Anda di halaman 1dari 34

PENGANTAR UMUM

Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini


adalah yang memprogram/menawar mata
kuliah ini (telah membayar SPP)
Mahasiswa memprogram mata kuliah ini wajib
mengikuti semua perkuliahan daring yang
diadakan
Persyaratan penilaian kelulusan :
(1)Kehadiran minimal dalam perkuliahan 75 % dari
jumlah tatap muka aktual.
(2) Jika mata kuliah ada tugas/problem set/tugas
besar, wajib menyelesaikan tugas sesuai waktu yang
ditetapkan untuk persyaratan kelulusan...
(3) Untuk mata kuliah yang bersyarat praktikum wajib
mengikuti praktikum untuk persyaratan kelulusan…
(4) Selama perkuliahan berpakaian sopan, menjaga
etika dan tertib aturan dan wajib mengikuti sampai
selesai.
(5)Jika terpaksa tidak dapat mengikuti per-kuliahan,
karena masalah jaringan atau hal lainnya, agar ada
pemberitahuan..
Penilaian dalam perkuliahan
No Kegiatan Bobot %

A Kehadiran (min.75%) 10

B Tugas/tugas besar/problem set 25

C UTS 30

d UAS 35
NILAI HURUF dan ANGKA MUTU
Nilai huruf Nilai Angka
A 80,0 -100
B 76,0 -85,9
C 60,0 – 75,0
D 40,0 – 69,9
E <40
LANJUTKAN KE MATERI………
PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

OLEH : Ir.HUJIYANTO,ST.,MPWK.,IPM, ASEAN.Eng


Sumber /referensi :
1.Manual perkerasan Jalan edisi Revisi 2017
2.Perancangan Perkerasan Jalan, Nur Khaerat Nur dkk 2021
3. Bahan ajar Perkerasan Jalan, Iman Haryanto , Heru BU, 2012
Pokok bahasan :

A. PENGERTIAN
1. Pengertian Perkerasan Jalan

Konstruksi jalan telah dibuat sejak lama, karena


aktivitas pengangkutan merupakan kegiatan dasar
manusia. Pada awalnya, konstruksi jalan tanah yang
diperkeras dianggap cukup karena beban kendaraan
dan arus lalulintas masih ringan. Dengan
perkembangan jaman, jalan tanah dinilai tidak
memadai karena jalan tersebut mengalami
kerusakan. Selanjutnya dipikirkan teknik untuk
memberi lapis tambahan di atas permukaan jalan
dalam rangka memperkuat daya dukung jalan
terhadap beban.)
Oleh karena lapis tambahan tersebut perlu diperkeras
dengan maksud untuk memperkuat daya dukung
terhadap beban lalulintas maka
disebut perkerasan (pavement)..

Perkerasan yang dibuat untuk konstruksi jalan disebut


perkerasan jalan
Jenis jenis jalan

1. Jalan Tanah
Jalan yang bahan pengerasannya dari tanah bergradasi di urugan
secara bertahap dan diratakan secara mekanis sesuai dengan ukuran
dan persyaratan geometrik jalan. Proses meratakan muka tanah
dibantu dengan air pada kondisi optimum sehingga memudahkan
dalam hal pemadatan. Proses pembuatan profil damaja jalan bisa
dilakukan melalui pengalian atau timbunan.
2. Jalan Krikil
Ciri-ciri dari jalan yang berbahan batu pecah terdiri
dari permukaan jalan bagian atas di pasangkan
lapisan bersusun dari batu kerikil, batu pecah 5/7,
dilapisi cairan aspal serta bagian atas ditebarkan
batu 1/1 dan lapisan pasir kasar,. Bagian tepi
dipasangkan batu underlag pengunci tepi
perkerasan terluar dengan batu 20/15 cm
3. Jalan Sistem Telford
Lapisan perkerasan yang disusun dari lapisan bagian bawah pasir urug
tebal 10 cm, lapisan batu underlag 15 -20 cm, dilapisi batu pengunci
5/7 cm dan dipadatkan secara mekanis dalam 8 kali ( bolak balik),
dalam sistem Telford, Lebar minimal tidak lebih dari 2,5 m-3,0 m, untuk
tanah keras dipakai tebal konstruksi 15 cm, ukuran batu tepi sebesar 15-
20 cm
4. Jalan Sistem Mac Adam
Sistem lapisan perkerasan yang di desain oleh John London Mc. Adam pada (1756-
1836) memperkenalkan konstruksi perkerasan dengan prinsip “tumpang tindih”
dengan mempergunakan batu-batu pecah yang dipasangkan bersusun dengan
ukuran batu terbesar 3". Batu besar terletak pada bagian bawah, lapis bagian atasnya
digunakan batu dengan susunan lebih kecil. Bagian tepi jalan berbatasan dengan
bahu jalan dipasangkan pasangan batu atau konstruksi massif dari pasangan batu
untuk mencegah terjadinya pergeseran lapisan kesamping.
Jalan aspal

Jalan beton
 Menurut Silvia Sukirman (1999) agar konstruksi perkerasan jalan
 dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan, maka
 perkerasan jalan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
 1. Syarat-Syarat Berlalu Lintas
a. Permukaan perkerasan jalan yang rata, tidak bergelombang, tidak
terdapat lendutan dan tidak berlubang, sehingga menjamin keamanan
dan kenyamanan pengguna jalan.
b. Permukaan perkerasan jalan yang cukup kaku, sehingga tidak mudah
mengalami perubahan bentuk akibat beban yang bekerja di atasnya.
c. Permukaan perkerasan jalan cukup kesat dan memberikan gesekan
yang baik antara ban dan permukaan perkerasan jalan sehingga
kendaraan tidak mudah mengalami selip.
d. Permukaan perkerasan jalan tidak mengkilap dan sehingga tidak silau
jika terkena sinar matahari
 2. Syarat-syarat kekuatan/ struktural
a. Ketebalan perkerasan yang cukup sehingga beban lalu lintas mampu
disebarkan ke tanah dasar.
b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak meresap ke lapisan di bawahnya.
c. Permukaan mampu mengalirkan air dengan mudah, sehingga air hujan
yang jatuh di atasnya dapat dengan cepat dialirkan
d. Kekakuan untuk memikul beban lalu lintas yang bekerja tanpa
menimbulkan deformasi yang berarti pada perkerasan jalan.
2. Jenis Perkerasan Jalan

Beban kendaraan akan disalurkan roda ke perkerasan jalan di bawahnya.


Sebagian besar beban tersebut didukung lapis perkerasan diatas tanah dasar.
Batuan butiran/granular yang disusun dengan baik secara alamiah memiliki sifat
saling mengunci sehingga cukup stabil mendukung beban roda sampai ukuran
berat tertentu. Namun demikian, jika beban yang bekerja di atas permukaan
jalan ternyata meningkat dan melebihi kemampuan sifat saling kunci agregat
maka susunan butiran tersebut dapat “lari”. Oleh karena itu maka diperlukan
bahan ikat agregat yang menyatukan agregat.
Menurut Sukirman (1999), berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi
perkerasan jalan dapat dibedakan atas:
1. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya.
Lapisan Lapisan perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan
beban lalu lintas ketanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement)
Perkerasan yang menggunakan semen (Portland Cement) sebagai
bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan
diletakkan di atas tanah dasat dengan atau tanpa lapis pondasi
bawah.Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement)
Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur
dapat berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau
perkerasan kaku di atas perkerasan lentu
jenis perkerasan jalan dibedakan menurut bahan ikatnya yaitu perkerasan
jalan aspal dan perkerasan Jalan semen/beton

.
Perkerasan jalan aspal adalah perkerasan jalan yang
permukaan bagian atasnya menggunakan campuran agregat-
aspal. Struktur perkerasan jalan aspal bersifat relatif lentur
karena aspal dapat melunak bila suhu meningkat atau dibebani
secara terus menerus. Oleh karena itu maka perkerasan jalan
aspal sering juga disebut perkerasan lentur
Perkerasan lentur merupakan campuran agregat batu
pecah, pasir, material pengisi (filler), dan aspal yang
kemudian dihamparkan lalu dipadatkan.
Perkerasan lentur dirancang untuk melendut dan
kembali lagi ke posisi semula bersama-sama dengan
tanah-dasar pada saat menerima beban.
Perkerasan lentur (Flexible Pavement) merupakan perkerasan
yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-
lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan
beban lalu-lintas (Sukirman, 1999).
Sesuai dengan konsep perkerasan lentur, perkerasan ini
akan melendut / melentur bila diberikan beban pada
perkerasan. Karena sifat penyebaran gaya maka muatan
yang diterima oleh masing-masing lapisan berbeda dan
semakin kebawah semakin kecil.

Distribusi Beban Roda Pada Perkerasan (Wiryanto, 2011)


Gambar Struktur Lapisan Perkerasan
Baik perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan
komposit secara umum terdiri dari tiga lapisan yaitu lapis
permukaan ( surface course),
Lapis pondasi (road foundation)dan tanah dasar
(subgrade). Lapis permukaan terdiri dari 2 lapisan yaitu
lapis non struktural (wearing course) dan lapis
struktural (binder course).dan atau lapi pondasi
(Base course).

Lapis pondasi Agregat dapat terdiri dari 2 lapisan yaitu


LPA ( base course)dan LPB (sub base course)
Menurut Sukirman (1999), Lapis permukaan adalah bagian
perkerasan terletak paling atas. Mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Lapisan perkerasan penahan beban roda, lapisan ini mempunyai
stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan.
2. Sebagai lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di
atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan
lapisan-lapisan tersebut.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung
menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah
menjadi aus.
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis bawah, sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih
jelek.
3. Lapisan pondasi atas (Base Course).
Lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi bawah dan lapisan permukaan. Mempunyai fungsi sebagai:
a. Sebagai lapis pendukung bagi lapis permukaan.
b. Bagian perkerasan yang menahan gaya dari beban roda dan
menyebarkan ke lapisan bawahnya.
c. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
d. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan (pemikul beban
horizontal dan vertikal).
4. Lapisan pondasi bawah (Subbase)
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi atas dan tanah dasar. Mempunyai fungsi sebagai:
a. Bagian dari konstruksi perkerasan menyebarkan beban roda ke
tanah dasar.
b. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
c. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah lebih relatif
murah dibandingkan yang berada di atas.
d. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar
ke lapis atas.
e. Sebagai lapisan peresapan agar air tanah tidak mengumpul di
pondasi maupun di tanah dasar.
f. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
lancar.
Perkerasan jalan beton/semen adalah perkerasan jalan yang
permukaan bagian atasnya menggunakan campuran agregat-semen
yang dibentuk menjadi pelat-pelat. Struktur perkerasan jalan beton aspal
bersifat relatif kaku karena ikatan kimia antara agregat dan semen
menghasilkan struktur komposit yang keras
dan kuat. Oleh karena itu maka perkerasan jalan beton sering juga
disebut perkerasan kaku
perkerasan kaku mempunyai kekakuan (modulus elastisitas)
yang jauh lebih tinggi dari perkerasan aspal
Dengan kekakuan atau modulus elastisitas beton semen yang lebih besar,
konstruksi perkerasan kaku mempunyai kemampuan penyebaran beban
yang lebih tinggi dari perkerasan lentur
Pada konstruksi perkerasan kaku, sebagai konstruksi
utama adalah satu lapis beton semen mutu tinggi, dan
lapis pondasi bawah hanya berfungsi sebagai konstruksi
pendukung

Untuk perkerasan kaku, lapisan pondasi dengan bahan pengikat,


bisa bermacam-macam, salah satu dari ketiga jenis ini:
1. Batu pecah yang distabilisasi semen dengan kondisi tidak lebih
kecil dari 5% (perbandingan berat) untuk mencegah erosi. Bahan
cementitius bisa mengandung semen, kapur, abu terbang dan
atau granulated blast furnace slag
2. Campuran beraspal bergradasi rapat
3. Lean concrete /alntaim kerja beton mutu dan 110 kg/cm2.
Perkerasan kaku komposit (Composite Pavement

Konstruksi perkerasan kaku komposit (Composite Pavement),


yaitu percampuran perkerasan kaku yang di kombinasikan dengan
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas
perkerasan lentur.
Pertimbangan pemilihan kostruksi
perkerasan jalan, apakah perkerasan
jalan lentur ataukah perkerasan kaku,
melibatkan sejumlah faktor sebagai
pertimbangannya, antara lain faktor
teknis, pendanaan, kenyamanan dan
keamanan berkendaraan bahkan
seringkali harus mempertimbangkan
aspek politis. Jika rencana perkerasan
jalan nantinya melewati permukaan
tanah dasar) yang sudah keras maka
secara teknis cukup digunakan
struktur perkerasan lentur.
Jika rencana jalan terpaksa melewati
daerah yang tanah dasarnya berdaya
dukung jelek, maka secara teknis jenis
perkerasan kaku lebih stabil
dalammendukung beban.
Namun perkerasan lentur pada umumnya memberikan
kenyamanan yang lebih baik dibandingkan perkerasan beton.
Dilihat dari pembiayaan, terdapat sisi plus dan minus masing-
masing tipe perkerasan jalan. Perkerasan lentur
membutuhkan perawatan baik rutin atau berkala untuk
mempertahankan kinerjanya agar tetap baik, sedangkan
perkerasan kaku pada umumnya dianggap tidak
memerlukan perawatan rutin atau berkala. Namur, biaya
pembangunan
konstruksi perkerasan kaku lebih tinggi dari biaya
pembangunan konstruksi perkerasan lentur.
Modulus Elastisitas (E) merupakan salah satu parameter yang
menunjukan tingkat kekakuan konstruksi disamping dimensinya;
dan dapat dipergunakan sebagai acuan ilustrasi tingkat
kekakuan konstruksi perkerasan. Pada perkerasan aspal
(perkerasan lentur), modulus etastisitas sekitar (Ea) sekitar
4.000 MPa, sedangkan pada perkerasan kaku (beton semen)
modulus elastisitas rata-rata (Eb) berkisar pada besaran 40.000
MPa atau 10 kali lipat dari perkerasan aspal
Sekian & trims
Tahu kah anda ?

Anda mungkin juga menyukai