif)
Contoh formulir cara uji daktilitas aspal
1 No. order /contoh :
2 Jenis contoh uji :
3 Nama pengirim contoh :
4 Diterima tanggal :
5 Diuji tanggal :
6 Cara uji :
7 Persiapan contoh dan pengujian :

Contoh uji dipanaskan mulai : jam ........... Temperatur oven : ........ ˚C


selesai : jam ...........
Contoh uji dituangkan : jam .......... Temperatur : ..........˚C

Didiamkan pada temperatur ruang mulai : jam ........... Temperatur ruang : .........˚C
selesai : jam ...........
Direndam pada bak perendam mulai : jam ........... Temperatur bak perendam
selesai : jam ...........
Persiapan pengujian direndam mulai : jam ...........
pada bak perendam
selesai : jam ...........
Pemeriksaan daktilitas pada mulai : jam ...........
temperatur 25˚C
selesai : jam ...........

Hasil pengujian
Daktilitas pada 25˚C, 5 cm/menit
1
Pengamatan 2
3
Rata-rata

…………….
…………………….200…..

Diperiksa oleh Penyelia : Dikerjakan oleh Teknisi :

Tanggal : Tanggal :

11
(........................) (........................)

Lampiran D (informatif)
Contoh isian formulir cara uji daktilitas aspal
1 No.order /contoh :
2 Jenis contoh uji :
3 Nama pengirim contoh :
4 Diterima tanggal :
5 Diuji tanggal :
6 Cara uji :
7 Persiapan contoh dan pengujian :

Contoh uji dipanaskan mulai : jam Temperatur oven : ........ ˚C


selesai : jam ...........
Contoh uji dituangkan : jam .......... Temperatur : ..........˚C

Didiamkan pada temperatur ruang mulai : jam ........... Temperatur ruang : .........˚C
selesai : jam ...........
Direndam pada bak perendam mulai : jam .......... Temperatur bak perendam
selesai : jam
Persiapan pengujian direndam mulai : jam
pada bak perendam
selesai : jam
Pemeriksaan daktilitas pada mulai : jam
temperatur 25˚C
selesai : jam

Hasil pengujian
Daktilitas pada 25˚C, 5 cm/menit
1
Pengamatan 2
3
Rata-rata

…………….…………………….200…..

Diperiksa oleh Penyelia : Dikerjakan oleh Teknisi :

Tanggal : Tanggal :

(........................) (........................)

12
CARA UJI PENETRASI ASPAL
Lampiran A (normatif)
Gambar alat

 0,14 -0,16 mm
8o 4’ – 9o

± 6,35 mm

1,00 – 1,02
mm . ± 50,8 mm

Gambar 1 - Jarum Penetrasi

Termometer

Timer

Arloji

Bak
Perendam

Jarum
Lampu
Sorot

Transfer
Dish

Penetrometer

Gambar 2 - Penetrometer

13
Lampiran B

(informatif)
Formulir pengujian penetrasi aspal

1 No. Order/Contoh :

2 Jenis contoh uji :

3 Jenis pekerjaan :
4 Diterima tanggal :

5 Di uji tanggal :
6 Kondisi lingkungan:
- Temperatur :

- Kelembaban :

7 Hasil pengujian

Contoh dipanaskan Mulai : pk. ……. Temperatur pemanasan..............oC


selesai : pk. ………

Didiamkan pada temperatur ruang Mulai : pk. ………


selesai : pk. ………

Direndam pada temperatur 250C Mulai : pk. ……… Temperatur bak.........................oC


perendam
selesai : pk. ………

Pemeriksaan Mulai : pk. ……… Temperatur alat.........................oC


penetrasi Pada 250C selesai : pk. ………

Pemeriksaan penetrasi pada


250C
100 gram, 5 detik
Pengamatan 1

2
3
4

Rata-rata

14
…… , …………………….200…..

Dikerjakan oleh Teknisi : Diperiksa Penyelia :

Tanggal : Tanggal :

Tanda Tangan : Tanda Tangan :

Nama : Nama :

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan
makalah ini, kami menyimpulkan semua hal tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
bahan konstruksi dan cara penghitungan, pengukuran serta pedoman lainnya sudah ditetapkan
oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan lampiran filenya sudah disediakan pada website tersebut.
Diharapkan agar segala jenis penghitungan, pengukuran serta pedoman lainnya menggunakan
SNI yang telah disediakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum

SARAN
Menutut kami, Kementrian Pekerjaan Umum sudah membuat langkah yang tepat dalam
membuat Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang bahan konstruksi agar kualitas konstruksi di
Indonesia dapat menjadi lebih baik dari segi bahan. Namun, alangkah baiknya bila Kementrian
Pekerjaan Umum selaku pembuat SNI tidak memberikan kuncian atau password pada file
PDFnya karena itu mempersulit kami dan tentunya orang banyak terutama orang awam seperti
kami dalam mengakses informasi terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://sni.litbang.pu.go.id/index.php?r=/sni/new/sni/search
https://caridokumen.com/download/pengujian-aspal-_5a449a91b7d7bc7b7a71ef24_pdf
https://imsippoliban.wordpress.com/sni-tata-cara-pembuatan-aspal-dan-pengujiannnya-uji-
bahan-2/
https://pdf2doc.com/id/
https://smallpdf.com/id/pdf-ke-word
https://www.ilovepdf.com/pdf_to_word

16
LAMPIRAN
1. Cara Uji Daktilitas Aspal (SNI 2432:2011)
2. Cara Uji Penetrasi Aspal (SNI 2456:2011)

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Baja Ringan
    Baja Ringan
    Dokumen14 halaman
    Baja Ringan
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Teknologi Tepat Guna
    Teknologi Tepat Guna
    Dokumen13 halaman
    Teknologi Tepat Guna
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Aspal
    Pengertian Aspal
    Dokumen11 halaman
    Pengertian Aspal
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Matrix Risiko
    Matrix Risiko
    Dokumen1 halaman
    Matrix Risiko
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Makalah SMK3
    Makalah SMK3
    Dokumen17 halaman
    Makalah SMK3
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Histogram
    Laporan Histogram
    Dokumen38 halaman
    Laporan Histogram
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Hyat Regency
    Hyat Regency
    Dokumen24 halaman
    Hyat Regency
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Gerak
    Bab Iv Gerak
    Dokumen25 halaman
    Bab Iv Gerak
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii Kesetimbangan
    Bab Vii Kesetimbangan
    Dokumen13 halaman
    Bab Vii Kesetimbangan
    Elistrisia Milandari
    Belum ada peringkat