Anda di halaman 1dari 5

73 INFO TEKNIK, Volume 12 No.

1, Juli 2011

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN-


MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN

Yasruddin¹)

Abstrak – Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang sangat diperlukan, hal ini
dikarenakan jalan merupakan penunjang berbagai sektor pembangunan, sarana aktifitas
penduduk, dan untuk mempermudah hubungan dari suatu daerah kedaerah lain.
Bertambahnya penduduk di Kabupaten Balangan membuat pertumbuhan lalulintas di daerah
tersebut meningkat, namun pada pada kawasan antar Desa Batu Piring saat ini prasarana
transportasi belum memadai satu sama lain, khususnya untuk prasarana jalan. Oleh karena itu,
perlu direncanakannya jalan yang menghubungkan antara daerah Paringin-Muara Pitap, demi
memudahkan arus lalulintas di daerah tersebut. Perencanaan perkerasan jalan ini adalah untuk
mendapatkan tebal struktur perkerasan lentur dengan menggunakan metode Pt T-01-2002-B
yang mengacu pada AASHTO 1993. Pada perencanaan tebal struktur perkerasan lentur ini
didapat tebal D1 = 5,00 cm (AC-WC; a1 = 0,4); D1‟ = 6,00 cm (AC-Base; a1 = 0,4); D2 =
16,00 cm (Batu pecah kelas A, CBR 100%; a2 = 0,14 ); D3 = 11,00 cm ( Batu pecah kelas B,
CBR 50%; a3 = 0,12).

Kata Kunci : Perkerasan Lentur, AASHTO 1993, Desa Batu Piring

PENDAHULUAN jam menuju lokasi proyek melalui jalan


darat kearah utara. Secara geografis desa ini
Jalan raya merupakan salah satu terletak di antara 1150 27‟ 39” - 1150 28‟
prasarana transportasi yang sangat 33” BT serta 020 20‟ 34” - 020 21‟ 03” LS.
diperlukan di Kalimantan Selatan. Hal ini Bertambahnya penduduk membuat
dikarenakan jalan merupakan penunjang pertumbuhan lalu lintas meningkat, namun
berbagai sektor pembangunan dan pada kawasan antar desa Batu Piring saat ini
merupakan prsarana dalam pembangunan prasarana transportasi belum memadai satu
kawasan pemukiman, kawasan industri sama lain. Sehingga belum mendukung
daerah pertambangan dan pembukaan penyatuan ruang Kabupaten Balangan
daerah-daerah terisolir di daerah sepanjang secara geografi dan ekonomi. Oleh karena
jalan tersebut. Oleh karena itu, sistem itu perlu direncanakannya ruas jalan
transportasi jalan raya merupakan kegiatan Paringin-Muara Pitap. Dalam perencanaan
penggerak ekonomi yang penting disamping jalan baru, metode yang digunakan dalam
juga menjadi sarana aktifitas penduduk yang perencanaan sangat menentukan dan
melibatkan masalah-masalah ekonomi, mempengaruhi keberhasilan pembuatan
sosial dan budaya. Pembangunan jalan jalan tersebut. Jalan harus dapat melayani
dimaksudkan untuk mempermudah sesuai umur rencana dan ekonomis dalam
hubungan dari suatu daerah ke daerah lain, pembuatan dan pemeliharaan. Adapun
serta untuk mengembangkan potensi metode yang digunakan dalam perencanaan
ekonomi yang ada di daerah tersebut. ini adalah Metode Pt T-01-2002-B yang
Daerah yang perlu diberikan prasarana mengacu kepada metode AASHTO. Metode
tersebut salah satunya adalah Desa Batu ini memperkenalkan konsep reliability,
Piring yang berada di Kecamatan Paringin koefisien drainase dan hubungan antara
Timur Kabupaten Balangan, Kalimantan koefisien kekuatan relatif dengan besaran
Selatan. Desa ini berjarak ± 198 Km dari mekanistik, yang mana dengan
Kota Banjarmasin dengan waktu tempuh ± 4 pertambahan konsep-konsep tersebut akan

¹) Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin


74 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 1, Juli 2011

menambah faktor koreksi terhadap Tabel 1. Standar Perencanaan Geometrik


perencanaan yang diharapkan akan
menambah kinerja suatu jalan. Dengan
adanya pembuatan jalan ini, sangat
diharapkan pertumbuhan lalu lintas di
daerah tersebut menjadi lebih baik, dapat
meningkatkan pelayanan bagi masyarakat
dan akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya yang lebih baik
pula.
Kondisi sepanjang jalan Paringin-
Muara Pitap ini belum diberikan perkuatan
dengan medan jalan di daerah ini termasuk
daerah perbukitan karena memiliki variasi
kelandaian antara 3-25%. (Sumber : Peraturan Perencanaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Geometrik Jalan Raya, 1990)
ini adalah untuk mengetahui tebal struktur
perkerasan lentur (Flexible Pavement) Pertimbangan Perencanaan Jalan
dengan Metode Pt T-0-2002-B yang Berbagai pertimbangan yang diperlukan
diadopsi dari Metode AASHTO 1993. dalam perencanaan tebal perkerasan antara
lain meliputi hal-hal sebagai berikut
(Hendarsin S, 2000):
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pertimbangan Konstruksi dan
Pemeliharaan
Menurut Sukirman S (2010), Konstruksi dan pemeliharaannya
Keuntungan dalam menggunakan kelak setelah digunakan harus dijadikan
perkerasan lentur yaitu: pertimbangan dalam perencanaan tebal
1. Dapat digunakan pada daerah dengan perkerasan. Faktor yang perlu
perbedaan penurunan (differential dipertimbangkan, yaitu:
settlement) terbatas, a. Perluasan dan jenis drainase,
2. mudah diperbaiki, b. Penggunaan konstruksi berkotak-
3. Tambahan lapis perkerasan dapat kotak,
dilakukan kapan saja, c. Ketersediaan peralatan, khususnya
4. Memiliki tahan geser yang baik, peralatan pencampuran material,
5. Warna perkerasan memberikan kesan penghamparan dan pemadatan,
tidak silau bagi pemakai jalan, d. Penggunaan konstruksi bertahap,
6. Dapat dilaksanakan bertahap, terutama e. Penggunaan stabilisasi,
pada kondisi biaya pembangunan f. Kebutuhan dari segi lingkungan dan
terbatas. keamanan pemakai,
Kerugian dalam menggunakan perkerasan g. Pertimbangan sosial dan strategi
lentur yaitu: pemeliharaan,
1. Tebal total struktur perkerasan lebih tebal h. Resiko-resiko yang mungkin terjadi
daripada perkerasan kaku,
2. Pertimbangan Lingkungan
2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang
Faktor yang dominan berpengaruh
selama masa pelayanan,
pada perkerasan adalah:
3. Frekuensi pemeliharaan sering,
a. Kelembaban
4. Tidak baik digunakan jika sering
Kelembaban secara umum ber-
digenangi air,
pengaruh terhadap penampilan
5. Kebutuhan agregat yang lebih banyak.
perkerasan, sedangkan kekakuan atau
kekuatan material yang lepas dan

¹) Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin


75 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 1, Juli 2011

tanah dasar tergantung dari kadar air


materialnya.
b. Suhu lingkungan
Suhu lingkungan pengaruhnya cukup
besar pada penampilan permukaan
perkerasan jika digunakan pelapisan
permukaan dengan aspal, karena
karakteristik dan sifat aspal yang kaku Gambar 1. Lapisan Perkerasan Jalan
dan regas pada temperature rendah (Sumber: Sukirman S, 2010)
dan sebaliknya akan rendah dan visko
elastic pada suhu tinggi.
3. Evaluasi lapisan Tanah Dasar METODE PENELITIAN
(subgrade)
Daya dukung lapisan tanah dasar Struktur perkerasan lentur (Flexible
adalah hal yang sangat penting dalam Pavement) jalan, Metode yang digunakan
perencanaan tebal lapisan perkerasan, adalah Metode Pt T-01-2002-B, yang
jadi evaluasi lapisan tanah dasar ini untuk diadopsi dari Metode ASHTO 1993 dengan
mengestimasi nilai daya dukung langkah-langkah perencanaan sebagai
subgrade yang akan digunakan dalam berikut:
perencanaan. a. Menentukan Indeks Permukaan awal
(IP0) yaitu kinerja struktur perkerasan
4. Material Perkerasan dengan menggunakan tabel khusus untuk
Material perkerasan dapat jenis perkerasan yang dipergunakan
diklasifikasikan menjadi empat kategori untuk lapis permukaan.
dengan sifat dasarnya, akibat beban b. Menentuakan Indeks Permukaan akhir
lalulintas, yaitu: (IPt) sesuai Metode Pt T-01-2002-B yang
a. material berbutir lepas, mempunyai lebih banyak pilihan nilai
b. material terikat, dibandingkan dengan Metode AASHTO
c. aspal, 1993.
d. beton semen. c. Mengasumsikan nilai SN yang digunakan
5. Lalulintas Rencana untuk menentukan angka ekivalen.
Kondisi lalulintas yang akan d. Menentukan angka ekivalen setiap jenis
menentukan pelayanan adalah: kendaraan dengan terlebih dahulu
a. jumlah sumbu yang lewat, menentukan angka ekivalen masing-
b. beban sumbu, masing sumbu.
c. konfigurasi sumbu. e. Menentukan faktor distribusi arah (DA)
jika volume lalulintas yang tersedia
Lapisan Perkerasan Lentur dalam 2 arah DA berkisar antara 0,3 –
Menurut Sukirman S (2010) Bagian 0,7. Untuk perencanaan pada umumnya
perkerasan jalan meliputi: lapisan diambil nilai DA senilai o,5.
permukaan (surface course), lapisan pondasi f. Menentukan factor distribusi lajur (DL)
(base course), lapisan pondasi bawah (sub yaitu factor distribusi ke lajur rencana.
base course), dan lapisan tanah dasar g. Menghitung lintas ekivalen selama umur
(subgrade). rencana (W18).
h. Menentukan Reabilitas/ reability, tingkat
reabilitas tinggi menunjukan jalan yang
melayani lalulintas paling banyak,
sedangkan tingkat yang paling rendah
yaitu 50% menunjukan jalan lokal.

¹) Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin


76 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 1, Juli 2011

i. Menentukan MR tanah dasar berdasarkan l. Menentukan tebal minimum masing-


korelasi dengan nilai CBR segmen. masing perkerasan.
j. Menentukan nilai SN (inci) dengan Struktur perkerasan lentur (Flexible
menggunakan nomogram, nilai SN harus Pavement) Metode Pt T-01-2002-B, yang
sama dengan SN yang telah diasumsikan diadopsi dari Metode ASSHTO 1993
diawal, apabila nilai SN belum sama selanjutnya digambarkan dalam diagram alir
maka langkah perencanaan diulang seperti pada Gambar 2.
kembali mulai dari asumsi nilai SN.
k. Menentukan koefisien drainase lapis
pondasi dan lapis pondasi bawah.

Gambar 2. Diagram Alir Metode Pt T – 01 – 2002 – B, Mengikuti AASHTO 1993


(Sumber: Pt T-01-2002-B)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan


dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil Analisa Perhitungan Tebal
Perkerasan Lentur

Dari hasil perhitungan di atas didapat tebal Gambar 3. Sketsa Profil Melintang Desain
perkerasan masing-masing lapisan seperti Tebal Perkerasan Lentur
sketsa pada Gambar 3.

¹) Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin


77 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 1, Juli 2011

www.scribd.com. Diakses tanggal 24


Juli 2009.

Departemen Permukiman dan Prasarana


Wilayah. 2002. Pedoman
Perencanaan Tebal Perkerasan
Lentur Pt T-01-2002-B. Jakarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana


Wilayah, 1990, Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya,
Gambar 4. Sketsa Detail Potongan B Lapis Jakarta.
Perkerasan
Hendarsin, S. L. 2000. Penuntun Praktis
Perencanaan Teknik Jalan Raya.
KESIMPULAN Politeknik Negeri Bandung. Bandung.

Perencanaan perkerasan lentur ruas Sukirman, S. 2010. Perencanaan Tebal


jalan Paringin-Muara Pitap dengan Struktur Perkerasan Lentur. Nova.
perhitungan menggunakan Metode Pt T-01- Bandung.
2002-B, dengan umur rencana 5 tahun
menghasilkan struktur tebal lapisan
perkerasan sebagai berikut:
D1 = 5,00 cm (AC-WC)
D1‟ = 6,00 cm (AC-Base)
D2 = 16,00 cm (Batu pecah kelas A, CBR
100%)
D3 = 11,00 cm (Batu pecah kelas B, CBR
50%)

Ucapan Terima Kasih

Penulis ucapkan terima kasih kepada Ilma


Mariatul Amima atas kesediaannya
memberikan informasi data dan perhitungan
yang digunakn pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amima, I. 2011. Perencanaan Tebal


Struktur Perkerasan Lentur Dan
Rencana Anggaran Biaya Ruas Jalan
Paringin-Muara Pitap Kabupaten
Balangan, Tugas Akhir, Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Atmaja, Siegfried. Deskripsi Perencanaan


Tebal Perkerasan Jalan
Menggunakan Metode AASHTO 1993.

¹) Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai