Improvement TS44002
MATERI 12 Vol 1
Outline
• 4.1 Chemical Stabilization
• 4.1.1 Pendahuluan
• 4.1.2 Perbaikan Tanah Lempung dengan Semen
• 4.1.3 Perbaikan Tanah Lempung dengan Kapur
• 4.1.4 Perbaikan Tanah Lempung dengan Larutan Kimia (Asam Posfat)
• 4.1.5 Metode Deep Cement Mixing (DCM)
2
4.1 Chemical Stabilization
4.1.1 Pendahuluan
Deskripsi
• Merupakan metode perbaikan tanah dengan menggunakan larutan kimia dan/atau bubuk
kimia (powder), yang dicampurkan dengan tanah yang akan diperbaiki, dengan beberapa
metode pecampuran yang disesuaikan kondisi bahan stabilizer maupun kondisi tanahnya.
• Biasanya, dilakukan pada jenis tanah berbutir halus (fine soil), namun tidak jarang dilakukan
terhadap tanah berbutir kasar (granuler soil), seperti perbaikan sifat permeabilitas tanah
berpasir yang digunakan pada bangunan yang membutuhkan sifat yang lebih kedap air.
• Untuk memperkecil permeabilitas pada tanah berpasir, bisanya dilakukan dengan penerapan
soil-cement. Penurunan permeabilitas tanah berpasir dapat pula menggunakan bahan kimia
lain yang mampu mengikat partikel tanah secara kimiawi, dengan mekanisme reaksi
pembekuan (fluculated reaction).
• Batasan lain yang perlu diperhatikan di dalam penerapan perbaikan tanah dengan metode
kimia, adalah sifat-sifat reaksi kimia yang terjadi antara mineral tanah dengan zat kimia yang
dikandung oleh bahan stabilizer.
• Hal yang harus dihindarkan dalam penggunaan bahan kimia, adalah perabatan atau
penjalaran proses reaksi kimia ke massa tanah yang tidak menjadi target perbaikan karena
berdampak langsung pada bangunan yang didukungnya yang dapat berupa deformasi akibat
dekomposisi mineral tanah, atau dapat pula terjadi differential settlement pada bangunan
yang terdampak, dan lain sebagainya
Terlihat jelas bahwa subtitusi ionik dalam struktur tanah kaolinite relatif kecil.
• Pada umumnya di dalam massa tanah kaolinite, senyawa silika (SiO2) lebih
dominan dari pada senyawa aluminium (Al2O3) kurang lebih 2 silika
berbanding 1 aluminium.
• Kelompok tanah lempung kaolinite terdiri atas: kaolinite, halloysite,
serpentine, chrysotile, lizardite, dan antigorite.
Phosphoric acid
4.1.2 Perbaikan Tanah
Lempung dengan Semen
Prinsip Teknis
• Perbaikan dengan campuran dari tanah yang dihancurkan,
semen dan air yang kemudian dilakukan proses
pemadatan yang akan menghasilkan suatu bahan baru
yang disebut material tanah-semen.
• Semen merupakan material yang mempunyai sifat-sifat
adhesif dan kohesif sebagai perekat yang mengikat
fragmen-fragmen mineral menjadi suatu kesatuan yang
kompak.
• Semen dikelompokan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu semen
hidrolis dan semen non-hidrolis. Semen hidrolis adalah
suatu bahan pengikat yang mengeras jika bereaksi dengan
air serta menghasilkan produk yang tahan air, seperti
semen portland, semen putih dan sebagainya. Sedangkan
semen non-hidrolis adalah semen yang tidak dapat stabil Sumber: Deep Cement Mixing (pacific-foundation.com)
dalam air.
4) Kriteria untuk perbaikan tanah pondasi disesuaikan dengan keperluan menurut ketentuan yang berlaku, yaitu :
- Kuat tekan bebas : untuk tanah kohesif
- CBR : untuk tanah berbutir halus
Dari reaksi kimia yang berlangsung seperti di atas, maka reaksi utama yang berkaitan dengan kekuatan adalah hidrasi
dari A-lite (3CaO.SiO2) dan B-lite (2CaO.SiO2), membentuk senyawa-senyawa kalsium silikat dan melalui hidrasi tadi.
Senyawa hidrat yang terbentuk di dalam campuran tergantung dari jenis mineral dalam tanah asli, dan senyawa-
senyawa hidrat yang dapat terbentuk dalam stabilisasi semen-tanah seperti kalsium silikat dan/atau kalsium aluminat.
2) Reaksi Sementasi yang terjadi pada campuran semen-tanah adalah merupakan reaksi pozzolanic. Dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka unsur silika (SiO2) dan unsur alumina (Al203) yang terkandung di dalam tanah
lempung dengan kandungan mineral reaktif, akan membentuk senyawa kalsium silikat hidrat (CaO.SiO2). dan/atau
senyawa kalsium aluminat hidrat (CaO.Al2O3). Pembentukan senyawa kimia ini terus-menerus berlangsung untuk
waktu yang lama dan menyebabkan tanah menjadi keras dan kuat serta awet, karena ia berfungsi sebagai binder
(pengikat).
Grafik Umur vs Permeabilitas pada Tanah Liat Grafik Umur vs Permeabilitas pada Tanah Lanau Grafik Koefisien Permeabilitas vs Kadar CKD
dengan Variasi Kadar CKD dengan Variasi Kadar CKD (Alhassani,
Alhassani, 2015)
(Al-
(Al-hassani,
hassani, 2015) (Al-
(Al-hassani,
hassani, 2015)
Kriteria untuk perbaikan tanah pondasi disesuaikan dengan keperluan menurut ketentuan yang berlaku, yaitu :
- Kuat tekan bebas : untuk tanah kohesif
- CBR : untuk tanah berbutir halus
Lalu senyawa kalsium hidroksida akan menghasil muatan kation kalsium (Ca2+):
Kemudian, kation Ca2+ akan bereaksi dengan mineral tanah lempung dalam reaksi sementasi sehingga membentuk
senyawa tanah lempung yang lebih stabil.
2) Reaksi sementasi yaitu reaksi antara kation Ca2+ dengan anion-anion di dalam mineral tanah lempung, dan
mensubtitusi kation di dalam tanah yang memiliki muatan netto dan/atau jari-jari kation yang lebih kecil, seperti
Natrium (Na+ ), Lithium (Li+ ), dan lain-lain.
Dari persamaan di atas menghasilkan konsistensi lempung yang lebih stabil dibanding pada saat kation Na+ yang
mengikat mineral lempung.
Pengaruh Kadar Kapur Terhadap Kuat Pengaruh Umur Lime-Soil (5%-Kapur) Pengaruh Umur Campuran terhadap
Tekan Bebas (Metcalf, 1959) Terhadap Kuat Tekan Bebas (Metcalf, Kekuatan pada Temperatur Berbeda
1959) (Marshall, 1967)
Pengaruh Umur Campuran terhadap UCCS pada Jenis Hubungan Prosentase Kadar Kapur Dengan CBR
Tanah Berbeda (Berger, 2007) (Warsiti, 2009)
• Kenaikan kadar kapur dan umur campuran akan menurunkan penurunan konsolidasi primer, yang mana indeks kompresi (Cc)
dan rebound (Cr) menurun seiring dengan penambahan kadar semen pada campuran kapur-tanah.
Pengaruh Kadar Kapur & Umur Campuran Terhadap Pengaruh Kadar Kapur & Umur Campuran
Kompresibilitas (Basma & Tuncer, 2007) Terhadap Indeks Rebound (Basma & Tuncer,
Tuncer, 2007)
Sumber: Darwis (2017)
Perubahan Properties Tanah (9/9)
5) Perubahan sifat permeabilitas :
• Permeabilitas meningkat pada tanah berbutir halus
(pasir halus dan tanah liat), seiring dengan peningkatan
kandungan kapur, namun terjadi penurunan
permeabilitas pada tanah berbutir kasar yang dicampur
kapur.
• Untuk tanah yang memiliki banyak partikel halus seperti
pasir halus dan tanah liat, apabila dicampur dengan
kapur akan mengalami peningkatan angka pori.
Sedangkan untuk pasir yang memiliki sedikit partikel
halus menunjukkan penurunan angka pori, dan akan
berkurang seiring dengan penambahan kadar kapur.
• Pasir yang distabilisasi dengan kapur memiliki
permeabilitas yang terendah (minimal) pada umur
campuran 30 jam (Shahidul, 2001). Hubungan Prosentase Kadar Kapur dengan
Angka Pori (Shahidul, 2001)
Kekuatan Tanah vs Kadar H3PO4 untuk Kekuatan Tanah vs Kadar H3PO4 Kekuatan Tanah vs Waktu Pemeliharaan
Umur Campuran 5 hari untuk Umur Campuran 30 hari (Lyons & McEwan, 1972)
(Lyons & McEwan, 1972) (Lyons & McEwan, 1972)
(a)Wet method,
(b)Dry method,
(c) Cutter soil mixing,
(d)T-shape deep mixing,
(e)Stiffened DM column.
(a) sliding, (b) collapse (rotational), (c) bending, (d) circular shear, (e) horizontal shear, dan (f) combined
(modified from Kitazume, 2008; Broms, 1999)
Sumber: Jie Han (2015)
Tahap Pelaksanaan
1) Alat pencampur diposisikan pada kolom-kolom
yang direncanakan.
2) Alat pencampur dipenetrasikan sampai
kedalaman yang akan ditangani sekaligus
mengurai tanah dengan alat pencampur.
3) Setelah sampai pada kedalaman yang
diinginkan, tarik alat pencampur sambil
menginjeksikan bahan pengikat.
4) Alat pencampur berotasi menurut bidang
horizontal dan mencampur tanah dengan
bahan pengikat. Kecepatan putar mesin sekitar
100-200 rpm sedalam 1-3 m dengan panjang
kolom mencapai 30-40 m dan diameter 50-
100 mm atau lebih.
5) Penyelesaian kolom campuran yang telah
ditangani.
Sumber: SANWAKIZAI
(a) individual column, (b) block, (c) wall, dan (d) grid
Sumber: Jie Han (2015)
Di Swedia dan Finlandia, α berkisar 0,1-0,25 sedangkan di Jepang antara 0,5-0,9 dengan menganggap bahwa berat
timbunan seluruhnya didukung oleh kolom-kolom.
≥ 0,34 (OK!)