TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Menurut wikepidia.org (2013) lempung atau tanah liat ialah kata umum
untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari
4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang
paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses
pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan
lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral
lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan
susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk
kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida
aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida
silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1
memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat
basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-
kerutan atau “pecah-pecah” bila kering.
Seorang geolog mengungkapkan bahwa tanah liat dibedakan dari
kehalusan tanah oleh perbedaan dalam ukuran dan mineralogi. Silts , yang
tanah halus yang tidak termasuk mineral lempung, cenderung memiliki ukuran
partikel lebih besar dari tanah liat, tetapi ada beberapa tumpang tindih di kedua
ukuran partikel dan sifat fisik lainnya, dan ada banyak yang meliputi silts dan
juga tanah liat. Perbedaan antara lumpur dan tanah liat bervariasi. Geolog dan
ilmuwan tanah biasanya mempertimbangkan pemisahan terjadi pada ukuran
partikel dari 2 pm (tanah liat halus yang dari silts), sedimentologists sering
menggunakan pM 4-5, dan koloid kimia menggunakan 1 pM. insinyur
Geoteknik membedakan antara silts dan tanah liat berdasarkan sifat plastisitas
tanah, yang diukur dengan tanah „ Batas Atterberg . ISO 14688 partikel tanah
liat sebagai nilai lebih kecil dari 2 pM dan silts lebih besar.
Clay adalah istilah umum termasuk banyak kombinasi satu atau lebih
mineral lempung dengan jejak oksida logam dan bahan organik. liat geologi
sebagian besar terdiri dari mineral phyllosilicate mengandung sejumlah
8
variabel air terperangkap dalam struktur mineral. Tanah liat dihasilkan oleh
alam, yang bersal dari pelapukan kerak bumi yang sebagian besar tersusun
oleh batuan feldspatik, terdiri dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi
tersebut terdiri dari unsur unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminium.
Aktivitas panas bumi membuat pelapukan batuan silika oleh asam karbonat.
kemudian membentuk terjadinya tanah liat (Sappie, 2006).
Menurut Sappie (2006) tanah liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan
pertanian.
2. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat
menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
3. Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.
4. Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya
yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 10000C.
gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang relatif lebih
rendah. Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna krem, abu-
abu muda sampai coklat muda ke tua (Sappie, 2006)..
Tanah liat sekunder menurut Sappie (2006) memiliki ciri-ciri:
- Kurang murni.
- Cenderung berbutir halus.
- Bersifat plastis.
- Berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda,
kuning kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
- Daya susut tinggi.
- Suhu bakar 12000C–13000C, ada yang sampai 14000C (fireclay,
stoneware, ballclay).
- Suhu bakar rendah 9000C–11800C, ada yang sampai 12000C
(earthenware).
Warna tanah tanah alami terjadi karena adanya unsur oksida besi
dan unsur organis, yang biasanya akan berwama bakar kuning
kecoklatan, coklat, merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan
jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang terkandung. Biasanya
kandungan oksida besi sekitar 2%-5%, dengan adanya unsur tersebut
tanah cenderung berwarna Iebih gelap, biasanya matang pada suhu yang
lebih rendah, kebalikannya adalah tanah berwama lebih terang atau pun
putih akan matang pada suhu yang lebih tinggi (Sappie,2006).
Menurut Ro Sulistya (2012) berdasarkan titik leburnya, tanah liat
sekunder dapat dibagi menjadi lima kelompok besar, yaitu :
1. Tanah Liat Tahan Api (Fireclay).
Kebanyakan tanah liat tahan api berwarna terang (putih) ke abu-
abu gelap menuju ke hitam dan ditemukan di alam dalam bentuk
bongkahan padat, beberapa diantaranya berkadar alumina tinggi dan
berkadar alkali rendah. Titik leburnya mencapai suhu ± 1500 ºC. Yang
tergolong tanah liat tahan api ialah tanah liat yang tahan dibakar pada
suhu tinggi tanpa mengubah bentuk, misalnya kaolin dan mineral tahan
13
api seperti alumina dan silika. Bahan ini sering digunakan untuk bahan
campuran pembuatan massa badan siap pakai, untuk produk stoneware
maupun porselin.
Karena beberapa sifatnya yang menguntungkan, antara lain
berwarna putih, mempunyai daya lentur dan sebagainya, maka Kaolin
juga dipakai sebagai bahan pengisi untuk produk kertas dan kosmetik.
2. Tanah Liat Stoneware.
Tanah liat stoneware ialah tanah liat yang dalam pembakaran
gerabah (earthenware) tanpa diserta perubahan bentuk. Titik lebur tanah
liat stoneware bisa mencapai suhu 1400 ºC. Bisaanya berwarna abu-abu,
plastis, mempunyai sifat tahan api dan ukuran butir tidak terlalu halus.
Jumlah deposit di alam tidak sebanyak deposit kaolin atau mineral tahan
api. Tanah liat stoneware dapat digunakan sebagai bahan utama
pembuatan benda keramik alat rumah tangga tanpa atau menggunakan
campuran bahan lain. Setelah suhu pembakaran mencapai ± 1250 ºC,
sifat fisikanya berubah menjadi keras seperti batu, padat, kedap air dan
bila diketuk bersuara nyaring.
3. Ballclay.
Disebut juga sebagai tanah liat sendimen. Ballclay berbutir halus,
mempunyai tingkat plastisitas sangat tinggi, daya susutnya besar dan
bisaanya berwarna abu-abu. Tanah liat ini mempunyai titik lebur antara
1250 ºC s/d 1350 ºC. Karena sangat plastis, ballclay hanya dapat dipakai
sebagai bahan campuran pembuatan massa tanah liat siap pakai.
4. Tanah Liat Earthenware.
Bahan ini sangat banyak terdapat di alam. Tanah liat ini memiliki tingkat
plastisitas yang cukup, sehingga mudah dibentuk, warna bakar merah
coklat dan titik leburnya sekitar 1100 ºC s/d 1200 ºC. tanah liat merah
banyak digunakan di industri genteng dan gerabah kasar dan halus.
Warna alaminya tidak merah terang tetapi merah karat, karena
kandungan besinya mencapai 8%. Bila diglasir warnanya akan lebih
kaya, khususnya dengan menggunakan glasir timbal.
14
5. Tanah Liat Lainnya. Yang termasuk kelompok ini adalah jenis tanah liat
monmorilinit.
contohnya bentonit yang sangat halus dan rekat sekali. Tanah liat ini
hanya digunakan sebagai bahan campuran massa badan kaolinit dalam
jumlah yang relatif kecil.
Manfaat tanah liat menurut Jimmy (2011) antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai obat untuk sakit perut, karena tanah liat memiliki zat seperti
sponge yang berfungsi menyerap racun di tubuh.
19
2. Sebagai pengurang rasa sakit di luka, hal ini dikarena oleh sifat tanah liat
yang adem dan memiliki kandunga Zink dan Zat besi yang membantu
penyembuhan luka.
3. Sebagai detox tubuh. Tanah liat yang bersifat seperti sponge ini dapat
digunakan untuk menyerap racun-racun ditubuh kita seperti bakteri, zat
logam berbahaya, dll.
4. Untuk kecantikan, tanah liat bermanfaat untuk mengencangkan kulit dan
memuluskan kulit Anda jika digunakan sebagai masker atau lulur tubuh.
2.2 Semen
2.2.1 Pengertian Semen
Semen merupakan material perekat untuk kerikil (agrerat kasar), pasir,
batubata, dan material sejenis lainnya. Material semen telah banyak digunakan
sejak zaman Yunani, Romawi, dan Mesir Kuno. Sebagian monumen dan
bangunan peninggalan sejarah yang saat ini masih bisa kita saksikan,
merupakan bukti bahwa material semen sudah digunakan sejak zaman dulu.
Orang Mesir sudah menggunakan semenuntuk konstruksi pyramid mereka.
Orang Yunani dan orang Roma menggunakan turf vulkanik yang dicampur
21
dengan gamping sebagai semen, dan beberapa diantara bangunan ini masih
berdiri sekarang (Syarif Hidayat,2009) .
pada abad ke-18 (1700 M) seorang insinyur Sipil, John Smeaton
berkebangsaan Inggris telah mebuat campuran semen, yaitu merupakan
campuran antara batu kapur dan tanah liat yang kemudian dia pakai untuk
membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Comwall, Inggris. Namun,
bukan Smeaton yang mempatenkan semen ini tapi seorang insinyur yang
berkebangsaan sama dengannya yaitu Josep Aspdin yang mematenkan semen
pada tahun 1824, yang kemudian di sebut dengan Semen Portland. Dinamai
Portland karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat yang ada di
Pulau Portland, Inggris (Syarif Hidayat,2009) .
Hasil rekayassa Aspdin inilah yang sekarang banyak dijumpai di toko-
toko bangunan. Sebenarnya, ramuan Aspdin tidak jauh berbeda dengan
Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, yaitu batu kapur sebagai
sumber kalsium karbonat dan tanah lempung yang banyak menggandung
silica, alumina, serta oksidasi besi. Kemudian, tahun 1845 Issac Johnson
melakukan penelitian lanjutan mengenai semen dan hasilnya sangat berperan
dalam pengembangan industri semen modern (Syarif Hidayat,2009).
Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland adalah semen hidrolisis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (klinker) semen portland
terutama yang terdiri atas Kalsium Silikat yang bersifat hidrolisis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
Semen merupakan bahan yang digunakan untuk berbagai keperluan
terutama dalam pembagunan. Bahan mentah yang dibutuhkan dalam
pembuatan semen antara lain batu kapur (Limestone), tanah liat (clay) , pasir
silica dan pasir besi. Adapun bahan-bahan tersebut setidaknya mengandung
Limestone (+/- 82%), Clay (+/- 13,5%), Pasir Silika (+/- 3%), dan Pasir besi
(+/- 1,5%).
22
Bahan baku utama yang digunakan yaitu batu kapur (Lime Stone) dan
tanah liat (Clay).
1. Batu kapur (Lime Stone)
Kalsium karbonat (CaCO3) di alam sangat banyak terdapat di berbagai
tempat. Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada
umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber
utama senyawa Ca. Kekerasan batu kapur antara 1,8 – 3,0 skala mesh, warna
pada batu kapur dipengaruhi oleh tingkat kandungan unsur – unsur besi,
clay (tanah liat), dan MgO. Batu kapur ini memberikan kandungan CaO dan
sedikit mengandung MgO.
2. Tanah liat (Clay)
Tanah liat merupakan bahan baku semen yang mempunyai sumber
utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit senyawa besi. Tanah liat
memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan secara umum mempunyai warna
cokelat kemerah – merahan serta tidak larut dalam air.
Tabel 2.1 Sifat – Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku Utama
Sifat – Sifat Komponen Bahan Baku
No
Bahan Batu Kapur Tanah Liat
1 Rumus kimia CaCO3 Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O
2 Berat molekul 100,09 g/gmol 796,40 g/gmol
3 Densitas 2,71 g/ml 2,9 g/ml
4 Titik leleh 1339 oC Terurai pada 1450 oC
5 Warna Putih keabu – Coklat kemerah –
6 Kelarutan abuan merahan
Larut dalam air, Tidak larut dalam air,
asam NH4Cl asam, pelarut lain
Sumber: Perry, R. H, tahun 1998
23
Tabel 2.2 Sifat – Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Penunjang
Komponen Bahan Baku
No Sifat – Sifat Bahan
Pasir Silika Pasir Besi
1 Rumus kimia SiO2 Fe2O3
2 Berat molekul 60,06 g/gmol 159,70
3 Densitas 1,32 g/ml g/gmol
4 Titik leleh 1710 oC 5,12 g/ml
5 Titik didih 2230 oC Terurai pada
6 Warna Coklat keputihan 1560 oC
7 Kelarutan Tidak larut dalam air, -
alkali tetapi larut dalam Hitam
HF Tidak larut
dalam air,
tetapi larut
dalam HCl
Sumber: Perry, R. H, tahun 1989
dihasilkan. Bahan baku tambahan yang biasa digunakan untuk mengatur waktu
pengikatan semen adalah Gypsum.
Tabel 2.3 Sifat – Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Tambahan
No Sifat – Sifat Bahan Gypsum
1 Rumus kimia CaSO4. 2H2O
2 Berat molekul 172,17 g/gmol
3 Densitas 2,32 g/ml
4 Titik leleh 128 oC
5 Titik didih 163 oC
6 Warna Putih
7 Kelarutan Larut dalam air,
gliseril, Na2S2O3
dan garam NH4
Sumber: Perry, R. H, tahun 1989
dunia pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 13,472 juta ton dan proyeksi
produksi sebesar 7,8 juta ton. Dengan demikan terjadi kekurangan pasokan
karet sebesar 5,654 juta ton yang merupakan peluang bagi pasar di Indonesia.
Bahan pengisi karet sangat memegang peranan penting dalam industri
ban dan polimer, karena fungsi bahan pengisi untuk menurunkan biaya
produksi dan menguatkan kekuatan mekanik. Menurut prayitno (1983), bahan
pengisi karet sangat berpengaruh pada sifat-sifat karet vulkanisasi yang
dihasilkan, baik jenisnya maupun jumlahnya. Pada beberapa pencampuran
komponen, arang hitam (black carbon) merupakan bahan pengisi aktif karena
selain sebagai pengisi bahan ini juga berfungsi sebagai pewarna (warna hitam)
dan penguat.
Karet alam tidak memiliki regangan , kekerasan, dan modulus yang
sesuai dengan keperluan pabrik karet.Maka diperlukan untuk menambahkan
material yang bertujuan untuk meningkatkan karakteristik karet alam pada
tingkatan yang diinginkan (Studebaker, 1957). Untuk menghasilkan barang
jadi karet yang tahan terhadap pengusangan perlu penyesuaian sistem
vulkanisasi dan ditambahkan anti oksidan, anti ozon, dan sebagainya. Untuk
memperkuat sifat fisik dan menekan biaya pengolahan dengan memperbesar
volume dapat ditambahkan bahan pengisi.Processing aid digunakan untuk
mempermudah pengolahan sehingga terjadi pencampuran yang baik, dispersi
bahan pengisi yang baik, akan menghasilkan kompon yang baik sehingga
dihasilkan barang jadi yang baik (www.industrikaret.com).
Salah satu material yang digunakan dalam pencampuran karet alam
adalah bahan pengisi (filler). Bahan pengisi ini membantu dalam mencapai
karakteristik yang diinginkan dan merupakan material paling besar kedua
dalam hal kuantitas didalam suatu campuran karet setelah karet itu sendiri
(Brennan and Jermyn, 1965).
Bahan pengisi digunakan untuk memperkuat karet dengan tujuan untuk
mengurangi biaya produksi,pewarnaan, meningkatkan kepadatan dan
meningkatkan sifat pemrosesan. Umumnya penguatan karet merupakan bidang
yang penting dalam teknologi pemrosesan karet. Dimana penguatan karet dapat
27
Tanah liat banyak digunakan sebagai untuk senyawa karet dari semua
jenis, termasuk komponen ban seperti senyawa serat perekat, dan seluruh
rentang non-ban. Aplikasi karet digunakan karena memiliki daya penguatan
baik, biaya moderat dan processability baik yang diinginkan. Tanah liat
memiliki sifat semi-memperkuat yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai
pengisi utama dalam karet atau untuk mengganti sebagian atau memperpanjang
lebih tinggi memperkuat karbon hitam. Senyawa karet mengandung rata-rata
kurang dari 5 lbs. Bahan kimia tambahan per 100 lbs elastomer , sedangkan
filler biasanya 10-15 kali lebih tinggi . Bahan yang digunakan untuk
memodifikasi sifat-sifat produk karet , bahan pengisi sering memainkan peran
penting . Sebagian besar pengisi karet yang digunakan saat ini menawarkan
beberapa manfaat fungsional yang memberikan kontribusi untuk processability
atau kegunaan produk karet . Butadiene rubber stirena misalnya , memiliki
hampir tidak ada penggunaan komersial sebagai senyawa terisi (Ebook Non
Black Filler for Rubber hlm 2).
Tanah liat juga digunakan sebagai agen semi-penguat untuk karet, dan
sekitar £ 900.000.000 digunakan per tahun di Amerika Serikat Paling adalah
tanah liat keras ditambang di Georgia dan Carolina Selatan. Hal ini digunakan
dalam bangkai ban, dinding samping, dan isolasi manik. Liat menawarkan
beberapa penguatan terhadap senyawa karet tetapi kurang dari memperkuat
nilai karbon hitam. Biaya tanah liat biasanya $ 0,03 sampai $ 0,05 per pon.
Silan lempung putih yang dimodifikasi digunakan dalam dinding samping
putih (CWC 1997).
Tanah liat kaolin biasanya digunakan untuk mengurangi biaya
penggunaan senyawa karet serta meningkatkan sifat fisik atau saat operasi.
Tanah liat kaolin adalah aluminosilikat platy. Tanah liat yang digunakan untuk
pengisi karet di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu tanah liat keras dan
tanah liat lunak yang memiliki ukuran partikel yang berbeda dan juga
mempengaruhi stuktur kekerasan karet. Tanah liat keras memiliki ukuran
partikel rata-rata sekitar 250 sampai 500 nm, dan mempunyai modulus
kekuatan tarik tinggi, kekakuan, dan ketahanan abrasi yang baik untuk
29
senyawa karet. Tanah liat lunak memiliki ukuran partikel rata-rata sekitar
1000-2000 nm dan digunakan untuk beban ekonom tinggi dan tingkat ekstrusi
lebih cepat lebih penting daripada kekuatan. Dalam anisometry (bentuk planar)
dan perhitungan ukuran partikel tanah liat mempengaruhi pada modulus dan
kekerasan. Tanah liat keras lebih banyak digunakan dari tanah liat lunak atau
lembut karena dalam pencampurannya karet menghasilkan efek semi-
memperkuat dan biaya utilitas yang rendah sebagai pelengkap pengisi lainnya.
Tanah liat digunakan untuk menggantikan sebagian dari karbon silika hitam
atau endapan silika yang harganya lebih mahal dalam senyawa tertentu tanpa
mengurangi sifat fisik produk yang dihasilkan nantinya. Berikut adalah gambar
struktur dari tanah liat kaolin (Ebook Non Black Filler for Rubber).
A B C D
Gambar 2.9 varius types of kaolin clay fillers
Sumber : (Adnan, dkk, 2009)
30
Kadang – kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam
campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang
digunakan dalam pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO2)
yang berbentuk tepung dan bewarna putih bersih (Callister, 2000).
diuji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih
mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada
dasarnya, SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan
dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder.
SEM memiliki kemampuan untuk menganalisis sampel tertentu
dengan memanfaatkan salah satu metode yang disebutkan di atas.
Sayangnya, setiap jenis analisis dianggap merupakan aksesori perangkat
tambahan untuk SEM. Aksesori yang paling umum dilengkapi dengan SEM
adalah dispersif energi detektor x-ray atau EDX (kadang-kadang dirujuk
sebagai EDS) (Marantha,2008) .
Jenis detektor memungkinkan pengguna untuk menganalisis
komposisi molekul sampel. deteksi pertama yang dikenal dengan sinar-x
ditemukan secara tidak sengaja oleh fisikawan Jerman Wilhelm Conrad
Roeentgen pada tahun 1895 saat mempelajari sinar katoda dalam tegangan
tinggi, tabung debit gas (Hal itu diketahui bahwa ketika katoda dari sebuah
sirkuit listrik dipanaskan dalam ruang hampa dengan beda potensial yang
besar diterapkan antara katoda dan anoda, kemudian ada gelombang
bergerak antara dua elektroda. Awalnya ini dianggap gelombang
elektromagnetik, sehingga mereka disebut sinar katoda, JJ Thompson
(1856-1940) menciptakan sinar katoda tabung-CRT dasar untuk monitor
komputer dan televisi). Karena alasan tersebut, Wilhelm Conrad Roeentgen
menciptakan istilah "x-radiasi". Panjang gelombang elektromagnetik sinar-x
sekitar 01-100 angstrom (disingkat Å) adalah salah satu dari sepuluh-miliar
(1/10000000000) meter. Sebuah langkah atom hidrogen sekitar 1 Å di. Jenis
elektron yang akan dibahas adalah elektron energi tingkat rendah yang
dikenal sebagai efek Auger. Efek Auger pertama kali diamati pada tahun
1925 oleh Fisikawan Perancis Pierre-Victor Auger. Fenomena ini terjadi
ketika sebuah elektron dilepaskan dari salah satu inti orbit dalam sehingga
menghasilkan dua bagian elektron dari atom residu dan kemudian diulang
untuk menghasilkan bagian yang baru atau x-ray yang untuk di pancarkan.
Perlu dicatat bahwa spesifikasi deteksi Auger elektron atau yield Auger
34
yaitu untuk elemen tertentu dengan nomor atom menurun. Sebagai contoh,
emisi sinar-x dan Auger elektron dari seng (nomor atom 30) adalah sama.
Jenis analisis dikembangkan di late1960 dan disebut Auger Spektroskopi
atau AES. Teknik ini berguna dalam mempelajari komposisi lapisan
permukaan secara kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa, elemen atau
partikel sub-atomik yang dikenal sebagai muon (Marantha,2008).
kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak merata,
banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap bagian permukaan itu
akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan
kemudian akan ditangkap oleh detektor dan akan diteruskan ke sistem layar.
Hasil yang diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan
spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan
dengan menggunakan SEM, pemakaiannya sangat terbatas tetapi memberikan
informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi
sekitar 100 Å (Stevens, 2001).
SEM memiliki perbesaran 10 – 3000000x, depth of field 4 – 0.4 mm
dan resolusi sebesar 1 – 10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth
of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui
komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan
untuk keperluan penelitian dan industri (Yudi Prasetyo, 2011). Menurut Yudi
Adapun fungsi utama dari SEM antara lain dapat digunakan untuk
mengetahui informasi-informasi mengenai:
- Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat
memantulkan cahaya, dan sebagainya).
- Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek
(kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
- Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di
dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).
- Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan
dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik,
kekuatan, dan sebagainya).
Prinsip kerja SEM yaitu bermula dari electron beam yang dihasilkan oleh
sebuah filamen pada electron gun. Pada umumnya electron gun yang
digunakan adalah tungsten hairpin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten
yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan diberikan kepada lilitan yang
mengakibatkan terjadinya pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk
39
Cara kerja SEM yaitu sebuah elektron diemisikan dari katoda tungsten
dan diarahkan ke suatu anoda. Tungsten digunakan karena mempunyai titik
lebur yang paling tinggi dan tekanan uap paling rendah dari semua jenis
logam, sehingga dapat dipanaskan untuk keperluan pemancaran elektron.
Berkas elektron yang memiliki beberapa ratus eV dipusatkan oleh satu atau
dua lensa kondeser kedalam suatu berkas cahaya dengan spot 1 nm sampai 5
nm. Berkas cahaya dipancarkan melalui sepasang coil scan pada lensa
obyektif yang dapat membelokkan berkas cahaya secara horizontal dan
vertikal sehingga membentuk daerah permukaan sampel persegi
empat.(Bambang,2011).
Ketika berkas elektron utama saling berinteraksi dengan sampel, maka
elektron kehilangan energi oleh penyebaran berulang dan penyerapan dengan
setetes volume spesimen yang dikenal sebagai volume interaksi yang meluas
kurang dari 100 nm sampai sekitar 5 nm pada permukaan. Ukuran dari
volume interaksi tergantung pada berkas cahaya yang mempercepat tegangan,
nomor atom spesimen dan kepadata spesimen. Energi berubah diantara berkas
elektron dan hasil sampel hasil pada emisi elektron dan sampel hasil pada
emisi elektron dan radiasi elektromagnet yang dapat dideteksi untuk
menghasilkan suatu gambar (Bambang,2011).
45
Contoh dari selotip karbon adalah seperti pada gambar 2.19 dibawah ini.
Adapun Gambar dari sampel holder yang telah ditempel selotip dan
diberi serbuk yang akan dianalisa dapat dilihat pada Gambar 2.20.
Dalam proses emisi termal dikenal dua macam jenis katoda yaitu :
1) Katoda panas langsung (Direct Heated Cathode, disingkat DHC)
2) Katoda panas tak langsung (Indirect Heated Cathode, disingkat IHC)
b) Tungsten Filamen
Material ini adalah material yang pertama kali digunakan orang untuk
membuatkatode. Tungsten memiliki dua kelebihan untuk digunakan sebagai
katoda yaitumemiliki ketahanan mekanik dan juga titik lebur yang tinggi
(sekitar 3400 oC), sehingga tungsten banyak digunakan untuk aplikasi khas
yaitu tabung XRay yang bekerja pada tegangan sekitar 5000 V dan suhu
tinggi. Akan tetapiuntuk aplikasi yang umum terutama untuk aplikasi Tabung
Audio dimana tegangankerja dan temperature tidak terlalu tinggi maka
tungsten bukan material yang ideal,hal ini disebabkan karena tungsten
memilik fungsi kerja yang tinggi (4,52 eV) danjuga temperature kerja optimal
yang cukup tinggi (sekitar 2200 oC).
c) Field emission
Pada emisi jenis ini yang menjadi penyebab lepasnya elektron dari
bahan ialahadanya gaya tarik medan listrik luar yang diberikan pada bahan.
Pada katoda yangdigunakan pada proses emisi ini dikenakan medan listrik
yang cukup besarsehingga tarikan yang terjadi dari medan listrik pada
elektron menyebabkanelektron memiliki energi yang cukup untuk lompat
keluar dari permukaan katoda.Emisi medan listrik adalah salah satu emisi
utama yang terjadi pada vacuum tubeselain emisi thermionic.
Jenis katoda yang digunakan diantaranya adalah :
- Cold Field Emission
- Schottky Field Emission Gun
2. Lensa Magnetik
Lensa magnetik yang digunakan yaitu dua buah condenser lens.
Condenser lens kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif)
memfokuskan electron dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-20
nm.
49
3. Detektor
SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan
elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda.
Detektor-detektor tersebut antara lain:
- Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi
mengenai nomor atom dan topografi.
- Secondary detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi
mengenai topografi (Prasetyo, 2011).
4. Sample Holder
Untuk meletakkan sampel yang akan dianalisis dengan SEM.
5. Monitor CRT (Cathode Ray Tube)
Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar
dapat dilihat.
a) Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat
memantulkan cahaya, dan sebagainya).
b) Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek
(kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
c) Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di
dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).
d) Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan
dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik,
kekuatan, dan sebagainya). (Prasetyo, 2011).
Jenis sampel yang dapat dianalisa: sampel biologi atau material padat.
Aplikasi (analisa sampel):
1. Sampel Padat: logam, bubuk kimia, kristal, polymers, plastik, keramik,
fosil, butiran, karbon, campuran partikel logam, sampel Arkeologi.
2. Sampel Biologi: sel darah, produk bakteri, fungal, ganggang, benalu dan
cacing. Jaringan binatang, manusia dan tumbuhan.
3. Sampel Padatan Biologi: contoh profesi dokter gigi, tulang, fosil dan
sampel arkeologi (Sudarman dkk., 2011).