Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DAN ABU SEKAM PADI

DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP


KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

Febra Ndaru Wardhana, Yulvi Zaika, Arief Rachmansyah


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email: fabrendaru@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tanah di daerah Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur sebagian besar merupakan
tanah berbutir halus, yaitu merupakan jenis tanah lempung ekspansif. Lempung ekspansif ini
mempunyai sifat yang khas yakni kandungan mineral ekspansif mempunyai kapasitas pertukaan ion
yang tinggi, mengakibatkan lempung ekspansif memiliki potensi kembang susut tinggi apabila terjadi
perubahan kadar air. Salah satu usaha perbaikan tanah lempung ekspansif dengan cara mencampur
serbuk gypsum sebagai zat additive. Penelitian ini digunakan 4 variasi campuran yaitu 4% serbuk
gypsum + 4% abu sekam padi, 4% serbuk gypsum + 5% abu sekam padi, 4% serbuk gypsum + 6% abu
sekam padi, dan 4% serbuk gypsum + 8% abu sekam padi dari berat kering tanah. Dari hasil penelitian
didapatkan nilai CBR terbesar didapatkan pada kondisi penambahan 4% serbuk gypsum + 5% abu
sekam padi dengan lama waktu curing 14 hari yaitu 21,87% (Unsoaked) dan 2,89% (Soaked). Untuk
nilai pengembangan dengan curing, curing selama 14 hari meupakan batas pengikatan antar partikel
tanah dengan serbuk gypsum dan abu sekam padi. Nilai pengembangan terkecil didapatkan pada
penambahan 4% serbuk gypsum + 6% abu sekam padi dengan lama waktu curing 14 hari yaitu 2,16%.

Kata kunci:Abu Sekam Padi, CBR,, curing, Lempung Ekspansif, Serbuk gypsum, Swelling

