DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
MAKASSAR
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
yang dibangun untuk memperlancar perkembangan daerah. Kondisi jalan yang baik tentu
akan memberikan rasa nyaman pada setiap kendaraan yang akan melaluinya.Untuk itu,
perawatan kondisi jalan perlu dilakukan dimana jalan merupakan faktor penting dalam
kehidupan pergerakan ekonomi masyarakat dan kegiatan sosial lainnya. Jalan sebagai
prasarana transportasi yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Sebab jalan
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainya bahkan sampai ke pelosok pedesaan
politik, pertahanan dan keamanan).Kondisi jalan yang baik tentu akan memberikan rasa
nyaman pada setiap kendaraan yang akan melaluinya untuk itu perawatan kondisi jalan perlu
dilakukan, dimana jalan merupakan faktor penting dalam kehidupan pergerakan ekonomi
masyarakat dan kegiatan sosial lainnya. Sedangkan jika terjadi kerusakan jalan akan
berakibat bukan hanya terhalangnya kegiatan ekonomi dan sosial namun dapat terjadi
kecelakaan.
Ruas jalan poros Bantimurung merupakan Jalan Poros Bantimurung merupakan satu-
Bone dan jalan ini pula melintasi wilayah Cagar Alam Bantimurung. Ruas jalan poros
pengelupasan lapisan permukaan, retak kulit buaya, dan pelepasan butir, sehingga setiap
pengguna jalan yang lewat sudah tidak aman dan nyaman melalui jalan tersebut dan
jenis kerusakan jalan dan penanggulangan kerusakan jalan dalam bentuk study dengan judul
SULAWESI SELATAN”.
A. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dari penulisan ini
1. Apa penyebab dari jenis kerusakan jalan poros Bantimurung Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan?
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyebab dari jenis kerusakan jalan poros Bantimurung Kabupaten
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian analisis kerusakan jalan pada ruas jalan poros
Selatan.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mengetahui dan memahami tentang apa yang
menjadi pokok-pokok bahasan dalam penulisan ini maka secara garis besar, berisikan hal-hal
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang tata cara pelaksanaan penelitian dan gambaran
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi,
social budaya, lingkungan hidup, politik pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk
Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas berulang yang
berlebihan (Overload), panas atau suhu udara, air dan hujan, serta mutu awal produk jalan
yang rusak. Pemeliharaan jalan rutin maupun berkala perlu dilakukan untuk mempertahankan
keamanan dan kenyamanan jalan bagi pengguna dan menjaga daya tahan atau keawetan
sampai umur rencana. Oleh karena itu agar jalan tetap mengakomodasi kebutuhan pergerakan
dengan tingkat layanan tentu perlu dilakukan suatu usaha kualitas jalan, salah satu usaha
1. Perkerasan Lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan jalan yang menggunakan aspal
berlubang.
b) Pemukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan
2) Syarat-syarat kekuatan/struktural.
b) Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap kelapisan dibawahnya
c) Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya
yang berarti
tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima
Beban W
Gambar tidak
berskala
Konstruksi
Perkerasan
Subgrade / Tanah
Dasar
Penyebaran beban roda melalui lapisan perkerasan jalan
lentur
jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata Po. Beban tersebut
diterima oleh lapisan pemukaan dan disebarkan ke tanah dasar menjadi P1 yang lebih
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut ; Lapisan tanah dasar (sub grade),
Lapisan pondasi bawah (subbase course), Lapisan pondasi atas (base course), Lapisan
Gambar 2.
Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan, dan berfungsi
sebagai :
b) Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap
c) Lapis aus, lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan
d) Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan pondasi bawah dan lapisan
a) Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
lapisan pondasi atas adalah material yang kuat. Untuk lapisan pondasi atas
tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan nilai CBR > 50
kerikil pecah, stabilisasi tanah dengan semen dan kapur digunakan sebagai
Lapisan pondasi bawah artinya lapisan perkerasan yang terletak pada atas
dasar.
d) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat pada awal-
e) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari imbas cuaca terutama hujan
Lapisan tanah setebal 50 – 100 cm, diatas mana akan diletakkan lapisan
pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar. Lapisan tanah dasar dapat berupa
tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari
tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang di stabilisasi dengan kapur atau bahan
lainnya. Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum
Perkerasan jalan beton semen atau secara awam dianggap perkerasan kaku, terdiri
atas plat (slab) beton semen menjadi lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga
tidak terdapat) di atas tanah dasar. pada konstruksi perkerasan kaku, plat beton acap kali
diklaim menjadi lapis pondasi sebab dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di
Pada jenis perkerasan jalan raya ini, bahan pengikat yang digunakan adalah semen
portland atau PC. Di Indonesia, jalan raya dengan jenis konstruksi perkerasan kaku ini
lebih populer dengan sebutan jalan beton. Pada konstruksi ini, lapisan atas adalah pelat
dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) pada atasnya, dimana kedua
jenis perkerasan ini bekerja sama pada memilkul beban lalu lintas. buat ini maka
cukup, dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton pada bawahnya.
