Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah

 1

STUDI PERENCANAAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN


TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN

Muhammad Amirudin
1
Program Studi S1 Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Negeri Surabaya, 60231, Indonesia
muhammadamirudin.23044@mhs.unesa.ac.id

Article Info ABSTRAK


Article history: Struktur perkerasan jalan sebagai komponen dari prasarana transportasi yang
berfungsi sebagai penerima beban lalulintas yang dilimpahkan melalui roda
kendaraan. Oleh karena itu, struktur perkerasan perlu memiliki stabilitas
yang tinggi, kokoh selama masa pelayanan jalan dan tahan terhadap
pengaruh lingkungan dan atau cuaca. Kelelahan (fatigue resistance),
kerusakan perkerasan akibat berkurangnya kekokohan jalan seperti retak
Kata Kunci: (craking), lendutan sepanjang lintasan kendaraan (rutting), bergelombang,
dan atau berlubang, tidak dikehendaki terjadi pada perkerasan jalan. Dalam
Perencanaan Jalan Studi perencanaan ini yang akan direncanakan adalah Perkerasan Lentur
Tebal lapis tambah (Overlay) (Flexible pavement ) pada Peningkatan jalan .Sebagaimana suatu perkerasan
Perkerasan Jalan lentur akan mengalami penurunan kinerja sehubungan dengan beban
lalulintas dan lingkungan. Pada saat perkerasan dibebani, maka beban-beban
tersebut akan menyebar ke lapisan-lapisan dibawahnya dalam bentuk
tegangan penyebaran. Tegangan tersebut dapat menyebabkan lendutan dan
akhirnya terjadi keruntuhan, untuk mengembalikan kekuatan perkerasan,
salah satu alternatif yang biasa digunakan adalah melakukan pelapisan ulang
(Overlay). Selain karena faktor diatas lapis tambahan juga harus diperkuat
untuk memikul beban yang lebih besar dari perhitungan dari perencanaan
awal.

Corresponding Author:
Muhammad Amirudin,
Program Studi S1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya,
Email: muhammadamirudin.23044@mhs.unesa.ac.id

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang sangat penting
dalam pengembangan kehidupan masyarakat terutama dalam sektor perekonomian dan perindustrian.
Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi sering dengan
meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat melancarkan transportasi.
Alasan yang mendukung penulis dalam pemelihan judul ini adalah perlunya metode efektif dalam
perencanaan suatu jalan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis serta memenuhi unsur keselamatan,
pengunaan jalan, dan mengurangi resiko kecelakaan. sehingga penulis terdorong untuk membahas dan
merencanakan tebal lapis perkerasan tambahan pada proyek peningkatan jalan.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana perencanaan lapisan perkerasan tambahan (overlay) pada lokasi penelitian?


2.Bagaimana lintas ekivalen rencana (LER)?
3.Bagaimana menentukan klasifikasi jalan tersebut?

Jurnal Ilmiah
2 

1.3 Tujuan penelitian

1.Untuk mengetahui perencanaan lapisan perkerasan tambahan (overlay) pada lokasi penelitian
2.Untuk mengetahui kondisi eksisting jalan pada lokasi penelitian
3.Untuk menhitung lintas ekivalen rencana (LER)
4.Untuk mengetahui klasifikasi jalan tersebut

1.4 Manfaat penelitian

1. Dengan adanya tulisan ini maka diharapkan pembaca dapat mengetahui perecanaan pengerasan
jalan.
2. Untuk mengetahui bahwa pentingnya jalan sebagai prasarana transportasi.
3. Memberikan sumbangan pemikiran dalam perencanaaan tebal lapis tambahan (overlay)
peningkatan jalan.

1.5 Batasan Istilah


Agar Lebih mengarah dan memfokuskan pada permasalahan yang akan dibahas sekaligus
menghindari persepsi yang lain mengenai istilah-istilah yang ada atau definisi operasional .
Studi perencanaan tebal lapisan perkerasan tambahan (overlay) pada proyek peningkatan jalan
merujuk pada penelitian teknis yang dilakukan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan tambahan yang
diperlukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas perkerasan jalan yang sudah ada. Proses ini
terutama melibatkan analisis kekuatan struktur jalan, lalu lintas yang ada, kondisi lingkungan, dan ketahanan
material.
Dalam studi perencanaan ini, beberapa aspek kunci perlu dipertimbangkan, antara lain:
1. Analisis Kondisi Perkerasan yang Ada: Ini mencakup evaluasi ketebalan, kekuatan, dan jenis
material perkerasan yang sudah ada. Data tentang kondisi fisik jalan, termasuk retakan, kemungkinan
kerusakan, dan ketahanan terhadap beban lalu lintas, juga harus diperoleh dan dianalisis.
2. Lalu Lintas: Studi perencanaan overlay harus memperhitungkan volume lalu lintas yang ada serta
karakteristiknya. Informasi tentang jenis, jumlah, dan bobot kendaraan yang melewati jalan akan
mempengaruhi pemilihan material perkerasan tambahan dan tebalnya lapisan overlay yang diperlukan.

3. Kondisi Lingkungan: Aspek lingkungan seperti drainase, suhu, dan kelembaban juga perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan overlay. Kondisi lingkungan yang buruk dapat mempercepat kerusakan
perkerasan, sehingga pemahaman yang baik tentang faktor-faktor ini penting dalam menentukan desain
overlay yang tepat.

4. Analisis Struktural: Studi perencanaan ini harus mencakup analisis struktural untuk menentukan
tebal lapisan overlay yang dibutuhkan agar perkerasan dapat menahan beban lalu lintas dan kondisi
lingkungan secara efektif. Ini melibatkan penggunaan perangkat lunak dan teknik perhitungan teknis yang
komprehensif.

5. Pemilihan Material: Berdasarkan analisis di atas, pemilihan material untuk lapisan overlay
menjadi krusial. Karakteristik material, termasuk kekuatan, ketahanan terhadap air, dan kemampuan untuk
menahan tekanan harus diperhatikan dengan hati-hati.

6. Perencanaan Konstruksi: Perencanaan overlay juga mencakup penyusunan rincian konstruksi,


termasuk prosedur pelaksanaan, metode konstruksi, situasi lalu lintas selama pelaksanaan, dan kualitas kerja
yang diperlukan untuk memastikan keberhasilan proyek overlay.

Dalam konteks proyek peningkatan jalan, studi perencanaan overlay membantu memastikan bahwa
peningkatan infrastruktur jalan dilakukan dengan tepat dan efisien. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan
keamanan, kenyamanan, dan ketahanan jalan terhadap beban lalu lintas yang semakin berat serta kondisi
lingkungan yang berubah. Dengan melakukan studi perencanaan yang komprehensif, diharapkan hasil
peningkatan jalan akan memberikan manfaat jangka panjang bagi pengguna jalan dan masyarakat secara
keseluruhan.

Jurnal Ilmiah
3Jurnal Ilmiah 

Harap dicatat bahwa istilah dalam konteks teknis seperti ini dapat bervariasi tergantung pada
regulasi dan praktik lokal. Oleh karena itu, menyadari konteks spesifik proyek peningkatan jalan adalah
kunci penting dalam memahami dan menerapkan terminologi ini.

2. LANDASAN TEORI
2.2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan

Konstruksi perkerasan lentur pada jalan hendaknya dapat memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pengguna jalan, maka konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok. (Sukirman, 1993).
1. Syarat-syarat Berlalu-lintas Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan
kenyamanan berlalu-lintas haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang,
b. permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja di
atasnya,
c. permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga
tidak mudah selip, dan
d. permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar matahari.

2. Syarat-syarat Kekuatan / Struktural Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan
memikul dan menyebarkan beban haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban / muatan lalu lintas ke tanah dasar,
b. kedap terhadap air sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di bawahnya,
c. permukaan mudah mengalirkan air sehingga air hujan yang jatuh di atasnya cepat dialirkan, dan
d. kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.

2.2.2 Tebal Lapis Tambah (Overlay)

Tebal lapis tambah (overlay) merupakan lapis perkerasan tambahan yang dipasang di atas
konstruksi perkerasan yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan struktur perkerasan yang ada
agar dapat melayani lalu lintas yang direncanakan selama kurun waktu yang akan datang. Tebal lapis tambah
(overlay) dibutuhkan apabila konstruksi perkerasan yang ada tidak dapat lagi memikul beban lalu lintas yang
beroperasi baik karena penurunan kemampuan struktural atau karena mutu lapisan perkerasan yang sudah
jelek.

Menurut Sukirman (1993), konstruksi jalan yang telah habis masa pelayanannya, telah mencapai
indeks permukaan akhir yang diharapkan perlu diberikan lapis tambahan untuk dapat kembali mempunyai
nilai kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat keamanan, tingkat kekedapan terhadap air dan tingkat
kecepatannya mengalirkan air. Sukirman (1993) menambahkan, sebelum melakukan perencanaan tebal lapis
tambah (overlay) terlebih dahulu perlu dilakukan survei kondisi permukaan dan survei kelayakan struktural
konstruksi perkerasan.

1. Survei kondisi permukaan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kenyamanan (rideability)


permukaan jalan. Survei ini dapat dilakukan secara visual ataupun dengan bantuan alat mekanis. Survei
secara visual meliputi penilaian kondisi lapisan permukaan, penilaian kenyamanan berkendara dan penilaian
berat kerusakan yang terjadi baik kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan, survei dengan bantuan alat yaitu
dengan menggunakan alat roughometer yang ditempelkan pada sumbu belakang roda kendaraan penguji.

2. Survei kelayakan struktural dilakukan untuk meyakinkan kapasitas dukung perkerasan yang
cukup tinggi. Hal ini diperlukan, misalnya sebagai akibat dari kenaikan voulume lalu lintas atau kenaikan
beban gandar kendaraan yang harus dilayani. Survei kelayakan struktural dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cara destruktif dan non destruktif. Pemeriksaan destruktif dilakukan dengan cara membuat tes pit pada
perkerasan lama kemudian melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan langsung di lapangan.
Pemeriksaan ini mengakibatkan kerusakan kondisi perkerasan jalan lama. Sedangkan, pemeriksaan non 15
destruktif dilakukan dengan menggunakan alat yang diletakkan di atas permukaan jalan sehingga tidak

Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan
4 

berakibat pada rusaknya konstruksi perkerasan jalan lama. Alat yang umum digunakan di Indonesia untuk
pemeriksaan non destruktif adalah Benkelman Beam.

Selain alat Benkelman Beam, terdapat juga alat yang dapat digunakan pada pemeriksaan non
destruktif, yaitu Falling Weight Deflectometer. Kedua jenis alat ini dapat melakukan pembacaan nilai
lendutan yang mewakili kondisi struktur perkerasan. Pada penelitian ini, analisa tebal lapis tambah (overlay)
dilakukan dengan cara pendekatan berdasarkan lendutan dengan alat Falling Weight Deflectometer (FWD)
yang terdapat dalam Manual Perkerasan Jalan Nomor 04/SE/Db/2017 (Bina Marga 2017) dan AASHTO
1993.

2.2.3 Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay) dengan Metode Lendutan Bina Marga 2017

Manual Perkerasan Jalan Nomor 04/SE/Db/2017 (Bina Marga, 2017) merupakan pelengkap dari
pedoman desain perkerasan Pd T-01-2002-B, Pd T-05- 2005 dan Pedoman Interim No.002/P/BM/2011,
dimana dalam Bina Marga Tahun 2017, analisis overlay menggunakan data lendutan dan lengkung lendutan
dengan pendekatan desain mekanistik empiris untuk rehabilitasi jalan dengan lalu lintas berat. Bina Marga
Tahun 2017 juga mempertajam pendekatan dalam Pedoman Interim No.002/P/BM/2011 dan perangkat
lunaknya karena selain lendutan maksimum, manual ini menggunakan pula analisis kurva atau lengkungan
lendutan. Input data lendutan FWD atau Benkelman Beam yang dimodifikasi diperlukan untuk analisis kurva
tersebut. Pada Manual Perkerasan Jalan Nomor 04/SE/Db/2017 (Bina Marga, 2017), pendekatan dalam
penentuan overlay secara umum meliputi dua kriteria, yaitu:
1. deformasi permanen menggunakan lendutan maksimum, dan
2. retak lelah menggunakan lengkung lendutan. Jika diperlukan overlay, untuk perkerasan dengan
beban lalu lintas rencana ≥100.000 ESA4 diperlukan pemeriksaan kinerja fatigue pada lapisan overlay. Pada
jalan dengan lalu lintas rendah (>100.000 ESA4) dan perkerasan dengan HRS, retak lelah lapisan aspal
bukan merupakan model kerusakan yang umum. Oleh sebab itu, untuk perkerasan dengan lalu lintas rendah
dan perkerasan HRS, tidak dilakukan pemeriksaan kinerja fatigue.
2.2.3.1 Lalu Lintas
1. Analisa Volume Lalu Lintas Berdasarkan Manual Perkerasan Jalan Tahun 2017 (Bina Marga,
2017), parameter yang penting dalam analisis struktur perkerasan adalah data lalu lintas yang diperlukan
untuk menghitung beban lalu lintas rencana yang dipikul oleh perkerasan selama umur rencana. Beban
dihitung dari volume lalu lintas pada tahun survei yang selanjutnya diproyeksikan ke depan sepanjang umur
rencana. Dalam analisis lalu lintas, penentuan volume lalu lintas pada jam sibuk dan lalu lintas harian rata–
rata tahunan (LHRT) mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

2. Data Lalu Lintas Akurasi data lalu lintas penting untuk menghasilkan desain perkerasan yang
efektif. Data harus harus meliputi semua jenis kendaraan komersial. Apabila diketahui atau diduga terdapat
kesalahan data, harus dilakukan penghitungan lalu lintas khusus sebelum perencanaan akhir dilakukan.

3. Jenis Kendaraan Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan dalam Pedoman Survei Pencacahan
Lalu Lintas (Pd T-19-2004-B). Beban gandar kendaraan penumpang dan kendaraan ringan sampai sedang
cukup kecil sehingga tidak berpotensi menimbulkan kerusakan struktural pada perkerasan. Hanya kendaraan
niaga dengan jumlah roda enam atau lebih yang perlu diperhitungkan dalam analisis.

4. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas Faktor pertumbuhan lalu lintas berdasarkan data–data
pertumbuhan series (historical growth data) atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain yang
berlaku. Jika tidak tersedia data maka Tabel 3.1 dapat digunakan (2015 – 2035).

5. Lalu Lintas pada Lajur Rencana Lajur rencana adalah salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas
jalan yang menampung lalu lintas kendaraan niaga (truk dan bus) paling besar. Beban lalu lintas pada lajur
rencana dinyatakan dalam kumulatif beban gandar standar (ESA) dengan memperhitungkan faktor distribusi
arah (DD) dan faktor distribusi lajur kendaraan niaga (DL). Untuk jalan dua arah, faktor distribusi arah (DD)
umumnya diambil 0,50 kecuali pada lokasi-lokasi yang jumlah kendaraan niaga cenderung lebih tinggi pada
satu arah tertentu.

6. Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor) Dalam desain perkerasan, beban lalu lintas
dikonversi ke beban standar (ESA) dengan menggunakan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor).

Jurnal Ilmiah
5Jurnal Ilmiah 

Analisis struktur perkerasan dilakukan berdasarkan jumlah kumulatif ESA pada lajur rencana sepanjang
umur rencana. Nilai VDF regional untuk menghitung ESA masing-masing jenis kendaraan niaga yang diolah
dari data studi WIM yang dilakukan Ditjen Bina Marga pada tahun 2012 – 2013 ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tetapi, apabila survei lalu lintas dapat mengidentifikasi jenis dan muatan kendaraan niaga, dapat digunakan
data VDF masing-masing jenis kendaraan.

2.2.3.2 Desain Tebal Overlay dengan Lendutan Bina Marga 2017


Terdapat tiga prosedur tebal overlay berdasarkan beban lalu lintas.

1. Lalu lintas lebih kecil atau sama dengan 100.000 ESA4 Retak lelah bukan merupakan kerusakan
yang umum terjadi pada jalan dengan lalu lintas ringan dan perkerasan dengan HRS. Berdasarkan
pertimbangan itu, desain jalan, dengan beban lalu lintas rencana lebih kecil dari 100.000 ESA4 dan
perkerasan dengan HRS kinerja fatigue overlay tidak diperlukan. Desain tebal overlay cukup dengan
pendekatan lendutan maksimum (D0).

2. Lalu Lintas lebih besar dari 100.000 ESA4 Pada jalan dengan lalu lintas lebih besar dari 100.000
ESA4 terdapat potensi retak lelah lapisan aspal. Dengan demikian, kriteria deformasi permanen (pendekatan
lendutan maksimum D0) dan kriteria retak lelah (pendekatan lengkung lendutan, D0–D200) harus
diperhitungkan.

3. Lalu Lintas lebih besar 10x106 ESA4 atau 20x106 ESA5 Untuk pekerjaan rehabilitasi dengan
beban lalu lintas lebih besar daripada 10x106 ESA4 atau lebih besar daripada 20x106 ESA5 harus digunakan
prosedur mekanistik empiris atau metode metode Pt T-01-2002-B atau metode AASHTO 1993. Pada
prosedur mekanistik empiris, data lendutan permukaan dan tebal perkerasan eksisting digunakan untuk
perhitungan-balik (back calculation) nilai modulus lapisan perkerasan. Selanjutnya nilai modulus ini
digunakan untuk menentukan solusi desain rekonstruksi atau overlay dengan program analisis perkerasan
multi-layer.
2.2.4 Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay) dengan Metode Lendutan AASHTO 1993

NDT (Non Destructive Test) atau uji tidak merusak merupakan jenis pengujian yang
direkomendasikan oleh AASHTO (American Assosiation of State Highway and Transportation Official)
untuk memperoleh data yang digunakan untuk mengevaluasi kapasitas struktural dari sistem perkerasan yang
ada. Dari pengujian NDT menggunakan alat FWD diperoleh data defleksi yang digunakan untuk perhitungan
balik (back calculation) dengan tujuan menentukan sifat setiap lapis perkerasan. FWD merupakan salah satu
alat pengukur defleksi yang sering digunakan dalam mengevaluasi struktur perkerasan. Defleksi permukaan
merepresentasikan respon menyeluruh dari sistem perkerasan. Proses evaluasi dan operasi alat uji FWD
sepenuhnya dikendalikan dengan program komputer.

2.2.4.1 Analisis Lalu Lintas


Perkerasan dalam perancangannya membutuhkan hitungan perancangan volume lalu-lintas dalam
periode waktu tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perancangan lalu-lintas mencakup besar
beban gandar, konfigurasi beban gandar, pengulangan beban dan jumlah beban gandar total. Dalam
menentukan lalu-lintas rancangan perlu diestimasi volume dan komposisi lalu-lintas tahun pertama, laju
pertumbuhan lalu-lintas, distribusi arah dan distribusi lajur rencana, besar nilai Equivalent Single Axle Load
(ESAL) selama umur rencana.

1. Equivalent Single Axle Load (ESAL)


Dalam perencanaan perkerasan jalan menggunakan metode AASHTO semua lintasan lalu-lintas
harus dikonversikan ke dalam jumlah ekivalen beban gandar tunggal. Gandar tunggal adalah gandar standar
dengan ban dobel yang menghasilkan beban 18 kip (8,16 ton atau 80 KN).

2. Faktor Truk / Faktor Ekivalensi Beban Sumbu Kendaraan (E)


Perhitungan ESAL untuk perencanaan perkerasan sering didasarkan pada faktor truk. Faktor truk
didefinisikan sebagai jumlah ESAL yang dihasilkan dari satu lintasan kendaraan. Faktor ekivalensi beban
sumbu kendaraan berdasarkan metode AASHTO 1993 menggunakan interpolasi dengan tabel faktor
ekivalensi beban gandar untuk perkerasan lentur yang bisa dilihat pada Lampiran 1 dengan menghitung nilai
SN yang akan digunakan terlebih dahulu.

Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan
6 

3. Faktor Distribusi Arah dan Faktor Distribusi Lajur


Jumlah beban gandar tersebut harus didistribusikan menurut arah dan lajurnya. AASHTO (1993)
menyarankan besar nilai faktor distribusi arah (DD) berkisar antara 0,3 sampai 0,7. Pada umumnya faktor
distribusi arah nilainya 0,5 kecuali dalam kondisi satu arah dilewati dengan truk penuh muatan dan arah yang
lain dengan truk kosong. Besar nilai faktor distribusi lajur (DL) ditentukan berdasarkan jumlah lajur yang
tersedia dalam ruas jalan tersebut. AASHTO (1993) merekomendasikan nilai distribusi lajur (DL).

2.2.4.2 Koefisien Lapisan (ai)


Koefisien lapisan material (ai) menyatakan hubungan empiris antara Structural Number (SN) untuk
suatu struktur perkerasan dengan tebal lapisan yang menyatakan kemampuan relatif dari suatu material agar
berfungsi sebagai satu komponen struktural dari perkerasannya (Yoder dan Witczack, 1975). Koefisien
lapisan menurut AASHTO 1993

2.2.4.3 Koefisien Drainase


Penentuan koefisien drainase (m) didasarkan pada kondisi dari hari efektif hujan dalam setahun
yang akan mempengaruhi perkerasan. Koefisien drainase (m), menurut AASHTO ada dua variabel berikut
ini. 1. Variabel Pertama Mutu drainase dengan variasi excellent, good, fair, poor, very poor. Mutu ini
ditentukan oleh berapa lama air dapat dibebaskan dari pondasi perkerasan. 2. Variabel Kedua Persentasi
struktur perkerasan dalam satu tahun terkena air sampai tingkat mendekati jenuh air (saturated) dengan
variasi 25 %.

2.2.4.4 Structural Number (SN)


Structural Number (SN) merupakan fungsi dari ketebalan lapisan, koefisien relatif lapisan (layer
coefficient) dan koefisien drainase (drainase coefficient).

2.2.4.5 Desain Tebal Overlay dengan Metode Lendutan AASHTO 1993

1. Modulus Resilient (MR) Tanah Dasar


Modulus resilient (MR) didefinisikan sebagai kemampuan tanah atau lapis pondasi granuler pada
suatu lapis perkerasan dalam menahan deformasi akibat beban yang berulang-ulang. Dalam perencanaan
perkerasan jalan, daya dukung tanah dasar diwakili oleh modulus resilient (MR).

2. Modulus Efektif Perkerasan (Ep)


Besar lendutan pada pusat beban (d0) perlu dikoreksi dengan temperatur standar 68°F.

3. Modulus Resilien Tanah Dasar Perencanaan (MR desain)


Modulus resilien tanah dasar untuk perencanaan (MR desain).

4. Kemampuan Pelayanan (Serviceability)


Serviceability berhubungan dengan kerataan dan kemampuan pelayanan perkerasan yang
dinyatakan dalam Present Serviceability Service (PSI). Kemampuan pelayanan suatu ruas jalan akan
menurun seiring berjalannya waktu dan tingkat penurunannya sangat tergantung dari pemeliharanan jalan,
lingkungan dan lalu-lintas yang melaluinya.

5. Reliabilitas (R)
Reliabilitas (R) merupakan kemungkinan atau probabilitas bahwa suatu jenis kerusakan ataupun
kombinasi kerusakan pada suatu perkerasan jalan akan lebih rendah / dalam batasan yang diizinkan selama
umur rencana. Reliability (R) menyatakan kemungkinan kondisi perkerasan yang dirancang masih tetap
memuaskan selama masa layan. Semakin tinggi nilai Reliabilitas maka semakin tinggi kemungkinan
terjadinya selisih antara hasil rancangan dan kenyataan. Hal ini berarti semakin tinggi Reliabilitas maka hasil
rancangan akan menghasilkan 42 desain yang lebih besar (tebal).

6. Deviasi Standar Normal (ZR)


Nilai simpang baku normal (ZR) ditentukan berdasarkan nilai tingkat Reliabilitas (R) yang didapat
dari Tabel kurva normal standar. Hubungan nilai Deviasi Standar Normal (ZR) dan nilai Deviasi Standar
Keseluruhan (So) akan menghasilkan Faktor Reliabilitas desain (FR).

Jurnal Ilmiah
7Jurnal Ilmiah 

7. Deviasi Standar Keseluruhan (S0)


Pengaplikasian dari konsep Reliability ini diberikan juga dalam parameter standar deviasi yang
mempresentasikan kondisi kondisi lokal dari ruas jalan yang direncanakan serta tipe perkerasan yang
digunakan. Deviasi standar keseluruhan (overall standar deviation) merupakan parameter yang digunakan
guna memperhitungkan adanya variasi dari input data.

8. Koefisien Lapisan (aOL)


Untuk mengidentifikasi angka struktural perkerasan lentur eksisting, AASHTO 1993 memberikan
tabel penentuan nilai koefisien lapisan yang telah dipengaruhi oleh penurunan mutu bahan dan akibat
kerusakan yang lain.

9. Angka Struktural Efektif Perkerasan (SNeff) Angka struktural efektif perkerasan (SNeff)
merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas struktural perkerasan. AASHTO (1993) menyatakan bahwa
kapasitas struktural perkerasan merupakan fungsi dari tebal total dan kekakuan keseluruhan dari perkerasan.

10. Penentuan Angka Struktural Rencana (SNf) Penentuan angka struktural rencana (SNf) pada
kondisi lalu-lintas yang akan datang sama dengan cara perhitungan SN untuk kondisi perkerasan baru. Data
yang dibutuhkan untuk perhitungan nilai SNf adalah volume lalu-lintas rencana, modulus resilient efektif
(MR), kemampuan pelayanan yang hilang ∆PSI reliabilitas dan deviasi standar keseluruhan S0).

11. Tebal Lapis Tambahan Perkerasan Tebal lapis tambahan perkerasan dapat dihitung setelah nilai
SNeff dan SNf diketahui.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono
dalam Harbani Pasolong (2013:161), Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada objek alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen , dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada Generalisasi. Penelitian ini akan menggambarkan
keadaan berdasarkan kenyataan dilapangan.

Adapun jenis penelitian lainnya, antara lain :


1.Penelitian Eksperimental: Melibatkan pengujian langsung terhadap material perkerasan tambahan
yang akan digunakan dalam overlay, pengujian kekuatan, elastisitas, daya tahan terhadap beban, dan
performa material lainnya di laboratorium atau lapangan.

2.Penelitian Analitis: Menggunakan data historis atau data yang sudah ada untuk menganalisis
performa overlay pada proyek-proyek peningkatan jalan sebelumnya. Ini bisa melibatkan analisis statistik
terhadap performa perkerasan setelah penerapan overlay.

3.Penelitian Survei dan Pengamatan Lapangan: Melibatkan survei lapangan untuk mengumpulkan
data mengenai kondisi jalan sebelum dan setelah penerapan overlay.

4.Studi Kasus: Fokus pada analisis mendalam terhadap proyek-proyek tertentu yang telah
menerapkan overlay pada perkerasan jalan. Ini bisa meliputi evaluasi kondisi jalan sebelum dan sesudah
overlay, biaya yang terlibat, serta evaluasi keberhasilan atau masalah yang muncul setelah penerapan overlay.

5.Penelitian Simulasi dan Model Prediktif: Penggunaan perangkat lunak simulasi atau model
matematika untuk memprediksi performa overlay pada berbagai kondisi lalu lintas, beban, dan lingkungan.
Ini dapat membantu dalam perencanaan tebal overlay yang optimal.

3.2 Pendekatan Penelitian


Penelitian tentang peningkatan jalan melalui overlay (penambahan lapisan perkerasan)
melibatkan pendekatan yang terstruktur untuk menentukan ketebalan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Beberapa langkah umum yang terlibat dalam pendekatan penelitian ini termasuk:

Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan
8 

1. Evaluasi kondisi jalan yang ada: Analisis awal terhadap kondisi jalan yang ingin diperbaiki sangat
penting. Evaluasi ini dapat melibatkan pemeriksaan visual, pengujian struktural, pengukuran ketebalan
lapisan yang ada, dan pengumpulan data terkait keausan, retakan, dan kerusakan lainnya.

2. Penentuan tujuan overlay: Menetapkan tujuan dari overlay tersebut, seperti meningkatkan
kekuatan struktural, meningkatkan daya tahan terhadap beban, atau memperpanjang umur layanan jalan.

3. Analisis struktural: Menggunakan perangkat lunak dan teknik perhitungan untuk memprediksi
bagaimana overlay akan mempengaruhi kinerja struktural jalan. Ini termasuk pemodelan perencanaan tebal
lapisan baru, analisis terhadap berat kendaraan yang diperkirakan, dan estimasi pembebanan jalan.
4. Pemilihan bahan dan spesifikasi teknis: Berdasarkan analisis struktural, memilih bahan yang
sesuai untuk overlay yang dapat memenuhi kebutuhan struktural yang diinginkan. Ini melibatkan pemilihan
aspal, agregat, atau material lainnya, serta menetapkan spesifikasi teknis untuk konstruksi overlay.

5 Pengujian lapangan dan pemantauan: Melakukan pengujian lapangan selama dan setelah
penerapan overlay untuk memastikan bahwa ketebalan yang direncanakan telah tercapai, serta memantau
performa jalan setelah penyelesaian overlay.

6. Evaluasi biaya dan manfaat: Melakukan analisis biaya-manfaat untuk menilai keefektifan teknik
overlay yang dipilih dalam jangka panjang, termasuk estimasi biaya perawatan dan manfaat yang diperoleh
dari peningkatan kinerja jalan.

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian


Sumber data yang dapat digunakan untuk penelitian "Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan
Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan" adalah kumpulan perencanaan tebal lapisan tambahan
yang rencanakan di kabupaten gresik. Kumpulan perencanaan tebal lapisan tambahan pada jalan tersebut
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti di sosial media dan internet lainnya.

Data penelitian yang dapat diperoleh dari kumpulan perencanaan tebal lapisan tambahan pada
proyek peningkatan jalan tersebut adalah perencanaan proyek yang dilakukan pada saat di lapanagan. Data
ini dapat dijadikan bahan untuk analisis perhitungan rata rata, faktor lendutan, dan rencana anggaran biaya.
Untuk mendukung penelitian, sumber data tambahan seperti jurnal dan buku referensi tentang perencanaan
tebal lapisan perkerasan tambahan (overlay) pada proyek peningkatan jalan juga dapat dijadikan sebagai data
penelitian. Data ini dapat membantu memperkuat argumen dan analisis dalam penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


1. Pengukuran Ketebalan Perkerasan yang Ada: Melakukan pengukuran ketebalan perkerasan yang
sudah ada pada jalan yang akan di-overlay. Ini bisa dilakukan dengan alat pengukur ketebalan perkerasan
yang sesuai.

2. Uji Pengujian Fisik Material: Mengumpulkan sampel perkerasan yang ada dan melakukan uji
laboratorium untuk mengetahui karakteristik fisiknya, seperti kekuatan tekuk, kekuatan tarik, kepadatan, dan
lainnya. Uji ini membantu dalam menentukan jenis overlay yang tepat.

3. Pengamatan Visual dan Evaluasi Kondisi Jalan: Melakukan survei visual terhadap kondisi jalan
yang mencakup retakan, deformasi, keausan, dan kerusakan lainnya. Ini membantu dalam menilai apakah
overlay diperlukan serta menentukan area-area yang memerlukan perbaikan khusus.

4. Analisis Lalu Lintas: Mengumpulkan data lalu lintas seperti volume lalu lintas, beban truk, dan
pola pergerakan kendaraan. Informasi ini diperlukan untuk menyesuaikan desain overlay agar sesuai dengan
kondisi lalu lintas yang ada.

5. Studi Drainase: Melakukan evaluasi terhadap sistem drainase yang ada di jalan tersebut. Hal ini
penting karena drainase yang buruk dapat mempercepat kerusakan pada perkerasan.

Jurnal Ilmiah
9Jurnal Ilmiah 

6. Observasi Merupakan pengamatan yang sistematis terhadap kondisi yang diteliti langsung pada
lokasi studi penelitian. Menggunakan teknik observasi ada dua indra yang sangat vital didalam melakukan
pengamatan, yaitu pendengaran (Telinga) dan penglihatan (Mata). Dalam melakukan pengamatan mata lebih
dominan dibandingkan dengan telinga (Husaini dkk, 2009). Adapun tujuan dari observasi lapangan ini adalah
memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara
pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara
langsung dilapangan atau tempat penelitian.

7. Dokumentasi Merupakan teknik untuk mendapatkan data sekunder dengan cara mempelajari dan
mencatat arsip atau data dan kaitannya dengan masalahmasalah yang diteliti sebagai bahan menganalisis
permasalahan maupun potensi yang ada.

8. Studi Pustaka Merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan penyaringan data dari
dokumen penunjang yang berupa buku-buku atau jurnal yang berhubungan dengan penulisan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang cocok untuk penelitian "Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan
Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan"adalah kondisi jalan yang ada, karakteristik material,
analisis struktural, dan pemantauan performa jalan. Beberapa teknik yang umum digunakan dalam analisis
data untuk penelitian overlay jalan meliputi:
1. Pengolahan data kondisi jalan yang ada: Pengumpulan data visual dan numerik tentang kondisi
jalan yang ada seperti keausan, retakan, ketebalan lapisan, tekstur permukaan, dan kerusakan lainnya. Teknik
pemrosesan data termasuk pemetaan geospasial, pengolahan citra, dan penggunaan perangkat lunak khusus
untuk analisis kondisi jalan.

2. Analisis statistik: Penggunaan metode statistik untuk menganalisis data yang terkumpul. Ini dapat
mencakup analisis regresi untuk memahami hubungan antara variabel seperti beban lalu lintas, ketebalan
lapisan, dan umur layanan jalan.

3. Modeling struktural: Penggunaan perangkat lunak khusus untuk memodelkan perilaku struktural
jalan dengan overlay baru. Ini melibatkan pemodelan elemen hingga atau metode unsur terbatas untuk
memprediksi bagaimana overlay akan mempengaruhi kinerja struktural jalan.

4. Analisis sensitivitas: Melakukan analisis untuk memahami sensitivitas hasil terhadap perubahan
parameter, seperti ketebalan lapisan overlay, jenis material, atau beban lalu lintas. Ini membantu dalam
menentukan variabilitas dan tingkat kepastian dari hasil yang diprediksi.

5. Evaluasi performa jalan: Menganalisis data dari pemantauan performa jalan setelah overlay
diterapkan. Evaluasi ini dapat melibatkan pengukuran ketebalan aktual overlay, perubahan kondisi jalan,
tingkat keausan, dan lainnya untuk mengevaluasi keberhasilan proyek.

6. Analisis biaya-manfaat: Menggunakan data terkait biaya pelaksanaan overlay dan manfaat yang
dihasilkan dari peningkatan kinerja jalan untuk melakukan analisis biaya-manfaat. Ini membantu dalam
menilai efisiensi investasi pada overlay tersebut.

4. PEMBAHASAN
4.1 Jawaban atas Rumusan Masalah no. 1

1. Bagaimana perencanaan lapisan perkerasan tambahan (overlay) pada lokasi penelitian?


Perencanaan lapisan perkerasan tambahan (overlay) pada suatu lokasi penelitian melibatkan
beberapa langkah penting. Berikut ini adalah beberapa tahapan yang biasanya dilakukan:
1. Evaluasi Situasi Saat Ini:
Pemeriksaan Perkerasan yang Ada: Evaluasi kondisi perkerasan yang ada untuk menentukan apakah
overlay diperlukan.
Uji Laboratorium: Mungkin perlu dilakukan uji laboratorium untuk menentukan karakteristik
material yang digunakan dalam overlay.
2. Analisis Struktural:

Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan
10 

Analisis Kekuatan Struktural: Melakukan perhitungan kebutuhan overlay berdasarkan beban lalu
lintas yang diharapkan dan kondisi struktural yang ada.
Penentuan Ketebalan Overlay: Berdasarkan analisis tersebut, tentukan ketebalan overlay yang
diperlukan untuk memperkuat perkerasan.
3. Pemilihan Material:
Pilih Material yang Sesuai: Pilih jenis material yang cocok untuk overlay berdasarkan
karakteristiknya dan kondisi lingkungan di lokasi tersebut.
Pemilihan Metode Konstruksi: Tentukan metode konstruksi yang tepat untuk pemasangan overlay,
apakah dengan metode hot mix asphalt (HMA) atau lainnya.
4. Rencana Konstruksi:
Rencana Detail Konstruksi: Buat rencana konstruksi yang meliputi jadwal, penggunaan peralatan,
teknik instalasi, dan pengawasan mutu.
Perhitungan Biaya: Hitung perkiraan biaya keseluruhan untuk overlay termasuk bahan, tenaga kerja,
dan peralatan.
5. Persiapan Konstruksi:
Persiapan Situs: Siapkan lokasi konstruksi dengan membersihkan area, mempersiapkan permukaan
yang akan di-overlay, dan mengatur lalu lintas jika diperlukan.
Pengaturan Drainase: Pastikan sistem drainase berfungsi dengan baik untuk menghindari masalah
terkait air yang dapat mempengaruhi kualitas overlay.
6. Implementasi dan Pengawasan:
Pemasangan Overlay: Lakukan pemasangan overlay sesuai dengan rencana konstruksi yang telah
dibuat.
Pengawasan Mutu: Monitor proses pemasangan untuk memastikan bahwa overlay terpasang dengan
benar dan sesuai standar yang ditetapkan.
7. Evaluasi Pasca-Pelaksanaan:
Pemantauan Kinerja: Setelah overlay selesai, lakukan pemantauan untuk mengevaluasi kinerja
perkerasan baru tersebut.
Perbaikan Jika Diperlukan: Jika ada masalah atau kekurangan, lakukan perbaikan atau perawatan
lanjutan jika diperlukan.

4.2 Jawaban atas Rumusan Masalah no. 2

2. Bagaimana lintas ekivalen rencana (LER)?


Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah konsep yang digunakan dalam perencanaan jalan dan
transportasi untuk membandingkan berbagai alternatif rute atau skenario transportasi. Ide dasarnya adalah
untuk mengevaluasi dan membandingkan efek lalu lintas dari berbagai jenis kendaraan atau pola perjalanan
yang berbeda ke dalam satuan yang dapat dibandingkan. Beberapa konsep yang mendasari perencana lintas
ekivalen rencana (LER).

Konsep Dasar LER:


LER didasarkan pada ide bahwa setiap kendaraan atau pola perjalanan memiliki dampak yang
berbeda terhadap jalan dan kapasitasnya. Sebagai contoh, truk angkutan barang akan memiliki dampak yang
lebih besar dibandingkan mobil penumpang biasa dalam hal keausan jalan, konsumsi bahan bakar, atau
penundaan lalu lintas.

Perhitungan LER:
Nilai Ekivalen: Setiap jenis kendaraan atau pola perjalanan diberi nilai ekivalen yang mencerminkan
dampaknya terhadap jalan. Misalnya, truk mungkin memiliki nilai ekivalen lebih tinggi daripada mobil
penumpang.

Penggunaan Jalan: Ketika berbagai jenis kendaraan melintasi suatu jalan, nilai-nilai ekivalen ini
digunakan untuk menghitung total dampak lalu lintas secara keseluruhan.

Perbandingan Alternatif: Dengan menggunakan LER, kita dapat membandingkan dampak lalu lintas
dari berbagai alternatif, termasuk variasi pola perjalanan, rute alternatif, atau penyesuaian kapasitas jalan.

Jurnal Ilmiah
Jurnal Ilmiah
11 

Manfaat LER:
Perencanaan Infrastruktur: Memungkinkan para perencana untuk mengevaluasi dampak dari
berbagai proyek infrastruktur atau perubahan desain jalan terhadap lalu lintas.

Optimisasi Rute: Membantu dalam memilih rute yang paling efisien dari sudut pandang lalu lintas,
berdasarkan penilaian dampak dari berbagai jenis kendaraan.

Pengambilan Keputusan yang Terinformasi: Menyediakan dasar yang terukur untuk membuat
keputusan terkait kebijakan transportasi, penyesuaian jalan, atau investasi infrastruktur.

4.3 Jawaban atas Rumusan Masalah no. 3

3. Bagaimana menentukan klasifikasi jalan tersebut?


Menentukan klasifikasi jalan melibatkan penilaian berbagai faktor yang mencakup fungsi jalan,
volume lalu lintas, tipe kendaraan yang digunakan, desain jalan, dan penggunaan lahan di sekitarnya.
Beberapa langkah umum dalam menentukan klasifikasi jalan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Jalan:
Fungsionalitas Utama: Identifikasi tujuan utama jalan tersebut. Apakah itu jalan arteri, kolektor,
lokal, atau jalan akses?

2. Volume dan Jenis Lalu lintas:


Penghitungan Volume: Lakukan survei volume lalu lintas pada jalan tersebut untuk mengetahui
seberapa ramainya lalu lintas yang melintas.
Tipe Kendaraan: Catat jenis kendaraan yang dominan menggunakan jalan tersebut (misalnya, truk
besar, mobil penumpang, sepeda, dll.).

3. Karakteristik Desain Jalan:


Lebar Jalan: Ukur lebar jalan, termasuk jumlah dan jenis lajur.
Kecepatan Maksimum: Tentukan batas kecepatan yang diperbolehkan di jalan tersebut.

4. Penggunaan Lahan di Sekitarnya:


Faktor Lingkungan: Tinjau penggunaan lahan di sekitar jalan. Apakah ada pemukiman, area
industri, pusat perbelanjaan, atau daerah pedesaan?

5. Standar Klasifikasi Jalan:


Gunakan standar atau panduan yang ada dalam sistem klasifikasi jalan yang digunakan di negara
atau wilayah Anda. Banyak negara memiliki sistem klasifikasi jalan yang didasarkan pada karakteristik dan
tujuan jalan tersebut.

6. Evaluasi Kombinasi Faktor:


Gabungkan informasi dari langkah-langkah sebelumnya untuk membuat penilaian menyeluruh
tentang klasifikasi jalan. Misalnya, jalan dengan volume tinggi, lebar banyak lajur, dan digunakan sebagai
akses ke area industri mungkin diklasifikasikan sebagai jalan arteri.

7. Revisi Berdasarkan Kondisi Perubahan:


Terkadang, perubahan dalam volume lalu lintas, perkembangan wilayah sekitarnya, atau perubahan
tujuan jalan bisa mempengaruhi klasifikasi. Oleh karena itu, revisi secara berkala perlu dilakukan.

5. SIMPULAN
5.1 Simpulan

1. Perencanaan overlay perkerasan merupakan proses yang memerlukan analisis mendalam dari
berbagai aspek teknis, struktural, dan logistik. Proses ini juga memerlukan kerja sama antara insinyur,
ahli teknik, dan tim konstruksi untuk memastikan keberhasilan implementasi overlay dengan efektif
2. LER sangat berguna dalam merencanakan jaringan transportasi yang efisien dan ramah lingkungan,
karena memungkinkan penilaian dampak lalu lintas secara komprehensif terhadap berbagai jenis
kendaraan dan pola perjalanan yang berbeda.

Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan
12 

3. Menentukan klasifikasi jalan merupakan langkah penting dalam perencanaan transportasi, karena
klasifikasi ini menjadi dasar untuk pengembangan infrastruktur, perencanaan lalu lintas, dan kebijakan
transportasi yang efektif.

5.2 Saran

1. Dengan pendekatan yang terstruktur dan perencanaan yang matang, pemasangan overlay perkerasan
dapat dilakukan secara efisien, memberikan hasil yang kuat dan tahan lama sesuai dengan kebutuhan
lokasi penelitian tersebut.

2. Dengan menerapkan konsep LER secara tepat dan berkelanjutan, dapat membantu dalam pemahaman
yang lebih baik terhadap dampak lalu lintas berbagai jenis kendaraan, dan memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih baik.

3. Klasifikasi jalan membutuhkan pemahaman mendalam tentang fungsi jalan, pola lalu lintas,
karakteristik desain, dan penggunaan lahan sekitarnya. Ini menjadi landasan penting untuk perencanaan
transportasi yang efektif dan pengembangan infrastruktur yang sesuai.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Standarisasi. 2011. Cara Uji Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat Benkelman Beam SNI 2416 : 2011.
Standar Nasional Indonesia. Jakarta.
Badan Standarisasi. 1991. Metode Pengujian Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat Benkelman Beam SNI 03 – 2416
- 1991. Standar Nasional Indonesia. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Perencanan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan Pd
T – 05 – 2005 – B. Pedoman Konstruksi dan Bangunan. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 2013. Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013. Pedoman Konstruksi dan
Bangunan. Jakarta.
Gusmalawati, Pipin. 2016. Pembangunan Perangkat Lunak Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Tambahan Metode
Benkelman Beam (BB) Menggunakan aplikasi VBA Excel. Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Hardiani, Nurita Putri. 2008. Kajian Perkerasan Jalan Lentur Akibat Beban Lalulintas dengan Menggunakan Program
HDM-III. Jakarta. Universitas Indonesia.
Nababan, Immanuel. 2008. Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek
Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai–Timbang Lawang (STA 61+ 000–62+ 800). Medan. Universitas
Sumatera Utara.
Novrianto, Hendri. 2013. Perencanaan Perkerasan Jalan Raya. Yogyakarta :Andi.

Pemerintah Republik Indonesia . 2004. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Jalan.
Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia . 2009. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia . 2006. Peraturan Pemerintah Tahun Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan. Jakarta.
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum. 2011. Tata Cara Pemeliharaan Dan Penilikan Jalan. Jakarta.
Shahin, M. Y. 1994. Pavement Management for Airports, Roads, and Parking Lots. Springer US.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : Nova
Tanriajeng, Andi Tenrisukki. 2002. Rekayasa Jalan Raya II. Jakarta : Gunadarma.
The World Bank. 1988. Road Deterioration in Developing Country. Washington, D.C.
Wahyudi, D. 2016. Analisis Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay) Cara Lendutan Balik Dengan Metode Pd T-05-
2005-B Dan Pedoman Interim No. 002/P/Bm/2011. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Yoder, E. J., & Witczak, M. W. 1975. Principles of pavement design. Canada : John Wiley & Sons.
Adisasmita, S.A. (2011) Jaringan Transportasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Astuti, R.D. (2004) Penyusunan Alternatif Lay Out Parkir Bus Bagian Timur Terminal Bus Tirtonadi. Laporan Tugas
Akhir. Program Studi Teknik Industri, Universitas Semarang.
Direktorat Perhubungan Darat tahun 1998 Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.1998. Jakarta.
Direktorat Jendral Perhubungan Darat Nomor 274 tahun 1993 Rancangan Pedoman Teknis Pembangunan dan
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang dan Barang. 1993. Jakarta.
Hobbs, F.D. (1995) Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1993 Tentang Terminal Transportasi Jalan. 1995. Jakarta.

Jurnal Ilmiah
Jurnal Ilmiah
13 

Manulang, G., Hutapea, B., Rahmadyah, J. (2001) Analisa kapasitas jalan perkotaan dengan Metode Zubeirzck, Jurnal
Transportasi Wilayah dan Perkotaan, Vol. 11 (10), hal. 22-30.
Morlok, E.K. (1994) Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. 1993. Jakarta.
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat (1994) Final Report Untuk Studi Standardisasi Perencanaan Kebutuhan Fasilitas
Perpindahan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan. Yogyakarta: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat-
Universitas Gajah Mada.
Zakaria, M. (2010) Studi Karakteristik Parkir dan Kebutuhan Luas Terminal Tegal sebagai Terminal Bus Tipe A. Tesis
Magister. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Diponegoro.
Departemen Pekerjaan Umum, (2005), Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan
(Pd T-05-2005-B). Jakarta
Kholiq, Abdul, (2014), Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Antara Bina Marga dan AASHTO’93,
Penerbit Jurnal J-ENSITEC, Majalengka
Linny Pangarepan, Monica, (2018), Studi Perbandingan Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay) Perkerasan Lentur
Menurut Metode Pd T-05-2005-B dan Manual Desain Perkerasan Jalan 2013, Penerbit Jurnal Sipil Statik,
Manado
Nur Wicaksono, Andyas, (2017), Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Pd T-05-2005-B dan Metode SDPJL pada
Jalan Nasional di Yogyakarta, Penerbit e Jurnal Matriks Teknik Sipil, Surakarta
Santoso, Singgih, (2014), Statik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Penerbit Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Soewarno, (1995), Hidrologi Jilid 2 Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data Penerbit Nova, Bandung
Sri Harto B, 2004, Analisis Hodrologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Sukirman, S, (1995), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung
Suripin, (2003), Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Penerbit Andi, Yogyakarta
UU RI, (2004), Undang-Undang RI No.38 Tahun 2004 Tentang Jalan
UU RI, (2006), Undang-Undang RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan.

Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan

Anda mungkin juga menyukai