Anda di halaman 1dari 34

BAHAN BANGUNAN

RESUME II MATERI BAHAN BANGUNAN

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah

Semester III Jurusan Teknik Sipil

NAMA : A Riacky Kurniawan

NIM : 0609 3010 0025

KELAS : 3- SC
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2010 - 2011

RESUME II

MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN

I. SEMEN

1. Pendahuluan

Definisi Semen

Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu
mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat
pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama
yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida
(Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).

Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 gr/cm3, pada
kenyataannya massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,03 gr/cm3 sampai 3,25
gr/cm3. Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran. Pengujian
massa jenis ini dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask (ASTM C 348-97).
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa
padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi
semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat
maka peranan semen menjadi penting. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus
disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.

Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi.
Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:

1. Batu kapur

Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3
(Calcium Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang
baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%, dan penggunaan batu
kapur dalam pembuatan semen itu sendiri sebanyak ± 81 %.

2. Pasir silika

Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika
terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna
pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat,
disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika
yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%, dan penggunaan
pasir silika dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar ± 9%.

3. Tanah liat

Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O.
Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20 %, kadar SiO2 tidak
terlalu tinggi ± 46 %, dan penggunaan tanah liat dalam pembuatan semen itu sendiri
sebesar ± 9%.
4. Pasir besi

Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya
selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai
penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam
pembuatan semen yaitu Fe3O2 ± 75%-80%. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum
sebanyak 3-5% total pembuatan semen. penggunaan pasir besi dalam pembuatan semen
itu sendiri sebesar ± 1%.

1. Syarat-syarat dan karakteristik Semen Portland

Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Proses basah

Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air (slurry) dan
digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika yang
diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan lempung. Bubur halus yang
dihasilkan selanjutnya dimasukkan dalam oven berbentuk silinder yang dipasang
miring (ciln). Suhu ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan diputar dengan
kecepatan tertentu. Bahan akan mengalai perubahan sedikit demi sedikit akibat
naiknya suhu dan akibatnya terjadi sliding di dalam ciln. Pada suhu 100C air mulai
menguap, pada suhu 850C karbondioksida dilepaskan. Pada suhu sekitar 1400C,
berlangsung permulaan perpaduan di daerah pembakaran, di mana akan terbentuk
klinker yang terdiri dari senyawa kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker
tersebut selanjutnya didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi butir halus dan
ditambah dengan bahan gipsum.
2. Proses kering

Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras
misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling
dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan
ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah.

Dalam pabrikasi akhir, semen portland digiling dalam kilang hingga halus dan
ditambah beberapa bahan tambahan. Bagai alir proses pabrikasi semen portland
dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1. Bagan alir proses pabrikasi semen

Secara garis besar proses pembuatan semen portland adalah sebagai berikut:

1. Pencampuran mineral-mineral utama seperti CaO, SiO2 dan Al2O3, dicampur bersama
bahan tambahan lain dalam bentuk kering atau basah. Bentuk basah dikenal slurry.
2. Campuran ini dimasukkan ke dalam rotary kiln, dibakar pada suhu  1400C
membentuk butiran-butiran bulat berdiameter antara 1,5 mm sampai 50 mm yang
dikenal sebagai clinker.
3. Clinker yang telah dingin dihaluskan sehingga mencapai kehalusan (specific surface)
 3150 cm2/gr, sambil ditambahkan gypsum untuk mengontrol waktu ikat (setting
time).

Berkaitan dengan masalah keawetan (durability) beton, maka dibedakan atas


lima tipe semen, yaitu:

Tipe I : Semen biasa (normal) digunakan untuk beton yang tidak


dipengaruhi oleh lingkungan, seperti sulfat, perbedaan
suhu yang ekstrim.

Tipe : Digunakan untuk pencegahan terhadap serangan sulfat dari


II lingkungan, seperti untuk struktur bawah tanah.

Tipe : Beton yang dihasilkan mempunyai waktu perkerasan yang


III cepat (high early strength).

Tipe : Beton yang dibuat akan memberikan panas hidrasi rendah,


IV cocok untuk pekerjaan beton massa.

Tipe : Semen ini cocok untuk beton yang menahan serangan


V sulfat dengan kadar tinggi.

1. Sifat Kimia Semen Portland

1. Lime saturated Factor (LSF)

Batasan agar semen yang dihasilkan tidak tercampur dengan bahan-


bahan alami lainnya.

2. Magnesium oksida (MgO)


Pada umumnya semua standard semen membatasi kandungan MgO
dalam semen Portland, karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion
pada semen setelah jangka waktu lebih daripada setahun, berdasarkan
persamaan reaksi sbb :

Mg O + H2O  Mg (OH) 2

Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O


Menjadi magnesium hidroksida yang mempunyai volume yang lebih besar.

3. SO3

Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur/memperbaiki


sifat setting time (pengikatan) dari mortar (sebagai retarder) dan juga untuk
kuat tekan. Karena kalau pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan
kerugian pada sifat expansive dan dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai
sumber utama SO3 yang sering banyak digunakan adalah gypsum.

4. Hilang Pijar (Loss On Ignition)

Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk


mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam pemijaran. Kristal
mineral-mineral tersebut pada umumnya dapat mengalami metamorfosa dalam
waktu beberapa tahun, dimana metamorfosa tersebut dapat menimbulkan
kerusakan.

5. Residu tak larut


Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah dicampurnya semen dengan bahan-bahan alami lain yang
tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika mortar.

6. Alkali (Na2O dan K2O)

Akali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton maupun


pada mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat reaktif terhadap
alkali. Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif terhadap
alkali, maka kandungan alkali dalam semen tidak menimbulkan kerugian
apapun. Oleh karena itu tidak semua standard mensyaratkannya.

7. Mineral compound (C3S, C2S, C3A , C4AF)

Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral


compound tersebut, karena pengukurannya membutuhkan peralatan
mikroskopik yang mahal. Mineral compound tersebut dapat di estimasi
melalui perhitungan dengan rumus, meskipun perhitungan tidak teliti. Tetapi
ada standard yang mensyaratkan mineral compound ini untuk jenisjenis semen
tertentu. misalnya ASTM untuk standard semen type IV dan type V. Salah
satu mineral yang penting yaitu C3A, adanya kandungan C3A dalam semen
pada dasarnya adalah untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan
beton. Tetapi karena C3A bereaksi terhadap sulfat, maka untuk pemakaian di
daerah yang mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi antara C3A dengan
sulfat dapat menimbulkan korosi pada beton.

 Senyawa kimia semen portland

Pada Tabel 1.1 s/d 1.4 diperlihatkan komposisi kimia tipikal semen portland
biasa dan komposisi oksida semen portland secara umum.
Tabel 1.1. Komposisi kimia tipikal semen portland biasa

Berat
Nama Kimia Rumus Kimia Notasi
(%)

Tricalcium silicate 3CaO.SiO2 C3S 50

Dicalcium silicate 2CaO.SiO2 C2S 25

Tricalcium aluminate 3CaO.Al2O3 C3A 12

Tetracalcium aluminoferrite 4CaO.Al2O3.Fe2O3 C4AF 8

Calcium sulfate dihydrate CaSO4.2H2O CSH2 3,5

Tabel 1.2. Komposisi oksida semen portland secara umum

Oksida Notasi Nama Persen Berat

CaO C Lime 63

SiO2 S Silica 22

Al2O3 A Alumina 6

Fe2O3 F Ferric oxide 2,5

MgO M Magnesia 2,6

K2O K Alkalis 0,6

Na2O N Alkalis 0,3

SO3 S Sulfur trioxide 2,0

CO2 C Carbon dioxide

H2O H Water
Tabel 1.3 Karakteristik senyawa kimia utama semen

C3S C2S C3A C4AF


Senyawa
3CaOSiO2 2CaOSiO2 3CaOAl2O3 4CaOAl2O3Fe2O3

Kecepatan
reaksi dengan sedang lambat cepat Sedang
air

Sumbangan
terhadap baik jelek baik Baik
kekuatan awal

Sumbangan
terhadap baik sangat baik sedang Sedang
kekuatan akhir

Panas hidrasi sedang rendah tinggi Sedang

Tabel 1.4 Persentase komposisi semen portland

Komposisi dalam persen (%) Karakteristik


umum
C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgO

Tipe Semen untuk


49 25 12 8 2,9 0,8 2,4
I semua tujuan

Relatif sedikit
Tipe pelepasan panas,
46 29 6 12 2,8 0,6 3
II digunakan untuk
struktur besar

Mencapai kekuatan
Tipe
56 15 12 8 3,9 1,4 2,6 awal yang tinggi
III
pada umur 3 hari

Dipakai pada
Tipe
30 46 5 13 2,9 0,3 2,7 bendunganbeto
IV
n
Tipe Dipakai pada
43 36 4 12 2,7 0,4 1,6
V saluran dan struktur

2. Sifat fisika semen portland:

Menurut Harian (2007), sifat fisik semen portland terdiri dari:

1. Kehalusan butiran

Kehalusan butiran semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan


(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Jika permukaan
penampang semen lebih besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan
air. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga
kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang.

Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding


atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk
menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Untuk
mengukur kehalusan butir semen digunakan turbidimeter dari Wagner atau air
permeability dari Blaine.

2. Kepadatan atau berat jenis (density)

Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 Mg/m3.
kepadatan akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran. Menurut
ASTM C-188, untuk pengujian berat jenis dapat dilakukan menggunakan Le
Chatelier Flask.

3. Konsistensi

Konsistensi semen portland berpengaruh pada saat pencampuran awal,


yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Konsistensi
yang terjadi tergantung pada rasio antara semen dan air serta kehalusan dan
kecepatan hidrasi.
4. Waktu pengikatan (setting time)

Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,


terhitung mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen
cukup kaku untuk menahan tekanan. Pengujian waktu ikat bertujuan untuk
menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta dengan
konsistensi normal. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen
dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis. Waktu ikat
awal sangat penting untuk kontrol pekerjaan beton.
2. Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta
semen hingga beton mengeras.

Gambar. Alat ukur setting time (alat Vicat)

5. Panas hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan
air, yang dipengaruhi oleh jenis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen.
Hasil reaksi hidrasi, tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50%
Dari jumlah senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara
sederhana, sebagai berikut :
2(CaO.SiO2) + 4H2O  3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2

2(3CaO.SiO2) + 6H2O  3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 (Tobermorite)

3CaO.Al2 O3 + 6H2O  3CaO.Al2 O3 .6H2O (Kalsium aluminat hidrat)

3CaO.Al2 O3 + 6H2O + 3CaSO4.2H2O  3CaO.Al2 O3.3CaSO4 32H2O


( Trikalsium sulfoaluminat).

4CaO.Al2 O3 .Fe2 O3 + XH2O  3CaO.Al2 O3 6H2O + 3CaO. Fe2 O3 6H2O


(Kalsium Aluminoferrite hidrat).

Untuk semen yang lebih banyak mengandung C3S dan C3 A akan bersifat
mempunyai panas hidrasi yang lebih tinggi.

6. Keutuhan atau kekalan

Kekalan pada pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran
yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.
Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas
yang pembakarannya tidak sempurna. Kapur bebas tersebut mengikat air
kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi. Menurut ASTM C-151, alat uji
untuk menentukan nilai kekalan semen portland adalah autoclave expansion of
portland sement.

7. Kekuatan

Pengujian kekuatan semen dilakukan dengan cara membuat mortar semen


pasir. Pengujian kekuatan dapat berupa uji tekan, tarik dan lentur. ASTM C 109-
80 mensyaratkan pengujian kuat tekan pada campuran semen-pasir dengan
proporsi 1 : 2,75 dan rasio air-semen 0,485. Contoh semen yang akan diuji
dicampur dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu, kemudian dibentuk
menjadi kubus-kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Setelah berumur 3, 7, 14, 21
dan 28 hari dan mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut
diuji kekuatannya.
Selain itu dikenal pula beberapa semen khusus, seperti:

1. Semen putih
2. Semen pozolan
3. Semen untuk sumur minyak (oil weel cement)
4. Semen plastik (plastic cement)
5. Semen ekspansif
6. Regulated set cement.

2. Jenis-jenis Semen

1. Semen non hidrolik

Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, tetapi dapat
mengeras di udara.

Contoh: kapur.

2. Semen hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam


air. Contoh:

1. Semen pozzolan

Semen portland pozzolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di
produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama,
atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai
dengan 40 % massa semen portland pozolan. (SNI-15-0302-2004).

Menurut SNI 15-0302-1989, .Bahan yang mempunyai sifat pozolan adalah


bahan yang mengandung sifat silica aluminium dimana bentuknya halus dengan
adanya air, maka senyawa-senyawa ini akan bereaksi secara kimia dengan kalsium
hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti
semen. Semen Portland pozolan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu
sebagai berikut:

1. Semen portland pozolan jenis SPP A yaitu semen Portland pozolan yang dapat
dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton serta tahan sulfat sedang
dan panas hidrasinya sedang.

2. Semen portland pozolan jenis SSP B yaitu semen Portland pozolan yang dapat
dipergunakan untuk semua adukan beton tersebut tahan sulfat sedang dan panas
hidrasi rendah.

2. Semen terak

Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu
campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar
60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi.

Semen terak dibuat melalui proses tertentu yakni penggilingan, yang


menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus berkurang jumlah sulfat yang
dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan ditambahi kapur tohor
dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan dicampur dan dihaluskan kembali
menjadi butiran yang halus.

3. Semen alam

Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung


lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil pembakaran kemudian
digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk
cukup untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk
senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap mempunyai sifat
hidrolik. Semen alam yang dihasilkan mempunyai komposisi sebagai berikut:
CaO : 31% - 57%

SiO2 : 22% - 29%

Al2O3 : 5,2% - 8,8%

Fe2O3 : 1,5% - 3,2%

MgO : 1,5% - 2,2%

NaO :

K2O :

Semen alam tidak boleh digunakan di tempat yang langsung terekspos


perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton untuk konstruksi yang
tidak memerlukan kekuatan tinggi.

4. Semen portland

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih.

Bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama


dengan bahan utamanya. Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa
tahapan, yaitu:

1. Penambangan di quarry
2. Pemecahan di crushing plant
3. Penggilingan (blending)
4. Pencampuran bahan-bahan
5. Pembakaran (ciln)
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran
7. Penambahan bahan tambah (gipsum)
8. Pengikatan (packing plant)
Fungsi dari semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat
agar terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga untuk mengisi rongga-
rongga di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo dan Kardiyono, 1988).

BETON
1. Definisi Beton

Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.
Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan
bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai konstruksi,
misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan lainya.Dengan
melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti dengan berbagai
macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut, dikrenakan apabila
suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut tidak akan
mencapai pada hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya analisa bahan terhadap
material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil dapat diperoleh dengan
baik. (Wibawa, 2008).

2. Jenis-jenis Beton

Menurut Wibawa (2008), beton mempunyai macam-macam jenis:

o Beton Ringan

Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban dan kemampuan
penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.

o Beton masa

Beton masa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan
antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton masa dimensinya
lebih dari 60 cm.

o Ferrosemen

Ferrosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara


memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi
kekuatan tarik dan daktilitas pada mortar semen.
o Beton Serat (Fibre Concrete)

Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak, sehingga
menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.

o Beton Non Pasir

Beton non pasir adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh
dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak
adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa
keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton, serta berkurangnya
berat jenis beton.

o Beton siklop

Beton siklop adalah adalah beton normal / beton biasa, yang menggunakan ukuran
agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar mencapai 20 cm, namun proporsi
agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen agregat
seluruhnya.

o Beton hampa

Beton hampa adalah beton yang setelah diaduk dan dituang serta dipadatkan
sebagaimana beton biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut
vakum (vaccum method). Air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi
dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.

o Beton Mortar
Beton mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekst, dan air.
Menurut (Tjokrodimulyo, 1996) membagi mortar berdasarakan jenis bahan
ikatnya menjadi empat jenis, yaitu:

1. Mortar lumpur

Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air. Pasir,
tanah liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai kelecekan yang
cukup baik. Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk memperoleh adukan
yang baik. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak - retak setelah
mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir
menyebabkan adukan kurang dapat melekat.

2. Mortar kapur

Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air. Kapur dan pasir mula-
mula dicampur dalam keadaan kering, kemudian ditambahkan air. Air diberikan
secukupnya agar diperoleh adukan yang cukup baik ( mempunyai kelecakan
baik ). Selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga jumlah pasir
umumnya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini biasa dipakai untuk
pembuatan tembok bata.

3. Mortar Semen

Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam
perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen dan
volume pasirberkisar antara 1 : 2 dan 1 : 6 atau lebih besar. Mortar ini
kekuatannya lebih besar daripada kedua mortar terdahulu, oleh karena itu biasa
dipakai untuk tembok, pilar, kolomatau bagian lain yang menahan beban. Karena
mortar ini rapat air maka juga dipakaiuntuk bagian luar dan yang berada dibawah
tanah. Pasir dan semen mula-mula dicampur secara kering sampai merata diatas
suatu tempat yang rata dan rapat air. Kemudian sebagian air yang diperlukan
ditambahkan kemudian diaduk lagi.

4. Mortar Khusus
Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur
dan mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan
menambahkan asbestos fibers, jute fibers (serat rami), butir kayu, serbuk
gergajian kayu dan sebagainya. Mortar ini digunakan untuk bahan isolasi panas
atau peredam suara. Selain itu juga ada mortar tahan api, diperoleh dengan
menambahkan bubuk bata-api dengan aluminous cement, dengan perbandingan
satu aluminous cement dan dua bubuk bata-api. Mortar ini biasanya dipakai untuk
tungku api dan sebagainya.

3. Sifat-sifat Beton

Menurut Utomo (2008), yaitu:

1. Beton Segar

Hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat beton segar:

1. Kemudahan pengerjaan

Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk,
diangkut, dituang dan dipadatkan.

Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar:

 Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak
air yang dipakai makin sudah beton segar dikerjakan.
 Penambahan semen kedalam campuran karena pasti diikuti dengan
bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.
 Gradasi campuran air pasir dan kerikil.
 Pemakaian butir maksimum kecil yang dipakai.
 Pemakaian butir-butir batuan yang bulat.
 Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pekerjaan yang
berbeda.

2. Pemisahan Kerikil
Kecenderungan butir-butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran
adukan beton disebut segregation.

Kecenderungan pemisahan kerikil ini di perbesar dengan:

1. Campuran yang kurus (kurang semen)


2. Terlalu banyak air
3. Semakin besar butir kerikil
4. Semakin ksar permukaan kerikil

Pemisahan kerikil dari adukan beton eberakibat kurang baik terhadap


betonnya setelah mengeras. Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan
kerikil tersebut maka diusahakan hal-hal sebagai berikut:

1. Air yang diberikan sedikit mungkin.


2. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar.
3. Cara pengangkutan, penuanagan maupun pemadatan harus mengikuti cara-cara yang
betul.

3. Pemisahan air

Kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton
segar yang baru saja dipadatkan disebut bleeding.

Pemisahan air dapat dikurangi dengan cara-cara berikut:

1. Memberi lebih banyak semen


2. Menggunakan air sedikit mungkin
3. Menggunakan pasir lebih banyak

2. Beton Keras

Sifat mekanis beton keras diklasifikasikan:

1. Sifat jangka pendek atau sesaat, yang terdiri dari:


1. Kekuatan tekan

Kuat tekan beton dipengaruhi oleh:

1. Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya. Jenis semen dsan kualitasnya
(mempengaruhi kekuatan rat-rata dan kuatbatas beton).
2. Jenis an lekak lekuk bidang permukaan agregat.
3. Umur (pada keadaan normal kekkuatan bertambah sesuai dengan umurnya).
4. Suhu (kecepatan pengersan beton bertambah dengan bertambahnya suhu).
5. Efisiensi dan perawatan

2. Kekuatan tarik

Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya.

Kuat tarik merupakan bagian penting didalam menahan retak-retak akibat


perubahan kadar air dan suhu.

3. Kekuatan geser

Di dalam praktek, geser dalam beton selalu diikui oleh desak dan tarik oleh
lenturan dan bahkan didalam pengujian tidak mungkin menghilangkan
elemen lentur.

2. Sifat Jangka Panjang, yang terdiri dari:

1. Rangkak

Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang


bekerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak adalah :

1. kekuatan (rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar)


2. perbandinagan campuran (bila fas dan volume pasta semen berkurang, maka rangkak
berkurang).
3. semen
4. agregat (rangkak bertambha bil agregat makin halus).
5. perawatan.
6. umur (kecepaqtan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton).

2. Susut

Susut adalah berkurangnya volume elemen beton jika terjadi


kehilangan uap air karena penguapan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah :

1. agregat (sebagai penahan susut pasta semen).


2. faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut).
3. ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila volume
elemen betonnya semakin besar).
4. kondisi lingkungan.
5. banyaknya penulangan.
6. bahan tambahan.

4. Kuat Tekan Beton

Menurut SK SNI M - 14 -1989 - E kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan
luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh mesin tekan.

Sedangkan menurut Mulyono (2006) mengemukakan bahwa kuat tekan beton


mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi tingkat kekuatan struktur
yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan.

Nilai kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
f'c = P/A

Dimana :

f’c = Kuat Tekan Beton (Mpa)

P = Beban runtuh/gaya tekan (KN)

A = Luas Penampang benda uji (cm2)

Kuat Tekan beton biasanya di uji pada hari-hari tertentu, selanjutnya

untuk menentukan kuat tekan dan umur beton digunakan rumus regresi sebagai

berikut:

Y = a + b * Ln.x

Dimana:

y = Kuat Tekan Beton (Mpa)

x = umur beton (Hari)

1. Faktor Air Semen (FAS)

Faktor Air Semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen

dalam campuran adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi

nilai FAS, maka semakin rendah mutu/kekuatan beton. Nilai FAS yang rendah di

tambah dengan kekuatan agregat yang baik dipercaya dapat meningkatkan mutu
beton. Tapi nilai FAS yang terlalu rendah dapat mengurangi kemudahan pekerjaan pada
beton itu sendiri.

 Hubungan FAS dengan Kuat Tekan Beton

Teori Feret, 1896 (Neville,1975) mengemukakan suatu rumusan umum

hubungan matematis antara kuat tekan beton dengan volume Absolut semen,

udara dan air sebagai berikut :

s = K (c / c + e + a )2

Dimana :

S = Kuat tekan beton

K = Konstanta

c = Volume Absolut semen

e = Volume absolut air

a = Volume absolut udara

Teori Abrams, 1919 (Neville, 1975) mengemukakan teorinya yang terkenal dengan
nama Abram’s law. Teori ini dijabarkan dalam bentuk matematis sebagai berikut :
F’ c = (A / B 1,5) .w/c

Dimana :

f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2)

A = Konstanta empirik biasanyan diambil 984

B = Konstanta yang tergantung pada jenis semen dan biasa diambil 4

w/c = Faktor air semen

Dalam praktek untuk mengatasi kesulitan pekerjaan karena rendahnya

nilai FAS maka digunakan bahan tambah “Admixture Concrete” yang bersifat

menambah keenceran “Plasticity Plasticilizer Admixture”.

1. Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton

Menurut Utomo (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah:

1. pengaruh cuaca buruk berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh
petrgantian panas dan dingin.
2. daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-
lain.
3. daya tahan terhadap haus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan orang berjalan kaki,
lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain

Menurut Bahsuan (2009) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan
beton, yaitu :
1. Bahan-bahan penyusutan beton : air, semen, agregat, admixture, bahan tambahan.
2. Metode pencampuran : penentuan proporsi bahan, pengadukan, pengeceron,
pemadatan
3. Perawatan : Pembasahan/perendaman, suhu dan waktu.
4. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh
lingkungan setempat.

2. Zat-zat yang dapat Mengurangi Kekuatan Tekan Beton

Ditinjau dari aksinya, zat-zat yang berpengaruh buruk tersebut pada beton
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Zat yang menggangu proses hidrasi semen.


2. Zat yang melapisi agregat sehingga mnganggu terbentuknya lekatan yang baik antara
agregat dan pasta semen.
3. butiran-butiran yang kurang tahn cuaca, yang bersifat lemah dan menimbulkan reaksi
kimia antar agregat dan pasta semen.

Zat-zat ini dapat berupa kandungan organik, lempung, atau bahan-bahan halus
lainnya, misalnya silt atau debu pecahan batu, garam, shale lempung kayu, arang,
pyrites (tanah tambang yang mengandung belerang), dan lain-,lain.

Berikut ini berbagai macam zat yang dapat mengurangi kuat tekan beton dan kadar
konsentrasinya dalam campuran seperti yang tercantum dalam tabel berikut.

5. Kelebihan dan Kekurangan Beton

1. Kelebihan Beton

Kelebihan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah:


1. Harga relatif murah karena menggunakan baha-bahan dasar dari bahan lokal.
2. beton termasuk bahan haus dan tahan terhadap kebakaran, sehinnga biaya. perawatan
termasuk rendah.
3. beton termasuk bahan yang berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan/pembusukan oleh kondisi alam.
4. ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan pasangan batu.
5. beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan
ukuran seberapapun tergantung keiginan.

2. Kekurangan Beton

Kekurangan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah:

1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh karena itu
diperlukan baja tulangan untuk menahannya.
2. beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
sehingga dilatasi (construction joint) perlu diadakan pada beton yang berdimensi
besar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
3. beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
diatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4. beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air dan
air yang membawa garam dapat merusak beton.
5. beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar setelah
dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat detail.

Pertanyaan dan Jawaban :

1. Jelaskan dan berikan tipe-tipe semen Portland, jelaskan ?


Jawaban :

Semen portland ini merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan
menghaluskan terak yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan biasanya juga
mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa calsium sulphat yang ditambahkan pada
penggilingan akhir.Semen portland adalah semen yang diperoleh dengan menghaluskan terak
yang terutama terdiri dari silikat-silikat, calsium yang bersifat hidrolis bersama bahan
tambahan biasanya gypsum.

Tipe-tipe semen portland:

a. Tipe I (Ordinary Portland Cement)

Semen Portland tipe ini digunakan untuk segala macam konstruksi apabila
tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya tahan terhadap sulfat, panas
hiderasi, dan sebagainya. Semen ini mengandung 5 % MgO dan 2,5 -3% SO3.

b. Tipe II (Moderate Heat Portland Cement)

Semen ini digunakan untuk bahan konstruksi yang memerlukan sifat khusus
tahan terhadap sulfat dan panas hiderasi yang sedang, biasanya digunakan
untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Semen ini mengandung
20% SiO2, 6 % Al2O3, 6% Fe2O3, 6% MgO, dan 8% C3A.

c. Tipe III (High Early Strength Portland Cement)

Semen ini merupakan semen yang digunakan biasanya dalam keadaan-


keadaan darurat dan musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton
tekan. Semen ini memiliki kandungan C3S yang lebih tinggi dibandingkan
semen portland tipe I dan tipe II sehingga proses pengerasan terjadi lebih cepat
dan cepat mengeluarkan kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-4% Al2O3, 6%
Fe2O3, 35% C3S, 6% MgO, 40% C2S dan 15% C3A.

d. Tipe IV (Low Heat Portland Cement)

Semen tipe ini digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hiderasi yang
rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk
mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan C3S
dan C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini
tersusun dari 6,5 % MgO, 2,3 % SO3, dan 7 % C3A.
e. Tipe V (Super Sulphated Cement)

Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat
pengeboran lepas pantai, pelabuhan, dan terowongan. Komposisi komponen
utamanya adalah slag tanur tinggi dengan kandungan aluminanya yang tinggi,
5% terak portland cement , 6 % MgO, 2,3 % SO3, dan 5 % C3A.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/39735030/Semen-Dan-Beton

2. Sebutkan dan jelaskan ragam-ragam Beton ?

Jawaban :

1. Beton Konvensional

Merupakan jenis beton semen biasa. Beton ini terdiri atas campuran kerikil (batu
pecah), pasir, dan semen dengan perbandingan berat 3 :2 :1. Biasanya beton ini memerlukan
penulangan besi.

2. Beton Polimer

Beton jenis ini ciptaan Prof. Ir. H. Djuanda Suraatmadja. Beton polimer memiliki sifat
kedap air, tidak terpengaruh sinar ultraviolet, tahan terhadap larutan agresif seperti bahan
kimia serta kelebihan lainnya. Keunggulan lain adalah beton polimer bisa mengeras di dalam
air sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki bangunan-bangunan bawah air. Satu-satunya
kelemahan yang hingga kini belum teratasi adalah harga beton polimer masih belum bisa
lebih rendah dibandingkan dengan beton semen, kecuali untuk daerah Irian Jaya, di mana
harga semen berlipat-lipat dari harga semen di Pulau Jawa. Karena itu, beton polimer selama
ini lebih banyak digunakan untuk rehabilitasi bangunan yang rusak. Beton polimer dapat
dibedakan atas polymer concrete, polymer modified concrete (beton biasa tetapi dimofifikasi
dengan menggunakan polimer), polymer impregnated concrete (beton berpori-pori yang
kemudian diisi dengan polimer),

dan sulfur polymer concrete (beton yang dibuat dari pasir, kerikil, belerang, dan polimer).

3. Beton Geopolimer
Ditemukan oleh Davidovits. Dinamakan demikian karena merupakan sintesa bahan-bahan
alam nonorganik lewat proses polimerisasi. Bahan dasar utama yang diperlukan untuk
pembuatan material geopolimer ini adalah bahan-bahan yang banyak mengandung unsur-
unsur silikon dan aluminium.Unsur-unsur ini banyak ditemukan, di antaranya pada material
buangan hasil sampingan industri, seperti misalnya abu terbang dari sisa pembakaran batu
bara

Sumber : http://www.scribd.com/doc/39735030/Semen-Dan-Beton

3. Sebutkan sifat-sifat dan karakteristik Semen Portland!

Jawaban :

Sifat-sifat semen portland dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan sifat kimia.

o Sifat Fisika Semen Portland

Sifat fisika semen portland meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekalan, kekuatan
tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang pijar.

o Sifat Kimia Semen Portland

Sifat kimia semen portland meliputi kesegaran semen, sisa yang tak larut, dan yang paling
utama adalah komposisi syarat yang diberikan.

Sumber (Teknologi Beton, Oleh Ir. Tri Mulyono MT.)

3. Sebutkan empat senyawa kimia yang menyusun semen portland!

Jawaban :

o Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.


o Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
o Trikalsium Auminat (3CaO. Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.
o Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO. Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi
C4AF.

Sumber (Teknologi Beton, Oleh Ir. Tri Mulyono MT.)

3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis semen hidrolik dan non hidrolik ?

Jawaban :

- Semen hirolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras didalam air contoh
semen hidrolik adalah sebagai berikut :

Kapur hidrolik

Semen pozollan

Semen terak

Semen alam

Semen Portland

Semen Portland-poxollan

Semen poertland terak tanur tinggi

Semen alumina

Semen expansif
- Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras didalam air, akan tetapi dapat
mengeras di udara. Contoh semen non hidrolik adalah kapur

Sumber (Teknologi Beton, Oleh Ir. Tri Mulyono MT.)

Anda mungkin juga menyukai