Direktorat Jendral Bina Marga kerusakan jalan pada perkerasan lentur antaralain sebagai
berikut:
1. Retak (Cracking)
Pada lapisan permukaan jalan terjadinya retak dapat dibedakan menjadi Sembilan (9)
jenis, yakni retak halus, retak kulit buaya, retak pinggir, retak pertemuan perkerasan bahu,
retak sambungan jalan, retak sambungan pelebaran jalan, retak refleksi, retak susut dan
Retak halus ada sebagai akibat dari adanya bahan perkerasan yang kurang baik
dan tanah dasar atau bagian perkerasan yang kurang stabil sehingga mengakibatkan
terbentuknya lebar celah kecil atau sama dengan 3 mm. Penyebab terjadinya
kerusakan ini di sebabkan antara lain, bahan perkerasan yang kurang baik, dan tanah
Retak kulit buaya lebar celah besar atau sama dengan 3 mm, saling berangkai
berbentuk rangkaian kotak-kotak kecil sama seperti kulit buaya. Retak kulit buaya ini
merupakan retak yang diakibatkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik,
pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis permukaan
kurang stabil atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik).
Retak pinggir biasa juga disebut dengan retak garis, retak garis ini disebabkan
karena sokongan bahu samping kurang baik, drainase yang kurang baik dan tanaman
yang tumbuh di tepi perkerasan dapat juga mengakibatkan retak garis atau retak
pinggir. Retak pinggir ini merupakan retak yang memanjang sejajar dengan pinggir
perkerasan, dekat bahu jalan dan berjarak sekitar 0,3 – 0,6m dari pinggir lapis
perkerasan.
Gambar 4 Retak Pinggir
antara bahu beraspal dengan kekerasan akibat penurunan bahu, penyusutan material
bahu/badan perkerasan jalan, drainase yang kurang baik, roda kendaraan berat yang
menginjak bahu beraspal, material pada bahu yang kurang baik/kurang memadai.
Retak sambungan jalan ini disebabkan oleh tidak baiknya ikatan sambungan dua
jalur lalu lintas. Retak Sambungan Pelebaran Jalan retak sambungan pelebaran jalan
merupakan retak yang terjadi pada sambungan antara perkerasan dengan perkerasan
pelebaran.
Retak sambungan pelebaran ini diakibatkan adanya perbedaan daya dukung
dibawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dan tidak baiknya ikatan antar
sambungan.
kotak yang terjadi pada lapis tambahan (overlay). Retak ini terjadi pada lapisan
tambahan sebagai akibat adanya retak pada perkerasan lama yang tidak diperbaiki
dengan baik sebelum pekerjaan overlay, dapat juga disebabkan apabila terjadinya
gerakan vertical atau horizontal di bawah lapisan tambahan sebagai akibat perubahan
kadar air pada jenis tanah yang ekspansif. Berikut gambar kerusakan refleksi atau
melintang.
Gambar 7 Retak Refleksi
Retak sambungan pelebaran jalan merupakan retak yang terjadi pada sambungan
diakibatkan adanya perbedaan daya dukung dibawah bagian pelebaran dan bagian
jalan lama, dan tidak baiknya ikatan antar sambungan. Berikut gambar sambungan
pelebaran jalan.
Retak susut merupakan suatu retak yang saling bersambungan membentuk kotak-
Retak selip ini adalah retak yang berbentuk melengkung yang terjadi karena
2. Distorsi (Distortion)
Distorsi merupakan suatu perubahan bentuk lapis perkerasan sebagai akibat lemahnya
tanah dasar, pemadatan yang kurang optimal pada lapis pondasi, sehingga terjadi
tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas, sebelum dilakukan perbaikan ditentukan
dulu jenis distorsi apa yang terjadi. Distorsi ini dapat dibedakan menjadi :
a. Alur (Ruts)
Alur ialah kerusakan pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur sebagai
tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan yang dapat
mengurangi tingkat kenyamanan yang akhirnya akan timbul retak-retak. Hal ini
disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat dan akhirnya terjadi tambahan
pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada alintasan roda kendaraan.
b. Keriting (Corrugnation)
yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat
halus, agreragt berbentuk bulat dan berpermukaan penetrasi yang tinggi. Keriting
dapat terjadi apabila lalu lintas dibuka terlalu cepat sehingga lapis perkerasan belum
c. Sungkur (Shoving)
kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Sungkur dapat
Amblas dapat terjadi dengan retak atau tanpa r etak, amblas terdeteksi
dengan adanya air yang tergenag. Amblas terjadi sebagai akibat beban kendaraan
yang tidak sesuai dengan perencanaan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan
e. Jembul (upheaval)
Jembul terjadi sebagai akibat adanya pengembangan tanah dasar pada tanah dasar
ekspansif sehingga jembul dapat terjadi setempat dengan atau tanpa retak.
dari lapisan permukaan ke bawah. Yang termasuk ke dalam cacat permukaan ialah
sebagai berikut :
a. Lubang (Potholes)
Kerusakan ini berbentuk mangkuk. Lubang ini menampung dan meresapkan air ke
dalam lapisan permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan dan
Lubang ini terjadi akibat campuran material lapis permukaan yang tidak sesuai,
lapisan permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah terlepas akibat
pengaruh cuaca. Lubang dapat di perbaiki dengan cara di bongkar dan di bersihkan air
dari dalam lubang, serta material-material yang dibongkar dan lapisi kembalai
permukaanya.
Pelepasan butir terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh
hal yang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan cara lapisan tambahan di atas
lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan
dikeringkan.
Pengelupasan lapisan permukaan ini disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis
material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang
Kegemukan dapat disebabkan oleh pemakaian kadar aspal yang terlalu tinggi pada
campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan Prime Coat dan Tack
Coat.
disebabkan karena adanya pemadatan yang tidak memenuhi syarat. Dan dapat
diperbaiki dengan dibongkar kembali dan diganti dengan lapis yang sesuai.
1. Kondisi Drainase
Air merupakan penyebab utama daripada kerusakan jalan oleh karena itu pengaruh air
terhadap konstruksi perkerasan jalan harus dijaga dengan baik. Sistem drainase dibedakan
atas :
Drainase berfungsi untuk mengalirkan air secepatnya dari daerah sekitar jalan,
baik air permukaan ataupun air pada bawah permukaan (air tanah) agar tidak
Air hujan yang masuk ke dalam badan jalan akan mengakibatkan ikatan-ikatan
perkerasan menjadi lemah dan akibatnya penggenangan pada badan jalan sehingga
dapat membawa bermacam-macam akibat pada jalan raya yang diantaranya yaitu :
1) Akibat tidak lancarnya saluran pembangunan sehingga air hujan mengalir ke
3) Aspal yang selalu basah dan selalu dingin akan menjadi keras dan dapat
perkerasan jalan akan mengalami perubahan. Salah satu kenyataan turunnya tanah dasar
adalah kerusakan total perkerasan jalan raya, di mana semua yang ada di atasnya akan
ikut sehingga terjadi perubahan bentuk pada konstruksi perusakan jalan yang
bersangkutan. Air serapan permukaan jalan dari selokan tersumbat dari air tanah ataupun
air sekitarnya dan penyebab utamanya ialah air yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
Seperti yang kita ketahui bahwa muatan yang bekerja pada kontruksi
perkerasan jalan adalah beban dari setiap kendaraan yang lewat dimana roda-roda dari
dari ini maka pada permukaan perkerasan akan timbul gaya-gaya sebagai berikut:
Yaitu gaya yang ditimbulkan oleh berat muatan kendaraan yang disalurkan
besarnya berat muatan kendaraan daripada daya dukung lapisan perkerasan jalan,
Yaitu gaya yang timbul akaibat pengereman atau gesekan anatara roda
kendaraan dengan lapisan permukaan jalan. Akibat gesekan ini sehingga lapisan
permukaan jalan menjadi aus, sehinga kalua air hujan jatuh diatasnya meresap
lapisan permukan jalan dan lapisan pondasi atas akibat pukulan dari kendaraan roda-
Karna sifat penyebaran gaya makin kebawah makin berkurang juga, sehingga
1) Lapisan Permukaan
Lapisan permukaan menerima gaya vertical, gaya horizontal dan gaya getaran
secara penuh sehingga lapisan ini mempunyai persyaratan yang lebih berat
hampir penuh, sedang pengaruh gaya horizontal sudah mulai berkurang sehingga
dengan lapisan pondasi atas tetapi reaksinya lebih kecil, dengan demikian
Pengikisan air yang terjadi baik pada permukaan jalan maupun pada bahu jalan
agak besar, khususnya pada jalan yang belum beraspal merupakan tempat dapat
terjadinya erosi pada permukaan jalan, pada daerah tersebut air hujan dengan mudah
menggeruslapisan permukaan sehingga terjadi erosi. Dan dapat juga disebabkan oleh
Erosi pada bahu merupakan penyebab tidak berfungsinya selokan atau drainase
sebagaimana mestinya. Pada bahu jalan yang tidak berumput sehingga dengan mudah
diresapi oleh air dan bahu jalan menjadi lemah dan gampang terjadi erosi akibat
sokongan bahu dari damping terhadap lapisan perkerasan menjadi berkurang menjadi
pemicu terjadinya erosi pada bahu jalan. Hal ini menyebabkan kerusakan jalan yakni
a) Bagian perkerasan akan diperbaiki diberi tanda berbentuk empat persegi panjang
kurang lebih 30 cm diluar daerah yang rusak. Arah empat persegi panjang sesuai
b) Untuk memperoleh daya dukung yang cukup kuat maka lapisan perkerasan
c) Apabila penyebab kerusakan air, maka dasar galian harus dibuat miring
e) Agar memperoleh hasil yang baik, maka lubang ditimbun dengan campuran
f) Lubang tersebut disempurnakan dengan aspal beton untuk lapisan permukaan, setelah
terlebih dahulu permukaan base di prime coat, pemadatan dilakukan dengan vibrator.
g) Papan lurus dapat digunakan untuk memeriksa kerataan dari akhir perkerasan.
b) Celah diisi dengan aspal cair dengan pasir halus, dengan menggunakan alat khusus
c) Pengisian celah tidak sampai penuh agar bagian atas masih tersisa rongga
d) Setelah campuran didalam sudah meresap,sia-sia rongga diisi aspal cair dengan
e) Permukaan celah yang telah diisi dengan aspal, segera ditaburi dengan pasir kering
3. Perbaikan dengan pengisian disusul dengan Buras atau Burtu atau Latasir
c) Permukaan diratakan dengan alat perata dan karet (alat pel karet)
d) Selanjutnya dilapais dengan buras atau dengan burtu atau dengan latasir
perkerjaan dan penilaian dari kondisi perkerasan yang ada dengan tutjuan untuk
mengidentifikasi keadaan dari lapisan perkerasan jalan tersebut. Pavement Condition Indeks
(PCI) adalah perkiraan kondisi jalan dengan system rating untuk menyatakan kondisi
perkerasan yang sesungguhnya dengan data yang dapat dipercaya dan obyektif. Metode PCI
dikembangkan di Amerika U.S Army Corp of Engineers untuk perkerasan bandara, jalan raya
dan area parkir, karena dengan metode ini diperoleh data dan perkiraan kondisi yang akurat
Kondisi perkerasan seperti diatas tersebut digunakan untuk semua jenis kerusakan.
Kerusakan jalan dapat dibagi menjadi 19 macam kerusakan dan dalam setiap macam
Setelah melakukan survei, data yang diperoleh kemudian dihitung luas dan presentase
kerusakannya sesuai dengan tingkat dan jenis kerusakannya. Langkah berikutnya adalah
jalan, berikut ini rumus yang akan disajikan untuk cara penentuan nilai PCI :
peroleh dengan cara membagi luas kerusakan dengan luas sampel unit.
Atau
Dimana :
grafik sesuai dengan tingkat kerusakannya untuk mencari nilai deduct value.
Total Deduct Value yang diperoleh pada suatu segmen jalan yang ditinjau dijumlah
4. Mencari Nilai q
Syarat untuk menentukan nilai q ditentukan oleh jumlah nilai deduct value individual
yang lebih besar dari 5 pada setiap segmen ruas jalan yang diteliti.
Nilai CDV dapat dicari setelah nilai q diketahui dengan cara menjumlah nilai deduct
value selanjutnya mengeplotkan jumlah deduct value tadi pada gambar grafik CDV
yang dapat dilihat pada Gambar 22. pada halaman berikutya sesuai dengan nilai q yang
diperoleh.
Gambar 22. Grafik CDV
Setelah nilai CDV diketahui maka dapat ditentukan nilai PCI dengan menggunakan
Setelah nilai PCI diketahui, selanjutnya dapat ditentukan rating dari sampel unit yang
ditinjau dengan mengeplotkan grafik. Sedangkan untuk menghitung nilai PCI secara
keseluruhan dalam satu ruas jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
Kelebihan Kekurangan
Akurat Survei membutuhkan waktu yang lama
G. Penelitian Sejenis
Limantara dkk. (2017) melakukan penelitian tentang sistem pakar pemilihan model
perbaikan perkerasan lentur berdasarkan indek kondisi perkerasan Pavement Condition Index
(PCI). Perbaikan perkerasan lentur yang di terapkan di Indonesia memasuki tahapan kritis
terutama pada jalan raya, dimana perbaikan hanya dilakukan dengan model “kearifan lokal”
tanpa mempertimbangkan model perbaikan berdasarkan tipe kerusakan yang terjadi. Pada
perkerasan lentur tipe kerusakan yang terjadi dapat dibagi menjadi tiga kategori
kerusakannya yaitu keretakan yang dibagi lagi menjadi enam jenis keretakan, garis dan
lubang serta cacat permukaan dengan lima jenis cacat permukaan dan mempunyai model
perbaikan berdasarkan skala Pavement Condition Index (CPI) yang dapat dibagi menjadi tiga
suatu sistem pakar yang akan menghasilkan keputusan pemilihan model perbaikan
berdasarkan tipe kerusakan yang terjadi, sehingga diharapkan dengan adanya sistem pakar ini
pengambilan keputusan perbaikan dapat dilakukan dengan cepat serta akurat dan tepat
sasaran.
Udiana dkk. (2014) melakukan penelitian tentang analisa faktor penyebab kerusakan
jalan (studi kasus ruas jalan W. J. Lalamentik dan ruas jalan Gor Flobamora). jalan
merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan
hubungan ekonomi dan kegiatan sosial lainnya. Namun jika terjadi kerusakan jalan akan
berakibat bukan hanya terhalangnya kegiatan ekonomi dan sosial lainnya namun dapat terjadi
kecelakaan bagi pemakai jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis
kerusakan jalan, faktor penyebabnya serta solusi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi.
Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan data primer berupa hasil survey
kerusakan jalan pada ruas jalan W. J. Lalamentik dan ruas jalan Gor Flobamora. Hasil survei
jenis kerusakan jalan pada ruas jalan W. J. Lalamentik dan ruas jalan Gor Flobamora adalah
retak memanjang, retak melintang, retak kulit buaya, retak pinggir, retak berkelok-kelok,
dan sungkur. Faktor-faktor penyebab kerusakan secara umum adalah peningkatan beban
volume lalu lintas, sistem drainase yang tidak baik, sifat material konstruksi perkerasan yang
kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak stabil, perencanaan lapis perkerasan yang sangat
tipis, proses pelaksanaan pekerjaan yang kurang sesuai dengan spesifikasi. 8 Tindakan
Pandey (2013) melakukan tentang kerusakan jalan daerah akibat beban overloading.
kegiatan terutama kegiatan ekonomi. Kondisi permukaan jalan harus tetap terpelihara dengan
baik untuk memberikan pelayanan yang baik untuk pengguna jalan. Namun kerusakan jalan
merupakan hal yang tidak dapat dielakkan dengan berbagai alas an. Ketidak patuhan
pengguna jalan terhadap regulasi penyelenggaraan jalan yang telah ditetapkan pemerintah
Sebagai acuan dalam penelitian, maka disusun kerangka fikir sebagai berikut :
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui cara penanganan kerusakan jalan poros
Bantimurung Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer dan data sekunder yang
dengan tingkat kerusakan dengan cara mengukur panjang, lebar dan kedalam pada tiap-tiap
jenis kerusakan.
Sehingga didapatkan nilai PCI yang merupakan acuan dalam penilaian kondisi perkerasan
jalan.Kadar kerusakan (Density) adalah presentase luasan dari suatu jenis kerusakan terhadap
luasan suatu unit segmen yang diukur dalam meter persegi atau meter panjang.
1. Studi Pustaka, Membaca literatur atau buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian
yang dipilih dan dipilah isinya untuk dijadikan sebagai bahan tinjauan untuk memperoleh
2. Studi Literlatur, yakni dengan membaca dan mengutip buku-buku yang berkaitan dengan
3. Data hasil penelitian langsung di lapangan dan beberapa instansi yang terkait sebagai
4. Masukan-masukan yang diperoleh dari Bapak/Ibu dosen pembimbing serta sesama pihak
Mulai
Studi Pustaka
Survey Lokasi
Pengumpulan Data
Data Primer :
1. Survei Jalan Data Sekunder :
2. Data Kerusakan Jalan 1.Data geometric Jalan
metode (PCI))
3. 3.T
Analisis Data
Selesai
Gambar 23. Bagan Alir Penelitiaan
C. Lokasi Penelitian
A A