Bahan alam ialah bahan bangunan yang dihasilkan dari alam, antara lain tanah dan
batuan, yang didalam penggunaannya tidak melalui proses lain, hingga menjadi suatu yang
berbeda dari bentuk asalnya.
1. Tanah
1.1. Definisi dan sifat umum tanah
Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam, berupa bumi ini, yang
terdiri dari air, udara dan butir-butir tanah yang padat, dimana bagian yang berisi dengan air
dan udara disebut dengan rongga atau pori.
Perbandingan isi air dengan udara dalam pori ini menentukan kondisi tanah tersebut, yaitu
apabila tanah tersebut kering, maka volume udara dalam pori lebih sedikit dibanding volume
udara, maka tanah tersebut dikatakan basah.
Apabila pori penuh diisi air, sehingga tidak ada udara di dalamnya, maka tanah
dikatakan sebagai tanah jenuh.
Sifat-sifat umum tanah dapat dilihat dari besarnya nilai-nilai parameter tanah yang
bersangkutan, misalnya :
a. Berat volume tanah, yaitu berat tanah per satuan volume.
b. Berat volume kering, yaitu berat tanah dalam keadaan kering per satuan volume.
c. Berat volume butir, yaitu berat tanah lepas per satuan volume.
d. Spesifik gravity, yaitu berat spesifik setiap butiran tanah, atau biasa disebut berat
jenis.
e. Angka rongga, yaitu perbandingan volume rongga dengan volume total tanah.
f. Porositas merupakan perbandingan volume air dengan volume pori.
g. Kadar air merupakan jumlah air dalam tanah atau volume air dibanding dengan
volume tanah.
h. Derajat kejenuhan dan lain-lain.
b. Lanau
Lanau merupakan tanah dengan butiran kecil dari 0,07 mm, dan bersifat
mudah menyerap air. Sehingga apabila terendam air menjadi lumpur.
c. Lempung
Lempung atau tanah liat merupakan tanah dengan butiran yang sangat
halus, bersifat plastik, yaitu mudah dibentuk, dan mempunyai daya lekat.
1
Untuk mendapatkan data-data tentang tingkat plastistas dan tingkat kejenuhan lempung,
maka dilakukan pengujian-pengujian, baik di laboratorium maupun dilapangan. Jenis
pengujian tanah lempung yaitu:
a. Plastic limit atau batas plastis.
b. Shringkage limit atau batasan susut.
c. Liquid limit atau batasan cair.
Berdasarkan pengujian-pengujian plastisitas tanah lempung berdasarkan pada daya lekat
lempung dan tingkat muai susutnya, dengan melihat jumlah air yang dikandung, maka
plastisitas yang diuji berbeda-beda pada setiap jenis lempung.
2
2. Genteng
Genteng dalam bangunan digunakan sebagai penutup atap, dalam buku
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982, ada beberapa
macam genteng, yaitu genteng dari bahan beton, keramik, kaca, bambu dan
tanah. Genteng tanah merupakan tanah liat yang diproses seperti pembuatan
bata merah, sehingga menjadi bahan yang keras dan tidak tembus.
3. Keramik
Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982 dan
dalam buku “Bahan Bangunan”. Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, ME, (1995)., keramik
merupakan tanah liat murni yang dicampur dengan kaolin, serisit, silikat (kuarsa,
felspar) bahan-bahan tersebut dan seterusnya diaduk dengan ditambahkan air
menjadi campuran.
Selanjutnya campuran-campuran dicetak sesuai dengan bentuk yang dikendaki.
Setelah kering udara dibakar pada suhu yang tinggi, sehingga menjadi produk
setengah jadi. Kemudian diglazzur dengan bahan pemoles, hingga menjadi
produk jadi. Dalam proses pembakaran, bahan campuran tersebut akan bereaksi
satu sama lain, sehingga menjadi bahan yang keras, licin dan bersifat sebagai
isolator.
Pemanfaatan bahan keramik antara lain: ubin, pelapis dinding,genteng, isolator
dan lain-lain.
2. Batuan
2.1. Latar belakang dan pembentukan batuan
Batuan merupakan suatu produk alam gabungan dari hablur mineral yang menyatu
dan memadat, hingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang terbentuk secara alamiah
melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan alamiah lainnya.
Batuan alam berasal dari gunung sebagai akibat proses vulkanik. Batuan ini disebut dengan
batu gunung, dalam proses berikutnya, aliran air sungai yang membawa batuan
3
tersebut bergerak dan berpindah sejalan dengan kemampuan aliran air yang ada. Karena
benturan dengan batuan lain atau benda-benda keras lainnya, batuan tersebut menjadi
pecahan-pecahan dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Ini yang disebut dengan batu
sungai atau batu kali. Kelompok batuan ini merupakan batuan luar.
Batuan-batuan akibat proses alamiah lainnya adalah batuan yang terbentuk dalam waktu
yang lama dan menerima beban akibat tumpukan tanah, batuan ini disebut batuan
metamorfose, yang termasuk dalam batuan yaitu marmer, granit, onix dan lain-lain,
tergantung bahan dasar mineral pembentuknya.
a. Batuan kapur
Batuan kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak zaman Mesir
Kuno. Batuan kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat apabila dicampur dengan bahan yang
lain dengan perbandingan tertentu, sebagai contoh kapur dicampur dengan pasir dan
Portland Cement (PC), kapur dicampur dengan semen merah dan pasir. Kelebihan kapur
sebagai bahan pengikat ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kapur sebagai berikut :
1. Kapur mempunyai sifat plastik yang baik, dalam arti tidak getas.
2. Sebagai bahan pengikat, kapur dapat mengeras dengan mudah dan cepat,
sehingga memberikan kekuatan pengikat kepada dinding.
3. Mudah dikerjakan, tanpa harus melalui proses pabrik.
Dalam keadaan sehari-hari di pasaran dikenal beberapa jenis kapur yangdigunakan sebagai
bahan bangunan, yaitu :
1. Kapur tohor (Ca.O), yaitu hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya
sebagian besar merupakan kalsium karbonat (Ca.CO3).
2. Kapur udara, yaitu kapur padam yang di aduk dengan air setelah beberapa waktu
campuran tersebut dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.
3. Kapur hidrolis merupakan kapur padam yang diaduk dengan air, setelah beberapa
waktu campuran dapat mengeras, baik di dalam air maupun di udara.
Pembuatan kapur merupakan proses pembakaran batu kapur yang mengandung kalsium
karbonat (Ca.CO3) dengan suhu ± 980 Celsius, hingga karbon dioksidanya keluar. Akibat
dari pemanasan dan keluarnya karbon dioksida tersebut maka unsur Ca.O atau kapurnya
saja yang tertinggal.
Proses kimia dari pemanasan Ca.CO3, menjadi kapur dapat ditulis sebagai berikut :
Ca.CO3 Ca.O + CO2
Ca. O + H2O Ca. (OH2) + panas
Ca. (OH2) + CO2 Ca.CO3 + H2O
Susunan kimia maupun sifat fisis bahan dasar yang mengandung kapur ini berbeda dari
satu tempat dengan tempat lain. Bahkan dalam satu tempatpun belum tentu sama. Dari
proses tersebut, kalsium oksida (Ca.O) yang diperoleh, biasa disebut dengan quick lime.
Kapur dari hasil pembakaran ini, bila ditambah dengan air akan mengembang dan retak-
retak sebagai akibat banyaknya jumlah panas yang dikeluarkan hingga seperti mendidih.
Proses ini menghasilkan Ca.(OH2) atau kalsium hidroksida. Perbandingan berat air yang
digunakan untuk proses ini merupakan 32 % dari berat kapur, tetapi karena faktorfaktor
pembakaran, jenis kapur dan sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang dibutuhkan dan
sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang dibutuhkan sampai 2 atau 3 kali berat kapur.
4
Proses penambahan air pada kapur ini disebut slaking, yang menghasilkan kalsium
hidroksida, yang disebut dengan slaked lime atau hydrated line.
Bila kalsium hidrat ini dicampur dengan air, akan diperoleh mortar kapur atau spesi
campuran kapur. Di udara terbuka mortar ini menyerap karbon dioksida CO 2 dan dengan
proses kimia menghasilkan Ca. CO3 yang bersifat keras dan tidak larut dalam air.
Batuan berjenis silikat yang sering digunakan sebagai bahan bangunan, baik untuk lantai
maupun sebagai pelapis dinding merupakan :
1. Granite
Menurut Smith & Andres dalam “Material of Construction” granit merupakan bahan
batuan murni, yang merupakan kombinasi dari bahan quartz, felspar, bonblende dan mika,
umumnya sangat keras, kuat dan mampu dilakukan dengan pemolesan yang tinggi,
sehingga mengkilap. Kandungan kimia yang utama merupakan silicon dioksida
dan aluminium oksida, dengan variasi besi, potasium, dan kalsium oksida. Berat granit
bervariasi antara 2643 kg/m3 sampai dengan 3204 kg/m3 dengan batas tegangan hancur
antara 1390 kg/cm2 sampai dengan 3090 kg/m2, dan kemampuan serap air merupakan
0,002 atau 0,2 dari beratnya. Finishing granit dari penggergajian sampai
menjadikan permukaannya licin seperti kaca yang halus dengan cara pemolesan
permukaannya dengan mesin poles. Sedang warna granit umumnya merupakan merah,
merah jambu, kuning, hijau, biru, putih, hitam dan coklat. Granit dapat digunakan sebagai
pelapis lantai, pelapis dinding bagian luar maupun dalam, anak tangga dengan lebar
yan bervariasi. Pada umumnya granit diproduksi dengan lebar 1800 mm, dan tebal antara
57 sampai 100 mm, dan untuk ukuran yang kecil biasanya dnegan tebal 75 sampai 100 mm,
atau sesuai dengan ukuran pemesan. Granit yang berupa potongan-potongan dapat
digabung menjadi bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan yang
lain dari granit merupakan sebagai pelapis kerb pada jembatan dan paving stones, atau
sebagai bahan finishing bangunan.
Gambar Granit
5
2. Marmer
Marmer atau batu pualam menurut Smith & Andres, di dalam “Material of
Construction” menrupakan batu kapur bercampur dengan mineralsilika yang mengalami
rekristalisasi akibat pengaruh tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Marmer seperti pada
granit digunakan untuk pelapis lantai dan bahan finishing dinding, dengan warna putih salju,
merah jambu, kuning, kehijau-hijauan dengan tekstur tergantung mineral yang
dominan dalam kandungannya. Bentuk marmer pada umumnya merupakan dipotong
menjadi lempengan-lempengan dengan tebal 57sampai dengan 200 mm, beratnya
bervariasi antara 2000 kg/m3 sampai dengan 2880 kg/m3 dengan batas tegangan hancur
antara 190 kg/cm2 sampai dengan 1930 kg/cm2. dan kemampuan serap air yang terendah
merupakan 0,25 % dan yang tertinggi merupakan 0,75 % dari beratnya.