2
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
2
LAPORAN ANTARA
3
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
3
LAPORAN ANTARA
4
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
4
LAPORAN ANTARA
a. Umur Rencana
Umur rencana perkerasan baru seperti yang ditulis di dalam Tabel 3 .1.
5
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
5
LAPORAN ANTARA
6
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
6
LAPORAN ANTARA
7
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
7
LAPORAN ANTARA
j. Gambut
Perkerasan kaku tidak boleh digunakan diatas tanah gambut, dan perkerasan
lentur harus digunakan.Konstruksi bertahap harus dipertimbangkan untuk
membatasi dampak penurunan yang tak seragam.
k. Pelaburan (Surface Dressing) diatas Lapis Pondasi
Surface dressing (Burda atau Burtu) sangat tepat biaya jika dilaksanakan dengan
benar.Sangat sedikit kontraktor yang memiliki sumber daya peralatan dan
kemampuan untuk melaksanakan pelaburan permukaan perkerasan dengan
benar. Dibutuhkan peningkatan dalam kapasitas dan kompetensi kontraktor
dalam teknologi ini.
dicapai CBR untuk lapisan tanah dasar sebesar 6%, yang seringkali hal ini
tidak tercapai. Karena itu perlu dilakukan pengambilan sampel dan
pengujian yang memadai. Perkerasan membutuhkan tanah dasar yang:
10
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
10
LAPORAN ANTARA
a) Kondisi tanah dasar normal, dengan ciri - ciri nilai CBR lebih dari 3%
dan dapat dipadatkan secara mekanis. Desain ini meliputi
perkerasan diatas timbunan, galian atau tanah asli.
b) Kondisi tanah dasar langsung diatas timbunan rendah (kurang dari 3
m) diatas tanah lunak aluvial jenuh. Prosedur laboratorium untuk
penentuan CBR tidak dapat digunakan untuk kasus ini, karena
optimasi kadar air dan pemadatan secara mekanis tidak mungkin
dilakukan di lapangan. Lebih lanjutnya, tanah asli akan menunjukkan
kepadatan rendah dan daya dukung yang rendah sampai kedalaman
yang signifikan yang membutuhkan prosedur stabilisasi khusus.
c) Kasus yang sama dengan kondisi B namun tanah lunak aluvial dalam
kondisi kering. Prosedur laboratorium untuk penentuan CBR
memiliki validitas yang terbatas karena tanah dengan kepadatan
rendah dapat muncul pada kedalaman pada batas yang tidak dapat
dipadatkan dengan peralatan konvensional. Kondisi ini
membutuhkan prosedur stabilisasi khusus.
d) Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah gambut.
Gambar 3 .2 menggambarkan proses Desain untuk Desain pondasi
jalan untuk tanah selain gambut, dan menyajikan solusi pondasi jalan
minimum selain kasus khusus untuk perkerasan kaku diatas tanah
lunak.
11
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
11
LAPORAN ANTARA
atau timbunan dan tetapkan nilai CBR dari Bagan Desain1 atau dari uji
laboratorium perendaman 4 hari.
Kondisi A2 : Apabila tanah dasar bersifat berbutir atau tanah residual
tropis (tanah merah, laterit), nilai Desain daya dukung tanah dasar
harus dalam kondisi 4 hari rendaman, pada nilai 95% kepadatan
kering modifikasi.
12
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
12
LAPORAN ANTARA
13
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
13
LAPORAN ANTARA
Gambar 3.2 Bagan Alir Desain Pemilihan Metode Desain Pondasi Jalan
Data CBR dari segmen tersebut harus mempunyai koefisien variasi 25%
- 30% (standar deviasi/nilai rata-rata).
b) Bila set data kurang dari 16 bacaan maka nilai wakil terkecil dapat
digunakan sebagai nilai CBR dari segmen jalan. Nilai yang rendah
yang tidak umum dapat menunjukkan daerah tersebut membutuhkan
penanganan khusus, sehingga dapat dikeluarkan, dan penanganan
yang sesuai harus disiapkan.
lendutan musim kemarau dan musim hujan. Faktor penyesuaian dari Tabel
3 .6 dapat digunakan sebagai nilai minimum. Penyelidikan sangat
diutamakan untuk dilaksanakan setelah musim hujan yang panjang untuk
mengurangi ketidakpastian terkait dengan penentuan pada musim
kemarau.
Tabel 3.6 Faktor Penyesuaian Modulus Tanah Dasar Akibat Variasi Musiman
CBRlapis atas tanah dasar distabilisasi= CBRtanah aslix 2^(tebal tanah dasar stabilisasi/150)
5. Formasi Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir
Tinggi minimum tanah dasar diatas muka air tanah dan muka air banjir
ditentukan dalam Tabel 3 .7.
Tabel 3.7 Tinggi Minimum Tanah Dasar Diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir
p. Desain Perkerasan
1. Struktur Perkerasan
PAKET REN – 05, REVIEW DESIGN PENANGANAN KHUSUS RUAS JALAN TOMATA-
BETELEME
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016), PROVINSI ACEH
21
LAPORAN ANTARA
Tabel 3.8 Desain Perkerasan Lentur opsi biaya minimum termasuk CTB 1
catatan:
1. Desain 6 digunakan untuk semua tanah dasar dengan CBR > 3%. Ketentuan Desain 2 tetap
berlaku untuk tanah dasar yang lebih lemah.
2. Stabilisasi satu lapis lebih 200 mm sampai 300 mm diperbolehkan jika disediakan
peralatan stabilisasi yang memadai dan untuk pemadatan digunakan pad-foot roller berat
statis minimum 18 ton.
3. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada Desain 5 atau Desain 6 boleh dipasang
dalam satu lintasan dengan persyaratan lapisan distabilisasi dalam Desain 2 sampai
maksimum 300 mm.
4. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dengan ukuran nominal maksimum 30 mm
jika dihamparkan dengan lapisan kurang dari 150 mm.
5. Hanya kontraktor berkualitas dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan
pekerjaan Burda atau pekerjaan Stabilisasi.
6. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Desain 6 dapat ditentukan
menggunakan grafik yang diberikan LAMPIRAN C.
Dengan :
d = tinggi curah hujan rata-rata
d1, d2 … …dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, …n
n = banyaknya pos penakar
(Sumber : C.D. Soemartono, Hidrologi Teknik)
Dimana :
C = Koefisien Thiessen
Ai= Luas pada daerah pengamatan
A = Luas total dari DAS
R = Curah hujan rata-rata
RI, R2 = Curah hujan ditiap titik pengukuran (stasiun)
3. Cara Isohyet
Dengan cara ini, kita menggambar dulu kontur tinggi hujan yang sama
(isohyet), seperti terlihat pada Gambar 3.28. kemudian luas bagian diantara
isohyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai rata-ratanya dihitung
sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontur, sebagai berikut :
Dimana :
A (A1+A2+….An ) = luas area total
Dimana :
No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016),
28
PROVINSI ACEH
LAPORAN ANTARA
No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
52 96 70 00 28 57 81 02 20
0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.53 0.58 0.58 0.53 0.53
2
36 52 68 83 96 00 20 82 43 53
30 0.53 0.53 0.53 0.53 0.53 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54
63 71 80 88 96 00 10 18 24 30
0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54
40
63 42 48 53 58 68 68 73 77 81
0.54 0.54 0.54 0.54 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
50
85 89 93 97 01 04 08 11 15 18
0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
60
21 24 27 30 33 35 38 40 43 45
0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
70
48 50 52 55 57 59 61 63 65 67
0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
80
69 70 72 74 76 78 80 81 83 85
0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
90
86 87 89 91 92 93 95 96 98 99
100
No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.94 0.96 0.98 0.99 1.00 1.02 1.03 1.04 1.04 1.05
10
96 .76 33 71 95 06 16 11 93 65
1.06 1.06 1.07 1.08 1.08 1.09 1.09 1.10 1.10 1.10
20
28 96 54 11 64 15 61 04 47 80
1.11 1.11 1.11 1.12 1.12 1.12 1.13 1.13 1.13 1.13
30
24 59 93 26 55 85 13 39 63 88
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016),
29
PROVINSI ACEH
LAPORAN ANTARA
No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.14 1.14 1.14 1.14 1.14 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15
40
13 36 58 80 99 19 38 57 74 90
1.16 1.16 1.16 1.16 1.16 1.16 1.16 1.17 1.17 1.17
50
07 23 38 58 67 81 96 08 21 34
1.17 1.17 1.17 1.17 1.17 1.18 1.18 1.18 1.18 1.18
60
47 59 70 82 93 03 14 24 34 44
1.18 1.18 1.18 1.18 1.18 1.18 1.19 1.19 1.19 1.19
70
54 63 73 81 90 98 06 15 23 30
1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 1.20
80
38 45 53 59 67 73 80 87 94 01
1.20 1.20 1.20 1.20 1.20 1.20 1.20 1.20 1.20 1.20
90
07 13 26 32 38 44 46 49 55 60
1.20
100
65
Dimana :
d. Uji Keselarasan
Untuk menentukan pola distribusi data curah hujan rata-rata yang paling
sesuai dari beberapa perhitungan metode distribusi statistik yang telah
dilakukan , digunakan uji keselarasan. Ada dua jenis uji keselarasan (Godnes
of fit test), yaitu uji keselarasan Chi square dan Smirniv Kolmogorof. Pada test
ini biasanya yang diminati adalah nilai hasil perhitungan yang diharapkan.
Dimana :
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = lamanya curah hujan
3.8 PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA
Untuk mencari debit banjir dari sungai yang akan dianalisa menggunakan metode
sebagai berikut :
Rumus : I = (R24/24)(24/t)0,667
Dimana :
I = intensitas curah hujan
t = lamanya curah hujan
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
3. Menurut Tolbat (1881)
Rumus : I = a / (t+b)
Dimana :
I = intensitas curah hujan
T = lamanya hujan
A,b = konstanta yang tergantung pada lama curah hujan di daerah aliran
4. Menurut Ishiguro
Rumus : I = a / (t+b)
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016),
35
PROVINSI ACEH
LAPORAN ANTARA
Dimana :
`I = intensitas hujan
t = lama hujan
a,b = konstanta yang tergantung pada lama curah hujan di daerah
aliran
Rumus Q = ..q.f
Dimana :
= koefisien run off
= koefisien reduksi
q = hujan maksimum (m3/km2/dt)
f = luas daerah aliran (km2)
Keterangan :
Q = debit saluran drainase
w = lebar jagaan
L = lebar tanggul
m = kemiringan talud
H = tinggi muka saluran drainase
B = lebar saluran
A = luas penampang basah
P = keliling penampang basah
n = koefisien manning
I = kemiringan saluran
Rumus Desain :
Q = A.V
A = (B + m.H)H
P = B + 2H
R =
V =
b. Penampang Ganda
Keterangan :
Q = debit saluran drainase
w = lebar jagaan
L = lebar tanggul
m = kemiringan talud
H = tinggi muka saluran drainase
B = lebar saluran
A = luas penampang basah
P = keliling penampang basah
n = koefisien manning
I = kemiringan saluran
Rumus Desain :
3.10 PERAMBUAN
a. Standar Perencanaan
Standar perencanaan perangkat pengendali lalu lintas atau perambuan yang
digunakan sebagai acuan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Keputusan Menteri Perhubungan No.60 tahun 1993 tentang Marka Jalan
2. Keputusan Menteri Perhubungan No.61 tahun 1993 tentang Rambu–
rambu Lalu Lintas di Jalan.
b. Jenis Rambu
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016),
39
PROVINSI ACEH
LAPORAN ANTARA
c. Rambu Larangan
1. Rambu larangan standar (sesuai Tabel II A pada Keputusan Menteri
Perhbungan No. KM 61 thun 1993)
2. Rambu larangan berupa kata-kata.
d. Rambu Petunjuk
1. Rambu Petunjuk Jurusan (RPJ) untuk menyatakan arah agar dapat
mencapai suatu tujun antara lain kota, daerah/wilayah.
2. Rambu Petunjuk bukan Jurusan untuk menyatakan fasilitas umum, batas
wilayah suatu daerah, situasi jalan dan sebagainya.
e. Ukuran Rambu
Rambu lalu lintas terbagi atas dua ukuran, yaitu:
1. Rambu Ukuran Standar
Rambu ukuran standar adalah rambu-rambu yang sesuai tabel I, IIA, IIB dan
III dari Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 dengan
ukuran sebagai berikut :
a) Tipe A : diameter 90 cm dan 90 x 90 cm, untuk kecepatan lebih dari 60
km/jam.
b) Tipe B : diameter 75 cm dan 75 x 75 cm, untuk kecepatan < 60 km/jam
2. Rambu Ukuran Besar (berupa kata – kata)
Ukuran rambu berupa kata – kata ditentukan berdasarkan ukuran huruf,
jarak antara huruf serta jarak ke tepi panel (bukan dengan ukuran standar
tertentu).
1. Rambu Peringatan
Warna dasar yang digunakan adalah kuning (reflektif) dengan tulisan,
gambar lambang dan garis tepi berwarna hitam.
2. Rambu Larangan
Warna dasar yang digunakan adalah putih (reflektif) dengan tepi
berwarna merah (reflektif) dan gambar lambang dan tulisan huruf
berwarna hitam (reflektif).
Untuk rambu larangan berupa kata-kata warna dasar yang digunakan
putih (reflektif) dan garis tepi berwarna merah (reflektif) tebal 8 cm yang
dimulai dari tepi panel.
3. Rambu Perintah
Warna dasar yang digunakan adalah biru (reflektif) dan lambang atau
tulisan putih (reflektif) dan garis tepi berwarna putih (relflektif) dengan
ketebalan 3 cm untuk panel ukuran 2,0 x 3,0 m dan 5 cm untuk panel
ukuran lebih besar. Garis tepi dimulai dari tepi panel.
4. Rambu Petunjuk
Rambu petunjuk terdapat beberapa macam warna yang digunakan yaitu :
a) Rambu petunjuk bukan jurusan
2. High Intensity (HI), digunakan pada tulisan, panah, garis tepi dan logo
pengelola jalan tol yaitu pada :
a) Rambu-rambu di road side, rambu bentuk standar dan rambu berupa
kata-kata.
b) Semua rambu–rambu di overhead (portal, kupu-kupu dan cantilever)
c) Semua rambu pada jalan dengan lajur lalu lintas lebih dari 2 lajur tiap
arah.
2. Kupu – kupu
Digunakan untuk rambu petunjuk jurusan (RPJ) di gore atau pada titik
diverging.
Untuk keamanan ruang bebas maka pemasangan rambu di atur sebagai berikut :
b) Sistim Dimming
Pada saat Volume Traffic relatif rendah, yaitu antara jam 23.00
malam sampai dengan 6.00 pagi maka secara otomatic timer system
pada masing-masing ballast lampu akan mengurangi daya pemakaian
lampu hingga 50%, sehingga seluruh lampu akan menyala lebih redup
(tidak secara selang-seling), sehingga ada penghematan daya listrik
50%.
3. Illuminasi maximum
Untuk mendapatkan illuminasi/kuat penerangan yang maximum, maka
perencanaan penerangan didasarkan pada factor perkerasan
flexible/asphalt, mengingat warna perkerasan flexible lebih gelap dari
pada warna perkerasan rigid, sehingga lebih banyak cahaya yang diserap.
4. Sistem Timer
Penerangan lampu jalan secara otomatis akan hidup dan padam dengan
memakai systim timer (jam 18.00 – 6.00 hidup dan am 6.00 – 18.00
padam).
b. Perlengkapan Penerangan
1. Luminaire/Lampu
Lampu untuk penerangan jalan diperlukan persyaratan : umur panjang /
awet, efficiensi tinggi, warna yang bagus / tidak silau, fluktuasi
temperture yang aman dan mempunyai kapasitas lumen per lampu yang
tinggi.
3. Tiang Lampu
Tiang lampu adalah hot dip galvanis tiang baja berdasarkan Standard
pada ”Perencanaan Jalan Kota”. Warna cat adalah warna netral alami
sesuai dengan “Peraturan cat Indonesia”.
Secara umum hubungan antara tinggi tiang dan jarak tiang Sesuai dengan
panduan dari Dirjen Bina Marga dapat digambarkan sebagai berikut :
Susunan Tiang Jarak Over long
Tinggi Tiang
Tiang Panjang (B)
Patern H (M) S (M)
A Satu Sisi > 1,0 W < 3,0 W B = 0,8
PERENCANAAN TEKNIK (DED) JALAN LINTAS TIMUR (PAKET-01/2016),
46
PROVINSI ACEH
LAPORAN ANTARA
Contents
3.....................................................................................................................................................3-1
3.1 PERENCANAAN TEKNIK JALAN........................................................................................3-1
3.2 Pertimbangan – Pertimbangan Konstruksi Dalam Desain..............................................3-1
3.3 Implementasi Desain......................................................................................................3-2
3.4 Perencanaan Teknik Pekerjaan Perkerasan Beraspal.....................................................3-2
3.5 Perencanaan Tebal Perkerasan......................................................................................3-4
3.6 Perencanaan Teknik Pekerjaan Drainase......................................................................3-25
3.7 Perhitungan Intensitas Curah Hujan.............................................................................3-35
3.8 Perhitungan debit banjir rencana.................................................................................3-35
3.9 Desain Drainase............................................................................................................3-38
3.10 Perambuan...................................................................................................................3-40
3.11 Penempatan Rambu.....................................................................................................3-44
3.12 Ukuran dan Tipe Huruf.................................................................................................3-45
3.13 Penerangan Jalan Umum (PJU).....................................................................................3-45
Tabel 3.8 Desain Perkerasan Lentur opsi biaya minimum termasuk CTB 1..................................3-22
Tabel 3.9 Desain Perkerasan Lentur- Aspal dengan Pondasi Berputir..........................................3-23
Tabel 3.10 Perkerasan Berbutir dengan Lapis Aspal Tipis...........................................................3-24
Tabel 3.11 Perkerasan Tanah Semen (Soil Cement).....................................................................3-24
Tabel 3.12 Reduced Mean (Yn)....................................................................................................3-29
Tabel 3.13 Reduced Standard Deviation (Sn)...............................................................................3-30
Tabel 3.14 Return Period A Function of Reduced Variete (Yt).......................................................3-31
Tabel 3.15 Standard Variable (KT)................................................................................................3-31
Tabel 3.16 Nilai Chi Kuadrat Kritis dengan significant 5%............................................................3-33
Tabel 3.17 Nilai Delta Kritis untuk Uji Keselarasan Kolmogorov Smirnov.....................................3-34
Tabel 3.18 Harga koefisien Run off dari Dr. Mononobe...............................................................3-37
Tabel 3.19 Penggunaan Ukuran dan Type Huruf.........................................................................3-45