PENDAHULUAN penelitian ini dilakukan stabilisasi


Tanah di daerah Kecamatan kimiawi dengan zat aditif yaitu serbuk
Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur gypsum.
sebagian besar merupakan tanah berbutir Agar pelaksanaan penelitian
halus, yaitu tanah lempung. Tanah dapat berjalan lancar dan mempeloleh
tersebut akan menjadi gumpalan- hasil yang sesuai dengan tujuan yang
gumpalan sangat keras saat musim akan dicapai, yaitu: mengetahui besar
kemarau dan akan menjadi sangat liat, pengaruh penambahan serbuk gypsum
basah, dan lengket di musim penghujan. pada tanah lempung ekspansif terhadap
Ketika kondisi lingkungan sangat kering, nilai karakteristik tanah, nilai CBR dan
tanah mudah mengalami keretakan. nilai pengembangan (swelling) dengan
Kondisi fisik tersebut mewakili sifat lamanya waktu pengeraman (curing).
tanah lempung ekspansif. Tanah tersebut Penelitian dilakukan dengan
mempunyai sifat fisik dan teknis yang menggunakan tanah asli dari Kecamatan
kurang memenuhi persyaratan untuk Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur.
pekerjaan bangunan. Penelitian ini diharapkan dapat
Tanah lempung ekspansif memberikan informasi mengenai serbuk
memiliki nilai CBR yang kecil dan gypsum sebagai bahan stabilisator tanah.
potensi kembang susut tinggi apabila
terjadi perubahan kadar air sehingga
diperlukan usaha stabilisasi tanah. Dalam
TINJAUAN PUSTAKA mengidentifikasi tanah lempung
ekspansif. Hasil uji sejumlah indeks
Tanah Lempung dasar tanah dapat digunakan untuk
Lempung (clay) adalah bagian evaluasi berpotensi ekspansif atau tidak
dari tanah yang sebagian besar terdiri pada suatu contoh tanah. Uji indeks dasar
dari partikel mikroskopis dan adalah uji batas-batas Atterberg dan uji
submikroskopis (tidak dapat dilihat mengembang bebas.
dengan jelas bila hanya dengan Dalam Kriteria Raman,
mikroskopis biasa) yang berbentuk penggologan tanah ekspansif berdasarkan
lempengan-lempengan pipih dan batas-batas Atterberg dapat
merupakan partikel-pertikel dari mika, menggunakan dua parameter yaitu PI
mineral-mineral lempung (clay (Plasticity Index) dan SI (Shrinkage
minerals), dan mineral-mineral yang Index).
sangat halus lain (Braja M. Das, 1985). Tabel 1 Parameter Tanah Ekspansif
Sifat-sifat tanah lempung pada Berdasarkan IP dan SI
umumnya terdiri dari Plasticity Shrinkage Degree Of
(Hardiyatmo,1999): Index (%) Index (%) Expansion
1. Ukuran butir halus (kurang dari
< 12 < 15 Low
0,002 mm)
2. Permeabilitas rendah 12 – 23 15 – 30 Medium
3. Kenaikan air kapiler tinggi 23 - 30 30 – 40 High
4. Sangat kohesif > 30 > 40 Very High
5. Kadar kembang susut yang tinggi Dalam kriteria Altmeyer tanah
6. Proses konsolidasi lambat ekspansif dapat digolongkan dengan
Faktor-faktor yang berpengaruh menggunakan linear shrinkage dan
terhadap sifat-sifat tanah lempung shrinkage limit (SL).
ekspansif secara umum dibedakan Stabilisasi Tanah
menjadi dua yaitu: faktor komposisi Dalam suatu pekerjaan konstruksi
tanah dan faktor pengaruh lingkungan. terdapat kondisi tanah yang tidak
Faktor yang pertama dapat diketahui memenuhi kualitas persyaratan fisik
dengan mengadakan percobaan di maupun teknis. Karena itu perlu
laboratorium pada contoh tanah terusik. dilakukan usaha perbaikan sifat-sifat
Hal-hal yang perlu didalam percobaan tanah untuk memenuhi persyaratan yang
antara lain: tipe dan jumlah mineral, tipe ditentukan. Usaha perbaikan sifat-sifat
kation didalam tanah, luas permukaan, tanah ini disebut stabilisasi tanah
distribusi ukuran partikel, dan air pori. (Bowles, 1986). Stabilisasi tanah adalah
Faktor pengaruh lingkungan dapat usaha untuk memperbaiki sifat-sifat
diketahui melalui pengujian laboratorium tanah yang ada, sehingga memenuhi
pada contoh tanah asli. syarat untuk lokasi suatu proyek.
(Suhardjito,1989). Stabilisasi tanah dapat berupa tindakan-
Identifikasi Tanah Lempung tindakan seperti meningkatkan kerapatan
Ekspansif tanah, menambah material yang tidak
Tanah lempung ekspansif dapat aktif sehingga meningkatkan kohesi dan
diidentifikasi dengan tiga cara yaitu: atau tahanan gesek yang timbul,
1. Identifikasi Mineralogi, menambah bahan untuk menyebabkan
2. Cara tidak langsung (single index perubahan-perubahan kimia dan atau
method), fisis pada tanah, menurunkan muka air
3. Cara langsung, tanah (drainase tanah), atau mengganti
Dalam penelitian ini termasuk tanah yang buruk.
cara tidak langsung untuk
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari Abu Sekam Padi (Rice Husk Ash)
salah satu kombinasi dari pekerjaan Sebagai Bahan Stabilisator Tanah
berikut (Ingel dan Metcalf, 1977):
1. Stabilisasi Mekanik Abu sekam padi merupakan bahan
2. Stabilisasi Fisik hasil sampingan dari produk pertanian,
3. Stabilisasi Kimiawi yang dinilai hanyalah limbah. Akan
Pada penelitian ini, usaha tetapi sekam yang dinilai hanya limbah
stabilisasi tanah yang digunakan adalah tersebut bila dibakar memiliki sifat
stabilisasi kimia dengan penambahan zat pozzolan yang mempunyai unsur silikat
aditif. Zat aditif yang digunakan yaitu tinggi, rata-rata SiO2 yaitu 91,72%
serbuk gypsum. Zat aditif tersebut dengan pozzolanic activity index sebesar
diharapkan akan mampu memperbaiki 87%. Pozzolan ini mengandung sifat
karakteristik tanah lempung ekspansif di sementasi jika bercampur dengan air.
daerah Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Abu sekam padi sebagai filler. Fungsi
Jawa Timur. dari filler adalah sebagai bahan pengisi
rongga-rongga antar agregat (kasar) yang
Gypsum Sebagai Bahan Stabilisator diharapkan dapat meningkatkan
Tanah kerapatan dan memperkecil permeabilitas
Dalam ilmu kimia, gypsum disebut dari campuran. Disamping ukurannya
sebagai Kalsium Sulfat Hidrat yang harus relatif halus, bahan filler
(CaSO42(H2O)), yaitu suatu material harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti
yang termasuk kedalam mineral sulfat bersifat sementasi jika terkena air dan
yang berada di bumi dan nilainya sangat memiliki daya rekat yang tinggi dengan
menguntungkan. Sekarang ini gypsum agregat lainnya (Mutohar, Y., 2002)
banyak digunakan pada hiasan bangunan, Uji Laboratorium
bahan dasar pembuat semen, pengisi Menurut Shirley (1994), jenis
(filler) cat, bahan pembuat pupuk percobaan di laboratorium dapat dibagi
(fertilizer) dan berbagai macam menjadi dua bagian, yaitu:
keperluan lainnya. Keuntungan 1. Sifat fisik tanah (Index Properties):
penggunaan gypsum dalam pekerjaan yaitu sifat tanah dalam keadaan asli
teknik sipil yaitu: yang digunakan untuk menentukan
a. Gypsum yang dicampur lempung jenis tanah.
dapat mengurangi retak karena 2. Sifat mekanis tanah (Engineering
sodium pada tanah tergantikan oleh Properties): yaitu perilaku tanah
kalsium pada gypsum sehingga akibat diberikannya beban terhadap
pengembangannya lebih kecil. tanah dan digunakan sebagai
b. Gypsum dapat meningkatkan stabilitas parameter dalam perencanaan
tanah organik karena mengandung pondasi.
kalsium yang mengikat tanah Sifat fisik tanah meliputi
bermateri organik terhadap lempung pemeriksaan kadar air tanah, berat jenis
yang memberikan stabilitas terhadap tanah, batas atterberg, analisa saringan,
agregat tanah. analisa hidrometer, dan berat isi tanah.
c. Gypsum meningkatkan kecepatan Sedangkan sifat mekanis tanah meliputi
rembesan air, dikarenakan gypsum beberapa pemeriksaan, namun dalam
lebih menyerap banyak air. (Sumber : penelitian ini hanya difokuskan pada
www.minerals.net, opened at pemadatan standar, uji CBR dan uji
December,1,2005) pengembangan (Swelling).
METODOLOGI PENELITIAN cara sampel tanah yang dipadatkan
dengan kadar penambahan air optimum
Komposisi Campuran Untuk Benda yamg sudah didapatkan dari compaction
Uji test direndam dalam air selama 2 hari
Benda uji untuk masing-masing lalu diuji. Sedangkan CBR unsoaked
perlakuan terdiri atas tanah asli di tidak direndam akan tetapi langsung
daaerah Kecamatan Ngasem, dilakukan pengujian. Uji swelling
Bojonegoro, Jawa Timur, serta campuran dilakukan bersamaan dengan
serbuk gypsum dan abu sekam padi. perendaman sampel tanah untuk
Prosentase yang digunakan adalah 4% pengujian CBR soaked.
serbuk gypsum + 4% abu sekam padi,
4% serbuk gypsum + 5% abu sekam Diagram Alir Penelitian
padi, 4% serbuk gypsum + 6% abu
sekam padi, dan 4% serbuk gypsum +
8% abu sekam padi dari berat kering
tanah.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lima
sampel benda uji. Benda uji pertama
dilakukan pada tanah asli dalam keadaan
terganggu (disturbed) dan empat benda
uji lainnya menggunakan pencampuran
tanah asli dengan sebuk gypsum dan abu
sekam padi. Prosentase yang digunakan
adalah 4% serbuk gypsum + 4% abu
sekam padi, 4% serbuk gypsum + 5%
abu sekam padi, 4% serbuk gypsum +
6% abu sekam padi, dan 4% serbuk
gypsum + 8% abu sekam padi dari berat
kering tanah.
Empat sampel benda uji tersebut
dilakukan pengujian index properties Gambar 1. Diagram alir penelitian
tanah, compaction test, uji CBR
(California Bearing Ratio) dan uji HASIL DAN PEMBAHASAN
pengembangan (swelling). Index Sifat Fisik Tanah Bojonegoro
properties tanah ini terdiri dari analisa Sampel diambil dari Kecamatan
saringan, batas-batas limit (atterberg Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur.
limit) dan specific gravity. Untuk empat Untuk menentukan klasifikasi tanah
benda uji tanah campuran diberi tersebut maka dilakukan pengujian
perlakuan curing selama 0, 7 dan 14 hari karaktersistik sifat fisik tanah di
sebelum dilakukan pengujian CBR dan laboratorium yang meliputi pengujian
swelling. Pengujian compaction test batas plastis (PL), batas cair (LL),
dilakukan untuk mengetahui nilai kadar specivic gravity (SG), dan analisas
air optimum tanah asli dan tanah saringan. Hasil pengujian terhadap
campuran. Nilai kadar air optimum sampel tanah tersebut disajikan pada
tersebut akan digunakan untuk percobaan Tabel 2 berikut ini:
CBR dan uji pengembangan (swelling).
Pengujian CBR dilakukan dengan dua
perlakuan yaitu CBR soaked dan CBR
unsoaked. CBR soaked dilakukan dengan
Tabel 2. Sifat Fisik Tanah Asli Tabel 3 Hasil Pengujian Specific Gravity
Macam-macam Uji Tanah Asli

Liquid Limit 92.51%

Plastic Limit 40,92%

Shrinkage Limit 8,74%


Dari hasil percobaan yang
Indeks Plastisitas 51,59% ditampilkan pada Tabel 3 didapatkan
nilai Specific Gravity untuk tanah asli
Specivic Gravity 2,512 adalah sebesar 2,528. Specific Gravity
mengalami penurunan ketika tanah asli
Swell 6,186% ditambahkan dengan bahan campuran
serbuk gypsum dan abu sekam padi.
Lolos saringan no. 200 95,302%
Berdasarkan hasil pengujian yang
Tertahan saringan no. 200 4,698% telah diketahui dapat diambil kesimpulan
bahwa dengan bertambahnya prosentase
bahan campuran berupa serbuk gypsum
Berdasarkan Tabel 2, dapat dan abu sekam padi yang ditambahkan
disimpulkan bahwa tanah di daaerah pada tanah asli mengakibatkan
Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jawa penurunan terhadap Specific Gravity
Timur dapat dikelompokkan dalam tanah.
klasifikasi USCS sebagai OH (lempung
organik dengan plastisitas tinggi). Pemeriksaan Batas-Batas Atterberg
Pengujian batas atterberg meliputi
Pemeriksaan Specific Gravity pengujian batas susut (shrinkage limit),
Specific Gravity adalah nilai batas plastis (plastic limit) dan batas cair
perbandingan antara berat butir tanah dan (liquid limit). Di dalam penelitian ini,
berat air dengan volume yang sama pada pengujian batas atterberg dilakukan pada
suhu tertentu. Uji Specific Gravity adalah tanah asli dan juga pada tanah asli yang
jenis pengujian yang bertujuan untuk telah diberi bahan campuran untuk
menentukan Specific Gravity suatu stabilisasi berupa serbuk gypsum dan abu
contoh tanah yang digunakan sebagai sekam padi sesuai dengan komposisi
bahan uji. yang ditentukan. Berikut ini hasil dari
Bahan-bahan yang digunakan pengujian batas atterberg:
dalam pengujian Specific Gravity
tersebut adalah tanah asli, serbuk Tabel 4. Hasil pemeriksaan batas-batas
gypsum serta tanah asli yang diberi bahan atterberg
campuran. Tanah asli yang diberi bahan
campuran terdapat 4 variasi yaitu 4%
serbuk gypsum + 4% abu sekam padi,
4% serbuk gypsum + 5% abu sekam
padi, 4% serbuk gypsum + 6% abu
sekam padi, dan 4% serbuk gypsum +
8% abu sekam padi. Hasil pengujian Pada tabel diatas dapat
specivic gravity disajikan pada Tabel 3: disimpulkan bahwa penambahan bahan
campuran berupa serbuk gypsum dan abu
sekam padi pada tanah asli menyebabkan
nilai indeks plastisitas mengalami
penurunan. Selain itu penambahan bahan
campuran dapat menaikkan nilai batas
plastis tanah diikuti dengan penurunan dan berat alat pemukul 2,5 kg (5,5 lbs)
nilai batas cairnya. Menurunnya batas dengan tinggi jatuh 30,48 cm (12”).
cair sejalan dengan berkurangnya ikatan Berikut adalah hasil pengujian
antar butiran akibat peningkatan pemadatan standar pada tanah asli serta
prosentase bahan campuran pada tanah, tanah yang telah dicampur serbuk
maka tanah perlu tambahan air untuk gypsum dan abu sekam padi :
mempertahankan sifat plastisnya,
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Pemadatan
akibatnya PL tanah meningkat. Standar
Klasifikasi tanah campuran serbuk
gypsum dan abu sekam padi disajikan
pada Tabel 5 dan Gambar 2 berikut ini:

Tabel 5. Klasifikasi Tanah Campuran

Gambar 4. Kurva Hasil Pemadatan Tiap


Variasi Bahan
Dari tabel dan gambar di atas
Gambar 3. Sistem Klasifikasi Tanah diperoleh nilai kadar air optimum (OMC)
Sistem Unified untuk tanah asli sebesar 25,26% dengan
berat isi kering maksimum sebesar 1,357
Dari tabel tersebut dapat dilihat gr/cm3. Seiring dengan penambahan
bahwa tanah asli yang sudah diberi bahan campuran pada tanah asli, berat isi
campuran serbuk gypsum dan abu sekam kering maksimum mengalami
padi dengan masing-masing variasi, peningkatan. Sedangkan untuk kadar air
semua tergolong sebagai tanah lanau optimum mengalami penurunan. Hal
yang elastis atau lempung dengan tersebut disebabkan karena penambahan
plastisitas tinggi (MH/OH) bahan campuran dapat mengisi ruang
Pengujian Pemadatan Standar pori tanah dan karena sifat dari bahan
Uji pemadatan dilakukan terhadap campuran yang dapat mengeras apabila
tanah asli dan tanah asli yang telah dicampur dengan air maka menjadikan
ditambahkan dengan bahan campuran tanah menjadi keras sehingga akan
sesuai dengan komposisi yang telah menurunkan nilai kadar air optimum dan
ditentukan dan variasi kadar air dicoba- menaikkan berat isi kering tanah.
coba sampai menemukan kadar air Pengujian CBR Laboratorium Tak
puncaknya. Pengujian pemadatan yang Terendam (Unsoaked)
dilakukan tersebut menurut cara B Pada pengujian CBR unsoaked
dengan diameter cetakan 152 mm (6”) ini diberi 2 perlakuan yaitu perlakuan
dengan tanah lolos saringan 4,75 mm pertama tanpa curing dan yang kedua
(no.4), tinggi cetakan 116,33 mm (4,58”) diberi perlakuan curing selama 7 hari dan
14 hari. Dan berikut adalah hasil penelitian ini mulai terjadi penurunan
pengujian CBR Unsoaked tanpa curing nilai CBR pada penambahan bahan
dan dengan curing selama 7 hari serta 14 campuran 4% serbuk gypsum + 6% abu
hari: sekam padi.
Tabel 7. Hasil Pengujian CBR Unsoaked
Tanpa Curing (0 Hari) Pengujian CBR Laboratorium
Terendam (Soaked)
Pengujian CBR Soaked ini
dilakukan melalui proses perendaman
selama 48 jam atau 2 hari dimana tanah
mengalami pengembangan yang
maksimum. Selama perendaman sebelum
Tabel 8. Hasil Pengujian CBR Unsoaked dilakukan uji CBR soaked, benda uji
Dengan Curing 7 Hari dilakukan pengujian swelling untuk
mengetahui nilai pengembangan di
dalam keadaan jenuh akan air. Sama
halnya dengan CBR unsoaked, pengujian
CBR soaked ini diberi 2 perlakuan yaitu
perlakuan tanpa curing dan perlakuan
dengan curing selama 7 dan 14 hari.
Tabel 9. Hasil Pengujian CBR Unsoaked Perlakuan dengan curing selama 7 dan
Dengan Curing 14 Hari 14 hari dilakukan sebelum perendaman.
Pada pengujian ini dilakukan
terhadap variasi berdasarkan hasil yang
didapatkan dari CBR tidak terendam
yang memiliki nilai terbesar di setiap
waktu curing-nya. Variasi tersebut
dipilih berdasarkan hasil uji CBR
unsoaked karena keterbatasan waktu dan
banyaknya sampel. Kadar air yang
digunakan untuk masing-masing variasi
campuran bahan stabilisasi tanah adalah
kadar air optimum dari masing-masing
variasi campuran tersebut.
Tabel 10. Hasil Pengujian CBR Soaked
Tanpa Curing (0 Hari)
Gambar 5. Perbandingan Nilai CBR Tak
Terendam Tanpa Curing Dan
Dengan Curing 7 Serta 14
Hari Pada Tiap Variasi
Bahan Stabilisasi
Tabel 11. Hasil Pengujian CBR Soaked
Pada grafik di atas menunjukkan Dengan Curing 7 Hari
hasil CBR tak terendam tanpa curing dan
dengan curing 7 serta 14 hari pada
kondisi OMC tiap-tiap variasi campuran
diperoleh hasil tertinggi pada CBR
curing 14 hari dengan penambahan 4%
serbuk gypsum + 5% abu sekam padi
yaitu 21,873%. Namun ada waktunya
nilai CBR mengalami penurunan, dalam
Tabel 12. Hasil Pengujian CBR Soaked KESIMPULAN
Dengan Curing 14 Hari
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan
data serta pembahasan, maka didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan penambahan bahan
Pada hasil CBR terendam campuran berupa serbuk gypsum
didapatkan hasil bahwa nilai CBR pada dan abu sekam padi, nilai specific
kondisi terendam memiliki pola hampir gravity mengalami penurunan
sama dengan kondisi tidak terendam, dibandingkan dengan tanah asli.
namun memiliki penurunan nilai CBR Sedangkan untuk nilai liquid
dari CBR tidak terendam. Hal ini limit, indeks plastisitas
disebabkan oleh penambahan air yang mengalami penurunan
dapat mengurangi kekuatan tanah dibandingkan dengan tanah
tersebut, ini dikarenakan karena dalam asli,sedangkan untuk shrinkage
keadaan kering banyak air yang akan limit dan plastic limit mengalami
meresap kedalam tanah sehingga tanah peningkatan .
menjadi lunak. Harga CBR terendam 2. Untuk klasifikasi tanah tidak
terbesar terdapat pada penambahan 4% berubah karena penambahan
serbuk gypsum + 5 % abu sekam padi bahan campuran berupa serbuk
dengan lama pengeraman 14 hari dengan gypsum dan abu sekam padi
nilai sebesar 2,89%. dengan tanah asli masih tergolong
sebagai tanah lanau yang elastis
Pengujian Swelling Laboratorium
atau lempung dengan plastisitas
Pengembangan (Swell) adalah tinggi (MH/OH) menurut
perbandingan perubahan tinggi selama klasifikasi tanah sistem Unified.
perendaman terhadap tinggi benda uji Sedangkan menurut klasifikasi
semula dinyatakan dalam prosentase (%). tanah AASHTO, tanah asli
Untuk uji pengembangan ini, dilakukan tergolong dalam kelompok A-7-6
selama 48 jam. Pada pengujian ini menjadi tergolong dalam
dilakukan dengan variasi yang memiliki kelompok A-4.
nilai CBR tak terendam tertinggi di 3. Untuk kadar air optimum atau
setiap waktu curing-nya. Hasil dari OMC, semakin banyak campuran
pengujian swelling dapat dilihat pada serbuk gypsum dan abu sekam
table berikut ini : padi yang ditambahkan, maka
semakin kecil nilai kadar air yang
Tabel 13. Hasil Pengujian Swelling dibutuhkan untuk mencapai berat
isi kering maksimum.
4. Nilai CBR Unsoaked tanpa
curing yang didapatkan untuk
tanah dengan penambahan bahan
campuran mengalami kenaikan
dibandingkan dengan CBR tanah
asli. Peningkatan nilai CBR
paling optimum didapatkan pada
kondisi penambahan bahan
campuran serbuk gypsum dan abu
sekam padi kedalam tanah asli
sebesar 4% penambahan serbuk
gypsum dan 5% abu sekam padi
dengan lama waktu curing selama Braja M. Das 1995. Mekanika Tanah.
14 hari yaitu sebesar 21,87%. Cetakan Pertama. Erlangga, Jakarta.
5. Nilai CBR Soaked yang
didapatkan paling tinggi terdapat Metcalf, J.B., & Ingels, O.G., 1972, “Soil
pada masa curing hari ke 14 Stabilization”, Butterworths.
yaitu 4,02%. Antara nilai CBR Laboratorium Mekanika Tanah,
Soaked dan Unsoaked masing- Prosedur Praktikum
masing pada kondisi OMC Laboratorium Mekanika Tanah,
dengan curing maupun tanpa Universitas Brawijaya, Malang.
curing, dapat diambil kesimpulan
bahwa CBR Soaked memiliki Sudarmadji, Ibnu. 2006, Studi
nilai CBR yang lebih kecil Eksperimen Pengaruh
dibandingkan dengan CBR Pencampuran Serbuk Batu Bara
Unsoaked. dan Serbuk Gipsum terhadap
6. Nilai pengembangan untuk tiap- Kuat Dukung Tanah Lempung
tiap campuran dengan banyaknya dengan Metode Meyerhof. Jurnal
penambahan campuran maka terpublikasi. Jogjakarta:
akan semakin kecil nilai Universitas Islam Indonesia
pengembangannya. Untuk nilai Jogjakarta
pengembangan terhadap Maizir, Hernedi. 2006. Penggunaan Abu
curing,semakin lama curing maka Kapur (Quick Lime) untuk
nilai pengembangan semakin Stabilisasi Tanah Lempung pada
kecil. Selisih nilai pengembangan Lapisan Perkerasan Jalan Raya.
selama curing 14 hari semakin Jurnal Terpublikasi. Pekanbaru:
kecil antara tanah campuran 4% Sekolah Tinggi Teknologi
serbuk gypsum + 5% abu sekam Pekanbaru.
padi dengan penambahan
campuran 4% serbuk gypsum + Shalahuddin, Muhammad. 2004.
6% abu sekam padi. Stabilisasi Tanah-Semen dan
7. Direkomendasikan untuk Tanah-Kapur dengan Variasi
pengujian CBR dengan hasil yang Indeks Plastisitas. Jurnal
tertinggi, digunakan penambahan Terpublikasi. Medan: Universitas
4% serbuk gypsum dan 5% abu Sumatera Utara.
sekam padi dengan lama waktu
Widodo, Teguh dan Rahmat Imron
curing selama 14 hari.
Qosari. 2011. Efektifitas
®
Penambahan Matos pada
DAFTAR PUSTAKA Stabilisasi Semen Tanah Berbutir
Halus. Jurnal Terpublikasi.
Hary Christady.H. 1992. Mekanika Yogyakarta: Universitas
Tanah I dan II. Gramedia Pustaka Janabadra.
Utama, Jakarta.
Prasetyo, Rendra. 2013. Pengaruh
Bowles, J. E., 1989, Sifat-sifat Fisis Penambahan Campuran Slag Baja
dan Geotek Tanah (Mekanika dan Fly Ash pada Tanah Lempung
Tanah), Penerbit Erlangga, Ekspansif Terhadap Nilai CBR dan
Jakarta. Swelling. Skripsi Tidak diterbitkan.
Hardiyatmo, H. C., 1992, Mekanika Malang: Jurusan Teknik Sipil
Tanah, Penerbit PT. Gramedia Fakultas Teknik Sipil Universitas
Pustaka Utama, Jakarta. Brawijaya Malang.

Anda mungkin juga menyukai