KELAS : 3- SC
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2010 - 2011
RESUME II
I. SEMEN
1. Pendahuluan
Definisi Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu
mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat
pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama
yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida
(Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).
Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 gr/cm3, pada
kenyataannya massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,03 gr/cm3 sampai 3,25
gr/cm3. Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran. Pengujian
massa jenis ini dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask (ASTM C 348-97).
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa
padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi
semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat
maka peranan semen menjadi penting. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus
disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi.
Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:
1. Batu kapur
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3
(Calcium Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang
baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%, dan penggunaan batu
kapur dalam pembuatan semen itu sendiri sebanyak ± 81 %.
2. Pasir silika
Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika
terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna
pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat,
disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika
yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%, dan penggunaan
pasir silika dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar ± 9%.
3. Tanah liat
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O.
Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20 %, kadar SiO2 tidak
terlalu tinggi ± 46 %, dan penggunaan tanah liat dalam pembuatan semen itu sendiri
sebesar ± 9%.
4. Pasir besi
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya
selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai
penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam
pembuatan semen yaitu Fe3O2 ± 75%-80%. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum
sebanyak 3-5% total pembuatan semen. penggunaan pasir besi dalam pembuatan semen
itu sendiri sebesar ± 1%.
1. Proses basah
Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air (slurry) dan
digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika yang
diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan lempung. Bubur halus yang
dihasilkan selanjutnya dimasukkan dalam oven berbentuk silinder yang dipasang
miring (ciln). Suhu ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan diputar dengan
kecepatan tertentu. Bahan akan mengalai perubahan sedikit demi sedikit akibat
naiknya suhu dan akibatnya terjadi sliding di dalam ciln. Pada suhu 100C air mulai
menguap, pada suhu 850C karbondioksida dilepaskan. Pada suhu sekitar 1400C,
berlangsung permulaan perpaduan di daerah pembakaran, di mana akan terbentuk
klinker yang terdiri dari senyawa kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker
tersebut selanjutnya didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi butir halus dan
ditambah dengan bahan gipsum.
2. Proses kering
Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras
misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling
dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan
ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah.
Dalam pabrikasi akhir, semen portland digiling dalam kilang hingga halus dan
ditambah beberapa bahan tambahan. Bagai alir proses pabrikasi semen portland
dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Secara garis besar proses pembuatan semen portland adalah sebagai berikut:
1. Pencampuran mineral-mineral utama seperti CaO, SiO2 dan Al2O3, dicampur bersama
bahan tambahan lain dalam bentuk kering atau basah. Bentuk basah dikenal slurry.
2. Campuran ini dimasukkan ke dalam rotary kiln, dibakar pada suhu 1400C
membentuk butiran-butiran bulat berdiameter antara 1,5 mm sampai 50 mm yang
dikenal sebagai clinker.
3. Clinker yang telah dingin dihaluskan sehingga mencapai kehalusan (specific surface)
3150 cm2/gr, sambil ditambahkan gypsum untuk mengontrol waktu ikat (setting
time).
Mg O + H2O Mg (OH) 2
3. SO3
Pada Tabel 1.1 s/d 1.4 diperlihatkan komposisi kimia tipikal semen portland
biasa dan komposisi oksida semen portland secara umum.
Tabel 1.1. Komposisi kimia tipikal semen portland biasa
Berat
Nama Kimia Rumus Kimia Notasi
(%)
CaO C Lime 63
SiO2 S Silica 22
Al2O3 A Alumina 6
H2O H Water
Tabel 1.3 Karakteristik senyawa kimia utama semen
Kecepatan
reaksi dengan sedang lambat cepat Sedang
air
Sumbangan
terhadap baik jelek baik Baik
kekuatan awal
Sumbangan
terhadap baik sangat baik sedang Sedang
kekuatan akhir
Relatif sedikit
Tipe pelepasan panas,
46 29 6 12 2,8 0,6 3
II digunakan untuk
struktur besar
Mencapai kekuatan
Tipe
56 15 12 8 3,9 1,4 2,6 awal yang tinggi
III
pada umur 3 hari
Dipakai pada
Tipe
30 46 5 13 2,9 0,3 2,7 bendunganbeto
IV
n
Tipe Dipakai pada
43 36 4 12 2,7 0,4 1,6
V saluran dan struktur
1. Kehalusan butiran
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 Mg/m3.
kepadatan akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran. Menurut
ASTM C-188, untuk pengujian berat jenis dapat dilakukan menggunakan Le
Chatelier Flask.
3. Konsistensi
1. Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen
dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis. Waktu ikat
awal sangat penting untuk kontrol pekerjaan beton.
2. Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta
semen hingga beton mengeras.
5. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan
air, yang dipengaruhi oleh jenis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen.
Hasil reaksi hidrasi, tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50%
Dari jumlah senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara
sederhana, sebagai berikut :
2(CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
Untuk semen yang lebih banyak mengandung C3S dan C3 A akan bersifat
mempunyai panas hidrasi yang lebih tinggi.
Kekalan pada pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran
yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.
Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas
yang pembakarannya tidak sempurna. Kapur bebas tersebut mengikat air
kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi. Menurut ASTM C-151, alat uji
untuk menentukan nilai kekalan semen portland adalah autoclave expansion of
portland sement.
7. Kekuatan
1. Semen putih
2. Semen pozolan
3. Semen untuk sumur minyak (oil weel cement)
4. Semen plastik (plastic cement)
5. Semen ekspansif
6. Regulated set cement.
2. Jenis-jenis Semen
Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, tetapi dapat
mengeras di udara.
Contoh: kapur.
2. Semen hidrolik
1. Semen pozzolan
Semen portland pozzolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di
produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama,
atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai
dengan 40 % massa semen portland pozolan. (SNI-15-0302-2004).
1. Semen portland pozolan jenis SPP A yaitu semen Portland pozolan yang dapat
dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton serta tahan sulfat sedang
dan panas hidrasinya sedang.
2. Semen portland pozolan jenis SSP B yaitu semen Portland pozolan yang dapat
dipergunakan untuk semua adukan beton tersebut tahan sulfat sedang dan panas
hidrasi rendah.
2. Semen terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu
campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar
60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi.
3. Semen alam
NaO :
K2O :
4. Semen portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih.
1. Penambangan di quarry
2. Pemecahan di crushing plant
3. Penggilingan (blending)
4. Pencampuran bahan-bahan
5. Pembakaran (ciln)
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran
7. Penambahan bahan tambah (gipsum)
8. Pengikatan (packing plant)
Fungsi dari semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat
agar terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga untuk mengisi rongga-
rongga di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo dan Kardiyono, 1988).
BETON
1. Definisi Beton
Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.
Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan
bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai konstruksi,
misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan lainya.Dengan
melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti dengan berbagai
macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut, dikrenakan apabila
suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut tidak akan
mencapai pada hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya analisa bahan terhadap
material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil dapat diperoleh dengan
baik. (Wibawa, 2008).
2. Jenis-jenis Beton
o Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban dan kemampuan
penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.
o Beton masa
Beton masa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan
antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton masa dimensinya
lebih dari 60 cm.
o Ferrosemen
Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak, sehingga
menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.
Beton non pasir adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh
dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak
adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa
keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton, serta berkurangnya
berat jenis beton.
o Beton siklop
Beton siklop adalah adalah beton normal / beton biasa, yang menggunakan ukuran
agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar mencapai 20 cm, namun proporsi
agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen agregat
seluruhnya.
o Beton hampa
Beton hampa adalah beton yang setelah diaduk dan dituang serta dipadatkan
sebagaimana beton biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut
vakum (vaccum method). Air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi
dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
o Beton Mortar
Beton mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekst, dan air.
Menurut (Tjokrodimulyo, 1996) membagi mortar berdasarakan jenis bahan
ikatnya menjadi empat jenis, yaitu:
1. Mortar lumpur
Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air. Pasir,
tanah liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai kelecekan yang
cukup baik. Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk memperoleh adukan
yang baik. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak - retak setelah
mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir
menyebabkan adukan kurang dapat melekat.
2. Mortar kapur
Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air. Kapur dan pasir mula-
mula dicampur dalam keadaan kering, kemudian ditambahkan air. Air diberikan
secukupnya agar diperoleh adukan yang cukup baik ( mempunyai kelecakan
baik ). Selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga jumlah pasir
umumnya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini biasa dipakai untuk
pembuatan tembok bata.
3. Mortar Semen
Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam
perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen dan
volume pasirberkisar antara 1 : 2 dan 1 : 6 atau lebih besar. Mortar ini
kekuatannya lebih besar daripada kedua mortar terdahulu, oleh karena itu biasa
dipakai untuk tembok, pilar, kolomatau bagian lain yang menahan beban. Karena
mortar ini rapat air maka juga dipakaiuntuk bagian luar dan yang berada dibawah
tanah. Pasir dan semen mula-mula dicampur secara kering sampai merata diatas
suatu tempat yang rata dan rapat air. Kemudian sebagian air yang diperlukan
ditambahkan kemudian diaduk lagi.
4. Mortar Khusus
Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur
dan mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan
menambahkan asbestos fibers, jute fibers (serat rami), butir kayu, serbuk
gergajian kayu dan sebagainya. Mortar ini digunakan untuk bahan isolasi panas
atau peredam suara. Selain itu juga ada mortar tahan api, diperoleh dengan
menambahkan bubuk bata-api dengan aluminous cement, dengan perbandingan
satu aluminous cement dan dua bubuk bata-api. Mortar ini biasanya dipakai untuk
tungku api dan sebagainya.
3. Sifat-sifat Beton
1. Beton Segar
1. Kemudahan pengerjaan
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk,
diangkut, dituang dan dipadatkan.
Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak
air yang dipakai makin sudah beton segar dikerjakan.
Penambahan semen kedalam campuran karena pasti diikuti dengan
bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.
Gradasi campuran air pasir dan kerikil.
Pemakaian butir maksimum kecil yang dipakai.
Pemakaian butir-butir batuan yang bulat.
Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pekerjaan yang
berbeda.
2. Pemisahan Kerikil
Kecenderungan butir-butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran
adukan beton disebut segregation.
3. Pemisahan air
Kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton
segar yang baru saja dipadatkan disebut bleeding.
2. Beton Keras
1. Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya. Jenis semen dsan kualitasnya
(mempengaruhi kekuatan rat-rata dan kuatbatas beton).
2. Jenis an lekak lekuk bidang permukaan agregat.
3. Umur (pada keadaan normal kekkuatan bertambah sesuai dengan umurnya).
4. Suhu (kecepatan pengersan beton bertambah dengan bertambahnya suhu).
5. Efisiensi dan perawatan
2. Kekuatan tarik
Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya.
3. Kekuatan geser
Di dalam praktek, geser dalam beton selalu diikui oleh desak dan tarik oleh
lenturan dan bahkan didalam pengujian tidak mungkin menghilangkan
elemen lentur.
1. Rangkak
2. Susut
Menurut SK SNI M - 14 -1989 - E kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan
luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh mesin tekan.
Nilai kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
f'c = P/A
Dimana :
untuk menentukan kuat tekan dan umur beton digunakan rumus regresi sebagai
berikut:
Y = a + b * Ln.x
Dimana:
Faktor Air Semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen
dalam campuran adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi
nilai FAS, maka semakin rendah mutu/kekuatan beton. Nilai FAS yang rendah di
tambah dengan kekuatan agregat yang baik dipercaya dapat meningkatkan mutu
beton. Tapi nilai FAS yang terlalu rendah dapat mengurangi kemudahan pekerjaan pada
beton itu sendiri.
hubungan matematis antara kuat tekan beton dengan volume Absolut semen,
s = K (c / c + e + a )2
Dimana :
K = Konstanta
Teori Abrams, 1919 (Neville, 1975) mengemukakan teorinya yang terkenal dengan
nama Abram’s law. Teori ini dijabarkan dalam bentuk matematis sebagai berikut :
F’ c = (A / B 1,5) .w/c
Dimana :
nilai FAS maka digunakan bahan tambah “Admixture Concrete” yang bersifat
Menurut Utomo (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah:
1. pengaruh cuaca buruk berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh
petrgantian panas dan dingin.
2. daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-
lain.
3. daya tahan terhadap haus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan orang berjalan kaki,
lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain
Menurut Bahsuan (2009) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan
beton, yaitu :
1. Bahan-bahan penyusutan beton : air, semen, agregat, admixture, bahan tambahan.
2. Metode pencampuran : penentuan proporsi bahan, pengadukan, pengeceron,
pemadatan
3. Perawatan : Pembasahan/perendaman, suhu dan waktu.
4. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh
lingkungan setempat.
Ditinjau dari aksinya, zat-zat yang berpengaruh buruk tersebut pada beton
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
Zat-zat ini dapat berupa kandungan organik, lempung, atau bahan-bahan halus
lainnya, misalnya silt atau debu pecahan batu, garam, shale lempung kayu, arang,
pyrites (tanah tambang yang mengandung belerang), dan lain-,lain.
Berikut ini berbagai macam zat yang dapat mengurangi kuat tekan beton dan kadar
konsentrasinya dalam campuran seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
1. Kelebihan Beton
2. Kekurangan Beton
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh karena itu
diperlukan baja tulangan untuk menahannya.
2. beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
sehingga dilatasi (construction joint) perlu diadakan pada beton yang berdimensi
besar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
3. beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
diatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4. beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air dan
air yang membawa garam dapat merusak beton.
5. beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar setelah
dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat detail.
Semen portland ini merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan
menghaluskan terak yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan biasanya juga
mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa calsium sulphat yang ditambahkan pada
penggilingan akhir.Semen portland adalah semen yang diperoleh dengan menghaluskan terak
yang terutama terdiri dari silikat-silikat, calsium yang bersifat hidrolis bersama bahan
tambahan biasanya gypsum.
Semen Portland tipe ini digunakan untuk segala macam konstruksi apabila
tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya tahan terhadap sulfat, panas
hiderasi, dan sebagainya. Semen ini mengandung 5 % MgO dan 2,5 -3% SO3.
Semen ini digunakan untuk bahan konstruksi yang memerlukan sifat khusus
tahan terhadap sulfat dan panas hiderasi yang sedang, biasanya digunakan
untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Semen ini mengandung
20% SiO2, 6 % Al2O3, 6% Fe2O3, 6% MgO, dan 8% C3A.
Semen tipe ini digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hiderasi yang
rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk
mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan C3S
dan C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini
tersusun dari 6,5 % MgO, 2,3 % SO3, dan 7 % C3A.
e. Tipe V (Super Sulphated Cement)
Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat
pengeboran lepas pantai, pelabuhan, dan terowongan. Komposisi komponen
utamanya adalah slag tanur tinggi dengan kandungan aluminanya yang tinggi,
5% terak portland cement , 6 % MgO, 2,3 % SO3, dan 5 % C3A.
Sumber : http://www.scribd.com/doc/39735030/Semen-Dan-Beton
Jawaban :
1. Beton Konvensional
Merupakan jenis beton semen biasa. Beton ini terdiri atas campuran kerikil (batu
pecah), pasir, dan semen dengan perbandingan berat 3 :2 :1. Biasanya beton ini memerlukan
penulangan besi.
2. Beton Polimer
Beton jenis ini ciptaan Prof. Ir. H. Djuanda Suraatmadja. Beton polimer memiliki sifat
kedap air, tidak terpengaruh sinar ultraviolet, tahan terhadap larutan agresif seperti bahan
kimia serta kelebihan lainnya. Keunggulan lain adalah beton polimer bisa mengeras di dalam
air sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki bangunan-bangunan bawah air. Satu-satunya
kelemahan yang hingga kini belum teratasi adalah harga beton polimer masih belum bisa
lebih rendah dibandingkan dengan beton semen, kecuali untuk daerah Irian Jaya, di mana
harga semen berlipat-lipat dari harga semen di Pulau Jawa. Karena itu, beton polimer selama
ini lebih banyak digunakan untuk rehabilitasi bangunan yang rusak. Beton polimer dapat
dibedakan atas polymer concrete, polymer modified concrete (beton biasa tetapi dimofifikasi
dengan menggunakan polimer), polymer impregnated concrete (beton berpori-pori yang
kemudian diisi dengan polimer),
dan sulfur polymer concrete (beton yang dibuat dari pasir, kerikil, belerang, dan polimer).
3. Beton Geopolimer
Ditemukan oleh Davidovits. Dinamakan demikian karena merupakan sintesa bahan-bahan
alam nonorganik lewat proses polimerisasi. Bahan dasar utama yang diperlukan untuk
pembuatan material geopolimer ini adalah bahan-bahan yang banyak mengandung unsur-
unsur silikon dan aluminium.Unsur-unsur ini banyak ditemukan, di antaranya pada material
buangan hasil sampingan industri, seperti misalnya abu terbang dari sisa pembakaran batu
bara
Sumber : http://www.scribd.com/doc/39735030/Semen-Dan-Beton
Jawaban :
Sifat-sifat semen portland dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan sifat kimia.
Sifat fisika semen portland meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekalan, kekuatan
tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang pijar.
Sifat kimia semen portland meliputi kesegaran semen, sisa yang tak larut, dan yang paling
utama adalah komposisi syarat yang diberikan.
Jawaban :
Jawaban :
- Semen hirolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras didalam air contoh
semen hidrolik adalah sebagai berikut :
Kapur hidrolik
Semen pozollan
Semen terak
Semen alam
Semen Portland
Semen Portland-poxollan
Semen alumina
Semen expansif
- Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras didalam air, akan tetapi dapat
mengeras di udara. Contoh semen non hidrolik adalah kapur