Anda di halaman 1dari 107

MATERI KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

MODUL 1 KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR JALAN

LOGO UM

SUGIYANTO

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KEMENTERIAN RISTEK, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
2023

1
Mingu Pertama
MODUL I : Perkerasan Lentur ( Fleksibel Pavement) Jalan

I.Pendahuluan
Modul ini berisi tentang ilmu konstruksi konstruksi perkerasan jalan lentur yang
disusun untukmembantupeserta didikdalammempelajari dan mengenal bahan lapisan
perkerasan khususnya untuk untuk menunjang transportasi dn pertumbuhan ekonomi
suatu daerah. Keberhasilan pembangunan infrastruktur salah satunya adalah ketersedian
prasarana jalan yang aman dan nyaman.Modulini merupakansalah satu dari 6
rangkaianPengembangan Modul Hybrid Learning PPGuntukPaketkonstruksi jalan dan
jembatan.
Modul 1 terdiri dari 4 kegiatan pembelajaran yangdisusunsecararuntutmengikuti
strukturkompetensi dasar.Pembahasan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam buku
ini,terdiridari: Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan, Sub Capaian Pembelajaran Mata
Kegiatan, Pokok-Pokok Materi, Urainan Materi, Rangkuman, Tugas dan Tes Formatif.
Hal inidiharapkan dapatmemupukkeingintahuan peserta didik tentang topik yang akan
dibahas, berpikir kritis.Dengan model
pengorganisasiansepertiini,diharapkanpesertadidikmendapatkankemudahan
untukmelatihkompetensinyaterkaitdenganmatapelajarankonstruksi perkerasan lentur
jalan

Modul ini disusun memiliki relevansi di kurikulum PPG. Sedangkan secara


eksternal modul konstruksi perkerasan lentur jalan ini memiliki relevansi dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang transportasiuntukPaketkonstruksi jalan
dan jembatan.

Petunjuk Belajar :
1. Bacalah dan pahami buku tekni ini secara berurutan
2. Pelajari materi buku teksini untuk setiap kegiatan Pembelajaran, dari deskripsi
sampai refleksi.Untuk pemahamam materi bias kerja kelompok dan dikonsultasikan
dengan pembimbing.apabila ada materi yangbelum bisad ipahami,anda bias
menanyakan kepada pembimbing.
3. Laksanakan semua tugas-tugas yang ada dalam buku teksiniagar kompetensi meningkat
dan berkembang.
4. Untuk meningkatkan kompetensi keterampilan, kerjakan tugas dan test formatif.
5. kompetensi jawablah tes fomatif
6. Bersamadenganpembimbing dantemansejawat,lakukanpenilaian kompetensi anda.

II. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mampu mengaplikasikan pembelajaran terkini terkait peranan konstruksi jalan
lentur dalam bidang transportasi jalan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
mandiri, inovatif dan kreatif
2
III. S u b Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
a. Mengetahui dan memahami tentang pengertian jenis perkerasan lentur jalan
dan pemanfaatan alat mekanis dan bantu kerja perkerasan jalan
b. Mengerti dan memahami kerakteristikmaterial perkerasan lentur jalan
c. Mengerti dan memahami karakteristik percampuran material perkerasan
lentur
d. Mengerti memahami analisis komponen pada ketebalan perkerasan
lentur

3
Minggu Pertama
Uraian Materi I : Macam, Susunan Lapis Perkerasan Jalan dan Peralatan
Kerja

Jalan merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan dalam sarana perhubungan. Saat ini
kemajuan dan perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat para teknisi jalan berlomba-
lomba untuk dapat menciptakan jenis dan bentuk jalan yang bermacam-macam. Perkembangan
teknologi bahan yang sangat pesat juga berdampak pada berkembangnya teknik perkerasan jalan
dan berdampak pada kemampuan menahan beban kepadatan lalu lintas yang berkepanjangan di
setiap jalan daerah. Kepadatan yang mengakibatkan kemacetan pada setiap jalan mengakibatkan
para pengguna jalan tidak merasa aman dan nyaman. Oleh karena itu, para teknisi jalan diminta
untuk mendesain jalan yang memiliki teknis, aman, nyaman, dalam artian jalan yang memenuhi
persyaratan perencanaan jalan.
Persyaratan perencanaan jalan mempelajari mengenai bagaimana bahan alan bisa bertahan
lama, dan bagaimana cara pelaksanaan jalan dan bagaimana perencanaan jalandianalisis agar
bisa bertahan lama dengan mengunakan parameter yang tepat dan sesuai dalam perhitungan
komponen dan ukuran umur rencana pakai jalan setelah dilaksanakan. Dengan perhitungan
seperti ini diharapkan untuk perkerasan jalan bisa bertahan yang lama.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar
dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan
selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti.Agar perkerasan jalan
yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan
pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).
Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa
menimbulkan kerusakan pada konstruksi jalan itu sendiri.Dengan demikian lapisan perkerasan
ini memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan selama masa pelayanan jalan tersebut.
Dalam perencanaannya, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
fungsi pelayanan konstruksi perkerasan tersebut, diantaranya fungsi jalan, kinerja perkerasan,
umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan, sifat dasar tanah, kondisi
lingkungan, sifat dan material tersedia di lokasi yang akan digunakan untuk perkerasan, dan
bentuk geometrik lapisan perkerasan.

1.Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan terdiri dari 3 jenis


1) Konstruksi Perkerasan Lentur (FlexiblePavement) memiliki fungsi dari masing masing
susunan lapisan
a) Memakai bahan pengikat aspal.
b) Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar.
c) Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting (lendutan pada jalur
roda).
d) Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar berupa bnetuk jalan bergelombang
(mengikuti tanah dasar).

4
Lapis Permukaan ( Surface course) Lapis
Pondasi atas ( Base Course)
Lapis Pondasi Bawah (Sub Base
Course)
Tanah Dasar
Gambar1 Susunan Komponen Perkerasan Lentur

2) Konstruksi Perkerasan Kaku (RigidPavement)


Mengunakan bahan beton sebagai lapisan permukaan, tanpa tulangan dan beton memakai
penulangan sebagai kekuatan permukaan , dilihat gambar 2

3) Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement), gabungan antara lapis


perkerasan fleksibel pada bagian permukaan atau lapisan aus dan lapisan perkerasan dari
bahan beton bersifat kaku, dilihat gambar 2

Gambar 2Tipical jenis perkerasan jalan


2. MacamKonstruksi Perkerasan Jalan
1) Jalan Tanah
Jalan tanah ialah , Jalan yang bahan pengerasannya dari tanah bergradasi diurugan
secara bertahap dan diratakan secara mekanis sehingga membentuk konstruksi jalan
sesuai dengan ukuran dan persyaratan geometric jalan, proses meratakan muka tanah
dibantu dengan air pada kondisi optimum sehingga memudakan dalam pemadatan
s,proses pembuatan profil damaja jalan bisa dilakukan melalui pengalian atau
timbunan.kelengkapan draninase dan kemiringan permukaan jalan arah melintang
dapat dibuat 3 – 5 %

5
Gambar 3 konstruksi jalan dengan penimbunan material tanah bergradasi
Kondisi Jalan tanah lekas rusak jika saat waktu hujan dan jumlah air berlebihan
mengakibatkan lembek dan /licin. Langkah penangulangan dengan menambahkan
melapisinya dengan pasir kasar. Pada daerah pertambangan minyak badan jalan (jalan
tanah) disiram dengan minyak mentah agar air tidak mengikat terlalu banyak pada
gradasi tanah
Contoh : Di daerah CALTEX (RIAU)

Gambar 4 pembuatan damaja jalan dengan proses pengalian.


2). Jalan Kerikil
Permukaan jalan pada lapisan atas dipasangkan kerikil yang dipadatkan denga
mekanis dan ditambahkan gradasi pasir untuk mengisi rongga atara kerikil agar tidak
mudah bergeser kesamping, metode tumpang tindih dengan pengisi pasir sebagai
mebnetuk kekompakan nmaterial. Pada bagian tepi berbatasan dengan beren atau
bahau jalan dipasangkan batu ukuran 20/15 cm untuk menopang pergeseran lapisan
kerikil kesamping, pada bagian tengah juga dipasangkan lapis sejajar lajur jalan arah
memanjang dipasangkan pengunci batu agar kerikil tidak mudah bergeser kesamping

Gambar 5 bagian pemasangan lapisan atas jalan mengunakan kerikil dalam2 lapis atau 3 lapis
mengunakan sistim tumpang tindihan

3). Jalan Batu Pecah


Permukanan jalan bagian atas di pasangkan lapisan bersusun dari batu kerikil, batu
pecah 5/7, dilapisi kliciran aspal dan bagian atas ditebarkan batu 1/1 dan lapisan pasir
kasar, metode pelaksanan sisitem tumpang tindih dengan bantuan pengikat aspal cair
utnuk mengisi permukaan rongga material lapisan atas. Bagian tepi berbatas berm
dipasangkan batu onderlag pengunci tepi perkerasan terluar dengan batu 20/15 cn

6
Gambar 6 Susunan bagian pasangan lapisan perkerasan system tumpang tindih dari batu
pecah

4). Jalan Sistem Telford


Lapisan perkerasan yang disusun dari lapisan bagian bawah pasir urug tebal 10 cm,
lapisan batu onderlag 20/15 cm, dilapisi batu pengunci 5/7 cm dan dipadatkan secara
mekanis dalam 8 kali ( bolak balik) mulai dari tepi jalan ke tengah diikat dengan
lapisan aspal kliciran pada permukaan dan ditutup pasir kasar diameter 1/1 em s/d 1
mm. bahan ahan dasar untuk lapisan cengkam bagian tepi yang dipakai ialah batu kali
( semirip bulat).

Gambar 7 susunan lapisan perkerasan jalan sismtim desakan dimana beban akan
ditranformasi ke pasangan batu antar batu dengan system desakan

5). Jalan Sistem Mac Adam


System lapisan perkerasan yang di desai oleh John London Mc. Adam pada (1756-
1836) memperkenalkan konstruksi perkerasan dengan prinsip “tumpang-tindih” dengan
mempergunakan batu-batu pecah yang dipasangkan bersusun dengan dengan ukuran
batu terbesar terbesar 3".batu besar terletak pada bagian bawah , lapis bagian atasnya
digunakan batu dengan susunan lebih kecil. Bagian tepi jalan berbatasan dengan berm
dipasangkan pasangan batu atau konstruksi massif dari pasangan batu untuk mencegah
terjadinya pergeseran lapisan kesamping.

Gambar 8 susunan lapisan perkerasan dengan system Mac Adam, atau dikenal system
tumpang tindih.
Pada erah sampai tahun 1980 pada jala didaerah sampai sekarang kedua system tersebut
masih lazim dipergunakan di daerah-daerah di Indonesia dengan menggabungkannya
menjadi system Telford – Mc Adam, susunan perkerasan untuk bagian bawah dengan
system Telford kemudian untuk lapisan perkerasan atas perkerasan atas dengan system
Mc Adam.

7
Gambar 9Bagian susunan lapisan perkerasan jalan

6) Jalan Sistem Penetrasi


Konstruksi jalan system penetrasi salah satu pengembangan susunan dari system
gambungan Telfor adam. Pada susunan lapisan bagian atas sebagai lapisan aus tersusun
dari lapisan penetrasi material dengan pengikat aspal cair yang diklicir disemportkan
pada setiap permukaan material.Susunan lapisan 2 lapis dengan batu pecah 3/5. 2/3.
Dan lapisan atas pasir kasar. Proses penghamparan tiap lapisan dipadatkan mengunakan
mekanis dan dilapisi aspal cair dan dihambarkan batu lapisan atas dan dipadatkan
kembali hingga lepisan paling atas

Gambar 10 susunan lapisan perkerasan system gabungan telford dan Mac adam dan
penetrasi.

7) Jalan Butas
Lapisan perkerasan jalan mengunakan system gabungan bagai bawah dengan telford
dan bagian atas mengunakan aspal alam dari penambangan alam di buton daerak
Lawelle disebut Buton aspal (Butas). Susunan bagian antara lapisan batu pecah 5/7 di
lapisi aspal cair minyak kemudian bagian lapisan aus digunakan aspal beton ukuran 3
s/d 5 em dihambarkan pada lapisandan dipadatkan dengan cara mekanis.

Gambar 11 tipycal susunan lapisan perkerasan lapis aus BUTON ASPAL

8). Jalan Aspal Beton (Laston)


Lapisan perkerasan dengan bahan aspal beton terdiri dari 2 jenis, lapisan antara
disebut binder dan lapisan permukaan atas disebut lapisan aus, proses dan
pemakaian material berbeda dari komposisi ukuran gradasi dari agragat kasar dan
agregat halus dan jumlah pemakaian aspal dalam stuan KAO. Lapisan atas disebut
dengan lapisan aus memiliki kemampuan stabilitas, kekelehan dan elastisitas, void
in material dan VFA. Oleh sebab itu setiap lapisan aspal beton harus diuji
mengunakan MARSHAL

8
Gambar 12 Tipycal susunan konstruksi perkerasan mengunakan aspal beton ( atau
Aaphal Concet – Wearing Course (WC) atau Binder. course(BC)

Pekerjaan konstruksi jalan memiliki susunan tahapan pekerjaan dimulai dari lahan , badan
jalan, subase –course, base course, dan lapisan aus ( wearing course, istilah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Embankment (badan jalan). Atau disebut pelaksanaan pembuatan badan jalan dari
tanah berdasarkan nilai kelandaian jalan dan kosntuksi penimbunan tanah atau urugan
tanah
2)Sub-base course lapisan bagian bawah dengan material urugan tanah bergradasi sesuai
dengan nilai CBR dan antau system telfor dan mac adam ketinggian lapisan ditentukan
berdasarkan LHR dan kekuatan lapisan material.
3)Base courselapisan bagian atas antara lapisan subase dan lapisan aus. Memiliki nilai
CBR didasarkan dari jenis material dipasangkan dalam bentuk lapisan tanah atau
lapisan batuan
4)Lapisan waring course dapat dilakukan sesuai rancangan jenis lapisan atas, rancangan
lapisan aus terdiri dari a) Butas ( aspal buton), b). Aspal beton (Asphalt-concrete)
5).lapisan T.B.S.T (Triple Bituminous Surface Treatment) lapisan yang dihamparkan
pada permukaan lapisan atas melalui 3 tahapan susunan jenis lapisan

Susunan konstruksi perkerasan jalan lentur jenis TBST dengan tiga lapisan dalam
susunan perkerasan

9
Sebagai bahan diskusi, lihat gambar countour tanah rencana jalan dan potongan melintang jalan
untuk dilakukan proses mengamati dan mengambar dengan memperhatikan susunan lapisan pada
material, mengunakan susunan TELFORD dan MACADAM buat skala Tinggi 1: 20 skala
Horisontal 1: 5

3. FungsiLapis Perkerasan Jalan


Lapis susunan bahan perkerasan harus mempunyai daya dukung dan keawetan yang
memadai, tetapi tetap ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis.Lapis
paling atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik
mutunya.Di bawahnya terdapat lapis antara, pondasi base dan sub base, yang diletakkan di
atas tanah dasar yang telah dipadatkan (D.kerb.1971).
1). Lapis Permukaan (LP) atau Surface Course
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.
2).Struktural :
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan, baik
beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk persyaratan lapisan
memiliki kuat, kokoh, dan stabil.
3) Non Struktural, dalam hal ini mencakup :
a. Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan yang ada di
bawahnya.
b. Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan
memperoleh kenyamanan yang cukup.
c. Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid
resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya keamanan lalu lintas.
d. Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi
dengan yang baru.

Lapis permukaan aus masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi, yaitu:
1). Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis aus (wearing course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak di
atas lapis antara (binder course). Fungsi dari lapis aus menurut ( kerb, 1979) :
a)Mengamankan perkerasan dari pengaruh air. b)Menyediakan permukaan yang rata
dan tidak licin/ halus. c) Menyediakan permukaan aus yang kesat memiliki daya
cengkram dari material pembeban. Lapisan permukaan adalah lapisan yang
bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.Lapisan permukaan ini berfungsi
sebagai : 1)Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.2)Lapisan
yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan.3)Lapisan yang mencegah air
hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan
lapisan tersebut.4)Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan pondasi bawah (base),
sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.Lapisan aus juga dipasang suatu lapis
penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan aus.Tebal nominal
minimum campuran beraspal pada table 3 dibawah ini.

10
Tabel 3 Tebal Nominal Minimum campuran Beraspal

Sumber SNI 03, 2417,1996, 1983.

2) Lapis Antara (Binder Course)


Lapisantara (binder course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di antara lapis pondasi atas (basecourse) dengan lapis aus (Wearingcourse). Fungsi
dari lapis aus antara lain: a)Mengurangi tegangantekanan akibat reaksi beban
kendaraan.b)Menahan beban akibat beban lalu lintas sehingga harus mempunyai kekuatan
yang cukup .c)mutu material baik.d) lapisan perata sebelum lapis aus dihambarkan.

3) Lapis Pondasi Atas (LPA) atau (Base Course)


Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan
lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah.
Fungsi lapis ini adalah : a)Lapis pendukung bagi lapis permukaan.b)Pemikul beban horizontal
dan vertikal.c) Meneruskan distribusi beba ke lapis perkerasan bagi pondasi bawah.sebagai
bahan pendalaman jenis pengujian yang dilakukan dengan dasar metode AASHTO, ASTM,
dan SNI yang berlaku, meliputi analisa pembagian butiran, Atterberg Limit, Modified Proctor,
dan CBR Lab. Test. Hasil pengujian agregat kelas A dapat dilihat pada tabel 4.
Berikut contoh pengujian agregat kelas A (hasil Job Mix Desain), diketahui bahwa agregat
kelas A termasuk tanah non plastis dengan perbandingan batu pecah yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Ukuran: 20 – 50 mm: 15% x berat
10 – 20 mm : 30% x berat
5 – 10 mm : 15% x berat
Abu batu < 5 mm : 40% x berat

Komposisi butiran agregat kelas A dapat dilihat pada tabel 5 yang terdiri dari 15% batu pecah
ukuran 20-50 mm, 30% batu pecah ukuran 10-20 mm, 15% batu pecah ukuran 5-10 mm, 34%
abu batu < 5mm, dan 6,0% butiran halus. Agregat kelas A ini mempunyai nilai CBR
laboratorium sebesar 92,41% untuk penetrasi 0,1” dan 93.14% untuk penetrasi 0,2”.
Tabel 5 Contoh Pengujian Agregat Kelas A (Hasil Job Mix Design)
No. Jenis Pengujian Satuan Spesifikasi Hasil Uji (Job

11
Agregat Mix) Agregat
Kelas A Kelas A

1. Analisa Pembagian Butir:

ASTM D422-90; SNI 03-1968-


1990; AASHTO T87-90

# Saringan (mm)

2” 50.0
% 100.00 100.0
1.5” 37.5
% 100.00 100.0
1” 25.40
% 79 – 85 83.21
3/8” 9.5
% 44 – 58 55.26
No. 4 4.75
% 29 – 44 38.51
No. 10 2.00
% 17 – 30 25.18
No. 40 0.425
% 7 – 17 13.24
No. 200 0.075
% 2–8 5.24

2. Atterberg Limit:

ASTM D423-90, D424-90;


AASHTO T89-90, AASHTO
T90-97; SNI 03-1966, 1967-1990

- Liquid Limit (LL) % 0 – 35 Non Plastis

- Plastis Limit (PL) % - Non Plastis

- Index Plastis (IP) % 0 – 10 Non Plastis

3. Modified Proctor

ASTM D1557-90; SNI 03-1743-


1989

- Spesifik Gravity (Gs)


2.802
- Kadar Air Optimum (OMC)
% 9.50
- Berat/Volume Kering Max
gr/cm3 2.095
(γ max)

4. CBR LAB. TEST

ASTM D 1883-90; SNI 03-1744-


1989; AASHTO T193-81

12
- Nilai CBR: 0,1”

0.2” % Min. 90% 92.41

% Min. 90% 93.14

5. LOS ANGELES ABRASION:

AASHTO T196-90; ASTM


C535-90; SNI 03-2417-1991
% 0 – 40% 24.12
- Nilai Keausan Material

6. Gumpalan Lempung (Clay Lump)

AASHTO T112-90; SK SNI


M.01-1994-03

- Nilai Gumpalan Lempung


% 0 – 5% 0.441
(Clay Lump)

Sumber: Laporan Hasil Pengujian Agregat Kelas A


Tabel 6 Komposisi Butiran Agregat Kelas A

BUTIRAN
BATU PECAH ABU BATU (< 5 mm)
HALUS

Ukuran
20-50 10-20 5-10 kasar medium halus lanau lempung
(mm)

Persentas
15.0 30.0 15.0 34.0 6.0
e (%)

Sumber: Laporan Hasil Pengujian Agregat Kelas A


Dari contoh pengujian agregat kelas A (hasil job mix design), dapat disimpulan bahwa material
tersebut dapat digunakan dan memenuhi syarat sebagai agregat kelas A.
4) Lapis Pondasi Bawah (LPB) atau (Subbase-Course)
Lapis Pondasi Bawah (sub Base) adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapisan iniantara lain, adalah :
a) Penyebar beban roda kedalam luasan tanah dasar,
b) Lapis peresapan dan penghantaran air agar air tidak berkumpul di lapisan pondasi
bawah.
c) Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi atas ( base). Lapis
pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya
daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
d) Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

13
Lapis bagian bawah pada pembuatan susunan perkerasan.Sebagai bahan pendalaman hasil
pengujian agregat kelas B (hasil Job Mix Desain), diketahui bahwa agregat kelas B termasuk
tanah non-plastis dengan perbandingan batu pecah yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ukuran: 20 – 50 mm : 20% x berat
10 – 20 mm : 20% x berat
5 – 10 mm : 16% x berat
Abu batu < 5 mm : 44% x berat
Komposisi butiran agregat kelas B terdiri dari 20% batu pecah ukuran 20-50 mm, 20% batu
pecah ukuran 10-20 mm, 16% batu pecah ukuran 5-10 mm, 37% abu batu < 5mm, dan 7,0%
butiran halus. Agregat kelas B ini mempunyai nilai CBR laboratorium sebesar 73,37% untuk
penetrasi 0,1” dan 76,54% untuk penetrasi 0,2”.hasil contoh pada tabel 7
Tabel 7 contoh Hasil Pengujian Agregat Kelas B (Hasil Job Mix Design)

Spesifikasi Hasil Uji (Job Mix)


No. Jenis Pengujian Satuan Agregat Agregat Kelas B dari
Kelas B Mojosari
1. Analisa Pembagian Butir:

ASTM D422-90; SNI 03-1968-1990;


AASHTO T87-90

# Saringan (mm)

2” 50.0
% 100.00 100.0
1.5” 37.5
% 88 – 95 92.90
1” 25.40
% 70 – 85 80.70
3/8” 9.5
% 30 – 65 58.55
No. 4 4.75
% 25 – 55 44.27
No. 10 2.00
% 15 – 40 32.34
No. 40 0.425
% 8 – 40 12.94
No. 200 0.075
2–8 5.81

2. Atterberg Limit:

ASTM D423-90, D424-90; AASHTO T89-90,


AASHTO T90-97; SNI 03-1966, 1967-1990
% 0 – 35 Non Plastis
- Liquid Limit (LL)
% - Non Plastis
- Plastis Limit (PL)
0 – 10 Non Plastis
- Index Plastis (IP) %

3. Modified Proctor

ASTM D1557-90; SNI 03-1743-1989

14
- Spesifik Gravity (Gs) 2.802

- Kadar Air Optimum (OMC) % 9.00

- Berat/Volume Kering Max (γ max) gr/cm3 2.060

4. CBR LAB. TEST

ASTM D 1883-90; SNI 03-1744-1989;


AASHTO T193-81
% Min. 60% 73.32
- Nilai CBR: 0,1”
% Min. 60% 76.54
0.2”

5. LOS ANGELES ABRASION:

AASHTO T196-90; ASTM C535-90; SNI 03-


2417-1991
% 0 – 40% 24.12
- Nilai Keausan Material

6. Gumpalan Lempung (Clay Lump)

AASHTO T112-90; SK SNI M.01-1994-03

- Nilai Gumpalan Lempung % 0 – 5% 0.441

(Clay Lump)

Sumber: Laporan Hasil Pengujian Agregat Kelas B


Tabel 8 Komposisi Butiran Agregat Kelas B

BUTIRAN
BATU PECAH ABU BATU (< 5 mm)
HALUS
Ukuran
20-50 10-20 5-10 kasar Medium halus lanau Lempung
(mm)

Persentase
20.0 20.0 16.0 37.0 7.0
(%)

Sumber: Laporan Hasil Pengujian Agregat Kelas B


Dari hasil pengujian agregat kelas B (hasil job mix design), dapat disimpulan bahwa material
tersebut dapat digunakan dan memenuhi syarat sebagai agregat kelas B.

5) Tanah Dasar (Sub Grade)

Tanah dasar (subgrade) adalah permukaan tanah yang sudah di kondisi dalam pelaksanaan
sebagai konstruksi badan jalan , permukaan tanah sebagai badan jalan dilakukan melalui
penggalian tanah atau penimbunan tanah pada permukaan tanah yang melalui proses
penghamparan dan dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar untuk perletakan
bagian-bagian susunan perkerasandan konstruksi yang lain.

15
Dari pengujian tersebut diperoleh data-data dari ketiga jenis sampel selected material
tersebut, yang nantinya dari data-data tersebut dapat disimpulkan apakah material yang
didatangkan tersebut memenuhi syarat sebagai timbunan pilihan (selected material).
Hasil job mix formula, diketahui bahwa ketiga jenis sampel selected material yang diuji di
laboratorium merupakan jenis lime stone (tanah kapur) yang memiliki kriteria yang berbeda pada
masing-masing sampel, baik dari segi warna maupun komposisi butiran. Sampel A merupakan
tanah kapur (lime stone) berwarna coklat terang, sedang sampel B merupakan tanah kapur (lime
stone)berwarna putih, dan untuk sampel C juga merupakan jenis tanah kapur (lime stone)
berwarna putih kecoklatan.Ketiga sampel ini merupakan jenis tanah non-plastis.

Contoh hasil pengujian di laboratorium, dapat disimpulkan bahwa material yang didatangkan
dari quarry Desa Rengel, Kabupaten Tuban tersebut dapat digunakan sebagai dan memenuhi
syarat sebagai selected material. Hasil pengujian selected material dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 9Hasil Pengujian Timbunan material Pilihan (Selected Material)
SAMPEL SAMPEL
No. Jenis Pengujian Satuan SAMPEL C
A B

1 Analisa Pembagian Butir:

ASTM D422-90; SNI 03-1968-1990

- Kerikil (5 – 50 mm) % 68.00 54.00 58.00

- Pasir (< 5 mm) % 24.00 36.00 26.00

- Butiran Halus % 8.00 10.00 16.00

2 Atterberg Limit

ASTM D423-90, D424-90; SNI 03-


1966, 1967-1990
% Non Plastis Non Plastis Non Plastis
- Liquid Limit (LL)
% Non Plastis Non Plastis Non Plastis
- Plastis Limit (PL)
% Non Plastis Non Plastis Non Plastis
- Index Plastis (IP)

3 Modified Proctor

ASTM D 1557-90; SNI 03-1743-1989

- Spesifik Gravity (Gs) 2.663 2.672 2.681

- Kadar Air Optimum (OMC) % 11.80 13.40 12.50

- Berat/Volume Kering Max (γ dmax) gr/cm3 1.980 1.853 1.889

4 CBR LAB. TEST

16
ASTM D 1883-90; SNI 03-1744-1989

- Nilai CBR: 0,1” % 26.56 29.33 28.22

0,2” % 30.80 30.99 30.62

Sumber: Job Mix Formula Selected Material RKS


4. Peralatan Bantu Kerja Mekanis dan Manual
Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan mengunakan lapisanmaterial dari urugan dan
timbunan , serta lapisan permukaan mengunakan aspal beton(asphalt-concrete0, maka sebagai
pelaksana perlu diperhatikan hall penting untuk diketahui tentang kegunaan peralatan
pelaksanaan konstruksi dilakukan. Beberapa kesiapan melalui kelayakan dan keakuratan
spesifikasi peralatan dapat menunjang hasil mutu pekerjaan yang sesuai dalam standart kualitas
tekni yang diatur dalam kontrak kerja, berikut contoh cek list pada setiap jenis peralatan kerja
1). Motor Grader
1. Apakah motor grader sesuai dengan spec?
2. Apakah pinggiran alat pemotong lurus dan tajam?
3. Apakah semua sumbangan dan pembantu-pembantu dari system penahan dalam keadaan
yang tidak menentu bebas dari penggunaan yang berlebihan?
4. Apakah semua alat pengontrol bekerja cepat dan teliti apabila digunakan dan tetap pada
tempatnya apabila dipasang?
5. Apakah alat pengontrol otomatis telah dibetulkan secara baik?

2).Alat Spreading
1. Apakah jumlah spreading paver yang dibutuhkan sudah ada pada tempat pekerjaan?
2. Apakah campuran mempunyai susunan yang merata?
3. Apakah secara umum keadaan yang tampak pada campuran memuaskan?
4. Apakah campuran memuaskan keadaannya/memenuhi syarat-syarat untuk
penyebaran/penghamparan?
5. Apakah temperature campuran cukup merata dan memuaskan?
6. Apakah toleransi permukaan (surface) sudah di cek dan sesuai?
7. Apakah tebal dari penghamparan sering di cek?
8. Apakah penghamparan per hari sudah di cek?

Gambar alat compressor


3) Alat Pembagi Aspal (Spreatding motor)

17
1. Apakah alat pembagi aspal dan sudah sesuai dengan spec?
2. Apakah pemanas dan pompa dalam kondisi kerja yang baik?
3. Apakah semua ukuran dan pemisah seperti tachometer dan tongkat ukur sudah
direntangkan?
4. Apakah batang penyiram dan pipa tidak longgar dan dipasang untuk penerimaan aspal
dengan baik?

4).Alat perata (finisher)


1. Apakah alat perata sesuai dengan spec?
2. Apakah peralatan vital pada mesin bekerja baik?
3. Apakah alat pemberi bilah, lubang peloncat dan sekrup pembagi dalam keadaan dan
penentuan baik?
4. Apakah alat perangkat telah disesuaikan dengan baik?
5. Apakah pengisi pneumatic benar dan menyamakan tekanan sambungan udara?
6. Apakah pemanas pembagi yang terus menerus bekerja baik?
7. Apakah batang-batang penumbuk bebas dari penggunaan yang berlebihan?
8. Apakah batang-batang penumbuk secara benar dipasang untuk memukul?
9. Apakah penumbuk secara benar dipasang sehingga ada pemisahan antara belahannya dan
hidung dari plat pembagi?
10. Apakah permukaan dari plat pembagi benar dan dalam kondisi yang baik?
11. Apakah ketebalan yang merata dan alat pengawas lingkungan dalam keadaan baik dan
disesuaikan?
12. Apakah alat penggetar pembagi dalam keadaan baik dan disesuaikan?
13. Apakah alat penggerak pembagi dalam posisi yang baik sesuai dengan penggetar
compactor?
14. Apakah pengawas pembagi otomatis dalam kedudukan yang sesuai dan apakah pemeriksa
benar/tidaknya dipasang?

18
5) Rollers
1. Apakah setiap roller sesuai dengan spec?
2. Apakah berat timbangan seluruh dari tiap roller dapat dipakai dilapangan?
3. Apakah hubungan-hubungan per inch dari lebar dari pelindung roller sesuai dengan spec?
4. Apakah perkiraan tekanan kontak rata-rata dari roller yang memakai roda karet sesuai
dengan spec?
5. Apakah setiap roller bisa berjalan, berhenti dan mundur tanpa kejutan?
6. Apakah semua roda besi lurus melintang dan bebas dari loncatan?
7. Apakah penahan roda-roda bebas dari penggunaan yang berlebihan?
8. Apakah potongan-potongan kecil dan alat pemasuh dalam keadaan baik?
9. Apakah sistem sprinkler pada tiap roller dalam keadaan kondisi bisa dikerjakan?
10. Apakah penggetar dalam kondisi baik dan dibetulkan?
11. Apakah kendurnya dalam jarum utama telah diperiksa?

Gambar Tirre Roller

5.Macam Pekerjaan Jalan,Peralatan dan Fungsi Pengunaan.

Pekerjaan konstruksi jalan diperlukan analisis pengunaan material dan peralatan yang sesuai
dengan fungsi agar mendapatkan pekerjaan yang baik dan terukur oleh karena itu diperlukan
pemahaman dalam pengunaan alat bantu kerja hingga pekerjaan asesuai dengan waktu yang telah

19
ditentukan dalam kontrak kerja.Berikut pada table 7 menjelaskan macam pekerjaan , alat yang
diperlukan dan kegunaan dalam bekerja.

Tabel 7Macam Pekerjaan, Pengunaan peralatan dan fungsi pada pekerjaan jalan
NO MACAM ALAT YANG KEGUNAAN
PEKERJAAN DIPERLUKAN
1 Penebangan pohon a. Alat kecil/gergaji kayu, a. Gergaji untuk memotong
& memberikan parang, dll pohon besar
lapangan/clearing b. Buldozer b. Mendorong tunggul-
&grubbing c. Motor Grader tunggul pohon-pohon yang
sudah
ditebang/potongannya
2 Pengupasan & a. Buldozer Untuk mengupas dan
pembuangan akar. b. Traxavator membuang kepinggir area
Top soil – stripping pengerjaan
3 Galian/cut a. Buldozer a. Menggali & mendorong
serta mengumpulkan hasil
galian
b. Pay Loader b. Memuat ke atas truk
c. Traxavator c. Memuat keatas truk (tetapi
kurang ekonomis karena
geraknya lamban). Ini
dipakai apabila kalau Pay
Loader sulit bergerak
karena lapangan becek/slip
d. Truk d. Untuk mengangkut hasil
galian ketempat yang
diperlukan/pembuangan
. Timbunan / fill a. Buldozer a. Meratakan
(embankment) b. Mac Adam Roller/ Tandem b. Pemadatan
Roller/ Sheepsfoot Roller,
Tire Roller/ Vibrator Roller

5. Sub-base course a. Pay Loader Mendatangkan/mengangkut


b. Dump Truck material.
c. Motor Grader Meratakan.
d. Mac Adam Roller/ Tandem Memadatkan
Roller
e. Tire Roller
6. Base – course a. Pay Loader Mendatangkan/mengangkut
b. Dump Truck material.
c. Motor Grader Meratakan.
d. Mac Adam Roller, Tandem Memadatkan.
Roller Memadatkan/ menyiramkan
e. Tire Roller air.
f. Truk tangki air Persediaan air untuk

20
menyiram
7. Prime Coat a. Compresor, power, broom Untuk membersihkan
atau power blower permukaan base – course
b. Distributor Menyiramkan aspal (MC)

8. Asphalt-concrete a. Asphalt Mixer Plant Menghasilkan asphalt


concrete
b. Dump Truck Transport/pengangkutan
c. Finisher Menghampar asphalt
concrete
d. Tandem Roller Untuk pemadatan pertama
e. Tire Roller Untuk pemadatan kedua
f. Tandem Roller Untuk pemadatan ketiga

Catatan :
Banyaknya alat-alat yang diperlukan sangat tergantung pada situasi/keadaan. Volume
pekerjaan serta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini kita perlu
mengetahui hasil kerja (kwantities) dari masing-masing alat tersebut.
Catatan : Distributor ini ada mobil distributor (besar) ada distributor yang memerlukan alat
pembatu (Tire Roller) untuk menggerakkannya (menariknya). Catatan :
Catatan Tire roller digunakan berfungsi ganda disamping dapat memadatkan juga
menyiramkan air. Terutama apabila materialyang kita pakai bahan sirtu / granular material.
Tentu disini materialnya sudah ada di lapangan yang dikerjakan.

Pada Table 8 dapat kita lihat, alat apa yang lebih tepat digunakan untuk pemadatan
(compaction equipment).
Bahan-bahan yang dipakai / materials Alat-alat yang tepat digunakan (Type of
compaction equipment)
a. Fine grained embankment and subgrade Sheepsfoot rollers
soils Segmented steel-wheeled rollers
Pneumatic-tired rollers
Vibratory steel-wheeled rollers
b. Granular base, subbase and improved Pneumatic-tired rollers
subgrade course Vibratory compactors (both shoe and steel-
wheeled type)
Segmented steel-wheeled rollers
c. Macadam and other coarse aggregate Shoe-type vibratory compactors
base course Steel-wheeled rollers
Pneumatic-tired rollers
d. Mixed-in-place asphalt base course Pneumatic-tired rollers
Steel-wheeled rollers
Segmented wheeled rollers
Vibratory compactors (either shoe or steel-
wheeled type)

21
e. Asphalt Macadam Steel-wheeled vibratory rollers
Steel-wheeled rollers (tandem or three
wheel)
Pneumatic-tired rollers
f. Plant-mix base, leveling, or surface Breakdown rolling
course Steel-wheeled three-wheel rollers
Steel-wheeled rollers (two-axle tandem
rollers)
Intermediate rolling
Pneumatic-tired rollers (self-propelled)
Two and three-axle tandem rollers
Final rolling
Steel-wheeled rollers (two or three-axle
tandem rollers)
Sumber : Pedoman Peralatan Kerja Konstruksi Jalan RKS Proyek Jalan Propinsi Riau

6. Pelaksanaan dan Pemeliharaan Konstruksi

Proses Pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan dapat dilakukan melalui proses rekontruksi, re
surface dan overlay, pekerjaan ini dilakukan berdasarkan hasil survey kerusakan di ruas jalan
pada STA tertentu sampai pada STA dengan memperhatikan kerusakan pada susunan lapisan
, kerusakan pada struktur lapisan, kelandaian jalan dan kemiringan melintang jalan dapat
memberikan kategori dalam menentukan kebijakan, digolongkan menjadi :
1) Rekonstruksi : Melaksanakan Konstruksi yang dikehendaki adakalanya mulai dari
Embankment atau hanya dari pekerjaan sub-grade preparation .
2) Re-surface : Pekerjaan penambahan pada sub-base lebar perkerasan dan tebalnya
maupun perbaikan setempat pada bagian lapisan base.
3) Overlay : Pada umumnya kita menambah lapisan asphalt (asphalt concrete)
langsung diatas asphalt/jalan lama. dilakukan pada tempat-tempat tertentu ditemui
kekurangan lebar lapisan dari yang di perlukan ataupun ada bagian yang rusak
mengalami perbaikan

Pada proses pemeliharaan jalan dapat dilakukan dan dikelompokan menjadi sebagai berikut
6.1 Pemeliharaan rutin dilakukan secara tetap setiap tahun guna memproteksi
kerusakan pada susunan bagian jalan, kegiatan ini meliputi : pelapisan
permukaan jalan ( wearing course) akibat cuaca iklim dan gesekan beban pada
lapis atas, perbaikan bahu jalan ( shoulder) melalui kemiringan permukaan
akibat pembebanan kendaraan saat parker, perbaikan drainase dari sumbatan
kotoran agar air lancer dan tidak tergenang yang dapat merusak bagian badan
jalan.
6.2 Pemeliharaan berkala, pemeliharaan yang dilakukan pada waktu tertentu, yang
tidak mungkin di anggarkan melalui pemeliharaan rutin, pada struktur lapisan
perkerasan jalan untuk mengembalikan pada kondisi yang layak dan konstruksi

22
mantap, missal pelapisan ulang pada lapis permukaan atas, atau bagian segmen
jalan pada STA ruas jalan lokasi tertentu.
6.3 Rehabilitasi , pemeliharaan jalan pada kegiatan segmen jalan yang tidak
direncanakan, kerusakan berat, akibat bencana alam, atau tidak dapat dicaver
melalui anggaran rutin dan anggaran berkala, utnuk mengembalikan kondisi jalan
layak di gunakan lalu linatas barang dan manusia

Klasifikasi kondisi konstruksi jalan dan jenis pemeliharaan dapat dikelompokan sebagai berikut;
1. Klasifikasi Jalan disebut BAIK, jika kerusakan perkerasan jalan kurang dari 11 % ( < 11
%) dari luas yang diamati pada segmen jalan, maka jenis pemeliharaaan RUTIN
2. Klasifikasi jalan disebut kerusakan SEDANG, jika kerusakan perkerasan jalan kurang
dari diantara ( 11 % s/d 16 %) dari luas jalan (lebar kali Panjang) yang diamati pada
segmen jalan , maka jenis pemeliharaan pemeliharaan berkala ( periodic Maintanance.
3. Klasifikasi jalan disebut kerusakan RUSAK RINGAN, jika kerusakan perkerasan jalan
kurang dari diantara ( 16 % s/d 23 %) dari luas jalan (lebar kali Panjang) yang diamati
pada segmen jalan , maka jenis pemeliharaan pemeliharaan berkala ( periodic
Maintanance)
4. Klasifikasi jalan disebut kerusakan BERAT , jika kerusakan perkerasan jalan kurang dari
diantara (>23 %) dari luas jalan (lebar kali Panjang) yang diamati pada segmen jalan ,
maka jenis PEMBANGUNAN

Jenis kerusakan jalan dapat membuka modul membahas tentang kerusakan jalan, Pada gambar
dibawah ini salah satu proses penambalan lobang ( Patching) pada perkerasan jalan, dengan
tahapan proses perbaikan setempat/local pada pekerjaan lapisan permukaan atas jalan, jenis
pemeliharaan rutin antara lain penambalan lobang permukaan atas, laburan aspal pada
permukaan, sealing pada retakan, lapis permukaan jalan, bahu jalan, drainase jalan, joint pada
sambungan perkerasan kaku, sealing pada lapisan perkerasan kaku, sambungan pada perkerasan
pendekat jembatan, pelengkap pada pengaman jalan rambu, guard driil.
Operasi pemeliharaan jalan dapat dilakukan melalui pengaturan lalu lintas arus, 2 jenis
1. Pengaturan dengan menutup ruang satu ruas jalan untuk diperbaiki pemeliharaan pada
panjang ruas jalan 100 meter, denga kelengkapan rambu rambu keselamatan bagi pekerja,
melalui penurunan kecepatan, arus lalu lintas system buka tutup untuk saat berjalan
melewati area perbaikan.
2. Pengaturan penutupan total ruang jalang, dengan pembuatan jalan penghela arus darurat
sebagai jalur sementara lalu lintas, jika lahan memungkinkan, jika jalan berada pada
ketinggian dari tanah asal sekeliling , maka dilakuk penutupan sementar ruas jalan
tersebut selama perbaikan.

MODUL : JENIS KERUSAKAN PERKERASAN PADA JALAN

Kerusakan permukaan pada perkerasan atas Jalan disebabkan karena beban kendaraan melebihi
dari kekuatan material rencana, cuaca lingkungan pada daerah gunung, bukit, daerah rawa, dan
pengaruh permukaan air tanah dan genangan air, dan terlambatnya waktu periode perawatan

23
jalan. Kerusakan pada jalan terbanyak pada lapisan permukaan jalan, khusus kerusakan pada
lapisan base (pondasi atas), sub base (pondasi bawah) dan sub grade lapisan tanah dikarenakan
mutu material dan pelaksanaan lapisan yang kurang baik dari bahan material dan pelaksanaan
kurang sesuai Standart Operasional Prosedur kerja dan Rencana Kerja Syarat Syarat Teknis

1. Bentuk Dasar Kerusakan Jalan


Kerusakan pada permukaan aus jalan dapat dikelompokan menjadi 4 jenis bentuk kerusakan

1) Kerusakan Craking
Kerusakan jenis cracking dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis antara lain.
Bentuk kerusakan pada permukaan perkerasan jalan ditandai melalui jenis

 Long dan transversal kerusakan pada permukaan jalan membentuk arah


memanjang dan melintang jalan mengalami keretakan .
Penyebab kerusakan: kosnstruksi perkerasan hubungan lajur saat pelaksanaan
yang jelek, penyusutan permukaan AC pada temperature rendah, retakan dibawah
lapis permukaan,

 Block cracking bentuk retak membagi perkerasan dengan bentuk persegi


panjang.
/Penyebab kerusakan: penyusutan dari asphaltic concrete (AC) pada perkerasan
karena perubahan siklus temperatus harian.

 Slippage Crack retakan membetuk bulan sabit pada perkerasan jalan.


Penyebab kerusakan: Pergeseran atau pembebanan roda kendaraan pada
permukaan perkerasan, kerusakan muncul ketika campuran asphalt memiliki
kekuatan rendah, atau ikatan yang jelek antara permukaan lama dan lapisan baru.

 Aligator crack bentuk retak seperti kulit buaya pada permukaan perkerasn, reta
dimulai pada bagian bawah aspal, melalui retak slipcrack.
Penyebab kerusakan; lapis permukaan yang mengalami kelelahan karena terjadi
pengulanga beban as roda kendaraan. Refleksi dari retak dibawahnya, pergeseran
laju lalu lintas arah melintang, slip roda kendaraan.

 Fatigue Crack bentuk kerusakan karena perkerasan mengalami oksidasi dan aspal
patah.
Penyebab kerusakan: pembebanan berlebihan dan menimbulkan asphalt
mengalami plastic dan kelelahan pembebanan.

2) Kerusakan distortion
Kerusakan ini dipengaruhi antara lain campuran perkerasan, temperatus saat pelaksanaan,
dan beban as roda kendaraan.

24
 Rutting bentuk kerusakan membentuk lajur roda kendaraan pada permukaan
perkerasan jalan. Penyebab kerusakan mutu campuran bahan perkerasan,
 Corrugation and Shoving berombak, keriting, kerusakan sekumpulan
permukaan asphalt yang berbentuk gunung yang muncul berjarak biasanya < 3 m
sepanjang lajur perkerasan. Penyebab kerusakan, gerakan arah lalu lintas
dikombinasi dengan permukaan perkerasan yang tdak stabil dan lapisan pondasi
perkerasan yang tidak stabil.
 Depretion, kerusakan permukaan jalan karena kelelahan campuran aspalh..
Penyebab kerusakan akibat pembebanan berulang pada lapisan permukaan jalan.
 Swelling pengembangan lapisan perkerasan mengalami menonjol kepermukaan
pada arah perkerasan memanjang, bergelombang disertai retak permukaan.
Penyebab kerusakan pembekuan dilapisan tanah dasar atau pengembangan tanah
sebagai badan jalan/ lapisan subgrade.
 Bumps & sag mengembang dan melendut, permukaan mengembang berbetuk
kecil, terbatas, bergerak keatas permukaan perkerasan, melendut berbentuk kecil,
kasar, bergerak kebawah permukaan perkerasan. Penyebab kerusakan penununan
dan penonjolan Pcc slab dalm asphalt concrete overlay diatas PCC pavement,
masuknya dan terbentuknya material dalam retakan dikombinasi dengan beban
lalu lintas.
 Edge Cracking retak tepi berbentuk pararel pada bagian luar tepi perkerasan.
Penyeban kerusakan pembebanan lalu lintas dan dapat disebabkan oleh
pembekuan perlemahan pondasi bawah atau tanah dasar sub grade.

 Patching and utility patching pada area perkerasan yang telah diganti dengan
material baru untuk diperbaiki. Penyebab karena kerusakan dari jenis potholes
berlunbang,

3) Kerusakan disintegration
Jenis kerusakan permukaan perkerasan dapat dikelompokna dari jenis.

 Ravelling, terjadinya kekusutan pada permukaan perkerasan atau tidak rata pada
permukaan perkerasan.

25
Penyebab kerusakan: pelepasan ikatan antara bahan asphalt dengan agregat kasar
pada perkerasn akibat pengaruh cuaca.

 Wethering & raveling kerusakan cuaca dan kekusutan. Terlepasnya permukaan


perkerasan karena hilangnya lapisan asphalt atau ikatan asphalt dan agregat
kaasar. Penyebab kerusakan. Kualitas campuran asphalt yang jelek. Pergerakan
kendaraan pada bagian perkerasan yang kontinyu.

 Potholes ( lubang Jalan) permukaan jalan berlubang diameter < 3 m berbentuk


bulat, campuran perkerasan yang jelek. Penyebab kerusakan lintasan roda
kendaraan.

26
4) Kerusakan skid resistance
Jenis dari kerusakan dapat dikelompokan menjadi

 Bleeding, kerusakan permukaan perkerasan bercahaya, lengket. Bahan asphalt


masuk kerongga udara dalam campuran selama udara panas dan menyebar ke
permukaan. Penyebab kerusakan kandungan batu bara yang terurai pada
permukaan perkerasan, bahan asphalt akan terakumulasi di permukaan.
 Polished agregat Agregat mengkilap, kerusakan agregat permukaan jadi licin,
adesi dengan ban kendaraan menjadi berkurang, tidak dapat mengurangi laju
kendaraan.. penyebab kerusakan gerakan kendaraan pada permukaan jalan, tibul
pengausan, bahan campuran pavemen jelek, kelebihan asphalt.
 Fuel Spillage permukaan perkerasan rendah dari daerah muka tanah, area tertentu
dengan kondisi lapis permukaan menjadi lembek. Penyebab kerusakan adanya
pelarutan asphalt akibat tumpahan minyak, oil dan bahan pelarut lainya pada
permukaan perkerasan.

Contoh Tahapan Penambalan lobang lapisan permukaan jalan dengan urutan kegiatan
sebagai berikut

27
28
Daftar Pustaka
1. AASHTO, 1972, Guide for Design Of Pavement Structures.
2. AASHTO, 1986, Guide for Design Of Pavement Structures.
3. Anonim, 1984,. Manual Pemeliharaan Jalan, N0.03/MN/B/1983.Kementrian PU
RI, Direktorat Jenenderal Bina Marga.
4. Anonim, 2002, Bahan Pelatihan Perkerasan Jalan Lentur, Bandung : LPMB
Jalan dan Jembatan
5. Anonim. 1987. Perkerasan Kaku .Penerbit Politeknik Bandung. Bandung.
6. Anonim 2011. Perkerasan Kaku, (Online), Direktorat Jenderal Bina Marga
(http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/BINAMARGA-01-B000058-Binder1.pdf),
diakses 2014
7. Agus Setiawan,2002, Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
8. Anonim, 1982, Bridge Design Manual section 2, Design Methodologi, Bridge
Management System Direktorat General Of Highway Indonesia – Australia.
Kementrian PU RI
9. NAASRA,1979,. Interim Guide To Pavement Thickness Design.
10. SNI,,2002, Tata Cara Perencanaan Konstruksi Jembatan, Kementrian PUPR RI
Jakarta:
11. Salmon, C.G dan Jahnson, J.E, 1980. Steel Structures, New York: Harper & Row
Publishers.
12. Sugiharjo, 1956. Gambar Konstruksi Baja. Yogyakarta

29
Test Formatif
1. Susunan perkerasan lentur pada system lapis penetrasi terdiri dari lapisan sub base, base,
dan lapisan penutup pilihlah dari gambar ini yang sesuai ?
a)

b)

c)

2. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement), gabungan antara lapis


perkerasan fleksibel pada bagian permukaan atau lapisan aus dan lapisan perkerasan dari
bahan beton bersifat kaku, susunan yang benar adalah
a). lapisan ke 1 penetrasi Aspal, lapisan ke 2 lapisan beton.
b). lapisan ke 1 pondasi atas (base), lapisan ke 2 lapisan penetrasi,
c). lapisan ke 1 pondasi atas (base), lapisan ke 2 lapisan beton
d), lapisan ke 1 tanah asal, lapis ke 2 lapisan beton
e). lapisan ke 1 lapisan beton, lapisan ke 2 lapisan bahan aspal beton

3. Pada lapisan perkerasan jalan dari aspal beton sebelum dilapisi lapisan aus ( wearing-
course) diberi lapisan binder course , apa fungsi dari lapisan binder course.?
a) Sebagai lapisan aus pertama
b) Sebagai lapisan perata .
c) Sebagai lapisan base atas.
d) Sebagai lapisan sub base atas.

30
4. Pada lapisan perkerasan lentur jalan , susunan lapisan yang tidak membutuhkan
persyaratan mutu bahan specific adalah?
a) Lapisan sub base-course
b) Lapisan base- course
c) Lapisan Tanah dasar (sub grade)
d) Lapisan binder course

5. Pada pelaksanaan pemeliharaan lapisan perkerasan melalui pelapisan pada lapis


permukaan aus ( wering- course) dapat dikelompokan pada, ?
a) Pekerjaan Re-konstruksi.
b) Pekerjaan Re-surface.
c) Pekerjaan Overlay

6. Lapisan sub base course dalam kelompok kerja dilakukan dengan team workmedatangkan
material, meratakan, memadatkan, diperlukan peralatan kerja?

a) Pay Loader, dump truck, motor garder, tandem roller, tire roller
b) Dump truk, motor grder, compressor, spreder, tire roller
c) Pay loader, dump truck, tandem roller, tire roller
d) Pay loader, dumptruck, motor garder, tandem roller, compressor
e) Pay loader, dumptruk motor garder, tandem roller, spreading

7. Pembuatan Lapisan timbunan tanah atau fill embankmen dalam tem kerja melakukan
perataan tanah, dan pemadatan tanah diperlukan peralatan kerja?
a) Buldoser, tandem roller, pay loader. Tire roller, vibrator
b) Buldoser, tandem roller, sheepsfoot roller. Tire roller, vibrator
c) Buldoser, tandem roller, . Tire roller, vibrator
d) Buldoser, tandem roller, sheepsfoot roller. , vibrator
e) Buldoser, sheepsfoot roller. Tire roller, vibrator

8. Pelapisan prime coat berupa aspal cair (MC)pada permukaan lapisan pondasi atas (base –
course) mengunakan peralatan kerja
a) compressor power broom, spreyding aspal. Vibrator,tandem roller
b)compressor power broom, spreyding aspal
c)compressor power broom, spreyding aspal. Dum truk
d)compressor power broom, spreyding aspal. ,tandem roller
e)compressor power broom, spreyding aspal. , vibrator
9. Pada pelaksanaan penghamparan asphalt-concrete melalui produk bahan pelapisan,
transport, menghampar, pemadtan pertama, pemadatan ke kedua, pemadatan ke tiga
mengunakan peralatan
a) asphalt Mixer plant, dump truck, finisher, tandem roller,tire roller.
b) asphalt Mixer plant, dump truck, , tandem roller,tire roller, tandem roller
c) asphalt Mixer plant, , finisher, tandem roller,tire roller, tandem roller
d) asphalt Mixer plant, dump truck, finisher, tandem roller,tire roller, tandem roller
e)asphalt Mixer plant, dump truck, finisher, tandem roller,tire roller, tandem roller

31
10. Pada pelaksanaan pelapisan dari material granular lapisan pondasi atas (subase) , lapisan
pondasi atas(base), dan memampatkan sub grade course mengunakan peralatan kerja
yang tepat?
a) Pneumatic-tired rollers,Vibratory compactors (both shoe and steel-wheeled type),
b) Pneumatic-tired rollers,Vibratory compactors (both shoe and steel-wheeled
type),Segmented steel-wheeled rollers.
c) Pneumatic-tired rollers, type),Segmented steel-wheeled rollers.
d) Pneumatic-tired rollers,Vibratory compactors (both shoe and steel-wheeled
type),Segmented steel-wheeled rollers.
e) Vibratory compactors (both shoe and steel-wheeled type),Segmented steel-wheeled
rollers.

11. Sebutkan komponen pada pekerjaan konstruksi jalan memiliki susunan tahapan
pekerjaan dimulai dari lahan , badan jalan, subase –course, base course, dan lapisan aus
( wearing course, istilah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Embankment (badan jalan). Atau disebut pelaksanaan pembuatan badan jalan dari
tanah berdasarkan nilai kelandaian jalan dan kosntuksi penimbunan tanah atau urugan
tanah
b) Sub-base course lapisan bagian bawah dengan material urugan tanah bergradasi sesuai
dengan nilai CBR dan antau system telfor dan mac adam ketinggian lapisan ditentukan
berdasarkan LHR dan kekuatan lapisan material.
c) Base courselapisan bagian atas antara lapisan subase dan lapisan aus. Memiliki nilai
CBR didasarkan dari jenis material dipasangkan dalam bentuk lapisan tanah atau
lapisan batuan
d) Lapisan waring course dapat dilakukan sesuai rancangan jenis lapisan atas, rancangan
lapisan aus terdiri dari a) Butas ( aspal buton), b). Aspal beton (Asphalt-concrete)
e) Jawaban a,b,c,d benar

12. Lapis susunan lapis permukaan atau surface course bahan perkerasan harus mempunyai
daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi tetap ekonomis, maka perkerasan jalan
raya dibuat berlapis-lapis.Lapis paling atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan
lapisan yang paling baik mutunya.sebutkan lapisan dari susunan konstruksi jalan?
a) Struktural Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk
persyaratan lapisan memiliki kuat, kokoh, dan stabil.
b) Non Struktural, dalam hal ini mencakup Lapis kedap air, mencegah masuknya air
ke dalam lapisan perkerasan yang ada di bawahnya.
c) Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan
memperoleh kenyamanan yang cukup.
d) Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid
resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya keamanan lalu lintas.
e) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi
dengan yang baru.
32
f) Jawaban a,b,c,d,e benar

13. Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda
kendaraan.Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
a) Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
b) Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan.
c) Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan
bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut .
d) Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan pondasi bawah (base), sehingga
dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.Lapisan aus juga dipasang suatu lapis
penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan aus.
e) Jawaban a,b,c benar
f) Jawaban a,b,c,d benar

14. Lapis antara (binder course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di antara lapis pondasi atas (basecourse) dengan lapis aus (Wearingcourse).
Fungsi dari lapis antara ini meliputi:
a) Mengurangi tegangan tekanan akibat reaksi beban kendaraan.
b) Menahan beban akibat beban roda lalu lintas sehingga harus mempunyai kekuatan
yang sesuai jenis materal.
c) Mutu material teruji sebagai bahan lapisan antara (binder course).
d) Lapisan perata pada lapisan aus.
e) Jawaban a,b,c, benar
f) Jawaban a,b,c,d benar.

15. Lapis pondasi atas (base) adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah , bahan lapisan bias batu pasangan atau
dengan material urugan selected . Fungsi lapis ini adalah :
a) Lapis pendukung beban bagi lapis permukaan atas.
b) Pemikul beban horizontal dan vertikal akibat distribusi beban dari lapisan
permukaan.
c) Meneruskan distribusi beban ke lapis perkerasan bagi pondasi bawah.
d) Sebagai lapisan drainase jika ada rembesan pada lapisan atas.
e) Jawaban a,b,c benar
f) Jawaban a,b,c,d benar

16. Lapis Pondasi Bawah (sub Base) adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi teknis lapisan ini antara lain, adalah :
a) Penyebar distribusi tekanan dan desakan beban roda kedalam luasan tanah dasar,
b) Lapis peresapan dan penghantaran air agar air tidak berkumpul di lapisan pondasi
bawah.
c) Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi atas (base). Lapis
pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya
daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.

33
d) Lapis pelindung lapisan tanah dasar masuk ke atas dari pengaruh cuaca terutama
hujan.
e) Jawaban a,b,c benar.

17. Pemeliharaan rutin dilakukan secara tetap setiap tahun guna memproteksi
kerusakan pada susunan bagian jalan, kegiatan ini meliputi :
a) pelapisan permukaan jalan ( wearing course) akibat cuaca iklim dan gesekan
beban pada lapis atas,
b) perbaikan bahu jalan ( shoulder) melalui kemiringan permukaan akibat
pembebanan kendaraan saat parker,
c) perbaikan drainase dari sumbatan kotoran pada saluran tertutup melintang jalan
agar air lancar dan tidak tergenang yang dapat merusak bagian badan jalan.
d) Perbaikan kemiringan turap bahu jalan agar stabil kedudukan kemiringan dan
kelandaian jalan.
e) Jawaban a,b,c benar
f) Jawaban a,b,c,d benar
18. Klasifikasi kondisi konstruksi jalan dan jenis pemeliharaan dapat dikelompokan
sebagai berikut, kecuali ;
a) Klasifikasi Jalan disebut BAIK, jika kerusakan perkerasan jalan kurang dari 11 % ( < 11
%) dari luas yang diamati pada segmen jalan, maka jenis pemeliharaaan rutin.
b) Klasifikasi jalan disebut kerusakan SEDANG, jika kerusakan perkerasan jalan kurang
dari diantara ( 11 % s/d 16 %) dari luas jalan (lebar kali Panjang) yang diamati pada
segmen jalan , maka jenis pemeliharaan pemeliharaan berkala ( periodic Maintanance).
c) Klasifikasi jalan disebut kerusakan RUSAK RINGAN, jika kerusakan perkerasan jalan
kurang dari diantara ( 16 % s/d 23 %) dari luas jalan (lebar kali Panjang) yang diamati
pada segmen jalan , maka jenis pemeliharaan pemeliharaan berkala ( periodic
Maintanance)
d) Klasifikasi jalan disebut kerusakan BERAT , jika kerusakan perkerasan jalan kurang dari
diantara (>23 %) dari luas jalan (lebar kali Panjang) yang diamati pada segmen jalan ,
maka jenis pembangunan.
e) Kasifikasi jalan disebut kerusakan Berat, jika keruakan perkerasan jalan kurang dari (<
75 %) dari luas jalan ( lebar x panjang),yang diamati pada segmen jalan maka jenis
Pembangunan baru.

19. Kerusakan permukaan pada perkerasan atas Jalan disebabkan karena, kecuali:
a) Beban kendaraan melebihi dari kekuatan material rencana,
b) Kondisi cuaca lingkungan dimana jalan dibangun, gunung, bukit, daerah gambut, daerah
rawa rawa.
c) Pengaruh air permukaan dan genanngan air pada saat hujan,
d) Terlambatnya waktu perawatan jalan secara periodik.
e) Terjadinya longsor tanah pada jalan.

34
20. Kerusakan pada lapisan base ( pondasi atas), sub base (pondasi bawah) dan sub grade lapisan
tanah dikarenakan, kecuali:
a) Mutu material lapisan base, lapisan su base, dan lapisan subgrade taha asal atu tanah
urugan
b) Pelaksanaan proses pelapisan yang kurang baik dari jenis bahan material.
c) Pelaksanaan kurang sesuai Standart Operasional Prosedur kerja dan Rencana Kerja
Syarat Syarat Teknis.
d) Pengawasan selama pelaksanaan kurang sesuai RKS.
e) Jawaban a,b,c benar

20. Kerusakan bentuk jenis cracking dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis
antara lain, kecuali.
a) Long dan transversal kerusakan pada permukaan jalan membentuk arah
memanjang dan melintang jalan mengalami keretakan .
b) Block cracking bentuk retak membagi perkerasan dengan bentuk persegi panjang.
c) Slippage Crack retakan membetuk bulan sabit pada perkerasan jalan.
d) Aligator crack bentuk retak seperti kulit buaya pada permukaan perkerasn, reta
dimulai pada bagian bawah aspal, melalui retak slipcrack.
e) Fatigue Crack bentuk kerusakan karena perkerasan mengalami oksidasi dan aspal
patah.
f) Block Crack bentuk kerusakan perkerasan mengalami benturan beban roda.

21. Kerusakan ini dipengaruhi antara lain campuran perkerasan, temperature material saat
pelaksanaan penghamparan, dan beban as roda kendaraan, kecuali.
a) Rutting bentuk kerusakan membentuk lajur roda kendaraan pada permukaan perkerasan
jalan.
b) Corrugation and Shoving berombak, keriting, kerusakan sekumpulan permukaan asphalt
yang berbentuk gunung yang muncul berjarak biasanya < 3 m sepanjang lajur perkerasan.
c) Depretion, kerusakan permukaan jalan karena kelelahan campuran aspalh.
d) Swelling pengembangan lapisan perkerasan mengalami menonjol kepermukaan pada
arah perkerasan memanjang, bergelombang disertai retak permukaan.
e) Bumps & sag mengembang dan melendut, permukaan mengembang berbetuk kecil,
terbatas, bergerak keatas permukaan perkerasan, melendut berbentuk kecil, kasar,
bergerak kebawah permukaan perkerasan.
f) Edge Cracking retak tepi berbentuk pararel pada bagian luar tepi perkerasan.
g) Potohles Penyebab kerusakan pembebanan lalu lintas dan dapat disebabkan oleh
pembekuan perlemahan pondasi bawah atau tanah dasar sub grade.

35
Minggu KeDua

Uraian Materi 2 :Jenis Bahan Lapisan perkerasan Lentur

Bahan penyusun lapis perkerasan lentur yang utama terdiriatas bahan pengikat aspal dan bahan
agregat kasar halus dan filer. Bahan ikat berupa aspal dan bahan agregatpasir, kerikil, batu pecah
atau kerikil. Sedang untuk bahan pengikat aspal dengan bahanagregat, tergantung dari jenis
perkerasan jalanpada lapisan aus (wearing course) atau lapisan antara ( binder course)yang akan
dipakai. Bahan aspal atau jenis bitumen,diperoleh dari hasil tambang dan bahan filer berupa
portland cement, atau kapur/ lime, flay ash, abu batu hasil penambangan dan pengolahan dari
industry.

1. Bahan Pengikat Aspal Buatan

Berdasarkan asal tempat diperoleh, aspal dibedakan atas aspal buatan dan aspal alam :

1) Aspal Buatan
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitampekat yang
dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal padalapis perkerasan sebagai
bahan ikat antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak, sehingga akan
memberikan kekuatan ikatan dari masing-masingagregat (D.Kerbs and Walker, 1971).
Aspal jugaberfungsi untuk mengisi rongga antara butir agregat dan pori-pori permukaan dari
agregat.
Pada temperatur panas aspal bersifat thermoplastis, aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai pada temperatur tertentu, kembali membeku jika temperatur turun. Aspal merupakan
material pembentuk ikatan pada campuran perkerasan jalan.Kadar aspal dalam pembuatan
campuran perkerasan berkisarantara 4-9% berdasarkan berat campuran, atau 10-15%
berdasarkan volume campuran (Silvia Sukirman, 2003).

Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal dengan penetrasi 60-70 dan 80-100.
Penetrasi aspal 60-70 dilihat dalam tabel1.

Tabel 1 Ketentuan Aspal Penetrasi 60-70


No Jenis Pengujian Metode Persyaratan
1 Penetrasi 25°C, 100 gr, 5 detik, 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60-79
2 Titik Lembek, °C SNI 06-2434-2011 48-58

36
3 Titik Nyala, °C SNI 06-2433-2011 Min. 200
4 Daktilitas 25°C, cm SNI 06-2432-2011 Min. 100
5 Berat Jenis SNI 06-2441-2011 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, % berat RSNI M 04-2004 Min. 99
7 Penurunan Berat (dengan TFOT), %berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8
8 Penetrasi Setelah Penurunan berat, %asli SNI 06-2456-1991 Min. 54
9 Daktilitas Setelah Penurunan, %asli SNI 06-2432-2011 Min. 100
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga, Spesifikasi Umum, Divisi 6 Perkerasan Aspal, 2010 Revisi 3:
39

2) Aspal Minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi.
Hasil penambangan minyak dari perut bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base
crude oil, banyak mengandung aspal, dan parafin base crude oil yang mengandung
banyakparafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin
danaspal. Untuk bahan ikatan pada perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak
jenis asphalticbase crude oil.
klasifikasi dari aspal buatan, menurut bahan dasar aspal dibedakan menjadi (Suprapto,
2004):
a). Dari bahan hewani (animal origin), yaitu diperoleh dari pengolahancrude oils. Dari
proses pengolahan crude oils akan diperoleh bahanbakar dan residu, yang jika diproses
lanjut akan diperoleh aspal/bitumen.
b). Dari bahan nabati (vegetable origin), yaitu diperoleh dari pengolahanbatu bara/coal,
dalam hal ini akan diperoleh tar.
Menurut tingkat kekerasan, aspal minyak/ aspal murni/ petroleum asphalt , diklasifikasikan
menjadi :
a) Aspal keras dan atau aspal panas/dan atau Aspal cement (Asphalt Cement),
merupakanaspal yang digunakan dalam keadaan panas. Aspal keras ini berbentuk
padatdalam drum pada keadaan penyimpanan dalam temperatur ruang (25-30C). aspal
ini termasuk aspal buatan yang langsung diperoleh dari penyaringanminyak dan
merupakan aspal keras.
b) Berdasarkan tingkat kekerasan dan kekentalannya, maka aspal dibedakan menjadi :1)
AC 40-50,2) AC 60-70,3) AC 85-100,4) AC 120-150,5) AC 200-300
Angka-angka tersebut menunjukkan kekerasan bahan aspal, angka kecil menunjukan
bahan palingkeras adalah AC 40-50 dan yang terlunak adalah AC 200-300.Penentuan
angka
kekerasan ditandai ukuran berapa dalam masuknya jarum penetrasi ke dalam benda uji
contoh aspal.Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerahbercuaca panas atau lalu
lintas dengan LHR tinggi, sedangkan aspaldengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah
bercuaca dingin ataulalu lintas dengan LHR rendah.Di Indonesia pada
umumnyadipergunakan aspal dengan penetrasi 60-70 dan 80-100.

3) Aspal cair (Cut Back Asphalt / Liquid asphalt)


Aspal cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringanminyak (crude oil).Aspal
cair diperoleh melalui campuranantara aspal keras dengan bahan pencair dari hasil

37
penyulingan minyakbumi. Dengan demikian cut back asphalt berbentuk cair dalamtemperatur
ruang.Berdasarkan bahan pencair asphalt memiliki sifat mudah menguap bahanpelarut, aspal
cair dapat dibedakan menjadi :
a) RC (Rapid Curing cut back)
Merupakan bahan hasil olahan campuran dari aspal keras dengan sifat penetrasi relatif
agak keras (biasanya AC 85/100) yang dilarutkandengan gasoline (bensin atau premium).RC
merupakan cut backasphalt yang paling cepat menguap.
b) MC (Medium Curing cut back)
Merupakanbahan hasil olahan campuran dari aspal keras denganpenetrasi yang lebih lunak
(biasanya AC 120-150) dengan minyak,yang tingkat penguapannya lebih kecil berupa
jeniskerosene.
c) SC (Slow Curing cut back)
Merupakan bahan hasil olahan campuran dari aspal keras dengansifat penetrasi sangat
lunak (biasanya AC 200-300) dengan pelarut dari minyak diesel, yanghampir tidak
mempunyai penguapan. Aspal jenis ini merupakan cutback asphalt yang paling lama
menguap.Untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat) digunakan aspal cairjenis MC-30,
MC-70, dan MC-250, sedangkan untuk lapis pengikat (tackcoat) digunakan aspal cair jenis
RC-70 dan RC-250 (PUSLIBANG Jalan dan jembatan Bandungl 2001).

4) Aspal Emulsi
Aspal emulsi , bahan campuran aspal dan bahan pengemulsi.Berdasarkan muatan elektroda
listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapatdibedakan (Subekti, 2006):
a) Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsiyang bermuatan arus
elektroda positif.
b) Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsiyang bermuatan elektoda
negatif.
c) Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi,berarti tidak
menghantarkan elektroda listrik.
Aspal dari jenis ini yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalahaspal emulsi
anionik dan kationik.Dipakai karena menghasilkankecepatan saatpengerasan campurannya.
Aspal emulsi dapat dibedakan atas :
a) RS (Rapid Setting), aspal yang mengandung sedikit bahanpengemulsi sehingga pengikatan
yang terjadi cepat menguap bahan pelarutnya.
b) MS (Medium Setting).aspal yang mengandung cukupt bahan pengemulsi sehingga
pengikatan yang agak lambat menguapbahan pelarutnya.
c) SS (Slow Setting), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap.

5) Karakteristik Aspal Minyak


Aspal terdiri dari senyawa hidrokarbon, nitrogen dan logam lain, sesuai jenisminyak bumi
dan proses pengolahannya. Kandungan kimiawi aspal ditentukan darikomponen pembentuk
aspal.banyak metode yang digunakan untukmeneliti komponen-komponen pembentuk aspal.
Secara garis besar komposisi kimia aspal terdiri dari asphaltenese, resins
danoils.Asphaltenese terutama terdiri dari senyawa hidrokarbon, merupakan
materialberwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam n-
heptane.Asphaltenesemenyebar di dalam larutan yang disebut maltenese. Maltenese larut
dalamheptane, merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils. Resins adalahcairan

38
berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan sifat adhesi dari aspal,merupakan bagian
yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayananjalan, sedangkan oils yang
berwarna lebih muda merupakan media dariasphaltenes dan resin.Maltenes merupakan
komponen yang mudah berubah sesuai dengan perubahan temperatur dan umur pelayanan.
TabelContoh Komponen Fraksional Aspal di Indonesia

6).Bahan Pengikat Aspal Alam


Aspal alam diperoleh di endapan lapisan batu seperti aspal di pulauButon, dan ada pula
yang diperoleh di danau seperti di Trinidad. Indonesiamemiliki aspal alam yaitu di pulau
Buton, yang berupa aspal endapan batuan gunung, dikenaldengan nama Asbuton (Aspal batu
Buton).
Asbuton merupakan batu yangmengandung aspal. Deposit asbuton membentang dari
kecamatan Lawele sampaiSampolawa. Penggunaan asbuton sebagai salah satu alternative
bahan perkerasan jalan, sejak tahun 1920, dan cara pengolahan masih bersifat
konvensional.Kandungan asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnyadalam bentuk batuan.karenaasbuton merupakan material dari alam, maka
kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi darikadar rendah sampai tinggi. Untuk
mengatasi hal ini, maka asbuton dilakukan pengolahan di pabrik agar memperoleh butiran
seragam halus asbuton.
Produk Asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a) Produk Asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbutonkasar, asbuton
halus, asbuton mikro, danbutonic mastic asphalt.
b) Produk yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstraksiatau proses
kimiawi.
Bahan dasar lapis permukaan jalan mengunakan dari bahan asbuton ada beberapajenis
produk (Suprapto, 2004), yaitu:
a). Seal Coat Asbuton
Bahan lapis campuran antara Asbuton, dengan bahan pelunak minyak dan
denganperbandingan tertentu dalam pencampurannya dilakukan dengan dingin
(coldmix).
b)Sand Sheet Asbuton
Bahan Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak minyak dan
pasirdengan perbandingan tertentu dan pencampuran dilakukan secara dingin/ hangat/
panas.
c) Lapis Beton Asbuton
Bahan Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak minyak dan
agregatdengan gradasi rapat pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan
secaradingin/ hangat/ panas.

39
a)Surface Treatment Asbuton
Bahan lapis ini seperti pada campuranseal coat Asbuton. sedangkan perbedaan terletakpada
pelaksanaan di lapangan saat penghamparan, dimana pada atas lapis tersebut ditaburkan
agregatsingle size.

7)Proses pembuatan pencampuranLapisan aspal buton


Proses mencampur dan memadatkan campuran perkerasan didasarkan pada
suhupelaksanaan pencampuran bisa dilakukan secara dingin:
a-.Proses Secara dingin
Pencampuran dilaksanakan pada suhu ruangan.campuran secara dingin tidakdapat
langsung dihamparkan di lapangan, tetapi harus diperam lebih dahulu(1-3 hari) agar
bahan pelunak diberi kesempatan meresap ke dalam butiranasbuton. Lama waktu
pengeraman tergantung dari: a)Diameter butir Asbuton, semakin besar butiran , waktu
peram makinlama.b)Kadar air yang terkandung dalam Asbuton dikendalikan. c) Cuaca
lokasi pembuatan. d)Kekentalan bahan pelunakminyak, makin encer peresapan akan
makin cepat,sehingga lama pemeraman lebih singkat.e)kadar aspal dalam Asbuton harus
diketahui.
b). Proses panasCampuaran hangat dan panas disesuaikan dengan temperature daribahan :
proses suhu panas: suhu campuran diatas 100° C, dan Secara hangat: suhu campuran
dibawah 100° C

2.Karakteristik Gradasi Aspal buton


1). Butir Asbuton
Jenis-jenis asbuton yang telah diproduksi, baik secara fabrikasi maupun secara manual pada
tahun-tahun belakangan ini adalah asbuton butir atau mastik asbuton, aspal yang dimodifikasi
dengan asbuton dan bitumen asbuton hasil ekstraksi yang dimodifikasi. (DPU, Direktorat
Jenderal Bina Marga; Buku 1: Pedoman Pemanfaatan Asbuton, 2006).
Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk padat yang dipecah dengan
alat pemecah batu (crusher) atau alat pemecah lainnya yangsesuai sehingga memiliki ukuran
butir tertentu. Adapun bahan baku untukmembuat Asbuton butir ini dapat asbuton padat dengan
nilai penetrasi bitumenrendah (<10 mm) seperti asbuton padat eks Kabungka atau yang
memilikinilai penetrasi bitumen diatas >10 mm (misal asbuton padat eks Lawele),namun dapat
juga penggabungan dari kedua jenis asbuton padat tersebut.

2) Asbuton Hasil Ekstraksi


Ekstraksi asbuton dapat dilakukan hingga mendapatkan bitumenasbuton murni atau untuk
memanfaatkan keunggulan mineral asbuton sebagaifiller, ekstraksi dilakukan hingga mencapai
kadar bitumen tertentu. Produk ekstraksi asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan
sebagai bahan tambah (aditif) aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya aspal
standar siap pakai atau setara aspal keras yang dikenal dengan Asbuton modifikasi. Bahan baku
untuk membuat aspal hasil ekstraksi asbuton ini dapat dilakukan dari asbuton dengan nilai
penetrasi rendah (misal asbuton eks Kabungka) atau asbuton dengan nilai penetrasi tinggi (misal
asbuton eks Lawele). Bahan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi asbuton diantaranya
adalah kerosin, algosol, naptha, normal heptan, asam sulfat dan trichlorethylen (TCE).

40
3).Kandungan mineral Asbuton
Kadungan bahan mineral dalam Asbuton terdapat dua unsur utama, yaitu aspal (bitumen)
dan mineral. Didalam pemanfaatannya untuk pekerjaan peraspalan, kedua unsur tersebut akan
sangat dominan mempengaruhi kinerja dari campuran beraspal yang direncanakan.
Hasil pengujian fisik dan analisis kimia dari mineral dan bitumen Asbuton hasil ekstraksi,
dari deposit di lokasi Kabungka dan Lawele diperlihatkan pada Tabel dan Tabel dibawah ini

Tabel .3. Sifat Fisik Aspal Asbuton dari Kabungka dan Lawele

Tabel . Sifat Kimia Aspal Asbuton dari Kabungka dan Lawele

Dilihat dari komposisi kimianya, aspal Asbuton dari kedua daerah deposit memiliki senyawa
Nitrogen base yang tinggi dan parameter malten yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Asbuton memiliki pelekatan yang baik dengan agregat dan keawetan yang cukup.Namun dilihat
41
dari karakteristik lainnya Asbuton dari Kabungka memiliki nilai penetrasi yang relatif rendah
dibandingkan dengan Asbuton dari Lawele.
Mineral Asbuton didominasi oleh “Globigerines limestone” yaitu batu kapur yang sangat
halus yang terbentuk dari jasad renik binatang purba foraminifera mikro yang mempunyai sifat
sangat halus, relatif keras berkadar kalsium tinggi dan baik sebagai filler pada campuran
beraspal. Hasil pengujian analisis kimia mineral Asbuton hasil ekstraksi, dari lokasi Kabungka
dan Lawele diperlihatkan pada Tabel dibawah
Tabel .4.Komposisi Kimia Mineral Asbuton Kabungka dan Lawele

3. Agregat Bahan Pengisi Campuran Perkerasan


Agregatadalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
beton atau mortar.Agregat menempati sebanyak kurang lebih 75- 85 % dari volume beton atau
mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan
Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai bahan yang memberikan kekuatan
stabilitas campuran, jika dilakukan dengan alat pemadatan yang tepat sesuai dengan jenis
lapisan untuk lalu lintas padat dan lalu lintas ringan.Agregat sebagai komponen utama atau
gradasi dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan
persentase berat atau 75% – 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia Sukirman, 2003,
Beton Aspal Campuran Panas).
Pemilihan jenis agregat yang sesuai digunakan pada konstruksi perkerasan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu diameter gradasi, kekuatan, bentuk butir, tekstur permukaan, dan
kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimia.Jenis dan campuran agregat sangat
mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu perkerasan jalan (Kerbs, and Walker, 1971).

1) Klasifikasi Agregat
Agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan proses pengolahan untuk menjadi bahan utama
dan pengis pada campuran diatur dalam standart material campuran SII, RSNI 04-89, ASTM 33-
86. Dan dalamSilvia Sukirman, 1999.

Berdasarkan proses pengolahannya, agregat dapat dibedakan menjadi :


a) Agregat Alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau proses penghancuran menjadi
butiran bervariasi, Jenis batuan yang bermutu baik digunakan untuk agregat memiliki kekerasan
tidak mudah aus /rapuh, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat dari alam diproses menjadi : (1)

42
kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran secara proses gesekan dan
benturan dengan bantuan air antar batuan ditemukan di sekitar sungai atau di daratan. Agregat
alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen
maupun metamorf. Memiliki bentuk bulat tetapi masih tercampur dengan humus dan tanah liat.
Oleh karena itu jika digunakan untuk agregat harus dilakukan pencucian terlebih dahulu.
(2) Agregat batu pecah, proses menjadi agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah
mengunakan mesin ( crusher stone)dengan ukuran tertentu.

b).Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena keterbatasan hasil
agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze, fly ash, yang berasal dari limbah
pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight
Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite
berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu
metamorphore atau shale yangmengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku
vertical pada suhu tinggi.

c).Berat jenis Material


Berdasarkan beratjenisnya agregat bahan lapisanjalan digolongkan menjadi :
1) Agregat berat : jenis agregat mempunyai berat jenis lebih dari 2,80 g/cm, digunakan
untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X. Contoh agregat berat : Magnetit, butiran
besi
2)Agregat Normal :jenisagregat mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70. dengan agregat normal
akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa – 40 MPa. Agregat
normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur
tinggi (agregat buatan).
3). Agregat ringan:jenis agregat mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. digunakan untuk
membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak
dapur tinggi dengan gelembung udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran,
lempung bekah, dan agregat buatan.
Berdasarkan ukuran butirannya agregat dapat dikelompokan menjadi
Agregat jenis Batu → agregat mempunyaidiameter besar butiran > 40 mm
Agregat kerikil → agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm
Agregat Pasir → agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 mm – 4,8 mm
Debu (silt) → agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm
Fungsi agregat di dalam campuran aspal adalah untuk : a) Menghemat penggunaan kadar
aspal berlebuhan. b)Menghasilkan kekuatan stabilitas dan nilai Void in Material rendah .
c)Mengurangi penyusutan pada campuran aspal. d)Menghasilkan campuran perkerasan
yang padat bila gradasinya baik

4). Produksi Agregat Dari Batu Pecah


Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan hasil peledakan (biasanya
batuan andesit dan basalt), kemudian dipecah lagi dengan palu mekanis atau alat mekanis
(breaker/crusher) untuk mejadi butiran sesuai ukurannya dengan kebutuhan konsumen.
Secara umum, kegiatan pembuatan agregat batu pecah terdiri dari proses peremukan,

43
pengayakan dan pengangkutan. Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan ukuran
≤ 10 mm, 10 – 20 mm, 20 – 30 mm, 30 – 50 mm, 50 – 75 mm.
Proses pembuatan garadasi bahan pengisi pada pemuatan asphalt beton dapat dilakukan
dengan tahapan proses sebagai berikut:
Peremukan Pertama ( 7 inci) dengan mesn crusher
stone
Pengayakan (Ayakan Getar)

Tempat penimbunan
-lolos saringan 2,5 inci
-tak lolos saringan 2,5 inci

Pengayakan (Ayakan Getar)

Pengayakan (Ayakan Getar)

Peremukan ketiga Tidak Lolos saringan ¾


Lolos saringan ¾ inci

Tempat penimbunan Peremukan ketiga

Split (peremuk Barmac)

Pengayakan
-lolos saringan 3/8 inci Tempat penimbunan
-tak lolos saringan 1/2 inci
pengayakan (Ayakan Getar)

5).Penimbunan dan Penyimpanan


Proses timbunan dan perawatan agregat dilapangan agar tidak rusak akibat cuaca , air
genangan, sebelum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan
1. Penimbunan agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur dengan tanah
dan lumpur. Di bagian atas ditutup dengan terpal agar terhindar dari air hujan, karena
agregat yang terlalu basah akan sulit untuk melekatnya dengan kadar bahan aspal
terpaki pada waktu membuat sampuran..
2. Penimbunan pasir harus aman i dari permukaan tanah agar terhindar dari aliran air
ketika hujan dan genangan air membawa lumpur.
3. Penumpukan material filer harus terhindar dari kelembaban.
4. Bahan aspal dalam drum harus terhindar dari masuknya air kedalam drum.

44
6).Sifat fisik dan pengujian agregat
Sifat- sifat agregat dapat mempengaruhi mutu campuran, meliputi kriteria :
1. Bentuk butiran dan keadaan permukaan
Butiran agregat berbentuk bulat ( jenis agregat yg berasal dari sungai/pantai), tidak
beraturan, bersudut tajam dengan permukaan kasar, berbentuk pipih dan lonjong. Bentuk
butiran berpengaruh pada : a) luas permukaan agregat b) Jumlah kadar aspal pada
agregat saat pengaduk campuran dari ukuran berat jenis , c) Kestabilan/ketahanan
(durabilitas) pada campuran d) Kelecakan (workability), e) Kekuatan lapisan pada
permukaan agregat berpengaruh pada daya ikat antara agregat dengan bahan aspal.
permukaan kasar → ikatannya gesek kuat, dan perermukaan licin → ikatan geseknya
lemah

2. Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat , kemampuan agregat untuk menahan beban dari tekanan roda.
kemampuan agregat meliputi : kekuatan tarik, tekan, lentur, geser dan elastisitas bahan.
paling dominan adalah kekuatan tekan dan elastisitas dari bahan.
Kekuatan dan elastisitas agregat dipengaruhi oleh : a) jenis batuannya ,b) susunan dalam
mineral agregat,c) struktur/kristal butiran,d) porositas,e) ikatan antar butiran
Pengujian kekuatan agregat meliputi :
a) Pengujian kuat tekan material
b) Pengujian kekerasan agregat dengan goresan melalui cara sederhana mengunakan
batang tembaga atau uji bejana Rudellof
c) Pengujian keausan dengan mesin aus LOS ANGELES, melalui 300 putaran.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis, perbandingan berat suatu bahan dengan berat air murni pada volume yang
sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung dari : jenis batuan, susunan
mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan. Berat jenis agregat digolongkan
dalam uji ada 3, yaitu : (1) berat jenis SSD, yaitu berat jenis agregat dalam kondisi jenuh
kering permukaan, (2) Berat jenis semu, berat jenis agregat yang memperhitungkan berat
agregat dalam keadaan kering dan volume agregat dalam keadaan kering, (3) Berat Jenis
Bulk, berat jenis agregat yang memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan
seluruh volume agregat dalam keadaan kering.
4. Bobot Isi (Bulk Density)
Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda tersebut.
Bobot isi ada 2(dua) macam : bobot isi padat dan gembur.

45
Bobot isi agregat pada campuran berguna untuk klasifikasi perhitungan perencanaan
campuran aspal beton.
5. Porositas, kadar air dan daya serap air
Jumlah kadar pori-pori yang ada pada agregat, baik pori-pori yang dapat tembus air
maupun tidak yang dinyatakan dengan % terhadap volume agregat. a)Porositas agregat
hubungannya dengan : BJ agregat, daya serap air, sifat kedap air dan modulus elastisitas.
b)Kadar air agregat, banyaknya air yang terkandung dalam agregat. Ada 4 jenis kadar air
dalam agregat, yaitu : (1) kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar kering
tanpa air. (2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering
tetapi mengandung sedikit air dalam porinya sehingga masih dapat menyerap air. (3)
kadar air jenuh, kering permukaan (saturated surface-dry = SSD), dimana agregat yang
pada permukaannya tidak terdapat air tetapi di dalam butirannya sudah jenuh air. Pada
kondisi ini air yang terdapat dalam agregat tidak menambah atau mengurangi jumlah air
yang terdapat dalam adukan campuran. (4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana di dalam
butiran maupun permukaan agregat banyak mengandung air sehingga akan menyebabkan
penambahan jumlah air pada adukan campuran. 5)Daya serap air adalah kemampuan
agregat dalam menyerap air sampai dalam keadaan jenuh. Daya serap air agregat
merupakan jumlah air yang terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven
sampai dengan keadaan jenuh dan dinyatakan dalam %.6).Daya serap air berhubungan
dengan pengontrolan kualitas campuran dan jumlah air yang dibutuhkan pada saat
campuran aspal dilakukan.

6.Sifat Kekal Agregat


Kemampuan agregat untuk menahan terjadinya perubahan volume yang berlebihan akibat
adanya perubahan kondisi fisik.
1) Penyebab perubahan fisik : adanya perubahan cuaca dari panas-dingin, beku-cair,
basah-kering.
2) Akibat fisik yang ditimbulkan pada lapisan adalah : kerutan-kerutan stempat, retak-
retak pada permukaan campuran, pecah pada lapisan perkerasan yang dapat
membahayakan stabilitas lapisan secara keseluruhan.
3) Sifat tidak kekal pada agregat ditimbulkan oleh : adanya sifat porous pada agregat dan
adanya lempung/tanah liat.

7. Reaksi Alkali Agregat


Reaksi antara alkali (Na2O, K2O) yang terdapat pada material campuran dengan silika
aktif yang terkandung dalam agregat, sehingga
1) Reaksi alkali hidroksida dengan silika aktif pada agregat akan membentuk alkali-
silika gelembung di permukaan agregat. Gelembung bersifat mengikat air yg
selanjutnya volume gelembung akan mengembang, pada lapisan akan timbul retak-
retak.
2) Pada konstruksi lapisan aspal beton yang selalu berhubungan dengan air (basah)
perlu diperhatikan reaksi alkali agregat yang aktif.

46
8 Sifat Termal
Koefisien pengembangan linier, panas jenis dan daya hantar panas pada
material, sehinggai
1) Pengembangan linier pada agregat sebagai pertimbangan pada konstruksi aspal beton
dengan kondisi suhu yang berubah-ubah. Sebaiknya koef. pengembangan linier
agregat sama dengan bahan aspal dan filler semen.
2) Jenis panas dan daya hantar panas sebagai pertimbangan pada la[isan aspal beton
untuk isolasi panas.

9. Persyaratan Gradasi Agregat


Campuran beton asphal, gradasi agregat berhubungan dengan kelecakan aspal
beton ,biaya yang ekonomis dan kekuatan campuran beton asphal.
Syarat agregat menurut SII,ASTM 33- 86, dan SNI 04=89. syaratmutu agregat
a. Agregat halus memiliki Syarat Mutu menurut SK SNI S – 04 – 1989 :
1) Butirannya tajam, kuat dan keras
2) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat
4) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
5) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
6) Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan
0,060 mm) lebih dari 5 %. Apabila lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci.
7) Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton. Bila
direndam dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh lebih gelap dari
warna larutan pembanding.
8) Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak dengan susunan ayakan
yang ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3
atau 4 dan harus memenuhi syarat sebagai berikut : sisa di atas ayakan 4,8 mm, mak 2
% dari berat,sisa di atas ayakan 1,2 mm, mak 10 % dari berat,sisa di atas ayakan 0,30
mm, mak 15 % dari berat, Tidak boleh mengandung garam

b. Agregat Kasar (Kerikil) Memiliki syarat teknis sebagai berikut


1) Butirannya tajam, kuat dan keras
2) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut : a)Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %, b)jika
dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 % , c)Agregat kasar
tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan 0,060 mm)
lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1 % maka kerikil harus dicuci.
4) Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusak
campuran aspal beton.
5) Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat
b. sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat

47
c. Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, mak 60 %
dan min 10 % dari berat.
6) Tidak boleh mengandung garam.

c) Syarat Mutu Agregat halusMenurut SII 0052-80 pada, Memiliki peryaratan material
sebagai berikut
1) Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 – 3,80.
2) Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 5 %
3) Kadar zat organic ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika dibandingkan
warna standar tidak lebih tua daripada warna standar.
4) Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang
berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka hasil bagi tidak lebih dari
2,20.
5) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai Natrium
Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %. b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang
hancur mak 15 %.

d) Agregat Kasar menurut SII 0052-80 pada, Memiliki peryaratan material sebagai
berikut:
1) Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,0 – 7,10.
2) Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 1 %.
3) Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, mak 5 %.
4) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai Natrium
Sulfat , bagian yg hancur mak 12 %. b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang
hancur mak 18 %.
5) Tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini menggunakan
semen yang kadar alkali sebagi Na2O lebih besar dari 0,6 %.
6) Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat.
7) Kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudellof dan dengan bejana Los
Angeles.

e).Syarat Mutu halus menurut ASTM C33-86. memiliki persyaratan material sebagai
berikut
1) Kadar Lumpur atau bagaian butir lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200),
dalam % berat, mak : - Untuk beton yg mengalami abrasi : 3,0 ,- Untuk jenis beton
lainnya : 5,0
2) Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan, mak 3,0 %.
3) Kandungan arang dan lignit :a.- Bila tampak, permukaan beton dipandang penting
kandungan mak 0,5 %. b Untuk beton jenis lainnya 1,0 %.
4) Agregat halus bebas dari pengotoran zat organic yang merugikan beton. Bila diuji
dengan larutan Natrium Sulfat dan dibandingkan dengan warna standar, tidak lebih
tua dari warna standar. Jika warna lebih tua maka agregat halus itu harus ditolak,
kecuali apabila : a. Warna lebih tua timbul oleh adanya sedikit arang lignit atau yg
sejenisnya. b. Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan kuat tekan
mortar yg memakai agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yg memakai pasir
standar silika, menunjukkan nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95 % kuat

48
tekan mortar memakai pasir standar. Uji kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai
dengan cara ASTM C87.
5) Agregat halus yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami
basah dan lembab terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh
mengandung bahan yg bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya
cukup dapat menimbulkan pemuaian yg berlebihan di dalam mortar atau beton.
Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan
semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658
K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah
terjadinya pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut.
6) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai Natrium
Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %, b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang
hancur mak 15 %.
7) Susunan besar butir (gradasi).

f). Agregat Kasar ,memiliki persyaratan material sebagai berikut;


1) Agregat kasar akan dipergunakan untuk membuat beton akan mengalami basah
dan lembab terus menerus atau berhubungan tanah basah, tidak boleh mengandung
bahan bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, jumlahnya cukup dapat
menimbulkan pemuaian berlebihan di dalam mortar atau beton.
2) Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan
semen kadar alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658
K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah
terjadinya pemuaian membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut. Syarat
lain untuk agregat kasar seperti pada SII.

10.Bentuk dan Tekstur Agregat


Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang dibentuk
oleh agregat tersebut.Agregat yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan perkerasan
jalan adalah berbentuk kubus, tetapi jika tidak ada, maka agregat yang memiliki minimal
satu bidang pecahan
Partikel agregat dapat berbentuksebagai berikut :
1) Bulat (rounded)
Agregat yang dijumpai di sungai pada umumnya telah mengalami pengikisan oleh
air sehingga umumnya berbentuk bulat.Partikel agregat saling bersentuhan dengan
luas bidang kontak kecil sehingga menghasilkan daya interlocking yang lebih
kecil dan lebih mudah tergelincir.
2) Lonjong (elongated)
Partikel agregat berbentuk lonjong dapat ditemui di sungai-sungai atau bekas
endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran terpanjangnya lebih
panjang dari 1,8 kali diameter rata-rata. Sifat interlocking-nya hampir samadengan
yang berbentuk bulat.
3) Kubus (cubical)
Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari mesin pemecah
batu (stone crusher) yang mempunyai bidang kontak yang lebih luas sehingga
memberikan interlocking/saling mengunci yang lebih besar.Dengan demikian

49
kestabilan yang diperoleh lebih besar dan lebih tahan terhadap deformasi yang
timbul.Agregat berbentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan
konstruksi perkerasan jalan.
4) Pipih (flaky)
Partikel agregat berbentuk pipih dapat merupakan hasil dari mesin pemecah batu
ataupun memang merupakan sifat dari agregat tersebut yang jika dipecahkan
cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu agregat yang lebih tipis dari 0,6
kali diameter rata-rata. Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu
pencampuran, pemadatan ataupun akibat beban lalu lintas.
5) Tak beraturan (irregular)
Partikel agregat tak beraturan, tidak mengikuti salah satu yang disebutkan di
atas.Tekstur permukaan berpengaruh pada ikatan antara batu dengan aspal.
Tekstur permukaan agregat terdiri atas :1) Kasar sekali (very rough),2) Kasar
(rough),3). Halus,4). Halus dan licin (polished)
Permukaan agregat yang halus memang mudah dibungkus dengan aspal, tetapi
sulit untuk mempertahankan agar film aspal itu tetap melekat, karena makin kasar
bentuk permukaan maka makin tinggi sifat stabilitas dan keawetan suatu
campuran aspal dan agregat.
Campuran aspal beton (AC) dapat dibuat bergradasi halus (mendekati batas
titik-titik kontrol atas), tetapi akan sulit memperoleh rongga dalam agregat (VMA)
yang disyaratkan. Lebih baik digunakan aspal beton bergradasi kasar (mendekati
batas titik-titik kontrol bawah).

11.Jenis Komposisi Gradasi Agregat

Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat merupakan hal yang
penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi agregat mempengaruhi
besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam
proses pelaksanaan.
Gradasi agregat merupakan campuran dari berbagai diameter butiran agregat
yang membentuk susunan campuran tertentu. Gradasi agregat ini diperoleh dari hasil
analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan (dengan ukuran saringan 19,1 mm;
12,7 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,18 mm; 0,59 mm; 0,149 mm; 0,074 mm),
dimana saringan yang paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus terletak paling
bawah. Satu saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutup (Silvia Sukirman, 1999).

1) Jenis Gradasi Agregat


Gradasi agregatdibedakan menjadi tiga macam, yaitu gradasi rapat, gradasi seragam dan
gradasi timpang.
a). Gradasi Rapat (Dense Graded/ Well Graded)
Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded).
Agregat dinamakan bergradasi baik bila persen yang lolos setiap lapis dari
sebuah gradasi memenuhi :
P = 100 (d/D)0,45
Dimana :

50
P = persen lolos saringan dengan ukuran bukaan d mm.
d = ukuran agregat yang sedang diperhitungkan
D = ukuran maksimum partikel dalam gradasi tersebut.
Agregat dengan gradasi rapat akan menghasilkan lapis perkerasan denganstabilitas
tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume besar.
b) Gradasi Seragam (Uniform Graded)
Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/ sejenisatau
mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapatmengisi
rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka.Agregat dengan
gradasi seragam akan menghasilkan lapisan perkerasandengan sifat permeabilitas
tinggi, stabilitas kurang dan berat volume kecil.
c). Gradasi Timpang/Senjang (Poorly Graded/ Gap Graded)
Gradasi timpang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi duakategori di
atas.Agregat bergradasi timpang umumnya digunakan untuklapisan perkerasan lentur
yaitu gradasi senjang, merupakan campuran agregatdengan 1 fraksi hilang dan 1
fraksi sedikit sekali. Agregat dengan gradasitimpang akan menghasilkan lapis
perkerasan yang mutunya terletak diantarakedua jenis di atas.

Gambar . Ilustrasi Macam Gradasi Agregat

12.Bahan Campuran Aspal Beton Lapis Antara (AC-BC)


1) Agregat
Agregat adalah sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat. ASTM 95
mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa
masa berukuran besar atau berupa fragmen-fragmen (Sukirman, S. 2007). Agregat
merupakan bagian terpenting dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95% agregat
berdasarkan persentase berat, atau 75-85% agregat berdasarkan volume. Sehingga sifat
agregat dan hasil dari campuran agregat sangat mempengaruhi kualitas perkerasan
jalan (Tjerita, 2013).
Agregat juga dibagi berdasarkan ukuran butirannya menurut Kementerian Pekerjaan
Umum (2010) yaitu:
1) Agregat kasar, agregat yang tertahan saringan No. 8.
2) Agregat halus, agregat yang lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No. 200.
3) Bahan Pengisi (filler), termasuk agregat halus yang sebagian besar lolos saringan
No. 200.
2) Agregat Kasar
Menurut spesifikasi Kementerian Pekerjaan Umum. 2010 divisi 6, agregat untuk
rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No. 8 (2,36 mm) yang dilakukan
secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau yang lainya
dan sesuai dengan yang disyaratkan. Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah

51
mesin dan disiapkan dalam ukuran sesuai jenis campuran yang direncanakan.
Ketentuan tersebut sesuai Kementerian Pekerjaan Umum. 2010 divisi 6 dapat dilhat
pada Tabel 8.

Tabel 8 Ketentuan Agregat Kasar


Pengujian Standar Nilai
Natrium Sulfat Maks 12%
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 3407: 2008
Magnesium Sulfat Maks 18%

100 Putaran Maks 6%

Campuran AC Modifikasi
500 Putaran Maks 30%

Abrasi dengan
SNI 2417:2008
mesin Los Angeles
100 Putaran Maks 8%
Semua jenis campuran aspal
bergradasi lainnya
500 Putaran Maks 40%

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439: 2011 Min 95%


Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619: 2012 95/90 *)
ASTM D4791
Partikel pipih dan lonjong Maks 10%
Perbandingan 1:5
Material lolos ayakan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks 2%

Catatan:
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih 90% agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah atau lebih
Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, Spesifikasi Umum, Divisi 6 Perkerasan
Aspal, 2010 revisi 3: 36

3)Agregat Halus
Menurut persyaratan spesifikasi Kementerian Pekerjaan Umum. 2010 divisi 6, agregat
halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu
pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan no. 8 (2,36) dan kemudian tertahan di
saringan No. 200 (0.075 mm). Selain itu bahan agregat halus harus bebas dari lempung
dan yang tidak dikehendaki. Komposisi agregat yang dipakai mengacu berdasarkan
Kementerian Pekerjaan Umum. 2010 divisi 6 dapat dilihat pada Tabel 9

52
Tabel 9Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min 60%
Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min 45

Gumpalan Lempung dan Butir-butir


SNI 03-4141-1996 Maks 1%
Mudah Pecah dalam Agregat

Agregat Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117: 2012 Maks 10%
Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, Spesifikasi Umum, Divisi 6 Perkerasan
Aspal, 2010 revisi 3: 37

13 Gradasi Agregat Pada Campuran

Gradasi agregat adalah butiran agregat yang tersusun sesuai ukuranya. Ukuran butir
tersebut diperoleh melalui pemeriksaan atau pengujian analisis saringan. Satu set
saringan umumnya terdiri dari saringan berukuran 1" yang paling halus No. 200 dan
terbawah yaitu pan. Saringan berukuran bukaan paling besar diletakkan teratas dan yang
paling halus (No.200) terbawah sebelum pan (Sukurman, S. 1999). Gradasi agregat
menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat campuran.
Agregat campuran yang terdiri dari agregat berukuran sama akan berongga atau berpori,
karena tidak ada agregat yang beukuran lebih kecil yang dapat mengisi rongga tersebut.
Menurut (Sukirman, S. 2007) agregat bergradasi baik adalah agregat yang ukuran
butiranya terdistribusi merata dalam satu rentang ukuran butir. Campuran agregat
bergradasi baik mempunyai pori sedikit, mudah dipadatkan, dan mempunyai stabilitas
yang tinggi.
Pada campuran aspal beton gradasi agregat memiliki perbedaan yang bermacam-macam
sesuai dengan jenis perkerasannya. Gradasi ini terbagi menjadi gradasi halus dan kasar
dengan presentase lolos saringan berbeda. Gradasi agregat untuk campuran aspal
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal


Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos
ASTM (mm) WC BC Base
1 1/2'' 37,5 - - 100
1'' 25 - 100 90-100
3/4'' 19 100 90-100 76-90
1/2'' 12,5 90-100 75-90 60-78
3/8'' 9,5 77-90 66-82 52-71
No. 4 4,75 53-69 46-64 35-54
No. 8 2,36 33-53 30-49 23-41
No. 16 1,18 21-40 18-38 13-30
No. 30 0,6 14-30 12-28 10-22
No. 50 0,3 9-22 7-20 6-15

53
No. 100 0,15 6-15 5-13 4-10
No. 200 0,075 4-9 4-8 3-7
Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, Spesifikasi Umum, Divisi 6
Perkerasan Aspal, 2010 revisi 3: 38

14. Butiran halus (Filler)

Butiran halus (Filler)adalah material yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm). Material
pengisi (filler) antara lain abu batu, kapur padam, Portland cement (PC), abu terbang (fly
ash), abu tanur semen atau material non plastis. Filler dapat berfungsi mengurangi
kepekaan pada temperatur serta mengurangi jumlah rongga udara dalam campuran dan
memberikan peningkatan terhadap stabilitas namundemikian jumlah filler harus dibatasi
pada suatu batas yang menguntungkan, jika terlalu tinggi bahan filler akan
menyebabkan campuran menjadi getas dan akan mudah retak akibat beban lalu lintas.
Sebaliknya bila terlalu sedikit bahan filler akan menyebabkan campuran menjadi lembek
pada cuaca panas (Fannisa, H. 2010). Disamping itu, kadar dan jenis filler akan
berpengaruh terhadap sifat elastisitas campuran dan sensifitas campuran (Reza, 2012).

15. Kerusakan Permukaan Perkerasan atas Jalan

Bentuk dasar kerusakan Jalanpada permukaan aus jalan dapat dikelompokan menjadi 4 jenis
bentuk kerusakan
5) Kerusakan Craking

Kerusakan jenis cracking dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis antara lain.
Bentuk kerusakan pada permukaan perkerasan jalan ditandai melalui jenis
 Long dan transversal kerusakan pada permukaan jalan membentuk arah
memanjang dan melintang jalan mengalami keretakan .
Penyebab kerusakan: kosnstruksi perkerasan hubungan lajur saat pelaksanaan
yang jelek, penyusutan permukaan AC pada temperature rendah, retakan dibawah
lapis permukaan,

 Block cracking bentuk retak membagi perkerasan dengan bentuk persegi


panjang.
/Penyebab kerusakan: penyusutan dari asphaltic concrete (AC) pada perkerasan
karena perubahan siklus temperatus harian.

 Slippage Crack retakan membetuk bulan sabit pada perkerasan jalan.


Penyebab kerusakan: Pergeseran atau pembebanan roda kendaraan pada
permukaan perkerasan, kerusakan muncul ketika campuran asphalt memiliki
kekuatan rendah, atau ikatan yang jelek antara permukaan lama dan lapisan baru.

54
 Aligator crack bentuk retak seperti kulit buaya pada permukaan perkerasn, reta
dimulai pada bagian bawah aspal, melalui retak slipcrack.
Penyebab kerusakan; lapis permukaan yang mengalami kelelahan karena terjadi
pengulanga beban as roda kendaraan. Refleksi dari retak dibawahnya, pergeseran
laju lalu lintas arah melintang, slip roda kendaraan.

 Fatigue Crack bentuk kerusakan karena perkerasan mengalami oksidasi dan aspal
patah.
Penyebab kerusakan: pembebanan berlebihan dan menimbulkan asphalt
mengalami plastic dan kelelahan pembebanan.
6) Kerusakan distortion
Kerusakan ini dipengaruhi antara lain campuran perkerasan, temperatus saat pelaksanaan,
dan beban as roda kendaraan.

 Rutting bentuk kerusakan membentuk lajur roda kendaraan pada permukaan


perkerasan jalan. Penyebab kerusakan mutu campuran bahan perkerasan,
 Corrugation and Shoving berombak, keriting, kerusakan sekumpulan permukaan
asphalt yang berbentuk gunung yang muncul berjarak biasanya < 3 m sepanjang
lajur perkerasan. Penyebab kerusakan, gerakan arah lalu lintas dikombinasi
dengan permukaan perkerasan yang tdak stabil dan lapisan pondasi perkerasan
yang tidak stabil.
 Depretion, kerusakan permukaan jalan karena kelelahan campuran aspalh..
Penyebab kerusakan akibat pembebanan berulang pada lapisan permukaan jalan.
 Swelling pengembangan lapisan perkerasan mengalami menonjol kepermukaan
pada arah perkerasan memanjang, bergelombang disertai retak permukaan.
Penyebab kerusakan pembekuan dilapisan tanah dasar atau pengembangan tanah
sebagai badan jalan/ lapisan subgrade.
 Bumps & sag mengembang dan melendut, permukaan mengembang berbetuk
kecil, terbatas, bergerak keatas permukaan perkerasan, melendut berbentuk kecil,
kasar, bergerak kebawah permukaan perkerasan. Penyebab kerusakan penununan
dan penonjolan Pcc slab dalm asphalt concrete overlay diatas PCC pavement,
masuknya dan terbentuknya material dalam retakan dikombinasi dengan beban
lalu lintas.
 Edge Cracking retak tepi berbentuk pararel pada bagian luar tepi perkerasan.
Penyeban kerusakan pembebanan lalu lintas dan dapat disebabkan oleh
pembekuan perlemahan pondasi bawah atau tanah dasar sub grade.

55
 Patching and utility patching pada area perkerasan yang telah diganti dengan
material baru untuk diperbaiki. Penyebab karena kerusakan dari jenis potholes
berlunbang,

7) Kerusakan disintegration
Jenis kerusakan permukaan perkerasan dapat dikelompokan dari jenis.

 Ravelling, terjadinya kekusutan pada permukaan perkerasan atau tidak rata pada
permukaan perkerasan.
Penyebab kerusakan: pelepasan ikatan antara bahan asphalt dengan agregat kasar pada
perkerasn akibat pengaruh cuaca.

 Wethering & raveling kerusakan cuaca dan kekusutan. Terlepasnya permukaan


perkerasan karena hilangnya lapisan asphalt atau ikatan asphalt dan agregat kaasar.
Penyebab kerusakan. Kualitas campuran asphalt yang jelek. Pergerakan kendaraan
pada bagian perkerasan yang kontinyu.

56
 Potholes ( lubang Jalan) permukaan jalan berlubang diameter < 3 m berbentuk bulat,
campuran perkerasan yang jelek. Penyebab kerusakan lintasan roda kendaraan.

8) Kerusakan skid resistance


Jenis dari kerusakan dapat dikelompokan menjadi

 Bleeding, kerusakan permukaan perkerasan bercahaya, lengket. Bahan asphalt


masuk kerongga udara dalam campuran selama udara panas dan menyebar ke
permukaan. Penyebab kerusakan kandungan batu bara yang terurai pada
permukaan perkerasan, bahan asphalt akan terakumulasi di permukaan.
 Polished agregat Agregat mengkilap, kerusakan agregat permukaan jadi licin,
adesi dengan ban kendaraan menjadi berkurang, tidak dapat mengurangi laju
kendaraan..penyebab kerusakan gerakan kendaraan pada permukaan jalan, tibul
pengausan, bahan campuran pavemen jelek, kelebihan asphalt.
 Fuel Spillage permukaan perkerasan rendah dari daerah muka tanah, area tertentu
dengan kondisi lapis permukaan menjadi lembek. Penyebab kerusakan adanya
pelarutan asphalt akibat tumpahan minyak, oil dan bahan pelarut lainya pada
permukaan perkerasan.

Test Formatif

1. Pada pembuatan bahan ikatan lapisan perkerasan jalan yang mengunakan bantuan
penguapan dari jenis minyak tergolong
a) Aspal minyak
b) Aspal alam dari aspal buton
c) Aspal proses panas
d) Aspal Porous
e) Aspal AC-WC
2. Untuk bahan ikatan pada perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis
a) asphalticbase crude oil.
b) Ashalticbase crude banyak paraffin.
c) Ashaltic crude oil.
d) Ashaltic paraffin
e) Ashaltic base oil

57
3. bahan ikatan pada perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak dicampur bahan
pelarutyang memiliki penguapan rendah disebut
a) RC (Rapid Curing cut back).
b) MC (Medium Curing cut back)
c) SC(Slow curing dan Slow Setting)
d) Aspal matic
e) Aspal penetrasi
4. Pekerjaan lapis permukaan jalan mengunakan dari bahan asbuton dengan dingin disebut
a). Seal Coat Asbuton
a) Sand Sheet asbuton.
b) Surface Treatment Asbuton.
c) Aspal beton
d) Aspal buton
5. Pelaksanaan penghamparan campuan aspal buton dijalan dengan ditaburi agregat single
size disebut
a) Surface Treatment Asbuton
b) Sand sheet asbuton
c) seal coat Asbuton.
d) Aspal matic
e) Aspal penetrasi

6. Agregatadalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak
a) kurang lebih 55- 65 % dari volume beton atau mortar.
b) kurang lebih 65-70 % dari volume beton atau mortar.
c)kurang lebih 75- 85 % dari volume beton atau mortar.
d)kurang lebih95- 99 % dari volume beton atau mortar.
e) kurang lebih 45- 55 % dari volume beton atau mortar.

7. Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau proses penghancuran
menjadi butiran bervariasi, Jenis batuan yang bermutu baik digunakan untuk agregat
memiliki kekerasan tidak mudah aus /rapuh, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat dari
alam diproses menjadi :
a) Agregat butiran bervariasi, agregat halus,abu batu.humus
b)Agregat butiran bervariasi, agregat halus,abu batu, tanah hitam.
c) Agregat butiran bervariasi, agregat halus,abu batu.lempung
d) Agregat butiran bervariasi, agregat halus,abu batu.Tanah merah
e) Agregat butiran bervariasi, agregat halus,abu batu.
8. Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena keterbatasan
hasil agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze, fly ash, yang berasal dari limbah
a)Pembangkit tenaga uap, tanah liat yang dibakar, cook breeze limbah sisa pembakaran
arang, hydite berasal dari tanah liat (shale), lelite terbuat dari batu metamorphore, tanah
basah

58
b)Pembangkit tenaga uap, tanah liat yang dibakar, cook breeze limbah sisa pembakaran
arang, hydite berasal dari tanah liat (shale), lelite terbuat dari batu metamorphore, tanah
lempung
c)Pembangkit tenaga uap, tanah liat yang dibakar, cook breeze limbah sisa pembakaran
arang, hydite berasal dari tanah liat (shale), lelite terbuat dari batu metamorphore
d)Pembangkit tenaga uap, tanah liat yang dibakar, cook breeze limbah sisa pembakaran
arang, hydite berasal dari tanah liat (shale), lelite terbuat dari batu metamorphore, pasir
besi
e)Pembangkit tenaga uap, tanah liat yang dibakar, cook breeze limbah sisa pembakaran
arang, hydite berasal dari tanah liat (shale), lelite terbuat dari batu metamorphore, tanah
merah

9. Agregat sebagai bahan campuaran dalam pembuatan aspal dapat diperoleh dari hasil
penambangan dan di proses dapat dibedakan menjadi agregat Alam dan agregat
buatanbatu pecah, jika dipakai pada campuran memiliki kesamaan antara lain
a). butiran memiliki kesamaan dari ukuran dan bentuk, permukaan halus, lonjong, dan
butiran hampir segaram.
b). Memliki gradasi butiran berbeda karena dalam proses melalui saringan ayakan
permukaan kasar dan tidak rata.
c) memiliki butiran dapat dikendalai kan sesuai dengan jenis pembuatan campuran
memiliki permukaan bahan bervariasi dan lolos uji disain.
d) butiran memiliki kesamaan dari ukuran dan bentuk, permukaan halus, lonjong, dan
butiran hamper segaram.
e) Memiliki butiran seragam dari ukuran dan bentuk, permukaan halus, lonjong, dan
butiran seragam

10. Gradasi agregat dibedakan menjadi tiga macam, gradasi yang memiliki butiran
bervariasi dari ukuran terkeci hingga besar sesaui gardasi lolos saringan sebagai bahan
campuran perkerasan aspal disebut
a) gradasi rapat
b) gradasi seragam
c) gradasi timpang.
d) Gradasi senjang
e) Gradasi beraturan
11. Ravelling, terjadinya kekusutan pada permukaan perkerasan atau tidak rata pada
permukaan perkerasan.Penyebab kerusakan: pelepasan ikatan antara bahan asphalt
dengan agregat kasar pada perkerasn akibat pengaruh cuaca. Termasuk
a) Cracking
b) Distorsi
c) disintegrasion
d) Skid resisten
e) Bleding

59
Minggu Ke Tiga
Uraian Materi III:Percampuran Aspal Beton

Aspal beton adalah salah satu tipe campuran untuk lapisan bagian atas jalan atau lapisan aus
yang mempunyai nilai struktural dengan kualitas yang tinggi,terdiri atas agregat yang berkualitas
yang dicampur dengan aspal sebagai bahanpengikatnya.material-material pembentuk aspal beton
dicampur di instalasipencampur disebut Aspal Mixer Plan (AMP) pada suhu diatas 145 0 dan
suhu tertentu, kemudian diangkut mengunakan dump truk dan dilingdungi pada bak truk dengan
terpal ke lokasi, dihamparkan, dandipadatkan. Suhu penhamparan tidak boleh kuaran dari standar
proses penghamparan.
Dalam pencampuran aspal harus dipanaskan untuk memperoleh tingkatkecairan (viskositas)
yang tinggi agar dapat mendapatkan mutu campuran yangbaik dan kemudahan dalam
pelaksanaan. Pemilihan jenis aspal yang akandigunakan ditentukan atas dasar lokasi wilayah
kerja melalui suhu dan iklim wilayah, kepadatan lalu lintas dan jenis konstruksilapisan
yangyang akan digunakan.

60
1.Jenis Beton Aspal
Jenis beton aspal dapat dibedakan berdasarkan suhu pencampuran material pembentuk beton
aspal, dan fungsi beton aspal. Berdasarkan temperature yang dstandarkan, ketikamencampur dan
memadatkan campuran, campuran beraspal (beton aspal) dapatdibedakan atas:
1) Beton aspal campuran panas (hot mix) adalah beton aspal yang materialpembentuknya di
campur pada suhu pencampuran sekitar 140° C.
2) Beton aspal campuran sedang (warm mix) adalah beton aspal yang materialpembentuknya
di campur pada suhu pencampuran sekitar 60° C.
3) Beton aspal campuran dingin (cold mix) adalah beton aspal yang materialpembentuknya di
campur pada suhu pencampuran sekitar 25° C.
Sedangkan berdasarkan fungsinya beton aspal dapat dibedakan atas:
1) Beton aspal untuk lapisan aus/ wearing course (WC), adalah lapisanperkerasan yang
berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakanlapisan yang kedap air, tahan
terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yangdiisyaratkan.
2) Beton aspal untuk lapisan pondasi/ binder course (BC), adalah lapisanperkerasan yang
tetletak di bawah lapisan aus.tidak berhubungan langsungdengan cuaca, tetapi perlu
stabilisasi untuk memikul beban lalu lintas yangdilimpahkan melalui roda kendaraan.
3) Beton aspal untuk pembentuk dan perata lapisan beton aspal yang sudahlama, yang pada
umumnya sudah aus dan seringkali tidak lagi berbentukcrown.

2.Karakteristik Campuran Aspal Beton


Karakteristik campuran aspal beton yang harus dimiliki oleh sifat campuran panas aspal
beton antara lain adalah:
1) Stabilitas, yaitu kekuatan dari campuran aspal untuk menahan deformasiakibat beban
tetap dan berulang tanpa mengalami keruntuhan (plastic flow).Untuk mendapat
stabilitas yang tinggi diperlukan agregat bergradasi baik,rapat, dan mempunyai rongga
antar butiran agregat (VMA) yang kecil. Tetapiakibat VMA yang kecil maka pemakaian
aspal yang banyak akanmenyebabkan terjadinya bleeding karena aspal tidak dapat
menyelimutiagregat dengan sempurna dan berlebihan pengunaan aspal.
2) Durabilitas atau ketahanan, yaitu ketahanan campuran aspal terhadappengaruh cuaca,
air, perubahan suhu, maupun keausan akibat gesekan rodakendaraan. Untuk mencapai
ketahanan yang tinggi diperlukan rongga dalamcampuran (VIM) yang kecil, sebab
dengan demikian udara tidak (atau sedikit)masuk kedalam campuran yang dapat
menyebabkan menjadi rapuh.Selain itudiperlukan juga VMA yang besar, sehingga aspal
dapat menyelimuti agregatlebih baik.
3) Fleksibilitas atau kelenturan, yaitu kemampuan lapisan untuk dapatmengikuti deformasi
yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpamengalami retak (fatigue cracking).
Untuk mencapai kelenturan yang tinggidiperlukan VMA yang besar, VIM yang kecil,
dan pemakaian aspal denganpenetrasi tinggi.
4) Kekesatan (skid resistence), yaitu kemampuan perkerasan aspal memberikanpermukaan
yang cukup kesat sehingga kendaraan yang melalui tidakmengalami slip, baik diwaktu
jalan basah maupun kering. Untuk mencapaikekesatan yang tinggi perlu pemakaian
kadar aspal yang tepat sehingga tidakterjadi bleeding, dan penggunaan agregat kasar
yang cukup
5) Ketahanan leleh (fatigue resistence), yaitu kemampuan aspal beton untukmengalami
beban berulang tanpa terjadi kelelahan berupa retak ataukerusakan alur (rutting).

61
6) Permeabilitas, yaitu kemudahan campuran aspal sebagai media rembes udara dan air.
7) Workabilitas, yaitu kemudahan campuran aspal untuk diolah da dilaksanakan. Faktor
yangmempengaruhi workabilitas antara lain gradasi agregat, dimana agregat
yangbergradasi baik lebih mudah dikerjakan, dan kandungan filler, dimana filleryang
banyak akan mempersulit pelaksanaan.

3.Campuran Beraspal Panas


Merupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampurdengan
aspal.Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaanagregat terselimuti aspal
dengan seragam.Untuk mengeringkan agregat danmemperoleh kekentalan aspal yang mencukupi
dalam mencampur danmengerjakannya, maka kedua-duanya dipanaskan pada temperatur
tertentu.Umumnya suhu pencampuran dilakukan pada suhu 145° C – 155° C.
Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam bentuk aspal campuran panasyang digunakan
untuk lapisan perkerasan jalan. Perbedaannya terletak pada jenisgradasi agregat dan kadar aspal
yang digunakan. Pemilihan jenis beton aspal yangakan digunakan di suatu lokasi sangat
ditentukan oleh jenis karakteristik betonaspal yang lebih diutamakan.Sebagai contoh, jika
perkerasan direncanakan akandigunakan untuk melayani lalu lintas berat, maka sifat stabilitas
lebih diutamakan.Ini berarti jenis beton aspal yang paling sesuai adalah beton aspal yang
memilikiagregat campuran bergradasi baik. Pemilihan jenis beton aspal ini
mempunyaikonsekuensi pori dalam campuran menjadi lebih sedikit, kadar aspal yang
dapatdicampurkan juga berkurang, sehingga selimut aspal menjadi lebih tipis (SilviaSukirman,
2003).

Jenis beton aspal campuran panas yang ada di Indonesia saat ini adalah:
1). Laston (Lapisan Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi menerus yangumum digunakan
untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas yang cukupberat. Laston dikenal pula dengan namaAC
(Asphalt Concrete).Karakteristikbeton aspal yang terpenting pada campuran ini adalah
stabilitas.Tebalnominal minimum Laston 4-6 cm.
Sesuai fungsi lapisan aspal beton ( Laston) mempunyai 3 macam campuran yaitu:
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaAC-WC (AsphaltConcrete-Wearing
Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah 4cm.
b. Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan namaAC-BC (AsphaltConcrete-Binder
Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah 5 cm.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan namaAC-Base (AsphaltConcrete-Base).
Tebal nominal minimum AC-BC adalah 6 cm.

2). Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi senjang.Lataston biasa
pula disebut dengan HRS (Hot Rolled Sheet).Karakteristikbeton aspal yang terpenting pada
campuran ini adalah durabilitas danfleksibilitas. Sesuai fungsi Lataston mempunyai 2 macam
campuranyaitu:
a. Lataston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaHRS-WC (Hot RolledSheet-Wearing
Course). Tebal nominal minimum HRS-WC adalah 3 cm.
b. Lataston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan namaHRS-Base (HotRolled Sheet-base).
Tebal nominal minimum HRS-Base adalah 3,5 cm.

62
3). Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), adalah beton aspal untuk jalan-jalandengan lalu lintas
ringan, khususnya dimana agregat kasar tidak atau sulitdiperoleh. Lapisan ini khusus
mempunyai ketahanan alur (rutting) rendah.Oleh karena itu tidak diperkenankan untuk daerah
berlalu lintas berat ataudaerah tanjakan.Latasir biasa pula disebut sebagai SS (Sand Sheet)
atauHRSS (Hot Rolled Sand Sheet). Sesuai gradasi agregatnya, campuran latasirdapat
dibedakan atas:
a. Latasir kelas A, dikenal dengan namaHRSS-A atau SS-A. Tebal nominalminimum HRSS-A
adalah 1,5 cm.
b. Latasir kelas B, dikenal dengan namaHRSS-B atau SS-B. Tebal nominalminimum HRSS-A
adalah 2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dariHRSS-A.

4). Lapisan perata adalah beton aspal yang digunakan sebagai lapisan perata danpembentuk
penampang melintang pada permukaan jalan lama. Semua jeniscampuran beton aspal dapat
digunakan, tetapi untuk membedakan dengancampuran untuk lapis perkerasan jalan baru,
maka setiap jenis campuranbeton aspal tersebut ditambahkan huruf L(Leveling). Jadi ada jenis
campuranAC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L), HRS-WC(L), dan seterusnya.

5). SMA (Split Mastic Asphalt) adalah beton aspal bergradasi terbuka denganselimut aspal yang
tebal. Campuran ini mempergunakan tambahan berupafiber selulosa yang berfungsi untuk
menstabilisasi kadar aspal yang tinggi.Lapisan ini terutama digunakan untuk jalan-jalan
dengan beban lalu lintasberat. Ada 3 jenis SMA, yaitu:a. SMA 0 / 5 dengan tebal perkerasan
1,5 – 3 cm.,b. SMA 0 / 8 dengan tebal perkerasan 2 – 4 cm.,c. SMA 0 / 11 dengan tebal
perkerasan 3 – 5 cm.Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi
senjang.Lataston biasa pula disebut dengan HRS (Hot Rolled Sheet)(Pusat pengembangan
Jalan raya 200 dan Silvia Sukirman, Beton Aspal Campuran Panas, 2003)

4. Material Lapisan Perkerasan aus (wearing course)

1) Laston
Laston adalah lapis permukaan atau lapis fondasi yang terdiri atas lastonlapis aus (AC-WC),
laston lapis permukaan antara (AC-BC) dan laston lapisfondasi (AC-Base).
Pembuatan Lapis Aspal Beton (LASTON) dimaksudkan untuk mendapatkansuatu lapisan
permukaan atau lapis antara pada perkerasan jalan raya yang mampumemberikan
sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi sebagai lapisankedap air yang dapat
melindungi konstruksi dibawahnya. Sebagai lapispermukaan, Lapis Aspal Beton harus dapat
memberikan kenyamanan dankeamanan yang tinggi (Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal
Beton Untuk JalanRaya, SKBI – 2.4.26.1987 dan SNI )

2) Fungsi dan Sifat Laston


Laston dengan proses aspal campuran panas yang bergradasi tertutup
(bergradasimenerus) yang berfungsi sebagai:a). Sebagai pendukung / penopang pada
beban lalu lintas,
b). Sebagai pelindung dan menjaga ketahanan konstruksi dibawahnya.,c). Sebagai lapisan
aus permukaan jalan, d).Menyediakan dan membuat permukaan jalan yang rata dan tidak
licin.

63
Sedangkan sifat-sifat dari Laston antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut

a). harus mempunyai permukaan kedap air.b). memiliki ketahanan terhadap keausan
lapisan akibat gesek dan pembebanan lalu lintas.c). Mempunyai nilai structural dari
campuran material.,d). Mempunyai stabilitas bahan yangsedang dan tinggi, e)sensitive
material terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan, disedrhanakan dalam
table dibawah ini sifat campuran laspiran beton.

Tabel 1Ketentuan Sifat-Sifat Campuran lapisan aspal beton (Laston)


Tugas saudara mencari contoh melalu web media pembelajaran lain?

5.BahanPenyusun Lapisan Aspal Beton (Laston)


Campuran aspal yang akan dibuat sebagaibahan komparasi adalah Laston pada lapisan aus
(AC-WC). Bahan penyusun dan yang membedakan hanya pada bahanpengikatnya.Berikut
adalahpenyusun dari campuran tersebut.
1) Agregat
Agregat secara umum memiliki fisik
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupaagar
campuran beraspal panas dengan asbuton olahan, yangproporsinya dibuat sesuai

64
dengan rumus perbandingan campuran danmemenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan dalam Tabel agregat kasar dan agregathalus dibawah ini
b) Setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal panasdengan
asbuton olahan, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan danselanjutnya
tumpukan persediaan harus dipertahankan paling sedikituntuk kebutuhan
campuran beraspal panas dengan asbuton olahansatu bulan berikutnya.
c) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.
d) Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus minimum2,5 dan
perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.

2) Agregat Kasar harus memiliki


a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakanNo.8 (2,36 mm)
dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempungatau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuanyang diberikan dalam Tabel agregat
kasar
b) Fraksi agregat kasar harus batu pecah atau kerikil pecah dan harusdisiapkan dalam
ukuran nominal. Ukuran maksimum (maximum size)agregat adalah satu ayakan
yang lebih besar dari ukuran nominalmaksimum (nominal maximum size). Ukuran
nominal maksimumadalah satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama
(teratas)dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.
c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkandalam Tabel
agregat kasar. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagaipersen terhadap
berat agregat yang lebih besar dari 2,36 mm denganbidang pecah satu atau lebih.
d) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok keUnit
Pencampur Aspal melalui pemasok penampung dingin (cold binfeeds) sedemikian
rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapatdikendalikan dengan baik.

Tabel 2 Persyaratan Agregat Kasar

3) Agregat Halus, harus memiliki


a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri atas pasiratau pengayakan
batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakanNo.8 (2,36 mm) sesuai SNI 03-
6819-2002.
b) Fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin dan pasir harusditumpuk terpisah.
c) Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal. Persentase maksimumyang disarankan
untuk Laston (AC) adalah 10%.

65
d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas darilempung, atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Agregat halusharus diperoleh dari batu yang
memenuhi ketentuan mutu. Agarmemenuhi ketentuan mutu, batu pecah halus harus
diproduksi daribatu yang bersih.
e) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan dipasokke Unit
Pencampur Aspal dengan melalui pemasok penampungdingin (cold bin feeds) yang
terpisah sedemikian rupa sehingga rasioagregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol
dengan baik.
f) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkanpada Tabel
agregat halus

Tabel 3 Persyaratan Agregat Halus

4) Bahan Pengisi (Filler) memiliki


a) Bahan pengisi (filler) yang ditambahkan harus dari semen Portland.Bahan tersebut
harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.
b) Debu batu (stonedust) dan bahan pengisi yang ditambahkan haruskering dan bebas
dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji denganpengayakan sesuai SNI 03-4142-1996
harus mengandung bahan yanglolos ayakan No.200 (0,075mm) tidak kurang dari
75% dari yanglolos ayakan No. 30 (0,600mm) dan mempunyai sifat non plastis.
c)
5) Gradasi agregat gabungan
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal.Laston harus berada di luar zona
larangan (restriction zone) danberada dalam batas-batas titik kontrol (control point) yang
diberikan dalamTabel dibawah ini.

Tabel 4 Persyaratan Gradasi Agregat Gabungan

66
6) Pengikat Aspal
a) Aspal keras pen 60/70 yang digunakan harus memenuhi persyaratan . Untuk campuran
beraspal panas dengan asbuton olahan, aspalyang digunakan harus salah satu dari
jenis, aspal yang dimodifikasidengan Asbuton, bitumen Asbuton modifikasi dan aspal
keras Pen 60apabila menggunakan Asbuton butir. Persyaratan untuk bitumen
Asbutonmodifikasi bisa dilihat pada Tabel .5
b) Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6399-2000.
Pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki harusdilaksanakan pada bagian
atas, bagian tengah dan bagian bawah. Contohpertama yang diambil harus langsung
diuji di laboratorium lapangan untukmemperoleh nilai penetrasi dan titik lembek.
Pengambilan contoh pertamatersebut memenuhi ketentuan dari pedoman ini. Bilamana
hasil pengujiancontoh pertama tersebut lolos ujian, tidak berarti aspal dari truk
tangkiyang bersangkutan diterima secara final kecuali aspal dan contoh yangmewakili
telah memenuhi semua sifat-sifat yang disyaratkan dalampedoman ini.
c) Aspal harus di ekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-1994. Setelah
konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200ml, partikel mineral yang
dianggap terkandung dipindahkan dengan alatsentrifugal. Pemindahan ini dianggap
memenuhi kadar abu dalam aspalyang diperoleh kembali tidak lebih dari 1% (dengan
pengapian). Aspalharus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-
6894-2002.

Tabel 7Persyaratan Aspal Keras Pen 60/70

67
Dalam lapisan perkerasan aspal beton dapat juga dibentuk dari bahan modifikasi antara aspal
Pen 60/70 ditambahkan gradasi aspal buton, harus memenuhi persyaratan teknis pada
gradasi dan kekuatan bahan aspal buatan , persyaratan teknik meliputi penetrasi, titik
lembek, titik nyala, daktilitas, berat jenis, penetrasi pada penurunan berat, dan konsentrasi
pada pelarutan, dll, persyaratan dapat disederhanakan pada table 8

Tabel8Persyaratan Asbuton Modifikasi

6. Karakteristik Marshall
Karakteristik campuran panas pada pembuatan lapis perkerasan jalan, campuran agregat, filler,
dan aspal dapat diukur dari sifat-sifat melalui pengujian Marshall yang ditunjukan pada nilai-
nilai sebagai berikut :
1) Kerapatan (Density)
Density merupakan tingkat kerapatan campuran setelah campurandipadatkan.Semakin
tinggi nilai density suatu campuran menunjukan bahwakerapatannya semakinbaik. Nilai
density dipengaruhi oleh beberapa factor seperti gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan
penyusun, factor pemadatan baik jumlah pemadatan maupun temperatur
pemadatan,penggunaan kadar aspal dan penambahan bahan additive dalam
campuran.Campuran dengan nilai density yang tinggi akan mampu menahan bebanyang lebih
besar dibanding dengan campuran yang memiliki nilai densityyang rendah, karena butiran
agregat mempunyai bidang kontak yang luassehingga gaya gesek (friction) antar butiran
agregat menjadi besar. Selain itudensity juga mempengaruhi kedapan campuran, semakin
kedap terhadapair dan udara.

68
2) Stabilitas (Stability)
Stabilitas merupakan kemampuan lapis keras untuk menahan deformasiakibat beban lalu
lintas yang bekerja diatasnya tanpa mengalami perubahanbentuk tetap seperti gelombang
(wash boarding) dan alur (rutting). Nilai stabilitas dipengaruhi oleh bentuk, kualitas, tekstur
permukaan dan gradasiagregat yaitu gesekan antar butiran agregat (internal friction)
danpenguncian antar agregat (interlocking), daya lekat (cohesion) dan kadaraspal dalam
campuran.
Penggunaan aspal dalam campuran akan menentukan nilai stabilitascampuran tersebut.
Seiring dengan penambahan aspal, nilai stabilitas akanmeningkat hingga batas maksimum.
Penambahan aspal di atas batasmaksimum justru akan menurunkan stabilitas campuran itu
sendiri sehinggalapis perkerasan menjadi kaku dan bersifat getas. Nilai stabilitas
berpengaruhpada fleksibilitas lapis perkerasan yang dihasilkan.
Nilai stabilitas yang disyaratkan adalah lebih dari 800 kg. Lapis perkerasandengan stabilitas
kurang dari 800 kg akan mudah mengalami rutting, karenaperkerasan bersifat lembek
sehingga kurang mampu mendukung beban.Sebaliknya jika stabilitas perkerasan terlalu tinggi
maka perkerasan akanmudah retak karena sifat perkerasan menjadi kaku.

3) Void In Mineral Aggregate (VMA)


Void in Mineral Aggregate (VMA) adalah rongga udara antar butir agregataspal padat,
termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif yang dinyatakandalam persen terhadap total
volume. Kuntitas rongga udara pengaruhterhadap kinerja suatu campuran karena jika VMA
terlalu kecil makacampuran bisa mengalami masalah durabilitas dan jika VMA terlalu
besarmaka campuran bisa memperlihatkan masalah stabilitas dan tidak ekonomisuntuk
diproduksi.
Nilai VMA dipengaruhi oleh faktor pemadatan, yaitu jumlah dan temperature pemadatan,
gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VMA ini berpengaruh padasifat kekedapan campuran
terhadap air dan udara serta sifat elastis campuran.Dapat juga dikatakan bahwa nilai VMA
menentukan stabilitas, fleksibilitasdan durabilitas.Nilai VMA yang disyaratkan adalah
minimum 15 %.

4).Void in The Mix (VIM)


Void in The Mix (VIM) merupakan persentase rongga yang terdapat dalamtotal campuran.
Nilai VIM berpengaruh terhadap keawetan lapis perkerasan,semakin tinggi nilai VIM
menunjukkan semakin besar rongga dalamcampuran sehingga campuran bersifat porous. Hal
ini mengakibatkancampuran menjadi kurang rapat sehingga air dan udara mudah
memasukirongga-rongga dalam campuran yang menyebabkan aspal mudah
teroksidasisehingga menyebabkan lekatan antar butiran agregat berkurang sehinggaterjadi
pelepasan butiran (revelling) dan pengelupasan permukaan (stripping)pada lapis perkerasan.
Nilai VIM yang terlalu rendah akan menyebabkan bleeding karena suhu yangtinggi, maka
viskositas aspal menurun sesuai sifat termoplastisnya. Pada saatitu apabila lapis perkerasan
menerima beban lalu lintas maka aspal akanterdesak keluar permukaan karena tidak cukupnya
rongga bagi aspal untukmelakukan penetrasi dalam lapis perkerasan. Nilai VIM yang lebih
dariketentuan akan mengakibatkan berkurangnya keawetan lapis perkerasan,karena rongga
yang terlalu besar akan mudah terjadi oksidasi.

5).Void Filled With Asphalt (VFA)

69
Void Filled With Asphalt (VFA) merupakan persentase rongga terisi aspalpada campuran
setelah mengalami proses pemadatan, yaitu jumlah dantemperatur pemadatan, gradasi agregat
dan kadar aspal. Nilai VFAberpengaruh pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara
serta sifatelastisitas campuran. Dengan kata lainVFA menentukan stabilitas,fleksibilitas dan
durabilitas. Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyakrongga dalam campuran yang
terisi aspal sehingga kekedapan campuranterhadap air dan udara juga semakin tinggi, tetapi
nilai VFA yang terlalutinggi akan menyebabkan bleeding.
Nilai VFA yang terlalu kecil akan menyebabkan campuran kurang kedapterhadap air dan
udara karena lapisan film aspal akan menjadi tipis dan akanmudah retak bila menerima
penambahan beban sehingga campuran aspalmudah teroksidasi yang akhirnya menyebabkan
lapis perkerasan tidak tahanlama.

6).Kelelehan (Flow)
Kelelehan (Flow) adalah besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadipada awal
pembebanan sehingga stabilitas menurun, yang menunjukkanbesarnya deformasi yang
terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan bebanyang diterimanya. Deformasi yang
terjadi erat kaitannya dengan sifat-sifaMarshall yang lain seperti stabilitas, VIM dan VFA.
Nilai VIM yang besarmenyebabkan berkurangnya interlocking resistance campuran dan
dapatberakibat timbulnya deformasi.Nilai VFA yang berlebihan jugamenyebabkan aspal
dalam campuran berubah konsistensinya menjadi pelican antar batuan. Nilai flow
dipengaruhi oleh kadar dan viskositas aspal, gradasiagregat jumlah dan temperatur
pemadatan.
Campuran yang memiliki angka kelelehan rendah dengan stabilitas tinggicenderung menjadi
kaku dan getas.Sedangkan campuran yang memilikiangka kelelehan tinggi dan stabilitas
rendah cenderung plastis dan mudahberubah bentuk apabila mendapat beban lalu lintas.
Kerapatan campuranyang baik, kadar aspal yang cukup dan stabilitas yang baik akan
memberikanpengaruh penurunan nilai flow.
Nilai flow yang rendah akan mengakibatkan campuran menjadi kakusehingga lapis
perkerasan menjadi mudah retak, sedangkan campuran dengannilai flow tinggi akan
menghasilkan lapis perkerasan yang plastis sehinggaperkerasan akan mudah mengalami
perubahan bentuk seperti gelombang(washboarding) dan alur (rutting).

7).Marshall Quantient
Marshall Quantient merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan flow. NilaiMarshall
Quantient akan memberikan nilai fleksibilitas campuran. Semakinbesar nilai Marshall
Quantient berarti campuran semakin kaku, sebaliknybila semakin kecil nilainya maka
campuran semakin lentur.Nilai MarshallQuantient dipengaruhi oleh stabilitas dan flow.
Nilai Marshall Quantientyang disyaratkan minimal 200 kg/mm. Nilai Marshall Quantient
dibawah 200 kg/mm mengakibatkan perkerasan mudah mengalami washboarding,rutting
dan bleeding.

70
Test Formatif

1. Aspal beton adalah campuran aspal yang dibentuk dari campuran


a) campuran aspal pada kadar tertentu, agregrat kasar sesuai dalam garadasi, agregat
halus, dan bahan filer semen.
b) Campuran aspal pada kadar tertentu, agregat kasar sesuai dalam takaran gradasi,
agregat pasir dan bahan filer pasir
c) Campuran dari asspal pada kadar tertentu, agregat kasar dan halus, filer dari semen.
d) Campuran dari aspal kadar tertentu, agregat halus, dan filler dari abu batu
e) Campuran dari aspal kadar tertentu, agregat kasar, dan filler dari abu batu putih.

2. Laston (Lapisan Aspal Beton), adalah beton aspal bergradasi menerus yang umum
digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas yang cukupberat. Laston dikenal
pula dengan namaAC (Asphalt Concrete). Karakteristik beton aspal yang terpenting pada
campuran ini adalah stabilitas.Tebalnominal minimum Laston 4-6 cm. Yang termasuk
dalam jenis laston adalah
a) AC-WC (AsphaltConcrete-Wearing Course). AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course). AC-Base (AsphaltConcrete-Base). latasir
b) AC-WC (AsphaltConcrete-Wearing Course). AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course). AC-Base (AsphaltConcrete-Base). asbutas
c) AC-WC (AsphaltConcrete-Wearing Course). AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course). AC-Base (AsphaltConcrete-Base). ,aspal buton
d) AC-WC (AsphaltConcrete-Wearing Course). AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course). AC-Base (AsphaltConcrete-Base). , aspal penetrasi
e) AC-WC (AsphaltConcrete-Wearing Course). AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course). AC-Base (AsphaltConcrete-Base). Aspal Prime cot
f)

3. Agregat Kasar harus memiliki


a) Fraksi agregat kasar , batu pecah atau kerikil pecah , angularitas , ditumpuk dengan
gradasi halus
b) Fraksi agregat kasar , batu pecah atau kerikil pecah , angularitas , ditumpuk terpisah
c)Fraksi agregat kasar , batu pecah atau kerikil pecah , angularitas , ditumpuk dengan
tanah
d) Fraksi agregat kasar , batu pecah atau kerikil pecah , angularitas , ditumpukdengan pasir

71
e)Fraksi agregat kasar , batu pecah atau kerikil pecah , angularitas , ditumpuk dengan
bahan filer

4. Lapisan perata adalah beton aspal yang digunakan sebagai lapisan perata dan pembentuk
penampang melintang pada permukaan jalan lama. Semua jenis campuran beton aspal
dapat digunakan, tetapi untuk membedakan dengan campuran untuk lapis perkerasan jalan
baru, termasuk jenis ini adalah
a) AC-WC(H), AC-BC(H), AC-Base(H), HRS-WC(H),
b) . AC-WC(M), AC-BC(M), AC-Base(M), HRS-WC(M),
c) AC-WC(XL), AC-BC(XL), AC-Base(XL), HRS-WC(XL),
d) AC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L), HRS-WC(L),
e) AC-WC(N), AC-BC(N), AC-Base(N), HRS-WC(N),

5. Agregat Halus, harus memiliki


a) Agregat halus pasir /batu pecah , bahan yang bersih, keras, harus ditumpuk terpisah
,Agregat halus harus sesuai, standast saringan
b) Agregat halus pasir /batu pecah , bahan yang bersih, keras, harus ditumpuk terpisah
,Agregat halus harus sesuai, standast saringan, tanah lempung.
c) Agregat halus pasir /batu pecah , bahan yang bersih, keras, harus ditumpuk terpisah
,Agregat halus harus sesuai, standast saringan, pasir besi.
d) Agregat halus pasir /batu pecah , bahan yang bersih, keras, harus ditumpuk terpisah
,Agregat halus harus sesuai, standast saringan, tanah merah.
e) Agregat halus pasir /batu pecah , bahan yang bersih, keras, harus ditumpuk terpisah
,Agregat halus harus sesuai, standast saringan, abu sekam padi

6. Bahan Pengisi (Filler) memiliki


a) Bahan pengisi (filler) harus bebas dari bahan lain, haruskering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan , diuji denganpengayakan yanglolos ayakan No.200 (0,075mm) ,
sifat non plastis, bercampur tanah
b)Bahan pengisi (filler) harus bebas dari bahan lain, haruskering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan , diuji denganpengayakan yanglolos ayakan No.200 (0,075mm) ,
sifat non plastis
c) Bahan pengisi (filler) harus bebas dari bahan lain, haruskering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan , diuji denganpengayakan yanglolos ayakan No.200 (0,075mm) ,
sifat non plastis, bercampur pasir
d) Bahan pengisi (filler) harus bebas dari bahan lain, haruskering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan , diuji denganpengayakan yanglolos ayakan No.200 (0,075mm) ,
sifat non plastis, bercampur logam
e) Bahan pengisi (filler) harus bebas dari bahan lain, haruskering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan , diuji denganpengayakan yanglolos ayakan No.200 (0,075mm) ,
sifat non plastis, bercampur plastic

7. Karakteristik dari persyaratan material pada lapisan aspal beton AC-BC terdiri dari
a) Aspal , gradasi kasar, gradasi halus, filler
b) Aspal, gradasi kasar, gradasi senjang, filer
c) Aspal, gradasi seragam, gradasi halus, filer.

72
d) Aspal, gradasi senjang, gradasi halus, filler.
e)Aspal, gradasi kasar, gradasi halus.

8. Latasir biasa pula disebut


a) SS (Sand Sheet) atau HRSS (Hot Rolled Sand Sheet).
b) Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton),
c)HRS (Hot Rolled Sheet.
d) Lasbutas,
e) Asbuton dingin.

9. SMA (Split Mastic Asphalt) adalah beton aspal bergradasi terbuka dengan selimut aspal
yang tebal. Campuran ini mempergunakan tambahan berupa fiber selulosa yang berfungsi
untuk menstabilisasi kadar aspal yang tinggi.Lapisan ini terutama digunakan untuk jalan-
jalan dengan beban lalu lintasberat. Jenis dari SMA, yaitu:.
a)Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton),
b) HRS ( hot roller sheet)
c) AC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L), HRS-WC(L),
d) Asbuton
e) Lasbutag
10,Karakteristik campuran panas pada pembuatan lapis perkerasan jalan, campuran agregat,
filler, dan aspal dapat diukur dari sifat-sifat melalui pengujian Marshall yang
ditunjukan pada nilai-nilai sebagai berikut :
a) Kerapatan (Density, stabilitas, kelelehan, VIM, FAA, VFA,Marshal Quentient
b) Kerapatan (Density, stabilitas, kelelehan, VIM, FMA, VFA,Marshal Quentient
c) Kerapatan (Density, stabilitas, kelelehan, VMI, FMA, VFA,Marshal Quentient
d) Kerapatan (Density, stabilitas, kelelehan, VIM, FMA, VAA,Marshal Quentient
e) Kerapatan (Density, stabilitas, kelelehan, VIM, FAA, VFA,Marshal Quentient

73
Minggu Keempat

Uraian Materi IV: Analisis Tebal Perkerasan Lentur

Pengunaan analisa komponen dalam menentukan tebal perkerasan lentur membutuhkan beberapa
komponen yang dapat memberikan pengaruh pada setiap komponen satuan dalam menyususn
lapisan perkerasan lentur, antara lain data data sebagai berikut:

1. Kendaraan pada Jalur Rencana dan Presentase

Jalur Rencana (JR) merupakan ukuran lebar perkerasan minimum dan maksimun pada jalur
lalulintas dari suatu ruas jalan raya yang terdiri dari satu lajur atau lebih, lebar perkerasan (L)
dapat mempengaruhi jumlah lajur berdasarkan lebar jalan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 1 Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)


L<5,5m 1 Lajur
5,5m ≤ L < 8,25 m 2 Lajur
8,25 m ≤ L < 11,25 m 3 Lajur
11,25 m ≤ L < 15,00 m 4 Lajur
15,00 m ≤ L < 18,75 m 5 Lajur
18,75 m ≤ L < 22,00 m 6 Lajur

Pengunaan Table 1 ditetukan lebar perkerasan jalan dan jumlah jalur lan lajur dapat memberikan
indikasi pada koefisien analisa perkerasan. Perolehan Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk
kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana ditentukan dari jumlah lajur jalan yang
direncakanan dan pengunaan lajur dalam arah kendaraan dari dan ke tujuan, menurut table 2
dibawah ini, missal 2 lajur kendaraan ringan diperoleh 0,6 arah, 0,50 2 arah, kendaraan berat :
Diperoleh 0,70 1 arah dan seterusnya

Tabel 2 Koefisien Distribusi Arah Kendaraan (C)

74
2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

Penentuan dan perolehan Angka ekivalen (E) diperoleh melalui beban sumbu kendaraan dari
masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan), beban sumbu tunggal jika roda satu,
beban sumbu ganda jika roda 2 berdekatan, sumbu tiple sika roda berdekatan lebih dari 3
ditentukan menurut rumus daftar dibawah ini :

1) Angka Ekivalen sumbu tunggal :


E=¿ ¿
2) Angka Ekivalen sumbu ganda :
E=0,086 ¿ ¿
3) Angka Ekivalen sumbu triple :
E=0,053 ¿ ¿

3.Perhitungan Lalulintas harian lalu lintas dan rumus rumus lintas ekivalen

Perolehan Lalu lintas harian rata-rata setiap jenis kendaraan berdasarkan jumlah hasil survey
lapangan sebagai dasar ditentukan pada awal umur rencana pembukaan jalan, yang dihitung
untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-masing arah pada jalan dengan median.
1) Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang dihitung dengan rumus:
n
LEP=∑ LHRj ×Cj × Ej
j=1
Dimana :
Cj = koefisien distribusi arah
j = masing-masing jenis kendaraan
E = nilai koefisien sumbu kendaraan

2) Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), lalu lintas yang dihitung dengan rumus:
n
LEA =∑ LHRj(1+i)UR ×Cj × Ej
j =1

75
Dimana :
i = tingkat pertumbuhan lalu lintas
j = masing-masing jenis kendaraan
UR = umur rencana

3) Lintas Ekuivalen Tengah, lalu lintas yang dihitung dengan rumus:


LEP + LEA
LET =
2
4) Lintas Ekuivalen Rencana, lalu lintas yang dihitung dengan rumus:
LER=LET × FP
Dimana :
FP = faktor Penyesuaian ( Ur/10)

4. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio (CBR)
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi terhadap harga
CBR, dimana harga CBR dapat diambil harga CBR lapangan atau laboratorium.
CBR merupakan perbandingan beban penetrasi pada suatu bahan dengan beban standar pada
penetrasi dan kecepatan pembebanan yang sama. Berdasarkan cara mendapatkan contoh
tanahnya,CBR dapat dibagi atas:
1) CBR lapangan, disebut juga CBRinplace atau field CBR.
Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli di lapangan sesuai dengan kondisi tanah saat
itu dimana tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi. Pemeriksaan dilakukan saat
kadar air tanah tinggi atau dalam kondisi terburuk yang mungkin terjadi.

2) CBR lapngan rendaman / Undisturb saoked CBR


Gunanya untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapngan pada keadaan jenuh air,
dan tanah mengalami pengembangan mak-simum.Pemeriksanaan dilaksanakan pada
kondisi tanah dasar tidak dalam keadaan jenuh air. Hal ini sering digunakan untuk
menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan
dipadatkan lagi, terletak di daerah yang badan jalanya sering terendam air pada musim
hujan dan kering pada musim kemarau. sedangkan pemeriksaan dilakukan di musim
kemarau.

3) CBR rencana titik / CBR laboratorium / design CBR


Tanah dasar (subgrade) pada konstruksi jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan,
atau tanah galian yang sudah dipadatakan sampai kepadatan 95% kepadatan
maksimum.Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai
kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut di padatkan. CBR
laboratorium dibedakan atas 2 macam yaitu soaked design CBR dan unsoaked design
CBR.
Data CBR yang digunakan adalah harga-harga CBR dari pemeriksaan lapangan dan uji
laboratorium.dari data CBR ditentukan nilai CBR terendah, kemudian ditentukan harga
CBR yang mewakili atau CBR seg-men. Dalam menentukan CBR segmen terdapat 2 cara
yaitu : a) cara Analitis dan B) cara Grafis. Kedua cara akan dibahas dibawah ini.

76
4) Secara analitis
CBRsegmen = CBRrata-rata – (CBRmaks – CBRmin) / R
Dimana harga R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam satu segmen jalan, dan
besarnya nilai R dapat dicapai sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil perolehan data di segmen rencana Jalan dapat di contoha pada

Jumlah Titik Nilai R


Pengamatan
2 1,41

3 1,91

4 2,24

5 2,48

6 2,67

7 2,83

8 2,96

9 3,08

>10 3,18

1. Secara Grafis ( bisa dilihat di standart perencanaan konstruksi perkerasan lentur)

Tentukan data CBR yang sama dan lebih besar dari masing-masing nilai pada data CBR.
Angka dengan jumlah terbanyak din-yatakan dalam angka 100 %, sedangkan jumlah
lainnya merupakan prosentase dari angka 100 % tersebut.dari agka-angka tersebut dibuat
grafik hubungan antara harga CBR dan angka prosentasenya. Ditarik garis dari angka
prosentase 90 % menuju grafik untuk memperoleh nilai CBR segmen.
Dari nilai CBR segmen yang telah ditentukan dapat diperoleh nilai DDT dari grafik
kolerasi DDT dan CBR, dimana grafik DDT dalam skala linier, dan grafik CBR dalam
skala logaritma.
Selain menggunakan grafik tersebut, nilai DDT dari suatu Harga CBR juga dapat
ditentukan menggunakan rumus :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR)
Dimana hasil yang diperoleh dengan kedua cara tersebut re-latif sama. Dalam Tugas Akhir
ini untuk menentukan nilai CBR seg-men dan Nilai DDT digunakan cara grafis sesuai
dengan “Metoda Analisa Komponen” SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732–1989-F.

6. Faktor Regional (FR)

77
Faktor regional adalah keadaan lapangan yang mencakup iklim pada sustu wilayah, tentang
permeabilitas tanah, perlengkapan drainase, bentuk alinyemen kelandaian 1,11,111 arah
jalan (%), prosentase kendaraan berat dengan MST ≥ 13 ton dan kendaraan yang berhenti,
serta iklim. Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya menentukan bahwa faktor
yang menyangkut permeabilitas tanah hanya dipengaruhi oleh alinyemen, prosentase
kendaraan berat dan kendaraan yang berhenti, serta alinyemen.Untuk kondisi tanah pada
daerah rawa-rawa ataupun daerah terendam, nilai FR dari kelandaian dan prosentase
kendaraan berat dapat di diperoleh dari tabel 4 dibawah ini

Tabel 4Faktor Regional (FR)

1. Indeks Permukaan (IP)

Indeks permukaan ini menyatakan nilai kerataan atau kehalusan serta kekokohan
permukaan-permukaan lapisan jalan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi
lalu lintas yang lewat ruas jalan, nilai indek ditentukan dari kondisi permukaan pada
akhir umur rencana layanan dan tingkat pelayanan jalan, indek permukaan dikategorikan
sebagai beikut.
IP = 1,0 :Menyatakan permukaan jalan dalam rusak berat sehingga sangat mengganggu
lalu lintas kendaraan.
IP =1,5 :Tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus).
IP = 2,0 :Tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih mantap.
IP = 2,5 :Menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik.

Dalam menentukan Indeks Permukaan (IP) padaakhir umur rencana, perlu


dipertimbangkan faktor-faktor yang klasifikasi fungsional jalan meliputi local, kolektor,
arteri dan tol serta perolehan jumlah Lalu Lintas Ekivalen Rencana (LER).
Tabel 6 Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana ( IPt )

78
Nilai IPo dari jenis lapisan permukaan aus jalan dari jenis lapisan dapat memperoleh
nilai roughness hasil pengujian laboratorium kekasaran permukaan jalan dalam satuan
( mm/km)

79
Tabel 7IPo terhadap Jenis Lapis Permukaan

Nilai IPt lebih kecil dari 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam kondisi rusak berat dan
amat mengganggu lalu lintas kendaraan yang mele-watinya. Tingkat pelayanan jalan
terendah masih mungkin dilakukan dengan nilai IPt sebesar 1,5. tingkat pelayanan jalan
masih cukup mantap dinyatakan dengan nilai IPt sebesar 2,0. sedangkan nilai IPt sebesar
2,5 menyatakan permukaan lapisan jalan yang masih baik dan cukup stabil.

2. Koefisien Kekuatan Relatif Bahan (a)


Koefisien kekuatan relatif bahan-bahan yang digunakan sebagai koefisien jenis susunan
lapis permukaan aus, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah, dilakukan melalui uji
kekuatan bahan dalam satuan MS (kg), Kt (kg/sm2) dan CBR dalam satuan %, akan
menghasilkan nilai koefisien kekuatan relative dari jenis bahan yang dipakai sebagai
lapisan susunan perkerasan jalan kekuatan bahan merupakan koefisen yang dapat
mempengaruhi dari ketebalan setiap lapsan dalam susunan lapiran perkerasan lentur. Janis
bahan meruakan pilihan yang paling utama dalam memposisikan susunan perkerasan
jalan.nilai koefisien bahan dan kekutan bahan serta jenis lapisan susunan perkerasan jalan.
Missal koefisien di peroleh a1 =0,30 kekuatan Ms = 340, jenis lapisan yang harus
digunakan rekomendasi adalah LASTON dapat dilihat pada table 8 dalam tabel berikut :

80
Tabel 8 Koefisien Kekuatan Relatif

9.Tebal Minimum Lapis Perkerasan


Penentuan tebal minimum lapis perkerasan ditentukan dengan mengunakan tabel batas
minimum lapis permukaan dan lapis pondasi seperti dibawah ini.Sedangkan tebal minimum
lapis pondasi bawah untuk setiap nilai hasil ITP( index tebal Perkerasan) ditentukan sebesar
t = 10 cm.
1) Tebal Lapisan Permukaan minimum dari jenis bahan perkerasan lentur dapat diperoleh
dengan menentukan ketebalan lapis minimum, missal diperoleh ITP ( index tebal
perkerasan dari hasil nomogram tabel, maka di masukan kedalam kelompok ITP +10,
maka jenis material lapisan digunakan rekomendasi LASTON

81
Tabel 9 Tebal Minimum Lapis Perkerasan

2) Begitu pula untuk menentuka ITP pada Tebal Lapisan Pondasi sub base dan base dipakai
disesuaikan dengan jenis bahan yang digunakan, missal diperoleh dari grafik nomogram
ITP 8,23 maka berada pada angka 7,50 – 9,9, tebal minimum 20 em dan jenis lapisan
material .

Tabel 10 Batas Minimum Tebal Lapis Pondasi

3) Tebal Lapisan Bawah


Untuk setiap ITP bila digunakan pondasi bawah tebal minimum adalah 10 cm.

82
10. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Dalam menentukan tebal perkerasan lapisan perkerasan , dan hampir tiap negara mempunyai
cara tersendiri. Di Indonesia metode yang digunakan untuk menentukan tebal perkerasan
lentur adalah metode Bina Marga yang bersumber dari AASHTO 1972 dan dimodifikasi
sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia.
Langkah-langkah perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode Bina
Marga atau analisis komponen, sebagai berikut :

1) Menentukan daya dukung tanah dasar (DDT) dengan cara menggunakan


pemeriksaan CBR. Nilai DDT diperoleh dari konversi nilai CBR tanah dasar dengan
menggunakan :a). grafik korelasi nilai CBR dan DDT, b) persamaan :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR).
2) Menentukan umur rencana (UR) dari jalan yang hendak direncanakan.Pada
perencanaan jalan baru umumnya menggunakan umur rencana 20 tahun.
3) Menentukan faktor pertumbuhan lalu lintas (i %) selama masa pelak-sanaan dan
selama umur rencana.
4) Menentukan faktor regional (FR). Hal-hal yang mempengaruhi nilai FR antara lain
adalah: a. Prosentase kendaraan berat. b. Kondisi iklim dan curah hujan setempat.c.
Kondisi persimpangan yang ramai. d. Keadaan medan. e. Kondisi drainase yang ada. f.
Pertimbangan teknis lainnya.
5) Menentukan Lintas Ekuivalen
Jumlah repetisi beban yang akan menggunakan jalan tersebut dinyata-kan dalam lintasan
sumbu standar atau lintas ekuivalen. Lintas ekuiva-len yang diperhitungkan hanya untuk
jalur tersibuk atau lajur dengan volume tertinggi.
a). Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)
Lintas ekuivalen pada saat jalan tersebut dibuka atau pada awal umur rencana disebut
Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yang diperoleh dari persamaan :

LEP = Σ Aj x Ej x Cj x (1+i)n’
Dimana :
Aj = jumlah kendaraan untuk satu jenis kendaraan.
Ej = angka ekuivalen beban sumbu untuk satu jenis kenda raan.
Cj = koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana.
I = faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan sampai jalan dibuka.
n’=jumlah tahun dari saat pengambilan data sampai jalan dibuka.
J = jenis kendaraan.

b) Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)


Besarnya lintas ekuivalen pada saat jalan tersebut membu-tuhkan perbaikan structural
disebut Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yang diperoleh dari persamaan :

LEA = LEP (1+r)UR...


dimana :
LEP = Lintas Ekuivalen Permulaan.
83
r = Faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana.
UR = Umur rencana jalan tersebut.

c) Lintas Ekuivalen Tengah (LET)


Lintas Ekuivalen Tengah diperoleh dengan persamaan :
LET = LEP + LEA.....
2
d) Lintas Ekuivalen Rencana (LER)
Besarnya lintas ekuivalen yang akan melintasi jalan tersebut selama masa pelayanan,
dari saat dibuka sampai akhir umur rencana disebut Lintas Ekuivalen Rencana, yang
diperoleh dari persamaan :
LER = LET X FP .
UR
Dimana : FP= faktor Penyesuaian dan FP=
10
6). Menentukan Indeks Permukaan (IP)
a) Indeks Permukaan Awal (IPo) yang ditentukan sesuai dengan jenis lapis permukaan
yang akan dipakai.
b) Indeks Permukaan Akhir (IPt) berdasarkan besarnya nilai LER dan klasifikasi jalan
tersebut.
7). Menentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dengan menggunakan rumus dasar metode
AASHTO 1972, yang telah memasukkan faktor re-gional yang terkait dengan kondisi
lingkungan dan faktor daya dukung tanah dasar yang terkait dengan perbedaan kondisi
tanah dasar, sehingga didapat persamaan :
¿
Log Wt18 → 9,36 log (ITP → 1) - 0,20 → 0,4 → 1094 + log FR + 0,32 (DDT
(ITP → 1)5,19
– 3,0)
Dengan :
log ( IPo−IPt)
Gt =
(4,2−1,5)
dimana :
Gt = fungsi logaritma dari perbandingan antara kehilangan tingkat pelayanan dari IP
= IPo sampai IP = IPt dengan kehilangan tingkat pelayanan dari IPo sampai IP = 1,5.
Wt18 = beban lalu lintas selama umur rencana atas dasar beban sumbu tunggal
18000 pon yang telah diperhitungkan ter-hadap faktor regional.
(Sumber : Sukirman, S., Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999)
Selain dengan menggunakan rumus tersebut, untuk menentukan Indeks Tebal
Perkerasan (ITP) dapat juga menggunakan Nomogram-Nomogram yang terdapat
dalam buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metode Analisa Komponen (Bina Marga).

84
8). Menentukan koefisien kekuatan relatif (a) dan tebal minimum nilai (D) Setelah nilai
ITP didapat, kemudian ditentukan nilai koefisien kekuatan relatif bahan dari jeni lapisan
yang terdapat seperti pada Tabel 7
a. Koefisien kekuatan relatif dari jenis lapis perkerasan yang dipilih.
b. Menentukan masing-masing tebal minimal lapis perkerasan yang telah ditentukan
c. Menentukan tebal lapis perkerasan yang akan dicari dengan persamaan :
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
dimana :
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan .

D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (cm).

Angka nilai 1, 2, dan 3 masing-masing untuksusunan lapis permukaan, lapis pondasi


atas , dan lapis pondasi bawah. Penentuan perkiraan tebal masing-masing lapis
perkerasan tergantung dari ketebalan minimum yang ditentukan oleh strandar dari Bina
Marga R I.

11.Perhitungan Susunan Ketebalan Lapisan Perkerasan Jalan

Perhitungan Perencanaan Susunan Lapisan Perkerasan Jalan Lentur


1) Tebal perkerasan untuk jalan 2 jalur ( 2arah), data lalu lintas tahun 2018 seperti di bawah
ini,dan umur rencana 10 tahun, dan 15 tahun
jalan dibuka tahun 2023 (i selama pelaksanaan Lhr = 5% per tahun)
CBR tanah dasar = 3,4%, umur jalan 10 tahun dan 15 tahun
2) Data-data tahun 2018
 kendaraan ringan 2 ton (1+1) =1279 kend
 bus 8 ton (3+5) = 379 kend
 truck 2 as 13 ton (5+8) = 59 kend
 truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 39 kend
 truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 19 kend
LHR 2018 = 1775 kend/hari/ 2 jalur
Perkembangan lalu lintas (i)
Untuk 10 tahun = 8%, umur 15 tahun = 6%
Bahan-bahan perkerasan yang direkomendasi dengan angkutan berat makin tinggi:
- LASTON (Ms 340)  a1 = 0,3
- Batu pecah kelas A (CBR 100)  a2 = 0,14
- sirtu kelas B (CBR 50)  a3 = 0,12
Penyelesaian
LHR pada tahun 2018 -2023 (awal umur rencana) dengan rumus (1+i)ᶯ

85
dengan ketentuan, n = selisih tahun
n = 2023 -2018 n = 5 i = 0,05
Pertumbuhan lalu lintas saat di buka (1+i)ᶯ =(1+0,05)^5 =1,276

 kendaraan ringan 2 ton (1+1) =1279 x 1,276 = 1632 kendaraan


 bus 8 ton (3+5) = 379 x 1,276 = 483,604 kendaraan
 truck 2 as 13 ton (5+8) = 59 x 1,276 = 75,284 kendaraan
 truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 39 x 1,276 = 49,764 kendaraan
 truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 19 x 1,276 = 24,244 kendaraan

LHR pada umur rencana tahun ke 10 rumus (1+i)ᶯ


i = 0,08 n = 10
pertumbuhan laulintas (1+i)ᶯ =(1+0,08)^10 =2,159

 kendaraan ringan 2 ton (1+1) =1632 x 2,159 = 3523,5kendaraan


 bus 8 ton (3+5) = 484 x 2,159 = 1044,1kendaraan
 truck 2 as 13 ton (5+8) = 75,28 x 2,159 = 162,538kendaraan
 truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 49,7 x 2,159 = 107,44kendaraan
 Truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 24,24 x 2,159 = 52,3428kendaraan

Setelah dihitung angka ekivalen (E) masing- masing kendaraan sebagai berikut:
Lihat daftar 3

 kendaraan ringan 2 ton (1+1) = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004


 bus 8 ton (3+5) = 0,0183 + 0,141 = 0,1593
 truck 2 as 13 ton (5+8) = 0,141 + 0,2938 = 1,0648
 truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 0,293 + 0,0466 = 1,0375
 truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 1,0375 + 2(0,1410) = 1,3195

Menghitung LEP (5 Tahun) :


Rumus = LEP = koefisien jalur x LHR saat jalan dibuka x E
untuk jalan dua arah koefisiennya = 0,5

 kendaraan ringan 2 ton (1+1) = 0,5 x 1632 x 0,0004 = 0,3264


 bus 8 ton (3+5) = 0,5 x 483,604 x 0,1593 = 38,5191
 truck 2 as 13 ton (5+8) = 0,5 x 75,284 x 1,0648 = 40,0812
 truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 0,5 x 49,764 x 1,0375 = 25,8151
 truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 0,5 x 24,244 x 1,3195 = 15,995

86
LEP = 120,737
Menghitung LEA ( 10 tahun)
Rumus = LEA = koefisien jalur x LHR saat usia jalan 10 tahun x E

 kendaraan ringan 2 ton (1+1) = 0,5 x 3354,8 x 0,0004 = 0,7047


 bus 8 ton (3+5) = 0,5 x 994,19 x 0,1593 = 83,1626
 truck 2 as 13 ton (5+8) = 0,5 x 154,728 x 1,0648 = 86,5353
 truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 0,5 x 102,289 x 1,0375 = 55,7347
 truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 0,5 x 49,82 x 1,3195 = 34,5332
LEA = 260,671

Menghitung LET₁₀ = ½(120,737 + 260,671

= ½ (381,4)

= 190,7

Menghitung LER

LER ₁₀ = LET ₁₀ X UR/10 dimanan UR = 10 tahun

= 190,7 x 1
= 190,7 dilihat ditabel
Mencari ITP, digunakan grafik nomogram dengan bantuan data DDT dan LER ( tarik
garis ketemu ITP 10 tahun = 7,4
CBR tanah dasar = 3,4% DDT = 4,5 IP = 2,0 FR = 1,0

LER ₁₀ = 190,7 diperoleh nilai ITP ₁₀ = 7,4 (Ipo = 3,9-3,5) nilai bahan laston

Penentuan susunan perkerasan lentur pada UR 10 Tahun

ITP = a₁xD₁ +a₂xD₂ +a₃xD₃

7,4 = 0,30xD₁ + 0,14x15 +0,12x15

7,4 = 0,3D₁ +2,20 + 1,8

7,4 = 0,3xD₁ +4,00

D1 = (7,4 - 4,00)/0,3
D1= 13,3 cm dicek dengan standart > 10 em, terlalu mahal biaya lapisan atas, maka
lapisan pondasi base dan subase bisa di tambahi ketebalaannya.
3) Ketebalan Susunan lapisan perkerasan yang di butuhkan

87
LASTON (Ms 340) = 13,33 cm dibulatkan 13,5 cm
Batu pecah kelas A (CBR 100) = 15 cm
sirtu kelas B (CBR 50) = 10 cm
4) Volueme material yang dibutuhkan pada lapisan jalan dan harga material
Volume =tinggi x lebar x panjang x Harga

LASTON (Ms 340) = 0,1333 x 7 x 100 = 93,31 m³ x harga material laston /M3
=Rp………….

Batu pecah kelas A (CBR 100) = 0,15 x 7 x 100 = 105 m³x Harga batu pecah/ m3
=Rp………

Sirtu kelas B (CBR 50) = 0,1 x 7 x 100 = 70 m³ xharga sirtu/m3 = Rp………

Belum : shoulder / berem, berm tanah, saluran tepi jalan , (harus dihitung)…

Gambar 1typical susunan ketebalan perkerasan Lentur

88
Gambar 2. Potongan Melintang Perkerasan Jalan

Gambar Grafik nomogram ITP sumber: SNI Perencanaan Konstruksi Lentur

89
90
12. Drainase Jalan

Drainase merupakan salah satu bagian dari pengembangan irigasi yang berkaitan dalam
pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air
pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol air permukaan
kaitannya dengan pembuangan arah a;iran permukaan . Jenis – jenis drainase menurut
terbentuknya terdiri :a) Drainase alamiah (natural drainage) terbentuk secara alamiah , tidak
terdapat bangunan penunjang.b)2. Drainase buatan (artificial drainage)dibuat dengan tujuan
tertentu, memerlukan bangunan khusus

Menurut bentuk kontruksi dranase jalan :


1. Saluran terbuka menampung dan mengalirkan air permukaan dan buangan
lainnya dengan konstruksi terbuka
2. Saluran tertutup menampung dan mengalirkan air permukaan kotorkonstruksi
saluran terbenam dibawah permukaan tanah.

Sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air (sungai dan danau) atau tempat
peresapan buatan.Dalam rancangan sistem drainase jalan berdasarkan pada keberadaaan air
permukaan dan di bawah permukaan, sehingga rancanaan drainase jalan dibagi menjadi:

1. drainase permukaan (surface drainage) berguna untuk mengalirkan air dari lingkungan
berupa buangan kota maupun air hujan dn air dari badan jalan.
2. drainase bawah permukaan (sub surface drainage)berguna untuk mengalirkan kondisi
aliran dibawah tanah pada ketinggian tertentu agar dapat mengalir dan tidak menganggu
konstruksi bangunan.Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan
muka air tanah dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan
permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.

Rancangan air permukaan dapat dilakukan melalui rancangan lahan dimana air akan mengalir
pada bagian konstruksi jalan, jika jalan berada pada derah berdekatan dengan lereng lahan maka
diperlukan kondis aliran dengan memasang saluran penangkap air sebelum jatuh ke lereng lahan
dan dipasangkan saluran terbuka di kanan kiri jalan. Salurn terbuka dialirkan pada daerah
terendah dengan bantuan saluran tertutup untuk menghindari kerusakan pada laisan grde dan
base, base perkerasan jalan

91
Gambar 3 Tipikal sistem drainase jalan dengan sisitem pengendalian aliran dari lereng lahan
yang berakibat pada kerusakan talud

2) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan drainase permukaan antara lain:

1.Plot rute jalan pada peta topografi


Plot rute ini untuk mengetahui gambaran/kondisi topografi sepanjang trase jalan yang akan
direncakanan sehingga dapat membantu dalam menentukan bentuk dan kemiringan yang
akan mempengaruhi pola aliran.

2.Inventarisasi data bangunan drainase.


Data ini digunakan untuk perencanaan sistem drainase jalan tidak menggangu sistem
drainase yang sudah ada.

3.Panjang segmen saluran


Dalam menentukan panjang segmen saluran berdasarkan pada kemiringan rute jalan dan
ada tidaknya tempat buangan air seperti sungai, waduk dan lain-lain.

4.Luas daerah layanan


Digunakan untuk memperkirakan daya tampung terhadap curah hujan atau untuk
memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran. Luasan ini
meliputi luas setengah badan jalan, luas bahu jalan dan luas daerah disekitarnya untuk
daerah perkotaan kurang lebih 10 m sedang untuk luar kota tergantung topografi daerah
tersebut.

5.Koefisien pengaliran
Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah layanan. Koefisien
pengaliran akan mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat diperkirakan daya
tampung saluran. Oleh karena itu diperlukan peta topografi dan survey lapangan.

6.Faktor limpasan
Merupakan faktor/angka yang dikalikan dengan koefisien runoff, biasanya dengan tujuan
supaya kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah pengaliran yang terlalu
luas.

92
7.Waktu konsentrasi
Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah layanan dalam menyalurkan
aliran air secara simultan (runoff) setelah melewati titik-titik tertentu.

8.Analisa hidrologi dan debit aliran air


Menganalisa data curah hujan harian maksimum dalam satu tahun (diperoleh dari BMG) 
dengan periode ulang sesuai dengan peruntukannya (saluran drainase diambil 5 tahun)
untuk mengetahui intensitas curah hujan supaya  dapat menghitung debit aliran air.

3) Tipikal Sistem Drainase Permukaan Jalan

System drainase permukaan jalan secara teknik Terdiridari kemiringa melintang perkerasan dan
bahu jalan, selokan tepi dan gorong-gorong.

Gambar 4.Tipycal Sistem Drainase Jalan pada perkerasan porous Terdiri dari: - lapisan agregat
kasar, lapis filter agregat halus( atas dan bawah),- pipa saluran

Gambar 5 Tipikal Drainase untuk muka air rendah Terdiridari: - pipa pengumpul dan filter bak
pengumpul dengan sistem pompa (pengontrol tinggi air) - lapisagregatdanpipakeluar

93
Gambar 6 Tipikal Sub-drain samping jalan Terdiri dari: - material lgranular dan filter – pipa
perforasi

Gambar 7 Tipikal Sub-drain melintang jalan Terdiri dari: - material lgranular dan filter - orasi

Gambar 8 tipycal pembuatn drainase pada daerah tanah urugan


4) Skema Rancangan Draenase
Berikut diagram alir sederhana dalam merencana draenase jalan .tahapan dilakukan dengan plot
rute jalderah limpasan air permukaan dengan ketinggian duga tanah dimasing masing STA jalan,
daerah tangkapan aliran dan luas lahan

94
Gambar diagram alir rancangan drainase permukaan
5)Pekerjaan drainase jalan
Pada pekerjaan drainase di kawasan banyak mengalami kesulitan karena didaerah itu sering
terjadi longsor karena kawasan itu terletak di perbukitan yang mempunyai struktur tanah yang
labil,dalam pembagunan tersebut terdapat banyak proses yang dilakukan yaitu :
1.Pembangunan plengseng pada daerah lereng yang gampang runtuh tanahnya
2.Pengerukan lereng dengan sisitem undakan berjenjang guna untuk memperkecil tekanan
lereng tanah.
3.pembuatandrainase jalan karena genangan air yang ada di badan jalan
4.Pembangunan drainase jalan disesuakian dengan arah kemiringan jalan supaya air mudah
mengalir
5.pembangunan saluran tertutup dengan mengurangi air dan dipasangkan dibawah badan
jalan.

Pembagunan dreanase yang digunakan untuk pengaliran air dari daerah milik jalan yang sering
rusak pada musim penghujan

C. Rangkuman
1.Jenis perkerasan jalan ada 2 meliputi: 1) perkerasan lentur, 2) perkerasan kaku. Macam
perkerasan jalan meliputi: 1) jalan tanah padat, 2) jalan lapisan kerikil, 3) jalan lapisan batu
pecah 4) jalan lapisan system Mac Adam, 5) jalan lapisan system Telford, 6) jalan lapisan
penetrasi, 7) lapisan Buton aspal ( Butas), 8) lapisan aspal Beton . dalam pelaksanaan
konstruksi jalan dapat dikategorikan menjadi 3 antara lain 1) rekonstruksi, re surface. 3) re
aoverlay. Fungsi dari susunan lapisan jalan terdiri dari lapisan aus, terdiri dari lapisan aus
bagian atas wearing Course( (WC) dan lapisan antara binder cource (BC), lapisan pondasi
atas disebut base (BC)course dan lapisan pondasi bagian bawah disebut sub base ( sub BC).
Dan lapisan paling bawah disebut Sub Grade atau tanah dasar. Dalam pelaksanaan jalan

95
diperlukan peralatan bantu angar proses pelaksanaan dapat berjalan sesuai waktu, peralatan
meliputi 1) grider, 2)Spreading,3) Paver, 4) roller, dan doser. Macam pekerjaan jalan
diusahakan mengunakan alat yang sesuai agar diperoleh pekerjaan sesuai standar mutu,
keselamatan kerja, waktu pekerjaan dan biaya lebih efisien.Berdasarkan asal tempat
diperoleh, aspal dibedakan atas aspal buatan dan aspal alam :
Aspal buatan merupakan senyawa hidro karbon berwarna coklat gelap atau hitam pekat yang
dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils.Aspal minyak adalah aspal yang
merupakan residu destilasi minyak bumi.Hasil penambangan minyak dari perut bumi dapat
menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil, banyak mengandung aspal, dan parafin
base crude oil, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan
aspal. Untuk bahan ikatan pada perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis
asphalticbase crude oil.aspal cair dapat dibedakan menjadi :a) RC (Rapid Curing cut
back).merupakan bahan hasil olahan campuran dari aspal keras dengan sifat penetrasi relatif
agak keras (biasanya AC 85/100) yang dilarutkan dengan gasoline (bensin atau premium).
RC merupakan cut back asphalt yang paling cepat menguap.b) MC (Medium Curing cut
back) Aspal emulsi dapat dibedakan atas :RS (Rapid Setting), aspal yang mengandung sedikit
bahan pengemulsi sehingga pengikatan yang terjadi cepat menguap bahan pelarutnya.Dan
MS(Medium Setting). aspal yang mengandung cukup bahan pengemulsi sehingga pengikatan
yang agak lambat menguapbahan pelarutnya.c) SS (Slow Setting), jenis aspal emulsi yang
paling lambat menguap.Bahan dasar lapis permukaan jalan mengunakan dari bahan asbuton
ada beberapa jenis produk (Suprapto, 2004), yaitu:a). Seal Coat Asbuton bahan lapis
campuran antara butiran agrgat dengan aspal buton, dengan bahan pelunak minyak dan
dengan perbandingan tertentu dalam pencampurannya dilakukan dengan dingin (coldmix).b)
Sand Sheet Asbuton bahan Lapis ini merupakan campuran agregat antara Asbuton, bahan
pelunak minyak dan pasir dengan perbandingan tertentu dan pencampuran dilakukan secara
dingin/ hangat/ panas.c) Lapis Beton Asbuton merupakan campuran antara asbuton, bahan
pelunak minyak dan agregat dengan gradasi rapat pada perbandingan tertentu yang
dilaksanakan secara dingin/ hangat/ panas.d) Surface Treatment Asbuton bahan lapis ini
seperti pada campuran seal coat Asbuton. sedangkan perbedaan terletak pada pelaksanaan di
lapangan saat penghamparan, dimana pada atas lapis tersebut ditaburkan agregat single size.
Berdasarkan proses pengolahannya, agregat dapat dibedakan menjadi :a) Agregat Alam dan
b) Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan hasil peledakan
(biasanya batuan andesit dan basalt), Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan
ukuran ≤ 10 mm, 10 – 20 mm, 20 – 30 mm, 30 – 50 mm, 50 – 75 mm.Persyaratan Gradasi
Material pengisi (filler) antara lain abu batu, kapur padam, Portland cement (PC), abu
terbang (fly ash), abu tanur semen atau material non plastis.. Campuran beton asphal, gradasi
agregat berhubungan dengan kelecakan aspal beton , biaya yang ekonomis dan kekuatan
campuran beton asphal. Syarat agregat menurut SII,ASTM 33- 86, dan SNI 04=89.
syaratmutu agregat.Bentuk dasar kerusakan Jalanpada permukaan aus jalan dapat
dikelompokan menjadi 4 jenis bentuk kerusakan: a)Kerusakan Craking b) distrorsi danc)
disintegrasi, d) skid resisten
2.Jenis campuran beton aspal dapat dibedakan berdasarkan suhu pencampuran material
pembentuk beton aspal, dan fungsi beton aspal. Berdasarkan temperature yang distandarkan,
ketikamencampur dan memadatkan campuran, campuran beraspal (beton aspal) dapat
dibedakan atas:a)Beton aspal campuran panas (hot mix) adalah beton aspal yang
materialpembentuknya di campur pada suhu pencampuran sekitar 140° C.b)Beton aspal

96
campuran sedang (warm mix) adalah beton aspal yang materialpembentuknya di campur pada
suhu pencampuran sekitar 60° C.c)Beton aspal campuran dingin (cold mix) adalah beton aspal
yang materialpembentuknya di campur pada suhu pencampuran sekitar 25° C.Karakteristik
campuran aspal beton yang harus dimiliki oleh sifat campuran panas aspal beton antara lain
adalah:a)Stabilitas, .b)Durabilitas atau ketahanan, c) Fleksibilitas atau kelenturan,
d)Kekesatan (skid resistence), e) Ketahanan leleh (fatigue resistence), . f) Permeabilitas, . g)
Workabilitas, yMerupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur
dengan aspal.Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat
terselimuti aspal dengan seragam.Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan
aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya
dipanaskan pada temperatur tertentu.Umumnya suhu pencampuran dilakukan pada suhu 145°
C – 155° C.Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam bentuk aspal campuran panasy ang
digunakan untuk lapisan perkerasan jalan. Perbedaannya terletak pada jenisgradasi agregat
dan kadar aspal yang digunakan. Jenis beton aspal campuran panas yang ada di Indonesia saat
ini adalah:a). Laston (Lapisan Aspal Beton),b) Sesuai fungsi lapisan aspal beton ( Laston)
mempunyai 3 macam campuran yaitu:a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaAC-
WC (AsphaltConcrete-Wearing Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah
4cm.b.Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan namaAC-BC (Asphalt Concrete-
Binder Course).Tebal nominal minimum AC-WC adalah 5 cm.c.Laston sebagai lapisan
pondasi, dikenal dengan namaAC-Base (AsphaltConcrete-Base). Tebal nominal minimum
AC-BC adalah 6 cm.b)Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), Lataston mempunyai 2 macam
campuranyaitu:a). Lataston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaHRS-WC (Hot
RolledSheet-Wearing Course). Tebal nominal minimum HRS-WC adalah 3 cm.b).Lataston
sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan namaHRS-Base (HotRolled Sheet-base). Tebal
nominal minimum HRS-Base adalah 3,5 cm. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), adalah beton
aspal untuk jalan-jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya dimana agregat kasar tidak atau
sulit diperoleh. Lapisan ini khusus mempunyai ketahanan alur (rutting) rendah.dibedakan
atas:a). Latasir kelas A, dikenal dengan namaHRSS-A atau SS-A. Tebal nominalminimum
HRSS-A adalah 1,5 cm.b) Latasir kelas B, dikenal dengan namaHRSS-B atau SS-B. Tebal
nominal minimum HRSS-A adalah 2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dariHRSS-t
ditambahkan huruf L(Leveling). Jadi ada jenis campuranAC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L),
HRS-WC(L), dan seterusnya.jenis . SMA (Split Mastic Asphalt) adalah beton aspal bergradasi
terbuka dengan selimut aspal yang tebal. pengujian Marshall yang ditunjukan pada nilai-nilai
sebagai berikut :a)Kerapatan (Density) b)stabilitas (Stability) c)Void In Mineral Aggregate
(VMA) d).Void in The Mix (VI)e).Void Filled With Asphalt (VFA) f)Kelelehan (Flow)
Nilai flow yang rendah akan mengakibatkan campuran menjadi kaku sehingga lapis
perkerasan menjadi mudah retak, sedangkan campuran dengan nilai flow tinggi akan
menghasilkan lapis perkerasan yang plastis sehingga perkerasan akan mudah mengalami
perubahan bentuk seperti gelombang (washboarding) dan alur (rutting).g). Marshall
Quantient.
3.Jenis beton aspal dapat dibedakan berdasarkan suhu pencampuran material pembentuk
beton aspal, dan fungsi beton aspal. Berdasarkan temperature yang distandarkan,
ketikamencampur dan memadatkan campuran, campuran beraspal (beton aspal) dapat
dibedakan atas:a)Beton aspal campuran panas (hot mix) adalah beton aspal yang
materialpembentuknya di campur pada suhu pencampuran sekitar 140° C.b)Beton aspal
campuran sedang (warm mix) adalah beton aspal yang materialpembentuknya di campur pada

97
suhu pencampuran sekitar 60° C.c)Beton aspal campuran dingin (cold mix) adalah beton aspal
yang materialpembentuknya di campur pada suhu pencampuran sekitar 25° C.Karakteristik
campuran aspal beton yang harus dimiliki oleh sifat campuran panas aspal beton antara lain
adalah:a)Stabilitas, .b)Durabilitas atau ketahanan, c) Fleksibilitas atau kelenturan,
d)Kekesatan (skid resistence), e) Ketahanan leleh (fatigue resistence), . f) Permeabilitas, . g)
Workabilitas, yMerupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur
dengan aspal.Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat
terselimuti aspal dengan seragam.Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan
aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya
dipanaskan pada temperatur tertentu.Umumnya suhu pencampuran dilakukan pada suhu 145°
C – 155° C.Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam bentuk aspal campuran panasy ang
digunakan untuk lapisan perkerasan jalan. Perbedaannya terletak pada jenisgradasi agregat
dan kadar aspal yang digunakan. Jenis beton aspal campuran panas yang ada di Indonesia saat
ini adalah:a). Laston (Lapisan Aspal Beton),b) Sesuai fungsi lapisan aspal beton ( Laston)
mempunyai 3 macam campuran yaitu:a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaAC-
WC (AsphaltConcrete-Wearing Course). Tebal nominal minimum AC-WC adalah
4cm.b.Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan namaAC-BC (Asphalt Concrete-
Binder Course).Tebal nominal minimum AC-WC adalah 5 cm.c.Laston sebagai lapisan
pondasi, dikenal dengan namaAC-Base (AsphaltConcrete-Base). Tebal nominal minimum
AC-BC adalah 6 cm.b)Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), Lataston mempunyai 2 macam
campuranyaitu:a). Lataston sebagai lapisan aus, dikenal dengan namaHRS-WC (Hot
RolledSheet-Wearing Course). Tebal nominal minimum HRS-WC adalah 3 cm.b).Lataston
sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan namaHRS-Base (HotRolled Sheet-base). Tebal
nominal minimum HRS-Base adalah 3,5 cm. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), adalah beton
aspal untuk jalan-jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya dimana agregat kasar tidak atau
sulit diperoleh. Lapisan ini khusus mempunyai ketahanan alur (rutting) rendah.dibedakan
atas:a). Latasir kelas A, dikenal dengan namaHRSS-A atau SS-A. Tebal nominalminimum
HRSS-A adalah 1,5 cm.b) Latasir kelas B, dikenal dengan namaHRSS-B atau SS-B. Tebal
nominal minimum HRSS-A adalah 2 cm. Gradasi agregat HRSS-B lebih kasar dariHRSS-t
ditambahkan huruf L(Leveling). Jadi ada jenis campuranAC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L),
HRS-WC(L), dan seterusnya.jenis . SMA (Split Mastic Asphalt) adalah beton aspal bergradasi
terbuka dengan selimut aspal yang tebal. pengujian Marshall yang ditunjukan pada nilai-nilai
sebagai berikut :a)Kerapatan (Density) b)stabilitas (Stability) c)Void In Mineral Aggregate
(VMA) d).Void in The Mix (VI)e).Void Filled With Asphalt (VFA) f)Kelelehan (Flow)
Nilai flow yang rendah akan mengakibatkan campuran menjadi kaku sehingga lapis
perkerasan menjadi mudah retak, sedangkan campuran dengan nilai flow tinggi akan
menghasilkan lapis perkerasan yang plastis sehingga perkerasan akan mudah mengalami
perubahan bentuk seperti gelombang (washboarding) dan alur (rutting).g). Marshall
Quantient

4.Dalam penentuan perhitungan lapisan perkerasan lentur perlu diperhatikan faktor meliputi:
jumlah lalu lintas harian dalam survey, jumlah lajur (n) lebar jalur, faktor CBR, daya dukung
tanah, faktor regional, faktor permukaan lapisan perkerasan, faktor koefisien bahan dan
kekuatan.Koefisien kekuatan relatif bahan-bahan yang digunakan sebagai jenis lapis
permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah, dilakukan melalui uji kekuatan bahan
dalam satuan MS (kg), Kt (kg/sm2) dan CBR dalam satuan %, akan menghasilkan nilai

98
koefisien kekuatan relative dari jenis bahan yang dipakai sebagai lapisan susunan perkerasan
jalan kekuatan bahan merupakan koefisen yang dapat mempengaruhi dari ketebalan setiap
lapsan dalam susunan lapiran perkerasan lentur. Jenis bahan meruakan pilihan yang paling
utama dalam memposisikan susunan perkerasan jalan.nilai koefisien bahan dan kekutan
bahan serta jenis lapisan susunan perkerasan jalan.Penentuan tebal minimum lapis perkerasan
ditentukan dengan mengunakan tabel batas minimum lapis permukaan dan lapis pondasi
dibawah ini. Sedangkan tebal minimum lapis pondasi bawah untuk setiap nilai ITP
ditentukan sebesar t = 10 cm. Dalam menentukan tebal perkerasan lapisan perkerasan , dan
hampir tiap negara mempunyai cara tersendiri. Di Indonesia metode yang digunakan untuk
menentukan tebal perkerasan lentur adalah metode Bina Marga yang bersumber dari
AASHTO 1972 dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia.Drainase
merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir
(float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman .
Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan sanitasi.Jenis – jenis drainase menurut terbentuknya :a) Drainase alamiah
(natural drainage) terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang.b)2.
Drainase buatan (artificial drainage) Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan
khusus.enurut bentuk kontruksi dranase jalan :1). Saluran terbuka menampung dan
mengalirkan air permukaan dengan konstruksi terbuka. 2) Saluran tertutup menampung dan
mengalirkan air permukaan kotorkonstruksi saluran terbenam dibawah permukaan
tanah..Dalam merencanakan sistem drainase jalan berdasarkan pada keberadaaan air
permukaan dan bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan dibagi
menjadi:a)drainase permukaan (surface drainage)b) drainase bawah permukaan (sub
surface drainage).Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air
tanah dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan
jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.

Test Formatif
1. Sebutkan kompenn apa saja dalam menghutung analisa komponen pada perkerasan lentur?
2. Sebutkan ciri dari drainase pada pernukaan jalan?
3. gambarlah salah satu potongan gambar drainase permukaan pada tepi jalan?

1. 1. Data-data tahun 2020


 kendaraan ringan 2 ton (1+1) =1279 kend
 bus 8 ton (3+5) = 379 kend
 truck 2 as 13 ton (5+8) = 59 kend
 truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 39 kend
 truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 19 kend
LHR 2008 = 1775 kend/hari/ 2 jalur
Perkembangan lalu lintas (i)Untuk 10 tahun = 8% maka diperoleh LHR 10 tahun
a) LHR = 3889,82

99
b) LHR= 3889,82
c) LHR=3888,82
d) LHR = 2788,82
e) LHR = 3889,00

2. Pada Data kendaraan ringan 2 ton (1+1)=1279 x 1,276 = 1632 kendaraan


bus 8 ton (3+5) = 379 x 1,276 = 483,604 kendaraan
truck 2 as 13 ton (5+8) = 59 x 1,276 = 75,284 kendaraan
truck 3 as 20 ton (6+7.7) = 39 x 1,276 = 49,764 kendaraan
truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5) = 19 x 1,276 = 24,244 kendaraan
hitunglah LEP pada kendaraan ringan diperoleh berapa jika
Rumus = LEP = koefisien jalur x LHR saat jalan dibuka x E
untuk jalan dua arah koefisiennya (n) = 0,5, E = 0,0004
a) 0,3264b) 0,3362, c) 0,3364 d) 0,3246 e) 0,3263

3. Dari soal no 2 LEP untuk kendaraan bus 8 Ton (3+5 )


Rumus = LEP = koefisien jalur x LHR saat jalan dibuka x E
untuk jalan dua arah koefisiennya (n) = 0,5, E = 0,1593
a) 38,5291 b) 38,5381. c) 38,5391 d) 38,5381 e) 38,5291
4. Dari soal no 2 LEP untuk kendaraan truk 2 as 13 ton (5+8 )
Rumus = LEP = koefisien jalur x LHR saat jalan dibuka x E
untuk jalan dua arah koefisiennya (n) = 0,5, E = 1,0648
a) 40,0812 b) 40,0912 c) 40,0183 d) 40,082 e) 40,0912

5.Dari soal no 2 LEP untuk kendaraan truck 3 as 20 ton (6+7.7)


Rumus = LEP = koefisien jalur x LHR saat jalan dibuka x E
untuk jalan dua arah koefisiennya (n) = 0,5, E = 1,0375
a) 25,815 b) 25,915 c) 25, 924 d) 25, 817 e) 25, 816

6. Dari soal no 2 LEP untuk kendaraan truck 5 as 30 ton (6+7.7+5+5)

100
Rumus = LEP = koefisien jalur x LHR saat jalan dibuka x E
untuk jalan dua arah koefisiennya (n) = 0,5, E = 1,3195
a) 15,995 b) 15, 996 c) 15,996 d) 15,997 e) 15,994

I. Menurut bentuk kontruksi dranase jalan dibagi menjadi:


a). Saluran terbuka, saluran bebas terbuka
b) . Saluran tertutup, saluran terbuka.
c). Saluran tertutup, saluran bebas
d) Saluran tertutup dan saluran siphpon
e). Saluran terbuka dan saluran syhpon

II. Dalam rancangan sistem drainase jalan berdasarkan pada kondisi


a) keberadaaankondisi volume air permukaan dan air di bawah permukaan
b) keberadaan kondisi volume air permukaan ,
c) Keberadaan kondisi volume air dibawah permukaan.
d) Keberadaan kondisi volume hujan dan air terjun.
e) Keberadaan kondisi volume air buangan rumah tangga

III. Beberapa hal yang perlu utama diperhatikan dalam merencanakan drainase permukaan
antara lain:
a) Plot rute jalan pada peta topografi,Panjang segmen saluran,Luas daerah layanan,
b) Plot rute jalan pada peta topografi,Panjang segmen saluran,Luas daerah layanan,Analisa
hidrologi dan debit aliran air
c) ,Panjang segmen saluranm,Luas daerah layanan,Analisa hidrologi dan debit aliran air
d) Plot rute jalan pada peta topografi, Luas daerah layanan,Analisa hidrologi dan debit
aliran air
e) Plot rute jalan pada peta topografi,Panjang segmen saluran,Luas daerah layanan,

IV. Pada pekerjaan drainase di kawasan banyak mengalami sering terjadi longsor karena
kawasan itu terletak di perbukitan yang mempunyai struktur tanah yang labil,maka dalam
pembangunan tersebut terdapat prioritas proses yang dilakukan yaitu
a) Pembuatan darinase tangkapan , talud betangga, saluran tangkapan airterbuka , draenase
terbuka ditepi jalan.
b) Pembuatan talud betangga, saluran tangakapan air, saluran draenase di tepi jalan
c) Saluran ditepi jalan saluran terbuka, darenase tertutup ditepi jalan
d) Pembuatan talud bertangga, saluran tangkapan air terbuka,saluran tertutup
e) Pembuatan talud bertangga draenase terbuka

Test Sumatif ( Test Akhir)


101
1. Susunan perkerasan lentur pada system lapis penetrasi terdiri dari lapisan sub base, base,
dan lapisan penutup pilihlah dari gambar ini yang sesuai ?
a)

b)

c)

d)

e)

102
2. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement), gabungan antara lapis perkerasan
fleksibel pada bagian permukaan atau lapisan aus dan lapisan perkerasan dari bahan beton
bersifat kaku, susunan yang benar adalah
a). lapisan ke 1 penetrasi Aspal, lapisan ke 2 lapisan beton.
b). lapisan ke 1 pondasi atas (base), lapisan ke 2 lapisan penetrasi,
c). lapisan ke 1 pondasi atas (base), lapisan ke 2 lapisan beton
d), lapisan ke 1 tanah asal, lapis ke 2 lapisan beton
e). lapisan ke 1 lapisan beton, lapisan ke 2 lapisan bahan aspal beton

3. Pada lapisan perkerasan jalan dari aspal beton sebelum dilapisi lapisan aus ( wearing-
course) diberi lapisan binder course , apa fungsi dari lapisan binder course.?
aSebagai lapisan aus pertama
a) Sebagai lapisan perata .
b) Sebagai lapisan base atas.
c) Sebagai lapisan sub base atas.
d) Sebagai lapisan perata . lapisan base atas
e) Sebagai lapisan base atas.lapisan sub base atas.

4 Pada lapisan perkerasan lentur jalan , susunan lapisan yang tidak membutuhkan
persyaratan mutu bahan specific adalah?
a) Lapisan sub base-course
b) Lapisan base- course
c) Lapisan Tanah dasar (sub grade)
d) Lapisan binder course
e) Lapisan base- course, Tanah dasar (sub grade)

4 Pada pelaksanaan pemeliharaan lapisan perkerasan melalui pelapisan pada lapis


permukaan aus ( wering- course) dapat dikelompokan pada, ?
a) Pekerjaan Re-konstruksi.
b) Pekerjaan Re-surface.
c) Pekerjaan Overlay
d) Pekerjaan Re-surface,Pekerjaan Overlay
e) Pekerjaan Re-konstruksi, Pekerjaan Re-surface.

5 Pada pembuatan bahan ikatan lapisan perkerasan jalan yang mengunakan bantuan
penguapan dari jenis minyak tergolong
a) Aspal minyak
b) Aspal alam dari aspal buton
c) Aspal proses panas

103
d) Aspal Porous
e) Aspal AC-WC

6 Untuk bahan ikatan pada perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis
a) asphalticbase crude oil.
b) Ashalticbase crude banyak paraffin.
c) Ashaltic crude oil.
d) Ashaltic paraffin
e) Ashaltic base oil

7 bahan ikatan pada perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak dicampur bahan
pelarutyang memiliki penguapan rendah disebut
f) RC (Rapid Curing cut back).
g) MC (Medium Curing cut back)
h) SC(Slow curing dan Slow Setting)
i) Aspal matic
j) Aspal penetrasi
8 Pekerjaan lapis permukaan jalan mengunakan dari bahan asbuton dengan dingin disebut
a). Seal Coat Asbuton
e) Sand Sheet asbuton.
f) Surface Treatment Asbuton.
g) Aspal beton
h) Aspal buton
9 Pelaksanaan penghamparan campuan aspal buton dijalan dengan ditaburi agregat single
size disebut
f) Surface Treatment Asbuton
g) Sand sheet asbuton
h) seal coat Asbuton.
i) Aspal matic
j) Aspal penetrasi
10 Agregat sebagai bahan campuaran dalam pembuatan aspal dapat diperoleh dari hasil
penambangan dan di proses dapat dibedakan menjadi agregat Alam dan agregat batu
pecah, jika dipakai pada campuran memiliki kesamaan antara lain
a). butiran memiliki kesamaan dari ukuran dan bentuk, permukaan halus, lonjong, dan
butiran hamper segaram.
b). Memliki gradasi butiran berbeda karena dalam proses melalui saringan ayakan
permukaan kasar dan tidak rata.
c) memiliki butiran dapat dikendalai kan sesuai dengan jenis pembuatan campuran
memiliki permukaan bahan bervariasi dan lolos uji disain.
d) butiran memiliki kesamaan dari ukuran dan bentuk, permukaan halus, lonjong, dan
butiran hamper segaram.
e) Memiliki butiran seragam dari ukuran dan bentuk, permukaan halus, lonjong, dan
butiran seragam

104
12. Gradasi agregat dibedakan menjadi tiga macam, gradasi yang memiliki butiran
bervariasi dari ukuran terkeci hingga besar sesaui gardasi lolos saringan sebagai bahan
campuran perkerasan aspal disebut
a) gradasi rapat
b) gradasi seragam
c) gradasi timpang.
d) Gradasi senjang
e) Gradasi beraturan
13. Ravelling, terjadinya kekusutan pada permukaan perkerasan atau tidak rata pada
permukaan perkerasan.Penyebab kerusakan: pelepasan ikatan antara bahan asphalt
dengan agregat kasar pada perkerasn akibat pengaruh cuaca. Termasuk
a) Cracking
b) Distorsi
c) disintegrasion
d) Skid resisten
e) Bleding

14Aspal beton adalah campuran aspal yang dibentuk dari campuran


a) campuran aspal pada kadar tertentu, agregrat kasar sesuai dalam garadasi, agregat
halus, dan bahan filer semen.
b) Campuran aspal pada kadar tertentu, agregat kasar sesuai dalam tajkaran gradasi,
agregat pasir dan bahan filer pasir
c) Campuran dari asspal pada kadar tertentu, agregat kasar dan halus, filer dari semen.
d) Campuran dari aspal kadar tertentu, agregat halus, dan filler dari abu batu
e) Campuran dari aspal kadar tertentu, agregat kasar, dan filler dari abu batu putih.

15.Karakteristik dari persyaratan material pada lapisan aspal beton AC-BC terdiri dari
a) Aspal , gradasi kasar, gradasi halus, filler
b) Aspal, gradasi kasar, gradasi senjang, filer
c) Aspal, gradasi seragam, gradasi halus, filer.
d) Aspal, gradasi senjang, gradasi halus, filler.
e)Aspal, gradasi kasar, gradasi halus.

16. Latasir biasa pula disebut


a) SS (Sand Sheet) atau HRSS (Hot Rolled Sand Sheet).
b) Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton),
c)HRS (Hot Rolled Sheet.
d) Lasbutas,
e) Asbuton dingin.

17. SMA (Split Mastic Asphalt) adalah beton aspal bergradasi terbuka dengan selimut aspal
yang tebal. Campuran ini mempergunakan tambahan berupa fiber selulosa yang
berfungsi untuk menstabilisasi kadar aspal yang tinggi.Lapisan ini terutama digunakan
untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintasberat. Jenis dari SMA, yaitu:.
a)Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton),
b) HRS ( hot roller sheet)

105
c) AC-WC(L), AC-BC(L), AC-Base(L), HRS-WC(L),
d) Asbuton
e) Lasbutag
18. Hitunglah kembali penentukan ketebalan susunan perkerasan lentur dengan data
mengunakan kode 2 nomer induk siswa pada data jenis jumlah kendaraan?

F. Daftar Pustaka
1) Aspahalt institut.1984. Mix Desaign Method For asphal Concrete and other Hot Mix
Types, Manual series No 2 (Ms-2)
2) RSNI, 1983.Departemen Pekerjaan Umum direktorat Jenderal Bina Marga 1983. Buku
Pedoman Penentuan Tebal perkerasan Lentur Jalan Raya. No 01/PD/B/1983. DPU
3) Anonim. 1983. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 1983.
Konstruksi Pondasi Jalan N 211 DPU.
4) Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga- 1987. Petunjuk
perencanaan Tebal perkerasan lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisis Komponen.
SKBI2.3.26.1987.UDC.625.73(02.
5) Djoko Untung.1979. konstruksi Jalan Raya/ Penerbit Pekerjaan Umum.Jakarta
6) NAASRA.1979. Interim Guide to pavement Thikness Design.
7) Robert D,Krebs and Richard D,Walker,1971, Highway Material. McGraw-Hill .Book
Company.
8) Sumber dari Goggle.1566_chapter_II.pdf, 1566_chapter_v.pdf, 1901_chapter_II.pdf,
1876_chapter_II.pdf,Chapter_II.pdf, diunggah september 2014

106
107

Anda mungkin juga menyukai