Anda di halaman 1dari 10

STUDI PENINGKATAN JALAN POROS LAWA-LASEHAO

KABUPATEN MUNA
La Welendo
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu
Kendari 93721
wlawel@yahoo.com

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi yang terus berkembang menyebabkan peningkatan arus lalu lintas. Untuk itu
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar pendistribusian barang dan jasa dapat berjalan lancar.
Seiring dengan hal itu, maka diperlukan jaringan jalan yang baru dan perbaikan jalan yang rusak. Agar jalan
yang dibuat memberikan pelayanan yang optimal pada arus lalu lintas, maka perlu dibuat perencanaan
pembangunan jalan. Jalan poros Lawa-Lasehao adalah klasifikasi jalan Propinsi. Namun bebrapa periode
berjalan tidak ada perhatian dari pemerintah sehingga kondisi jalan poros Lawa-Lasehao yang perkerasannya
mengalami kerusakan berat sehingga sering terjadi kecelakaan, maka perlu dilakukan perbaikan dengan cara
memperkuat struktur perkerasannya dengan material yang berkualitas baik.
Penelitian dilakukan adalah indentifikasi awal dari permasalahan yang ada dan selanjutnya survey
secara langsung di lapangan yaitu sepanjang jalan poros Lawa-Lasehao meneganai kondisi perkersan yang
ada sekarang, volume lalulintas, serta kondisi lingkungan untuk data curah hujan diperoleh Dari instansi
terkait. Dari pengamatan visual di lapangan, kemudian diformulasikan ke dalam kriteria-kriteria sesuai yang
tercantum dalam kajian teori untuk mengidentifikasi kerusakan jalan dan menentukan teknik perbaikan yang
tepat, kemudian setelah itu hasil penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan dan saran untuk
menentukan suatu kebijakan dalam merencanakan pekerjaan peningkatan jalan.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Dalam peningkatan jalan Poros Lawa –Lasehao
didapatkan susunan tebal lapis perkersan yang terdiri dari : Lapisan perkersaan permukaan = 5 cm dengan
bahan material Lasbutag; Lapisan Pondasi atas = 15 cm dengan bahan material agregat kelas A ; Lapis
pondasi bawah = 20 cm dengan bahan material agregat kelas A.

Kata Kunci: Peningkatan Jalan, Perkerasan, Metode Bina Marga

PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi yang terus berkembang menyebabkan peningkatan arus lalu
lintas. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar pendistribusian
barang dan jasa dapat berjalan lancar. Seiring dengan hal itu, maka diperlukan jaringan
jalan yang baru dan perbaikan jalan yang rusak. Agar jalan yang dibuat memberikan
pelayanan yang optimal pada arus lalu lintas, maka perlu dibuat perencanaan pembangunan
jalan.
Perencanaan pembangunan jalan dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik
sehingga dapat memberikan rasa aman, nyaman dan memaksimalkan perbandingan tingkat
penggunaan biaya dan pelaksanaan pekerjaan jalan. Pemakai jalan dapat merasa aman bila
jalan mempunyai bentuk dan ukuran jalan yang disyaratkan. Pertumbuhan kendaraan yang
begitu cepat berdampak pada kepadatan lalu lintas baik di jalan dalam kota maupun luar
kota, hal itu menuntut mutu dan kualitas infrastruktur jalan yang memadai.
Jalan poros Lawa-Lasehao adalah klasifikasi jalan Propinsi yang pengelohanya
diatur oleh pemerintah Daerah Tingkat I. Namun bebrapa periode berjalan tidak ada
perhartian dari pemerintah sehingga kondisi jalan poros Lawa-Lasehao yang
perkerasannya mengalami kerusakan berat sehingga sering terjadi kecelakaan, maka perlu
dilakukan perbaikan dengan cara memperkuat struktur perkerasannya dengan material
yang berkualitas baik. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk menetukan
tebal lapis perkerasan berdasarkan metode bina Marga

Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014 123


METODE PENELITIAN
Pada tahap penelitian dilakukan adalah indentifikasi awal dari permasalahan yang ada
dan selanjutnya survey secara langsung di lapangan yaitu sepanjang jalan poros Lawa-
Lasehao meneganai kondisi perkerasan yang ada sekarang, volume lalulintas, serta kondisi
lingkungan untuk data curah hujan diperoleh dari instansi terkait. Dari pengamatan visual
di lapangan, kemudian diformulasikan ke dalam kriteria-kriteria sesuai yang tercantum
dalam kajian teori untuk mengidentifikasi kerusakan jalan dan menentukan teknik
perbaikan yang tepat, kemudian setelah itu hasil penelitian tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan dan saran untuk menentukan suatu kebijakan dalam merencanakan pekerjaan
peningkatan jalan.

KAJIAN PUSTAKA
1. Perencanaan Proyek
Secara umum definisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang
mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program
teknis dan administratif agar dapat direalisasikan. Tujuan perencanaan adalah
melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan
dalam batasan biaya, mutu dan waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan
(safety).
Produk dari perencanaan adalah dasar acuan bagi kegiatan selanjutnya seperti
pelaksanaan dan pengendalian. Proses perencanaan harus dapat mengantisipasi situasi
proyek yang belum jelas dan penuh ketidakpastian. Ini karena aspek utama proses
perencanaan adalah peramalan, yang bergantung pada pengetahuan teknis dan
subyektivitas perencana. Karena itu pada periode selanjutnya, masih dibutuhkan
penyempurnaan dan tindakan koreksi sesuai dengan perkembangan kondisi proyek.

2. Gambaran Umum Perencanaan Jalan


Semua prasarana jalan akan mengalami kerusakan, gangguan, atau penurunan kondisi,
kualitas dan lain-lain, apabila telah digunakan untuk melayani kegiatan operasi lalu
lintas penumpang maupun barang. Untuk itu, semua prasarana yang terdapat pada suatu
sistem transportasi khususnya transportasi darat, memerlukan perawatan dan perbaikan
kerusakan yang baik. Hal ini dimaksudkan untuk memperpanjang masa pelayanan
ekonominya dengan mempertahankan tingkat pelayanan pada batas standar yang aman
(Prasetyo, 2007).
Bila ditinjau dari segi penggunaannya dan fungsinya, maka jalan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Jalan Utama (Jalan Arteri)
b. Jalan Penghubung (Jalan Kolektor)
c. Jalan Sekunder (Jalan Lokal)
Bila ditinjau menurut statusnya, maka jalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Jalan nasional
2. Jalan propinsi
3. Jalan kota
4. Jalan kabupaten
5. Jalan desa

3. Konsep Perencanaan Perkerasan Jalan


Konsep perencanaan jalan secara garis besar dapat dibedakan dalam dua kelompok
yaitu:
1. Perencanaan jalan baru
2. Peningkatan jalan lama

124 Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014


a. Perencanaan Jalan Baru
Sasaran perencanaan jalan baru dapat berupa:
1. Pembukaan lahan potensial baru
2. Pengembangan wilayah
3. Pembukaan jaringan transportasi darat baru
4. Pengembangan tata ruang
5. Membuka daerah yang terisolir

b. Peningkatan Jalan Lama


Sasaran dari perencanaan peningkatan jalan lama dapat berupa:
1. Struktur perkerasan jalan lama sudah melampaui masa pelayanannya (umur
rencana), yang memerlukan rekonstruksi baru.
2. Struktur perkerasan jalan lama sudah melampaui masa pelayanannya (umur
rencana), namun masih berada dalam kondisi yang hanya memerlukan rehabilitasi
dibeberapa tempat saja.
3. Jalan lama dengan perubahan karakteristik lalulintas sehingga struktur perkerasan
yang ada tidak mampu memikul beban lalulintas.
4. Terjadinya kerusakan pada struktur perkerasan akibat kondisi alam, bencana alam,
atau penyebab lainnya.
5. Kapasitas jalan yang sudah tidak dapat menampung arus lalulintas.

4. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah lapis-lapis material yang dipilih dan dikerjakan menurut
peraturan tertentu sesuai dengan macam dan fungsinya untuk menyebarkan roda
kendaraan sedemikian rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar sesuai daya
dukungnya.
Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar, dengan demikian secara keseluruhan
mutu dan daya tahan konstruksi tidak lepas dari tanah dasar yang berasal dari lokasi itu
sendiri atau tanah dari lokasi didekatnya yang telah dipadatkan sampai tingkat
kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang baik serta berkemampuan
mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan walaupun terdapat
perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat (Sukirman, 1999).
Berdasarkan bahan pengikatnya kontruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas: (silvia
sukirman, 1999) :
a. Konstruksi perkerasan lentur yaitu kontruksi perkerasan yang terdiri dari lapisan-
lapisan perkerasan yang dihampar diatas tanah dasar yang dipadatkan. Lapisan
tersebut dapat menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Kekuatan konstruksi
perkerasan ini ditentukan oleh kemampuan penyebaran tegangan tiap lapisan, yang
ditentukan oleh tebal lapisan tersebut dan kekuatan tanah dasar yang diharapkan.

Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014 125


Gambar 1. Distribusi beban pada perkerasan lentur

b. Konstruksi perkerasan kaku yaitu perkerasan yang menggunakan semen sebagai


bahan pengikat. Beton dengan tulang atau tanpa tulangan diletakkan diatas lapis
pondasi bawah atau langsung diatas tanah dasar yang sudah disiapkan, dengan atau
tanpa lapisan aspal sebagai lapis permukaan. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul
oleh pelat beton.

Gambar 2. Distribusi beban pada perkerasan kaku

c. Konstruksi perkerasan komposit yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan


perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, atau
perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
Secara umum kontruksi perkerasan jalan terdiri dari:
1. Lapis Permukaan (Surface),
2. Lapis Pondasi Atas (Base Course),
3. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course),
4. Tanah Dasar (Sub Grade).

Gambar 3. Lapisan Perkerasan Jalan

126 Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014


5. Langkah-Langkah perhitungan Tebal Perkerasan
Adapun langkah-langkah perhitungan untuk penentuan tebal perkerasan jalan pada
metode analisa komponen adalah:
a. Menentukan harga CBR rencana dari data-data yang ada dan dari harga CBR
rencana. Nilai daya dukung tanah (DDT) diperoleh melalui grafik korelasi antara
CBR dan DDT.
b. Dari data-data yang ada seperti volume lalu lintas , pertumbuhan lalu lintas, jumlah
jalur, dan umur rencana, maka dapat dihitung berturut-turut :
 Lalu lintas harian rata-rata untuk n tahun (awal umur rencana dan akhir umur
rencana).
LHRn = LHR x (1 + i)n
 Angka ekivalen untuk masing-masing kendaraan setiap golongan beban sumbu;
E Beban sumbu tunggal (kg) :


=
E Beban sumbu ganda (kg) :

= 4 0,086

 Lintas ekivalen permulaan (LEP)


LEP = LHRn x C x E
Dimana :
C = koefisien distribusi kendaraan
E = angka ekivalen kendaraan
 Lintas ekivalen akhir (LEA)
LEA = LHRn x C x E
 Lintas ekivalen tengah (LET)
LET = ½ x (LEP + LEA)
 Lintas ekivalen rencana (LER)
LER = LET x (UR/10)
c. Faktor regional (FR) didapat berdasarkan perkiraan keadaan kadar air pada badan
jalan sepanjang bagian yang ditinjau (tabel 2.10)
d. Tentukan indeks permukaan awal (IPo) dengan mempergunakan data sesuai dengan
jenis lapis permukaan yang akan dipergunakan.
e. Tentukan indeks permukaan akhir (IP) dari perkerasan rencana
f. Tentukan indeks tebal perkerasan (ITP) dengan menggunakan nomogram
g. Tentukan koefisien kekuatan relatif (a) dari setiap jenis lapisan perkerasan yang
dipilih
h. Tentukan jenis lapisan perkerasan yang akan digunakan

i. Dengan mempergunakan rumus:


ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3

Dapat diperoleh tebal masing-masing lapisan.


Dimana :
 a1, a2, a3, adalah kekuatan relatif untuk lapis permukaan (a1), lapis pondasi atas (a2),
dan lapis pondasi bawah (a3).
 D1, D2, D3, adalah tebal masing-masing lapisan dalam cm untuk lapis permukaan
(D1), lapis pondasi atas (D2), dan lapis pondasi bawah (D3).

Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014 127


6. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya
biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut. Pada dasarnya anggaran biaya ini
merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan pembuatan proyek tersebut.
Membuat anggaran biaya berarti menaksir atau memperkirakan harga dari suatu barang,
bangunan atau benda (Sumber: Ibrahim, 2001).
Perhitungan anggaran biaya biasanya terdiri dari 5 hal pokok, yaitu:
a. Menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya
b. Menghitung jam kerja buruh (jumlah dan harga) yang diperlukan
c. Menghitung jenis dan banyaknya peralatan
d. Menghitung biaya-biaya yang tidak terduga perlu diadakan
e. Menghitung prosentase keuntungan, waktu, tempat dan jenis pekerjaan

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Perhitungan Rencana Tebal Perkerasan (dengan Metode Analisa Komponen)
a. Analisa Data Lalu-lintas Harian Rata-Rata (LHR) pada tahun 2012
Data kendaraan ini diambil pada bulan November tahun 2012:
Kendaraan ringan = 383 kendaraan/hari
Bus (8 ton) =2 kendaraan/hari
Truck 2 As (8 ton) = 57 kendaraan/hari
Truck 2 As (13 ton) = 25 kendaraan/hari
Jumlah = 467 kendaraan / hari
 Pertumbuhan lalulintas (i) = 0,6 % pertahun. (Sumber : data statistik kabupaten
Muna)
 Umur rencana (UR) = 10 tahun

b. Lalulintas Harian Rata-Rata (LHR) pada awal umur rencana (2012)


LHR (2012) = LHR (2012) x ( 1 + i ) n
Kend. Ringan= 383x (1+0,006)1= 385,298 kendaraan
Bus (8 ton) = 2 x (1+0,006)1= 2,012 kendaraan
Truk 2 As (4 ton)= 57 x (1+0,006)1= 57,342 kendaraan
Truk 3 As (10 ton)= 25x (1+0,006)1= 25,15 kendaraan

c. LHR (Lintas Harian Rata-Rata) pada akhir umur rencana (2022)


LHR (2020) = LHR (2012) x ( 1 + i ) n
Kendaraan Ringan =385,298 x (1 + 0,006)10
= 409,050 kendaraan
Bus (8 ton) = 2,012 x (1 + 0,006)10
= 2,136 kendaraan

Truk 2 As (4 ton) = 57,342 x (1 + 0,006)10


= 60,877 kendaraan
Truk 3 As (10 ton) = 25,15 x (1 + 0,006)10
= 26,700 kendaraan
d. Penentuan Angka Ekivalen (E)
Kendaraan ringan = 0,0002 + 0,0002
= 0,0004
Bus (8 ton) = 0,0123 + 0,1753
= 0,1876
Truk 2 As (4 ton) = 0,0007 + 0,0109

128 Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014


= 0,0116
Truk 3 As (10 ton) = 0,0301 + 0,4279
= 0,4581

e. Koefisien Distribusi Kendaraan (C)


Dari tabel koefisien distribusi kendaraan untuk 1 jalur 2 arah ;
 Kendaraan ringan, C = 1,00
 Kendaraan Berat, C = 1,00

f. Penentuan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)


LEP = LHR2012 x C x E
Dimana:
C = koefisien distribusi kendaraan
E = angka ekivalen kendaraan
Kendaraan ringan = 385,298 x 1,00 x 0,0004 = 0,1541
Bus (8 ton) = 2,012 x 1,00 x 0,1876 = 0,3775
Truk 2 As (4 ton) = 57,342 x 1,00 x 0,0116 = 0,6652
Truk 3 As (10 ton) = 25,15 x 1,00 x 0,4581 = 11,5212
LEP = 12,7180  13

g. Penentuan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)


LEA = LHR2022 x C x E
Dimana :
C = koefisien distribusi kendaraan
E = angka ekivalen kendaraan
Kendaraan ringan = 409,050 x 1,00 x 0,0004
= 0,1617
Bus (8 ton) = 2,136 x 1,00 x 0,1876
= 0,43960
Truk 2 As (8 ton) = 60,877 x 1,00 x 0,0116
= 0,6978
Truk 3 As(13 ton)= 26,700 x 1,00 x 0,4581
= 12,0860
LEA = 13,3414  13
h. Penentuan Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LET = ½ ( LEP + LEA )
= ½ (13+ 13)
= 13
i. Penentuan Lintas Ekivalen Rencana (LER)
LER = LET x (UR/10)
= 13 x (10/10)
= 13
j. Penentuan Tebal Lapisan Perkerasan
Perhitungan harga CBR rata-rata:
Untuk mendapatkan presentase jumlah CBR yang sama atau lebih besar dapat dibuat
tabel sebagai berikut :

Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014 129


Tabel 1. Prosentase harga CBR yang sama atau lebih besar
Jumlah Yang Sama Prosentase (%)
CBR
Atau Lebih Besar yang Sama atau Lebih
2,5 12 12/12 x 100% = 100,00
2,8 11 11/12 x 100% = 91,67
3,5 10 10/12 x 100% = 83,33
4,5 9 9/12 x 100% = 75
5,3 8 8/12 x 100% = 66,67
6 7 7/12 x 100% = 58,33
7,8 6 6/12 x 100% = 50
8,2 5 5/12 x 100% = 41,67
8,6 4 4/12 x 100% = 33,33
9,1 3 3/12 x 100% = 25
10 2 2/12 x 100% = 16,67
10,8 1 1/12 x 100% = 8,33

dari data diperoleh CBR Sub Grade 3 %

1. Nilai daya dukung tanah ( DDT )


DDT = 4,3 log (CBR) + 1,7
= 4,3 log 3 + 1,7
= 3,71 ≈ 3,7

2. Faktor Regional:
 Kelandaian 6-10 %
 Curah hujan rata-rata  900 mm/tahun
 Persentase kendaraan berat :

+
= 100 %
+ +

2 + 82
= 100 %
383 + 2 + 82

84
= 100 %
467

= 17,99 %

Berdasarkan tabel faktor regional,


Maka FR = 2,0

3. Menentukan Indeks Permukaan Awal ( IPo )


Direncanakan lapisan permukaan adalah lasbutag dengan nilai Rougnhess ≤ 2000
mm/km. Dari tabel indeks permukaan rencana (Ipo) maka diperoleh IPo = 3,9–3,5

4. Menentukan Indeks Permukaan Akhir (IP)


 Kelas jalan = Lokal
 LER = 13

130 Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014


Dari tabel indeks permukaan akhir maka
IP = 1,5

5. Menghitung indeks tebal perkerasan (ITP)


 DDT = 3,7
 LER = 13
 FR = 2,0
 IP = 1,5
Berdasarkan tabel nomogram diperoleh ITP = 5,3 dan ITP = 5,9

6. Menentukan Tebal Perkerasan


Dari tabel koefisien kekuatan relatif : Lapis permukaan Lasbutag, MS = 454 kg, a1 =
0,28
 Lapis pondasi atas, batu pecah kelas A, a2 = 0,14
 Lapis pondasi bawah, sirtu kelas B, a3 = 0,12
Dari tabel tebal minimum lapisan diperoleh:
 Batas minimum tebal lapisan permukaan, D1 = 5 cm
 Batas minimum tebal lapisan pondasi atas, D2 = 15 cm
ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3
5,9 = (0,28 x 5) + (0,14 x 15) + (0,12 xD3
5,9 = (1,4) + (2,1) + (0,12 x D3)
5,9 = 3,5 + 0,12 D3
D3 = 2,4 / 0,12
= 20 cm

Gambar 4. Lapisan Perkerasan Jalan

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan bab – bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Dalam peningkatan jalan Poros Lawa –Lasehao didapatkan susunan tebal lapis
perkersan yang terdiri dari :
1. Lapisan perkersaan permukaan = 5 cm dengan bahan material Lasbutag.
2. Lapisan Pondasi atas = 15 cm dengan bahan material agregat kelas A
3. Lapis pondasi bawah = 20 cm dengan bahan material agregat kelas A

Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis
mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
a. Dalam merencanakan pekerjaan peningkatan jalan sebaiknya dilakukan dengan
meninjau langsung lokasi pekerjaan yang akan direncanakan.

Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014 131


b. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan syarat dan spesifikasi yang
telah ditetapkan, seharusnya setiap item pekerjaan yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi agar mutu dan kualitas pekerjaan dapat terjamin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997,
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

Agus Iqbal Manu 1987, Pelaksanaan Konstruksi jalan raya, PT. Mediatama Septakarya

Departemen Pekerjaan Umum, Analisa Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan, Badan


Penebit Pekerjaan Umum, 1986

Departemen Pekerjaan Umum, Spesifikasi Teknis 2010

Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan. Bina Marga
1998

Ibrahim, Bahtiar (2003), Rencana dan Estimate Real of Cost, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Reksohadipradjo, Sukanto (1997), Manajemen Proyek, Yogyakarta: BPFE

Saodang, Hamirhan, Perencanaan Perkerasan Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung.

Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur, Penerbit Nova 1993

Zainal (2001), Menghitung Rencana Anggaran Biaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

132 Jurnal Stabilita Vol. 2 No. 1 Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai