Anda di halaman 1dari 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai stabilisasi tanah gambut sampai saat ini telah banyak
dilakukan. Ada banyak variasi yang dilakukan pada penelitian stabilisasi tanah
gambut diantaranya yaitu menggunakan portland cement, gypsum sintetis, gula
pasir, dan abu sekam padi. Dari beberapa penelitian menunjukan pengaruh positif
terhadap tanah gambut.

Yunan (2002) melakukan penelitian stabilisasi tanah gambut Rawa Pening dengan
menggunakan 5% semen portland dan gypsum sintetis bervariasi yaitu 5%, 10%,
dan 15% dengan masa perawatan 0 hari, 14 hari, dan 28 hari. Hasil penelitian
paling optimum pada campuran 5% PC dan 10% gypsum pada masa perawatan 28
hari mengalami peningkatan nilai CBR dari 2,78% menjadi 8,17%.

Nugroho (2008) melakukan penelitian stabilisasi tanah gambut Rawa Pening


dengan menggunakan menggunakan 5% portland cement dan gypsum sintetis
(5%, 10%, dan 15%) dengan masa curing 0 hari dan 7 hari. Hasil penelitian
menunjukan nilai CBR maksimum dihasilkan pada kadar 5% PC dan 15%
gypsum sintetis dan masa curing 7 hari yaitu sebesar 8,985%.

Widodo (2008) melakukan penelitian stabilisasi tanah gambut Rawa Pening


dengan menggunakan menggunakan variasi gypsum sintetis (0%, 7%, dan 14%)
dan abu sekam padi (0%, 3%, dan 6%) dan masa curing 0 hari dan 7 hari. Dari
hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa penambahan gypsum sintetis, abu
sekam padi (RHA) dan masa pemeraman meningkatkan kenaikan 2 kali lipat dari
nilai CBR tanah gambut asli dan menurunkan nilai swelling.

Susilo (2008) mengemukakan bahwa penelitian yang dapat dilakukan dalam


usaha stabilisasi tanah gambut adalah dengan mencampurkan gula pasir (0%, 3%,
dan 6%) dan gypsum sintetis (0%,commit to user
7%, dan 14%) dengan masa curing 0 hari dan

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

7 hari. Dari hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa penambahan gula


pasir, gypsum sintetis, dan masa pemeraman dapat meningkatkan nilai CBR. Nilai
CBR yang dihasilkan mengalami kenaikan dua kali lipat dari nilai CBR tanah
gambut asli dan nilai pengembangan (swelling) menjadi lebih kecil dari tanah
gambut asli.

Tommy (2008) mengemukakan bahwa dalam penelitiannya dilakukan


penambahan bahan aditif semen portland tipe-V (10%, 20%, dan 30%) terhadap
tanah gambut Kalimantan untuk mengkaji kekuatan geser dan perubahan struktur
mikroskopiknya. Dari hasil uji Triaxial CU dapat meningkatkan nilai kohesi (c’).
Namun untuk sudut geser dalam efektif (’) tidak selalu turun mengikuti
penambahan kadar PC-V ataupun lamanya masa peram.

Berbekal dari penelitian–penelitian sebelumnya maka dilakukan penelitian


lanjutan pada tanah gambut Rawa Pening menggunakan bahan campuran berupa
gypsum sintetis dengan garam dapur sebagai salah satu cara stabilisasi secara
kimiawi berdasarkan pengujian direct shear. Penelitian ini diharapkan mampu
melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

2.2. Tanah Gambut (Peat Soil)

Tanah gambut adalah campuran dari fragmen-fragmen material organik yang


berasal dari tumbuhan yang telah membusuk dan perubahannya secara kimiawi
serta telah menjadi fosil. Selain itu dibawah ini ada beberapa definisi lain dari
para pakar dan peneliti.

Gambut adalah bahan organis setengah lapuk berserat atau suatu tanah yang
mengandung bahan organis berserat dalam jumlah besar. Gambut mempunyai
angka pori yang sangat tinggi dan sangat kompresibel (Dunn, 1980).

Tanah gambut terbentuk dari unsur-unsur organik seperti Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan umumnya memiliki pH rendah, kapasitas
commit to user
tukar kation (KTK) tinggi, kejenuhan basa rendah, sedikit unsur anorganik yaitu
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Silicon (Si), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan kandungan unsur mikro (Cu,
Zn, Mn, dan B) rendah.

Definisi tanah gambut berdasarkan ASTM D4427-92 (2002) adalah tanah yang
memiliki kandungan organik tinggi yang terjadi atas dekomposisi material
tumbuhan dan dibedakan dari material tanah organik lainnya dari kandungan
abunya <25% abu dari berat keringnya.

Gambut terbentuk dari lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan
yang terjadi hampir sepanjang tahun. Kondisi langka udara akibat genangan,
ayunan pasang surut, atau keadaan yang selalu basah telah mencegah aktivitas
mikroorganisme yang diperlukan dalam perombakan. Laju penimbunan gambut
dipengaruhi oleh perpaduan antara keadaan topografi dan curah hujan dengan
curahan perolehan air yang lebih besar dari pada kehilangan air serta didukung
oleh sifat tanah dengan kandungan fraksi debu (silt) yang rendah.

Sifat fisik tanah gambut secara umum :


1. Kadar air, mempunyai kemampuan penyerapan air cukup tinggi, tergantung
derajat komposisinya dapat mencapi 600%, tetapi akan turun drastis bila
bercampur dengan bahan organiknya.
2. Susut, bila kering akan menjadi keras. Penyusutan dapat mencapai 50%.
Apabila sudah menyusut maksimum, hanya dapat menyerap air kembali 35%-
55% volume awal air yang dapat diserap.
3. Rembesan, kemampuannya tergantung pada kandungan bahan mineral, derajat
dekomposisi, derajat konsolidasi, harga kelulusan airnya berkisar antara 10 -3-
10-6 cm/detik.
4. Kadar gas, walaupun terendam air, gambut mengalami dekomposisi dan
menghasilkan gas methan, sedikit nitrogen, dan gas karbondioksida.
5. Berat volume berkisar antara 0,9 t/m3–1,25 t/m3.
6. Berat jenis lebih besar dari 1,0 yaitu rata-rata 1,5–1,6. Bila >2,0 berarti
bercampur dengan bahan inorganik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

7. Keasaman, mempunyai sifat “acidic reaction“ karena karbondioksida dan


humid acid hasil proses pembusukan. Air gambut mempunyai pH antara 4-7.
Keasamannya tergantung musim.

Ciri-ciri tanah gambut adalah sebagai berikut :


1. Warna
Salah satu ciri tanah gambut secara visual dapat dilihat dari warnanya yaitu
coklat tua sampai kehitaman (Mac Farlane, 1959). Meskipun bahan asalnya
berwarna abu-abu, coklat, atau kemerahan, namun setelah mengalami
pembusukan (dekomposisi) selanjutnya diikuti dengan senyawa-senyawa
humik yang berwarna gelap. Perubahan yang dialami bahan organik kelihatan
sama dengan yang dialami bahan organik tanah mineral, meskipun aerasi
tanah gambut yang terbatas.

2. Kadar Air dan Kapasitas


Tanah gambut mempunyai kapasitas lapang (field capacity) yang tinggi
bahkan sangat tinggi, kapsitas ini ditunjukan dengan kemampuan menahan air
yang dimiliki oleh tanah gambut yaitu berkisar antara 2-4 kali bobot
keringnya. Akan halnya gambut (Moss Peat) yang belum mengalami
dekomposisi lebih lanjut memiliki kapasitas menahan air yang jauh lebih
besar, yaitu sekitar 12-20 kali bobot keringnya. Sifat menahan air yang tinggi
ditunjukan dengan besarnya kadar air (water content) dari tanah gambut.

3. Struktur
Ciri lain yang mudah diketahui dari tanah gambut adalah dari strukturnya
yang mudah dihancurkan dalam keadaan kering. Bahan organik yang sudah
mengalami pembusukan bersifat koloidal dan mempunyai kohesi serta
plastisitas yang rendah. Suatu tanah dengan kandungan bahan organik yang
baik adalah mudah dilewati oleh air atau bersifat porous. Sifat ini tidak baik
untuk bahan konstruksi sipil.

Sehubungan dengan sifat porous, sifat konduktifitas (permeabilitas) tanah


gambut cukup tinggi, besarnya tergantung pada :
a) Jumlah materi mineral yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

b) Derajat konsolidasi.
c) Tingkat komposisi.

Jenis-jenis tanah gambut antara lain sebagai berikut :


a. Berdasarkan Kandungan Organiknya.
Tanah gambut sangat kaya dengan unsur organik. Berdasarkan kandungan
organiknya ada dua jenis gambut, yaitu:
1. Tanah mineral: Mengandung bahan organik antara ≤30%.
2. Tanah organik: Mengandung bahan organik >30 %.

b. Berdasarkan Faktor Pembentuknya


Tanah gambut terbentuk dengan cara yang berbeda-beda. Berdasakan faktor
pembentuknya, ada 3 jenis antara lain :
1. Gambut Topogen
Tanah gambut yang terbentuk karena topografi di daerah tersebut.
Biasanya, di daerah tepi pantai yang cekung sehingga hampir selalu
digenangi air.
Tanah gambut ini masih banyak mengandung mineral yang diperoleh dari
lapisan dasar cekungan, air hujan maupun sisa-sisa tumbuhan mati yang
berasal dari tanaman paku-pakuan dan semak belukar.
Karena tidak terlalu asam dan mengandung unsur hara yang banyak,
gambut ini masih bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

2. Gambut Ombrogen
Tanah gambut ini sebenarnya berasal dari gambut topogen, seperti tanah
mangrove yang mengering. Namun, mendapat hujan asam terus-menerus
sehingga keasamannya menjadi lebih tinggi dari gambut topogen dengan
PH sekitar 3,0-4,4. Gambut jenis ini agak sukar dimanfaatkan sebagai
lahan perkebunan karena kurang subur.

3. Gambut Pegunungan
Sesuai namanya, tanah gambut ini terletak di daerah pegunungan.
Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan di daerah beriklim sedang, seperti
commit
sphagnum. Contohnya, gambut di to user tinggi Dieng.
dataran
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Sistem klasifikasi untuk gambut dan tanah organik telah dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda misalnya untuk pertanian, sumber-
sumber bahan bakar dan rekayasa geoteknik. Sementara terdapat pendapat yang
berlainan mengenai definisi gambut dan tanah organik, namun semua sistem
mengklasifikasikan berdasarkan kandungan bahan organik, seperti yang
ditunjukan oleh kandungan abu. Perbedaan pendapat dalam rekayasa geoteknik
mengenai definisi gambut dan tanah organik diilustrasikan pada gambar 2.1.
dimana klasifikasi yang digunakan atau disarankan untuk digunakan pada
rekayasa geoteknik diberbagai negara dibandingkan berdasarkan kandungan abu.
Negara-negara dimana sistemnya dibandingkan adalah :
1. Rusia
2. Swedia
3. Kanada
4. Amerika Serikat
5. Polandia

Sumber : Panduan Geoteknik 3 Puslitbang Prasarana Transportasi (2001)

Gambar 2.1. Perbandingan beberapa sistem klasifikasi untuk gambut dan tanah
organik berdasarkan kandungan abu (Larsson, 1996)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

Menurut Mac. Farlane (1959) mengklasifikasikan tanah gambut menjadi 2 yaitu :


1. Fibrous Peat (gambut berserat) yang mempunyai kandungan serat 20% atau
lebih. Jenis gambut ini mempunyai dua jenis pori yaitu pori antar serat dan
pori yang ada dalam serat.
2. Amorphous Granular Peat yang mempunyai kandungan serat <20%. Jenis
gambut ini sebagian besar air porinya terserap di sekeliling permukaan butiran
tanah gambut.

Batasan-batasan tanah gambut menurut ASTM D4427-92 (2002) ditunjukan pada


tabel 2.1.

Tabel 2.1.Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM D4427-92 (2002).


Klasifikasi Batasan
A Kadar Abu
1 Low Ash < 5%
2 Medium Ash 5% - 15%
3 High Ash > 15%
B Kadar Serat
1 Fabric > 67%
2 Hemic 33% - 67%
3 Saptic < 33%
C Kemampuan Menyerap Air
1 Extremely Absorbent >1500%

2 Highly Absorbent 800% - 1500%

3 Moderately Absorbent > 300% dan < 800%

4 Slightly Absorbent < 300%

Sumber : Yunan (2002)

2.3. Stabilisasi Tanah

Stabilisasi tanah adalah usaha untuk meningkatkan stabilitas dan kapasitas dukung
tanah. Apabila tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat
mudah tertekan, atau apabila mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai,
permeabilitas yang terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak diinginkan sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

tidak sesuai untuk suatu proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus
distabilisasikan (Bowles, 1984).

Stabilisasi tanah berarti meningkatkan shear strenght tanah sehingga memenuhi


syarat, dan tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca dan pergerakan lalu lintas (Kezdi,
1979).

Stabilisasi tanah mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut :


1. Meningkatkan kerapatan tanah.
2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi dan/atau
tahanan gesek yang timbul.
3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi dan/atau
fisis pada tanah.
4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah).
5. Mengganti tanah yang buruk.

Tujuan perbaikan tanah tersebut adalah untuk mendapatkan tanah dasar yang
stabil pada semua kondisi musim dan selama umur rencana. Adapun metode-
metode stabilisasi yang dikenal yaitu :
1. Stabilisasi secara mekanis.
Stabilisasi mekanis adalah penambahan kekuatan atau daya dukung tanah
dengan jalan mengatur gradasi tanah yang dimaksud. Usaha ini biasanya
menggunakan sistem pemadatan. Pemadatan merupakan stabilisasi tanah
secara mekanis, pemadatan dapat dengan berbagai jenis peralatan mekanis
seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan
statis, dan sebagainya (Bowles, 1991).

2. Stabilisasi secara kimiawi.


Stabilisasi tanah secara kimiawi adalah panambahan bahan stabilisasi yang
dapat mengubah sifat-sifat kurang menguntungkan dari tanah. Biasanya
digunakan untuk tanah yang berbutir halus. Bahan yang biasanya digunakan
untuk stabilisasi tanah disebut stabilizing agent karena setelah diadakan
pencampuran menyebabkan tanah menjadi lebih stabil daripada sebelumnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Bahan pencampur yang sudah digunakan antara lain : Portland Cement (PC),
abu sekam padi, dan gula.

Stabilisasi tanah gambut dengan bahan campuran gypsum sintetis dengan garam
NaCl yang dilakukan dalam penelitian adalah termasuk jenis stabilisasi secara
kimiawi.

2.4. Gypsum Sintetis (CaSO4.2H2O)

Gypsum Sintetis (CaSO4. 2H2O) merupakan fraksi dari hydrated lime (kapur
hidrasi) yaitu calcium sulfat dehydrate yang merupakan reaksi penggaraman dan
penguapan (Prayitno, 1997).

Dengan reaksi sebagai berikut :


CaO + H2SO4 CaSO4 + H2O CaSO.2H2O (butiran) (2.1)

Cambell (1985) dalam Yunan (2002) mengatakan bahwa Gypsum Sintetis


(CaSO4.2H2O) sangat berguna sebagai bahan industri karena :
1. Mempunyai sifat mudah larut dalam hidrasi air ketika dipanaskan.
2. Ketika air ditambahkan akan kembali pada hidrat semula, mengumpulkan dan
memperkeras hasil gypsum. Dua fenomena tersebut adalah dehidrasi dan
rehidrasi adalah teknologi dasar gypsum.

Dehidrasi :
panas
CaSO4.2H2O CaSO4+ 2H2O (2.2)

Rehidrasi :
CaSO4+ 2H2O CaSO4.2H2O + panas (2.3)

Ditambahkan lagi bahwa Calsium Sulfat Dihydrate (CaSO4.2H2O) adalah material


awal sebelum dehidrasi dan produk akhir setelah rehidrasi.

Pembuatan gypsum sintetis sendiri dapat dilakukan dengan cara mengolah batu
kapur (kapur tohor) dicampur dengan asam sulfat atau kapur dicampur dengan air

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

accu (H2SO4). Dalam keadaan yang murni gypsum sintetis berwarna putih seperti
putih salju dan butirannya sangat halus dan lembut.

Alasan pemilihan bahan campuran gypsum sintetis pada stabilisasi tanah gambut
Rawa Pening yaitu karena sifat gypsum sintetis yang apabila ditambahkan air
maka akan mengeras dan diharapkan dapat meningkatkan kerapatan tanah gambut
sehingga daya dukung tanah gambut juga mengalami kenaikan.

2.5. Garam Dapur (NaCl)

Dalam ilmu kimia NaCl (Natrium chlorida) merupakan bahan utama dari garam
dapur. Struktur NaCl meliputi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Garam
terbentuk dari berbagai reaksi kimia antara lain :
HCl (Asam klorida) + NH3 (Amoniak) NH4Cl (Amonium klorida) (2.4)

Ca2+(Calsium) + Cl-(Klorida) CaCl2 (Calsium klorida) (2.5)

Na+(Natrium) + Cl-(Klorida) NaCl (Natrium klorida) (2.6)

Larutan garam dapur (NaCl) merupakan suatu elektrolit yang mempunyai gerakan
di permukaan lebih besar dari gerakan pada air murni sehingga bisa menurunkan
air. Dalam bentuk kering garam berbentuk kristal mengisi ruang pori di antara
butir-butir tanah.

Larutan garam dapur (NaCl) dapat menambah gaya kohesi antar partikel tanah
sehingga ikatan partikel menjadi lebih rapat (Bowles, 1984).

Larutan garam dapur (NaCl) dapat memudahkan dalam pekerjaan pemadatan


tanah. Garam mempunyai sifat yang sama dengan bahan stabilisasi yang
menggunakan zat kimia lainnya. Dalam penelitiannya berpendapat bahwa
keuntungan yang didapat dari penggunaan garam dapur (NaCl) adalah menaikkan
kepadatan dan menambah kekuatan tanah. Tanah dengan LL (Liquid Limits) yang
tinggi biasanya memberikan reaksi yang bagus dengan penambahan garam
(Ingles, 1972).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

2.6. Pengujian Pemadatan Standar (Standard Proctor Test)

Pemadatan tanah merupakan suatu proses mekanis dimana udara dalam pori tanah
dikeluarkan. Adapun proses tersebut dilakukan pada tanah yang digunakan
sebagai bahan timbunan. Tujuan dari pemadatan adalah :
a. Mempertinggi kekuatan tanah.
b. Memperkecil pengaruh air pada tanah.
c. Memperkecil compressibility dan daya rembes airnya.

Salah satu pengujian di laboratorium untuk pengujian pemadatan adalah


pengujian pemadatan standar (Standard Proctor Test). Pengujian ini digunakan
untuk mengetahui kadar air optimum (wopt) dan berat isi kering maksimum (ɣd
maks). Adapun hasil percobaan berupa grafik hubungan kadar air dan berat isi
kering tanah sehingga didapatkan kadar air optimum dan berat isi kering
maksimum.

Spesifikasi alat dan percobaan untuk Standard Proctor Test sebagai berikut:
a. Diameter mould ± 10cm.
b. Berat hammer 2,5 kg, diameter hammer 5 cm, dan tinggi jatuh hammer 30 cm.
c. Jumlah pukulan 25 kali.
d. Jumlah lapisan yaitu 3 lapisan.
e. Sampel tanah lolos saringan No. 4

2.7. Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test)

Keamanan atau kenyamanan struktur yang berdiri di atas tanah tergantung pada
kekuatan tanah dibawahnya. Jika tanah dasar mengalami keruntuhan, maka
struktur tersebut akan runtuh yang merenggut korban jiwa dan kerugian materi.
Kekuatan tanah yang dimaksud adalah kuat geser tanah (shear strength). Kuat
geser tanah merupakan gaya tahanan internal yang bekerja per satuan luas masa
tanah untuk menahan keruntuhan atau kegagalan sepanjang bidang runtuh dalam
masa tanah tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah disebabkan oleh :


 Pada tanah berbutir halus (kohesif) misalnya lempung kekuatan geser yang
dimiliki tanah disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan antara butir-butir
tanah (c).
 Pada tanah bebutir kasar (non kohesif) kekuatan geser disebabkan karena
adanya gesekan antara butiran-butiran sehingga sering disebut sudut gesek
dalam ().
 Pada tanah yang merupakan campuran antara tanah halus dan tanah kasar,
kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan dan gesekan antara butir-
butir tanah (karena c dan ).

Parameter kuat geser dapat digunakan untuk menghitung :


 Kuat dukung tanah dasar.
 Stabilitas lereng.
 Tegangan lateral untuk struktur penahan tanah.

Jenis percobaan untuk kuat geser tanah antara lain :


1. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test).
2. Uji Tekan Bebas (Unconsolidated-Undrained = Unconfined Compression).
3. Uji Triaksial (Confined Compression).
4. Uji Geser Kipas (Vane Shear Test).

Pada penelitian ini hanya menggunakan uji geser langsung (Direct Shear Test).
Hal ini disebabkan karena pada kondisi sampel tanah gambut Rawa Pening secara
visual yang cenderung kasar dan berserat menyebabkan kesulitan pada pembuatan
sampel untuk uji triaksial sehingga hanya bisa dilakukan dengan uji geser
langsung (Direct Shear Test).

Percobaan geser langsung biasanya dibagi menjadi dua tingkat yaitu tingkat
pertama pemberian tegangan normal dan tingkat kedua pemberian tegangan geser
sampai terjadi tingkat keruntuhan (failure) yaitu sampai terjadi tegangan geser
maksimum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Pada alat geser langsung parameter kuat geser tanah dapat diukur secara langsung.
Sampel yang akan diuji dipasang dalam alat dan diberikan tegangan vertikal yaitu
tegangan normal yang konstan. Kemudian sampel diberikan tegangan geser
sampai tercapai nilai maksimum. Tegangan ini diberikan dengan memakai
kecepatan bergerak (strain rate) yang konstan, yang cukup perlahan-lahan
sehingga tegangan air pori selalu tetap nol. Maka percobaan ini dilakukan dalan
kondisi “drained”.

Nilai c dan  maka perlu dilakukan beberapa percobaan dengan memakai nilai
Pv (tegangan normal) yang berbeda. Dengan demikian hasilnya dapat digambar
dalam grafik. Grafik ini menyatakan hubungan nilai tegangan geser maksimum
terhadap tegangan normal dari masing-masing percobaan. Nilai c dan  diambil
dari garis yang paling sesuai dengan titik-titik yang dimasukkan pada grafik
tersebut.

Pv Ph

Tegangan Normal Tegangan Geser


Pv Ph
 
A A
Gambar 2.2. Tegangan Normal dan Tegangan Geser

Dari hasil percobaan ini akan didapat kohesi dan sudut geser dalam tanah,
sehingga besarnya kekuatan geser dalam tanah dapat dicari dengan rumus :
σ = c + σn tan  (2.7)
2
dimana : σ = Kekuatan geser dalam tanah (kg /cm )
c = Kohesi tanah (kg /cm2)
σn = Tegangan normal bidang geser (kg/cm2)
 = Sudut geser dalam tanah (..°)

Parameter kuat geser ini digunakan salah satunya untuk menghitung kapasitas
dukung tanah. Analisis kapasitas dukung tanah untuk mempelajari kemampuan
tanah dalam mendukung beban fondasi dari struktur yang terletak diatasnya.
commit to user
Kapasitas dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah
disepanjang bidang-bidang gesernya.

Perancangan fondasi harus mempertimbangkan adanya keruntuhan geser dan


penurunan yang berlebihan. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam
perancangan fondasi adalah:

1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya kapasitas dukung


tanah harus dipenuhi. Dalam hitungan kapasitas dukung, umumnya digunakan
faktor aman 3.
2. Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan.
Khususnya penurunan yang tak seragam harus tidak mengakibatkan kerusakan
pada struktur.

Persamaan umum kapasitas dukung Terzaghi :


untuk fondasi memanjang:
qu = cNc + poNq + 0,5 BN (2.8)
untuk fondasi bujur sangkar:
qu = 1,3 cNc + poNq + 0,4 BN (2.9)
untuk fondasi lingkaran:
qu = 1,3 cNc + poNq + 0,3 BN (2.10)
untuk fondasi empat persegi panjang:
qu = cNc (1+0,3 B/L)+ poNq + 0,5 BN (1-0,2B/L) (2.11)

dengan:
qu = kapasitas dukung ultimit (kg/cm2)
c = kohesi (kg/cm2)
po = Df.  = tekanan overbuden pada dasar fondasi (kg/cm2)
Df = kedalaman fondasi (cm)
B = lebar atau diameter fondasi (cm)
L = panjang fondasi (cm)
 = berat volume tanah (kg/cm3)
commit
Nc, Nq, N = faktor kapasitas dukung to user
Terzaghi
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Untuk nilai-nilai faktor kapasitas dukung Terzaghi dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Nilai-nilai fakor kapasitas dukung Terzaghi (1943)
Keruntuhan geser umum Keruntuhan geser lokal

Nc Nq N Nc Nq N
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9,0
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1

2.8. Pengujian Scanning Electron Microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah salah satu jenis dari pengujian
mikroskop elektron yang menggunakan elektron berenergi tinggi dalam
membentuk bayangan elektron berinteraksi dengan atom-atom yang membentuk
sampel menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang topografi permukaan
dari material yang diujikan, komposisi, dan sifat lain seperti konduktifitas listrik.

commit toElectron
Gambar 2.3. Alat Uji Scanning user Microscope (SEM)
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.4. Skema Alat Pengujian SEM

Pada pengujian SEM terdiri dari berbagai macam peralatan utama antara lain :
1. Penembak Elektron (Electron Gun)
Penembak Elektron berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah
melepas elektron (misalnya tungsten). Ada dua tipe penembak elektron yaitu:
a. Termal
Untuk jenis ini, energi luar yang masuk ke bahan dalam bentuk energi
panas kemudian oleh elektron energi panas tadi diubah menjadi energi
kinetik.
b. Field emission
Pada jenis ini yang menjadi penyebab terlepasnya elektron dari bahan
karena ada gaya tarik medan listrik luar yang diberikan pada bahan. Pada
katoda yang digunakan pada proses emisi ini dikenakan medan listrik yang
cukup besar sehingga tarikan yang terjadi dari medan listrik pada elektron
menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk lompat keluar
dari permukaan katoda.
Jenis katoda yang digunakan adalah :
a. Cold Field Emission
b. Schottky Field Emission Gun

2. Lensa untuk elektron


Lensa untuk elektoron berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan
negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Ada dua macam lensa magnetik yang digunakan antara lain:


a. Lensa Condenser – Focusing
b. Lensa Objective – Final Probe Forming

3. Detektor
SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan
elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda. Detektor tersebut
antara lain:
a. Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi
mengenai nomor atom dan topografi.
b. Secondary detector, berfungsi untuk menangkap informasi mengenai
topografi.

4. Sample Holder, untuk meletakkan sampel yang akan dianalisis dengan SEM.

5. Monitor CRT (Cathode Ray Tube)


Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar dapat
dilihat.
a. Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat
memantulkan cahaya).
b. Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek
(kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip).
c. Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di
dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan).
d. Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan dari
butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik,
kekuatan).

6. Sistem vakum
Sistem Vakum diperlukan karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika
ada molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan
terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan
molekul udara menjadi sangatcommit to user
penting.
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.5. Prinsip Kerja Pengujian SEM

Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:


1. Sebuah penembak elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan
anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron
baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).

Aplikasi dari pengujian SEM dirangkum sebagai berikut :


a. Topografi : Menganalisa permukaan dan tekstur (kekerasan, reflektivitas)
b. Morfologi : Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel
c. Komposisi : Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif
dan kualitatif.

Keuntungan alat uji SEM antara lain, yaitu :


a. Menghasilkan bayangan dengan resolusi yang tinggi. Maksudnya adalah pada
jarak yang sangat dekat tetap dapat menghasilkan perbesaran maksimal tanpa
memecah gambar.
b. Persiapan sampel relatif mudah.
c. Perbesaran kedalaman fokus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:


a. Memerlukan kondisi vakum.
b. Hanya menganalisa permukaan.
c. Resolusi lebih rendah dari Transmission Electron Microscope (TEM).
d. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis
logam seperti emas dengan alat Fine Coat Ion Sputter.

Pengujian SEM dilaksanakan di Balai Konservasi Peninggalan Borobudur yang


terletak di Pintu 7, Jalan Badrawati Borobudur, Magelang.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai