Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

Salah satu keuntungan penggunaan beton sebagai bahan bangunan adalah mudahnya
dibentuk sesuai dengan keinginan arsitektur. Dalam mewujudkan bentuk keinginan tersebut pada
pekerjaan beton diperlukan suatu pekerjaan bantu yang dikenal sebagai pekerjaan Acuan dan
pekerjaan perancah.

Baik buruknya pekerjaan Acuan dan perancah dapat mempengaruhi pula mutu beton yang
dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti
: kehilangan air semen ; perubahan dimensi ; perubahan geometrik dari bangunan dan lain-lain.

Sesuai dengan sifatnya sebagai bangunan membantu yang bersifat sementara, maka
pekerjaan acuan dan perancah harus sederhana, mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan
pada betonnya sendiri.

Walaupun harus bersifat sederhana dan mudah dibongkar, acuan dan perancah harus kaku
menerima beban beton dalam keadaan basah dan beratnya sendiri sebelum beton mengeras dan
berfungsi sebagai penahan beban. Kaku dan kuat dengan maksud tidak terjadi perubahan-
perubahan seperti yang telah disebutkan diatas.

Dalam buku ini hanya akan diuraikan pekerjaan perancah yang terbuat dari bahan kayu dan
bambu, penggunaan bahan lain seperti besi akan diuraikan pada buku yang lain.

Konstruksi-konstruksi acuan dan perancah yang dibahas pada buku ini diantaranya :

- Papan duga
- Cetakan pondasi beton tak bertulang
- Cetakan pondasi beton bertulang
- Cetakan kolom
- Cetakan balok
- Cetakan lantai
- Cetakan dinding
- Cetakan tangga/pilar jembatan/abutment jembatan
- Cara pembongkaran acuan dan perancah
Tetapi sebelum membahas masalah-masalah di atas, pada buku ini juga telah dibahas masalah-
masalah yang ada hubungannya dengan acuan dan perancah, misalnya maksud dari acuan dan
perancah. Bahan-bahan yang dibutuhkan di dalam pekerjaan acuan dan perancah, cara
menyimpan bahan-bahan acuan dan perancah.

Harapan kita semoga buku ini dapat bermanfaat sebagai pegangan mengajar di Politeknik.

Terima Kasih.
ACUAN DAN PERANCAH BEKISTING / FORM WORK

A. PENGERTIAN ACUAN DAN PERANCAH

1. DEFINISI

Acuan dan Perancah juga sering disebut bekisting atau form work, adalah suatu konstruksi
pembantu yang merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton
yang dikehendaki. Dapat dikatakan juga adalah suatu konstruksi sementara dari suatu
bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki.

2. BAGIAN KONSTRUKSI

Dikatakan konstruksi Acuan dan perancah berarti ada dua bagian yaitu konstruksi acuan dan
konstruksi perancah:

Bagian-bagian pada Acuan

- Papan cetakan
- Klam perangkai papan
- Pengaku cetakan dan
- Penjepit

Bagian-bagian pada Perancah

- Tiang perancah
- Pengaku/penyokong/skur
- Gelagar
- Pasak/baji
- Landasan
B. PERSYARATAN KONSTRUKSI ACUAN DAN PERANCAH

1. Mengingat pentingnya konstruksi acuan dan perancah dalam pembentukan beton, maka baik
buruknya pekerjaan acuan dan perancah akan mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan.
Pekerjaan acuan dan perancah yang kurang baik dapat menumbukan kerugian sebagai
berikut:
- Terjadi perubahan geometric,
- Terjadinya perubahan dimensi,
- Terjadi penurunan mutu beton yang dihasilkan,
- dan lain-lain.

2. Syarat-syarat umum pekerjaan acuan dan perancah

Untuk menghindari kerugian yang timbul seperti di atas, walaupun konstruksi acuan dan
perancah merupakan konstruksi sementara yang akan dibongkar lagi setelah beton mencapai
batas umur yang ditentukan. Untuk itu cetakan harus dibuat sedemikian rupa agar mudah
dibongkar setelah beton mencapai umur, akan tetapi cukup kuat dan kaku selama dalam
waktu penggunaan.

Syarat umum acuan dan perancah :

- Kuat
- Kaku
- Mudah dibongkar
- Ekonomis
- Bersih
- Rapar
- Rapi.

1) Cetakan harus kuat

Sebelum beton mencapai umur, maka kita ketahui bahwa seluruh berat beton basah
disangga oleh bangunan acuan dan perancah termasuk beratnya sendiri serta peralatan
yang digunakan serta manusia yang bekerja, maka konstruksi acuan dan perancah harus
kuat dan kaku.

Untuk mendapatkan kekuatan dak kekakuan dari konstruksi perancah dan perancah
tersebut, harus diperhitungkan banyak hal-hal sebagai berikut :

o Beban-beban pelaksanaan termasuk beban vertikal, horizontal dan perancah


kejutan.
o Beban pelaksanaan, antara lain : berat sendiri bekisting, berat manusia, berat alat
dan berat beban beton itu sendiri
o Tiang-tiang acuan harus diletakkan diatas papan-papan kayu yang kokoh agar
tidak mudah mengalami penurunan akibat beban berat juga harus mudah disetel
tinggi rendahnya dengan baji-baji.
o Tiang tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan yang tidak disokong
kearah samping.

2) Cetakan harus kaku


Telah diterangkan diatas bahwa beban yang menumpu pada konstruksi acuan dan
perancah diantaranya beban horizontal. Beban horizontal ini yang mengakibatkan cetakan
mudah goyah atau labil.
Apabila didalam pembuatannya tidak kuat, untuk menanggulangi hal-hal tersebut maka
perlu dipasang :
o Sekor / sokong pada tiang-tiang acuan untuk lantai, balok, kolom (gambar 6).
o Papan batas cetakan untuk dinding balok sebelah bawah. (gambar 7).
o Baji untuk menahan dinding kolom dari desakan beton dari dalam (gambar 8).
Gambar 6 sokong/pengaku
Gambar 7 Papan penjepit/batas cetakan

Gambar 8 Baji
3). Mudah dibongkar

Seperti sudah kita ketahui bahwa konstruksi acuan dan perancah merupakan konstruksi
sementara untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki, maka apabila beton yang
dikehendaki sudah didapatkan maka konstruksi acuan dan perancah harus dibongkar. Oleh
karena itu daalam melaksanakan pembuatan konstruksi acuan dan perancah harus dibuat
sedemikian rupa sehingga konstruksi acuan dan perancah harus kuat dan kaku namun mudah
dibongkar, sehingga dalam pembongkaran konstruksi acuan dan perancah dapat dilakukan
dengan mudah sehingga tidak merusak beton yang sudah jadi, disamping itu material acuan
dan perancah tidak banyak yang rusak sehingga dapat digunakan berkali-kali.

4). Ekonomis

Dalam pembuatan konstruksi acuan dan perancah harus seefisien mungkin, mengingat yang
kita buat adalah konstruksi beton sedangkan konstruksi acuan dan perancah adalah konstruksi
sementara sebagai pembatu untuk mendapatkan konstruksi beton yang kita inginkan, sehingga
konstruksi acuan dan perancah tidak perlu dibuat terlalu mahal, namun demikian konstruksi
acuan dan perancah jangan terlalu jelek, sehingga tidak memenuhi persyaratan dan
mengakibatkan kerugian yang lebih besar, misal pada waktu pengecoran terjadi kerusakan
(patah, lepas bahkan roboh dll) yang akan sangat merugikan

5). Bersih

Untuk mendapatkan hasil pengecoran yang baik kecuali syarat – syarat diatas untuk cetakan
juga harus diperhatikan bahwa cetakan harus bersih. Apabila cetakan tidak bersih maka dalam
pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk kedalam adukan beton sehingga akan
mengurangi mutu beton. Dan seandainya kotoran tidak naik maka kotoran akan melekat pada
permukaan beton dan sulit dibersihkan.

6). Rapat

Kita ketahui bahwa beton terdiri dari agregat yang diikat oleh pasta semen dengan komposisi
tertentu sesuai dengan mutu beton yang dikenhendaki, kalau acuan tidak rapat pada
sambungan-sambungan komponennya sehingga terjadi kebocoran maka pasta semen (air dan
semen) akanmenerobos keluar, sehingga komposisi adukan tidak sesuai lagi dengan yang
direncanakan. Dengan berkurangnya pasta semen maka adukan yang tertingal hanya agregat
yang diikat dengan sisa pasta semen, makamutu beton yang dihasilkan sangat jauh menurun.

7) Rapi
Kita sadari bersama bahwa permukaan beton yang dihasilkan tidak mungkin lebih rapi dari
permukaan acuannya, kalau permuakaan acuannya renjul maka permuakaan beton yang
dihasilkan pasti benjol, kalau permukaan acuannya kasar maka permukaan beton yang
dihasilkan pasti kasar juga, sehingga untuk mendapatkan permukaan beton yang baik, halus
rapi maka permukaan acuannya harus lebih baik, lebih halus, dan lebih rapi

C. BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBUATAN ACUAN DAN PERANCAH

Bahan-bahan yang biasa digunakan didalam pembuatan acuan dan perancah antara lain :

Papan acuan dan gelagar :

- Kayu Racuk - Plat baja


- Suren - ply wood
- Albasia

Perancah biasanya kita menggunakan kayu dolken, usuk dan lain-lain.

1). Kayu Lokal

Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak dipergunakan kayu lokal, kayu-kayu tersebut
harus cukup baik dan jangan terlalu basah, bila kayu tersebut berkadar air tinggi dan mutu
kayu sangat rendah maka cetakan akan mudah mengalami perubahan bentuk dan akan mudah
mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga hasil cetakan beton tidak
memuaskan.

Kayu yang biasanya digunakan untuk perancah dan acuan antara kelas III dan kelas IV, yang

mempunyai τtk // 45 – 60 kg/cm².

Macam-macam kayu yang digunakan untuk acuan :

- Kayu Racuk, termasuk kelas kuat III – IV dan kelas awet V.


Mengenai ukuran – ukuran kayu racuk ini di dalam perdagangan biasanya dengan ketebalan 2
– 3 cm, lebar ± 20 cm dengan panjang ± 4 meter atau (2 – 3/17,5 x 400).
- Kayu kamper / kapur
Termasuk kelas kuat I – II dan kelas awet III dan macam-macam ukuran yang ada di
perdagangan dan sering dipergunakan untuk bekisting, ialah 3 / 20 x 400 cm, 6 / 12 x 400 cm,
5 / 7 x 400 dan sebagainya.
- Kayu kruing
Sama dengan kayu kamfer
- Kayu meranti
Termasuk dalam kelas kuat II – IV. Dan kelas awet II – IV. Adapun ukuran – ukuran yang
ada diperdagangan dan sering dipergunakan untuk bekisting adalah dengan ukuran / 20 x 400
cm, 6 / 12 x 400 cm, 5 / 7 x 400 cm dsb.
- Kayu Albasia, mutu kayu kelas IV.

τtk // 45 kg/cm².
Ukuran yang ada diperdagangan dan sering digunakan untuk bekisting antara lain :
2 / 20 x 250 cm, 4 / 10 x 250 cm dan lain-lain.

TABEL I

DAFTAR KELAS KUAT KAYU

I II III IV V Jati / tectona grandis


τtk // ( kg/cm²) 150 100 75 50 - 130
τtk // ( kg/cm²) 130 85 60 45 - 110
τtk // ( kg/cm²) 40 25 45 10 - 30
τtk // ( kg/cm²) 20 12 8 5 - 15

2).Plywood / multiplex

Plywood juga banyak digunakan sebagai bahan papan acuan, plywood biasanya digunakan
pada pekerjaan yang cukup besar dan untuk permukaan beton yang tidak memerlukan
finishing (exposed concrete).
Pada acuan yang menggunakan plywood diusahakan agar tidak banyak pemakuan, agar
pembongkaran dapat mudah dilakukan dan kemungkinan plywood rusak sangat kecil.
Sehingga dapat digunakan berkali-kali (yang baik dapat digunakan 10 kali) untuk plywood
berkwalitas bail, penggunaan paku yang sedikit pada plywood dapat dilaksanakan kalau
kestabilan konstruksi perencanaannya dilaksanakan dengan baik.
Ukuran plywood acapkali digunakan untuk acuan adalah ketebalan 1,8 sampai 2,4 cm dan
lebar 122 cm x panjang 244 cm.
Adapun plywood yang sering diperdagangkan di Indonesia khusus untuk acuan termasuk
kelas II dan tebal 1,8 cm.

3) Paku
- Bentuk penampang paku yang digunakan dalam acuan dan perancah ialah yang
berpenampang bulat. Hal ini untuk mempermudah didalam pembongkarannya.
- Dan panjang paku yang digunakan tergantung dari tebal sambungan yang dibuat atau
maximal sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh melebihi tebal sambungan karena
ujung paku yang dibengkokkan akan menyukarkan pekerjaan pembongkaran.
- Kekuatan paku berpenampang bulat dapat dilihat dalam daftar A yang berlaku pula untuk
tebal kayu yang akan disambung.
- Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

- Dalam arah gaya


12.d. untuk tepi kayu yang dibebani
5.d. untuk tepi kayu yang tidak dibebani
10.d. untuk jarak antara paku.

- Dalam arah tegak lurus arah gaya


5.d. untuk jarak sampai tepi kayu
5.d. untuk jarak barisan paku.
TABEL II
Beban yang diperkenankan per paku
Kekuatan 1 paku tampang satu (kg)
Tebal Diameter paku Ke
BD.Kayu = BD.Kayu = BD.Kayu = BD.Kayu =
kayu d= lang - 0,3 g / cm ² 0,3 g / cm ² 0,3 g / cm ² 0,3 g / cm ²
No.
b Panjang paku singan σkd = 75 kg / σkd = 100 kg / σkd = 125 kg / σkd = 150 kg /
cm ² cm ² cm ² cm ²
(mm) l (mm) λ=
S S S S
28/51 ( 2"BWG12) 7,2 2,5 20 27 34 41
1 20 31/63 (2½"BWG11) 6,5 3,2 23 31 38 46
34/76 ( 3"BWG10) 5,9 3,8 25 34 42 51
31/63 (2½"BWG11) 8,1 2,5 24 33 42 50
2 25 34/76 ( 3"BWG10) 7,4 3,0 32 40 50 60
38/89 (3½"BWG 9) 6,6 3,6 35 47 59 70
34/76 ( 3"BWG10) 8,8 2,5 30 40 50 60
3 30 38/89 (3½"BWG 9) 7,9 3,0 38 50 63 75
42/102 ( 4"BWG 8) 6,5 3,4 47 63 78 94
38/89 (3½"BWG 9) 9,2 2,5 38 50 63 75
4 35
42/102 ( 4"BWG 8) 8,3 2,9 46 61 77 92
42/102 ( 4"BWG 8) 9,5 2,5 46 61 77 92
5 40
52/114 (4½"BWG 6) 7,6 2,9 70 94 118 142
- BD = berat jenis kering udara.
- σkd = Kokoh desak kayu yang diperkenankan.
CATATAN :
Untuk paku – paku yang ukurannya memenuhi syarat untuk sambungan
bertampang dua (lihat gambar 15) bila digunakan dalam sambungan bertampang
dua maka kekuatan paku menjadi 2 X S dari daftar tersebut di atas.

TABEL III Paku kawat biasa


Jumlah paku
Ukuran paku d (mm)
kira - kira per kg
2" BWG12 2,77 400
2" BWG11 3,05
2" BWG10 3,40

2½" BWG11 3,05 280


2½" BWG10 3,40
2½" BWG 9 3,76

3" BWG10 3,40 185


3" BWG 9 3,76
3" BWG 8 4,19

3½" BWG 9 3,76 120


3½" BWG 8 4,19
3½" BWG 7 4,57

4" BWG 8 4,19 93


4" BWG 7 4,57
4" BWG 6 5,15
Penggunaan sambungan dengan paku harus memenuhi persyaratan PKKI sebagai berikut :

- Paku yang dipergunakan dapat mempunyai tampang melintang yang berbentuk bulat persegi
atau berakhir lurus.
- Kekuatan paku bertampang bulat diberikan dalam tabel II PKKI dibawah ini dan berlaku
untuk tebal kayu seperti tertera dalam daftar tersebut. Kekuatan paku tersebut tidak tergantung
dari besar sudut yaitu sudut antara arah gaya dan arah serat kayu.
- Untuk sambungan yang menyimpang dari tabel II, dapat dipakai rumus-rumus dibawah ini
dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti tertera dalam gambar dan syarat-syarat

τtk dalam tabel III.


a. Sambungan bertampang satu

Ś = 1 / 2 b d τtk b≤7d

Ś = 3,5 d² τtk 7d ≤ b

b. Sambungan bertampang dua

Ś =bd τtk b≤7d

Ś = 7 d² τtk 7d ≤ b

Ś = gaya yang diperkenakan per paku


b = tebal paku
d = diameter paku (tabel II)

τtk = kokoh desak kayu

- Ujung paku yang keluar dari sambungan. Sebaiknya dibengkokkan tegak lurus arah serat, asal
pembengkokkan tersebut tidak akan merusak kayu.
- Apabila dalam satu barisan terdapat lebih dari 10 batang paku maka kekuatan paku harus
dikurangi dengan 10 % dan jika lebih dari 20 batang harus dikurangi 20 %.
- Pada sambungan dengan paku, paling sedikit harus digunakan 4 batang paku.

4).Bahan-bahan Pembantu

Bahan ini digunakan dengan jalan dilaburkan pada permukaan acuan, dan waktu peleburan
ialah setelah acuan selesai dan sebelum penulangan dimulai.

Fungsi dari bahan-bahan ini ialah untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya
lekat antara cetakan dan beton. Sehingga dapat menambah keawetan ataupun mengurangi
kerusakan kayu akibat pembongkaran.

Bahan-bahan yang digunakan :

a. Minyak pelumas :

Keuntungan dari minyak pelumas ini adalah murah harganya. Sedangkan


kerugiannya ialah apabila didalam pemakaian mengenai tulangan maka tulangan
tidak akan melekat pada beton.

b. Meni :

Bahan ini baik untuk mencegah pelekatan beton pada papan acuan. Meni setelah
dilaburkan pada cetakan dan ditunggu sampai kering baru pekerjaan penulangan
dimulai, jadi tulangan tidak akan kena meni. Tetapi karena harganya yang mahal,
maka meni ini jarang digunakan.
c. Plastik

Dalam pekerjaan yang kecil biasanya kita cukup menyirami air sebelum pengecoran
beton.
Fungsi plastik didalam pekerjaan beton ialah untuk menahan air semen supaya tidak
terserap oleh cetakan atau keluar dari celah-celah atau lubang-lubang, juga untuk
menutupi lubang-lubang yang ada pada acuan dan mencegah lekatnya beton pada
acuan. Plastik biasanya hanya digunakan untuk permukaan beton yang tidak akan
terlihat karena permukaan yang dihasilkan tidak akan rata dan bergelombang.
Plastik biasanya dipakai didalam pekerjaan :

- Lantai yang permukaan bawahnya akan tertutup


Umpamanya : plafond. Lapangan terbang dll
- Lantai lapangan tenis, basket dan lain-lain.
Apabila dalam pekerjaan ini tidak digunakan lapisan plastik air semen akan
meresap kelapisan dibawahnya (lapisan pasir, tanah)
Hal ini akan menghasilkan mutu beton lebih rendah dari yang direncanakan.

d. Ram Bambu

Selain berfungsi mencegah lekatnya pada papan acuan juga memberi bentuk
permukaan yang baik dari segi keindahan.
D. PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN ACUN DAN PERANCAH

1) Papan
Papan disimpan dalam gudang dan harus terlindung dari cuaca, peresapan air tanah.
Penumpukan ini tidak boleh diletakkan langsung diatas lantai/tanah tetapi harus diberi
tumpuan / ganjal sehingga kadar air dari papan tidak akan bertambah. Untuk penyimpanan
kayu basah tiap lapisan kayu harus diberi tumpuan. Tapi untuk kayu kering cukup tiap
lapis baru kita beri tumpuan (gambar 1 dan 2).

Gambar 1 Penyimpanan kayu basah


Gambar 2 Penyimpanan kayu kering
2) Plywood

Penyimpanan plywood hampir sama dengan penyimpanan kayu-kayu lain. Tetapi untuk
plywood juga bisa disimpan dalam posisi miring (gambar 3 dan 4).

Gambar 3 penyimpanan plywood


Gambar 4 Penyimpanan plywood

3) .Dolken

Dolken yang biasa digunakan untuk perancah, jenis-jenis pinus akasia, kayu manis, kayu
laut dan lain-lain.

Dolken ini harus lebih tinggi dari mutunya papan acuan dan tahan terhadap cuaca. Jadi
untuk keadaan yang memaksa penumpukkan bisa diletakan diluar gudang (gambar 5).
Adapun ukuran dolken yang biasa digunakan untuk perancah dan acuan diameter 6 – 10
cm dengan panjang 4 m.
Gambar 5 Penyimpanan dolken

0.2.4.Kasau

Tidak banyak berbeda dengan penyimpanan papan. Kasau yang biasa digunakan termasuk
jenis kamper, kruing, meranti, borneo dan sebagainya.

Ukuran yang ada diperdagangan dan biasa digunakan untuk acuan : 4 / 6 x 400 cm, 5 / 7 x
400 cm.
E. SAMBUNGAN-SAMBUNGAN PADA ACUAN DAN PERANCAH

1) Sambungan papan dengan papan

Sambungan ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga rangkaian benar – benar rapat dan
tidak bocor. Bagian tepi papan diketam lurus dan bila dihubungkan dengan tepi papan yang
lain tidak kelihatan rongga udara disela – selanya.

Untuk lantai papan – papan dihubungkan satu sama lain diatas gelagar – gelagar yang siap
terpasang di bawah nya dan ujung – ujung papan dibuat berselang seling. (gambar 9).

Gambar 9 hubungan papan untuk lantai cetakan


Untuk balon, papan – papan dirangkaikan dengan klam – klam yang dipasang melintang
arah serat papan dengan jarak 40 – 60 cm sesuai dengan jarak tiang yang dipakai.

Untuk kolom papan – papan dirangkaikan dengan klam dengan jarak 40 – 60 cm.
Pemakuan papan dengan klam lihat (gambar 10).

Gambar 10 pemakuan papan dengan klam

2) Sambungan gelagar dengan tiang

Pada konstruksi yang labil biasanya untuk gelagar dipakai papan dan sambungannya
dengan tiang cukup dipakukan saja tanpa adanya sambungan (gambar 11)

Gambar 11 hubungan gelagar dengan tiang


Tapi untuk konstruksi cetakan yang memikul beban berat biasanya gelagar yang dipakai

ukuran 6 / 12 untuk gelagar utama sedang pembaginya ukuran 5 / 7.

Dan sambungan dengan tiang gelagar menumpang di atas tiang dan untuk menjaga
tergulirnya gelagar dari atas tiang pada tiap sambungan doberi klam yang dipakukan pada
tiang dan gelagar (gambar 12).

Gambar 12 hubungan gelagar dengan tiang


3) Sambungan tiang

Karena ketinggian lantai yang tidak terjangkau oleh panjang tiang yang tersedia, atau untuk
memanfaatkan potongan – potongan tiang, maka perlu dibuat sambungan tiang dengan
tiang. Konstruksi sambungan tadi tidaklah terlalu sukar, cukup menyambungkan dua
potongan penampang kayu dan sekeliling sambungan diperkuat dengan klaim.(gambar 13).

Gambar 13 sambungan tiang

Penempatan dari sambungan – sambungan ini dibuat sbb :

- Usahakan sambungan jangan diletakkan ditengah – tengah tinggi tiang, karena pada
tempat ini akan terjadi tekuk yang besar.
- Peletakkan sambungan pada tiang perancah untuk satu dan lainnya jangan diletakkan
dalam satu garis lurus.
- Tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan yang tidak disokong kearah samping.

4) Penggunaan paku
Penggunaan paku ini telah diterangkan didalam C. 3.
F. PERBANDINGAN PEMAKAIAN BAHAN-BAHAN PEMBANTU
1).Dengan air

Penggunaan air untuk memulas permukaan cetakan sebelum beton dituangkan. Biasanya
untuk pekerjaan beton yang masih akan diplester. Sebab sifat dari air tidak akan
menghalangi / mengelmusi beton dengan plesteran. Juga penggunaan air ini sangat sering
untuk pekerjaan – pekerjaan kecil, misalnya untuk acuan – acuan kolom, balok, sloop dan
lain – lain. Yaitu dengan cara menyiramkannya pada seluruh permukaan cetakan sebelum
beton dituangkan.
Penggunaan air pada permukaan yang luas dikhawatirkan karena biasanya sulit didalam
pelepasannya.

2).Dengan release agent

Yang termasuk release agent diantaranya oli bekas / minyak pelumas dan meni. Untuk
bahan – bahan ini lihat 0.1.4. Kejelekan oli disamping diterangkan dalam 0.1.4. Ialah
apabila cetakan dibongkar maka masih ada sisa oli yang menempel pada beton.
Hal ini sangat menyulitkan didalam pekerjaan finishing misalnya pemolesan ataupun
pengecetan, sebab sifat dari oli adalah mengemulsi benda yang ditempelinya. Sedangkan
untuk meni kejelekkan – kejelekkan dari oli ini hampir tidak dimilikinya.

3).Dengan kapur
Kapur juga bisa dipergunakan untuk mempermudah pelepasan cetakan. Dengan cara yang
sama apabila kita menggunakan air, oli ataupun meni.
Cuma untuk pekerjaan yang luas dan mudah tersentuh oleh benda, misalnya untuk lantai,
kapur ini jarang dipergunakan. Sebab apabila kapur sudah kering dan misalnya terinjak
kaki kapur ini akan hilang.
Apalagi bila hal ini terjadi berulang kali, maka kapur hanya digunakan untuk permukaan
sempit, misalnya didalam pembuatan tiang perancah. Pada pembuatan tiang perancah
biasanya cetakan distel selebar tiang pancang. Hal ini dimaksudkan agar setelah cetakan
dibongkar akan didapatkan jarak antara satu sama lain selebar tiang pancang tersebut.
Maka jarak ini bisa digunakan sebagai cetakan untuk pengecoran tiang pancang
berikutnya. Dan untuk menjaga agar tiang yang baru di cor tidak menempel dengan acuan
(yaitu tiang pancang sebelahnya yang dipakai untuk acuannya). Maka sebelum di cor tiang
– tiang tadi dipulas dahulu dengan kapur dan seandainya beton sudah kering maka satu
dengan lainnya tidak akan melekat.

G. ANALISA BIAYA PEKERJAAN ACUAN DAN PERANCAH

1) Harga material tahun

Untuk harga – harga bahan baik papan, plywood dan lain – lain pada tiap – tiap daerah
biasanya tidak sama. Ini disebabkan oleh bermacam – macam alasan, misalnya
transportasi, banyak sedikitnya persediaan bahan pada suatu daerah, dan masih banyak lagi
alasan lain.
Tetapi perbedaan harga pada masing – masing daerah ini relatif kecil, terutama untuk kota
– kota besar.
Dan disini dicantumkan harga material rata – rata dari beberapa kota tahun 1982.
- Paku Rp. 16. 000,00 / Kg
- Terentang papan Rp. 2.800.000,00 / m³
- Dolken Rp. 10.000,00 / batang
- Kasau meranti Rp. 3.500.000,00 / m³
- Kamper Rp. 5 000.000,00 / m³
- Plywood 1,8 cm Rp. 250.000,00 / lembar
- Triplex 0,6 cm Rp. 60.000,00 / lembar

2). Harga tenaga kerja


- Tukang kayu Rp. 150.000,00 / hari
- Pembantu Rp. 100.000,00 / hari
- Mandor Rp. 150.000,00 / hari
2) .Perhitungan harga / biaya acuan dan perancah
Di dalam RAB harga acuan dan perancah ini sudah ditentukan, yaitu sepertiga harga beton.
Tetapi untuk menghitung lebih detail dalam satuan yang lebih kecil, misalnya tiap 10 m²
cetakan lantai, kita bisa menghitung sendiri dengan jalan menghitung volume bahan yang
diperlukan kemudian mengalihkannya dengan harga acuan dan perancah lantai tiap 10 m²
(lihat daftar).
Untuk menghitung biaya pekerjaan yang lain, misalnya cetakan pondasi, kolom, balok dan
lain – lain, kita juga bisa menghitung dengan jalan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai