Anda di halaman 1dari 9

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah
Tanah merupakan material konstruksi yang paling tua dan juga sebagai
material dasar yang sangat penting karena merupakan tempat di mana akan
didirikan struktur, misalnya pondasi bangunan, jalan raya, bendungan, tanggul
dan lain-lain. Kerusakan yang biasa terjadi pada suatu struktur, seperti terangkat
atau turunnya suatu fondasi, retak pada dinding bangunan dan bergelombangnya
permukaan jalan disebabkan oleh permasalahan pada tanah yang ada di bawah
struktur tersebut.
Tanah sebagai dasar perletakan suatu struktur harus mempunyai sifat dan
daya dukung yang baik, karena kekuatan suatu struktur secara langsung akan
dipengaruhi oleh kemampuan tanah dasar dalam menerima dan meneruskan
beban yang bekerja. tidak semua tanah di alam ini mempunyai sifat dan daya
dukung yang baik. beberapa lokasi sering dijumpai tanah yang jelek yaitu tanah
yang tidak mempunyai sifat dan daya dukung yang baik.
Tanah yang akan dipergunakan dalam pekerjaan Teknik Sipil memiliki
beberapa kriteria, diantaranya haruslah mempunyai nilai Indeks Plastisitas (PI) <
17%, karena tanah yang mempunyai nilai Indeks Plastisitas >17% dapat
mempengaruhi masalah teknis, sifat tanah ini mudah menyerap air dan
menyebabkan kembang susut yang besar. tanah dengan nilai PI > 17%
dikategorikan sebagai tanah lempung (Hardiyatmo, 1992). Lempung merupakan
jenis tanah berbutir halus yang sangat dipengaruhi oleh kadar air dan mempunyai
sifat yang cukup rumit.
Salah satu upaya untuk mendapatkan sifat tanah yang memenuhi syarat-
syarat teknis tertentu adalah dengan metode stabilisasi tanah. Metode stabilisasi
tanah dapat dibagi menjadi 2 (dua) klasifikasi utama yaitu berdasarkan sifat
teknisnya dan berdasarkan tujuannya. dari sifat teknisnya, stabilisasi dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) jenis yaitu, stabilisasi mekanis, stabilisasi fisik, dan stabilisasi
6

kimiawi. stabilisasi tanah lempung yang murah dan efektif adalah dengan
menambahkan bahan kimia tertentu, dengan penambahan bahan kimia dapat
mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga mengurangi sifat kembang
susut tanah lempung.
2.2. Tanah Lempung
1. Tanah lempung primer Jenis tanah lepung yang dihasilkan dari pelapukan
batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan
induk yang memiliki karakteristik berwarna putih cerah hingga kusam,
cenderung memiliki butiran atau granular yang kasar, tidak plastis, daya
lebur yang tinggi, daya susutyang rendah, dan tahan terhadap api atau
pembakaran.
2. Tanah lempung sekunder Jenis tanah lempung yang terjadi karena hasil
pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya
karena tenaga eksogen. karakteristiknya adalah tidak murni, cenderung
berbutir halus, plastis, berwarna abu-abu, coklat, merah, kuning, daya susut
yang tinggi, titik lebur yang rendah, tahan api. Lebih lanjut, tanah lempung
sekunder ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu tanah lempung tahan
api, tanah lempung stoneware, ballclay, tanah lempung earthware, dan tanah
lempung jenis lainnya, misalnya bentonite, common clay, kaolin.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ciri-ciri tanah lempung adalah
sebagai berikut:
a. Berukuran kurang dari 0,002 mm. Ukurannya ini sangat kecil sekali
sehingga berbentuk butiran halus.
b. Tingkat permeabilitas yang rendah tingkat permeabilitas yang rendah ini
memungkinkan jenis tanah lempung tidak dapat menyerap air sehingga
tidak cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.
c. Tingkat kenaikan air kapiler yang tinggi.
d. Bersifat kohesif Pada saat jumlah air yang sangat banyak mengenangi
jenis tanah ini maka tanah ini akan sangat lengket sekali
e. Tingkat kembang dan susutnya sangat tinggi.
7

f. Proses konsolidasinya lambat.


g. Memiliki ion positif yang dapat dipertukarkan.
h. Memiliki luas permukaan yang sangat besar.
i. Bertekstur keras jika dibakar.

Secara khusus, tanah lempung yang mengalami proses pembakaran


dengan api akan menunjukan beberapa proses sebagai berikut:

a. Terjadi penguapan air pembentuk yang pada suhu pembakaran kurang


lebih 150º Celcius.
b. Terjadi penguapan air yang terikat secara kimia dengan zat lainnya oada
suhu 400ºCelcius hingga 600º Celcius.
c. Terjadi perubahan kristal  pada tanah lempung pada suhu di atas 800º
Celcius.
d. Senyawa besi akan berubah menjadi senyawa yang stabil.
e. Terjadi proses susut bakar.

2.3. Abu Boiler kelapa sawit ( POFA )


Abu Cangkang Sawit Abu cangkang sawit merupakan bahan pozzolanic,
yaitu material utama pembentuk semen, yang mengandung senyawa silika oksida
(SiO2) aktif yang apabila bereaksi dengan kapur bebas atau kalsium hidroksida
(Ca(OH2) dan air akan membentuk material semen yaitu kalsium silikat hidrat (C
– S – H). Dari data perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit, dapat dilihat
jumlah tandan buah segar (TBS) yang begitu besar maka dapat ditentukan pula
jumlah abu cangkang sawit yang tersedia dari jumlah TBS yang diproduksi
dimulai dari jumlah TBS yang akan diolah kemudian jumlah cangkang dan fiber
hasil pengolahan TBS lalu dapat dilihat jumlah abu cangkang sawit hasil
pembakaran cangkang dan fiber sebagai bahan bakar ketel perebusan tandan
buah segar (TBS). Ketersediaan material alternatif sebagai bahan stabilisasi yang
ada saat ini dirasa cukup karena didalam penggunaannya juga akan dicampur
dengan tanah lempung yang rusak, penggunaannya juga berdasarkan persentase
8

berat tanah yang akan distabilisasi. Berikut adalah komposisi kimia abu
cangkang sawit.

Tabel 1. Komposisi Kimia Abu Cangkang Sawit (Endriani, 2012)


Unsur Senyawa Abu Cangkang Sawit
Silika (SiO2) 67,4
Kalsium Oksida (CaO) 1,5422
Magnesium Oksida (MgO) 3,024
Besi Oksida (Fe2O3) 0,0014
Alumunium Karbonat (Al2O3) 10,9985

2.4. Alkali Aktivator


Alkali aktivator adalah aktivator yang akan mengikat oksida silika pada fly
ash dan akan bereaksi secara kimia dan membentuk ikatan polimer. Larutan
alkali yang banyak digunakan dalam beton geopolimer adalah kombinasi dari
sodium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH) dan sodium silikat
atau kalium silikat. Sodium hidroksida yang digunakan sebagai alkali aktivator,
berfungsi untuk mereaksi unsur-unsur alumina (Al) dan Silika (Si) yang
terkandung pada fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang kuat.
Sodium silikat yang digunakan sebagai katalisator yang mempercepat
terjadinya reaksi kimia. Dalam pembuatan beton geopolimer katalisator juga
digunakan. Dalam penelitian ini alkali aktivator yang digunakan adalah
kombinasi antara sodium hidroksida (NaOH) dan sodium silikat (Na2SiO3).
Molaritas yang digunakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi dkk
(2018) dan perbandingan sodium hidroksida (NaOH) dan sodium silikat
(Na2SiO3) yang digunakan berdasarkan penelitian Ekaputri dkk (2014).
9

2.5. Air Kran


Air leding atau air keran adalah air yang dialirkan melalui pipa leding dan
keluar melalui keran air. Air leding biasa digunakan untuk minum, mencuci,
memasak, dan menyiram toilet. Air dengan sistem leding telah ada sejak zaman
kuno, namun hanya tersedia bagi sejumlah kecil orang sampai paruh kedua abad
ke-19 saat air leding mulai meraih popularitas di negara yang saat ini
dikategorikan sebagai negara maju. Air leding menjadi umum di banyak wilayah
pada abad ke-20, dan saat ini kelangkaan air leding sebagian besar hanya dialami
oleh orang-orang berkekurangan, khususnya di negara berkembang.

2.6. Penelitian Sejenis


Adapun penelitian sejenis yang sebelumnya telah diteliti adalah sebagai
berikut:
1. Debby Endriani, Agung Ramahdana ( Tahun )
Dengan judul Penelitian Penggunaan Abu Cangkang sawit dan Semen Untuk
meningkatkan kepadatan tanah lempung Desa Tanjung Rejo. penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan tanah dilapangan berdasarkan
kepadatan dilaboratorium melalui uji sand cone berdasarkan SNI 03 2828-
1992. Stabilisai tanah lempung menggunakan abu cangkang sawit dan
semen. Abu cangkang sawit yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh
dari PT. Multi Agro Sumatera,
2. Desgian Malle Pangadongan , Rais Rachman, Irwan Lie Keng Wong
Dengan judul Penelitian Pengaruh Penambahan bubuk Gypsum pada tanah
lempung terhadap uji CBR.
penelitian ini untuk mengetahui sifat fisis tanah lempung dan menganalisis
pengaruh penambahan bubuk gypsum pada tanah lempung terhadap nilai
CBR. Hasil dari penelitian pada sampel tanah yang terdiri dari dua titik
didapat nilai CBR terbesar terjadi pada sampel tanah yang dicampur dengan
bubuk gypsum sebanyak 8% dimana titik 1 nilai CBR nya sebesar 5,67%
dan titik 2 sebesar 4,13%.
10

3. Leonard Felix Widyo Sanderan, Irwan Lie Keng Wong, Monika Datu
Mirring Palinggi
Dengan judul penelitian Pengaruh penambahan abu cangkang kelapa sawit
pada tanah lempung Paccinongang Kabupaten Gowa.
penelitian ini dilakukan beberapa pengujian sifat fisik tanah kemudian
pengujian Kompaksi untuk mendapatkan nilai kadar air optimum, dan
pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) untuk
mendapatkan nilai kuat tekan (qu). Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa tanah memenuhi sifat fisik tanah lempung. Dari
pengujian Kuat Tekan Bebas pada kadar abu cangkang kelapa sawit 0%, 3%,
6%, 9%, 12% dan 15% pada titik 1 nilai kuat tekan bebas menurun dari 0%
sebesar 0,362% dan meningkat pada 9% sebesar 0,424%. Sedangkan pada
titik 2 mengalami penurunan pada 0% yaitu sebesar 0,445% dan meningkat
pada 12% sebesar 0,423%. Dari pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined
Compression Test) pada tanah lempung Paccinongang, Kabupaten Gowa
dengan penambahan abu cangkang kelapa sawit dari kedua sampel terjadi
peningkatan pada penambahan 9% dan 12% dari tanah lempung normal.
4. Jupriah Sarifah, Bangun Pasaribu
Dengan judul penelitian Pengaruh Penggunaan abu cangkang kelapa sawit
guna meningkatkan stabilitas Tanah Lempung.
penelitian pada tanah lempung (Clay) yang diambil dari desa Melati 2
kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai, dengan cara
menambahkan abu cangkang kelapa sawit sebagai bahan stabilisasi.
Persentase penambahan abu cangkang kelapa sawit 4%, 6%, 8%, 10%.
Dalam penelitian ini tanah diklasifikasikan dengan sistem klasifikasi
AASHTO dengan PI diatas 11% dan LL 41% maka tanah tersebut kelompok
A-7-6.Penambahan abu cangkang kelapa sawit terhadap tanah lempung
(Clay) sebagai bahan stabilisasi tanah pada variasi 4%, 6%, 8%, 10% juga
dapat meningkatkan nilai CBR. Semakin besar nilai CBR maka akan
meningkatkan daya dukung tanah.
11

5. Rama Indera Kusuma, Enden Mina, Rudy Bonar O M


Dengan Judul Penelitian Stabilisasi Tanah Lempung dengan menggunakan
Abu Sawit terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas (UCS).
penelitian ini dilakukan beberapa pengujian yaitu pengujian fisik tanah dan
pengujian UCT. Pengujian fisik tanah diantaranya analisa besar butir, berat
jenis butir, kadar air, batas plastis, batas cair, dan pemadatan. Sedangkan
pada pengujian UCT dilakukan dengan cara stabilisasi tanah menggunakan
bahan aditif berupa abu sawitdengan nilai kuat tekan bebas. Hasil pengujian
fisik tanah menunjukkan bahwa tanah tersebut masuk pada golongan tanah
lempung tak organik dengan plastisitas rendah dengan presentasi lolos
saringan no. 200 sebesar 55%, berat jenis = 2.68, kadar air mula-mula =
25,03%, Batas Cair (LL) = 29,4%, Batas Plastis (PL) =17,663%, indeks
plastis (PI) = 11.737%, kadar air optimum = 29%, dan  d maksimum =
1.380 gr/cm3 .
6. Enden Minaa, Rama Indera Kusumaa, Rochmadi Eko Susiloa
Dengan judul penelitian pemanfaatan abu sisa pembakaran daun bambu
untuk stabilisasi tanah, dan pengaruhnya terhadap nilai kuat tekan bebas
(studi kasus, jalan munjul – malingping, Desa Pasir Tenja Kecamatan
Sindang Resmi, Kabupaten Pandeglang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tanah setelah dilakukan
stabilisasi menggunakan bahan tambah abu sisa pembakaran daun bambu.
Kekuatan tanah dilihat dari hasil uji kuat tekan bebas (unconfined
compression test) sebelum dan setelah dicampur bahan tambah dimana
sebelum perlakuan uji kuat tekan dilakukan penyelidikan jenis dan
klasifikasi tanah. Sampel tanah diambil dari ruas Jalan Munjul–Malingping.
Variasi penambahan abu daun bambu diambil dengan persentase 0%, 2%,
6% dan 10% abu daun bambu dengan variasi waktu pemeraman selama 0
hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Setiap sampel diuji laboratorium untuk
meperoleh propertis dan kekuatan tanahnya.
12

7. Yuni Taryuni, Nono Suhana, Dhian D. Prayuda


Dengan judul penelitian Stabilisasi tanah dengan campuran semen dan silica
fume pada pengujian kuat tekan bebas (UCS).
Pengujian dilakukan dengan variasi semen 2%, silica fume 5%, silica fume
10%, dan silica fume 15%. Hasil pengujian di laboratorium, didapatkan nilai
berat jenis pada tanah asli sebesar 2,62, batas cair 62,49% dan indeks
plastisitas 27,42%.
8. I Made Sudarma, IBG. Indramanik, I Gede Adi Satriawan
Dengan judul penelitian Analisa Nilai kuat Tekan Bebas campuran semen
dan tanah lempung Ex. Tabanan dengan berbagai Variasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan tanah
lempung yang dicampur semen menggunakan variasi kadar air, dimana
tanah yang dijadikan sampel adalah tanah lempung ex. Tabanan distabilisasi
dengan semen. Metodologi yang dilaksanakan adalah dengan
mencampurkan 98% tanah lempung + 2% semen pada variasi campuran air
dengan metode UCS (Unconfined Compressive Strength). Sebelumnya
dilaksanakan pengujian awal karakteristik tanah lempung tanpa campuran
semen, kemudian dilakukan pencampuran 98% lempung ex. Tabanan + 2%
semen dan diperam selama 3 hari dan 10 hari pada kondisi batas cair, kadar
air optimum, batas plastis dan indeks plastis.
9. Hasoloan H P Sinaga, Roesyanto
Dengan judul penelitian Pengujian Kuat Tekan Bebas (UCT) Pada stabilisasi
tanah lempung dengan campuran semen dan abu cangkang sawit.
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat-sifat fisik
(index properties) dari tanah yang berasal dari Jalan Raya Medan Tenggara
dan mengetahui perbandingan kuat daya dukung tanah yang dicampur
dengan semen dan abu cangkang sawit. Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan pengambilan sampel sebanyak 18 sampel tanah dan melakukan
uji laboratorium untuk mengetahui nilai index properties dan engineering
properties menggunakan uji UCT (Unconfined Compression Test). Dari
13

penelitian ini, diperoleh hasil uji sifat fisik pada tanah asli, yaitu kadar air
19,90%, berat jenis 2,65, berat isi 1,24 gr/cm³, batas cair 44,23% dan indeks
plastisitas 29,85%. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah tersebut
termasuk dalam jenis CL (Clay – Low Plasticity) sedangkan berdasarkan
klasifikasi AASHTO, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis A-7-6.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan bebas (qu) pada tanah
asli sebesar 2,88 kg/cm2 . Pada variasi campuran 2% PC + 3% ACS,
diperoleh nilai kuat tekan tanah (qu) maksimum sebesar 4,94 kg/cm2 . Nilai
kuat tekan bebas tanah (qu) menurun hingga variasi campuran 2% PC + 5%
ACS sebesar 1,39 kg/cm2 . Kemudian naik pada variasi campuran 2% PC +
9% ACS sebesar 2,58 kg/cm2 , tetapi nilai kuat tekan bebasnya masih
dibawah nilai kuat tekan bebas pada tanah asli dan kemudian menurun terus
hingga variasi campuran 2% PC + 18% ACS sebesar 0,58 kg/cm2
10. Debby Endriani
Dengan judul penelitian Abu Vulkanik gunung sinabung sebagai filler
pengganti semen untuk meningkatkan nilai kuat tekan dan daya dukung pada
tanah lempung.
Penelitian dilakukan terhadap tanah lempung yang berasal dari daerah
Namukur, Namu Sira-Sira yang mempunyai kadar air asli 6,095%, indeks
plastisitas 37,23% dan nilai kuat tekan bebas sebesar 0,233 kg/cm².
Pengujian dilakukan terhadap sifat fisis dan sifat mekanis tanah lempung,
dengan berbagai variasi penambahan kadar Abu Vulkanik, yaitu 0%, 4%,
8%, 12% , 16% dan 20% terhadap berat kering tanah lempung.

Tambah Penelitian Sejenis Alkali dan POFA Minimal 3 Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai