Anda di halaman 1dari 10

© Musamus Journal of Civil Engineering

e-ISSN: 2622-870X p-ISSN: 2622-8084

Analisis Perencanaan Ulang Perkerasan Kaku


Dengan Metode Manual Desain Perkerasan
(MDP 2017)
Dewi Sriastuti Nababan 1,*, Chitra Utary, Zas Dinda Marwati Murdin
Teknik Sipil, Universitas Musamus
Merauke, Papua, Indonesia
nababan@unmus.ac.id 1,*, utary_ft@unmus.ac.id, zasdinda2398@gmail.com

Abstrak – Pertumbuhan lalu lintas pada ruas jalan rigid pavement slab. The results of the calculation of rigid
bokem tidak sesuai dengan kondisi perkerasan saat ini. Jika pavement planning using the 2017 Pavement Design Manual
dilihat dari kondisi eksisting jalan lama yang seiring dengan method produce Unreinforced Continuous Concrete (BBTT)
meningkatnya volume lalu lintas, beban kendaraan yang pavement, with a concrete slab thickness of 295 mm, a thin
melebihi kapasitas jalan serta perkerasan yang telah melewati concrete layer (LMC) 100 mm, an aggregate drainage layer of
umur rencana dapat mengakibatkan terganggunya class A 150 mm. Connections on rigid pavement are divided into
kelancaran dan kenyamanan bagi pengemudi serta dapat two, namely longitudinal connections with tie bars using threads
merugikan masyarakat akibat kendaraan yang cepat rusak. Ø 16 – 750, and transverse connections with dowels using plain
Karena ruas jalan bokem adalah jalan yang sering dilewati reinforcement D 36 - 300, with a planned budget of Rp.
oleh masyarakat dan kendaraan bermuatan berat maka jalan 10,159,935. 0000.00.
ini sangat memerlukan perbaikan. Kondisi ini menjadi tujuan
dasar dari penelitian untuk melakukan perencanaan ulang Keywords: MDP 2017, road re-planning; road pavement; rigid
menggunakan perkerasan kaku pada jalan tersebut. Metode pavement thickness
yang digunakan untuk perencanaan perkerasan kaku pada
ruas jalan Bokem adalah Manual Desain Perkerasan 2017. 1. PENDAHULUAN
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan perkerasan kaku Transportasi darat merupakan salah satu faktor
antara lain : Data lalu lintas harian rata-rata, data lalu lintas penunjang perkembangan roda perekonomian di Indonesia,
harian rata-rata per tahun, serta data nilai CBR yang
diperoleh dari pengujian tanah dengan alat DCP. Selanjutnya,
karena lebih mudah diakses serta lebih efektif dan efisien.
data-data tersebut dimasukkan dalam perhitungan penentuan Salah satu faktor yang paling berpengaruh pada transportasi
tebal pelat jalan perkerasan kaku. Hasil perhitungan darat yaitu tersedianya perkerasan jalan[1].
penelitian perencanaan perkerasan kaku dengan metode
Perkerasan jalan merupakan suatu lapisan yang
Manual Desain Perkerasan 2017 menghasilkan jenis
perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT),
terletak di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dan
dengan tebal pelat beton 295 mm, lapis beton kurus (LMC) berfungsi agar dapat memikul beban lalu lintas dengan
100 mm, lapis drainase agregat kelas A 150 mm. Sambungan membagi beban, baik secara horizontal maupun vertikal
pada perkerasan kaku terbagi menjadi dua, yaitu sambungan serta meneruskan beban ke tanah dasar (Subgrade)
memanjang dengan batang pengikat (tie bars) digunakan ulir sehingga beban pada tanah dasar tidak dapat melewati daya
Ø 16 – 750, dan sambungan melintang dengan ruji (dowel) dukung tanah yang telah diizinkan. Salah satu penyebab
digunakan tulangan polos D 36 - 300, dengan rencana kerusakan jalan bisa terjadi akibat beban kendaraan yang
anggaran biaya sebesar Rp10.159.935.000,00. berlebihan. Untuk mendapatkan perkerasan jalan yang
Kata kunci; MDP 2017; perencanaan ulang jalan; perkerasan nyaman bagi pengguna transportasi darat perlu adanya
jalan; perkerasan kaku perencanaan jalan yang baik agar tidak mudah rusak dan
umur rencana perkerasan jalan sesuai dengan yang
Abstract – traffic growth on these roads is not in direncanakan[2].
accordance with the current pavement conditions. When viewed
from the existing road conditions along with the increase in Secara geografis khususnya di Kabupaten Merauke,
traffic volume, vehicle loads that exceed road capacity and perlu adanya perubahan sistem perencanaan kontruksi agar
pavements that have passed the design life can result in dapat meningkatkan kualitas umur rencana dengan tingkat
disruption of smoothness and comfort for drivers and can harm pelayanan yang baik[3]. Untuk ruas jalan Bokem
the community due to vehicles that quickly break down. Because khususnya, yang sedang berkembang di bidang ekonomi.
this road is a road that is often passed by the community and
Jalan ini merupakan jalan poros menuju kampung Bokem,
heavy vehicles, this road is in dire need of repair. This condition
becomes the basic objective of the research to do a re-planning kampung Nasem, dan kampung Onggaya, sehingga
using rigid pavement on the road. The method used for rigid pertumbuhan lalu lintas pada jalan tersebut tidak sesuai
pavement planning on the Bokem road section is the 2017 dengan kondisi perkerasan saat ini. Jika dilihat dari kondisi
Pavement Design Manual. The data needed for rigid pavement jalan yang ada seiring dengan meningkatnya volume lalu
planning include: Average daily traffic data, average daily lintas, beban kendaraan yang melebihi kapasitas jalan serta
traffic data per year, and CBR value data that obtained from soil perkerasan yang telah melewati umur rencana dapat
testing with the DCP tool. Furthermore, these data are included mengakibatkan terganggunya kelancaran dan kenyamanan
in the calculation of the determination of the thickness of the bagi pengemudi serta dapat merugikan masyarakat akibat

Copyright ©2021 oleh Musamus Journal of Civil Engineering


© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

kendaraan yang cepat rusak[4]. Karena jalan ini adalah b. Menentukan Umur Rencana (UR)
jalan yang sering dilewati oleh masyarakat dan kendaraan Dalam menentukan umur rencana dalam
bermuatan berat maka jalan ini sangat memerlukan penelitian ini dapat dilihat berdasarkan pada
perbaikan. Kondisi ini menjadi tujan dasar dari penelitian Tabel 1. Dimana umur rencana dalam penelitian
untuk melakukan perencanaan ulang menggunakan ini yang digunakan adalah 40 tahun pada
perkerasan kaku. perencanaan perkerasan kaku, dilihat
berdasarkan tebal pada ketentuan umur rencana
2. METODE PENELITIAN dengan mempertimbangkan elemen perkerasan
2.1. Lokasi penelitian yang telah disajikan dalam metode MDP
2017[6].
Penelitian dilakukan pada ruas Jalan Bokem di
Kabupaten Merauke dengan panjang jalan penelitian Tabel 1. Umur rencana perkerasan jalan (UR)
sepanjang 700 m dan lebar 6 m dimulai dari STA 0+900–
Umur Rencana
STA 1+600 ditunjukkan pada Gambar 1. Jenis Perkerasan Elemen Perkerasan
(tahun)
Lapisan aspal dan lapisan
berbutir
Fondasi jalan
Semua perkerasan untuk
20
daerah yang tidak
Perkerasan lentur dimungkinkan pelapisan
ulang (overlay), seperti: jalan
perkotan, underpass,
jembatan, terowongan
Cement Treated Based (CTB)

Lapis fondasi atas, lapis


Perkerasan kaku fondasi bawah, lapis beton 40
Gambar 1. Ruas Jalan Bokem, Kab. Merauke semen, dan fondasi jalan

2.2. Waktu penelitian Semua elemen (termasuk


Jalan tanpa penutup Minimum 10
Pengambilan data arus lalu lintas harian rata-rata fondasi jalan)
dilakukan selama satu minggu pada jam sibuk yaitu pukul
08.00-10.00 WIT, 12.00-14.00 WIT, dan 15.00-17.00 WIT  Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i%)
dengan interval waktu setiap lima belas menit. Dalam perencanaan perkerasan perlu
2.3. Teknik pengumpulan data memperhitungkan laju pertumbuhan lalu
lintas yang akan di digunakan pada
Jenis data yang diperlukan untuk penelitian ini perencanaan jalan, berdasarkan dari data
dibagi menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. pertumbuhan [7] (historical growth data)
a. Data primer dengan menggunakan persamaan 2:
Data primer yang diperlukan meliputi data n
dimensi jalan, volume lalu lintas, dan data DCP Pn = Po 1 i (2)
lapangan.
b. Data sekunder Dimana :
Data sekunder tersebut berupa data pertumbuhan Pn = Jumlah kendaraan pada tahun akhir
lalu lintas pertahun, dan AHS bina marga. Po = Jumlah kendaraan pada tahun awal
n = Jumlah tahun dari awal hingga akhir
2.4. Alur analisis data i = Pertumbuhan lalu lintas pertahun (%)
Prosedur desain perkerasan kaku menurut MDP  Faktor pertumbuhan kumulatif
2017 meliputi penentuan umur rencana perkerasan,
penentuan volume kelompok sumbu kendaraan niaga, dan Selama umur rencana, pertumbuhan lalu
penentuan struktur lapisan perkerasan berupa tebal pelat lintas dapat di hitung pada faktor
betonnya. Penentuan detail desain yang berupa tebal pelat pertumbuhan kumulatif dengan menggunakan
beton pada perkerasan kaku direncanakan dengan persamaan 3 dan digunakan dalam penentuan
mengikuti sesuai pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan lapisan struktur perkerasan [8] yang terdapat
Beton Semen Pd T-14-2003[5]. pada tabel 2:
a. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) 1 , 1 i UR-1
R = (3)
, 1i
Untuk mendapatkan hasil LHR maka perlu
menghitung rata-rata dari jumlah kendaraan yang Dimana :
diperoleh selama survey dilakukan. Berikut R = Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas
adalah perhitungan LHR dengan menggunakan kumulatif
persamaan 1: I = Pertumbuhan lalu lintas pertahun (%)
Jumlah lalu−lintas selama pengamatan UR = Umur rencana (tahun)
LHR= (1)
Lamanya pengamatan

2
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

Tabel 2. Desain perkerasan kaku untuk jalan dengan beban Faktor distribusi lajur digunakan untuk
lalu lintas berat menyesuaikan beban kumulatif (ESA) pada
Struktur Perkerasan
jalan dengan dua lajur atau lebih dalam satu
R1 R2 R3 R4 R5 arah. Pada jalan yang demikian, walaupun
Kelompok sumbu sebagian besar kendaraan niaga akan
menggunakan lajur luar, sebagian lainnya
kendaraan berat < 4.3 < 8.6 < 25.8 < 43 < 86
akan menggunakan lajur-lajur dalam[14].
(overloaded) (10E6) Faktor distibusi lajur dilihat pada Tabel 3.

Dowel dan bahu beton Ya


Tabel 3. Faktor distribusi lajur (DL)
Jumlah lajur Kendaraan niaga pada lajur desain (%
STRUKTUR PERKERASAN (mm) setiap arah terhadap populasi kendaraan niaga)
1 100
R1 R2 R3 R4 R5 2 80
3 60
Tebal pelat beton 265 275 285 295 305
4 50
Lapis Fondasi LMC 100
 Beban sumbu standar kumulatif
Lapis Drainase (dapat Beban sumbu sstandar kumulatif atau
150
mengalir dengan baik)
Cumulative Equivalent Single Axle Load
(CESAL) merupakan jumlah kumulatif beban
sumbu lalu lintas desain pada lajur desain
c. Volume kelompok sumbu kendaraan niaga selama umur rencana, dengan menggunakan
 Analisis volume lalu lintas VDF masing-masing kendaraan niaga[15]
yang dapat dihitung menggunakan persamaan
Parameter utama dalam analisis struktur 5:
perkerasan adalah data lalu lintas yang
diperlukan untuk menghitung beban lalu ES = LHRJK kelompok sumbu 365 DD DL R (5)
TH-1
lintas rencana yang dipikul oleh perkerasan
selama umur rencana. Beban dihitung dari Dimana :
volume lalu lintas pada tahun servey yang ES = Kumulatif lintasan sumbu standar ekivalen
TH-1
selanjutnya diproyeksikan kedepan sepanjang
(Equivalent Single Axle)
umur rencana [9]. Volume tahun pertama
∑LHRJK = Lalu lintas harian rata-rata tiap jenis kendaraan
adalah volume lalu lintas sepanjang tahun
niaga (kend/hari)
pertama setelah perkerasan diperkirakan
DD = Faktor distribusi arah
selesai dibangun atau rehabilitasi [10], dapat DL = Faktor distribusi lajur
diperkirakan dengan menggunakan metode R = Faktor penggali pertumbuhan lalu lintas
eksponensial pada persamaan 4: kumulatif
LHRn = LHRo 1 i n (4) d. Desain pondasi jalan
Dimana :
LHRn = Lalu lintas harian tahunan yang Dalam menentukan struktur pondasi jalan dapat
dicari dilihat dari nilai CBR tanah dasar yang kemudian
LHRo = Lalu lintas harian tahun awal disesuaikan dengan spesifikasi yang sudah
perencanaan disediakan pada Tabel 4.
i = Laju pertumbuhan lalu lintas e. Penentuan sambungan (Joint)
n = Umur rencana
 Lalu lintas pada lajur rencana I= 38,3 75 (6)
Lajur rencana adalah salah satu lajur lalu Dimana :
lintas dari suatu ruas jalan yang menampung
lalu lintas kendaraan niaga (truck dan bus) I = Panjang batang pengikat mm
paling besar [11]. Beban lalu lintas pada lajur Φ = Diameter batang pengikat yang dipilih mm
rencana dinyatakan dalam kumulatif beban Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm
gandar standar (ESA) dengan
memperhitungkan faktor distribusi arah (DD)
dan faktor distribusi lajur kendaraan niaga
(DL) [12].
Untuk jalan 2 arah, faktor distribusi arah
(DD) umumnya diambil 0,5 kecuali pada
lokasi-lokasi yang jumlah kendaraan niaga
cenderung lebih tinggi pada satu arah
tertentu[13].

3
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

Tabel 4. Desain pondasi jalan minimum


Perkerasan
Perkerasan Lentur
Kaku
Kelas
CBR Tanah Beban lalu lintas pada lajur rencana dengan
Kekuatan Uraian Struktur Fondasi Stabilitas Semen
dasar (%) umur rencana 40 tahun (juta ESA5)
Tanah Dasar
<2 2–4 >4
Tebal minimum perbaikan tanah dasar
≥6 SG 6 Perbaikan tanah dasar dapar berupa Tidak diperlukan perbaikan
5 SG 5 stabilisasi semen atau material - - 100
4 SG 4 timbunan pilihan (sesuai 100 150 200 300
3 SG 3 persyaratan Spesifikasi Umum, 150 200 300
2,5 SG 2.5 Devisi 3-Pekerjaan Tanah) 175 250 350
Tanah ekspansif (potensi pemuaian pemadatan lapisan ≤ 2 mm tebal
400 500 600
> 5%) gembur)
Perkerasan di Lapis penopang 1000 1100 1200
Berlaku ketentuan
atas tanah SG 1
-atau-lapis penopang dan geogrid 650 750 850 yang sama dengan
lunak
fondasi jalan
Tanah gambut dengan HRS atau
perkerasan lentur
DBST untuk perkerasan untuk jalan
Lapis penopang berbutir 1000 1250 1500
raya minor (nilai minimum-
ketentuan lain berlaku)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN segmen seragam tersebut nilainya lebih besar


atau sama dengan 26,22%.
3.1. Pengujian tanah dengan alat DCP
3.2. Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
Dalam memperoleh nilai CBR perlu dilakukan
pengujian dengan mengunakan alat DCP, dengan Melalui survey lapangan yang dilakukan selama 7
mengambil data sampel pada sepanjang lokasi penelitian. hari, maka sebelumnya perlu melakukan survey selama 1
Pada penelitian ini diambil 10 titik sampel pengujian hari produktif untuk mendapatkan jam puncak lalu lintas
dimana pada setiap sampelnya berjarak 70 m, dengan total pada sepanjang lokasi penelitian.
keseluruhan lokasi penelitian 700 m, yang dimulai dari Dalam perencanaan perkerasan kaku, maka survey
STA 0+900 – STA 1+600. Maka data yang diperoleh dapat yang dilakukan pada jenis kendaraan berat yang melewati
dilihat pada Tabel 1 dimana 10 titik sampel ini di urutkan sepanjang lokasi penelitian. Menurut klasifikasi buku
mulai dari nilai CBR yang terkecil. pedoman MDP 2017 jenis kendaraan yang lewat berupa
truck 2 as ringan dan sedang yang bermuatan yang
Tabel 5. Data CBR yang diurut mulai dari nilai terkecil termasuk dalam golongan 6a.2 dan 6b1.2 yang dapat
No. Urut CBR (%) No. Urut CBR (%) dilihat pada Tabel 2.3 halaman 16. Dari hasil survey yang
1 26,09 6 41,38 telah dilakukan selama 7 hari, maka didapatkan rata-rata
2 26,36 7 54,39 dari jumlah kendaraan perhari yang dapat dilihat pada
3 26,59 8 78,69 Tabel 2.
4 32,18 9 85,57
5 41,10 10 94,97 Tabel 6. Jumlah kendaraan
Truk 2 as 8,3 ton Truk 2 as 18,2 ton
Contoh perhitungan CBR berikut menggunakan Hari
(kend/hari) (kend/hari)
metode persentil, dengan uraian perhitungan seperti Senin 25 90
dibawah ini. Selasa 8 55
Rabu 16 79
a. Daftar di atas menunjukan CBR dari satu
Kamis 22 83
segmen tanah dasar yang seragam dengan 10 Jumat 12 61
data CBR (n yaitu 10). Data disusun dari nilai Sabtu 23 81
terendah hingga tertinggi. Minggu 23 36
b. Untuk persentil ke-10, indeks persentil adalah Total 129 485
10% x 10 yaitu 1 Rata-rata 18 69
c. Karena 1 adalah bilangan bulat maka CBR pada
persentil tersebut adalah rata-rata CBR pada Perhitungan nilai LHT di dapat dengan
nomor urut 1 dan 2 yaitu (26,09 + 26,36) / 2 menggunakan persamaan 1:
didapat 26,22 % 129
d. Dengan demikian, nilai CBR karakteristik LHR=
7
segmen seragam tersebut adalah 26,22%. Secara LHR=18 kend hari
statistik ini berarti bahwa pada segmen tesebut
terdapat 10% data CBR yang nilainya sama atau
lebih kecil dari 26,22%. Atau 90% data CBR

4
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

3.3. Menentukan Umur Rencana (UR) sepanjang tahun pertama setelah perkerasan
a. Faktor pertumbuhan lalu lintas yang telah diperkirakan 3 tahun akan selesai
Berdasarkan data sekunder jumlah data dibangun, dan dikalikan dengan kelompok
kendaraan 4 tahun terakhir di Kabupaten sumbu. Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada
Merauke, maka dari jumlah tersebut dapat tabel 7 jumlah volume kelompok sumbu
diperoleh nilai faktor laju pertumbuhan lalu kendaraan niaga yang dihitung dengan
lintas (i%) dengan menggunakan persamaan 2 : menggunakan persamaan 4:
P2 19 =P2 15 1 i 4 LHR2 23 =LHR2 2 (1 i)n
7 581 =42 381 1 i 4 LHR2 23 = 18 (1 ,136)3
7 581 LHR2 23 =26,388 6221 kend hari
=1 i4
42 381 Kelompok sumbu2 23 =Kelompok sumbu LHR2 23
4 7 581 Kelompok sumbu2 23 =2 26,388 6221
√ =1 i Kelompok sumbu2 23 =52,77612442 sumbu kend hari
42 381
b. Beban sumbu standar kumulatif
4 7 581
i= √ 1 Jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas pada
42 381
lajur desain selama umur rencana, dapat
i= ,136 dihitung dengan menggunakan persamaan 5
b. Faktor pertumbuhan kumulatif dengan mengalikan jumlah lalu lintas harian
rata-rata tiap jenis kendaraannya dengan
Dalam pemilihan struktur perkerasan perlu kelompok sumbu, jumlah dari perhitungannya
menghitung faktor pertumbuhan kumulatif menjadi kelompok sumbu pada tahun
dengan menggunakan persamaan 3. Hasil dari perencanaan diperkirakan selesai dibangun.
nilai yang diperoleh digunakan dalam penentuan
lapisan struktur perkerasan yang telah terdapat ES 2 23 =Kelompok sumbu2 23 365 DD DL R4
pada Tabel 2 : ES 2 23 = 52,77612442 365 ,5 1 41, 8
4 ES 2 23 =395667,8824 sumbu kend hari
1
, 1 ,136 1
R=
, 1 ,136
R=41, 8
3.4. Volume kelompok sumbu kendaraan niaga
a. Analisis volume lalu lintas
Data lalu lintas yang diperlukan dalam
menghitung beban lalu lintas rencana yang
dipikul oleh perkerasan selama umur rencana,
beban ini dapat dihitung dari volume lalu lintas
pada tahun di mulainya survey hingga
diproyeksikan kedepan selama umur rencana.
Volume tahun pertama adalah volume lalu lintas
Tabel 7 Volume kelompok sumbu kendaraan niaga
Jumlah Kelompok
LHR 2020 LHR 2023 Kelompok
Jenis Kendaraan Kelompok Sumbu Sumbu 2023
(kend/hari) (kend/hari) Sumbu 2023
(40)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Truk 2 as 8,3 ton 2 395667,8824


18 26,38806221 52,77612442

2 202,3084769 1516726,882
Truk 2 as 18,2 ton 69 101,1542385
Kumulatif kelompok sumbu kendaraan berat 2023-2063 1912394,764

3.5. Menentukan struktur pondasi jalan


dilihat pada Tabel 6 dimana menunjukkan tebal pondasi
Dalam pemilihan struktur pondasi jalan dapat perkerasan kaku dengan menggunakan stabilitas semen
CBR 26,22 ≥ 6 menggunakan tebal 3 mm

5
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

dan sambungan susut melintang dengan ruji


3.6. Desain perkerasan kaku
(dowel).
Dalam perencanaan perkerasan kaku untuk jalan
dengan beban lalu lintas berat dapat dilihat pada Berdasarkan ketentuan pada Pd T-14-2003,
Tabel 4 yaitu lapisan struktur perkerasannya sambungan memanjang berjarak antara 3-4 m
menggunakan R4 dengan faktor pertumbuhan sehingga ketentuan untuk jarak sambungan
kumulatif lalu lintas 4 tahun yaitu sebesar adalah 3 m disesuaikan dengan lebar lajur jalan
41, 8<43 yang direncanakan. Sambungan memanjang
dilengkapi dengan batang pengikat (tie bars),
Menentukan Jenis Bahu Jalan. yaitu baja ulir berdiameter 16 mm dan jarak
a. Beban rencana bahu jalan: antar batang adalah 75 cm serta panjangnya
Karena beban lalu lintas desain pada bahu jalan dihitung dengan persamaan 6 :
tidak boleh kurang dari 10% pada lalu lintas
lajur rencana atau sama dengan lalu lintas yang I= 38,3 16 75
akan diperkirakan menggunakan bahu jalan. I=687,8 mm
1 Beban Gandar Kumulatif 4 tahun I=7 cm
1 1912394,764=191239,4764 Berdasarkan perhitungan tersebut, pada
b. Tebal total perkerasan lajur 295mm + 100mm + sambungan memanjang digunakan diameter 16
150mm = 545 mm mm, dengan jarak antar batang 75 cm, dan
c. Tebal lapis beton pada lajur 295 mm, digunakan panjang batang 70 cm. Gambar pada
permukaan bahu jalan berupa lapis pondasi penampang sambungan memanjang dengan
agregat kelas S setebal 200 mm. batang pengikat (tie bars) dapat dilihat pada
d. Untuk memastikan air permukaan yang meresap Gambar 2 :
ke perkerasan dapat dialirkan, pasang LFA kelas
A dibawah LFA kelas S dengan tebal 345 mm
(545 mm – 200 mm) dibawah lapis permukaan
LFA kelas S.

Tabel 7 Lapisan struktur perkerasan lajur dan bahu jalan


Perkerasan Bahu Jalan Perkerasan Lajur

Tebal Tebal
Lapisan Lapisan
(mm) (mm)
Gambar 2 Penampang sambungan memanjang dengan
LFA kelas S 200 Tebal pelat beton 295 batang pengikat (tie bars)

Lapis beton kurus b. Sambungan memanjang dengan ruji (dowel)


100
(LMC) Sambungan susut melintang untuk Beton
LFA kelas A 345 Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT), berjarak
Lapis drainase
150
antara 4-5 m, sehingga dipilih jarak antar
agregat kelas A sambungan adalah 5 m. Berdasarkan Tabel 2.6
halaman 26 dengan tebal pelat beton 295 mm,
Pondasi 300 Pondasi 300 maka diameter baja polos sebesar 36 mm.
Sehingga sambungan dilengkapi ruji (dowel)
3.7. Penentuan sambungan (Joint) polos dengan panjang 45 cm, jarak antar ruji
Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 1 (dowel) 30 cm, dan diameter 36 mm. Bagian
setengah panjang dari ruji (dowel) dicat atau
jalur 2 lajur 2 arah pada ruas jalan Bokem dengan
menggunakan tebal pelat beton 295 mm yang telah dilumuri dengan bahan anti lengket untuk
menghindari ikatan pada saat pelat beton
ditentukan sesuai pada struktur lapisan perkerasan yang
terdapat pada Tabel 4. menyusut. Gambar untuk penampang
sambungan melintang dengan ruji (dowel) dapat
a. Sambungan memanjang dengan batang pengikat dilihat pada Gambar 3 :
(tie bars)
Perhitungan sambungan didasarkan pada
pedoman Perencanaan Jalan Beton Semen Pd T-
14-2 3 Dalam analisa sambungan
direncanakan tipe Perkerasan Beton
Bersambung Tanpa Tulangan BBTT
Perhitungan sambungan pada perkerasan kaku
terbagi menjadi dua, yaitu sambungan
memanjang dengan batang pengikat (tie bars)

6
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

dan rekapitulasi RAB dapat dilihat pada tabel 8 dan 9 pada


lampiran.

4. KESIMPULAN
Perencanaan perkerasan kaku (rigid pavetment)
dengan menggunakan metode MDP 2017 pada ruas jalan
Bokem dengan panjang 700 m dan lebar 6 m. Total tebal
lapisan struktur perkerasan sebesar 845 mm, yang terdiri
dari tebal pelat beton 295 mm, lapis beton kurus (LMC)
100 mm, lapis drainase agregat kelas A 150 mm, serta
tebal lapis bawah pondasi dengan menggunakan tanah
Gambar 3 Penampang sambungan melintang dengan ruji pilihan setebal 300 mm. Perencanaan perkerasan kaku ini
(dowel) menggunakan desain perkerasan beton bersambung tanpa
tulangan, dengan rincian panjang pelat adalah 5 m, ruji
Dari perhitungan di atas, gambar untuk denah (Dowel) digunakan dengan diameter 36 mm, panjang 45
sambungan perkerasan kaku (rigid pavement) rencana cm dan jarak antar ruji 30 cm, dan batang pengikat (Tie
dapat dilihat pada Gambar 4 : Bars) digunakan baja ulir ɸ 16 mm, panjang 70 cm jarak
antar batang 75 cm, dan berdasarkan perencanaan ulang
perkerasan kaku ini, diperoleh rencana anggaran biaya
sebesar Rp 10.159.935.000,00.

REFERENSI
[1] M. T. Adhita Maharani, Sapto Budi Wasono, S.T.,
“Perbandingan Perkerasan Kaku Dan Perkerasan
Lentur (Studi Kasus Ruas Jalan Raya Pantai Prigi –
Popoh Kab Tulungagung ,” J. Perenc. dan
Rekayasa Sipil, vol. 01, no. 2615-7195 (E), p. 93,
2018.
[2] S Ir Joko, U, “Pengertian perkerasan jalan,” 2 18
[3] I G LETSOIN, “EV LU SI TINGK T
KERUSAKAN JALAN DENGAN
Gambar 4 Denah sambungan memanjang (tie bars) dan
MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA
sambungan melintang (dowel)
DAN METODE PCI (PAVEMENT CONDITION
3.8. Penggambaran susunan lapisan bahu jalan dan INDEX) SEBAGAI PENILAIAN KONDISI
perkerasan lajur PERKER S N J L N STUDI K SUS :
Pada tabel 7 penentuan dalam susunan lapisan bahu J L N SEM NGG 1 ,” 2 17
jalan dan perkerasan lajur dapat dilihat pada gambar 5. [4] M Sjahdanulirwan, “Kelebihan serta kekurangan
perkerasan beraspal dan beton,” Litbang jalan, vol.
20, pp. 1–4, 2017.
[5] [Kementerian PUPR]. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Perencanaan
Perkerasan Jalan Beton Semen. 2003.
[6] A. Y. Isnaini, L. B. Suparma, and S. H. T. Utomo,
“Perancangan Perkerasan Jalan Lingkar Kota
Kabupaten Wonogiri,” J. HPJI, vol. 5, no. 2, pp.
119–128, 2019, doi: 10.26593/jh.v5i2.3372.119-
128.
[7] M. S. Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto, MANUAL
DESAIN PERKERASAN JALAN (REVISI 2017).
2017.
[8] Y. P. Putranto, A. M. Ridwanyah, L. Djakfar, and
R K, “Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Rigid
Gambar 5. Susunan lapisan bahu jalan dan perkerasan lajur Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Karanganyar -
Solo,” J. Mhs. Jur. Tek. Sipil Univ. Brawiya, vol. 2,
3.9. Rencana Anggaran Biaya (RAB) no. 1, pp. 504–523, 2016.
Tahap awal dalam perhitungan RAB yang harus [9] S Zohri, W Sutrisno, and Priyanto, “ nalisis
dilakukan adalah menghitung semua volume dari setiap Tebal Perkerasan Kaku Pada Jalan Tol Pasuruan–
item desain perkerasan yang direncanakan. Perhitungan Probolinggo Berdasarkan Metode Bina Marga
volume perekerjaan akan diuraikan berdasarkan jenis-jenis (Manual Desain Perkerasan 2017) Dan AASHTO
pekerjaan pokok, dimana hasil tersebut dapat 1993 ,” Renov. Rekayasa Dan Inov. Tek. Sipil, vol.
menghasilkan volume dengan satuan yang berbeda-beda 4, no. 1, pp. 33–41, 2019.
menurut jenis pekerjaannya. Untuk daftar kuantitas harga [10] Maharani and S B Wasono, “Perbandingan

7
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

Perkerasan Kaku Dan Perkerasan Lentur” Studi 2019.


Kasus Ruas Jalan Raya Pantai Prigi – Popoh Kab. [13] H S Khairun Nisak, “PERENC N N TEB L
Tulungagung ,” Ge-STRAM J. Perenc. dan PERKERASAN KAKU DAN RENCANA
Rekayasa Sipil, vol. 1, no. 2, p. 89, 2018, doi: ANGGARAN BIAYA PADA JALAN
10.25139/jprs.v1i2.1202. P NGK L N NYIRIH, RUP T,” J. Tek. SIPIL
[11] I Hadijah and M Harizalsyah, “Perencanaan Jalan DAN Apl., vol. 1, p. 19, 2019.
Dengan Perkerasan Kaku Menggunakan Metode [14] Efan Syahrudi, Hendra Saputra, “Perbandingan
Analisa Komponen Bina Marga (Studi Kasus: Tebal Perkerasan Kaku Dengan Metode Bina
Kabupaten Lampung …,” TAPAK (Teknologi Apl. Marga 2 3 Dan 2 17 Studi Kasus : Jalan
Konstr. …, vol. 6, no. 2, pp. 140–146, 2017. Kelemantan-Sekodi ,” Semin. Nas. Ind. dan
[12] W. K. Kamila Wahidaturrohmah , Akhmad Teknol., pp. 463–53, 2018.
Hasanuddin, “Perencanaan Tebal Perkerasan pada [15] Z Iis suganda, Hendra saputra, “Perencanaan Tebal
Ruas Jalan Tol Gempol – Pasuruan STA 13+900 Perkerasaan Kaku dengan Metode Manual Desain
sampai dengan STA 20+500 dengan Metode Perkerasaan 2 17 Studi Kasus : Wonosari Barat
Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun 2 17,” J. Kecamatan Bengkalis ,” Semin. Nas. Ind. dan
rekayasa sipil dan Lingkung., no. 2548–9518, p. 93, Teknol., pp. 435–50, 2018.

8
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

LAMPIRAN

Tabel 8. Daftar kuantitas dan harga

HARGA JUMLAH
NO. URAIAN PEKERJAAN SAT VOL SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
a b c d e f = (d x e)

I PEKERJAAN UMUM
1 Mobilisasi dan Demobilisasi Umum LS 55.090.000,00
1,00 55.090.000,00
2 Pengukuran dan Pematokan Jalan M 696.591.000,00
700,00 995.130,00

JUMLAH HARGA PEKERJAAN UMUM 751.681.000,00


II PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
1 Land Clearing (Mekanis) - Bulldozer M2 14.604.329,74
6.300,00 2.318,15
2 Galian Tanah (Mekanis) - Excavator M3 - 0,00
4.095,00
3 Timbunan dan Pemadatan Tanah Pilihan (Motor Grader) M3 129.487.680,00
378,00 342.560,00

JUMLAH HARGA PEKERJAAN TANAH DAN PASIR 144.092.009,74


III PEKERJAAN COR BETON
1 Campuran beton 1PC : 2PS : 3KR, Import (mekanis) M3 3.219.420,00 3.988.861.380,00
1.239,00
2 Tulangan Dowel D 36 mm KG 17.390,00 349.980.975,89
20.125
3 Tulangan Tie Bar Ø 16 mm KG 18.010,00 37.124.259,86
2.061
4 Lapis Beton Kurus (LMC) M3 2.444.019,92 1.026.488.364,96
420,00
5 Lapis Drainase Agregat Kelas A M3 1.504.072,79 947.565.860,20
630,00
6 Lapis Fondasi Agregat Kelas S M3 1.507.023,46 632.949.852,75
420,00
7 Lapis Fondasi Agregat Kelas A M3 1.504.072,79 1.089.700.739,23
724,50

JUMLAH HARGA PEKERJAAN COR BETON 8.072.671.432,88


VI PEKERJAAN AKHIR (FINISHING)
1 Perapihan dan Pembersihan Akhir LS 1.000.000,00
1,00 1.000.000,00

JUMLAH HARGA PEKERJAAN AKHIR (FINISHING) 1.000.000,00

9
© MJCE Oktober Volume 4 No. 1 (2021)

Tabel 9. Rekapitulasi RAB

HARGA
NO. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN
(Rp)

I PEKERJAAN UMUM 751.681.000,00


PEKERJAAN TANAH DAN
144.092.009,74
II PASIR
III PEKERJAAN COR BETON 8.072.671.432,88
PEKERJAAN AKHIR
VI 1.000.000,00
(FINISHING)

A Jumlah Harga Pekerjaan 8.969.444.442,62


Pajak Pertambahan Nilai ( PPN )
B 896.944.444,26
= 10 % x (A)
C Jumlah Harga Pekerjaan 9.866.388.886,88
Jumlah Total Harga Pekerjaan
D 9.866.388.000,00
Dibulatkan
Terbilang = " Sepuluh Miliar Seratus Lima Puluh Sembilan Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh
Lima Ribu Rupiah "

Jumlah Harga Pekerjaan per 700 M = 9.866.388.000,00


Jumlah Harga Pekerjaan per 1 M = 14.094.840,00

10

Anda mungkin juga menyukai