• Perencanaan tebal lapis tambah (overlay) • Membandingkan tebal perkerasan lentur dengan
berdasarkan metode Bina Marga 2013 dan metode menggunakan metode Bina Marga 2013 dan
AASHTO 1993 metode AASHTO 1993
• Dalam penelitian ini di ambil data yang sudah ada • Menghitung tebal lapis tambah (overlay)
yang digunakan yaitu Lalu Lintas Harian Rata-Rata perkerasan lentur pada Ruas Jalan R.
(LHR), dan lendutan Falling Weight Deflectometer Martadinata menggunakan variasi beban dengan
(FWD) yang diperoleh dari (BPJN) Sulawesi Utara. metode Bina Marga 2013 dan metode AASHTO
1993.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk: E. Manfaat Penelitian
• Menghitung tebal lapis tambah (overlay) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
perkerasan lentur pada Ruas Jalan R. manfaat, antara lain:
Martadinata dengan metode Bina Marga 2013 • Dapat memahami prinsip dasar dan perbedaan
• Menghitung tebal lapis tambah (overlay) perencanaan tebal perkerasan berdasarkan metode
perkerasan lentur pada Ruas Jalan R. Bina Marga 2013 dan AASHTO 1993
Martadinata dengan metode AASHTO 1993 • Dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi
bagi orang lain dalam perencanaan tebal perkerasan
jalan khususnya tebal lapis tambah (overlay).
= 0,21
D. Menghitung Tebal Lapis Tambah (Overlay) Jadi setelah diplot didapatkan untuk tebal perkerasan
Metode Bina Marga 2013 overlay pada Bina Marga 2013 yaitu 80 mm atau 8 cm.
1. Analisa Lalu Lintas Kendaraan
Berdasarkan data Ruas Jalan Nasional R. E. Menghitung Tebal Lapis Tambah (Overlay)
Martadinata Manado merupakan jalan arteri dan Metode AASHTO 1993
perkotaan maka diambil nilai laju pertumbuhan lalu 1. Analisa Lalu Lintas Kendaraan
lintas (Rata – rata Indonesia) i = 4,75% berdasarkan Pada metode AASHTO 1993, analisis lalu lintas
Tabel 2.3, dengan Umur rencana UR = 12 tahun. yang dihitung adalah berupa kendaraan ringan hingga
Pertumbuhan lalu-lintas selama umur rencana dihitung kendaraan berat (golongan 2-7c). Adapun nilai VDF
dengan faktor pertumbuhan kumulatif (R) yaitu metode AASHTO 1993 dari hasil perhitungan
sebagai berikut : disajikan pada Tabel 5.
(1 + 0,01 𝑖) 𝑈𝑅 − 1 Berdasarkan nilai VDF dari Tabel 10, selanjutnya
R= dihitung ESAL per tahun yang hasil perhitungannya
0,01 𝑖
(1 + 0,01 𝑥 4,75%) 12 − 1 dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
R= Faktor pertumbuhan lalu lintas (R) rata-rata di
0,01 𝑥 4,75%
R = 12,031 indonesia sebesar 4,75% dengan umur rencana desain
Lalu lintas pada lajur rencana dinyatakan dalam overlay (UR) yaitu 12 tahun. Faktor pertumbuhan lalu
kumulatif beban gandar standar (CESA) dengan lintas dihitung berdasarkan rumus dibawah ini.
1+𝑖 𝑈𝑅 −1
memperhitungkan faktor distribusi arah (DD) dan 𝑅=
𝑖
faktor distribusi lajur kendaraan niaga (DL). Untuk 1+(0,0475)12−1
jalan dua arah, faktor distribusi arah umumnya diambil 𝑅=
0,0475
0,50 dan untuk faktor distribusi lajur kendaraan niaga 𝑅 = 15,689
(DL). Perhitungan nilai Kumulatif ESAL (W18) selama
Berdasarkan Bina Marga 2013 ada dua nilai VDF, umur rencana (UR) 12 tahun berdasarkan data
yaitu VDF4 dan VDF5 dimana nilai VDF4 dan VDF5 rekapitulasi ESAL per tahun dari Tabel 6 di atas
adalah nilai VDF standar yang telah ditetapkan dihitung dengan rumus sebagai berikut.
berdasarkan Bina Marga 2013 pada Tabel 3. ESALn = ESAL2019 x R x DL x DD
Perhitungan CESA4 (golongan 5a) ESAL12 = 785.212,074 x 15,689 x 1 x 0,5
R = 12,031 = 4.439.441,569
ESA4 = LHR x VDF4 Berdasarkan hasil perhitungan nilai ESAL W18
ESA4 = 341 x 0,3 yaitu 4.439.441,569 atau 4,439441569x 10 6
ESA4 = 102,300
Setelah nilai ESA4 didapatkan, kemudian hitung nilai 2. Analisa Perhitungan Tebal Lapis Tambah
CESA4 dengan rumus dibawah ini: (Overlay) Metode AASHTO 1993
CESA4 = ESA4 x 365 x R Tahapan dalam perencanaan dalam menghitung
CESA4 = 102,300 x 365 x 12,031 desain tebal lapis tambah metode AASHTO 1993
CESA4 = 449246,449 sebagai berikut:
Jadi pada golongan kendaraan (5a) didapatkan nilai 1. Menghitung Modulus Resilient Tanah Dasar (MR)
CESA4 yaitu 449246,449. 2. Menghitung Modulus Efektif Perkerasan (EP)
Perhitungan CESA5 (golongan 5a) 3. Menghitung Angka Struktural Efektif Eksisting
R = 12,031 (SNeff)
CESA5 = TM x CESA4 4. Menghitung Angka Struktural Efektif Rencana
CESA5 = 1,8 x 449246 (SNf)
CESA5 = 808644 5. Hitung Tebal Lapis Tambah Overlay (HOL)
Jadi pada golongan kendaraan (5a) didapatkan nilai Berdasarkan perhitungan diperoleh desain tebal
CESA5 yaitu 808644 lapis tambah untuk ruas Jalan Nasional R.Martadinata
Nilai Rekapitulasi Beban sumbu Standar Kumulatif Manado yaitu sebesar 3,67 cm dibulatkan menjadi 4
(CESA) untuk umur rencana (UR) = 12 tahun di cm. Selanjutnya dibuat desain model struktur tebal
sajikan dalam Tabel 4. lapisan perkerasan jalan yang disajikan pada Gambar
7.
2. Tebal Lapis Tambah (Overlay)
Untuk mencari tebal lapis tambah menggunakan F. Perbandingan Hasil Perhitungan Desain Tebal
nilai CF = Lendutan Wakil df1 = 0,836 – Lendutan Overlay Perkerasan Lentur Metode Bina Marga
Wakil df2 = 0,630, didapatkan nilai CF = 0,21. 2013 dan Metode AASHTO 1993
Kemudian hitung tebal lapis tambah overlay dengan Berdasarkan hasil perhitungan desain perencanaan
memplot Gambar 5 dengan menggunakan CESA5 = tebal lapis tambah overlay dimana pada metode
7.456.498 kendaraan. AASTHO 1993 dan metode Bina Marga 2013
CF = df1 - df2 memiliki perbedaan ketebalan overlay yang dapat
= 0,836 – 0,630 dilihat pada Tabel 7.
TABEL 1
Data Lalu Lintas Harian Rata-rata (1 Minggu)
MC LV HV
Gol.1 Gol.2 Gol.3 Gol.4 Gol.5a Gol.5b Gol.6a Gol.6b Gol.7a Gol.7b Gol.7c
WAKTU Sedan, Opelet, Truck Truck Jumlah LHR
Pick Up, Truck 2 Truck 2
Speda Jeep, Mikrolet Truck 3 Sumbu Sumbu
Pick Up Bus KecilBus Besar Sumbu Sumbu
Motor St.Wag , Mini Sumbu Ganden Semi
Kanvas Ringan Sedang
on Bus gan Gandengan
8/5/2019 56487 40847 8119 4369 28 20 118 53 36 5 4 110086
8/6/2019 57251 40648 6477 4326 45 11 74 53 42 4 2 108933
8/7/2019 57681 40924 7379 5067 108 16 139 72 45 3 4 111438
8/8/2019 58659 42473 8984 6185 185 19 173 71 61 36 7 116853
8/9/2019 58477 42473 9895 7519 341 10 161 93 52 15 8 119044
8/10/2019 57959 41921 7993 5717 129 21 182 108 78 21 1 114130
8/11/2019 55810 38731 6468 4396 17 12 93 65 37 2 4 105635
MC LV HV
Jumlah
4E+05 380911 2884
Total 786119
Sumber : Hasil Analisis
TABEL 2
Data Lendutan Falling Weight Deflectometer (FWD)
TABEL 3
Nilai VDF dan VDF5 Tap Kendaraan
TABEL 4
Rekapitulasi perhitungan CESA4 dan CESA5
TABEL 5
Rekapitulasi perhitungan VDF
TABEL 6
Rekapitulasi Perhitungan VDF
Gambar 5. Struktur Lapisan Perkerasan Jalan Setelah di Overlay Berdasarkan Metode AASHTO 1993.
TABEL 7
Rekapitulasi Perhitungan VDF
TABEL 8
Tebal Lapis Tambah Metode Bina Marga 2013 Menggunakan Variasi Beban Lalu Lintas
TABEL 8
Tebal Lapis Tambah Metode AASHTO 1993 Menggunakan Variasi Beban Lalu Lintas
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 hanya
menghitung jenis kendaraan niaga yaitu
A. Kesimpulan
berdasarkan golongan 5 sampai 7c. Selanjutnya
Berdasarkan seluruh hasil tahapan analisis
dalam perhitungan CESA4 dan CESA5
perhitungan desain tebal perkerasan dengan metode
menggunakan nilai VDF (Vehicle damage Factor)
Bina Marga 2013 dan metode AASHTO dapat
yang sudah ada berdasarkan Tabel 2.5 (Nilai VDF
ditarik kesimpulan:
masing – masing jenis kendaraan niaga).
1. Perhitungan desain tebal lapis tambah (overlay)
2. Perhitungan desain tebal lapis tambah (overlay)
perkerasan lentur dengan metode Bina Marga
perkerasan lentur dengan metode AASHTO 1993
2013 berdasarkan data lendutan FWD
berdasarkan data lendutan FWD menghasilkan:
menghasilkan tebal lapis tambah sebesar 8cm
Tebal lapis tambah dengan nilai W18 =
dengan nilai CESA 7.456.498. Perhitungan beban
4.439.441,569 diperoleh tebal lapis tambah
sumbu standar kumulatif (CESA) pada metode
(overlay) sebesar 3,67 cm ≈ 4 cm. Selanjutnya menggunakan alat FWD dapat dilakukan pada
dapat dilihat gambar struktur lapisan perkerasan setiap STA di sepanjang ruas jalan.
lentur yang telah di overlay. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan
3. Analisis perbandingan dari hasil nilai tebal lapis menggunakan revisi terbaru dari metode Bina
tambah (overlay) berdasarkan metode Bina Marga Marga yaitu metode Bina Marga 2017
2013 dan AASHTO 1993 di ruas jalan Nasional R.
Martadinata Manado memiliki perbedaan selisih
sebesar 4 cm, dimana pada metode Bina Marga
2013 mendapatkan tebal lapis tambah 8 cm
sedangkan pada metode AASHTO 1993
mendapatkan tebal lapis tambah sebesar 4cm. KUTIPAN
4. Dalam perhitungan desain lapis tambah (overlay) [1] American Association of State Highway and Transportation
dibuat variasi beban untuk masing-masing metode Officials (AASHTO), 1993. Guide for the design of Pavement
yang digunakan dan menghasilkan tebal lapis Structures, The American Association of State Highway
Transportation Officials, Washington DC.Hardiyatmo,
tambah yang berbeda atau bervariasi. Berdasarkan Christady. (2002). Mekanika tanah II (Edisi – 3). Gadjah
hasil desain tebal lapis tambah dengan Mada University Press.
menggunakan variasi bebeban pada kedua metode [2] Dinata, D.I.(2017) Evaluasi Tebal Perkerasan Lentur Dengan
dilakukan analisis perhitungan dengan Model Metode Analisa Komponen Dari Bina Marga 1987 Dan
Metode Aashto 1993 Menggunakan Program Kenpave (Studi
Regresi Linier, Model Eksponensial, Model Kasus: Jalan Karangmojo-Semin Sta 0+000 sampai Sta
Logarithmic, dan Model Polynomial Orde 6. Hasil 4+050). Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 1(20), 8-19
perhitungan tebal lapis tambah dengan variasi [3] Fuady, H. A.(2014) Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah
beban pada metode Bina Marga 2013 dipilih model Perkerasan (Overlay) Pada Jalan Maospati – Sukumoro
(STA.0+000 – 12+000) Di Kabupaten Magetan Provinsi Jawa
Polynomial Orde 6 yang merupakan model terbaik Timur. Jurnal Rekayasa Sipil Vol.2 No.2 Agustus 2014 ISSN
kerena hasil persamaan yang diperoleh berdasarkan 2337-7720.
nilai R2 = 1 adalah terbesar diantara model lainnya. [4] Materi Pekerjaan Umum.(2013). Manual Desain Perkerasan
Sedangkan pada metode AASHTO 1993, diperoleh Jalan(2013) Nomor 02/M/BM/2013. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Marga..
nilai R2 = 1. [5] Pedoman Konstruksi Bangunan Pd T-05-2005-B Perencanaan
Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metoda
B. Saran Lendutan
1. Dalam penelitian ini data yang digunakan [6] Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Pd
03-2018-B Cara Uji Lendutan Permukaan Jalan dengan
khususnya volume lalu lintas kendaraan (LHR) Falling Weight Deflectometer (FWD)
hanya berdasarkan data sekunder pada tahun 2019 [7] Ricky, Theo K. Sendow, Freddy Jansen,2016. Analisis Tebal
yang diperoleh dari BPJN Sulawesi Utara, Perkerasan Jalan Baru Menggunakan Manual Desain
dikarenakan penelitian ini dilakukan pada saat Perkerasan Jalan (MDP) 2013. Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12
Desember 2016(725-735) ISSN: 2337-6732.
pandemi covid-19 sehingga tidak dapat melakukan [8] Romauli, Theresia Dwiriani, Joice E. Waani, Theo K.
survei atau pengumpulan data. Peneliti Sendow,. 2016. Analisis Perhitungan tebal Lapis Tambahan
menyarankan agar bisa survei langsung di lokasi (Overlay) pada Perkerasan Lentur dengan Menggunakan
penelitian dan memperoleh data yang lebih akurat. Manual Desain Perkerasan Jalan 2013 (Studi Kasus: Ruas
Jalan Kairagi – Mapanget). Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12
2. Data lendutan FWD yang didapat dari BPJN Desember 2016 (749-759) ISS: 2337-6732
Sulawesi Utara di lokasi penelitian hanya pada titik [9] SNI 2416-2011 Cara Uji Lendutan Perkerasan Lentur dengan
tertentu saja yang diasumsikan mewakili kerusakan Alat Benkelman Beam.
di ruas jalan. Sebaiknya pengujian dengan [10] Sukirman, S 2010. Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan
Lentur. Bandung : Nova.