Anda di halaman 1dari 69

UNIVERSITAS

BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIK
SIPIL

TUGAS
MAKALAH TANAH SEBAGAI
BAHAN BANGUNAN

DIBUAT OLEH :

NAMA : M. IRVAN PRATAMA


NPM : 15311328
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam ,yang terdiri dari air, udara dan butir – butir tanah
yang padat ,dimana bagian yang berisi dengan air dan udara disebut rongga atau pori . Perbandingan isi air dengan
udara dalam pori menentukan kondisi tanah ,yaitu apabila tanah tersebut kering ,maka volume udara dalam pori
lebih sedikit dibanding volume udara ,maka tanah tersebut dikatakan basah .Apabila pori penuh diisi air ,sehingga
tidak ada udara didalamnya ,maka tanah dikatakan sebagai tanah jenuh.

Menurut J.J. Berzelius (Swedia, 1803). Tanah adalah sebagai laboratorium kimia tempat proses
dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara tersembunyi.

Pada umumnya tanah terdiri dari zarah atau bagian yang kecil dari lapukan batu – batuan ,sisa tumbuhan
dan hewan .Diatas tanah juga didirikan pondasi namun sebelum menetapkan macam pondasi yang akan digunakan
,harus diketahui terlebih dahulu sifat – sifat tanah dasarnya. untuk itu perlu diadakan pemeriksaan tanah terlebih
dahulu.Pemeriksaan tanah tersebut meliputi jenis tanah , tegangan – dukungan tanah atau tahan yang dapat diterima
oleh tanah ,serta keadaan air tanah . Pada dasarnya menjadikan tanah sebagai bahan konstruksi pastinya memiliki
permasalahan . misalnya permasalahan dari segi tekstur tanah dan kadar air tanah.
Pemeriksaan dan penyelidikan tanah diperlukan untuk menentukan kekuatan tanah untuk pondasi .
Pemeriksaan tanah meliputi : 1. Pemeriksaan jenis tanah
2. Pemeriksaan tegangan dukung tanaah
3. Pemeriksaan keadaan air tanah

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk membahas permasalahan tanah sebagai bahan
konstruksi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasikan perumusan masalah nya
adalah apakah permasalahan sebagai bahan konstruksi?

1.3 Batasan Masalah


Makalah ini hanya membahas tentang permasalahan tanah sebagai bahan konstruksi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah


Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam ,yang
terdiri dari air, udara dan butir – butir tanah yang padat ,dimana bagian yang
berisi dengan air dan udara disebut rongga atau pori .
Menurut Justus Von Liebig (Jerman, 1840), mengajukan teori
keseimbangan hara tanaman (theory balanchesheet of plan naturation) , yang
menganggap tanah sebagai tabung reaksi dimana dapat diketahui jumlah dan
jenis hara tanamannya
2.2 . JENIS – JENIS TANAH
Menurut jenis susunannya tanah dibagi menjadi.
1. Tanah batu
Pada tebal ±2,5 m merupakan dasar yang amat baik untuk bangunan.

2. Tanah padas,cadas
Merupakan hasil pengerasan dari tanah dan kadang – kadang terdapat tanah – tanah lembek.Pada tebal 2,5
merupakan dasar fondasi yang baik,umumnya jika dibuka tanah padas ini lapuk lain halnya jika terdapat banyak
pasir.
3. Tanah - kerikil
Terdiri dari butiran – butiran batuan andesit yang cukup kasar.biasanya kerikil banyak bercampur pasir,selain
kerikil sebagai tanah dasar ,baik untuk didirikan bangunan.
4. Tanah pasir
Butir – butir pasir mendekati bentuk yang bulat – bulat .butir- butir yang berbentuk tajam disebut pasir tajam
merupakan tanah dasar yang baik untuk bangunan .
5. Tanah liat
Tanah liat sukar ditembus oleh air karena memiliki susunan butir yang rapat dan butir tersebut sanagt liat,akan
tetapi tanah liat tersebut mudah menerima air . keburukan tanah ini adalah jika musim kemarau menunjukkan retak
– retak sampai dibawah muka tanah sehingga kejadian ini mengakibatkan tegangan dukung tanah menjadi
berkurang .Sehingga mengakibatkan retak – retak pada bangunan.
6. Tanah geluh
Tanah ini terdiri dari campuran tanah liat dan pasir . jika butir – butir pasir banyak terkandung lebih banyak
daripada tanah liatnya maka susunannya lebih rapat.Jika tanah geluh tidak banyak mengandung air , maka dapat
digunakan sebagai dasar bangunan.
7. Tanah napal
Terdiri dari campuran tanah liat,pasir dan kapur.Tanah ini baik digunakan sebagai dasar bangunan asal
mempunyai tebal lapis yang cukup bedarnya.
8. Tanah lus
Terdiri dari butiran – butiran halus dan rata susunannya . Dalam susunan butir banyak terdapat butir – butir kapur .
Tanah ini baik digunakan sebagai tanah dasar,asal butir – butirnya tidak mengandung air didalamnya .
10. Tanah gambut
Tanah gambut banyak terdapat dirawa – rawa .Tanah gambut tidak baik sebagai dasar bangunan,perlu diketahui
bahwa urungan rawa dengan lumpur kurang kuat yang lebih kuat adalah urungan dengan pasir kali.

2.3 FUNGSI TANAH


Tanah mempunyai peran yang sangat penting pada suatu pekerjaan konstruksi ,keberhasilan
perencanaan dan pelaksanaan suatu bangunan sangat dipengaruhi kemampuan memahami sifat dan jenis
tanah dimana konstruksi itu dibangun.Tanah merupakan media utama dalam pembangunan.Fungsi tanah
terdiri atas 3 bagian yaitu:
1.Tempat berdirinya segala jenis bangunan yang akan dibuat seperti bangunan gedung /
perumahan,bangunan jalan ,jembatan serta pambangunan tower .
2.Sebagai material pengisi / timbunan
Sebagai material untuk bahan bangunan seperti untuk membuat batu bata,genteng,keramik yang khusus
dibuat dari tanah liat.

Kayu adalah jaringan, struktural serat keras yang ditemukan di batang dan akar pohon dan lainnya pada
tanaman berkayu . Bahan ini telah digunakan selama ratusan ribu tahun sebagai bahan bakar dan bahan konstruksi.

Terdiri dari bahan organik, alamikomposit dari serat selulosa (yang kuat dalam ketegangan) tertanam
dalam matriks dari lignin yang tidak mudah di kompresi. Kayu, kadang-kadang hanya didefinisikan sebagai
sekunder xilem pada batang pohon, atau didefinisikan lebih luas untuk mencakup jenis yang sama dari jaringan di
tempat lain seperti pada akar pohon atau tanaman lain seperti semak. Dalam pohon hidup telah melakukan fungsi
pendukung, memungkinkan tanaman berkayu untuk tumbuh besar atau untuk membela diri sendiri. Hal ini juga
menengahi transfer air dan nutrisi ke daun dan jaringan berkembang lainnya. Kayu juga dapat merujuk kepada
bahan tanaman lainnya dengan properti yang sebanding, dan untuk materi rekayasa dari kayu, atau keripik kayu
atau fiber.

Bumi terdapat sekitar satu triliun ton kayu, yang tumbuh pada dari 10 miliar ton per tahun. Sebagai,
berlimpah karbon-netral pada sumber daya terbarukan, bahan kayu telah berkepentingan intens sebagai sumber
energi terbarukan. Pada tahun 1991, sekitar 3,5 miliar meter kubik kayu yang dipanen. Dominan di perabotan dan
konstruksi bangunan.

Sebuah penemuan 2011 di Kanada, provinsi New Brunswick menemukan tanaman / pohon kayu yang
ditanam sekitar 395-400 juta tahun yang lalu . Orang-orang telah menggunakan kayu sejak ribuan tahun lalu untuk
berbagai tujuan, terutama sebagai bahan bakar atau sebagai bahan konstruksi untuk membuat rumah, alat perkakas,
senjata, mebel, kemasan karya seni dan kertas.

Kayu biasanya terdapat tanda umur oleh penanggalan karbon di dalam tubuh
batang dan pada beberapa spesies oleh karena dendrochronology untuk membuat
sejarah kayu tersebut sejak tumbuh. Dilihat variasi tahun ke tahun pada lingkaran
lebar di batang pohon dan juga kelimpahan isotop memberikan petunjuk dengan iklim
yang berlaku pada saat itu.

Kayu telah menjadi bahan konstruksi penting karena manusia mulai


membangun tempat penampungan, rumah dan perahu. Hampir semua perahu terbuat
dari kayu sampai akhir abad 19, dan kayu masih umum digunakan saat ini dalam konstruksi kapal.

Bahan kayu yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi umumnya


dikenal sebagai kayu di Amerika Utara. Di tempat lain, bahan kayu biasanya
mengacu pada pohon yang ditebang, dan kata lain untuk papan gergajian siap
digunakan adalah papan malt.
Perumahan lokal baru di berbagai belahan dunia saat ini umumnya terbuat dari konstruksi bingkai
kayu. Kayu direkayasa menjadi bagian yang lebih besar dari industri produk konstruksi. Kayu dapat digunakan
dalam bangunan baik perumahan dan komersial sebagai bahan struktural dan estetika.

Dalam bangunan terbuat dari bahan lain, kayu masih akan ditemukan sebagai bahan pendukung, terutama
dalam konstruksi atap, di pintu interior dan kusennya, dan sebagai cladding eksterior. Kayu juga biasa digunakan
sebagai bahan shuttering untuk membentuk cetakan dimana beton dituangkan dalam konstruksi beton bertulang.

Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan
atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara
sekitarnya.
Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama
bila kayu dalam keadaan kering.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifatyang berbeda-beda. Bahkan
kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat agak berbeda, jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Dalam
hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui lebih dahulu, sebelum kayu dipergunakan
sebagai bahan bangunan,industri kayu maupun untuk pembuatan perabot. Sifat dimaksud antara lainyang
bersangkutan dengan sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat kimianya.

2.1.2 Sifat - Sifat Kayu


2.1.2.1 Sifat – Sifat Umum Kayu
Di samping sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain,ada beberapa sifat yang umum terdapat
pada semua kayu yaitu:
1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.
2. Kayu tesusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari
senyawa-senyawa kimia berupa selulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperllihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah
utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam
dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada
batang pohon.
4. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah
kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya.
5. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu keadaannya
kering.
Bila sebatang pohon dipotong melintang dan permukaan potongan melintang itu dihaluskan, maka akan tampak
suatu gambaran unsur-unsur kayu yang tersusun dalam pola melingkar dengan suatu pusat di tengah batang serta
deretan sel kayu dengan arah mirip jari-jari roda ke permukaan batang. Sebuah sumbu dapat dibayangkan melewati
pusat itu dan merupakan salah satu sumbu arah utama yang disebut sumbu longitudinal; sumbu ini disebut sumbu
arah radial. Selanjutnya yang tegak lurus dengan jari-jari kayu, tetapi tidak memotong sumbu longitudinal,
dinamakan sumbu arah tangensial. Ketiga sumbu arah utama ini sangat penting zrtinyabagi keperluan mengenal
sifat-sifsat kayu hyang khas. Yaitu antara lain sifat anisotropik yang telah disebut, perbedaan dalam kekuatan kayu,
kembang susut kayu dan aliran zat cair di dalam kayu.
Di samping itu mengenal kekuatan kayu yang menahan beban, ternyata lebih besar pada arah sumbu longitudinal
daripada arah-arah yang lain. Demikian pula zat cair lebih cepat dan lebih mudah pada arah longitudinal daripada
arah sumbu radial dan tangensial. Sebaliknya kembang susut kayu terbesar terdapat pada arah tangensial.

2.1.2.2 Sifat Fisik Kayu

Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah : Berat Jenis, Keawetan Alami, Warna, Higroskopik,
Berat, Kekerasan dan lain-lain.

 Berat jenis
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar 0,20 sampai 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk
penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan
suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara
berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.

 Keawetan Kayu Alami


Yang dimaksut dengan keawetaan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsure-unsur perusak
kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan mahluk lainnya yang diukur dengan jangka
waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu yang merupakan
sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan
tinggal di dalamnya serta merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu ulin memiliki
silica dan lain-lain. Keawetan kayu didefinisikan sebagai ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-
unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan makhluk lainnya dalam jangka
waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat ekstraktif)
yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai
masuk dan tinggal didalamnya serta merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu ulin
memiliki silika dan lain-lain. Sehingga jenis-jenis kayu ini mempunyai cukup keawetan secara alami.
Klasifikasi kayu di Indonesia membagi tingkat keawetan kayu kedalam 5 kelas.

 Warna Kayu
Kayu mempunyai warna yang bermacam-macam. Kayu yang berwarna putih misalnya kayu jelutung, kayu
kempas dan renghas bewarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam
kayu yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang mempengaruhi warna kayu, antara lain: tempat didalam
batang, umur pohon dan kelembaban udara. Kayu tersa umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau
lebih gelap daripada warna bagian kayu gubal. Kayu yang umurnya lebih tua umumnya berwarna lebih
gelap daripada kayu yang muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pula warnanya dengan
kayu yang basah. Demikian pula kayu yang lama berada diluar kelihatan lebih gelap atau lebih pucat
warnanya daripada kayu yang segar dan kering udara.

 Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air atau
kelembaban.Sifat higroskopik ini merupakan suatu petunjuk bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi
oleh kelembaban dan suhu udara sekitarnya pada suatu saat tertentu. Makin lembab udara disekitarnya
maka makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.
Kandungan air pada kayu seperti ini dinamakan kandungan air kesetimbangan (EMC=Equilibrium
Moisture Content) masuknya air kedalam kayu itu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk
dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan
mengembang atau menyusut.

 Tekstur
Tekstur ialah ukuran relative sel-sel kayu. Yang dimaksut dengan sel kayu ialah serat-serat kayu. Jadi dapat
dikatakan tekstur ialah ukuran relative serat-serat kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu dapat digolongkan ke
dalam :

Kayu bertekstur halus, contoh : giam, lara, kulim dll


Kayu bertekstur sedang, contoh : jati, sonokeling dll
Kayu bertekstur kasar, contoh : meranti, kempas dll

 Serat
Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang menunjukkan arah sel-sel
kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah
serat dapat ditentukan oleh alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu.
Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan
sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut
terhadap sumbu panjang batang, dikatakan kayu itu berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi lagi
menjadi:
1. Serat berpadu; bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling, menyimpang ke kiri
kemudian ke kanan terhadap sumbu batang, contoh kayu: kulim, renghas, kapur.

2. Serat berombak; serat-serat kayu yang membentuk gamabaran berombak, contoh kayu: renghas, merbau
dan lain-lain

3. Serat terpilin; serat-serat kayu yang membuat gambaran terpilin (puntiran), seolah-olah batang kayu dipilin
mengelilingi sumbu, contoh kayu: bintangur, kapur, dammar dan lain-lain
4. Serat diagonal; yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu atau papan, yang digergaji sedemikian rupa
sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu, tetapi membentuk sudut dengan sumbu.

 Berat kayu
Berat sesuatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah
pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di dalamnya. Berat suatu jenis kayu ditunjukkan
dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berdasarkan
berat jenisnya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam kelas-kelas sebagai berikut:

Sangat berat = lebih besar dari 0,90


Berat = 0,75 - 0,90
Agak berat = 0,60 - 0,75
Ringan = lebih kecil dari 0,60

Sebagai contoh jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat adalah giam, balau, dan lain-lain. Masuk kelas
berat misalnya kulim,sedangkan agak berat misalnya bintangur dan yang termasuk ringan misalnya pinus dan balsa.

 Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras
juga temasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang lunak. Berdasarkan
kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai berikut:

Kayu sangat keras, contoh: balau,giam, dan lain-lain.


Kayu keras, contoh: kulim, pilang dan lain-lain.
Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan lain-lain.
Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain.

Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu tersebut arah melintang dan mencatat atau menilai
kesan perlawanan oleh kayu itu pada saat pemotongan dan kilapnya bidang potongan yang dihasilkan. Kayu yang
sangat keras akan sulit dipotong melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil potongannyaakan
member tanda kilauan pada kayu. Kayu yang lunak akan mudah rusak, dan hasil potongan melintangnya akan
memberikan hasil yang kasar dan suram.

 Kesan raba
Kesan raba sesuatu jenis kayuadalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba permukaan kayu tersebut.
Ada kayu bila diraba member kesan kasar, halus, licin, dingin dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-
beda itu untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung dari: tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan
kadar zat ekstraktif di dalam kayu. Kesan raba ialah licin, apabila tekstur kayunya halus dan permukaannya
mengandung lilin. Sebaliknya apabila keadaan tekstur kayunya kasar. Kesan raba dingin ada pada kayu
bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas bila teksturnya kasar dan berat jenisnya
rendah. Jati member kesan agak berlemak atau berlilin kalau diraba; sedangkan kayu renghas memberi
kesan gatal pada kulit (alergi).

 Bau dan Rasa


Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu itu lama tersimpan di udara luar. Untuk mengetahui bau dan
rasa kayu perlu dilakukan pemotongan atau sayatan baru pada kayu atau dengan membasahi kayu tersebut.
Sebab ada jenis-jenis kayu mempunyai bau yang cepat hilang, atau memiliki bau yang merangsang. Sifat
bau dari kayu dapat digambarkan sesuai dengan bau yang umum dikenal. Untuk menyatakan bau kayu
yang dihadapi, sering kali kita gunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal, misalnya: bau bawang
putih (kulim), bau keasam-asaman (ulin), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dan lain sebagainya.
Kesan raba dan bau tidak jauh berbeda. Adanya persamaan di antara kesan bau an rasa disebabkan oleh
adanya hubungan erat yang terdapat pada indera pembau dan indera perasa kita.

 Nilai dekoratif :
Umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan dibuat untuk tujuan tertentu yang hanya mementingkan
nilai keindahan tertentu pada kayu tersebut. Nilai dekoratif sesuatu jenis kayu tergantung dari penyebaran
warna, arah serat kayu, tekstur dan pemunculan ria-riap tumbuh yang bersama-sama muncul dalam pola
atau bentuk tertentu. Pola gambar inilah yang membuat sesuatu jenis kayu yang memilikinya mempunyai
suatu nilai dekoratif. Kayu-kayu yang memiliki nilai dekoratif antara lain: sonokeling, sonokembang,
renghas, eboni, dan lain sebagainya.

 Sifat-sifat lain :
Sifat lain antaranya sifat pembakaran. Semua jenis kayu dapat terbakar,tergolong dalam tingkatan menjadi
arang dan sampai menjadi abu. Sifat mudah terbakar ini pada satu pihak memberi keuntungan, misalnya
kalau kayu itu akan dipergunakan sebagai bahan pembakar. Di lain pihak ada sifat yang merugikan,
misalnya kalau kayu itu dipakai sebagai bahan perabot atau bangunan. Walaupun demikian kayu tidak
dapat ditinggalkan, karena kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan yang lebih besar bila dibandingkan
dengan sifat-sifat logam. Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, kimia dan anatomi
kayu. Umunya jenis-jenis kayu dengan pembuluh-pembuluh besar lebih mudah terbakar daripada jenis-
jenis kayu yang berat. Selanjutnya kandungan dammar yang banyak mempercepat pula pembakaran.
Dengan adanya sifat-sifat ini, maka jenis kayu yang dapat digolongkan ke dalam kelas daya tahan bakar
misalnya kayu: merbau, ulin, jati dan lain sebagainya. Daya tahan bakar yang kecil,
misalnya kayu: balsa, sengon, pinus dan lain sebagainya. Daya tahan bakar kayu dapat ditingkatkan
dengan membuat kayu itu menjadi anti api (fire proof) antara lain:

Menutup kayu itu dengan bahan lapisan yang tidak mudah terbakar, yang berfungsi melindungi lapisan
kayu di bawahnya terhadap api. (Asbes, pelat logam dan lain sebagainya).
Menutup kayu itu dengan bahan-bahan kimia yang bersifat mencegah terbakarnya kayu, misalnya: jenis cat
tahan api, persenyawaan garam antara lain amoniun dan boor zuur, dengan mengimpregnir kayu itu dengan
macam-macam bahan kimia yang bersifat mengurangi terbakarnya kayu. Ada juga bahan-bahan lain yang
menghasilkan gas yang dapat mencegah api tersebut.

 Sifat kayu tehadap suara :

Sifat akustik : sifat akustik kayu sangat penting dalam hubungan dengan alat-alat music dan konstruksi bangunan.
Dasar akustik menunjukkan, bahwa kemampuan untuk meneruskan atau tidak meneruskan suara erat hubungannya
dengan elastisitas kayu. Jadi sepotong kayu dapat bergetar bebas, jika dipukul akan mengeluarkan suara tingginya
tergantung pada frekuensi alami getaran kayu tersebut. Frekuensi ini ditentukan oleh kerapatan/elastisitas dan
ukuran kayu tersebut. Kayu yang telah kehilangan elastisitas misalnya akibat serangan jamur, jika dipukul akan
memberikan suara yang keruh, sedang kayu yang sehat suaranya akan nyaring.

Sifat resonansi : yaitu turut bergetarnya dengan gelombang sxuara, karena kayu memiliki sifat elastisitas. Kualitas
nada yang dikeluarkan oleh kayu sangat baik. Oleh sebab itu banyak kayu dipakai untuk alat-alat music: kulintang,
piano, biola, guitar, dan lain-lain. Kemampuan benda untuk mengabsorpsi suara tergantung pada masa dan pada
sifat-sifat akustik permukaan benda, yaitu mampu tidaknya permukaan benda mengabsorpsi suara atau
memantulkan suara. Struktur kayu mempunyai sifat demikian, sehingga kalau kayu tidak dapat bergetar dengan
mudah, permukaannya mempunyai sifat meredam gelombang suara. Karena itu kayu serupa ini baik kalau dipakai
sebagai lantai atau parket.

2.1.2.3 Sifat Mekanik Kayu

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar. Yang
dimaksud dengan muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah
bentuk dan besarnya benda. Kekuatan kayu memegang peranan penting dalam penggunaan kayu untuk bangunan,
perkakas dan lain penggunaan. Hakekatnya hamper pada semua penggunaan kayu, dibutuhkan syarat kekuatan.
Dalam hubungan ini dibedakan beberapa macam kekuatan sebagai berikut:

Keteguhan tarik
Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu
untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kekuatan tarik
terbesar pada kayu ialah sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat
lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat dan keteguhan tarik ini
mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan.

Keteguhan tekan/kompresi
Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu
dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Dalam hal ini dibedakan 2 macam kompresi yaitu
kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah serat. Keteguhan kompresi tegaklurus
serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Seperti halnya berat rel kereta api oleh bantalan
di bawahnya. Keteguhan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan
geser. Keteguhan kompresi tegaklurus arah serat pada semua kayu lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar
arah serat.

Keteguhan geser
Yang dimaksud dengan keteguhan geser ialah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal
kemampuanya menahan gaya-gaya, yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser
atau bergelingsir dari bagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan 3 macam
keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegaklurus arah serat dan keteguhan
geser miring. Pada keteguhan geser tegaklurus arah serat jauh lebih besar daripada
keteguhan geser sejajar arah serat.

Keteguhan lengkung (lentur)


Ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan
kayu atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban
pukulan yang harus dipikul oleh kayu tersebut, misalnya blandar. Dalam
hal ini dibedakan keteguhan lengkung static dan keteguhan lengkung
pukul. Yang pertama enunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan,
sedangkan keteguhan pukul adalah kekuatan kayu yang menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti
pukulan.

Kekakuan
Kekakuan kayu baik yang dipergunakan sebagai blandar ataupun tiang ialah suatu ukuran kekuatannya untuk
mampu menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dengan istilah modulus
elastisitas yang berasal dari pengujian-pengujian keteguhan lengkung statik.

Keuletan
Keuletan ialah suatu istilah yan biasa dipergunakan bagi lebih dari satu sifat kayu. Misalnya kayu yang sukar
dibelah, dikatakan ulet. Ada pula pengertian bahwa kayu yang ulet itu adalah kayu yang tidak akan patah sebelum
bentuknya berubah karena beban-beban yang sama atau mendekati keteguhan maksimumnya, atau kayu yang telah
patah dan dilekuk bolak-balik tanpa kayu tersebut putus terlepas. Dalam uraian ini keuletan kayu diartikan sebagai
kemmpuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relative besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau
tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan
bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. Keuletan kebalikan dari kerapuhan kayu dalam arti bahwa kayu
yang ulet akan patah secara berangsur-angsur dan memberi suara peringatan tentang kerusakannya. Sifat keuletan
itu terutama merupakan faktor yang penting untuk menentukan kepastian suatu jenis kayu tertentu untuk digunakan
sebagai tangkai alat pemukul, alat-alat olahraga dan lain penggunaan sebagai bagian alat untuk mengerjakan
sesuatu.

Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan kayu ialah suatu ukuran kekuatan kayu menahan gaya yang membuat takik atau
lekukan padanya. Juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan (abrasi). Dalam arti yang
terakhir kekerasan kayu bersamaan keuletannya merupakan suatu ukuran tentang ketahanannya terhadap pengausan
kayu. Hal ini merupakan suatu pertimbangan dalam menentukan suatu jenis kayu untuk digunakan sebagai lantai
rumah, balok pengerasan, pelincir sumbu,dan lain-lain. Kekerasan dalam arah sejajar serat pada umumnya
melampaui kekerasan kayu dalam arah lain.

Keteguhan belah
Sifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan kayu menahan
gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Tegangan belah
adalah suatu tegangan yang terjadi karena adanya gaya yang
berperan sebagai baji. Suatu sifat keteguhan belah yang rendah
sangat baik dalam pembuatan sirap ataupun pembuatan kayu
bakar.sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan jenis ukir-ukiran (patung). Contoh:
kayu ulin baik untuk pembuatan sirap, kayu sawo baik untuk pembuatan patung ataupun popor senjata dan lain
sebagainya. Perlu diketahui bahwa kebanyakan kayu lebih mudah terbelah sepanjang jari-jari (arah radial) daripada
dalam arah sejajar lingkaran tahun (tangensial). Ukuran-ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat
kekuatan kayu atau sifat-sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor- faktor yang mempengaruhi sifat-sifat
mekanik secara garis besar dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu:

Faktor-faktor luar (eksternal) antara lain: pengawetan kayu, kelambaban lingkungan, pembebanan dan cacat-cacat
yang disebabkan jamur serta serangga perusak kayu. Faktor kedua yaitu faktor dalam kayu (internal) yang
bersangkutan antara lain: dan lain sebagainya. Sifat kekuatan tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda. Berdasarkan
kekuatannya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam 5 kelas kuat yaitu: kelas kuat I sampai dengan kelas kuat V.
kayu dari kelas kuat I memiliki kekuatan lebih dari kayu kelas II, dan seterusnya. Untuk penggunaan konstruksi
berat dianjurkan dipakai jenis-jenis kayu dengan kelas kekuatan I. Untuk perumahan dapat dipakai jenis-jenis dari
kelas II. Kesimpulannya ialah bahwa tiap-tiap penggunaan harus disesuaikan dengan kelas kekuatannya

2.1.2.4 Sifat Kimia Kayu


Komponen kimia kayu di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan sesuatu
jenis kayu. Juga dengan mengetahuinya, kita dapat membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan
sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan
pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu
daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 unsur:
 Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
 Unsur non- karbohidrat terdiri dari lignin
 Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa
banyak tedapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella
tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu.
Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah:
 Karbon 50%
 Hidrogen 6%
 Nitrogen 0,04 – 0,10%
 Abu 0,20 – 0,50%
 Sisanya adalah oksigen.
Struktur kimia lignin, yang terdiri dari sekitar 30% dari kayu dan
bertanggung jawab untuk banyak sifat-sifatnya.

Bidang orientasi kayu


Bidang tangensial : bidang yang diperoleh dengan memotong kayu tegaklurus salah satu jari-jari kayu, searah serat,
tidak melalui sumbu kayu.
Bidang radial : bidang yang diperoleh dengan memotong kayu searah serat melalui sumbu kayu.
Bidang aksial/ kepala kayu : bidang yang diperoleh dengan memotong kayu tegaklurus dengan sumbu kayu.
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh,iklim dan letaknya di
dalam batang atau cabang.

Selulosa:
Adalah bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar selulosa ialah glukosa, gula
bermartabat enam, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul
besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting
bagi industri- industry yang memakai selulosa sebagai bahan baku misalnya: pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan
lain sebagainya.

Lignin:
Merupakan bagian yang bukan karbohidrat, sebagai persenyawaan kimia yang jauh dari sederhana, tidak
berstruktur, bentuknya amorf. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka molekul selulosa, antara lain terdapat pula
lignin. Kedua bagian ini merupakan suatu kesatuan yang erat, yang menyebabkan dinding sel menjadi kuat
menyerupai beton bertulang besi. Selulosa laksana batang-batang besi dan lignin sebagai semen betonnya. Lignin
terletak terutama dalam lamella tengah dan dinding primer. Kadar lignin dalam kayu gubal lebih tinggi daripada
kayu teras. (Kadar selulosa sebaliknya).
Hemiselulosa:
Sealin kedua bahan tersebut di atas, kayu masih mengandung sejumlah zat lain sampai 15- 25%. Antara lain
hemiselulosa, semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat.
Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula yang bermartabat lima dengan rumus C5H10O5 disebut pentosan atau gula
bermanfaat enam C6H12O6 disebut hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding-dinding sel juga
sebagai bahan zat cadangan.

Zat ekstraktif:
Umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alcohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata
3 – 8% dari berat kayu kering tanur. Termasuk didalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati
dan zat wsarna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Zat
ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena:
Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis kayu
Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu
Dapat digunakan sebagai bahan industry
Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alat pertukangan.

Abu:
Di samping persenyawaa-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa zat organik, yang disebut
bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini
bervariasi antara 0,2 – 1% dari berat kayu.
2.1.3 Proses Produksi Kayu Sebagai Material Bangunan

Penebangan dan Pemotongan

Teknik Penebangan Kayu


Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan
untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan penebangan adalah untuk
mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri perkayuan dalam jumlah yang cukup danvberkualitas baik. Pada
dasarnya kegiatan penebangan pohon terdiri dari 3 kegiatan, yaitu :
1. Persiapan dan pembersihan tumbuhan bawah. Tujuannya adalah untuk mempermudah kegiatan
penebangan dan mencegah terjadinya kecelakaan selama kegiatan penebangan.
2. Penentuan arah rebah.
3. Pembuatan takik rebah dan takik balas.

Arah rebah Pohon


Sebelum penebangan dimulai perlu dilakukan penandaan terhadap pohon yang akan ditebang dan pohon yang tidak
boleh ditebang. Penandaan ini harus dilakukan pada setiap pohon yang dimaksud dengan menggunakan cat atau
bahan lain yang tahan lama. Terdapat beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah
rebah pohon, yaitu :
a) Kondisi pohon : kondisi pohon yang dimaksud disini adalah posisi pohon (normal atau miring): kesehatan
pohon (gerowong atau terdapat cacat-cacat lain yangnmempengaruhi rebahnya pohon); bentuk tajuk dan
keberadaan banir.
b) Kondisi lapangan di sekitar pohon : kondisi lapangan ini meliputi keadaan vegetasi di sekitar pohon yang
akan ditebang, termasuk keadaan tumbuhan bawah, lereng, rintangan (jenis-jenis pemanjat, tunggak dan
batu-batuan).
c) Keadaan cuaca pada saat penebangan. Apabila hujan turun dan angin kencang, maka semua kegiatan harus
dihentikan.
Keberhasilan penebangan sangat ditentukan oleh arah rebah pohon. Arah rebah yang benar akan menghasilkan
kayu sesuai dengan yang diinginkan dan kecelakan kerja dapat dihindari serta kerusakan terhadap lingkungan dapat
ditekan, sedangkan apabila arah rebah yang ditentukan tidak benar, maka kayu akan rusak dan kemungkinan
terjadinya kecelakaan sangat besar serta pohon yang rebah akan merusak lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya
dalam nenentukan arah rebah pohon harus berpedoman pada ketentuan-
ketentuan yang sudah ditetapkan. Bebererapa ketentuan arah rebah yang benar
adalah sebagai berikut :
 Sedapat mungkin menghindari arah rebah yang banyak dijumpai
rintangan, seperti : batu-batuan, tunggak, pohon roboh dan parit.
 Jika pohon terletak di lereng atau tebing, maka arah rebah
diarahkan ke puncak lereng.mSalah Benar
 Diusahakan menuju tempat yang tegakan tinggalnya relatif sedikit.
 Arah rebah diupayakan disesuaikan dengan arah penyaradan kayu atau ke arah yang memudahkan
penyaradan kayu.
 Pada daerah yang datar, arah rebah pohon disesuaikan dengan bentuk tajuk dan posisi pohon.

Selain menentukan arah rebah pohon, perlu juga ditentukan arah keselamatan bagi regu penebang. Apabila
sebatang pohon akan ditebang, luas daerah berbahaya diperkirakan 2 x tinggi pohon yang bersangkutan. Demi
menjamin keselamatan penebang, maka daerah yang aman berada pada sudut 45 di kiri dan kanan garis lurus arah
rebah pohon yang ditentukan.

Teknik Pemotongan / Penebangan


Selain arah rebah pohon, faktor yang menentukan keberhasilan penebangan adalah pembuatan takik rebah dan
takik balas. Takik rebah dan takik balas ini yang akan menentukan arah robohnya pohon. Tipe-tipe takik rebah
yang dapat digunakan antara lain :
(1) tipe biasa, (2) tipe humbolt, (3) dan (4) tipe takik rebah yang digunakan untuk pohon
yang besar.
Tipe takik rebah nomor (1) merupakan takik rebah yang umum digunakan pada kegiatan penebangan kayu rimba di
hutan alam, sedangkan tipe nomor (2) adalah tipe takik rebah yang umum digunakan pda kegiatan tebang habis di
hutan jati. Sebelum takik rebah dibuat, untuk pohon-pohon yang mempunyai banir perlu dilakukan pemotongan
(pengeprasan) banir, yaitu memotong banir sehingga diameter pangkal mendekati diameter batang kayu. Tujuan
dari pengeprasan banir adalah untuk memudahkan pembuatan takik rebah dan takik balas. Pembuatan takik rebah
dan takik balas dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat konvensional (gergai tangan, kapak) dan peralatan
mekanis (gergaji rantai) Secara umum urutan pembuatan takik rebah dan takik balas adalah sebagai berikut :
Membuat takik rebah.
Takik rebah terdiri dari 2 bagian utama, yaitu alas takik dan atap takik. Alas takik dibuat terlebih dahulu dengan
kedalaman berkisar antara 1/5 – 1/3 diameter pohon (dbh). Setelah pembuatan alas takik, selanjutnya membuat atap
takik dengan sudut 45 dari alas takik, hasilnya berupa potongan yang disebut dengan mulut takik.
Membuat takik balas.
Tinggi takik balas diperkirakan 1/10 diameter pohon dari garis perpanjang alas takik. Takik balas dibuat dengan
cara memotong pohon secara horizontal pada ketinggian di atas sampai kayu engsel.
Kayu engsel.
Kayu engsel merupakan bagian kayu antara takik balas dan takik rebah. Kayu ini lebarnya kurang lebih 1/10
diameter. Fungsi dari kayu engsel adalah sebagai kemudi dalam mengarahkan rebahnya pohon. Cara pembuatan
takik rebah dengan menggunakan gergaji rantai untuk kayu yang berdiameter besar berbeda dengan cara
pembuatan takik rebah untuk kayu yang berdiameter kecil. Pohon kecil yang dimaksud disini adalah diameter
pohon lebih kecil dari panjang bilah gergaji yang digunakan, sedangkan kayu besar adalah jika diameter pohon
lebih besar dari panjang bilah gergaji yang digunakan. Pada kegiatan penjarangan umumnya penebangan dilakukan
tanpa membuat takik rebah seperti di atas, tetapi cukup dengan memotong pohon secara horisontal hingga pohon
yang bersangkutan rebah. Pembuatan takik rebah yang tidak benar akan mengakibatkan pohon tidak rebah ke arah
yang sudah ditentukan. Selain itu takik rebah yang terlalu dalam akan mengakibatkan kayu rebah sebelum
waktunya dan terjadi unusan, yaitu serat kayu yang terjulur di atas tunggak sebagai akibat kesalahan dalam
pembuatan takik rebah.

Peralatan Penebangan

Peralatan non mekanis


Gergaji tangan untuk 2 orang
Gergaji ini dapat dibedakan berdasarkan bentuk gigi gergajinya. Macam-macam gigi gergaji antara lain : bentuk
segitiga (segitiga selang datar maupun segitiga selang lengkung), bentuk m dan hobelzhan.
Kapak
Tipe kapak dapat dibedakan berdasarkan bobot kapak dan jumlah mata kapak.
Berdasarkan bobotnya kapak dapat diklasipikasikan sebagai berikut :
Kapak yang berat : lebih dari 1400 gram
Kapak yang sedang : antara 1200 – 1400 gram
Kapak yang ringan : kurang dari 1200 gram
Berdasarkan jumlah mata kapak, maka dikenal kapak bermata satu dan kapak bermata dua. Alat ini biasanya
digunakan untuk pengeprasan banir, membuat mulut takik, membersihkan cabang dan kadang-kadang berfungsi
sebagai pemukul baji.
Baji
Baji adalah suatu alat berbentuk segi empat dengan mata yang tidak tajam, bagian punggungnya lebih tebal dari
bagian matanya. Alat ini dapat dibuat dari kayu, plastik, besi atau aluminium.
Kegunaan dari baji antara lain adalah untuk membentu mengarahkan rebahnya pohon dan
menghindari agar gergaji tidak terjebpit.
Kikir.
Fungsi dari kikir adalah untuk menajamkan dan merawat gigi gergaji. Bentuk kikir dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kikir bulat dan kikir segitiga.
Peralatan mekanis.

Gergaji rantai.
Gergaji rantai digunakan untuk membuat takik rebah dan takik balas, dan untuk memotong bagian-bagian kayu
lainnya, baik dalam kegiatan pembersihan cabang, penebangan maupun pembagian batang. Pada dasarnya gergaji
terdiri dari 3 bagian utama, yaitu mesin penggerak, bilah pemadu (penghantar) dan rantai gergaji. Pada tahun 1970-
an jenis gergaji yang banyak digunakan adalah gergaji buatan Amerika, seperti Mculloch, Homelite, Pioneer, Echo
dsb, tetapi merek-merek tersebut sebenarnya kurang cocok untuk postur orang Asia termasuk Indonesia, disamping
itu jenis
tersebut bobotnya terlalu berat. Gergaji rantai buatan Eropa merupakan gergaji yang relatif ringan dan kecil,
sehingga relatif sesuai untuk ukuran tubuh orang Asia. Merek-merek gergaji buatan eropa antara lain adalah
STIHL, Dolmar, Hosquarna, Uran, dsb. Pada saat ini model yang paling umum adalah gergaji yang terbuat dari
bahan ringan, kekuatan mesinberkisar antara 10 – 12 HP dan panjang bilah penghantarnya antara 24 – 30 inchi.
Untuk menjaga keselamatan selama bekerja, seorang penebang seharusnya memakai perlengkapan penebangan
yang lengkap. Perlengkapan tersebut antara lain :
1. Jaket (pakaian) khusus yang dirancang untuk kegiatan pemotongan kayu.
2. Celana panjang
3. Sepatu lapangan
4. Helm pengaman
5. Pelindung muka
6. Penutup telinga
7. Sarung tangan

Feller (penebang)
Alat ini adalah alat penebang modern, yaitu berupa traktor yang dilengkapi dengan peralatan pemotongan kayu
yang mekanis, dan biasanya hanya digunakan untuk menebang poon.

Harvester
Alat sama dengan feller, tetapi alat dirancang untuk menebang, membersihkan cabang dan membagi batang secara
otomatis.

Feller Bunchers.
Sama dengan feller, tetapi berfungsi juga mengumpulkan kayu yang rebah ke tempat pengumpulan.

Clipping dan Shearing Tools.


Alat pemotong dari alat tebang ini berupa pisau atau gunting. Kegunaan alat ini terutama untuk memotong pohon
dalam rangka membuat jalan strip.

Ketentuan Penebangan dalam Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)


Dalam kegiatan penebangan di hutan alam di luar Jawa perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah berlaku.
Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), disebutkan bahwa pohon yang
ditebang adalah pohon-pohon jenis komersial (seperti meranti, agathis, dll) sesuai dengan batas diameter yang
ditetapkan. Batas diameter yang diijinkan adalah 50 cm ke atas untuk hutan produksi tetap dan 60 cm ke atas untuk
hutan produksi terbatas. Pohon-pohon yang akan ditebang ini harus diberi tanda silang warna merah dan tanda arah
rebah pada pohon yang bersangkutan. Selain itu pohon-pohon tersebut berada pada Rencana Karya Tahunan (RKT)
yang telah disyahkan dan dilakukan pada setiap blok secara berurutan. Dengan demikian tidak diperkenanankan
melakukan penebangan di luar RKT yang telah disyahkan. Sedangkan pohon-pohon yang tidak boleh ditebang
adalah sebagai berikut :
1. Pohon inti (diberi tanda dengan cat warna kuning).
2. Pohon-pohon yang dilindungi.
3. Pohon-pohon yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar hutan.
4. Pohon-pohon yang tidak diberi tanda silang.
Semua pohon yang berjarak (radius) 50 m dari sumber mata air, saka alam atau suaka margasatwa, jalur vegetasi
sepanjang jalan raya/propinsi; pohon-pohon pada jarak 100 m dari daerah yang mengandung nilai estetika
(keindahan) dan semua pohon pada jarak 200 m dari tepi sungai/pantai.

Pengeringan kayu

Tujuan dari pengeringan kayu adalah :

 Menghasilkan kestabilan dimensi kayu.


 Menambah kekuatan kayu.
 Membuat kayu menjadi ringan.
 Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu.
 Mempermudah proses pengerjaan selanjutnya.

Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan alami (di udara terbuka) dan pengeringan
buatan.

1. Pengeringan Alami ( Kering udara).

Panas yang di gunakan adalah sinar matahari cara pengeringan adalah menumpuk dengan cara tertenu, kecepatan
pengeringan tergantung dari beberapa factor yaitu:

 Komdisi Cuaca,tergantung dari besar kecilnya curah hujan, intensitas penyinaran matahari dan ada atau
tidaknya kabut.
 Suhu udara.makin tinggi suhu udara makin cepat udara mengering.
 Lengan udara, jika suhu udara tetap dan lengas udara makin rendah, maka kayu cepat kering.
 Kadar air awal kayu. Makin basah kayu
yang akan di keringkan, makin lama
pengeringannya.
 Kekerasan kayu,kayu lunak akan lebih
cepat kering dibandingkan kayu keras.
 Letak kayu pada batang, gubal kayu akan
lebih cepat kering dibandingkan teras
kayu.
 Ukuran kayu, semakin kecil ukuran kayu
semakin cepat kering.
Keuntungan dari cara pengeringan ini adalah:

1. Biaya relatife murah


2. Tanpa menggunakan peralatan yangmahal.
3. Pelaksanaanya mudah sehingga tidak memerlukan tenaga ahli.
4. Kapasitas pengeringan bias di buat besar ( tergantung lahan yang kita miliki)
5. Bahan yang digunakan adalah tenaga alam ( udara & matahari )

Kerugian dari cara ini:

1. Memerlukan waktu yang relative lama.


2. Memerlukan areal yang cukup luas.
3. Cacat yang timbul sulit untuk di perbaiki.

Penumpukan kayu

Penumpukan kayu untuk peroses pengeringan harus memenuhi persyaratan tertentu agar tidak cepat rusak,
persyaratan tersebut adalah:

 Tempat harus tinggi dan datar sehingga sehingga tidak tergenang oleh air pada waktu hujan.
 Sumber hama penyakit harus di hilangkan.
 Jarak timbunan kayu dari lantai minimal 50 cm.
 Lantai dasar dibuat agak miring agar air hujan cepat mengalir.

Antara tumpukan yang satu dengan yang lain harus ada ruang yang kosong untuk sirkulasi udara dan memudahkan
pengambilan atau penumpukan baru.

 Tinggi tumpukan maximum 3,00 m dan bagian atas di beri tutup dan pemberat.
 Untuk papan penumpukan dengan mnggunakan ganjal di samping.

Cara penumpukan.

Cara penympukan kayu diantaranya adalah:

a) Penumpukan Vertikal.

Tidak beratap hingga cocok untuk kayu yang tidak mudah retak/pecah.bisa dengan cara penumpukan silang atau
sandar.

b) Penumpukan horizontal.

Ada beberapa cara yaitu :


Penumpukan sejajar: umumnya digunakan untuk papan ada kolong minimal 50 cm, memakai atap yang terbuat dari
kayu atau seng, menggunakan kayu ganjal antara papan, tumpukan miring keluar 10 derajat.

a) Penumpukan persegi, pengeringan lambat karena bidang permukaan tertutup oleh kayu lain.Penumpukan
bersilang, bidang sentuh kecil dan karena letak kayu miring maka tidak terjadi endapan air pada kayu
sehingga lebih mudah mengering.

b) Penumpukan segi tiga, penumpukan cara seperti ini memerluka lahan untuk penumpukan yang relative
luas, pengeringan bias lebih cepat kecuali pada bagian yang bersentuhan.

1. Pengeringan Buatan.

 Panas yang digunakan adalah uap air yang dialirkan kedalam peralatan yang sudah di sediakan.
 Keuntungan menggunakan pengeringan buatan.
 Waktu lebih singkat.
 Kadar air akhir dari kayu bias diatur disesuakan kebutuhan.
 Kelembaban udara, suhu dan sirkulasi udara bias diatur.
 Terjadinya cacat kayu bias dihindarkan.
 Kontinuitas produksi bias diatur sesuai kebutuhan.
 Tidak memakan tempat yang luas.
 Mutu hasil produksi lebih baik
 Macam Pengeringan Buatan.

1. Compartment Klin.

 Tingkat kekeringan kayu sama.


 Hanya mempunyai 1 pintu.
 Arah pergerakan udara melintang klin.
 Tidak memerlukan ruangan yang besar.

2. Progresife Klin.

 Tingkat kekeringan kayu berbeda.


 Pintu 2 buah.
 Arah pergerakan udara berlawanan dengan arah lori.
 Berbentuk trowongan.
 Kecepatan pengeringan dari system klin ini bergantung dari:
 Kadar air awal dari kayu.Kadar air kayu yang diinginkan.
 Jenis kayu yang diinginkan.
 Ketebalan kayu.
 Sirkulasi udara,
 Mutu alat klin itu sendir
Cara Inspeksi ruang Kiln Dry

Lakukanlah inspeksi ruang pengeringan sebelum anda mulai membuat tumpukan. Pemeriksaan terhadap kondisi
ruang pengeringan, peralatan bantu dan alat ukur misalnya sangat penting dilakukan.

Distribusi uap panas bisa mulai dilakukan setelah pintu kiln dry tertutup. Perlu diperhatikan untuk tidak menaikkan
temperatur terlalu cepat ke dalam chamber. Bisa dimulai dari 50 °C selama beberapa hari kemudian dinaikkan
sedikit demi sedikit hingga 80 °C. Temperature ini selama pengalaman saya adalah level aman untuk kiln dry.
Mengapa? Selain pengeringan tidak terlalu cepat karena uap air 'dipaksa' keluar terlalu cepat, batas suhu udara ini
juga akan menghindarkan kita dari bahaya kebakaran. Lagipula pada suhu ini serangga pemakan kayu yang
mungkin masih berada di dalam kayu tidak akan bertahan hidup pada suhu ini.

Yang paling penting adalah untuk menjaga kestabilan suhu udara ini selama beberapa hari hingga level MC
memenuhi syarat. Itulah mengapa sangat penting untuk tidak meninggalkan kiln dry yang sedang bekerja, sama
sekali tanpa penjagaan. Perlu ada pengawasan selama 24 jam di dalam proses pengeringan. Kita bisa memantau
perkembangan pengeringan dan ada orang yang menjaga kestabilan suhu dengan menjaga tungku pembakaran
(boiler) tetap menyala.
Ruang kiln dry biasanya didesain memiliki sebuah pintu kecil (bisa di depan atau di belakang) untuk kontrol suhu
udara, humidity dan juga MC kayu secara berkala. Pintu ini dibuat agar kita tidak perlu membuka pintu utama
sehingga ketetapan suhu akan senantiasa terjaga. Kiln Dry yang lebih baik memiliki jarum pengukur dan meteran
di dalam ruangan sehingga tidak perlu membuka & menutup pintu berulang kali.

Waktu yang dibutuhkan hingga kayu kering pada level tertentu sangat bervariasi, tergantung dari jenis kayu dan
kekerasannya. Antara 12 - 18 hari hingga MC level berada pada 10-14 %. Jenis kayu lain kadang membutuhkan
waktu hingga 30 hari.

Bagaimana Proses Ini Berjalan?

Boiler menyalurkan uap panas ke dalam ruang pengeringan dengan kecepatan tertentu dan suhu tertentu. Uap panas
ini membuat sehu udara di dalam Kiln Dry chamber meningkat. karena ukuran dan colume ruang yang besar,
terdapat kipas di dalamnya untuk membuat aliran sirkulasi udara panas merata di dalam ruangan. Agar udara panas
tersebut berjalan melalui sela-sela tumpukan kayu. Itulah mengapa sangat penting memperhatikan cara
penumpukan di dalam ruang KD.
Suhu panas tersebut membuat kayu 'berkeringat' dan melepaskan kandungan air ke udara. Terdapat kipas lain yang
bertugas untuk mengalirkan udara lembab (dari 'keringat kayu') keluar ruangan kiln dry. Proses ini berjalan terus
menerus hingga sebagian besar kandungan air di dalam kayu 'terhisap' ke udara bebas. (lihat skema gambar)

Kayu kering (dried sawn timber) setelah keluar ruang KD harus diletakkan di area yang terlindung dari panas dan
hujan. Paling tidak bangunan yang beratap dan tidak bocor. Akan lebih baik kalau terdapat dinding dengan ventilasi
udara yang baik.
Tidak Kurang Dari 25 M3/chamber

Apabila anda ingin membangun kiln dry baru, sebaiknya kapasitas setiap ruangan tidak kurang dari 25 M3. Volume
kayu ini tidak seimbang dengan biaya yang dibutuhkan untuk proses penumpukan, alat kerja dan energi
pemanasan. Terkecuali bila anda telah memperhitungkan biaya tersebut seminimal mungkin sehingga berapapun
volume kayu tidak akan membuat anda rugi.

Pengawetan Kayu

Bahan pengawetan kayu

A. 3 Jenis Pengawetan Kkayu

1. Bahan pengawet berupa minyak


2. Bahan pengawet larut minyak
3. Bahan pengawet larut air

B. Persyaratan bahan pengewet

Bahan pengawet kayu haruslah memenuhi persyaratan umum yaitu :

1. Beracun terhadap perusak kayu (jamur dan serangga)


2. Daya tembus tinggi
3. Tidak mudah luntur
4. Tidak menimbulkan karat
5. Tidak berbahaya bagi manusia
6. Tidak mempertinggi daya kebakaran
7. Mudah diangkut
8. Mudah dikerjakan
9. Mudah diperoleh
10. Murah

C. Obat Pengawet Kayu

Bahan pengawet kayu yang dapat beredar, yang telah lulus dari Komisi Pestisida Departemen Pertanian.

Beberapa obat pengawet kayu yang dinyatakan lulus antara lain :

1. BASI BLUE 100.BC


2. BASICUIT 75.PA
3. BASILIEUM 505.EC
4. BASILIT 97.WG
5. BRASH 25.EG
6. dll.
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai
lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain:
keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu
itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan.
Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti
dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar.
Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu
tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama
dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh
perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.

FAKTOR-FAKTOR PERUSAK DALAM PENGAWETAN KAYU

Keawetan kayu dikatakan rendah, bila dalam pemakaian tidak tercapai umur yang diharapkan sesuai dengan
ketentuan kelas awet. Dalam hal ini perlu diketahui apakah factor penyebabnya. Adapun factor penyebab kerusakan
digolongkan menjadi:

Penyebab non-makhluk hidup terdiri dari:

 Faktor fisik
 Faktor mekanik
 Faktor kimia

Penyebab makhluk hidup terdiri dari:

 Jenis jamur (aneka macam)


 Jenis serangga (aneka macam)
 Jenis binatang laut (aneka macam)

Penyebab non-makhluk hidup:

 Faktor non-makhluk hidup ialah pengaruh yang disebabkan oleh unsure pengaruh alam dan keadaan alam
itu sendiri.
 Faktor fisik, ialah keadaan atau sifat alam yang mampu merusak komponen kayu sehingga umur pakainya
menjadi pendek. Yang termasuk factor fisik antara lain: suhu dan kelembaban udara, panas matahari, api,
udara, dan air. Semua yang termasuk faktor fisik itu mempercepat kerusakan kayu bila terjadi
penyimpangan. Misalnya bila kayu tersebut terus-menerus kena panas maka kayu akan cepat rusak.
 Faktor mekanik, terdiri atas proses kerja alam atau akibat tindakan manusia. Yang termasukfaktor mekanik
antara lain: pukulan, gesekan, tarikan, tekanan, dan lain sebagainya. Faktor mekanik berhubungan erat
sekali dengan tujuan pemakaian.
 Faktor kimia, juga mempunyai pengaruh besar terhadap umur pakai kayu. Faktor ini bekerja
mempengaruhi unsure kimia yang membentuk komponen seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa. Unsur
kimia perusak kayu antara lain: pengaruh garam, pengaruh asam dan basa.

Penyebab kerusakan oleh makhluk hidup:

Makhluk hidup perusak kayu beraneka macam, kebanyakan serangan perusak ini sangat cepat menurunkan nilai
keawetan dan umur pakai kayu. Ada jenis yang langsung memakan komponen kayu tersebut, ada juga yang
melapukkan kayu, mmengubah susunan kimia kayu, tetapi ada pula yang hanya merusak kayu dengan mengubah
warna menjadi kebiru-biruan kotor. Jenis-jenis serangga sering melubangi kayu untuk memakan selulosa dan
selanjutnya menjadikan tempat bersarang. Adapun jenis-jenis perusak kayu makhluk hidup antara lain:

Jenis jamur (cendekiawan atau fungi), ialah jenis tumbuhan satu sel, yang berkembang biak dengan spora.
Hidupnya sebagai parasit terhadap makhluk lain. Umumnya hidup sangat subur di daerah lembab. Jamur terkenal
sebagai perusak kayu kering. Sifat utama kerusakan oleh jamur ialah pelapukan dan pembusukan kayu, tapi ada
juga kayu yang hanya berubah warnanya menjadi kotor, misalnya jamur biru (blue stain). Macam-macam jamur
antara lain: jamur pelapuk kayu, jamur pelunak kayu dan jamur pewarna kayu.

Jenis serangga, merupakan perusak kayu yang sangat hebat, terutama di daerah tropic misalnya: Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan lain-lain. Serangga tersebut makan dan tinggal di dalam kayu. Macam-macam serangga
perusak kayu antara lain: rayap tanah, rayap kayu kering, dan serangga bubuk kayu.

Jenis binatang laut, terkenal dengan nama Marine borer. Kayu yang dipasang di air asin akan mengalami kerusakan
yang lebih hebat daripada kayu yang dipasang di tempat lain. Hampir semua jenis kayu mudah diserang oleh
binatang laut. Akan tetapi, ada pula beberapa jenis kayu yang memiliki factor ketahanan, karena adanya zat
ekstraktif yang merupakan racun bagi binatang laut, antara lain: kayu lara, kayu ulin, kayu giam, dan lain-lain.
Setelah diketahui bahwa faktor utama perusak kayu ialah makhluk hidup tertentu, jelas bahwa kayu dapat
dilindungi dengan cara mengawetkan. Nilai pakai kayu itu sendiri akan lebih awet dan tahan terhadap perusak-
perusak yang telah dijelaskan di muka. Caranya ialah dengan memasukkan kayu secara umum berarti: usaha
manusia untuk menaikkan keawetan kayu dan umur pakainya, sehingga keperluan akan kayu lebih terpenuhi. Umur
penggunaan kayu yang pendek dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu pengawetan kayu
selalu ditujukan pada kayu yang berkeawetan rendah. Jenis-jenis kayu inilah yang perlu ditingkatkan daya tahannya
dalam pemakainnya. Pengawetan kayu dari segi ilmiah teknis juga merupakan usaha untuk memperbesar sifat
keawetan kayu, sehingga penggunaan kayu dapat lebih lama. Tapi yang terpenting, pengawetan kayu berarti:
memasukkan bahan racun ke dalam kayu, sebagai pelindung terhadap makhluk-makhluk perusak kayu yang datang
dari luar, yaitu jenis-jenis serangga, jamur dan binatang laut. Prinsip memasukkan bahan pengawet (wood
preservative) sampai saat ini menunjukkan hasil yang terbaik. Semua industri pengawetan kayu umumnya
menggunakan prinsip ini, hanya macam bahan pengawet berikut cara atau proses memasukkannya yang berbeda.
Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena:

1. Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit didapat dalam jumlah banyak,
selain itu harganya cukup mahal.
2. Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah didapat dalam jumlah banyak dan
cara pengerjaannya pun lebih mudah. Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor keawetannya
saja yang kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan terlebih dahulu.

Di lain pihak dengan pengawetan kayu orang berusaha mendapatkan keuntungan financial.

Tujuan pengawetan kayu:

1. Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya memiliki umur pakai tidak panjang
menjadi lebih panjang dalam pemakaian.
2. Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan rendah dan sebelumnya belum pernah
digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas
dan banyak dengan aneka jenis kayunya.
3. Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan, sehingga pengangguran dapat diatasi.

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU

Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:

 Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.


 Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin di dalam kayu.
 Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
 Faktor waktu yang digunakan.
 Metode pengawetan yang digunakan.
 Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh
kayu serta sifat-sifat lainnya.
 Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.
JENIS PENGAWETAN KAYU

Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada
kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang
dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu
gergajian basah.

Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu
diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain),
sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan
harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen
(sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan
pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan
retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.
Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:

1. Pengawetan metode sederhana :


 metode rendaman
 metode pencelupan
 metode pemulasan
 metode penyemprotan
 metode pembalutan

2. Pengawetan metode khusus :


 metode proses sel penuh
 metode proses sel kosong

BAHAN PENGAWET KAYU

Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan dan sangat beracun terhadap makhluk
perusak kayu, antara lain: arsen(As), tembaga(Cu), seng(Zn), fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain. Tidak semua
bahan pengawet akan baik digunakan dalam pengawetan kayu. Dalam penggunaan harus diperhatikan, sifat-sifat
bahan pengawet agar sesuai dengan tujuan pemakaian. Faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang baik:

1. Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.


2. Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.
3. Bersifat permanent tidak mudah luntur atau menguap.
4. Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain, misalnya: logam, perekat, dan cat/finishing.
5. Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.
6. Tidak merusak sifat-sifat kayu: sifat fisik, mekanik, dan kimia.
7. Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.
8. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.
9. Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat, dan murah.
Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan pengawet. Dalam praktek biasanya
diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada tujuan pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu memilih
bahan pengawet kayu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.


 Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.

Syarat-syarat kesehatan.

Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangan perusak kayu yang hebat, perlu
diambil bahan pengawet yang tidak mudah luntur dan cukup beracun bagi jamur. Bagi kayu untuk bangunan di
bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat,
politur, dan lain-lain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan, digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak
mudah mengubah warna kayu tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya digenakan
untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang berhubungan dengan air laut
umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe CCA (tembaga-chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum,
yang memiliki kadar racun yang tinggi.

Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan:

 Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai bahan pengencer.
 Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak sebagai bahan pengencer.
 Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan bermacam-macam minyak.

1. Bahan pengawet larut air:


 Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:

 Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan tepung.


 Tidak mengotori kayu.
 Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat) setelah kayu tersebut dikeringkan
terlebih dahulu.
 Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam kayu.
 Mudah luntur.

Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di dalam rumah (perabot, dan lain-lain)
yang umumnya terletak di bawah atap. Dianjurkan, setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan dikeringkan,
selanjutnya di-finishing. Gunanya untuk menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh oleh
udara lembab, sebab kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis). Nama-nama bahan pengawet dalam
perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure, Boliden, Greensalt, Superwolman C, Borax, Asam Borat, dan lain-
lain. Konsentrasi larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah diawetkan (rata-rata 5-
10%).
2. Bahan pengawet larut minyak:

Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:

 Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada waktu akan digunakan,
dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara lain: solar, minyak disel, residu, dan lain-lain.
 Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak dapat bertoleransi dengan air.
 Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
 Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).
 Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
 Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.
 Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak dan kandungan air
pada kayu.
 Mudah terbakar.
 Tidak mudah luntur.

Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP (Pentha Chlor Phenol), Rentokil, Cu-
Napthenate, Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol, Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex,
Dieldrien, dan Aldrin.

3. Bahan pengawet berupa minyak:

Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan
pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak
enak dan mengotori tempat. Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal
antara lain: Creosot, Carbolineum, Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan pengawet larut
minyak dan berupa minyak tidak begitu luas dalam penggunaan, orang lebih cenderung menggunakan bahan
pengawet yang lain dalam arti mudah dan praktis.

TEKNIK PENGAWETAN KAYU

Teknik atau cara pengawetan yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil atau umur pemakaian kayu.
Pemilihan cara pengawetan selain tergantung dari faktor tempat kayu nantinya akan digunakan/dipasang, perlu juga
dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Banyak cara pengawetan yang dapat dilaksanakan, mulai cara sederhana
sampai kepada cara yang relative sukar dengan peralatan yang mahal (modern).
Menyiapkan kayu yang akan diawetkan:

 Setiap cara pengawetan bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam, sebanyak mungkin ke dalam
kayu secara merata sesuai dengan jumlah retensi yang diperlukan. Agar diperoleh hasil pengawetan yang
baik perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
 Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila menggunakan bahan pengawet berupa minyak
atau larut minyak dengan cara tekanan/vakum (kadar air yang dikandung sekitar 20-25%).
 Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan khusus, kayu tidak perlu dikuliti.
 Sortimen kayu atau bentuk kayunya (kayu
gergajian atau dolok).Kayu dianjurkan
dalam bentuk siap pakai, tidak
diperkenankan dipotong, dibelah, diserut,
ataupun pengerjaan lain setelah diawetkan,
sebab akan membuka permukaan kayu yang telah
terlapisi bahan pengawet. Bila pengerjaan
lanjutan terpaksa harus dilakukan maka
bagian yang terbuka dan tidak tembus bahan pengawet perlu dilabur bahan pengawet secara merata.
 Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan pengawetan.
 Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.

CARA PENGAWETAN KAYU

 Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi
(kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan
(rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban
pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman
panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari
beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim
dilakukan dalam bak dari logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan
dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet,
kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan
pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara
rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak
masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada
bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara
ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
 Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang
telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan
retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda
dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri
penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium
Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan
kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
 Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana.
Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak,
penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu,
yaitu : a. Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu
yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang.
Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat
(ganas).
 Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan
menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan
kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke
dalam kayu.

1. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :

Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :

Proses sel penuh antara lain :

Proses Bethel

Proses Burnett

2. Proses sel kosong antara lain :

Proses Rueping

Proses Lowry

Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan pengawet dengan
tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak
digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan
bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari
larutan bahan pengawet.
URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN

Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :

1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :


 Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan terjadi kebocoran.

 Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama kira-kira 90 menit, agar
udara dapat keluar dari dalam kayu.

 Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.

 Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses tekanan sampai sekitar 8 – 15
atmosfer selama kurang lebih 2 jam.

 Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari tangki kembali ke tangki
persediaan.

 Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit, dengan maksud untuk membersihkan
permukaan kayu dari bahan pengawet.
2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
 Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.

 Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20 menit.

 Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pengawet
hingga penuh.

 Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam

 Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.

 Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan
pengawet.

 Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut : pada proses sel penuh bahan pengawet
dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE PENGAWETAN KAYU

A. Metode Rendaman

Keuntungan :

Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak

Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama

Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)

Kerugian :

Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin

Peralatan mudah terkena karat

Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar

Kayu basah agak sulit diawetkan

B. Metode Pencelupan

Keuntungan :

Proses sangat cepat

Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)

Peralatan cukup sederhana

Kerugian :

Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah

Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis

C. Metode Pelaburan dan Penyemprotan Keuntungan :

Alat sederhana, mudah penggunaannya

Biaya relatif murah

Kerugian :

Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil

Mudah luntur
D. Metode Pembalutan

Keuntungan :

Peralatan sederhana.Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama.Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun
basah

Kerugian :

Pemakaian bahan pengawet boros.Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama.Membahayakan
mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

E. Metode Vakum dan Tekanan

Keuntungan : Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan) .Waktunya relatif singkat sekali .Dapat
mengawetkan kayu basah dan kering

Kerugian :

Modal yang diperlukan besar Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan
yang komersial

PROSES AKHIR PENGAWETAN KAYU

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :

A. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus dilakukan dengan hati-hati, jangan
sampai terjadi kerusakan kayu yang mengakibatkan tergoresnya permukaan yang telah terlapiskan bahan
pengawet.

B. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan secara alami atau buatan. Hanya
perlu diperhatikan, tidak semua bahan pengawet dapat dikeringkan secara pengeringan buatan (dry kiln).
Sebab dengan pengeringan yang mendadak, bahan pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti
pelunturan bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak mengijinkan
pengeringan akhir dengan kiln. Setelah kayu benar-benar kering, penggunaan dapat dilakukan.

C. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat terlindung dan terbuka bagi
sirkulasi udara. caranya seperti penyusunan kayu gergajian dengan menggunakan sticker.
Cacat Kayu

Kerusakan dan Cacat pada Kayu

Yang dimaksud kerusakan kayu adalah menurunnya kekuatan kayu akibat adanya/terjadinya reta-retak, pecah-
pecah, belah, pelapukan karena cuaca, serangan serangga atau jamur; juga menurunnya mutu kayu akibat terjadinya
perubahan warna, berubahnya nilai dekoratif. Hal ini dapat diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang cermat
dalam mengelola kayu, misalnya :

 pememliharaan hutan yang kurang baik


 cara penebangan pohon yang salah,
 pembagian kayu yang keliru,
 cara menggergaji yang keliru, dan
 pengeringan kayu yang tidak sesuai.

Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena keadaan yang mengakibatkan kekuatan kayu
menurun, harga kayu menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau kayu sama sekali tak terpakai.
Kerusakan yang dimaksud antara lain: retak-retak, pecah,belah,serangan jamur, serangan serangga dan kerusakan-
kerusakan akibat perilaku manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu. Misalnya: pemeliharaan hutan yang
kurang baik, penebangan pohon yang salah,pembagian batang yang keliru, cara menggergaji yang keliru serta cara
pengeringan kayu yang tidak sesuai, sehingga kerusakan-kerusakan tersebut di atas akan mengurangi mutu dan
nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu secara maksimal.

1. Cacat mata kayu

Mata kayu merupakan lembaga atau bagian cabang yang berada


di dalam kayu. Mata kayu dapat dibedakan :

1) Mata kayu sehat : mata kayu yang tidak busuk,


berpenampang keras, tumbuh kukuh dan rapat pada kayu,
berwarna sama atau lebih gelap dibandingkan dengan kayu
sekitarnya.

2) Mata keyu lepas : mata kayu yang tidak tumbuh rapat


pada kayu, biasanya pada proses pengerjaan, mata kayu ini
akan lepas dan tidak ada gejala busuk.

3) Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan dan bagian-bagian kayunya lunak
atau lapuk, berlainan dengan bagian-bagian kayu sekitarnya.

Pengaruh mata kayu :

a. Mengurangi sifat keteguhan kayu

b. Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu (mata kayu sehat).
c. Mengurangi keindahan permukaan kayu

d. Menyebabkan lubangnya lembara-lembaran finir.

b. Pecah dan belah

Pada kayu bulat sering terlihat adanya serat-serta yang terpisah memanjang;

1) Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, maka :

• jika lebar terpisahnya serat ≤ 2 mm, dinamakan retak.

• Lebar terpisahnya serat ≤ 6 mm, dinamakan pecah

• Lebar terpisahnya serat ≥ 6 mm, dinamakan belah

2) Penyebab terjadinya cacat pecah dan belah, diantaranya :

• Ketidakseimbangan arah penyusutan pada waktu kayu menjadi kering.

• Tekanan di dala tubuh kayu yang kemudian terlepas padawaktu kayu ditebang.

• Kesalahan dalam teknik penebangan atau menimpa benda-benda keras.

3) Pengaruh cacat pecah atau belah :

• Mengurangi keteguhan tarik

• Mengurang keteguhan kompresi, distrubsi beba jadi tidak merata.

• Keteguhan geser berkurang, akibat luasan daerah yang menahan beban berkurang.

c. Pecah busur dan pecah gelang

Pecah busur adalah pecah yang mengikuti arah lingkaran tumbuh, bentuknya

kurang dari setengah lingkaran. Sedangkan pecah gelang adalah klanjutan dari pecah busur yang kedua ujungnya
bertemu membentuk lingkaran penuh atau lebih dari setengah lingkaran.

Penyebab terjadinya cacat pecah busur atau peah gelang, diantaranya :

• Ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering.

• Tegangan di dalam kayu yang terlepas secara tiba-tiba pada saat penebangan. Pengaruh cacat jenis ini sama
dengan halnya pengaruh cacat belah dan pecah.

d. Hati rapuh

Hati adalah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Cacat hati rapuh merupakan tanda khas yang umum dimiliki kayu
daun lebar yang umum tumbuh didaerah tropis, seperti : meranti. Bagian kayu yang rapuh ummnya menunjukkan
tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatan namun hati rapuh yang dimaksud tidak menunjukkan tanda-
tanda pembusukan yang nyata. Cacat hati rapuh mengurangi kekuatan terhadap kayu. Cacat ini akan menyulitkan
proses pembuatan finir secara rotary (pengupasan) karena tidak adanya kekuatan dari sumbu mesin untuk
mencengkram dolok tersebut.

e. Arah serat

Beberapa jenis kayu seperti lara, kesambi, memiliki serat yang berpadu sehingga kayu sulit dikerjakan (misalnya
pada proses ketam) dan hal ini dianggap merugikan, namun mempunyai keteguhan belah yang tinggi. Jenis kayu ini
mempunyai serat yang melintang artinya tidak sejajar dengan sumbu batang dan jenis serat semacam ini akan
mengurangi keteguhan kayu.

f. Cacat akibat jamur penyerang kayu

Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi :

1. Jamur pembusuk kayu


2. Jamur pelapuk kayu
3. Jamur penyebab noda kayu

Pada tahap permuaan serangan jamur akan mengakibatkan


timbulnya kerapuhan kayu yang nyata, cenderung kayu akan
mengalami patah secara mendadak jika diberi beban dengan
perubahan bentuk sedikit serta patahan halus tidakberserpih.
Untuk jamur penyebab noda kayu, secara umum sedikit sekali
pengaruhnya terhadap kekauatan kayu dan biasanya tidak
menurunkan kekuatan yang besar, pengaruh terbesar adalah
mengurangi keindahan, akibat timbulnya warna-warna yang
kotor (noda-noda).

g. Cacat akibat Serangga perusak kayu

Jenis serangga perusak kayu, diantaranya : rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Kayu merupakan makanan dan
tempat tinggal serangga tersebut, sehingga jelas bahwa serangga-serangga tersebut akan membuat lubang-lubang
terowongan didalam kayu yang mengakibatkan kekuatan kayu akan berkurang.

Lubang gerek dan lubang cacing laut

Lubang gerek ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek, atau cacing-cacing laut.
Lubang cacing laut ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut. Umumnya
penggerekan tersebut menyerang kayu yang baru ditebang. Kadangkala pada pohon yang masih tegak berdiri.
Serangga ini tidak dapat hidup pada kayu gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya memerlukan jamur.
Padahal agar jamur dapat hidup diperlukan kadar air yang cukup tinggi. Serangan-serangan akan lebih berat pada
bagian kayu yang menghadap tanah yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sedangkan cacing laut
menyerang kayu yang berada di air laut. Lubang gerek mengurangi keindahan. Bila banyak menggerombol akan
mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu sama sekali mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula
cacat pada lubang cacing laut.

2.1.4 Pengolongan Produk Kayu

Klasifikasi Produk Kayu

Penggolongan Produk Kayu di Pasaran

Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli


umumnya berupa kayu gergajian baik berupa balok maupun
papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir
(veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue laminated timber).

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

Secara singkat peraturan ini dimaksukan untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan umum, aturan
pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung konstruksi kayu hingga tahap pendirian
bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut juga telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks
sifat kayu dan klasifikasinya, kekuatan dan keawetannya.

Klasifikasi Produk Kayu

Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik terdapat klasifikasi kayu
lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak.
Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A,
B dan C yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah-
pola serat dan kelurusan batang. Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
1. Kayu mutu A

 Kering udara
 Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
 Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
 Miring arah serat maksimum adalah 1/7
 Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh ¼ tebal kayu
2. Kayu mutu B

 Kering udara 15%-30%


 Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm
 Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
 Miring arah serat maksimum adalah 1/10
 Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal kayu

Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A dengan faktor pengali
sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5).

Kelas Kuat Kayu

Sebagaimana di kemukakan pada sifat


umum kayu, kayu akan lebih kuat jika
menerima beban sejajar dengan arah
serat dari pada menerima beban tegak
lurus serat. Ini karena struktur serat
kayu yang berlubang. Semakin rapat
serat, kayu umumnya memiliki
kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu
persatuan volume / berat jenis kayu. Dapat dilihat pada gambar di atas dan dibawah.

Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan


besaran tegangan, gaya yang dapat diterima
per satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat
kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan
kayu tegak lurus (?) serat yang masing-
masing memilki besaran yang berbeda.
Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan
konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan sebesar 5-10. Dalam buku Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke dalam klas kuat I (yang
paling kuat), II, III, IV (paling lemah).
Kelas Awet

Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak yang datang dari luar kayu itu
sendiri. Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri, dan berbeda untuk tiap jenis kayu. Keawetan kayu
biasanya ditentukan oleh adanya zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu tersebut.

Tabel Komposisi Kimia Kayu


Komponen Kimia Kayu daun lebar (%) Kayu daun jarum (%)
Selulose 40 – 45 41 – 44
Lignin 18 – 33 28 – 32
Pentosan 21 – 24 8 – 13
Zat ekstraktif 1 – 12 2,03
Abu 0,22 – 6 0,89

Apa Itu Kelas Awet Kayu ?


Kelas awet kayu menunjukan tingkat ketahanankayu terhadap serangan organisme perusak kayu seperti jamur dan
rayap

Apa Faktor Penentu Keawetan kayu ?


Kelas awet kayu ditentukan oleh komposisi kimia zat ekstraktif yang terdapat di dalam kayu, dan sedikit
hubungannya dengan tingkat kekerasan kayu.

Faktor Luar Apa Yang Mempengaruhi Keawetan Kayu


Air hujan adalah faktor utamayang mengurangi keawetan kayu. Kayu awet seperti kayu besi memiliki kandungan
zat ekstraktif Eusiderin dan kayu jati punya tectoquinon yang melindungi mereka dari serangan jamur dan
serangga. Namun zat ekstraktif mudah tercuci sehingga kayu awet yang sering terpapar air hujan jangan harap akan
tahan terhadap serangan rayap dan jamur.

Sifat – Sifat Keawetan Kayu

Pengawetan suatu jenis kayu dimaksudkan meningkatkan daya ilmiah dari kayu tersebut terhadap serangan-
serangan organisme, seperti cendawan dan jenis serangga. Keawetan semacam ini disebut keawetan ilmiah.

Tujuan dari pengawetan :

1. Kayu yang semula tidak awet dapat menjadi awt

2. Jenis kayu yang kurang awet dapat menggantikan kayu yang awet

3. Dapat menghemat pembiayaan pembangunan


Sifat-sifat bahan pengawet :

1. Beracun terhadap cendawan dan serangga, tetapi pemakaiannya tidak berbahaya bagi manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan

2. Permanen, tak luntur kena air, tidak menguap kena panas

3. Tidak bereaksi terhadap bahan

4. Mudah tembus terbakar dan cepat kering dan mudah diletakkan pada kayu

Pembagian keawetan kayu ditetapkan oleh LPHH (Lembaga Penelitian Hasil Hutan )

Kelas awet I :

Jika kayu yang dipakai selalu berhubungan dengan tanah basah, daya tahan kayu minimum 8 tahun. Terbuka
terhadap angin dan iklim tetapi dilindungi terhadap permukaan air dan kelemasan tahannya paling sedikit 20 tahun,
kayu tersebut jarang dimakan rayap.

Kelas awet II :

Selalu berhubungan dengan tanah lembab paling sedikit 3 tahun, terbuka terhadap angin dan iklim tetapi dilindungi
terhadap pemasukan air dan kelemasan paling sedikit 15 tahun.

Kelas awet III :

BEerhubungan dengan tanah lembab paling sedikit 3 tahun. Terbuka terhadap angin dan iklim tetapi dilindungi
oleh pemasukan air dan kelemasan paling sedikit 10 tahun.

Kelas awet IV :

Selalu berhubungan dengan tanah lembab, kayu ini lekas lapuk terbuka terhadap angin ,dan iklim tetapi dilindungi
oleh permukaan air dan kelemasan hanya bertahan beberapa tahun saja, tetapi kalau dipelihara dengan baik
sekurang-kurangnya 10 tahun.

Kelas awet V :

Kumpulan jenis-jenis kayu yang lekas sekali lapuk atau rusak karena serangan bubuk maupun rayap.

Bahan-bahan pengawet

1. Bahan pengawet alam :

a) Air (termasuk air sungai )

b) Udara ( tidak lembab )

c) Panas ( sinar matahari, pengasapan )


2. Bahan pengawet buatan :

a) Berupa garam-garam, seperti garam, tembaga, flurida, borium, wollman, chroom, arsin, seng, dan sebagainya.

b) Berupa minyak, creosoot, carbilineum

Tabel Kelas Kuat dan Awet kayu

B.J. Kelas Kelas


No. Jenis Kayu Penyebaran Kegunaan
Rata2 Awet Kuat
1 Agathis 0,49 IV III 1,2,3,4,5,7 1,2,3,7,8,9,14,15,17
2 Anpupu 0,89 III,I II,I 5,6 1,4,5,6,10,11
3 Bakau 0,94 III I,II 1,2,3,4,5,6,7 1,15
4 Balau 0,98 I I,II 1,3,4 1,4,6,10,11
5 Balsa - V V 2 9,12
6 Bayur 0,52 IV II,III 1,2,3,4,5,6 1,2,3,7,11,12
7 Bangkirai 0,91 1,II,III I,II 3 1,2,3,4,6,11
8 Bedaru 1,84 I I 1,3 1,3,6,9,11,12
9 Belangeran 0,86 II,I,III I,II 1,3 1,3,4,6,7,11
10 Benuang 0,33 V IV,V 1,3,4,5 2,8,14,15
11 Benuang Laki 0,39 IV,V IV,V 2,3,4,5,6,7 1,2,5,8,11
12 Berumbung 0,85 II II,I 1,3 1,3,4,5,9,11,12,20
13 Bintangur 0,78 III II,III 1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,5,6
14 Bongin 1,82 III I 1,3 1,3,4,13
15 Bugis K. 0,88 III,IV II,III 3,4,5,7 1,3,4,5,6,7,11,20
16 Bungur 0,88 II,III I,II 1,2,3,4,5,6 1,3,4,5,6,7,11
17 Cemara - II,III I,II 1,2,4,5,6,7 1,4,5,6,10,11,18
18 Cempaga 0,71 II,III II 1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,5,6,9,10,11
19 Cempaka - II III,IV 1,2,3,4,5,7 1,2,3,4,5,7,9,12,13,16,17,20
20 Cendana 0,84 II II,I 2,6 12,19
21 Cengal 0,70 II,III II,III 1,2 1,2,3,4,5,6,7,11
22 Dahu 0,58 IV III,IV 1,2,3,4,5,7 3,4,5,13
23 Durian 0,64 IV,V II,III 1,2,3,4,5 1,2,8
24 Ebony 1,05 I I 4,5 3,12,13
25 Gadok 0,75 III,II II,III,I 1,2,4,5,6,7 1,4,5,11
26 Gelam - III II 1,2,3,4,5,6,7 1,4,5,6,10,11,18
27 Gerunggang 0,47 IV III,IV 1,3,4,5 1,2,8
28 Gia 0,91 I,IV I,II 3,4,5,7 1,4,5,6,10,11
29 Giam 0,99 I I 1,3 1,4,6,10,11
30 Gisok 0,83 II,III II,I 1,3 1,2,3,4,5,7,11
31 Gofasa 0,74 II,III II,III 4,5,7 1,3,4,5,6,7,9,11,12,18,20
32 Jabon 0,42 V III,IV 1,2,3,4,5,6 2,8,14,15
33 Jangkang 0,63 IV,V III,II 1,3,4,5,7 2,5,7,8,12,20
34 Jati 0,70 I,II II 2,4,6 1,3,4,5,6,10,11,12,13
35 Jelutung 0,40 V III,V 1,3 2,8,12,16,17,20
36 Jeungjing 0,33 IV,V IV,V 1,5 1,2,8,14,15
37 Jobar 0,84 I,II II,I 1,2 1,3,4,5,12,13,18
38 Kapuk Hutan 0,30 V IV,V 1,2,4,5,6,7 2,8,14,15,20
39 Kapur 0,81 II,III II,I 1,3 1,2,3,4,5,6,7,11
40 Kedunba 0,84 IV III 1,3 1,2,3,4,5,6,7,20
41 Kemenyan 0,57 IV,V III,II 1,2 1,2,5,8,12,14,17,20
42 Kemeri 0,31 V IV,V 1,2,4,5 2,8,14,15
43 Kempas 0,95 III,IV I,II 1,3 1,2,4,6
44 Kenanga 0,33 V IV,V 1,2.4,5,7 2,8,12,14,15,20
45 Kenari 0,55 IV III 1,2,3,4,5,6 1,2,4,5,7
46 Keruing 0,79 III I,II 1,2,3 1,2,4,5,6,11
47 Keranji 0,98 I I,II 1,2,3 1,2,4,5,6,7,11
48 Kesambi 0,01 III I 2,4,5,6 1,4,5,6,11,18
49 Ketapang - III,IV II,III 1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,4,5,7,8,11,14,20
50 Kolaka 0,96 III I 1,2,3,4,5,6,7 1,4,5,6,11
51 Kuku 0,87 II I 1,3,4,5,7 3,4,5,11,13
52 Kulim 0,94 I,II I 1,3 1,2,4,6,10,11
53 Kupang - II,IV II,III 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5,7,11,13,20
54 Lara 1,15 I I 4,5 1,4,6,10,11
55 Lasi 0,01 II II 4,5 1,3,4,5,12,13
56 Leda 0,57 IV,V,II II,IV 4,5 1,2,5,7,8,10,11,20
57 Mahang - IV,V II,IV 1,2,3 1,2,5,7,8,14,15,20
58 Mahoni 0,64 III II,III 2 1,2,3,4,5,7,11,12
59 Malas K. 1,04 II,III I 1,3 1,4,5,6,11,18
60 Matoa 0,77 III,IV II,I,III 1,2,4,5,6,7 1,3,4,7,11
61 Medang - III,IV II,V 1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,4,5,7,8,11,12,20
62 Melur 0,52 IV II,IV 1,2,3,4,5,5,7 1,2,3,4,5,7,9,16,17
63 Membacang - II,V II,III 1,2,3,4,5,5,7 2,5,8,12,14,20
64 Mendarahan - V II,IV 1,2,3 2,5,7,8,20
65 Menjalin - V I,III 1,2,3 1,2,5
66 Mensira G. 0,61 V II,III 1,2,4,5,6,7 1,2,5,7,20
67 Mentibu 0,53 IV,V III 1,3 1,2,7,8
68 Merambung 0,38 V IV,V 1,2,3,4,5,6,7 2,8,14,15
69 Meranti M. 0,55 III,IV II,IV 1,3,4,5 1,2,3,4,5,8,15
70 Meranti P. 0,54 III,IV II,IV 1,3,4,5 1,2,3,4,5,8,15
71 Merawan 0,70 II,III II,III 1,3 1,2,3,4,5,6,7,9,11
72 Merbau 0,88 I,II I,II 1,2,3,4,5,6,7 1,4,5,6,10,11
73 Merpayang 0,65 V II,III 1,3 1,2,3,5,7,8,11,20
74 Mersawa 0,46 IV II,III 1,3 1,2,4,5,11
75 Nyatoh 0,67 II,III II,I,II 1,2,3,4,5,7 1,2,4,5,7,9,11
76 Nyirih - II,III II 1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,4,5,6,7,11,13,18,20
77 Pasang - II,IV I,III 1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,4,5,6,11,13,18
78 Patin K. 0,92 I I,II 1 1,2,3,4,5,6,7,11,12
79 Pelawan - I,II I 1,3 1,4,6,10,11,18
80 Perepat Darat 0,76 III II 1,3 1,3,4,5,11
81 Perepat Laut 0,78 II,III II,I 1,2,3,4,5,6,7 1,4,5,7,11
82 Perupuk 0,56 IV,V II,III 1,3,4 1,2,3,8,14,15
83 Petaling 0,91 I,II I,II 1,3 1,4,5,6,9,10,11
84 Petanang 0,75 III II 1 1,4,5,6,11
85 Pilang 0,79 III II 2,6 1,2,3,4,5
86 Pimping - III,IV I,II 1,2,3,4,5,6,7 1,2,5,6,8,11,14,20
87 Pinang K. 0,66 III,IV II,III 1,3 1,2,3,4,5,7,11,20
88 Pulai 0,46 III,V IV,V 1,2,3,4,5,6,7 2,8,12,14,15,16,20
89 Punak 0,76 III,IV II 1,3 1,2,3,4,5,7,11,20
90 Puspa - III II 1,2,3 1,2,4,5,10,11,18
91 Putat - II,III I,II 1,2,3,4,5,6,7 1,3,4,5,6,7,11,18
92 Ramin 0,63 IV II,III 1,3 1,2,3,4,5,7,20
93 Rasamala 0,81 II,III II 1,2 1,4,5,7,10,11
94 Rengas 0,69 II II 1,2,3 3,4,5,6,12,13
95 Resak 0,70 III II 1,3,5,7 1,2,4,6,7,11
96 Salimuli 0,64 I,II II,III 2,5,6 3,4,9,12
97 Sampang - V III,IV 1,2,3 2,5,7,8,12,14,15,20
98 Saninten 0,76 III II 1,2 1,4,5,7
99 Sawokecik 1,03 I I 1,2,4,5,6 3,4,5,9,12,13,20
100 Sendok-sendok 0,45 V III,II 1,3,5,7 2,5,8,12,14,15,20
101 Simpur - III,V I,III 1,2,3,4 1,2,3,4,5,11,18
102 Sindur - II,V II,III 1,3,4,5 1,2,3,4,5,7,11
103 Sonokeling 0,90 I II 2 3,4,5,9,12,13
104 Sonokembang 0,65 II,I,II II,I,II 1,2,4,5,6 1,3,4,5,12,13
105 Sungkai 0,63 III II,III 1,2,3 1,3,4,5,12,13
106 Surian - III,V III,IV 1,2,3,4,5,6,7 1,2,3,5,7,8,11,12
107 Surianbawang 0,60 II,IV II,III 1,3,5,7 1,2,3,4,5,7,11,20
108 Tanjung 1,08 I,II I 1,2,4,5,6 1,2,3,4,5,7,11
109 Tembesu 0,81 I II 1,2,3 1,4,5,6,10,11
110 Tempimis 1,01 I I 1,4 1,4,5,6,7,9,11
111 Tepis - IV,V II,IV 1,3 1,2,3,5,7,14,20
112 Teraling 0,75 II,IV II 1,2,4 1,2,3,4,5,7,9
113 Terap 0,44 III,V III,V 1,2,3,4,5,6,7 1,2,5,8,11
114 Terentang 0,40 IV III,IV 1,3 2,8,14,15
115 Trembesi 0,61 IV III 1,2,4,5,6 1,2,3,4,5,7,11,12,13
116 Tualang 0,83 III,IV II,I,II 1,3,4 1,2,3,4,5,7,11
117 Tusam 0,55 IV III 1,2,4,6 1,2,8,14,15,16,17
118 Ulin 1,04 I I 1,3 1,4,6,10,11
119 Walikukun 0,98 II I 2,6 1,4,5,6,9,10,11,18
120 Weru 0,77 II II,I 1,2,6 1,3,4,5,13

Dari hasil di atas kebutuhan akan kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus meningkat.
Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan. Kayu-kayu yang beredar di pasaran sebagian besar berasal dari
hutan alam yang dikelompokkan atas jenis-jensi komersial seperti kamper, bangkirai, keruing, kayu campuran
(borneo). Karena kecepatan antara pemanenan dan penanaman tidak seimbang, menyebabkan pasokan kayu dari
hutan alam kian menurun baik volume maupun mutunya yang mengakibatkan harga kayu menjadi relatif
mahal. Sebagai bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai sebelum orang mengenal
beton dan baja. Dalam pemakaiannya kayu tersebut harus memenuhi syarat : mampu menahan bermacam-macam
beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan; mempunyai ketahanan dan keawetan
yang memadai melebihi umur pakainya; serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan
pemakainnya dalam konstruksi.

Kayu untuk komponen bangunan dari hutan alam pasokannya semakin menurun sejalan dengan degradasi
hutan dan kenaikan kebutuhan akan kayu. Beberapa jenis kayu rakyat yang berasal dari hutan rakyat maupun
tanaman kebun, dapat dikembangkan untuk komponen bangunan baik struktural maupun bukan struktural. Kayu
rakyat pada umumnya berdiameter kecil, dari jenis cepat tumbuh dan tidak mendapatkan perlakuan silvikultur
seperti kayu dari hutan tanaman, sehingga sifat kayunya umumnya kurang baik dibandingkan kayu dari hutan alam
bahkan dari hutan tanaman sendiri. Kayu rakyat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, jembatan,
kapal dan tiang listrik. Sortimen kayu rakyat yang ada di pasaran umumnya tidak sesuai dengan persyaratan SNI.
Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggergajian, pengeringan, pengawetan dan
membuat produk perekatan.
Kesimpulan

1. Kayu merupakan bahan bangunan memiliki banyak kelebihan untuk digunakan sebagai material dan
konstruksi bangunan karena mudah ditemukan dan mudah dibentuk sesuai keperluan.

2. Kayu memiliki kuat tarik dan kuat lentur serta kekuatannya yang lain yang cukup baik untuk digunakan
sebagai bahan bangunan.

3. Kayu memiliki beberapa jenis sambungan yang dapat diterapkan untuk kayu sebagai bahan konstruksi
bangunan.

4. Kayu memiliki tekstur yang khas yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan kelas mutunya, kayu karet, tata dan
tusam dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan struktural, sedangkan yang lain dapat dimanfaatkan untuk bahan
bangunan non struktural.

Kayu yang diteliti baik yang berasal dari hutan tanaman (HTI) maupun dari tanaman rakyat tergolong kelas kuat
III-V, hanya karet dan gmelina tergolongkelas kuat II-III.
2.2 Material Bahan Bangunan Beton

Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah
atau bahan semacamnya lainnya, dengan menambahkan semen secukupnya yang berfungsi sebagai perekat bahan
susun beton, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan
beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susunan kasar pencampuran, merupakan
komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari banyak faktor ,
diantaranya nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran dan kondisi
perawatannya. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk mengubah sifat-sifat tertentu
dari beton yang bersangkutan.
Kekakuan, keawetan dan sifat beton yang lain tergantung pada sifat bahan-bahan dasar, nilai perbandingan
bahan-bahannya, cara pengadukan maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan, dan
cara perawatan selama proses pengerasan. Luasnya pemakaian beton disebabkan karena terbuat dari bahan-bahan
yang umumnya mudah diperoleh, serta mudah diolah sehingga menjadikan beton mempunyai sifat yang dituntut
sesuai dengan keadaan situasi pemakaian tertentu.
Jika ingin membuat beton yang baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan
yang lebih tinggi, maka harus diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan beton (beton segar/
fresh concrete) yang baik dan beton (beton keras / hardened concrete) yang dihasilkan juga baik. Beton yang baik
ialah beton yang kuat, tahan lama/awet, kedap air, tahan aus, dan sedikit mengalami perubahan volume (kembang
susutnya kecil.

Faktor – faktor yang membuat beton banyak digunakan karena memiliki keunggulan- keunggulannya antara lain :
1. Kemudahan pengolahannya : yaitu dalam keadaan plastis, beton dapat diendapkan dan diisi dalam cetakan.
2. Material yang mudah didapat : Sebagian besar dari material- material pembentuknya, biasanya tersedia dilokasi
dengan harga murah atau pada tempat yang tidak terlalu jauh dari lokasi konstruksi.
3. Kekuatan tekan tinggi : Seperti juga kekuatan tekan pada batu alam, yang membuat beton cocok untuk dipakai
sebagai elemen yang terutama memikul gaya tekan, seperti kolom dan konstruksi busur.
4. Daya tahan yang tinggi terhadap api dan cuaca merupakan bukti dari kelebihan.
5. Harganya relatif murah.
6. Mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
7. Biaya pemeliharaan/perawatannya kecil
8. Mampu memikul beban yang berat.

Kekurangan beton antara lain :


1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau
tulangan kasa (meshes).
2. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang membawa
kandungan garam dapat merusak beton.
3. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
4. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
2.2.1 Semen

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi
sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi
mortar, sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah
mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-
rongga udara di antara butiran agregat. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran
serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Semen non-hidrolik dan
2). Semen hidrolik.
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di
udara.Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik
antara lain : kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, semen portland pozolland
dan semen alumina.

2.2.1 Semen Portland


Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder) yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai
bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Komposisi yang sebenarnya dari berbagai senyawa yang ada berbeda-beda dari jenis semen yang satu dengan yang
lain, untuk berbagai jenis semen ditambahkan berbagai jenis material mentah lainnya.

2.2.2 Jenis-Jenis Semen Portland


Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan oleh kondisi lokasi maupun kondisi tertentu yang
dibutuhkan pada pelaksanaan konstuksi. Berdasarkan Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) membagi semen
portland menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :
1. Tipe I (Normal portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan
khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus.
2. Tipe II (hifh – early – strength portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus-
menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang
mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung
dengan rawa.
3. Tipe III (modifid portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekeuatan awal
yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen jenis ini digunakan pada daerah yang
bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin (winter season).
4. Tipe IV (low heat portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang
rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan yang besar dan masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung,
pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
5. Tipe V (Sulfate resisting portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri,
bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.
6. Portland Pozzolan Cement (PPC), Semen portland pozzolan adalah campuran dari semen tipe I biasa dengan
pozzolan.

2.2.3. Senyawa Kimia


Material semen adalah material yang mempunyai sifat-sifat adhesif dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat
agregat-agregat menjadi suatu massa yang padat yang mempunyai kekuatan yang cukup. Semen merupakan hasil
industri dari paduan bahan baku : batu gamping/kapur sebagi bahan utama, yaitu bahan alam yang mengandung
senyawa Calcium Oksida (CaO), dan lempung/tanah liat yaitu bahan alam yang mengandung senyawa: Siliki
Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO) atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk (bulk), tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air .
Fungsi utama dari semen adalah untuk mengikat partikel agregat yang terpisah sehingga menjadi satu kesatuan.
Bahan dasar pembentuk semen adalah :
a. 3CaO.SiO2 (tricalcium silikat) disingkat C3S (58% – 69%)
b. 2CaO.SiO2 (dicalcium silikat) disingkat C2S (8% – 15%)
c. 3CaO.Al2O3 (tricalcium aluminate) disingkat C3A (2% – 15%)
d. 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (tetracalcium alummoferrit) disingkat C4AF(6-14%)
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling mengikat/mengunci ketika menjadi klinker. Komposisi C3S
dan C2S adalah 70% – 80% dari berat semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya
dinamakan hidrasi semen.

2.3. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Kandungan
agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun
fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristik dan sifat
agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat beton.
Sifat yang paling penting dari suatu agrregat (batu-batuan, kerikil, pasir, dan lain sebagainya) ialah kekuatan hancur
dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatnnya dengan pasta semen, porositas dan
karekteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap agresi kimia, serta ketahanan terhadap
penyusutan.
2.3.1. Jenis Agregat
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat buatan (pecahan). Agregat alam dan
pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi), dan tekstur
permukaannya.
Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus.
Agregat Halus
Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton yang
memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat
halus (pasir) berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat
pemecah batu (stone crusher).

Pasir umumnya terdapat disungai-sungai yang besar. Akan tetapi sebaiknya pasir yang digunakan untuk bahan-
bahan bangunan dipilih yang memenuhi syarat. Syarat-syarat untuk pasir adalah sebagai berikut:
1. Butir-butir pasir harus berukuran antara (0,l5 mm dan 5 mm).
2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur dengan pengaruh perubahan cuaca atau iklim.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (persentase berat dalam keadan kering).
4. Bila mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasirnya harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organik, garam, minyak, dan sebagainya.
Pasir untuk pembuatan adukan harus memenuhi persyaratan diatas, selain pasir alam (dari sungai atau galian dalam
tanah) terdapat pula pasir buatan yang dihasilkan dari batu yang dihaluskan dengan mesin pemecah batu, dari terak
dapur tinggi yang dipecah-pecah dengan suatu proses. (Daryanto, 1994)
a. Pasir Galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini
biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam. Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada
lapisan paling atas harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
b. Pasir Sungai
Pasir ini diperoeh langsung dari dalam sungai, yang pada umumnya berbutir halus, bulat-bulat akibat proses
gesekan. Daya lekat antar butir-butirnya agak kurang karena butir yang bulat. Karena ukuran butirannya kecil,
maka baik dipakai untuk memplester tembok juga untuk keperluan yang lain.
c. Pasir Laut
Pasir laut ialah pasir yang di ambil dari pantai. Butirannya halus dan bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan
pasir yang paling jelek karena banyak mengandung garam-garaman. Garam-garaman ini menyerap kandungan air
dari udara dan ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan juga menyebabkan pengembangan bila sudah
menjadi bangunan. Karena itu, sebaiknya pasir pantai (laut) tidak dipakai dalam campuran beton.
Spesifikasi dari Agregat halus
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh ASTM. Jika seluruh
spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka barulah dapat dikatakan agregat tersebut bermutu baik.
Adapun spesifikasi tersebut adalah :
1. Susunan Butiran ( Gradasi )
Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus tersebut. Melalui analisa saringan maka akan
diperoleh angka Fine Modulus. Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :
 Pasir Kasar : 2.9 < FM < 3.2
 Pasir Sedang : 2.6 < FM < 2.9
 Pasir Halus : 2.2 < FM 0.95
Pengukuran workabilitas pada mortar beton dilakukan dengan pemeriksaan meja getar (flow tabel) sesuai dengan
ASTM C124-39. Hasil test ini menunjukkan konsistensi mortar dengan mengukur tingkat penyebaran campuran
ketika menerima sentakan pada flow table selama 15 kali dalam 15 detik. Nilai fluiditas didefinisikan sebagai
peningkatan diameter penyebaran mortar segar (D dalam cm) dikurangi diameter sebelumnya (10 cm), secara
matematis rumus fluiditas adalah sebagai berikut :
Flow = D – 10 x 100/10
Untuk mortar beton normal nilainya antara 0 – 150%.
1. Bleeding
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh pelepasan air dari pasta semen. Sesaat
setelah dicetak, air yang terkandung di dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Selanjutnya Power
dalam Neville (1981) berpendapat bahwa naiknya air ke permukaan dan bersamaan dengan turunnya bahan ke
dasar disebabkan oleh pengaruh gravitasi akibat berat sendiri sebagai fenomena alamiah atau proses “specific
sedimentation“.
Adapun penyebab bleeding menurut Neville (1981:224) adalah ketidakmampuan bahan padat campuran untuk
menangkap air pencampur. Ketika bleeding sedang berlangsung, air campuran terjebak di dalam kantong-kantong
yang terbentuk antara agregat dan pasta semen (matriks). Sesudah bleeding selesai dan beton mengeras, kantong-
kantong menjadi kering ketika berlangsung perawatan dalam keadaan kering. Akibatnya apabila ada tekanan,
kantong-kantong tersebut menjadi penyebab mudahnya retak pada beton, karena kantong-kantong hanya berisi
udara dan bahan lembut semacam debu halus.
Bleeding dihitung dengan cara menghitung banyaknya air yang keluar dari sampel beton segar sesaat setelah
dicetak. Prosedur pemeriksaan diatur dalam ASTM C232-58 (1966). Banyaknya bleeding adalah volume air (ml)
yang keluar dari suatu luasan permukaan beton (A) atau secara matematis ditulis :
Bleeding = V/A………………………(ml/cm2)…………………………. (2)
2. Segregasi
Segregasi adalah kecenderungan pemisahan bahan-bahan pembentuk beton. Neville (1981:223) meuliskan bahwa
terdapat dua bentuk segregasi beton segar yaitu :
b. Partikel yang lebih kasar cenderung memisahkan diri dari partikel yang lebih halus.
c. Terpisahnya air semen dari adukan.
Segregasi sangat besar pengaruhnya terhadap sifat beton keras. Jika tingkat segregasi beton sangat tinggi, maka
ketidaksempurnaan konstruksi beton juga tinggi. hal ini dapat berupa keropos, terdapat lapisan yang lemah dan
berpori, permukaan nampak bersisik dan tidak merata
Murdock (1986) menuliskan bahwa segregasi disebabkan oleh :
– Penggunaan air pencampur yang terlalu banyak
– Gradasi agregat yang jelek
– Kurangnya jumlah semen
– Cara pengelolaan yang tidak memenuhi syarat.
Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat yang utama dimiliki oleh beton adalah
kekuatannya.

Kekuatan

Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor
air semen dan derajat kekompakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton :
– Perbandingan berat air dan semen
– Type dan gradasi agregat
– Kualitas semen
– Perawatan (curing)
Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton meningkat sejalan dengan peningkatan
umurnya dan pada umur 28 hari, beton mencapai kekuatan maksimal. Nilai kuat tekan beton diukur dengan
membuat benda uji berbentuk silinder atau kubus. Pembacaan kuat tekan pada benda uji kubus dan silinder relatif
berbeda. Perbandingan kuat tekan silinder dan kubus menurut ISO Standard 3893 – 1977 disajikan pada tabel
dibawah ini.

Tabel Perbandingan Kuat Tekan antara Silinder dan Kubus


Kuat tekan silinder (Mpa) 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Kuat tekan kubus
(Mpa) 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada umur 14 hari, kekuatannya mencapai
85 – 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.
Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-1974-1990). Pembebanan pada
pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik monotorik dengan menggunakan Compressive Test. Beban yang
bekerja akan terdistribusi secara kontinue melalui titik berat.
f’cr = P / A…………………..(3)
f’cr = kuat tekan beton rata-rata
P = beban
A = luas penampang
Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih muda dan berkisar seperduapuluh
pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan tarik bahan beton tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar dapat
dipakai bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% – 15% dari kuat tekannya. Nilai
pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulangkali mencapai kekuatan 0.50 – 0.60 kali √f’c, sehingga
untuk beton normal digunakan nilai 0,57 √f’c.
Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada penentuan kemungkinan
pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas. Sedang untuk beton tidak bertulang, hasil pengujian ini
dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi jalan raya dan lapangan terbang serta untuk beton prategang.
Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan pengujian kuat tarik belah sesuai SK SNI M-
60-1990-03 (SNI 03-2492-1991). Spesimen yang digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat paralel pada
arah diameternya.
Kuat tarik belah dihitung dengan rumus :
f’ct = 2P/π LD……………………..(4)
Dimana : fct = kuat tarik belah (Mpa)
P = beban uji maksimum (N)
L = Panjang benda uji (mm)
D = Diameter benda uji (mm)

Penyusutan

Proses susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban.
Adapun proses susut pada beton yaitu:
a. Penyusutan awal, akibat kehilangan air pada proses penguapan dan perembesan melalui acuan.
b. Penyusutan akibat suhu ketika beton mulai dingin. Penyusutan ini masih dapat diatasi dengan perawatan yang
baik. Terjadinya penyusutan akan berakibat retak-retak plastis pada beton.
– Retak yang lebih luas dari 0,15 mm tidak akan menimbulkan masuknya air pada tulangan (dapat diabaikan)
– Retak-retak sebesar (0,15 – 0,5 mm) perlu diatasi dengan menutup retakan tersebut (dengan emulsi latex dan lain-
lain)

Keawetan

Keawetan beton merupakan lamanya waktu pada material untuk dapat melanjutkan pemakaiannya seperti yang telah
direncanakan. Walaupun terjadi serangan dari luar baik fisik, mekanik dan kimia. Adapun pengaruh-pengaruh luar yang
dapat merusak beton adalah pengaruh cuaca (hujan sinar matahari) silih berganti dan daya perusak kimiawi, misalnya air
limbah/buangan, air laut, lemak gula dan sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu :
– Permukaan beton harus mulus (misalnya exposed concrete)
– Tidak porous (rongga) dalam artian pemadatan harus baik.
– Menambah bahan tambahan tertentu untuk keperluan khusus.
4. Pengaruh Suhu
Harga koefisien pemuaian suhu pada beton berubah-ubah tergantung banyaknya semen dalam campuran kadar air dan
agregat. Untuk maksud praktis dapat diambil sebesar 1,0 x 10-6 tiap oC (beton normal).

5. Kuat Tekan
Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial benda uji silinder beton diameter 150 mm, tinggi 300
mm dengan satuan MPa (N/mm2) untuk SKSNI 91. Benda uji silinder juga digunakan pada standar ACI sedangkan
British Standar benda uji yang digunakan adalah kubus dengan sisi ukuran 150 mm. Benda uji dengan ukuran berbeda
dapat juga dipakai namun perlu dikoreksi terhadap size efek.
6. Kuat Tarik
Kuat tarik beton jauh lebih kecil dari kuat tekannya, yaitu sekitar 10 %-15 % dari kuat tekannya. Kuat tarik beton
merupakan sifat yang penting untuk memprediksi retak dan defleksi balok. Metode pengujian kuat tarik beton akan
dibahan pada bab selanjutnya.
7. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan beton biasanya ditentukan pada
25-50 % dari kuat tekan beton.
8. Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus menerus menurut waktu dibawah beban yang
dipikul.
2.3 Material Bahan Bangunan Bambu

Bambu merupakan salah satu bahan bangunan tertua dan sangat serbaguna dengan banyak aplikasi di bidang
konstruksi bangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Bambu tumbuh melimpah di seluruh kepulauan
Indonesia, dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Pertumbuhan
bambu yang cepat membuat bambu sebagai sumber daya yang dapat berkelanjutan.

Bambu merupakan material kuat dan ringan dan sering dapat digunakan tanpa pengolahan atau finishing.
Konstruksi bambu mudah untuk membangun, tahan terhadap gaya gempa, dan mudah diperbaiki jika terjadi
kerusakan. Sumber daya kayu berkurang dengan adanya pembatasan yang dikenakan pada penebangan di hutan
alam, terutama di daerah tropis, telah memfokuskan perhatian dunia pada kebutuhan untuk mengidentifikasi
pengganti material yang dapat diperbaruhi, ramah lingkungan dan secara luas dapat dimanfaatkan.

Keberadaan kayu yang semakin langka karena pemanfaatkan kayu masa lalu secara besar-besaran, sementara
pertumbuhan kayu hingga dapat digunakan sebagai material konstruksi bangunan sangat lama bisa mencapai 40
tahun dibandingkan dengan bambu yang hanya sekitar 3 sampai 5 tahun.
Dengan pertumbuhan yang cepat, kemampuan adaptasi yang baik untuk sebagian besar kondisi iklim dan kondisi
tanah, bambu muncul sebagai alternatif yang sangat cocok. Namun, dalam rangka memanfaatkan sepenuhnya
potensi bambu sebagai material konstruksi bangunan, upaya pembangunan harus diarahkan untuk pelestariannya.
Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktif untuk penanaman bambu merupakan upaya melestarikan bambu.
Dengan pemanfaatan bambu yang luas dibidang struktur bangunan, maka sirkulasi keberadaan bambu dapat
mendukung perekonomian rakyat serta memberikan dampak positip yang besar terhadap lingkungan.

LATAR BELAKANG

Bambu memiliki sejarah panjang dan mapan sebagai bahan bangunan di seluruh dunia baik di daerah
tropis maupun sub-tropis. Menurut Sharma (1987) di dunia tercatat lebih dari 75 negara dan 1250 spesies bambu,
bambu juga tumbuh melimpah di seluruh kepulauan Indonesia, dan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Pertumbuhan bambu yang cepat membuat bambu sebagai sumber daya
yang dapat berkelanjutan.
Bambu banyak digunakan untuk berbagai bentuk konstruksi bangunan, khususnya untuk perumahan di
daerah pedesaan. Bambu merupakan sumber daya terbarukan dan serbaguna, ditandai dengan kekuatan tinggi dan
berat volume rendah, dan mudah dikerjakan dengan menggunakan alat sederhana. Dengan demikian, konstruksi
bambu mudah untuk dibangun, sifat yang ringan dan elastic membuat konstruksi bambu tahan terhadap gaya
gempa dan mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan. Produk terkait (panel berbasis bambu dan beton bertulang
bambu, misalnya) juga menemukan aplikasi dalam proses konstruksi.
Beberapa pertimbangan penting yang saat ini membatasi penggunaan bambu sebagai bahan konstruksi bangunan
secara umum antara lain adalah:
a) Daya Tahan: bambu rentan terhadap serangan jamur dan serangga. Dengan alas an tersebut maka jika
tidak diobati, struktur bambu dipandang sebagai struktur bangunan sementara dengan umur tidak lebih
dari lima tahun.

b) Konstruksi sambungan: meskipun banyak jenis sambungan tradisional yang ada, namun efisiensi
strukturalnya rendah (Herbert et al. 1979). Banyak penelitian telah diarahkan pada pengembangan
lebih efektif metode sambungan.

c) Mudah terbakar: struktur bambu tidak berperilaku baik dalam kebakaran.


d) Kurangnya bimbingan desain dan standarisasi: desain rekayasa struktur bambu belum sepenuhnya
ditangani.

Jenis-jenis bambu untuk konstruksi bangunan

Banyak jenis bambu yang terdapat di Indonesia, kurang lebih ada 75 jenis bambu namun yang mempunyai
nilai ekonomis hanya sekitar 10 jenis saja (Sutiyono, 2006). Jenis-jenis bambu yang sering digunakan untuk
konstruksi bangunan di Indonesia, antara lain bambu wulung, bambu legi, bambu petung, bambu ampel, Gambar 1
di bawah ini menampilkan beberapa jenis bambu yang mempunyai nilai ekonomi yang sering digunakan tersebut.

a) Bambu wulung. b) Bambu ampel.


c. Bambu petung d) Bambu legi

Keunggulan Bambu

Bambu mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Untuk melakukan budi daya
bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara
menerus tanpa menanam lagi. Budi daya bambu dapat dilakukan sembarang orang, de-ngan peralatan sederhana
dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.

Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam, atau 120 cm per hari.
Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal. Berbeda dengan pohon kayu hutan yang baru siap ditebang dengan
kualitas baik setelah berumur 40-50 tahun, maka bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3 - 5
tahun.

Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat
tumbuh lagi.

Bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya dapat disejajarkan dengan baja. sekalipun
demikian kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena biasanya batang-batang struktur
bambu dirangkaikan dengan pasak atau tali yang kekuatannya rendah.
Bambu berbentuk pipa sehingga momen kelembabannya tinggi, oleh karena itu bambu cukup baik untuk
memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat bambu yang elastis, struktur bambu mempunyai ketahan yang
tinggi baik terhadap angin maupun gempa.
Kelemahan Bambu

Bambu mempunyai daya tahan yang sangat rendah, bambu sangat potensial untuk diserang kumbang bubuk,
sehingga bangunan atau perabot yang terbuat dari bambu tidak awet. Oleh karena itu rangka bangunan dari
bambu, yang tidak diawetkan, hanya dipandang sebagai komponen bangun-an sementara yang hanya

tahan tidak lebih dari 5 tahun.


Kekuatan sambungan bambu yang pada umumnya sangat rendah karena perangkaian batang -batang
struktur bambu sering kali dilakukan secara konvensional memakai paku, pasak, atau tali ijuk. Pada perang-kaian
batang-batang struktur dari bambu yang dilakukan dengan paku atau pasak, maka serat yang sejajar dengan
kekuatan geser yang rendah menjadikan bambu mudah pecah karena
paku atau pasak. Penyambungan memakai tali sangat tergantung pada keterampilan pelaksana. Kekuatan
sambungan hanya didasarkan pada kekuatan gesek antara tali dan bambu atau antara bambu yang satu dengan
bambu lainnya Dengan demikian penyambungan bambu secara konvensional kekuatannya rendah, sehingga
kekuatan bambu tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada saat tali ken-dor sebagai akibat kembang susut
karena perubahan temperatur, kekuatan gesek itu akan turun, dan bangunan dapat runtuh. Oleh karena itu
sambungan bambu yang memakai tali perlu dicek secara berkala, dan tali harus selalu disetel agar tidak kendor.

Kelangkaan buku petunjuk perancangan atau standar berkaitan dengan bangunan yang terbuat dari bambu.

Sifat bambu yang mudah terbakar. Sekalipun ada cara-cara untuk menjadikan bambu tahan terhadap api, namun
biaya

yang dikeluarkan relatif cukup mahal.


Bersifat sosial berkaitan dengan opini masyarakat yang sering menghu-bungkan bambu dengan
kemiskinan, sehingga orang segan tinggal di rumah bambu karena takut dianggap miskin. Orang baru mau tinggal
di rumah bambu jika tidak ada pilihan lain. Untuk mengatasi kendala ini maka perlu dilibatkan arsitek, agar rumah
yang dibuat dari bambu terlihat menarik. Upaya ini tampak pada bangunan-bangunan wisata yang berupa bungalo
dan rumah makan yang berhasil menarik wisatawan mancanegara.

Bambu sebagai elemen struktur bangunan gedung

Bambu dapat digunakan untuk membuat semua komponen bangunan, baik struktural maupun non
structural. Konstruksi bangunan bambu ini ditandai dengan pendekatan kerangka struktural mirip dengan yang
diterapkan dalam konstruksi kayu. Dalam hal ini, elemen lantai, dinding dan atap saling dihubungkan dan saling
bergantung satu sama lain untuk stabilitas keseluruhan. Ada kebutuhan untuk mengontrol deformasi lateral dalam
beberapa bentuk tradisional bangunan pada khususnya. Kecukupan dan kesesuaian bangunan untuk hunian juga
akan tergantung pada detail yang
baik, misalnya untuk membantu mencegah masuknya air dan kelembaban, serangan jamur dan kutu kutu.
a) Bambu sebagai pondasi
Jenis-jenis pondasi dari bambu yang umum digunakan antara lain bambu kontak tanah secara langsung,
bambu di atas pondasi batu atau beton, bambu dimasukkan ke dalam pondasi beton (Gambar 1), dan bambu sebagai
tulangan beton. Secara umum, yang terbaik adalah menjaga bambu agar tidak kontak langsung dengan tanah,
karena bambu yang tidak diobati dapat membusuk sangat cepat jika kontak dengan tanah.

b) Bambu sebagai Lantai


Lantai bangunan bambu mungkin di permukaan tanah, dan karena itu hanya terdiri dari tanah yang dipadatkan,
dengan atau tanpa perkuatan dari anyaman bambu. Namun, solusi yang dipilih adalah untuk menaikkan lantai di
atas tanah menciptakan jenis konstruksi panggung. Hal ini meningkatkan kenyamanan dan kebersihan dan dapat
memberikan tempat penyimpanan tertutup di bawah lantai. Ketikalantai ditinggikan, lantai menjadi bagian integral
dari kerangka struktur bangunan.

Lantai bambu biasanya terdiri dari balok bambu tetap untuk strip pondasi atau tumpuan ke pondasi.
Balok-balok dipasang di sekeliling bangunan. Balok dan kolom umumnya berdiameter sekitar 100 mm.
c) Bambu sebagai dinding
Penggunaan yang paling luas dari bambu dalam konstruksi adalah untuk dinding dan partisi. Elemen
utama dari dinding bambu umumnya merupakan bagian dari kerangka struktural. Dengan demikian bambu harus
mampu untuk menahan beban bangunan baik berat sendiri maupun beban berguna, cuaca, dan gempa bumi.

Sebuah pengisi antara anyaman bambu diperlukan untuk menyelesaikan dinding. Tujuan dari pengisi
adalah untuk melindungi terhadap hujan, angin dan hewan, untuk memberikan privasi dan memberikan perkuatan
untuk menjamin stabilitas keseluruhan struktur ketika mengalami gaya horisontal. Pengisi harus didesain untuk
memungkinkan cahaya dan ventilasi.

d) Bambu sebagai atap


Atap bangunan yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap cuaca ekstrem termasuk hujan,
matahari dan angin, dan untuk memberikan yang jelas, ruang yang dapat digunakan di bawah kanopi nya. Di atas
semua, itu harus cukup kuat untuk menahan kekuatan yang cukup dihasilkan oleh angin dan penutup atap. Dalam
hal ini bambu sangat ideal sebagai bahan atap - itu kuat, tangguh, dan ringan.
Struktur bambu untuk atap dapat terdiri dari komponen Rangka atap (kuda-kuda), Gording atau purlin,
kasau dan reng.
Aplikasi bambu untuk berbagai jenis konstruksi lain

a) Jembatan bambu
Sebuah jembatan dapat didefinisikan sebagai struktur tinggi yang menghubungkan dua tempat agar lalu
lintas dapat melewati hambatan yang ada diantara keduanya (misalnya lembah dan sungai). Berbagai jenis
bentangan dan kapasitas yang hampir tak terbatas. Jembatan bambu umumnya digunakan untuk konstruksi
jembatan dengan bentang terbatas untuk pejalan kaki dan lalu lintas ringan. Namun konstruksi bambu dengan
sambungan yang baik, telah dibangun dan telah terbukti mampu mendukung beban yang cukup besar.

b) Perancah bambu
Perancah bambu secara luas digunakan di seluruh Asia Selatan dan Asia Tenggara dan juga Selatan
Amerika sebagai struktur sementara untuk mendukung platform yang bekerja di konstruksi bangunan dan
pemeliharaan (Jayanetti dkk, 2002). Keuntungan utama dari perancah bambu bila dibandingkan dengan baja yang
ringan dan rendah biaya. Hal ini juga mudah disesuaikan dengan bentuk bangunan. Namun, masalah seperti
kurangnya daya tahan, dan non-standar sambungan saat ini membatasi penggunaan bambu secara luas.

c) Bambu sebagai tulangan beton Penggunaan bambu sebagai tulangan


beton adalah salah satu topik yang lebih luas dibahas berkaitan dengan bambu dalam konstruksi. Ada beberapa
alasan bagus mengapa bambu mungkin dianggap sebagai penguat untuk beton yaitu : biaya rendah dibandingkan
dengan baja, mudah di dapat, dan Kekuatannya untuk rasio berat badan lebih baik dibandingkan dengan baja.
Perlindungan komponen Bambu

Bambu tidak tahan lama dalam keadaan aslinya. Kandungan alami bambu terdapat sumber makanan yang
siap untuk serangga dan jamur, dan dapat membusuk dalam waktu kurang dari satu tahun jika kontak langsung
dengan tanah. Oleh karena itu perlindungan merupkan usaha yang penting
untuk menjamin umur yang lama dari material bambu.
Perlindungan tidak selalu berarti perawatan dengan kimia. Garis pertahanan pertama adalah desain yang
baik. Perlindungan dengan desain melibatkan empat prinsip dasar yaitu : menjaga bambu tetap kering, menjaga
bambu kontak dengan tanah, memastikan sirkulasi udara yang baik, dan memastikan visibilitas yang baik.

Konsol atap yang lebar dapat mencegah pembasahan langsung dinding saat hujan lebat, dan drainase
saluran atau selokan dapat digunakan untuk menjauhkan air dari gedung dengan jarak yang aman. Risiko banjir
yang lebih umum dapat dikurangi dengan membangun sebuah situs dinilai atau sedikit miring, dan menggunakan
batu dinaikkan atau pondasi beton. (Gambar 9).

Meningkatkan kolom bambu atau panel dinding jelas tanah juga mengurangi risiko serangan rayap, dan
meningkatkan visibilitas, membuat pemeriksaan lebih mudah. Perisai rayap dapat digunakan antara pondasi dan
dinding, jika risiko dianggap tinggi. Bila memungkinkan, ruang atap harus dibiarkan terlihat dengan baik sehingga
untuk visibilitas dan aliran udara, dan pemeliharaan rutin, Konstruksi bambu juga dapat memberikan daerah
bersarang ideal untuk tikus dan hama lainnya. Secara umum, konstruksi rongga harus dihindari.
Bangunan bambu sebagai bangunan ramah lingkungan “Green Building”

Setiap bangunan menempati ruangan, dirancang, dibangun, dioperasikan dan dipelihara untuk kesehatan
dan kesejahteraan penghuni, sambil meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun kategori bahan
“green building” adalah sebagai berikut:
a) Produk yang dibuat dari bahan lingkungan yang menarik.

b) Produk yang mengurangi dampak lingkungan selama konstruksi, renovasi atau pembongkaran.
c) Produk yang mengurangi dampak lingkungan dari operasi bangunan.

d) Produk yang membuat lingkungan yang aman dan sehat dalam ruangan.

Bambu memenuhi syarat sebagai bahan bangunan ramah lingkungan (green building). Bambu saat ini
sedang dipandang sebagai alternatif bahan dengan biaya rendah untuk masalah besar perumahan yang dihadapi
oleh beberapa negara berkembang. Bambu merupakan potensi bahan untuk perumahan dan konstruksi yang ramah
lingkungan, karena:

• Kekuatan tarik tinggi dibandingkan dengan yang ringan baja.


• Kekuatan tinggi untuk rasio berat dan beban daya dukung tinggi tertentu.
• Membutuhkan lebih sedikit energi untuk produksi,
• Layanan kinerja bambu dapat ditingkatkan dengan pengawetan dengan pengobatan yang cocok.

• Dapat dibentuk menjadi panel dan material komposit yang dapat meningkatkan kekuatan yang cocok untuk
aplikasi struktural properti.

• Bambu juga memiliki kekuatan sisa tinggi untuk menyerap pengaruh guncangan dan sangat cocok untuk
bahan pembangunan rumah untuk melawan kekuatan angin dan seismik yang tinggi.

Bambu sangat efisien dalam menyerap karbon dioksida dan berkontribusi terhadap pengurangan efek rumah kaca.
Peran bambu dalam restorasi lingkungan

Biosfer kita menderita penipisan sumber daya, hilangnya habitat, kepunahan spesies dan pencemaran
ekosistem, menunjukkan keberlanjutan yang tidak cukup. Arsitek dan pengembang sekarang dapat memilih bahan
dan sistem yang memiliki efek restoratif pada lingkungan. Bambu dapat memainkan peran kunci.

Bambu adalah tanaman yang paling cepat berkembang. Bambu menghasilkan oksigen yang lebih besar
30% dari pada hutan kayu pada wilayah yang sama, sekaligus meningkatkan daerah aliran sungai, mencegah erosi,
mengembalikan tanah yang rusak, bambu dapat menetralkan racun dari tanah yang terkontaminasi.
Bambu menghasilkan struktur balok, lantai, panel dinding, pagar dan banyak yang berkelanjutan dengan
produk dari restorasi lingkungan.

Batang bambu dapat dipanen setiap tahun setelah 3 smpai 5 tahun, dibandingkan dengan 30 sampai 50
tahun untuk pohon. Dengan kenaikan tahunan 10-30% dalam biomassa dibandingkan 2-5% untuk pohon, bambu
dapat menghasilkan 20 kali lebih banyak kayu dari pohon-pohon di daerah yang sama. Bambu dapat selektif
dipanen setiap tahun dan melahirkan tanpa melakukan penanaman kembali.
Bambu menghasilkan oksigen 30% lebih dari pohon. Hal ini membantu mengurangi karbon dioksida gas
yang menyebabkan pemanasan global. Rumpun bambu dapat menyerap karbon dioksida hingga 12 ton per hektar,
yang membuat bambu menjadi pengisi ulang udara segar yang efisien.
Bambu merupakan penghalang mengalirnya air alami, karena sistem akar yang luas penyebarannya, bambu sangat
mengurangi limpasan hujan, mencegah erosi tanah besar- besaran dan membuat air dua kali lebih banyak di daerah
aliran sungai (DAS).
Bambu membantu mengurangi polusi air karena konsumsi nitrogen tinggi, sehingga merupakan solusi
untuk penyerapan nutrisi kelebihan air limbah dari pertanian, manufaktur, peternakan, dan pengolahan limbah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan dampak positip penggunaan bambu pada konstruksi
bangunan sebagai berikut:

1) Bambu dapat dugunakan untuk berbagai aplikasi di bidang konstruksi bangunan sebagai pengganti keberadaan
kayu yang semakin langka, dan jika didasain dengan baik dan di rawat dengan baik akan mempunyai daya
tahan yang lama.
2) Pengakuan penggunaan bambu oleh masyarakat luas untuk konstruksi bangunan dan keperluan lain akan
berpengaruh pada kebutuhan pengadaan bambu yang semakin besar pula. Hal ini dapat memicu masyarakat
untuk melakukan penanaman bambu di tanah-tanah yang kurang produktif dengan demikian akan memberikan
nilai tambah secara ekonomis.

3) Dengan semakin meluasnya lahan yang ditanami bambu, maka akan berdampak positip bagi lingkungan antara
lain: udara segar karena bambu penyumbang oksigen yang lebih besar dibanding kayu dan dapat menyerap
karbon dioksida, pemanfaatan lahan gundul, dan dapat mencegah erosi.
2.4 Inovasi Bahan

Bahan Bangunan dari LUSI (Lumpur Sidoarjo)


Bahan bangunan dari LUSI (lumpur Sidoarjo) merupakan produk inovasi bahan bangunan lokal sebagai
komponen bangunan alternatif yang dibuat dari bahan lumpur sidoarjo sebagai bahan baku dan campuran bahan
lain sebagai substitusi/tambahan.

I shipping two. This comprar viagra Bought color – on that cialis 5mg I’ve is gooey drives cialis tadalafil coming
day system been generic viagra online brush product item only sildenafil citrate 100mg production her. Arms
face cialis 5mg price strong they makes many. T thattakesovaries.org cialis drug are aggravated makes soda?
Secara umum ada 2 kelompok produk yang dihasilkan yaitu : Bahan bangunan keramik (ceramic based materials)
seperti bata merah, genteng, dan agregat tanah (arta), serta Bahan bangunan bersemen (cement based materials)
seperti conblock, paving block dan ubin semen.
Untuk bahan keramik, proses pembuatan melalui cara dibakar sampai suhu sintering (antara 800 s/d 900 oC) hingga
memperoleh produk yang stabil, kuat dan berpenampilan baik, sedangkan bahan bangunan bersemen proses
pembuatan dengan cara dicetak dari campuran lumpur, pasir dan semen Portland.
Inovasi ini bermula dari sebuah pemikiran, dengan melimpahnya bahan lumpur yang keluar dari kegiatan
pengeboran (kegagalan teknis) dan untuk mengurangi dampak negatif dari semburan itu, bahan ini perlu
dimanfaatkan sebagai komponen bangunan agar diperoleh nilai guna dan nilai tambah dari bahan tersebut.

Di sisi lain, akibat rusaknya bangunan dan lingkungan dilokasi semburan serta rencana relokasi penduduk, maka
perlu didukung ketersediaan material yang memadai. Untuk hal tersebut, diperlukan suatu produk komponen
bangunan dengan memanfaatkan bahan setempat sehingga pengadaan dapat dilakukan secara cepat dan murah.
Disisilain, akibat semburan yang telah menutupi sebagian wilayah terdampak dan telah mengakibatkan hilangnya
kesempatan kerja/usaha, maka perlu diciptakan lapangan kerja baru untuk mengurangi dampak sosial yang lebih
luas bagi masyarakat yang terdampak sekaligus mengatasi masalah lingkungan.

Produk bata, genteng dan agregat sendiri telah dikenal sejak lama, namun untuk produk dengan bahan baku LUSI
merupakan produk baru yang sedang dikembangkan.

Keunggulan dan Kelemahan

1. Dapat diproduksi dengan skala kecil (home industri atau UKM) maupun skala besar (padat modal),
2. Teknologi yang digunakan sederhana dan mudah diterapkan oleh masyarakat setempat,
3. Produk yang dihasilkan lebih ringan dibanding dengan produk komponen pada umumnya,
4. Dapat dikembangkan dan diaplikasikan oleh masyarakat tanpa keahlian khusus.
5. Produk ini hanya dapat dikembangkan dilokasi semburan lumpur dan sepanjang sungai porong yang
merupakan saluran pembuangan lumpur, tetapi tidak menutup kemungkinan dikembangkan dilokasi lain
sepanjang masih dalam batas radius ekonomis.
6. Pemanfaatan bahan lokal
7. Mengembangkan teknologi konstruksi
8. Meningkatkan nilai bahan limbah
9. Efisiensi bahan dinding
10. Menciptakan lapangan kerja baru

Penggunaan

Produk bata LUSI dapat digunakan untuk pasangan dinding baik yang memikul beban (struktural) maupun sebagai
partisi, sedangkan genteng LUSI digunakan sebagai penutup atap baik langsung maupun diglazur / dicat terlebih
dahulu untuk memberikan warna yang lebih menarik. Sedangkan agregat LUSI dapat digunakan untuk pembuatan
beton ringan dengan sifat akustik (penyerapan suara, suhu dan ketahanan api) yang lebih baik
Produk bata dan genteng LUSI dapat digunakan dalam pembangunan rumah dan gedung dengan mudah, dan
karena bobotnya yang ringan maka akan mengurangi beban struktur secara keseluruhan. Sedangkan agregat LUSI
dapat digunakan untuk pembuatan beton ringan seperti beton mikro, lapisan kedap suara, penahan panas atau
struktur tahan api

Saat ini produk ini baru dalam tahap uji coba dengan membuat rencana pembangunan pilot project dilokasi
semburan lumpur dengan melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Respon dari stakeholders baik pemerintah daerah maupun masyarakat sangat antusias setelah melihat contoh
produk yang dihasilkan, terutama dengan adanya pendirian pabrik yang diharapkan dapat menampung tenaga kerja
setempat sekaligus pemenuhan kebutuhan akan bahan bangunan.

Kriteria Desain Bahan Bangunan Dari LUSI


Kriteria desain dapat dibagi dalam 2 aspek

1. Peralatan produksi,
Merupakan paket peralatan yang terdiri dari crusher, extruder, cetakan, rak pengering, tungku bakar (tunnel
kiln), screen, dan alat pendukung lainnya, merupakan alat-alat yang telah umum digunakan dengan modifikasi
beberapa bagian untuk penyesuaian terhadap raw materials dan produk yang akan dihasilkan.
2. Hasil produksi,
Kriteria disain teknologi dari produk ini utamanya adalah proporsi campuran bahanbaku(LUSI) dengan bahan
substitusi (abu batu bara) yang berfungsi sebagai penstabil dan peningkatan karakteristiknya

JENIS PRODUK 1. PAVING BLOCK 2. CONBLOCK

1 PC : 5 AG (60 % LUSI + 40 % PS) 1 PC : 8 AG (60 % LUSI + 40 % PS)


SPESIFIKASI KUAT TEKAN : 80 KG/CM2 KUAT TEKAN : 30 KG/CM2

APLIKASI Jalan setapak, trotoar, halaman Dinding

HARGA Rp. 36.650 /M2 Rp. 39.500/M2


____________________________________________________________________________________________
JENIS PRODUK 1. BATA MERAH 2. GENTENG KERAMIK

80 % LUSI + 20 % ABB
BEBAN LENTUR 38 KG F
90% LUSI + 10% ABB
KUAT TEKAN 43 KG/CM2 PENYERAPAN AIR 8 %
SPESIFIKASI A

70% LUSI + 30 % ABB


BEBAN LENTUR 56 KG F
80 % LUSI + 20 % ABB PENYERAPAN AIR 12 %
SPESIFIKASI B KUAT TEKAN : 52 KG/CM2

60% LUSI + 40 % ABB


BEBAN LENTUR 25 KG F
70% LUSI + 30 % ABB
KUAT TEKAN 41 KG/CM2 PENYERAPAN AIR 21 %
SPESIFIKASI C

APLIKASI Dinding Atap

HARGA Disesuaikan Disesuaikan


Hasil Uji Agregat

Syarat mutu
(utk beton
Hasil uji struktural)
No Uraian uji

Lumpur : abu batu bara 80 : 20 70 : 30 60 : 40

Berat jenis, ……………….. gr/cc


1 1,43 1,38 1,32 1,0 -1,8

Penyerapan air, ……………. %


12,16 15,36 21,28 Maks. 20,0

Bobot isi,
2

- gembur, ………………….. kg/lt


3 1,19 0,97 0,86 -

- padat, …………………….. kg/lt


1,27 1,16 0,94 -

Nilai keremukan 10 %,.. (ton)


10,6 9,2 6,7 7,5 – 14,0

Berat jenis, ……………….. gr/cc


4 1,64 1,38 1,25 1,0 -1,8

Biaya Investasi
Biaya investasi untuk pendirian pabrik bata, genteng dan agregat LUSI sangat tergantung dari skala produknya,
tetapi untuk skala UKM diperkirakan memerlukan biaya sebesar 1 – 1,2 Milyar.

Biaya tersebut meliputi pembuatan los/barak kerja, perkantoran, mushola, KM/WC, dan peralatan (tunnel kiln,
crusher, extruder, cetakan, rak pengering, screen), pagar pengaman, dan alat pendukung lainnya, tetapi belum
termasuk pengadaan lahan seluas 2000 s/d 5000 m2.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada pembahasan dari makalah ini, yaitu:
a. Setiap konsep pembangunan memiliki spesifikasi bahan material yang berbeda-beda,sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Lokasi penggunaan bahan material mempengaruhi jenis dari bahan material itu sendiri..
c. Bahan yang sebenarnya sebuah bencana alam bisa dijadikan inovasi bahan material untuk
mendapatkan bahan yang lebih terjangkau.

3.2. Saran
Untuk mendapatkan kualitas dan harga yang anda inginkan, ada baiknya anda mengenal jenis
bahan-bahan bangunan beserta kelebihan dan kekuranggannya secara keseluruhan sebelum
memutuskan untuk memilih atau menggunakannya dalam proses konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
https://id.wikipedia.org/
http://webcache.googleusercontent.com
http://pustaka-ts.blogspot.com /
http://www.ilmusipil.com/bahan-bangunan

Anda mungkin juga menyukai