Judul Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan
Metode Pd T-01-2002-B, Metode Manual Desain Perkerasan
(Mdp) Dan Metode Nottingham Pada Ruas Jalan I Gusti Ngurah Rai Palu Jurnal Jurnal Fropil Volume dan halaman Vol 4 Nomor 2 Juli-Des 2016 Tahun 2016 Penulis Novita Pradani Muhammad Sadli Dewy Fithriayuni Reviewer Muhammad Iqbal Tanggal 16 maret 2019
Latar Belakang Dikarenakan Perkembangan masyarakat yang tinggi baik
diperkotaan atau dipedesaan membutuhkan pergerakan yang cepat yang ditunjang dengan keadaan jalan raya yang baik. Dengan intensitas kendaraan yang menempuh jalan sangat besar maka besar kemungkinan terjadi berbagai macam kerusakan pada jalan, agar tebal perkerasan tidak mudah mengalami kerusakan dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, maka perlu diadakan studi kasus untuk mendapatkan tebal perkerasan yang terbaik. Sebuhungan dengan permasalahan diatas tentu memerlukan Metode yang efektif dan efisien untuk merencanakan tebal perkerasan agar diperoleh hasil yang ekonomis, tetapi tetap mengacu terhadap kenyaman, keamanan, serta keselamatan bagi pengendara. Tujuan Menentukan metode yang efektif dan efisien untuk merencanakan tebal perkerasan pada jalan Metode Survey yaitu metode yang dilakukan dengan melakukan riset penelitian pengambilan data langsung dari lapangan, yaitu dengan cara mengadakan survey lalu lintas harian yang dilakukan selama 2 hari 1x24 jam pada jam kerja dan hari libur (selasa dan sabtu) di daerah Lembah Palu dan Teluk Palu. Perbandingan dimana membandingkan antara beberapa metode yang akan dipakai untuk selanjutnya Letak Lokasi Penelitian kawasan dataran Lembah Palu dan Teluk Palu yang secara astronomis terletak antara 0,360LS – 0,560LS dan 119,450BT – 121,010BT Hasil 1. Dari hasil perhitungan Metode Bina Marga Pd T-01-2002-B dan Manual Desain Perkerasan dipengaruhi oleh LHR sedangkan Metode Nottingham dipengaruhi oleh LHR dan Temperatur 2. Dalam perencanaan tebal perkerasan dengan umur rencana 20 tahun Metode Bina Marga Pd T-01-2002-B diperoleh nilai LHR sebesar 16.072.047,021 CESA dengan tebal perkerasan untuk tiap lapisan surface 22,86 cm, Lapisan pondasi atas 20 cm dan lapisan pondasi bawah 15,545 cm, Pada metode Manual Desain Perkerasan diperoleh nilai LHR sebesar 231.301.030,144 CESA dengan tebal perkerasan lapisan surface untuk AC-WC dengan tebal 5 cm dan AC- BC dengan tebal 28 cm, lapisan pondasi atas 15 cm, lapisan pondasi bawah 15 cm, Metode Nottingham diperoleh nilai LHR sebesar 39.480.000 dengan tebal perkerasan lapisan surface 29,5 cm dan untuk lapisan pondasi bawah 20 cm 3. Tebal perkerasan yang paling tipis menggunakan metode Pd T – 01 – 2002 – B. Pembahasan Suhu udara rata-rata di Indonesia cukup tinggi, maka pemakaian dan pengembangan metode Nottingham Design Methods untuk perencanaan maupun penelitian jalan di Indonesia sebaiknya disesuaikan terlebih dahulu dengan suhu di Indonesia dan didukung dengan metode-metode yang ada di Indonesia. Agar tidak terjadi kesalahan dan menyebabkan kerugian yang tidak diinginkan Kelemahan Mungkin dibutuhkan waktu survey yang lebih dari 2 hari agar mendapatkan data yang lebih efektif Kekuatan Survey yang dilakukan bisa menunjang data-data yang lebih efektif dan sesusai dengan keadaan dilapangan Pemeparan hasil survey dan data-data yang baik sehingga mudah memahami isi jurnal sendiri Pemaparan landasan teori yang membantu dalam menunjang atau memperkuat hasil penelitian atau jurnal. Judul Analisis Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Lentur Menggunakan Beberapa Metode Bina Marga Studi Kasus: (Ruas Jalan Piringsurat – Batas Kedu Timur) Jurnal Teknik Sipil Perkerasan Jalan Volume dan halaman Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 380 – 393 Tahun 2015 Penulis Muhammad Nauval Araka Aris Gerson Simbolan Bagus Hario Setiadji Supriyono Reviewer Muhammad Iqbal Tanggal 16 Maret 2019
Latar Belakang Untuk membangun jalan raya Indonesia telah mempunyai
peraturan serta pedoman dalam perencanaan struktur tebal perkerasan jalan raya yang merupakan hasil modifikasi dan penyesuaian dari negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Terkait dengan hal ini Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga selalu mengeluarkan standar peraturan mengenai desain manual perkerasan jalan yang terus dikembangkan dan disempurnakan, dengan tujuan untuk memberikan rasa keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dalam berlalu lintas namun manual desain tebal perkerasan jalan yang berhasil dekeluarkan oleh detjen Bina Marga masih memiliki kekurangan sehingga beberapa pedoman lama masih dapat dipergunakan sampai saat ini. Tujuan 1. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan pada setiap peraturan yang telah dibuat 2. Membandingkan dan mengidentifikasi hasil perhitungan tebal perkerasan lentur dari beberapa peraturan serta pedoman Bina Marga yang masih digunakan Pembatasan Penelitian 1. Empat pedoman atau peraturan Bina Marga,yaitu a. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt. T-01- 2002-B). b. Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan (Pd. T-05-2005-B). c. Desain Perkerasan Jalan Lentur (No. 00 / BT / 2010) d. Manual Desain Perkerasan Jalan (02/M/BM/2013). 2. Perencanaan tebal lapisan perkerasan lentur jalan baru. 3. Perencanaan penambahan lapisan jalan raya / overlay. 4. Penggunaan data dalam perencanaan menggunakan ruas jalan Piringsurat – Batas Kedu Timur. Metode Metode analisis data kuantitatif yaitu pendekatan pengolahan data melalui metode statistik atau matematik yang terkumpul dati data skunder dan juga primer Perbandingan dimana membandingkan antara beberapa metode yang akan dipakai untuk selanjutnya Hasil 1. Peraturan Bina Marga “Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pd.T-01-2002B” yang mengacu pada AASHTO 1993. Pedoman ini memiliki parameter perencaan tebal perkerasan yang cukup baik namun, dalam beberapa parameter perencanaan tidak memiliki parameter acuan tertulis yang jelas sehingga membingungkan para perencana dalam merencanakan tebal perkerasan jalan lentur. 2. Pedoman “Manual Desain Perkerasan Jalan Raya No. 02/M/BM/2013” adalah pedoman yang melengkapi pedoman Pd.T-01-2002-B dan mengacu pada AUSTROADS 2008. Pedoman ini memiliki parameter-parameter desain yang sudah terencana sesuai dengan bagan desain sehingga, kurang memberikan kebebasan pada perencana untuk mendesain tebal perkerasan jalan. 3. Peraturan Bina Marga pada “Desain Perkerasan Jalan Lentur No. 001/BT/2010” merupakan bentuk penjelasan dan penyederhaan dari peraturan “Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt.T-01-2002-B” yang mengacu pada AASHTO tahun 1993 yang kemudian dilakukan kombinasi acuan dengan Road Note 31 edisi keempat tahun 1993. Pembahasan Perencanaan perkerasan jalan raya baik perkerasan jalan baru maupun perkerasan lapis tambah/Overlay sangat diperlukan pemikiran engineering adjustment yaitu dengan mempertimbangkan hasil tebal perkerasan yang didapat dengan faktor – faktor yang ada sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan Kelemahan Tidak melakukan survey sehingga data yang didapat tidak 100% seusai dengan keadaan dilapangan Menggunakan metode-metode yang membutuhkan bantuan engineering adjustment untuk menyelesaikannya karena terdapat beberapa parameter yang tidak ada titik acuannya Kurangnya landasan teori yang menunjang atau memperkuat hasil penelitian atau jurnal Kekuatan Menggunakan data-data formulasi kolerasi yang valid Telah diapaparkan dengan baik data-data yang dipakai dalam penelitian