LANDASAN TEORI
Tanah gambut merupakan tanah yang sangat banyak tersebar di Indonesia namun
manfaat tanah ini belum bisa dikembangkan sebab tanah gambut termasuk tanah
kurang baik, oleh sebab itu, dalam beberapa tahun belakangan kajian dan
penelitian mengenai stabilisasi tanah gambut semakin berkembang. Penelitian
tersebut telah masuk dalam beberapa variasi yang membahas mengenai stabilisasi
tanah gambut menggunakan portland cement, gypsum sintetis, gula pasir, dan
abu sekam padi. Beberapa hasil kajian tersebut memberikan dampak yang sangat
positif untuk mengurangi sisi negatif dari tanah gambut, hingga memiliki daya
dukung besar untuk menjadikan tanah gambut sebagai tanah yang bisa
dimanfaatkan dalam pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia.
5
6
Mengacu dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka kali ini
penulis akan mencoba mengkaji stabilisasi tanah gambut dengan menggunakan
campuran serbuk bata merah untuk stabilisasi tanah gambut secara kimiawi
dengan pengujian California Bearing Ratio (CBR). Penelitian ini diharapkan bisa
membantu melengkapi serta menambah kajian ilmiah dalam peningkatan
pemanfaat tanah untuk infrastruktur pembangunan.
7
2. 2 Landasan Teori
Gambut adalah bahan organis setengah lapuk berserat atau suatu tanah yang
mengandung bahan organis berserat dalam jumlah besar. Tanah gambut
mempunyai angka pori yang sangat tinggi dan kompresibel (Dunn dkk, 1980).
Berdasarkan ASTM D4427-92 (2002) tanah gambut adalah tanah yang memiliki
kandungan organik tinggi karena proses pembusukan (dekomposisi) tumbuhan,
diklasifikasikan berdasarkan serat, kandungan abu (ASTM D2974), tingkat
absorsi (ASTM D2980) dan tingkat keasaman (ASTM D2976).
NO KLASIFIKASI BATASAN
A Kadar Abu
1. Low Ash < 5%
2. Medium Ash 5% - 15%
3. High Ash > 15 %
8
Lanjutan Tabel 2.1. Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D 4427 (1997)
NO KLASIFIKASI BATASAN
Stabilisasi tanah adalah usaha untuk meningkatkan kapasitas daya dukung tanah.
Apabila tanah terdapat di lapangan bersifat sangat lepas dan sangat mudah
tertekan, atau mempunyai indeks konsistensi tidak sesuai, permeabilitas terlalu
tinggi, atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk proyek
pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasikan (Bowles, 1984).
9
Stabilisasi tanah adalah kombinasi dan manipulasi tanah, dengan atau tanpa bahan
tambahan untuk menghasilkan bentuk masa yang mampu mendukung lalu lintas
pada segala cuaca (Wright dan Paquett, 1979).
Sejauh ini stabilisasi tanah bertujuan untuk mendapatkan tanah dasar stabil pada
kondisi semua musim dalam umur rencana yang telah ditetapkan dalam sebuah
perencanaan . Metode stabilisasi yang biasa digunakan yaitu:
Batu bata merah merupakan batu bata yang terbuat dari lempung atau tanah liat
dengan atau tanpa campuran bahan lain melalui suatu proses pengeringan dan
pembakaran dengan temperatur tinggi sekitar 300 - 400°C hingga tidak hancur
bila direndam dalam air.
Bata merah tergolong baik digunakan terdiri dari pasir (silika) dan tanah liat
(almunia) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan ditambahkan sedikit
air untuk mendapatkan sifat plastis, di mana sifat plastis ini berfungsi agar tanah
mudah untuk dicetak, dikeringkan tanpa mengalami penyusutan, retak maupun
melengkung
Bahan dasar dari bata merah adalah tanah liat, termasuk hidrosilikat alumina dan
dalam keadaan murni mempunyai rumus Al2O3, 2SiO2, 2H2O dengan
perbandingan berat dari unsur-unsurnya: 47%, 39% dan 14%.
Serbuk bata merah dalam penelitian ini, didapatkan dari bata merah yang
dihaluskan serta disaring dengan menggunakan saringan nomor 200.
Pengujian proctor dilakukan dengan cara modified proctor. Pengujian ini untuk
mengetahui nilai air tambah yang akan digunakan untuk benda uji dalam
pengujian CBR. Uji proctor merupakan upaya pemadatan tanah untuk
mengeluarkan pori udara yang terdapat dalam tanah, dengan tujuan mekanisnya:
Tujuan dari pengujian proctor itu sendiri untuk mengetahui kadar air optimum
(woptimum) dan berat isi kering maksimum (γd). Hasil dari perngujian ini berupa
grafik hubungan kadar air dan berat isi kering tanah, sehingga diperoleh kadar air
optimum dan berat isi kering maksimum.
Perhitungan pemadatan dilakukan dengan menetukan suatu nilai berat isi kering
(γd maks) dengan kadar air tertentu (woptimum). Nilai ini didapatkan dengan kurva uji
pemadatan suatu sampel tanah dengan variasi nilai kadar air (w) dengan rumus:
12
Metode CBR ini awalnya oleh diciptakan O.J Poter lalu dikaji ulang California
State Highway Departement. Kemudian dikembangkan dan dimodifikasi oleh
Corps insinyur-isinyur tentara Amerika Serikat (U.S Army Corps of Engineers)
14
CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan
beban Standar (Standard Load) yang dinyatakan dalam persentase. Dengan
rumus nantinya akan membentuk sebuah pola yang menunjukkan persentase
perbedaan antara tanah asli dan tanah setelah dilakukan penambahan zat lain.
Hasil percobaan tersebut dapat digambarkan dalam suatu grafik untuk
mendapatkan tebal perkerasan dari suatu nilai CBR. Percobaan CBR mempunyai
dasar teoritis dan grafik tabel perkerasan terhadap nilai CBR. Harga CBR yang
dicari yaitu harga CBR laboratorium. Pengujian CBR laboratorium ini
menggunakan standar ASTM D-1883-94.
Nilai CBR adalah perbandingan dalam persen (%) antara tekanan yang diperlukan
untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch2, dengan
kecepatan 0.05 inch/menit. Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk
mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan. Pengujian CBR
merupakan cara untuk memperoleh nilai, kemudian dipakai dalam menentukan
tebal perkerasan yang diperlukan (Wesley,1977).
CBR lapangan digunakan untuk memperoleh nilai CBR asli di lapangan sesuai
dengan kondisi tanah pada saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal
perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi. Pemeriksaan
ini dilakukan dalam kondisi kadar air tanah tinggi (musim penghujan), atau dalam
kondisi terburuk yang mungkin terjadi.
15
Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang
lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, biasanya terletak pada daerah
yang sering terendam air saat musim penghujan dan kering ketika musim
kemarau. Pemeriksaan harus dilakukan pada musim kemarau. Pemeriksaan
dilakukan dengan mengambil contoh tanah dalam tabung (mould) yang ditekan
masuk hingga tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi contoh
tanah dikeluarkan dan direndam dalam air selama beberapa hari sambil diukur
pengembangannya. Setelah pengembangan tidak terjadi lagi, barulah dilakukan
pemeriksaan besarnya CBR.
3. CBR laboratorium
Tanah dasar (Subgrade) pada konstruksi dapat berupa tanah asli, tanah timbunan
atau tanah galian yang telah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95%
kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut
merupakan nilai kemampuan lapisan tanah untuk memikul beban setelah tanah
dipadatkan. CBR ini disebut CBR laboratorium, karena disiapkan di laboratorium.
CBR laboratorium dibedakan atas 2 macam, yaitu CBR laboratorium terendam
(soaked) dan CBR laboratorium tidak terendam (unsoaked):
a. CBR laboratorium terendam (soaked) dilakukan perendaman selama 4 hari,
perendaman ini bertujuan untuk membuat tanah menjadi jenuh air.
b. CBR laboratorium tidak terendam (unsoaked) dilakukan langsung setelah
tanah dipadatkan untuk pengujian.
16
1. Menyusun tabel dan grafik hasil pengujian. Grafik hasil perbandingan antara
beban dan penurunan pada benda uji, bisa dilihat pada Gambar 2.1.
1.00
Force (kN)
0.50
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penetration (mm)
P1
Harga CBR 0.1” = X 100 % (2.5)
13.50
P2
Harga CBR 0.2” = X 100 % (2.6)
20.00
Nilai terbesar dari perbandingan antara dua parameter tersebut yang nantinya akan
digunakan untuk pengolahan data.
Adapun nilai CBR untuk Subgrade kekuatan jalan bisa dilihat pada Tabel 2.3.
Desain CBR biasanya memiliki derajat kepadatan yang bisa dilihat pada Tabel
2.4, angka tersebut didapatkan dengan rumus:
γd lapangan
D= × 100% (2.7)
γd laboratorium
dengan: D = derajat kepadatan (harus ≥ 95%)
1. 0 – 15 Sangat Lepas
2. 16 – 50 Lepas
3. 51 – 70 Medium
4. 71 – 85 Padat
Tujuan percobaan CBR untuk menentukan nilai daya dukung tanah dalam
kepadatan maksimum. CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu: