Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu
yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler.
semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur
digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan
skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah
tengah di atas skala grafis.
Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada
intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur
untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke
arah atas (lebih tinggi).
Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil
pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar.
Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000
Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal,
kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya
teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu
daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal
tersebut digambarkan dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol tersebut.
2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu
merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan pandangan yang panjang.
3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi (bergelombang).
4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak
patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan
detil-detil kecil (minor).
Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi
tertentu.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang
mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala
peta.
Jadi kontur adalah suatu garis yang digambarkan diatas bidang datar melalui titik –titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang
referensi tertentu. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi atau garis
khayal yang menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.Penarikan garis kontur bertujuan untuk memberikan informasi
relief ( baik secara relative maupun absolute )
Sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi
yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta, jadi
semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil.
Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya.
Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah:
Interval Kontur = 1/2000 x skala peta
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk
menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan
atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik
ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang
dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur
yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur
yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.
Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai
titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi
dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik
ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal,
sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang
ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief)
dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau
datar.
Peta Kontur
1.Peta Kontur
Peta yang menggambarkan sebagian bentuk bentuk permukaan bumi yang bersifat
alami dengan menggunakan garis garis kontur
2.Garis Kontur
Merupakan garis yang digambarkan dalam peta yang menunjukan titik-titik yang
sama tingginya dari suatu bidang refersnsi tertentu, umumnya bidang yang dipake
adalah permukaan air laut.
Skala
Skala peta adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya
dipermukaan bumi.
Ex :
Pada peta tertulis skala 1 : 1.000.000 ini berarti tiap jarak 1 bagian di peta sama dengan
jarak 1.000.000 bagian di muka bumi.
S : skala (cm)
2. Skala garis/grafis ↔ dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi dalam
Ex :
Dengan penyajian grafik tersebut maka dapat dibaca bahwa jarak antara dua angka di
peta = 1 km di lapangan, jadi kalau antara 0 – 1, 1 – 2, 2 – 3, 3 – 4, 4 – 5
masingmasing = 1cm maka artinya 1 cm pada peta = 1 km di lapangan.
3. Skala verbal/inci ↔ disebut juga skala inci dibanding mil
Ex : Skala dalam suatu peta dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, ini berarti jarak 1 inci
di peta menggambarkan jarak 5 mil di lapangan atau jarak sebenarnya.
Contoh:
Penyelesaian:
Apabila dibuat dalam cm, maka 1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan. Bila dibuat
skala grafiknya berarti tiap-tiap cm atau dalam satu kotak nilainya 300.000 cm atau 3
km.
Contoh:
Skala garis digambarkan seperti di bawah ini, ubahlah menjadi skala angka!
Penyelesaian:
Pada peta dengan skala ini berarti tiap panjang garis (kotak) menggambarkan 2 km di
lapangan sehingga apabila tiap kotak antara 0 –. 2 – 4 dan 4 – 6 masing-masing jika
diukur = 2 cm maka:
2 cm = 2 km
1 cm = 1 km
1 cm = 100.000 cm
Contoh:
Penyelesaian:
Contoh:
Penyelesaian:
5 cm = (dibulatkan)
Berarti 2 inci = 10 mil di lapangan. Jadi 1 inci sesuai dengan 5 mil dilapangan oleh
karena itulah skalanya 1 : 5
Contoh:
Penyelesaian:
x=
Menentukan skala peta yang tidak memiliki skala
Peta I = jarak A – B = 20 cm
Peta II = jarak A – B = 4 cm
Jawab :
P2 = = 10.000
Misalnya titik A – B dengan arah Utara - Selatan. Setelah itu menghitung jarak dua
titik dan selisih derajat garis lintangnya. Perlu Anda ingat bahwa jarak tiap 10 garis
lintang = 111 km dan 10 = 60 detik
Contoh:
Jarak A - B di peta x = 50 cm
CI (Contour Interval) adalah selisih ketinggian antara dua garis kontur yang dinyatakan
dalam meter. Contour Interval sering disebut jarak antara garis kontur. Garis Kontur
yaitu garis-garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian
yang sama dari permukaan air laut.
Perhitungan CI misalnya:
Jawab: CI =
Contoh:
Jawab: Ci = 50 m
50 =
S = 2000 x 50
Peta
PetaAdalah gambaran umum (konvensional) permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan tulisan
serta simbol sebagai keterangan. Oleh karena merupakan gambaran konvensional, maka peta menggambarkan semua kenampakan yang ada di
permukaan bumi, antara lain gunung, danau, sungai, laut, dan jalan. Namun kenampakan-kenampakan tersebut hanya dilukiskan atau digambarkan
dengan simbol-simbol tertentu yang sesuai.
Media penggambaran permukaan bumi selain pada peta juga sering kita temukan pada bidang lengkung/bola yang sering disebut
dengan globe. Perbedaan yan mendasar antara peta dengan globe adalah :
1. Bidang yang digunakan, Peta menggunakan bidang datar sedangkan Globe menggunakan bidang bola
2. Daerah yang tergambar, pada peta wilayah yang digambarkan dapat berupa seluruh maupun hanya sebagian kecil wilayah di permukaan
bumi sedangkan pada globe wilayah yang tergambar adalah seluruh wilayah di permukaan bumi.
Ilmu yang mempelajari tentang peta adalah Kartografi, sedangkan orang yang ahli dalam bidang pembuatan peta disebut kartograf.
Manusia telah mengenal peta sejak sebelum masehi. Akan tetapi, pada waktu itu peta masih digambar pada lempengan tanah liat
yang kemudian dibakar, tidak pada kertas seperti zaman sekarang. Contoh peta pada lempengan tanah liat adalah peta-peta yang
dibuat oleh bangsa Babilonia, Mesir dan Cina yang saat ini disimpan di Museum Semit Harvard, Amerika Serikat
————————————————————————–
1. Propinsi Jawa Barat terletak di antara propinsi Jawa Tengah dan propinsi Banten
2. Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di antara propinsi Nusat Tenggara Barat (NTB) dan negara Timor
Leste
memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat
dalam peta,
Jenis-jenis Peta
Secara umum peta dibagi atas beberapa klasifikasi, sebagai berikut :
a. Peta Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan
manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut.
1). Peta topografi
peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta
digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
ketinggian yang sama.
Contoh Peta Kontur
2). Peta chorografi,
peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta
chorografi adalah atlas.
3. Berdasarkan Skalanya
4. Berdasarkan Bentuknya
a. Peta Stasioner
Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat relatif tetap (stabil). Contohnya: peta topografi, peta
geologi, peta jenis tanah
b. Peta Dinamis
Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat selalu berubah (dinamis). Contohnya: peta
kepadatan penduduk, peta sebaran korban bencana alam, peta jaringan komunikasi.
5. Berdasar Tujuannya
e. Peta Navigasi
Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran.
1. Judul Peta
Judul peta merupakan nama suatu daerah yang digambar. Judul mencerminkan isi dan tipe peta . Penulisan judul peta hendaknya
menggunakan huruf cetak tegak, semua menggunakan huruf besar dan simetris
2. Skala Peta
Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi
3. Arah Mata Angin / Orientasi / Petunjuk Arah
Petunjuk arah adalah tanda pada peta yang menunjukkan arah utara, timur, selatan atau arah daerah yang digambar
4. Simbol Peta
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta
kenampakannya,
5. Warna Peta
Pada peta, warna digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi
6. Tipe Huruf (Lettering)
Penggambar uruf berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Setiap nama simbol menggunakan huruf-huruf
standar sebagai berikut.
7. Gratikul (Posisi Geografis)
Posisi gografis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah
8. Inset
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset juga di gunakan untuk menggambar
suatu wilayah yang tidak tergamabr pada peta, sehubungan dengan terbatasnya media gambar.
9. Garis Tepi
Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta.
10. Legenda
Legenda adalah keterangan yang berupa simbol-simbol pada peta agar peta mudah dimengerti oleh pembaca.
11. Sumber dan Tahun Pembuatan
Sumber dan tahun pembuatan peta merupakan sumber data yang perlu dicantumkan untuk kebenaran peta yang dibuat.
Penempatan komponen petunjuk arah dapat ditempatkan bebas, tetapi biasanya ditempatkan di bagian atas peta utama. Informasi
arah tidak harus ditampilkan seluruhnya, bisa hanya satu arah saja misalnya arah utara.
Desain/bentuk petunjuk arah dapat digambar secara bebas, hal ini merupakan
kebebasan dari pembuat peta. Beberapa contoh petunjuk arah yang biasa kita temui misalnya sebagai berikut.
Kompenen Peta : Simbol dan Legenda
Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta
kenampakannya. Dalam penggambarannya simbol ditempatkan sesuai pada lokasi kenampakan pada peta utama dan
penjelasan/keterangannya ditempatkan pada legenda.
Agar dapat dibaca oleh pengguna maka sebaiknya simbol dibuat :
1. Sederhana
2. Mewakili obyek aslinya, jika memungkinkan dibuat mirip/sama dengan obyek aslinya tersebut
Berdasarkan kenampakan lingkungannya simbol dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Simbol budaya,
adalah simbol yang mewakili kenampakan budaya, misalnya jalan, rel, kota dan lain-lain
2. Simbol alam,
adalah simbol yang mewakili kenampakan alam, misalnya sungai, gunung, danau dan lainnya
Berdasarkan bentuknya simbol dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Simbol Garis
Digunakan untuk mewakili data geografis yang berhubungan dengan jarak, contoh : sungai, jalan, rel dan batas wilayah
2. Simbol Titik
Simbol titik digunakan untuk mewakili tempat, contoh : kota, gunung dan objek-onjek penting lainnya
3. Simbol Area
Digunakan untuk mewakili suatu luasan tertentu, contoh : danau, rawa, gurun dan hutan
Skala grafis yang memberikan informasi jarak di peta dan jarak sebenarnya.
Skala garis merupakan skala yang bersifat fleksibel dibanding dengan skala numerik maupun skala verbal.
Jika sebuah peta diperbesar atau diperkecil menggunakan mesin fotokopi, kamera, scan maka gambar skala grafis akan mengikuti
perubahan itu, berbeda dengan skala numeric atau verbal jika peta diperbesar atau diperkecil tulisan/gambar skala
peta utama yang tergambar dalam ukuran besar, dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita sebut dengan
inset.
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset bersifat menjelaskan
1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta
utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau Kalimantan sebagai peta utama terlihat
posisinya dengan pulau-pulau lain di sekitarnya pada inset peta wilayah Indonesia
2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta
pokok yang dianggap penting. Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu kota diperbesar sehingga menjadi
lebih jelas.
3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi
Menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari daerah Timor Leste terpencar dari wilayah
———————————————————————————
Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar) dimasukkan dalam inset.
————————————————————————
Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor Leste yang lain
peta utama yang tergambar dalam ukuran besar, dan satunya lagi peta dalam ukuran kecil yang sering kita sebut dengan
inset.
Inset adalah peta kecil tambahan dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset bersifat menjelaskan
1. Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relatif wilayah yang tergambar pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih kecil dari peta utama, untuk menjelaskan letak/hubungan antara wilayah pada peta
utama dengan wilayah lain di sekelilingnya. Misalnya : lokasi relatif Pulau Kalimantan sebagai peta utama terlihat
posisinya dengan pulau-pulau lain di sekitarnya pada inset peta wilayah Indonesia
2. Inset yang berfungsi memperbesar/memperjelas sebagian kecil wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala lebih besar dari peta pokok, mempunyai kegunaan untuk menjelaskan bagian dari peta
pokok yang dianggap penting. Misalnya : lokasi permukiman yang penting pada suatu kota diperbesar sehingga menjadi
lebih jelas.
3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama.
Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama dan juga merupakan peta utama yang disambung. Fungsi
Menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas/halaman.
Pada peta berikut ini wilayah Pante Makasar yang merupakan bagian dari daerah Timor Leste terpencar dari wilayah
———————————————————————————
Dalam peta lain di bawah ini wilayah Pante Makasar (Pante Macasar) dimasukkan dalam inset.
————————————————————————
Contoh penggunaan inset yang berfungsi sebagai penyambung pada peta Timor Leste yang lain
ditampilkan oleh pembuat, yaitu skala numerik dan skala garis. Mengapa harus ada 2 macam skala yang digambarkan?
Hal ini sebenarnya mengacu pada sifat yang berbeda dari kedua skala tersebut jika peta yang ada mengalami perubahan,
1. Skala numerik bersifat statis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka nilai skala yang tergambar tidak
akan berubah. Sebagai contoh : jika sebuah peta skala numeriknya 1 : 20.000 diperbesar 4 kali dengan menggunakan mesin
fotokopi, maka skala yang baru adalah 1 : 5.000 tetapi pada peta tersebut masih tergambar 1 : 20.000
2. Skala garis bersifat dinamis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka skala garis akan mengikuti
perubahan pada peta tersebut. Sebagai contoh : jika sebuah peta diperbesar dengan fotokopi maka gambar skala garis akan
Contoh :
Diketahui sebuah peta memiliki skala 1 : 25.000, jika akan dibuat skala garis yang mencerminkan jarak 4 km dilapangan
Jawab :
0004 km
= ——————–
00025.000 cm
000400.000 cm
= ——————-
00025.000 cm
= 16 cm
=====================================================
salah, maka untuk mengetahui skala numerik yang baru adalah dengan menggunakan rumus.
Sebagai contoh :
sebuah peta setelah difotokopi maka skala garisnya adalah seperti pada gambar berikut :
Sebelum diperbesar panjang skala garisnya adalah 4 cm, setelah diperbesar 2 kali maka panjang skala garisnya menjadi
00020 km
= —————
00008 cm
0002.000.000 cm
= ———————–
000 8 cm
= 250.000
Jadi skala numerik yang baru dari peta tersebut adalah 1 : 250.000
dia merasa peta tersebut kurang ringkas jika dibawa sehingga dia kemudian memperbesar atau memperkecil peta yang
Suatu peta jika diperbesar atau diperkecil ukurannya menggunakan media apapun, maka skalanya juga akan mengalami
perubahan. Ada banyak media yang dapat digunakan untuk memperbesar/memperkecil peta, misalnya :
1. Mesin Fotokopi
2. Scanner
3. Pantograf
Pantograf-alat untuk memperbesar
==================================================
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperbesar menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh soal :
Sebuah peta berskala 1 : 30.000 diperbesar 4 kali, maka berapa skala peta hasil perbesarannya?
Jawab :
—–1
= ——- x 30.000
-—-4
—–30.000
= ————–
———-4
= 7.500
Jadi skala baru pada peta hasil perbesaran tersebut adalah 1 : 7.500
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperkecil menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh soal :
Sebuah peta dengan skala 1 : 12.500 akan diperkecil 4 kali, maka berapa skala baru pada peta yang diperkecil tersebut?
Jawab :
——–4
= ————- X 12.500
——–1
= 4 X 12.500
= 50.000
Informasi Skala
Karena sesuatu hal terkadang ada sebuah peta yang tidak mencantumkan informasi skala pada bagian peta tersebut. Hal
ini tentu saja menyulitkan pengguna dalam membaca/menggunakan peta tersebut, karena skala merupakan komponen
yang sangat vital untuk sebuah peta. Dengan skala para pengguna dapat menghitung jarak sebenarnya 2 obyek dalam
suatu peta.
Untuk mengetahui skala pada peta yang tidak mencantumkan informasi skala, dapat kita cari dengan menggunakan
Membandingkan jarak 2 obyek (titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya, dengan rumus :
Pembandingan menggunakan cara pertama ini sangat cocok digunakan untuk peta-peta yang berskala besar (peta yang
lingkup wilayahnya sangat sempit), misalnya peta RT, peta RW, peta Dusun, dan peta pada kepemilikan lahan pribadi.
Hal ini karena jika akan dilakukan pengukuran pada jarak sebenarnya maka kita tidak akan mudah melakasanakannya.
Contoh :
Sebuah peta kadaster yang tidak memiliki informasi skala setelah dilakukan pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek
pada peta adalah 4 cm. Sedangkan pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di lapangan diketahui 30 meter.
S = Js : Jp
S = 30 meter : 4 cm
S = 3000 cm : 4 cm
S = 750 cm
================================================
Membandingkan dengan peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda
Contoh :
Ronnir mendapatkan sebuah peta wilayah Kecamatan Majapahe tidak mencantumkan informasi skala. Untuk mengetahui
skala peta tersebut kemudian Ronnie membandingkan dengan peta Kecamatan Majapahe yang lain yang ada informasi
skalanya. Dari hasil perbandingan diketahui jarak antara 2 titik pada peta yang tidak berskala tersebut adalah 2 cm,
sedangkan pada peta yang berskala 1 : 100.000 jarak antara 2 titik yang sama adalah 5 cm. Maka berapa skala peta yang
P 2 = (J1 : J2) x P 1
P 2 = (5 : 2 ) x 100.000
P 2 = (2,5) x 100.000
P 2 = 250.000
Jadi skala pada peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut adalah 1 : 250.000
================================================
Jika peta yang tidak berskala tersebut peta topografi/kontur maka skala peta kita hitung dengan
Sebuah peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak antar garis kontur sebesar 20 m, maka berapa
S = 2.000 x Ci
S = 2.000 x 20
S = 40.000
wilayah?
Gambar pada suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan area (poligon). Poligon merupakan garis
tertutup yang kedua ujungnya saling bertemu dan membentuk area. Area yang terbentuk ini akan membentuk luasan
yang dapat kita ukur/hitung berapa besarnya. Menghitung luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara
bujur sangkar yang berukuran sama. Penentuan panjang sisi bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm, tetapi dapat
dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian hitung berapa jumlah kotak yang ada, dengan pedoman :
area yang berada di dalam lebih luas/sama dengan area yang berada di luar poligon, dihitung satu kotak
area yang berada di dalam lebih sempit dengan area yang berada di luar poligon, tidak dihitung.
Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan rumus berikut :
Contoh Soal :
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 50.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan
sistem grid!
Jawab :
L = (6 x (1 cm x 1 cm)) x (50.000)²
L = 15.000.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
L = 150.000.000 dm²
L = 1.500.000 m²
L = 15.000 dkm²
L = 150 hm²
L = 1,5 km²
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) lebih dari 1 cm (misal pada soal berikut :
3cm)
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 25.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan
sistem grid!
Jawab :
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
L = 506.250.000 dm²
L = 5.062.500 m²
L = 50625 dkm²
L = 506,25 hm²
L = 5,0625 km²
metode balok. Prinsip penghitungan menggunakan model ini mirip dengan sistem grid. Yang membedakan adalah pada
sistem grid kotak yang dibuat semuanya berukuran sama (panjang sisi maupun luasnya), sedangkan kotak pada metode
balok berbentuk persegi panjang/balok di mana setiap persegi panjang tersebut berbeda ukuran maupun luasnya.
Prinsip dari metode ini adalah dengan membagi peta menjadi beberapa balok yang berjajar dari atas ke bawah, dengan
Persiapkan peta awal yang akan dihitung luasnya dengan menggunakan metode balok
Bagi area pada peta menjadi beberapa bagian dengan ketebalan yang sama
Buatlah pembatas untuk menghitung panjang balok.
2. Buat garis yang membagi daerah dalam peta dengan daerah luar peta. Daerah di dalam peta yang tidak penuh
Contoh soal:
Jawab :
= (21 x 1) x (625.000.000)
= 21 x 625.000.000 cm²
= 13.125.000.000 cm²
kemudian dikonversi ke dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan.
= 131.250.000 dm²
=1.312.500 m²
= 13.125 dkm²
Jawab :
= 61 x 900.000.000 cm²
= 54.900.000.000 cm²
= 549.000.000 dm²
= 5.490.000 m²
= 54.900 dkm²
= 549 hm²
= 5,49 km²
pada prinsipnya sama, yaitu memperkirakan luas peta dengan membuat kotak atau balok yang kemudian dihitung
luasnya berdasarkan perbandingan skala. Hasil perhitungan kedua metode tersebut tidak mutlak benar, hal ini karena
ada wilayah pada peta yang menjadi hilang atau bertambah. Sebagai contoh pada metode kotak jika wilayah pada peta
yang terpotong kotak bujur sangkar daerah yang ada kurang dari separuh maka daerah itu dihilangkan (dihitung 0 ),
sedangkan jika daerahnya tergambar separuh atau lebih maka akan dihitung 1. Perhitungan dengan cara tersebut dapat
menyebabkan luas peta bisa menjadi lebih sempit atau justru lebih luas dari luas sebenarnya.
Untuk meminimalisasi kesalahan perhitungan pada metode grid dan balok yang bersifat manual, maka luas pada peta
dapat kita ukur dengan menggunakan alat bantu pengukur luas peta yang biasa disebut PLANIMETER.
Prinsip kerja planimeter Adalah alat ini bekerja pada daerah/peta yang berbentuk area atau poligon tertutup.
Perhitungan luas di mulai dengan menentukan titik awal, kemudian menggerakkan alat tersebut searah pada dengan
jarum pada batas poligon sampai kembali ke titik awal, dan setelah itu dilakukan pembacaan.
Biasanya pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang, perhitungan luas peta diperoleh dari perhitungan rata-rata.
==================================================
=====================================================
============================
==================
penggunanya, terutama bagi mereka yang bekerja di luar ruang. Bagi seorang pendaki gunung misalnya, peta
merupakan media dapat digunakan sebagai media untuk pengenalan medan. Dalam kegiatan menggunakan peta untuk
pengenalan medan, maka seorang pendaki gunung akan melakukan dua kegiatan yang berbeda tetapi merupakan satu
kesatuan yaitu kegiatan membaca dan menafsir peta. Pendaki tersebut jika hanya hanya membaca peta tanpa berusaha
menafsirkan informasi yang berada di dalamnya maka peta tersebut tidak akan memberikan informasi seperti yang
diharapkan.
Membaca dan menafsirkan peta pada hakekatnya mempelajari/menganli medan melalui berbagai simbol-simbol yang
ada pada peta. Berdasarkan simbol-simbol yang telah di analisis maka akan diperoleh kesimpulan. Dari kesimpulan
tersebut dapat diberikan penafsiran yang berhubungan dengan ubsur-unsur gografis lainnya.
Beberapa faktor yang dapat dibaca pada peta antara lain sebagai berikut :
1. Kenampakan pokok
Berbagai kenampakan pokok dalam peta dapat kita baca dan tafsirkan dari simbol-simbol yang terdapat pada peta.
Kenampakan pokok pada peta mencakup kenampakan alam, sosial dan ekonomi. Berbagai kenampakan tersebut terwakili
Kota, puncak gunung, pelabuhan, bandara yang diwakili oleh simbol titik
Sungai, jalan, batas wilayah yang diwakili oleh simbol garis
Danau, waduk, lahan pertanian yang diwakli oleh simbol area
2. Jarak
Suatu kenampakan pokok pada peta dapat kita baca jaraknya dengan menggunakan informasi skala yang sudah terdapat
pada peta. Beberapa hal yang dapat kita ketahui jaraknya misalnya :
Jarak lurus pada obyek antar titik pada peta dapat dapat kita hitung jarak lurusnya dengan menghubungkan kedua titik
Jalan, batas dan sungai bukan merupakan garis yang lurus, sehingga untuk dapat dihitung jarak sebenarnya dapat
3. Arah
Untuk menentukan arah di lapangan kita dapat menggunakan alat bantu misalnya orientasi pada peta dan kompas.
4. Lokasi
Lokasi suatu obyek pada peta dapat kita ketahui dengan beberapa cara antara lain :
Pararel Meridian
Jarak dan Jarak
Arah dan Jarak
Arah dan Arah
5. Ketinggian
Peta menyajikan informasi ketinggian yang dapat kita baca dan tafsirkan melalui titik-titi triangulasi, titik ketinggian dan
garis kontur.
Peta merupakan sarana bantu yang kita gunakan untuk mempelajari lokasi suatu wilayah. Postingan sebelumnyakita
dapat mengetahui bahwa pada peta terdapat beberapa informasi yang bisa kita dapatkan dan kita baca. Salah satu faktor
Membaca arah pada peta merupakan pekerjaan yang mudah, kita hanya tinggal memperhatikan komponen wajib pada
suatu peta yaitu orientasi/penunjuk arah. Orientasi/penunjuk arah merupakan komponen peta yang dapat kita amatai
dari bentuknya yang bervariasi, tetapi pada dasarnya sama. Lambang orientasi/penunjuk arah pada peta umumnya
berupa tanda dengan gambar 4 sudut bintang yang setiap sudutnya menginformasikan arah. Pada umumnya yang
menghubungkan dengan dunia nyata kadang akan sulit. Kenapa? Karena kadang kala kita akan mengalami posisi
“bingung arah” di tempat-tempat tertentu, terutama tempat-tempat yang baru sekali atau jarang kita datangi.
Pada saat kita mengalaminya kadang kita sudah merasa benar menghadap ke arah mana, tetapi ternyata kita malah
menghadap ke arah yang salah. Misal kita menghadap ke timur tetapi perasaan kita menghadap utara dll.
Lalu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Ada banyak cara dapat kita gunakan untuk menentukan arah di
lapangan. Cara-cara ini merupakan cara yang dapat kita gabung atau cara merupakan media alternatif jika ada
Cara yang mudah pertama kali adalah menggunakan kompas. Pada kompas terdapat jarum dan busur penunjuk arah yang akan
selalu mengarahkan jarum ke arah utara dan selatan, sehingga dengan alat ini maka kita akan dapat menentukan arah yang lain.
Yang menjadi permasalahan adalah kita tidak selalu menggunakan/membawa kompas, jika kita tidakmembawa kompas maka
bisa menggunakan alam sekitar kita sebagai media untuk menentukan arah.
Kompas
Kompas
brunton
Melihat posisi matahari, posisi matahari terbit di daerah tropis menunjukkan arah timur dan posisi tenggelam menunjukkan arah
barat. Melihat posisi matahari hanya bisa digunakan pada siang hari dan efektif pada waktu pagi dann sore hari. Pada siang hari
kita akan kesulitan menentukan arah karena matahari tepat di atas kita
Milihat bangunan masjid. Bangunan masjid akan menunjukkan arah timur dan barat, sehingga kita akan dengan mudah
menunjukkan arah selatan. Selain rasi bintang pari ada juga rasi bintang Biduk yang menunjukkan arah utara, rasi bintang Orion
yang menunjukkan arah barat dan rasi bintang Scorpio yang menunjukkan arah tenggara
arah selatan
Lumut pada batang pohon. Lumut yang tebal pada batang pohon yang tegak menunjukkan arah matahari terbit, sedangkan lumut
sangat luas atau wilayah RT/RW di suatu desa bisa diperkecil wilayahnya dan dipindahkan dalam bidang datar seperti
media kertas atau papan. Pemindahan ke dalam bidang datar ini menggunakan skala. Skala pada peta adalah
perbandingan jarak antara di peta dengan dengan jarak sebenarnya di lapangan. Secara sederhana dari prinsip skala
adalah dengan membandingkan 2 obyek yang sama baik pada peta maupun pada kondisi sebenarnya.
Jika sebuah peta memiliki skala 1 : 50.000 itu artinya setiap 1 cm di peta adalah 50.000 cm di lapangan, atau setiap 1 cm
di peta sama dengan 0,5 km sebenarnya. Skala merupakan komponen peta yang wajib disertakan dalam setiap membuat
peta karena dengan membaca skala pada peta maka pengguna dapat memperkirakan jarak antar wilayah. Seorang
wisatawan dapat memperkirakan jarak antara obyek wisata satu ke obyek wisata yang lain. Begitu pula seorang pecinta
alam yang sedang melakukan pendakian di gunung, dia bisa memperkirakan jarak antara satu pos ke pos peristirahatan
berikutnya.
Dalam memperkirakan jarak sebenarnya antara 2 obyek pada peta, kita dapat menghitung 2 hal yaitu :
1. Jarak Lurus
Menghitung jarak lurus pada cukup dengan menggunakan penggaris dan hubungkan ke-2 obyek yang diinginkan.
di peta propinsi Sumatera Utara dengan skala 1 : 2.650.000 misalnya sebesar 11 cm. Dari data pengukuran di atas maka
dapat kita hitung jarak antara kota Medan dengan Padangsidempuan adalah :
= 2.650.000 cm X 11 cm
= 2.915.ooo dm
= 291.500 m
= 29.150 dkm
= 2.915 hm
= 291,5 km
Jadi jarak sebenarnya antara kota Medan – Padangsidempuan pada pet tersebut adalah 291,5 km
Pada kenyataannya jika kita akan berpindah dari satu tempat ke tempat lain tidak mengikuti jarak lurus tetapi akan
mengikuti jarak yang tak beraturan. Dari Medan ke Padangsedempuan kita akan menggunakan jalan yang berarti itu
merupakan jarak yang tidak beraturan. Ada banyak obyek permukaan bumi yang digambarkan dengan simbol garis
tidak beraturan misalnya jalan, sungai, dan batas. Untuk menghitung jarak tidak beraturan ini maka dapat kita
gunakan benang yang lentur untuk mengikuti lekukan garisnya, dari hasilnya kemudian dapat kita ukur dengan
Menggunakan selisih derajat garis lintang dan bujur untuk menghitung jarak dan mencari
skala peta.
Oleh : Andi Hidayat
——
Jarak lurus yang kita baca pada peta dapat kita amati secara langsung pada jarak antar 2 kota obyek, misalnya antara 2
kota. Selain itu kita menghitung jarak lurus pada peta dengan memanfaatkan garis lintang dan bujur. Selisihderajat dua
garis lintang atau dua garis bujur dapat memberikan informasi jarak yang ingin kita ketahui.
Bumimemiliki diameter 12.756 km, dan keliling +- 40.000 km. Lingkar bumi sebesar 3600 garis bujur berarti
setiap 10adalah +- 111 km. Artinya setiap 10 garis bujur/lintang pada peta mewakili jarak sebesar 111 km sebenarnya di
permukaan bumi
Sebagian besar peta yang terdapat pada buku/atlas merupakan peta wilayah yang luas sehingga informasi koordinat
lintang dan bujur cukup menggunakan satuan derajat. Permasalahannya adalah bagaimana menghitung jarak untuk
peta wilayah-wilayah yang sempit seperti peta kecamatan, kabupaten yang menggunakan koordinat dengan satuan
derajat (0) + menit (‘). Untuk peta yang memuat informasi garis lintang/bujur dalam derajat dan menit ada panduan
10 = 111 km
10 = 60 ‘ (menit)
Untuk mengukur jarak dengan menggunakan garis lintang dan bujur adalah :
Selain untuk mengetahui jarak, selisih derajat garis lintang/bujur ini dapat juga kita gunakan untuk menentukan skala
peta tersebut, apalagi seandainya peta tersebut informasi skalanya tidak ada (misalnya : karena sobek), yaitu dengan
menggunakan rumus :
= (Selisih derajat 2 garis lintang/bujur X 111 km)/Jarak antara 2 garis lintang/bujur di peta
Contoh perhitungan jarak dan skala peta menggunakan selisih garis lintang dan bujur adalah sebagai berikut :
Misal pada peta DKI Jakarta di atas, saya menandai 2 garis lintang di wilayah DKI bagian utara yaitu 6 0 10′ LS dan 60
1. Jarak sebenarnya
= (5/60) X 111 km
= 555/60
= 9,25 km
2. Skala peta
= 9,25 km / 6 cm
= 925000 cm / 6 cm
= 154.166,67 cm
= 154.167 cm
Jadi skala peta tersebut + – sebesar 1 : 154.167
RESECTION
Oleh : Andi Hidayat
Pada saat mendaki gunung kita akan melewati jalur-jalur dengan topografi yang bervariasi, kadang kita akan melewati
lembah, cekungan, tepi jurang, igir-igir, puncak dan lain-lain. Setelah mencapai suatu tempat tertentu kadang kita
bingung dengan posisi kita, karena posisi kita berdiri di lapangan belum kita ketahui di peta topografi yang kita bawa.
Ada cara untuk mengetahui posisi kita di peta dengan memperhatikan posisi kita di lapangan, yaitu Resection. Resection
adalah menentukan kedudukan tempat kita berdiri di lapangan yang tidak di ketahui di peta , dengan pertolongan dua
titik yang telah dikenali baik di peta maupun di lapangan. Langkah-langkah melakukan kegiatan Resection adalah
sebagai berikut :
Persiapkan peta yang kita bawa, kompas, busur/protactor, pensil dan penggaris atau tali.
Beri tanda 2 titik yang akan kita jadikan panduan
Bidik azimuth titik 1 di lapangan (titik panduan lapangan) dengan kompas, tandai titik 1 pada peta (titik panduan peta)
Bidik azimuth titik 2 di lapangan (titik panduanlapangan) dengan kompas, tandai titik 2 pada peta (titik panduan peta)
Buat garis back azimuth (ke arah kita berdiri) pada peta pada 2 titik panduan di peta, perpotongan garis dari 2 titik tersebut
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.