Anda di halaman 1dari 12

BAB 13

BERAT JENIS SEMEN

13.1 Teori Dasar

Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang

memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral lain menjadi suatu massa

yang padat. Pengertian ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan semen yang

biasa digunakan untuk konstruksi beton untuk bangunan. Secara kimia semen

dicampur dengan air untuk dapat membentuk massa yang mengeras, semen

semacam ini disebut semen hidrolis atau sering disebut juga semen portland.

Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 gram/cm3, pada

kenyataannya massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3.03 gram/cm3

sampai 3.25 gram/cm3. Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen

dalam campuran. Pengujian massa jenis ini dapat dilakukan

menggunakan Chatalier Flask menurut standar ASTM C 348-97. Semen portland

ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang

terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan

pembantu. Semen portland merupakan bahan ikat yang sangat penting dan banyak

digunakan dalam pembangunan fisik bangunan. Komposisi bahan baku semen :

a. Batu Gamping

Batu gamping dengan kadar CaCO3 antara 80%-85% sangat baik sebagai bahan

baku semen karena lebih mudah digiling untuk menjadi homogen.Batu gamping

sebagai bahan baku utama semen harus memenuhi syarat kimiawi tertentu :

1. CaO = 49% - 55%


2. Al2O3 + Fe2O3 = 5% - 12%

3. SiO2 = 1% - 15%

4. MgO = < 5%

Faktor kejenuhan batu gamping yang baik yaitu lebih dari 1.02 dan tidak boleh

kurang dari 0.66. Faktor kejenuhan (Fk) dihitung dengan memakai persamaan

sebagai berikut :

Faktor kejenuhan (Fk) = (% CaO) + 0,7 (% SiO2)

2.8(%SiO2)+1.2(%Al2O3)+0.65(%Fe2O3)

b. Batu Lempung

Batu lempung yang akan dipakai sebagai bahan baku semen sebaiknya

mempunyai kadar SiO2 lebih besar dari 70% dan Al2O3lebih kecil dari 10%.

Kedua unsur pembentuk batu lempung ini berfungsi sebai bahan pengoreksi.

Jika kadar Fe2O3 dalam batu lempung lebih kecil dari 10% maka perlu memakai

bahan pengoreksi yaitu berupa pasir besi.

c. Gipsum

Gipsum (CaSO4 2H2O) dipergunakan sebagai bahan tambahan (additve material)

pada pembuatan semen portland dengan jumlah antara 4%-6%. Fungsi gipsum

disini sebagai redater, yaitu bahan yang dapat mengendalikan waktu pengerasan

semen dan juga untuk menentukan kualitas semen. Komposisi kimia gipsum

untuk bahan baku semen portland disyaratkan sebagai berikut :

1.CaO = 30% - 35%

(sekitar 2/3 dari berat minimum SO3)

2.SO3 = 40% - 45%

3.H2O = 15% - 25%


4.Garam Mg dan Na = 0.1 %

5.Hilang pijar = 9%

6.Ukuran partikel = 95% (-14 mesh)

d. Pasir Kuarsa

Dalam industri semen pasir kuarsa dipakai sebagai bahan koreksi bersama pasir

besi, pyrite, bauxite, laterit atau kaolin. Komposisi kimia yang disyaratkan

adalah sebagai berikut :

1. Kadar SiO2 = 95 % - 99 %

2. Kadar Al2O3 = 3 % - 4 %

3. Kadar Fe2O3 = 0 % - 1 %

e. Pasir Besi

Pasir besi termasuk pada bahan korektif bersama pasirkuarsa. Untuk bahan baku

semen portland komposisi pasir besi harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. SiO2 = 30% - 45%

2. Fe2O3 = 20% - 35%

3. TiO2 = 1% - 3%

4. CaO = 7% - 10%

5. H2O = 0% - 1%

Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri semen berusaha

untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga ditemukan berbagai

jenis semen.

a. Sement Portland (OPC)

Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :

1)Tipe I (Ordinary Portland Cement)


Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn

khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain. Tipe semen ini paling

banyak diproduksi dan banyak dipasaran

2)Tipe II (Moderate sulfat resistance)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas

hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada

daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi

penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi Srinkege (penyusutan)

yang besar perlu ditambahkan sifat moderat “Heat of hydration”. Semen

Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti

bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom

dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.

3)Tipe III (High Early Strength)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang

tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini

dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gram

dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan

semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan

yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3

hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya

menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28

hari

4)Tipe IV (Low Heat Of Hydration)


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi

rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette

(beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seperti bendungan, dam,

lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan

selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak

terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak).

Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat

jika dibanding semen portland tipe I

5)Tipe V (Sulfat Resistance Cement)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi

terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton

pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi

seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb.

b. Water Proofed Cement

Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland

dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti : Calcium,

Aluminium, atau logam stearat lainnya. Semen ini banyak dipakai untuk

konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya tangki

penyimpanan cairan kimia.

c. White Cement (Semen Putih)

Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.

Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses

pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung

oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).
d. High Alumina Cement

High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengersan

yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan

terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina

Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal yang lebih baik

dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu

kapur dan bauxite, sedangkan penggunaannya adalah antara lain :

1) Rafractory Concrette

2) Heat resistance concrete

3) Corrosion resistance concrete

e. Semen Anti Bakteri

Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland

dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan

pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri

dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan fisiknya hampir sama

dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti bakteri antara lain :

1)Kamar mandi

2)Kolam-kolam

3)Lantai industri makanan

4)Keramik

Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri

f. Oil Well Cement

Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan

retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid
acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi kecepatan pengerasan

semen, sehingga adukan dapat dipompakan kedalam sumur minyak atau gas.

Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter tekanan dan suhu didasar

sumur minyak atau adalah tinggi, karena pengentalan dan pengerasan semen itu

dipercepat oleh kenaikan temperatur dan tekanan, maka semen yang mengental

dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur

yang dalam.

g. Blended Cemen (Semen Campur)

Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak

dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut

diperlukan material lain sebagai pencampur.Jenis semen campur :

1)Semen Portland Pozzolan (SPP)

2)Portland Blast Furnace Slag Cement

3)Semen Mosonry

4)Semen Portland Campur (SPC)

5)Portland Composite Cement (PCC)

h. Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC)

Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan

Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran

yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly

Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan

bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen Portland

dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling dan mencampur.

i. Portland Blast Furnace Slag Cement


Tabel 13.1 Jenis-jenis Semen SNI

Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur

dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur bubuk

halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau menggiling bersama antara

klinker porland dengan butiran slag. Aktivitas slag (Slag Activity) bertambah

dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content

Pabrik Semen Di Indonesia dengan mutu Internasional :

a. PT.Semen Kupang (Semen Kupang)

b. PT.Holcim Indonesia

c. PT.Semen Tonasa (Semen Tonasa)

d. PT.Semen Andalas (Semen Andalas)

e. PT.Semen Bosowa (Semen Bosowa)

f. PT.Semen Gresik (Semen Gresik)

g. PT.Semen Padang (Semen Padang)

h. PT.Semen Baturaja Persero (Semen Baturaja)


i. PT.Semen Baturaja Persero (Semen Baturaja)

j. PT.Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda)

13.2 Maksud Dan Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen.

13.3 Benda Uji

Semen Portland.

13.4 Alat-Alat Yang Digunakan

1. Botol Chatelier.

2. Kerosene (yang dalam hal ini dipaai cairan SMT).

3. Funnel.

4. Thermometer.

5. Spatula.

6. Reference rod.

13.5 Cara Pengujian

1. Mengisi botol dengan cairan SMT bebas air sampai mencapai skala antara 0-1,

lalu mengeringkan bagian dalam botol di atas permukaan

cairan;

2. Merendam botol dalam air sampai suhu dalam botol sama dengan suhu air

perendamnya;

3. Membaca skala pada botol yang telah direndam (V1);

4. Mengambil cawan, lalu menimbang kemudian mencatat hasil timbangan;

5. Mengisi cawan yang telah ditimbang tadi dengan semen sebanyak 64 g;


6. Memasukan semen dengan menggunakan bantuan reference rod agar tidak

ada semen yang menempel pada dinding botol chatelier;

7. Menggoyang-goyangkan botol yang telah diisi semen ke kanan dan ke kiri

sampai tidak ada lagi gelembung udara di dalam larutan,

8. Memastikan gelembung udara telah tidak ada, kemudian merendam kembali

botol chatelier sampai suhu dalam botol sama dengan suhu air perendam;

9. Mengangkat botol dan mencatat skala yang ada pada botol (V2);

10. Menghitung volume contoh (V) = V2-V1.

BeratConto h
Berat Jenis Semen (gram/ml) =
V

13.6 Data Pengamatan Dan Perhitungan

1. Data Pengamatan

Tabel 13.3 Data Pengamatan Berat Jenis Semen (Terlampir)

2. Data Perhitungan

Diketahui :

Semen Portland

Berat contoh = 61 gram

Pembacaan awal (V1) = 0,6 ml

Pembacaan akhir (V2) = 19,7 ml

Volume Contoh (V) = V2-V1

= 19,7-0,6

=19,1 ml
Berat Contoh
Berat jenis semen = V

61
= 19,1
= 3,19 gram/ml

13.7 Gambar Alat dan Gambar Kerja

1.Gambar Alat

Tabel 13.4 Gambar Alat Berat Jenis Semen (Terlampir)

2. Gambar Kerja

Tabel 13.5 Gambar Kerja Berat Jenis Semen (Terlampir)

13.8 Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

Dari pengamatan dan perhitungan pada berat jenis semen didapatkan hasil:

Tabel 13.2 Hasil Pengujian Berat Jenis Semen

Benda Berat Jenis Hasil SK-M-106-1990-


Keterangan
Uji Pengamatan 03

Semen
3,00 – 3,30 memenuhi
Merah 3,19 gram/ml
gram/ml Standar
Putih

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, hasil yang didapat adalah

Semen yang digunakan memiliki berat jenis sebesar 3,19 gr/ml. Berdasarkan

SK-M-106-1990-03 maka Semen tersebut memenuhi standar, dan baik

digunakan dalam campuran beton.

2. Saran

Untuk mendapatkan berat jenis semen yang sesuai dengan syarat yang telah

ditentukan oleh ASTM, perbandingan antara berat semen dengan volume semen

harus sesua

Anda mungkin juga menyukai