Anda di halaman 1dari 72

Soil Dynamics &

Improvement TS44002
MATERI 12 Vol 1
Outline
• 4.1 Chemical Stabilization
• 4.1.1 Pendahuluan
• 4.1.2 Perbaikan Tanah Lempung dengan Semen
• 4.1.3 Perbaikan Tanah Lempung dengan Kapur
• 4.1.4 Perbaikan Tanah Lempung dengan Larutan Kimia (Asam Posfat)
• 4.1.5 Metode Deep Cement Mixing (DCM)

2
4.1 Chemical Stabilization
4.1.1 Pendahuluan
Deskripsi
• Merupakan metode perbaikan tanah dengan menggunakan larutan kimia dan/atau bubuk
kimia (powder), yang dicampurkan dengan tanah yang akan diperbaiki, dengan beberapa
metode pecampuran yang disesuaikan kondisi bahan stabilizer maupun kondisi tanahnya.
• Biasanya, dilakukan pada jenis tanah berbutir halus (fine soil), namun tidak jarang dilakukan
terhadap tanah berbutir kasar (granuler soil), seperti perbaikan sifat permeabilitas tanah
berpasir yang digunakan pada bangunan yang membutuhkan sifat yang lebih kedap air.
• Untuk memperkecil permeabilitas pada tanah berpasir, bisanya dilakukan dengan penerapan
soil-cement. Penurunan permeabilitas tanah berpasir dapat pula menggunakan bahan kimia
lain yang mampu mengikat partikel tanah secara kimiawi, dengan mekanisme reaksi
pembekuan (fluculated reaction).
• Batasan lain yang perlu diperhatikan di dalam penerapan perbaikan tanah dengan metode
kimia, adalah sifat-sifat reaksi kimia yang terjadi antara mineral tanah dengan zat kimia yang
dikandung oleh bahan stabilizer.
• Hal yang harus dihindarkan dalam penggunaan bahan kimia, adalah perabatan atau
penjalaran proses reaksi kimia ke massa tanah yang tidak menjadi target perbaikan karena
berdampak langsung pada bangunan yang didukungnya yang dapat berupa deformasi akibat
dekomposisi mineral tanah, atau dapat pula terjadi differential settlement pada bangunan
yang terdampak, dan lain sebagainya

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (1/4)
• Lempung terbentuk dari hasil pelapukan akibat reaksi kimia
yang membentuk susunan kelompok partikel berukuran koloid
dengan diameter butiran >0,002 mm.
• Partikel lempung berbentuk dari lembaran (sheet) yang
mempunyai bidang permukaan khusus (specific surface)
sehingga jenis tanah lempung sangat dipengaruhi oleh gaya-
gaya permukaan.
• Menurut Kerr ((1959), di bumi ini terdapat sekitar 15 macam
mineral tanah lempung, dan diantara yang dominan terdapat di
alam antara lain : montmorillonite, kaolinite, dan illite. Diantara
15 jenis lempung yang diidentifikasi Kerr, yakni :
Sumber: Clay mineral waters Earth's
montmorillonite, kaolinite, illite, smectite, saponite, tales,
mantle from the inside (phys.org)
pyrophyllite, nontronite, halloysite, serpentine, chrysotile,
lizardite, antigorite, hydromica, dan sericite.

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (2/4)
Pada umumnya mineral tanah lempung tersusun atas alluminium oktahedra
dan silica tetrahedra, dan kedua senyawa tersebut digambarkan sebagai
berikut:

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (3/4)
Masing-masing mineral lempung terbentuk dari kombinasi tumpukan dan susunan lembaran
dengan bentuk dan dimensi yang berbeda-beda. Untuk memudahkan di dalam penggambaran
komposisi senyawa lempung, lembaran mineral tersebut cukup disimbolkan dengan gambar
berikut :

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (4/4)

Nilai Tipikal pada Beberapa Mineral Lempung

Sumber: Das (2016)


Minerologi Lempung (Montmorillonte)
Montmorillonte) (1/2)
• Mineral lempung Montmorillonte dikenal sangat sensitif terhadap
perubahan kadar air, yang mana setiap perubahan kadar air selalu
diikuti dengan perubahan volume (volume change) yang ekstrim.
Komposisi senyawa kimia di dalam mineral tanah montmorillonite
secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

• Struktur mineral tanah lempung montmorillonite tersusun atas


dua lembar silika dan satu lembar alluminium.
• Adanya ikatan Van der Waals diantara ujung lembaran silica
dengan gaya yang sangat lemah dan memiliki kekurangan muatan
negatif dalam lembaran oktahedra, maka air dan/atau ion-ion lain
yang berpindah-pindah dapat masuk dan memisahkan lapisannya.

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (Montmorillonte)
Montmorillonte) (2/2)
Ukuran kristal mineral sangat kecil, tetapi pada saat dimasuki air maka gaya tarik yang
sangat kuat akan menyerap air sehingga volume tanah berlipat ganda dari sebelumnya
(volume kering), hal tersebut menyebabkan tekanan pengembangan (expansive pressure),
yang dapat merusak konstruksi seperti pada konstruksi perkerasan jalan raya.

Kelompok tanah lempung ekspansif semacam ini, yakni montmorillonite, smectite,


saponite, tales, pyrophyllite, dan nontronite.

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (Kaollinite)
Kaollinite) (1/2)
• Mineral lempung terdiri atas susunan satu lembar silika tetrahedral dan satu lembar aluminium oktahedra,
dengan satuan susunan setebal 7,2 Angstrom (Ao). Kedua lembaran terikat oleh “ikatan hidrogen” yang relatif
stabil sedemikian sehingga ujung dari satu lembaran silika dan satu lembaran oktahedra akan membentuk suatu
lapisan tunggal. Sehingga mineral kaollinite lebih stabil dan air tidak dapat masuk diantara lembaran mineralnya.

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (Kaollinite)
Kaollinite) (2/2)
• Komposisi senyawa kimia di dalam mineral tanah kaolinite secara umum
dapat dirumuskan sebagai berikut :

Terlihat jelas bahwa subtitusi ionik dalam struktur tanah kaolinite relatif kecil.
• Pada umumnya di dalam massa tanah kaolinite, senyawa silika (SiO2) lebih
dominan dari pada senyawa aluminium (Al2O3) kurang lebih 2 silika
berbanding 1 aluminium.
• Kelompok tanah lempung kaolinite terdiri atas: kaolinite, halloysite,
serpentine, chrysotile, lizardite, dan antigorite.

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (Illite)
Illite) (1/2)
• Mineral lempung yang terdiri atas susunan satu
lembaran aluminium oktahedral dan dua lembaran silika
tetrahedral.
• Lembaran oktahedral bisa mengalami subtitusi parsial
terhadap aluminium oleh magnesium (Mg) dan/atau
besi (Fe) sehingga terjadi subtitusi silikon oleh
aluminium yang terlepas dari lembaran oktahedral.
• Lembaran-lembaran Illite terikat satu sama lain dengan
ikatan lemah ion-ion kalsium, yang terdapat di antara
lembaran tersebut.
• Komposisi senyawa kimia mineral tanah lempung illite,
secara umum dapat dirumuskan sebaagai berikut:

Sumber: Darwis (2017)


Minerologi Lempung (Illite)
Illite) (2/2)
• Ikatan ion kalsium (K+) lebih lemah dibandingkan dengan ikatan hidrogen yang
mengikat satuan Kristal pada kaolinite tetapi jauh lebih kuat dibandingkan
dengan ikatan ionik yang membentuk kristal pada montmorillonite sehingga
susunan illite tidak mudah mengembang akibat peningakatan kadar air di
dalam tanah.
• Kelompok tanah lempung illite terdiri atas: illite, hydromica, dan sericite.

Sumber: Darwis (2017)


Penambahan campuran kimia dan metode lainnya
• Chemical admixtures and miscellaneous method
Semen tanah (soil cement)

Kolom kapur (lime columns)

Kolom yang distabilisasi dengan semen (cement stabilized columns)

Phosphoric acid
4.1.2 Perbaikan Tanah
Lempung dengan Semen
Prinsip Teknis
• Perbaikan dengan campuran dari tanah yang dihancurkan,
semen dan air yang kemudian dilakukan proses
pemadatan yang akan menghasilkan suatu bahan baru
yang disebut material tanah-semen.
• Semen merupakan material yang mempunyai sifat-sifat
adhesif dan kohesif sebagai perekat yang mengikat
fragmen-fragmen mineral menjadi suatu kesatuan yang
kompak.
• Semen dikelompokan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu semen
hidrolis dan semen non-hidrolis. Semen hidrolis adalah
suatu bahan pengikat yang mengeras jika bereaksi dengan
air serta menghasilkan produk yang tahan air, seperti
semen portland, semen putih dan sebagainya. Sedangkan
semen non-hidrolis adalah semen yang tidak dapat stabil Sumber: Deep Cement Mixing (pacific-foundation.com)
dalam air.

Sumber: Darwis (2017)


Karakteristik Bahan
• Berdasarkan pengalaman, jenis semen yang paling efektif
digunakan sebagai bahan stabilizer dalam pekerjaan perbaikan
tanah adalah semen portland tipe I karena ukuran partikel semen
portland relatif halus (± 20 micron), sehingga proses hidrasi lebih
cepat.
• Semen portland sebagai semen hidrolis yang dihasilkan dengan
cara mencampurkan batu kapur yang mengandung kapur (CaO)
dan lempung yang mengandung silika (SiO2), oksida alumina
(Al2O3) dan oksida besi (Fe2O3), dalam oven dengan suhu kira-kira
145°C sampai menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan, digiling
sampai halus disertai penambahan 3-5% gips, untuk
mengendalikan waktu pengikat semen agar tidak berlangsung Sumber: Grand Portland Cement TYPE 1 40kls - Home
terlalu cepat. Style Depot
• Menurut Ingles & Metcalf (1972), bahwa penggunaan semen yang
memiliki partikel lebih halus dari saringan No. 300, akan
memberikan tambahan kuat geser sampai 40%.

Sumber: Darwis (2017)


Kriteria Tanah (1/2)
Hampir semua jenis tanah kecuali tanah yang mengandung kadar organik yang tinggi, dapat digunakan untuk stabilisasi dengan
bahan semen, mulai dari tanah berbutir halus (lempung, lanau), sampai jenis tanah granuler (pasir). Namun, karena
pertimbangan biaya maka dalam mengambil keputusan dalam pemilihan bahan stabilizer yang akan digunakan, perlu pula
mempertimbangkan jenis stabilizer lain seperti kapur, fly ash, bottom ash, biomass ash.

Variasi Kadar Semen Sesuai Jenis Tanah Untuk Perkerasan Jalan


(Pavement Construction)

Sumber: Darwis (2017)


Kriteria Tanah (2/2)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah (kadar)
semen yang diperlukan di dalam tindakan perbaikan yang akan
dilakukan, yaitu:
1) Kondisi tanah asli secara menyeluruh.
2) Karaktersitik semen yang digunakan.
3) Maksud tindakan perbaikan yang dilakukan (target perbaikan
parameter tanah yang diinginkan).

Sumber: Darwis (2017)


Persyaratan Campuran
1) Perencanaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan kadar semen yangmenghasilkan kekuatan campuran
maksimum.
2) Campuran tanah semen yang mempunyai pH lebih besar 12 kali akan berlaku dengan baik.
3) Kriteria kekuatan stabilisasi tanah dengan semen harus sesuai dengan tabel di bawah ini.
Kekuatan Stabilitas
Stabilitas Tanah dengan Semen

4) Kriteria untuk perbaikan tanah pondasi disesuaikan dengan keperluan menurut ketentuan yang berlaku, yaitu :
- Kuat tekan bebas : untuk tanah kohesif
- CBR : untuk tanah berbutir halus

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum No: 002 - 07 / BM / 2006


Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi antara semen dengan mateial tanah, dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Reaksi Pertukaran Ion akan menghasilkan pembentukan kalsium silikat (CaO.SiO2) dan/atau kalsium aluminat
(CaO.Al2O3). Proses reaksi tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan berikut:

Dari reaksi kimia yang berlangsung seperti di atas, maka reaksi utama yang berkaitan dengan kekuatan adalah hidrasi
dari A-lite (3CaO.SiO2) dan B-lite (2CaO.SiO2), membentuk senyawa-senyawa kalsium silikat dan melalui hidrasi tadi.
Senyawa hidrat yang terbentuk di dalam campuran tergantung dari jenis mineral dalam tanah asli, dan senyawa-
senyawa hidrat yang dapat terbentuk dalam stabilisasi semen-tanah seperti kalsium silikat dan/atau kalsium aluminat.

2) Reaksi Sementasi yang terjadi pada campuran semen-tanah adalah merupakan reaksi pozzolanic. Dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka unsur silika (SiO2) dan unsur alumina (Al203) yang terkandung di dalam tanah
lempung dengan kandungan mineral reaktif, akan membentuk senyawa kalsium silikat hidrat (CaO.SiO2). dan/atau
senyawa kalsium aluminat hidrat (CaO.Al2O3). Pembentukan senyawa kimia ini terus-menerus berlangsung untuk
waktu yang lama dan menyebabkan tanah menjadi keras dan kuat serta awet, karena ia berfungsi sebagai binder
(pengikat).

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (1/6)
1) Perubahan parameter sifat indeks tanah:
• Mandal dan Mazumdar (1995), meneliti mengenai efek aditif pada stabilisasi tanah laterit dengan semen
dan kapur. Penemuan mereka adalah bahwa natrium karbonat yang digunakan sebagai aditif dalam jumlah
sedikit, meningkatkan kekuatan semen tanah dan kapur tanah. Selain itu, aditif juga meningkatkan nilai
modulus ruptur dan daya tahan.
• Mencampur tanah dasar dengan semen dapat menghemat biaya pemadatan tanah sampai 46,2%
(Arumugam dan Muralidharan, 1997).
• Basha et al. (1999), melakukan perbaikan tanah dengan menggunakan semen dan abu sekam terhadap tiga
jenis tanah, yakni tanah residu, tanah kaolinit dan tanah bentonite. Dalam hal ini disimpulkan bahwa semen
dan abu sekam mengurangi plastisitas pada tanah kaolinit dan tanah bentonit. Penurunan yang cukup besar
dicapai oleh tanah yang stabil semen. Secara umum, 6-8% semen dan 10-15% abu sekam, menunjukkan
jumlah optimum untuk mengurangi plastisitas tanah.
• Secara umum penggunaan semen dan abu sekam sebagai bahan stabilizer pada ketiga jenis tanah yang
diteliti, dapat meningkatkan kadar air optimum (wopt) yang signifikan (Basha et al., 1999).

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (2/6)
2) Perubahan daya dukung tanah :
• Skels et al. (2013), menemukan bahwa stabilisasi semen portland terhadap tanah gambut akan
meningkatkan kuat tekan bebas dan kekakuan tanah, serta memperbaiki sifat kompresibilitasnya, seiring
dengan peningkatan kadar semen dan umur campuran. Hal ini disebabkan karena ketika semen bereaksi
dengan air pada gambut, segera membentuk gel kalsium silikat hidrat (3CaO·2SiO2·3H2O), yang akan
berfungsi sebagai lem yang mengikat dan menahan partikel tanah bersama-sama.
• Bhuria & Sachan (2014), menyatakan bahwa efek semen terhadap peningkatan kuat tekan bebas
(unconfined compressive strength) serta kekakuan (stiffness) pada tanah lunak yang diperbaiki dengan
semen cukup signifikan. Kelebihan dari semen sehingga dapat meningkatkan kekuatan tanah oleh karena
reaksi pozzolonic yang berlangsung lebih lambat, dan pada umumnya selesai pada akhir 28 hari.

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (3/6)
3) Perubahan potensi kembang-susut (swelling potential):
• Pada dasarnya perbaikan tanah dengan semen pada
persentasi semen yang tinggi, akan mengakibatkan
tanah lebih rapuh dan sifat ekspansivitasnya bertambah
lebih sesuai diterapkan pada perbaikan tanah yang tidak
ekspansif dan/atau tanah yang berbutir kasar.
• Al-Homoud et al. (1999), melakukan penelitian untuk
membandingkan keefektifan dan kelayakan ekonomi,
antara tiga jenis bahan (aspal, kapur, dan semen) pada
tanah ekspansif dari Yordania Utara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanah yang banyak mengandung
partikel halus, penggunaan asphalt cutback memberikan
reduksi terhadap swelling potential yang lebih besar
daripada tanah yang diperbaiki dengan semen dan
kapur. Sehingga untuk tanah ekspansif dari Yordania
Utara penggunaan asphalt cutback adalah bahan yang
ekonomis dibandingkan dengan kapur dan semen.

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (4/6)
4) Perubahan sifat kompresibilitas:
• Perbaikan tanah dengan semen meningkatkan
kompresibilitas tanah sehingga stabilisasi tanah setelah
dipadatkan akan semakin baik. Hal ini dapat
memperkecil penurunan yang akan terjadi pada
periode operasional konstruksi.
• khlef et al. (2014), meneliti perubahan sifat tanah pada
yang akan digunakan dalam konstruksi jalan
(subgrade). Dengan pencampuran kadar semen 3%,
ditemukan bahwa terjadi peningkatan kerapatan kering
tanah, diakibatkan oleh reaksi hidrasi yang mengurangi
kadar air tanah, sehingga koefisien kompresi tanah
akan menurun dan dapat memperbaiki sifat
kompresibilitasnya. Pengaruh Semen Terhadap Sifat-sifat Optimum –
Wopt & γdry (Ikhlef et al., 2016)

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (5/6)
5) Perubahan sifat permeabilitas:
• Wong et al. (2008) melakukan penelitian untuk menganalisis kekuatan tekan bebas dan permeabilitas
awal pada tanah gambut yang distabilisasi dengan campuran semen portland biasa dan dicampur
dengan slag dan pasir silika. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penambahan campuran
tersebut mampu meningkatkan kekuatan tekan bebas dan juga mengurangi permeabilitas tanah yang
distabilisasi dengan semen.
• Al-hassani et al. (2015), menggunakan debu semen (cement kiln dust - CKD) yaitu limbah dari
pembuatan semen, yang dicampurkan dengan tanah lempung lunak. Hasil pengujian menunjukkan
penurunan koefisien permeabilitas yang signifikan seiring dengan kadar semen dan pertambahan
umur campuran. Dengan demikian maka sifat permeablitasnya akan semakin meningkat.

Grafik Umur vs Permeabilitas pada


Tanah Liat dengan Variasi Kadar CKD
(Al-
(Al-hassani,
hassani, 2015)

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (6/6)
5) Perubahan sifat permeabilitas:

Grafik Umur vs Permeabilitas pada Tanah Liat Grafik Umur vs Permeabilitas pada Tanah Lanau Grafik Koefisien Permeabilitas vs Kadar CKD
dengan Variasi Kadar CKD dengan Variasi Kadar CKD (Alhassani,
Alhassani, 2015)
(Al-
(Al-hassani,
hassani, 2015) (Al-
(Al-hassani,
hassani, 2015)

Sumber: Darwis (2017)


4.1.3 Perbaikan Tanah
Lempung dengan Kapur
Prinsip Teknis
• Kapur merupakan bahan stabilizer yang secara kimiawi
bersifat basa.
• Prinsip perbaikan tanah dengan kapur adalah
mencampurkan kapur untuk meanfaatkan keunggulan
sifat-sifat teknis dari bahan kapur, dengan tanah yang
memiliki karakteristik kurang baik, seperti tanah dengan
plastisitas yang tinggi (high plasticity), potensi ekspansi
yang tinggi (expansive soil), kompresibilitas yang tinggi,
dan lain sebagainya.
• Perbaikan tidak hanya dicampurkan, tetapi juga dipadatkan
sehingga mempermudah pekerjaan pemadatan tanah.
• Kapur akan mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah,
serta membuat struktur partikel tanah lempung menjadi
rapuh (fragile), sehingga mudah untuk dipadatkan.
• Perbaikan digunakan untuk berbagai kepentingan Sumber: Construction. Pages: Stabilitas Daya Dukung Tanah
pembangunan infrastruktur, baik untuk jalan raya, (jamesthoengsal.blogspot.com)
landasan pesawat, reklamasi lahan, backfill pada
konstruksi dinding penahan, dan lain sebagainya.

Sumber: Darwis (2017)


Karakteristik Bahan (1/2)
Jenis kapur yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai bahan perbaikan tanah adalah kapur padam
dan kapur tohor (SNI 03-4147-1996).
Ada beberapa jenis kapur, antara lain :
1) Kapur tohor (CaO), yaitu kapur dari hasil pembakaran batu
Sumber: Kapur tohor -
kapur pada suhu ± 90°C, dengan komposisi sebagian besar Wikipedia bahasa Indonesia,
berupa Kalsium Karbonat (CaCO3); ensiklopedia bebas

2) Kapur padam, yaitu kapur dari hasil pemadaman kapur tohor


dengan air, sehingga membentuk senyawa Kalsium Hidrat
[Ca(OH)2];
3) Kapur tipe I, yaitu kapur yang mengandung kalsium hidrat
[Ca(OH)2] tinggi, dengan kadar Magnesium Oksida (MgO) paling
tinggi 4% berat;
4) Kapur tipe II, yaitu kapur Magnesium atau Dolomit yang Sumber: (+-1KG) REPACK Baja
Kapur Dolomite MgO- 19%,
mengandung Magnesium Oksida (MgO) lebih dari 4% dan paling CaO-30%,CaCO3-55% |
tinggi 36% berat. Shopee Malaysia

Sumber: Darwis (2017)


Karakteristik Bahan (2/2)

Persyaratan Kapur untuk Stabilisasi Tanah

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum No: 002 - 07 / BM / 2006


Kriteria Tanah

Secara khusus kriteria tanah yang efektif untuk diperbaiki dengan


stabilizer dari bahan kapur adalah:
1)Jenis tanah lempung yang bersifat asam (pH 7,00).
2)Tanah lempung dengan plastisitas tinggi.
3)Tanah lempung dengan swelling potential tinggi.
4)Tanah lempung dengan kompresibilitas tinggi.
5)Tanah lempung dengan permeabilitas tinggi.

Sumber: Darwis (2017)


Persyaratan Campuran

Persyaratan Stabilisasi Tanah dengan Kapur


Kapur

Kriteria untuk perbaikan tanah pondasi disesuaikan dengan keperluan menurut ketentuan yang berlaku, yaitu :
- Kuat tekan bebas : untuk tanah kohesif
- CBR : untuk tanah berbutir halus

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum No: 002 - 07 / BM / 2006


Mekanisme Reaksi
Sebagai contoh apabila digunakan jenis kapur tohor (CaCo3), akan terjadi mekanisme reaksi dalam dua tahap, yakni
1) Reaksi pertukaran ion (ionic change reaction) yaitu reaksi yang terjadi seketika ketika kapur tohor terkena air (H2O),
yang mana antara ion-ion dari senyawa kapur tohor (Ca2+ dan CO32– ), akan bereaksi dengan ion-ion dri senyawa air
(H+ dan OH–), dan membentuk senyawa baru.

Lalu senyawa kalsium hidroksida akan menghasil muatan kation kalsium (Ca2+):

Kemudian, kation Ca2+ akan bereaksi dengan mineral tanah lempung dalam reaksi sementasi sehingga membentuk
senyawa tanah lempung yang lebih stabil.
2) Reaksi sementasi yaitu reaksi antara kation Ca2+ dengan anion-anion di dalam mineral tanah lempung, dan
mensubtitusi kation di dalam tanah yang memiliki muatan netto dan/atau jari-jari kation yang lebih kecil, seperti
Natrium (Na+ ), Lithium (Li+ ), dan lain-lain.

Dari persamaan di atas menghasilkan konsistensi lempung yang lebih stabil dibanding pada saat kation Na+ yang
mengikat mineral lempung.

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (1/9)
1) Perubahan parameter sifat indeks tanah:

Pengaruh Kadar Kapur


Terhadap Parameter Atterberg
(Metcalf, 1959)

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (2/9)
1) Perubahan parameter sifat indeks tanah:
a. Batas cair tanah (liquid limit) menurun pada
semua tingkat umur campuran tanah-kapur
yang disebabkan karena depresi pada
ketebalan lapisan ganda yang terdifusi pada
partikel tanah liat, dan menghasilkan partikel
kasar akibat pembentukan partikel yang Batas cair pada persentase tailing tambang & kapur
terflokulasi. untuk variasi umur campuran (Ramesh el al., 2013)
b. Batas plastis tanah (plastic limit) menurun
pada semua tingkat umur campuran tanah-
kapur yang disebabkan karena penurunan
ketebalan lapisan ganda yang dilipat dari
partikel tanah liat, dan hal ini akan
meningkatkan ketahanan geser tanah pada
tingkat partikel dan juga flokulasi partikel
tanah liat.

Batas plastis pada persentase tailing tambang & kapur


Sumber: Darwis (2017) untuk variasi umur campuran (Ramesh el al., 2013)
Perubahan Properties Tanah (3/9)
1) Perubahan parameter sifat indeks tanah:
c. Batas susut tanah (shrinkage limit) meningkat pada
semua tingkat umur campuran tanah-kapur yang
disebabkan oleh flokulasi yang disebabkan oleh
kation. Reaksi aglomerasi berupa terjadinya
pertukaran ion (ionic change) dan efektifitasnya akan
terus meningkat seiring dengan pertambahan umur Batas susut pada persentase tailing tambang & kapur
campuran. untuk variasi umur campuran (Ramesh el al., 2013)
d. Indeks plastisitas tanah (plasticity index) menurun,
dan penurunannya cukup signifikan pada usia
campuran mencapai 30 hari. Penurunan indeks
plastisitas adalah indikasi perbaikan sifat tanah, dan
nilainya semakin meningkat seiring dengan
peningkatan kadar kapur yang dicampurkan.

Nilai Indeks Plastisitas berdasarkan Nilai Batas Cair pada


Sumber: Darwis (2017) campuran Tanah-Kapur (Ramesh el al., 2013)
Perubahan Properties Tanah (4/9)
2) Perubahan kekuatan tanah :

Pengaruh Kadar Kapur Terhadap Kuat Pengaruh Umur Lime-Soil (5%-Kapur) Pengaruh Umur Campuran terhadap
Tekan Bebas (Metcalf, 1959) Terhadap Kuat Tekan Bebas (Metcalf, Kekuatan pada Temperatur Berbeda
1959) (Marshall, 1967)

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (5/9)
2) Perubahan kekuatan tanah :

Pengaruh Umur Campuran terhadap UCCS pada Jenis Hubungan Prosentase Kadar Kapur Dengan CBR
Tanah Berbeda (Berger, 2007) (Warsiti, 2009)

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (6/9)
2) Perubahan kekuatan tanah :

Pengaruh Kapur Terhadap Kepadatan Kering Pada


Pengaruh Umur Campuran Terhadap UCS Pada Tanah Hubungan Tegangan – Regangan, Beberapa
Tanah Kaolin (Muhmed & Wanatowski, 2013)
Kaolin – Kapur(Muhmed & Wanatowski, 2013) Umur Campuran Tanah Kaolin - Kapur
(Muhmed & Wanatowski, 2013)

Sumber: Darwis (2017)


Perubahan Properties Tanah (7/9)
3) Perubahan potensi kembang-susut (swelling potential) :

• Grafik di samping menggambarkan


berkurangnya potensi kembang-susut (swelling
potential) pada dua jenis tanah yang baik pada
lempung heavy clay maupun pada jenis
lempung silty clay.
• Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada tanah
heavy clay yang memiliki indeks plastis tinggi,
mengalami pengurangan swelling potential
yang lebih kecil dibanding pada tanah silty clay,
yang memiliki indeks plastis yang sedikit lebih
rendah.

Pengaruh Kadar Kapur & Umur Campuran Terhadap Swelling


Potential (Basma & Tuncer, 2007)
Sumber: Darwis (2017)
Perubahan Properties Tanah (8/9)
4) Perubahan sifat kompresibilitas :

• Kenaikan kadar kapur dan umur campuran akan menurunkan penurunan konsolidasi primer, yang mana indeks kompresi (Cc)
dan rebound (Cr) menurun seiring dengan penambahan kadar semen pada campuran kapur-tanah.

Pengaruh Kadar Kapur & Umur Campuran Terhadap Pengaruh Kadar Kapur & Umur Campuran
Kompresibilitas (Basma & Tuncer, 2007) Terhadap Indeks Rebound (Basma & Tuncer,
Tuncer, 2007)
Sumber: Darwis (2017)
Perubahan Properties Tanah (9/9)
5) Perubahan sifat permeabilitas :
• Permeabilitas meningkat pada tanah berbutir halus
(pasir halus dan tanah liat), seiring dengan peningkatan
kandungan kapur, namun terjadi penurunan
permeabilitas pada tanah berbutir kasar yang dicampur
kapur.
• Untuk tanah yang memiliki banyak partikel halus seperti
pasir halus dan tanah liat, apabila dicampur dengan
kapur akan mengalami peningkatan angka pori.
Sedangkan untuk pasir yang memiliki sedikit partikel
halus menunjukkan penurunan angka pori, dan akan
berkurang seiring dengan penambahan kadar kapur.
• Pasir yang distabilisasi dengan kapur memiliki
permeabilitas yang terendah (minimal) pada umur
campuran 30 jam (Shahidul, 2001). Hubungan Prosentase Kadar Kapur dengan
Angka Pori (Shahidul, 2001)

Sumber: Darwis (2017)


4.1.4 Perbaikan Tanah Lempung
dengan Larutan Kimia (Asam
(Asam
Posfat)
Posfat)
Prinsip Teknis
• Asam fosfat (juga dikenal sebagai asam ortofosfat atau asam fosfat)
adalah asam mineral (anorganik) yang memiliki rumus kimia H2SO4.
• Asam ortofofosfat adalah asam tidak beracun, yang bila murni, padat
pada suhu dan tekanan kamar.
• Hasil uji kuat tekan bebas (UCS) meningkat seiring peningkatan kadar
asam fosfat, serta meningkat pula seiring pertambahan umur
campuran pada sampel lempung berpasir Belvoir, yang memiliki unsur
kaolinit sebagai mineral lempung (Michaels et al., 1958).
• Asam fosfat cukup efektif digunakan terhadap tanah berbutir agak
halus, tapi tidak cocok untuk lempung plastik tinggi (Michaels dan
Tausch, 1960).
• Michaels dan Tausch (1960) menyarankan dua alternatif bahan fosfor,
yakni kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) ditambah asam sulfat (H2SO4), dan
Sumber: Buy Phosphoric Acid Online |
anrida fosfat ortorombik (orthorhombic phosphoric anydride / P2O5). Paramount Chemicals, Victoria, Australia
Namun, pada kalsium fosfat reaksinya kurang aktif dibandingkan
dengan asam fosfat, sehingga daya dukung yang didapatkan lebih
rendah dibanding penggunaan asam fosfat saja.

Sumber: Darwis (2017)


Pengaruh Terhadap Group Index
Perbaikan tanah dengan asam fosfat, dapat mereduksi indeks kelompok pada tanah lebih dari setengahnya (50%).
Hal ini dipaparkan oleh Lyons & McEwan (1972) dalam tabel berikut:

Pengaruh Asam Fosfat Terhadap Group Index

Sumber: Darwis (2017)


Pengaruh Terhadap Kuat Tekan Bebas
Pengaruh konsentrasi larutan asam fosfat terhadap kuat tekan bebas tanah cukup signifikan, yang mana kekuatan tanah
meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi asam sulfat.

Kekuatan Tanah vs Kadar H3PO4 untuk Kekuatan Tanah vs Kadar H3PO4 Kekuatan Tanah vs Waktu Pemeliharaan
Umur Campuran 5 hari untuk Umur Campuran 30 hari (Lyons & McEwan, 1972)
(Lyons & McEwan, 1972) (Lyons & McEwan, 1972)

Sumber: Darwis (2017)


4.1.5 Metode Deep Cement
Mixing (DCM)
Deskripsi
• Metode Deep Cement Mixing (DCM) merupakan metode mencampur tanah di lokasi dengan bahan pengeras
berupa semen pada kedalaman menggunakan alat auger (Jie Han, 2015).
• Metode ini telah dikembangkan sejak tahun 1970-an di Jepang dan Skandinavia.

Sumber: Deep Soil Mixing – JAFEC USA, Inc.

Sumber: Suwarno & Wicaksono (2021)


Metode Pencampuran Tanah (1/3)

(a)Wet method,
(b)Dry method,
(c) Cutter soil mixing,
(d)T-shape deep mixing,
(e)Stiffened DM column.

Sumber: Jie Han (2015)


Metode Pencampuran Tanah (2/3)
(a) Metode Basah (Wet method)
• Merupakan proses penghancuran massa tanah secara mekanis dan mencampurnya
dengan larutan yang mengandung air dan bahan pengikat, dengan atau tanpa bahan
pengisi (filler).
• Semen diinjeksi secara tipikal 100-500 kg/m3 dari tanah yang akan ditangani.
• Rasio volume cairan injeksi terhadap tanah → 20-40%.
• Material berbentuk larutan semen, bila perlu dapat dicampurkan bahan pengisi
berupa pasir atau bahan tambahan/aditif.
• Lebih cocok untuk tanah kohesif lunak dan tanah tak berkohesi yang tidak padat.
• Keuntungan: dapat digunakan sampai kedalaman sekitar 30 m dan berbagai macam
tanah (lempung plastis sampai pasir kepadatan sedang dan kerikil bercampur
kerakal).
• Kelemahan: mobilisasi alat pencampur dan mesin pengaduk membutuhkan banyak
biaya serta waktu pelaksanaan memerlukan beberapa bulan.

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Metode Pencampuran Tanah (3/3)
(b) Metode Kering (Dry method)
• Merupakan proses penghancuran massa tanah di tempat secara mekanis dan
mencampurnya dengan bahan pengikat, dengan atau tanpa bahan pengisi (filler) dan
proses pencampurannya dalam kondisi kering.
• Bahan pengisi adalah bahan yang tidak bisa bereaksi, seperti pasir, serbuk batu
gamping, dll.
• Semen dicampur secara kering untuk menaikkan kuat geser dan mereduksi
kompresibilitas.
• Sangat cocok untuk perbaikan tanah sangat lunak, termasuk lempung dan lanau,
gambut serta tanah urugan yang lunak.
• Pencampuran tanah dengan semen kapur dapat digunakan pada tanah lanau dan
lempung dengan kadar air 60-200% lebih.
• Keuntungan: bila diaplikasikan pada tanah lempung lunak membutuhkan biaya yang
lebih murah.
• Kerugian: kekuatan penuh dari kolom-kolom stabilisasi bisa tidak pernah termobilisasi
bila pH air tanah asam atau kadar CO2 tinggi.
Sumber: Hardiyatmo (2020)
Keuntungan Metode DCM
Keuntungan metode DCM (FHWA, 2013), di antaranya:
1) Biaya relatif rendah per unit volume hingga kedalaman 40 meter.
2) Kekuatan tanah yang diperbaiki bisa mencapai 0,50 MPa hingga 4,0 MPa.
3) Tata letak dapat bervariasi berdasarkan diameter dan jarak kolom atau ketebalan dan jarak panel.
4) Metoda pencampuran kering menghasilkan volume rusak sangat rendah.
5) Kerusakan pada metoda pencampuran basah dapat digunakan untuk material pengisi sangat baik.
6) Sedikit getaran dan kebisingan sedang-rendah (peralatan konstruksi dapat diredam).
7) Eksekusi relatif konstan dan mudah.
8) Performa insitu yang dapat diverifikasi dengan cepat.
9) Data teoritis, laboratorium, dan lapangan yang sangat baik untuk melengkapi teori desain lanjutan.
10)Kapasitas produksi tinggi dalam kondisi tertentu.
11)Kekuatan desain tipikal sekitar 1 MPa untuk proyek perbaikan tanah.
12)Ekonomis untuk proyek besar di tanah yang sangat lunak dan dapat dimampatkan.

Sumber: Suwarno & Wicaksono (2021)


Kerugian Metode DCM
Kerugian metode DCM (FHWA, 2013), di antaranya:
1) Hanya dapat mencapai kedalaman 40 m untuk pertimbangan praktikal.
2) Membutuhkan ruang kerja yang besar untuk peralatan bertenaga besar dan tidak ada batasan overhead.
3) Tidak berlaku di tanah yang sangat padat, sangat kaku, atau yang memiliki bongkahan batu.
4) Hanya bisa dipasang vertikal.
5) Kemampuan terbatas untuk menangani strata yang terisolasi di kedalaman tertentu.
6) Tidak dapat dipasang di dekat struktur yang ada.
7) Biaya mobilisasi yang tinggi.
8) Fleksibilitas geometrik terbatas untuk pengeboran dan perawatan.
9) Berat peralatan konstruksi mungkin akan bermasalah untuk tanah yang sangat lunak.

Sumber: Suwarno & Wicaksono (2021)


Mode Kegagalan yang Memungkinkan

(a) sliding, (b) collapse (rotational), (c) bending, (d) circular shear, (e) horizontal shear, dan (f) combined
(modified from Kitazume, 2008; Broms, 1999)
Sumber: Jie Han (2015)
Tahap Pelaksanaan
1) Alat pencampur diposisikan pada kolom-kolom
yang direncanakan.
2) Alat pencampur dipenetrasikan sampai
kedalaman yang akan ditangani sekaligus
mengurai tanah dengan alat pencampur.
3) Setelah sampai pada kedalaman yang
diinginkan, tarik alat pencampur sambil
menginjeksikan bahan pengikat.
4) Alat pencampur berotasi menurut bidang
horizontal dan mencampur tanah dengan
bahan pengikat. Kecepatan putar mesin sekitar
100-200 rpm sedalam 1-3 m dengan panjang
kolom mencapai 30-40 m dan diameter 50-
100 mm atau lebih.
5) Penyelesaian kolom campuran yang telah
ditangani.

Sumber: SANWAKIZAI

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Susunan Kolom
Tipe susunan kolom dipilih bergantung pada maksud pencampuran tanah, kemampuan peralatan, dan karakteristik dari
metode yang digunakan. Metode dalam bentuk kolom-kolom tanah distabilisasi ini telah diaplikasikan untuk:
1) Mengendalikan air tanah;
2) Stabilisasi tanah dan fondasi;
3) Mereduksi vibrasi;
4) Mitigasi likuifaksi;
5) Perbaikan lingkungan;
6) Dinding pemotong untuk struktur bangunan air;
7) Pendukung galian;
8) Dan lain-lain.

(a) individual column, (b) block, (c) wall, dan (d) grid
Sumber: Jie Han (2015)

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (1/8)
1) Kuat Geser Rata-
Rata-rata
Jika kuat geser tanah yang distabilisasi kurang dari 100-150 kPa, kuat geser rata-rata (τu,av) digunakan untuk
mengevaluasi stabilitas timbunan, lereng, dan galian dalam.

Di Swedia dan Finlandia, α berkisar 0,1-0,25 sedangkan di Jepang antara 0,5-0,9 dengan menganggap bahwa berat
timbunan seluruhnya didukung oleh kolom-kolom.

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (2/8)
2) Faktor Tegangan (mc)
Merupakan rasio antara kenaikan tegangan pada kolom, pada kedalaman yang sama dan beban satuan yang
diaplikasikan (Broms,1993).

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (3/8)
3) Kapasitas Dukung Blok Tanah-
Tanah-Kolom
Kapasitas dukung ultimit material komposit yang terdiri dari sistem kolom dan tanah lunak (qu) dapat ditentukan
menurut 2 metode (Broms, 2004):

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (4/8)
3) Kapasitas Dukung Blok Tanah-
Tanah-Kolom
Jika sistem tanah yang distabilisasi hanya mengapung saja di tanah lunak, kapasitas dukung ultimit bergantung pada
tipe kegagalannya. Jika kegagalan disebabkan oleh keruntuhan blok, seperti yang diasumsikan oleh Topolnicki (2003),
kapasitas dukung ultimit dinyatakan oleh persamaan:

Kegagalan geser kelompok kolom sebagai blok


(Topolnicki, 2003)

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (5/8)
4) Distribusi Tegangan
Penurunan dan kecepatan penurunan dari blok tanah yang berada di bawah dasar kolom dapat dihitung dari
kenaikkan tegangan yang didasarkan pada metode 2V:1H.

Sumber: Jie Han (2015)

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (6/8)
5) Penurunan Kelompok Kolom
Penurunan dipengaruhi oleh modulus elastis rata-rata kolom dan modulus kompresi dari tanah di antara kolom-
kolom.

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (7/8)
6) Penurunan Material Komposit Tanah-
Tanah-Kolom
Selama tahap-tahap pembebanan pada tanah dan kolom, dua penurunan dibandingkan, yaitu penurunan kolom (S1)
dan penurunan tanah lunak (S2).

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Pertimbangan Dalam Perancangan (8/8)
6) Penurunan Material Komposit Tanah-
Tanah-Kolom
Dengan menganggap q1 = qmaks, penurunan kolom (S1) dibandingkan dengan penurunan S2, sebagai berikut:

Sumber: Hardiyatmo (2020)


Contoh Perhitungan Daya Dukung DCM (1/3)
1) Menghitung Replacement Ratio Rencana Menggunakan Pendekatan Perhitungan Su

Sumber: (Erick et al., 2021)


Contoh Perhitungan Daya Dukung DCM (2/3)
2) Perbandingan Replacement Ratio Rencana dengan Replacement Ratio Target

≥ 0,34 (OK!)

Sumber: (Erick et al., 2021)


Contoh Perhitungan Daya Dukung DCM (3/3)
3) Menghitung Kuat Geser (Su,dcm) dan Daya Dukung DCM (qu)

Sumber: (Erick et al., 2021)


DAFTAR PUSTAKA
• Dasar-dasar Teknik Perbaikan Tanah (Darwis, 2017)
• Principles of Foundation Engineering edisi ke-8 (Braja. M. Das, 2016)
• Departemen Pekerjaan Umum No: 002 - 07 / BM / 2006
• Perbaikan Tanah (Hardiyatmo, 2020)
• Sistem Perbaikan Tanah Deep Cement Mixing di Lokasi Stock Yard Stasiun Kereta Api Garongkong Kabupaten Barru,
Sulawesi Selatan (Suwarno & Wicaksono, 2021)
• Principles and Practice of Ground Improvement (Jie Han, 2015)
• Makalah GEC Civil Expo ITS 2020, Metode Perbaikan Longsor Jalan Bujangga, Kalimantan Timur (Erick et al., 2021)
• Clay mineral waters Earth's mantle from the inside (phys.org)
• Deep Cement Mixing (pacific-foundation.com)
• Grand Portland Cement TYPE 1 40kls - Home Style Depot
• Construction. Pages: Stabilitas Daya Dukung Tanah (jamesthoengsal.blogspot.com)
• Kapur tohor - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
• (+-1KG) REPACK Baja Kapur Dolomite MgO- 19%, CaO-30%,CaCO3-55% | Shopee Malaysia
• Buy Phosphoric Acid Online | Paramount Chemicals, Victoria, Australia
• Deep Soil Mixing – JAFEC USA, Inc.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai