PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jalan mempunyai peran sangat penting dalam transportasi darat, yang
diantaranya untuk mengangkut barang atau orang pada daerah tertentu. Mengingat
jalan Penyangkak - Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara dari tahun ke tahun
perkembangan pertumbuhan arus lalu lintas meningkat dan kerdaraan yang
melewati jalan Penyangkak - Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara ada yang
melebihi tonase yang ada sehingga menimbulkan kerusakan-kerusakan yang
terjadi pada badan jalan. Dengan kondisi ini kami sebagai mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Teknik Trisula Bengkulu tertarik untuk membuat Tugas Akhir pada
Jalan Penyangkak - Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara dengan
pertumbuhan arus lalu lintas sekarang. Dengan data-data yang ada, kami mencoba
membuat Tugas Akhir dengan judul Tinjauan Perencanaan Tebal Perkerasan ACBC jalan Penyangkak - Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara.
Dalam tinjauan ini dipakai Methoda Analisis Komponen atau Methoda
Bina Marga dengan Umur Rencana 10 Tahun, dimana pertumbuhan lalu lintas
selama pelaksanaan diambil 7 % sedangkan pertumbuhan lalu lintas 8 % dengan
data-data Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) diambil pada tahun 2015.
Pemerintah daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum Sub Bidang Bina
Marga Provinsi Bengkulu dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
telah meningkatkan jalan tersebut, sehingga transportasi jalan Penyangkak -
Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara berjalan dengan lancar. Untuk menjaga
kerusakan-kerusakan pada jalan Penyangkak - Lubuk Durian Kabupaten
Bengkulu
Utara
tersebut
mempunyai
perlengkapan-perlengkapan
untuk
yang
umum
sangat
dipengaruhi
oleh
kwalitas
bahan
1.2
1.3
Batasan Masalah.
Batasan permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah
1.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkerasan jalan raya terbentuk dari berbagai lapisan, tiap lapisan terdiri
dari berbagai bahan-bahan yang berbeda pula. Lapisan teratas dipakai bahan yang
paling baik mutunya, perkerasan jalan raya harus dapat menampung dan menahan
beban berat yang ada diatasnya yaitu berupa beban lalu lintas kendaraan dan dapat
ditahan tanah dasar dalam batas-batas daya dukungnya. Selain itu tergantung
beberapa faktor yaitu : keadaan iklim dan cuaca serta faktor tanah dasar itu sendiri
yang akan dibuat jalan.
Selain itu ditinjau dari segi ekonominya dalam pemakaian bahan-bahan
yang akan digunakan untuk lapisan perkerasan, apakah bahan-bahan tersebut
mudah didapat disekitar tempat atau lokasi proyek, yaitu : batu pecah, kerikil,
pasir serta alat angkut/transportasi yang mengangkut bahan-bahan tersebut.
Syarat-syarat penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perkerasan
dibagi dalam dua golongan yaitu syarat-syarat fungsional dan syarat-syarat
struktural.
Syarat-syarat berlalu lintas (Fungsional)
Konstruksi perkerasan dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu
lintas haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak
berlubang.
2. Permukaan cukup kaku, hingga tidak mudah berubah bentuk akibat
beban yang dikerjakan diatasnya.
persyaratan.
Tidak
menjamin
dihasilkan
lapisan
bahan
pengikat
konstruksi
perkerasan
jalan
dapat
pengikatnya semen (Portland Cement) dan terdiri dari dua lapisan bahan saja.
Lapisan pertama merupakan permukaan (Surface) yang dibentuk dari konstruksi
beton bertulang yang diletakan diatas pondasi dimana pondasi itu diletak diatas
tanah sadar yang dipadatkan.
Pada konstruksi perkerasan ini kekuatan tergantung dari pada ketebalan
lapisan beton dan mutu dari beton yang digunakan, dengan demikian muatan lalu
lintas langsung dipikul atau diterima oleh lapisan beton sendiri.
2.2.
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi ini terdiri dari lapisanlapisan yang terletak diatas tanah dasar atau badan jalan yang telah dipadatkan
dan kedudukan stabil. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban
lalu lintas dan menyebabkan kelapisan dibawahnya. Pada gambar 2.1. terlihat
bahwa badan kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak
roda berupa beban terbagi rata (P0). Beban tersebut diterima oleh lapisan
permukaan dan disebarkan ketanah dasar menjadi (P1) yang lebih kecil dari daya
dukung tanah dasar.
Gambar 2.1.
Penyebaran Beban pada Perkerasan Lentur (Flexibel Pavement)
Gambar 2.2.
Susunan Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur
2.2.1
2.2.2
2.2.3
Hal ini sehubungan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap
roda alat-alat berat atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera
menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Umumnya macam-macam tipe tanah setempat (CBR>20% P1 > 10%)
relatif lebih baik dari tanah dasar, dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi
bawah. Campuran-campuran tanah dengan kapur atau semen akan meningkatkan
kestabilan konstruksi perkerasan.
2.2.4
10
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
3.1.1
Umur rencana perkerasan jalan merupakan jumlah dari tahun saat jalan
itu dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan lagi sesuatu perbaikan
yang bersifat struktur (sampai diperlukan Overlay lapisan perkerasan). Selama
umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan,
seperti lapisan struktur yang berfungsi sebagai lapisan aus. Perencanaan
perkerasan jalan baru diambil 20 tahun dan untuk peningkatan jalan baru diambil
10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak ekonomis karena
perkembangan jalan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapat ketelitian
yang memadai.
3.1.2
11
cara analisa lalu lintas yang ada saat ini, sehingga akan diperoleh data-data
mengenai :
1.
2.
3.
4.
3.1.3
Sub Grade atau lapisan tanah dasar merupakan lapisan tanah yang paling
bawah, dimana diletakan tanah dengan lapisan material yang lebih baik. Sifat
tanah dasar dapat mempengaruhi ketahanan lapisan diatasnya dan mutu jalan
secara keseluruhan. Di Indonesia daya dukung tanah dasar untuk keperluan
perencanaan tebal perkerasan ditentukan dengan mempergunakan pemeriksaan
CBR.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan CBR rencana
untuk perkerasan jalan adalah sebagai berikut :
1. Pada perencanaan tanah baru dimana tanah dasarnya adalah tanah
galian, maka perencanaan tebal perkerasan harus mempergunakan
CBR yang diperoleh dari hasil contoh tanah yang diambil dengan
menggunakan alat bor tanah. Pengontrolan CBR yang diperoleh pada
saat pelaksanaan dan hubungannya tebal perkerasan rencana
diatasnya harus diambil dengan teliti.
2. Pada perencanaan jalan baru dimana tanah dasar merupakan tanah
timbunan,
maka
perencanaan
dari
tebal
perkerasaan
harus
12
3.1.4
Kondisi Lingkungan
Lapisan perkerasan jalan dan tanah dasar akan berpengaruh pada saat
dilakukan pembangunan jalan. Pengaruh tersbut antara lain :
1. Pengaruh terhadap sifat teknis konstruksi perkerasan dan sifat dari
komponen material lapisan perkerasan.
2. Mempengaruhi penurunan tingkat kenyamanan dari perkerasan jalan.
3. Pelapukan bahan material
Faktor utama yang mempengaruhi konstruksi perkerasan jalan adalah air
yang berasal dari hujan dan pengaruh perubahan temperatur akibat
perubahan cuaca.
3.2.
lalu lintas yang lewat, dimana besarnya ditentukan oleh jumlah dan jenis
kendaraan. Beban lalu lintas ini harus diketahui sepanjang waktu yang lalu,
sekarang dan yang akan datang. Jumlah lalu lintas yang diperoleh dengan cara
13
mencatat langsung setiap kendaraan yang melewati arus jalan tersebut, hal ini
dilaksanakan pada beberapa pos pengamatan yang diperkirakan akan dilewati lalu
lintas terbanyak.
Kendaraan yang ringan sampai yang besar dicatat selama 24 jam, mulai
dari pukul 06.00 WIB pagi sampai dengan 06.00 WIB pagi hari berikutnya.
Pencatatan selama 24 jam tersebut merupakan standar penentuan lalu lintas harian
rata-rata (LHR). Jika pencatatan dilakukan selama satu bulan penuh, maka artinya
jumlah lalu lintas dalam satu bulan dibagi jumlah hari dalam satu bulan (30 hari).
Hal yang sama untuk survey selama satu tahun harus dibagi jumlah hari dalam
satu tahun (365 hari).
Pengaruh lain harus juga diperhatikan perkembangan dari volume lalu
lintas yang lewat. Peningkatan ini akan berpengaruh langsung terhadap pelayanan
luas jalan tersebut dan perlu ditinjau terhadap perkembangan dari volume lalu
lintas pada tahun rencana, dengan melakukan perhitungan berdasarkan data LHR
pada tahun-tahun sebelumnya. Besar pertumbuhan prosentase lalu lintas dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
(LHR) 0
14
= Tahun Rencana
3.2.1
Jumlah Jalur Lalu Lintas
Jumlah jalur atau yang biasa diebut sebagai jalur rencana, dapat
merupakan satu jalur jalan atau beberapa jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas
jalur jalan, maka jumlah jalur jalan ditentukan dari lebar perkerasan menurut
daftar dinawah ini :
15
3.2.2
Kendaan Ringan*
1 Arah
2 Arah
1,00
1,00
0,60
0,50
0,40
0,40
0,30
0,25
0,20
Kendaraan Berat**
1 Arah
2 Arah
1,00
1,00
0,70
0,50
0,50
0,475
0,45
0,425
0,40
Catatan :
3.2.3
8160
Beban Sumbu
Kg
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
8160
9000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
16000
Beban Sumbu
Lbs
2205
4409
6614
8818
11023
13228
15432
17637
18000
19841
22046
24251
26455
28660
30864
33069
35276
Angka Ekivalen
Sumbu Tunggal
0,0002
0,0036
0,0183
0,0577
0,1410
0,2923
0,5415
0,9238
1,0000
1,4798
2,2555
3,3022
4,6770
6,4419
8,6647
11,4184
14,7815
Angka Ekivalen
Sumbu Ganda
0,0003
0,0016
0,0050
0,01221
0,0251
0,0466
0,0794
0,0860
0,1273
0,1940
0,2840
0,4022
0,5540
0,7452
0,9820
1,2712
3.2.4
Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)
a. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan
pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan
tanpa median atau masing-masing arah pada jalan media.
b. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
LEP = LHR j x Cj x Ej ............................................................ (3.2)
c. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
LEA = LHR j (1 + i) x Cj x Ej ................................................ (3.3)
17
3.3.
yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah CBR lapangan atau CBR
laboratorium. Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah
dasar dilakukan dengan tabung (undistrub), kemudian direndam dan diperiksa
harga
CBRnya.
Dapat
juga
mengukur
langsung
dilapangan
(musim
18
Dalam menentukan harga rata-rata nilai CBR dari sejumlah harga CBR
yang dilaporkan, maka harga CBR rata-rata ditentukan sebagai berikut :
a. Tentukan harga CBR terendah.
b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan yang lebih besar
dari masing-masing nilai CBR.
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100% jumlah lainnya
merupakan presentase dari 100%.
d. Dibuat grafik hubungan anttara harga CBR dan presentase jumlah
tadi.
e. Nilai CBR rata-rata adalah yang didapat dari angka presentase 90%.
Untuk mendapatkan nilai CBR rata-rata yang tidak terlalu merugikan
maka disarankan agar dalam merencanakan perkerasan suatu ruas jalan, perlu
dibuat segmen-segmen dimana beda atau variasi CBR dari satu segmen tidak
besar.
3.4.
19
Kelandaian I
Kategori
(<6%) %
Iklim
kendaraan
berat 30%
Kelandaian
I (<6%) %
kendaraan
berat >
30%
Kelandaian
Kelandaian
Kelandaia
Kelandaia
II (6-10%)
II (6-10%)
n III
n III
(>10%) %
(>10%) %
kendaraan
kendaraan
kendaraan
kendaraan
berat
berat >
berat
berat >
30%
30%
30%
30%
Iklim I <
900
0,5
1,0 1,5
1,0
1,5 - 2,0
1,5
2,0 2,5
1,5
2,0 2,5
2,0
2,5 - 3,0
2,5
3,0 3,5
mm/th
Iklim II
900
mm/th
konstruksi maupun dari segi ekonomisnya. Tingkat pelayanan bagi lalu lintas
yang lewat dengan satuan angka yang menyatakan kerataan dan kehalusan serta
kekokohan jalan.
Besar dari atas disebut indeks permukaan (IP) yang artinya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. IP = 1,0
Menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga
sangat mengganggu lalu lintas kendaraan.
2. IP = 1,5
20
pengukur
Rouhness
type
lain
dapat
digunakan
dengan
Klasifikasi Jalan
Lokal
1,0 1,5
Klasifikasi
Jalan
Kolektor
1,5
Klasifikasi
Klasifikasi
Jalan Arteri
Jalan Tol
1,5 2,0
21
10 100
1,5
1,5 2,0
2,0
100 1000
1,5 2,0
2,0
2,0 2,5
> 1000
2,0 2,5
2,5
Tabel 3.5 : Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP)
2,5
22
Gambar 3.1.
Susunan Lapis Perkerasan
3.7.
Kekuatan
Relati
f
Kekuatan
Kt
a1
a2
a3
MS (kg)
(kg/cm2
)
0,40
0,35
0,32
0,30
0,35
0,31
2,28
0,26
0,30
0,26
0,25
0,20
744
592
454
340
744
590
454
340
340
340
0,28
0,26
0,24
0,23
0,19
0,15
0,13
Jenis Bahan
Bahan
CB
R%
Laston
Asbuton
590
454
340
Laston Atas
22
18
Lapen (mekanis)
Lapen (manual)
Stab. Tanah dg
Stab. Tanah dg semen
23
0,15
0,13
0,14
0,12
0,14
0,13
0,12
22
18
0,13
0,12
0,11
0,10
ITP
(cm)
< 3,00
3,00 6,70
6,71 7,49
7,5
7,50 9,99
10,00
7,5
10
Bahan
Lapis pelindung,
Buras/Burtu/Burda
Lapen/aspal, macadam, HRA,
Asbuton, Laston
Lapen/aspal, macadam, HRA,
Asbuton, Laston
Asbuton, Laston
Laston
b. Lapisan Pondasi
ITP
< 3,00
Tebal minimum
(cm)
15
Bahan
Batu pecah, stab tanah dg semen dan
24
3,00 7,49
20*)
10
7,50 9,99
20
15
10,00 12,24
20
12,25
25
kapur
Batu pecah, stab tanah dg semen dan
kapur
LASTON ATAS
Batu pecah, stab tanah dg semen kapur,
pondasi mac.
LASTON ATAS
Batu pecah, stab tanah dg semen kapur,
pond. Macadam, lapen, laston atas
Batu pecah, stab tanah dg semen kapur,
Lapisan Tambahan
Lapisan tambahan ialah tambahan (overlay) kondisi perkerasan jalan
1. Lapisan Permukaan
Umumnya tidak crack, hanya sedikit deformasi pada
jalur roda
Terlihat crack halus, sedikit deformasi pada jalur roda
namun masih tetap stabil
Crack sedang, beberapa defromasi pada jalur roda, pada
dasarnya masih menunjukan kestabilan
Crack banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda,
menunjukan gejala ketidak stabilan
90% - 100%
70% - 90%
50% - 70%
30% - 50%
25
2. Lapisan Pondasi
a. Pondasi aspal beton atau penetrasi macadam :
Umunya tidak crack
Terlihat crack halus, namun masih tetap stabil
Crack sedang, pada dasarnya masih menunjukan
kestabilan
Crack banyak, menunjukan gejala ketidak stabilan
b. Stabilisasi tanah dengan semen atau kapur :
Plastisitas Index (PI) 10
c. Pondasi macadam atau batu pecah :
Plastisitas Index (PI) 6
90% - 10%
70% - 90%
50% - 70%
30% - 50%
70% - 10%
80% - 100%
90% - 100%
70% - 90%
BAB IV
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN
26
4.1 yaitu data lalu lintas jalan Penyangkak - Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu
Utara.
a.
b.
c.
d.
Jenis Kendaraan
Kendaraan ringan 2 ton
Pick Up 3 ton (1 + 2)
Bus 8 ton (3 + 5)
Truk 2 As 13 Ton (5 + 8)
Kendaraan / Hari
986
532
8
125
Tabel 4.1
Data lalu lintas jalan Penyangkak - Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara
27
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
8 x (1.00 + 0.07)1
8,56 kendaraan / hari
8,56 x (1.00 + 0.08)10
18,48 kendaraan / hari
=
=
=
=
Untuk lebih jelas hasil perhitungan lalu lintas Harian Rata-rata tersebut
direngkum dalam tabel seperti yang ditunjukan dalam tabel dibawah ini:
a.
b.
c.
d.
Jenis Kendaraan
Kendaraan ringan 2 ton ( 1 + 1)
Pick Up 3 ton (1 + 2)
Bus 8 ton (3 + 5)
Truck 2 As 13 Ton (5 + 8)
Tahun ke-10
2277,71 kendaraan / hari
1228,95 kendaraan / hari
18,48 kendaraan / hari
288,76 kendaraan / hari
28
No
STA
CBR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0+000
0+100
0+105
0+140
0+142
0+150
0+225
0+335
0+400
0+655
0+865
0+895
1+000
1+065
1,36
1,38
1,42
1,44
1,45
1,50
1,51
1,57
1,61
1,70
2,36
2,55
2,74
3,10
Jumlah yang
sama atau lebih
besar
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
29
CBR ratarata=1,84
CBR min=1,36
CBR maks=3,10
Jumlah titik : n = 14
Didapat nilai R = 3,18
CBR Segmen=CBR ratarata
CBR Segmen=1,84
3,10 1,36
3,18
CBR Segmen=1,29
Dari analisis diatas didapat CBR Rencana = 1,29 %
4.4 Perhitungan Tebal Perkerasan AC-BC Jalan Penyangkak - Lubuk
Durian Kabupaten Bengkulu Utara
1. Data - Data
30
=
=
=
=
=
=
7 % pertama
8 % pertahun
Bahan Perkerasan
AC - WC
= 4 Cm
AC BC
= 6 Cm
Agregat kelas A (CBR 100 %)
Agregat kelas B (CBR 80 %)
=
=
=
=
=
=
=
=
31
=
=
=
=
0,0002 + 0,0002
0,0002 + 0,0036
0,0183 + 0,1410
0,1410 + 0,9238
= 0,0004
= 0,0038
= 0,1593
= 1,0648
32
=
=
=
=
= 0,2110
= 1,0816
= 0,6818
= 71,2085
= 73,1829
=
=
=
=
= 0,4555
= 2,3350
= 1,4720
= 153,7338
= 157,9963
=
=
=
(LEP + LEA10)
(73,1829 + 157,9963)
115,5896
=
=
=
LET 10 x UR / 10
115,5896 x 10 / 10
115,5896
Faktor Regional
Faktor regional (FR) adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya
perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan
disesuaikan denga keadaan Indonesia. FR dipengaruhi oleh bentuk
elemen, persentase kendaraan berat yang berhenti serta iklim, penentuan
FR menggunakan Tabel dibawah ini
Curah Hujan
33
30 %
> 30%
30 %
> 30%
30 %
> 30%
0,5
1,0 1,5
1,0
1,5 2,0
1,5
2,0 2,5
1,5
2,0 2,5
2,0
2,5 3,0
2,5
3,0 3,5
Tol
2,5
34
35
Roughness *)
( mm/km )
1000
3,9 3,5
> 1000
3,9 3,5
2000
3,4 3,0
> 2000
3,9 3,5
2000
3,4 3,0
> 2000
BURDA
3,9 3,5
< 2000
BURTU
3,4 3,0
< 2000
LAPEN
3,4 3,0
3000
2,9 2,5
> 3000
LASBUTAG
HRA
LATASBUM
2,9 2,5
BURAS
2,9 2,5
LATASIR
2,9 2,5
JALAN TANAH
2,4
JALAN KERIKIL
2,4
36
37
Didapat DDT
= 2,18 %
IP
= 2,0
FR
= 1,5
Ipo
= 4
LER10
= 115,5896
Dari data diatas didapat ITP dapat dilihat dengan nomogram (grafik
alignment) di bawah ini :
38
D1 = 4 Cm
D2 = 6 Cm
D3 = 15 Cm
D4 = Dicari
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D4
= Dicari..??
10,5
10,5
10,5
= 5,8 + 0,13 x D4
D 4=
10,55,8
0,13
D 4=36,15 cm 36 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D3
= Dicari..??
10,5
39
10,5
10,5
= 8,38 + 0,14 x D3
D3=
10,58,38
0,14
D3=15,14 cm 15 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D2
= Dicari..??
10,5
10,5
10,5
= 8,38 + 0,35 x D2
D 2=
10,58,38
0,35
D 2=6 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D1
= Dicari..??
10,5
10,5
10,5
= 8,88 + 0,40 x D1
D1=
10,58,88
0,40
D1=4 cm
40
CBR = 1,29 %
Susunan Tebal Perkerasan
41
42
Didapat DDT
= 2,27 %
IP
= 2,0
FR
= 1,5
Ipo
= 4
LER10
= 115,5896
Dari data diatas didapat ITP dapat dilihat dengan nomogram (grafik
alignment) di bawah ini :
43
D1 = 4 Cm
D2 = 6 Cm
D3 = 15 Cm
D4 = Dicari
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D4
= Dicari..??
10,3
10,3
10,3
= 5,8 + 0,13 x D4
D 4=
10,35,8
0,13
D 4=34,62 cm 35 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D3
= Dicari..??
10,3
44
10,3
10,3
= 8,38 + 0,14 x D3
D3=
10,38,38
0,14
D3=13,71 cm 14 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D2
= Dicari..??
10,3
10,3
10,3
= 8,38 + 0,35 x D2
D 2=
10,38,38
0,35
D 2=5,49 cm 5 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D1
= Dicari..??
10,3
10,3
10,3
= 8,88 + 0,40 x D1
D1=
10,38,88
0,40
D1=3,55 cm 4 cm
45
46
47
Didapat DDT
= 2,3 %
IP
= 2,0
FR
= 1,5
Ipo
= 4
LER10
= 115,5896
Dari data diatas didapat ITP dapat dilihat dengan nomogram (grafik
alignment) di bawah ini :
48
D1 = 4 Cm
D2 = 6 Cm
D3 = 15 Cm
D4 = Dicari
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D4
= Dicari..??
10,2
10,2
10,2
= 5,8 + 0,13 x D4
D 4=
10,25,8
0,13
D 4=33,85 cm 34 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D3
= Dicari..??
10,2
49
10,2
10,2
= 8,38 + 0,14 x D3
D3=
10,28,38
0,14
D3=13 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D2
= Dicari..??
10,2
10,2
10,2
= 8,38 + 0,35 x D2
D 2=
10,28,38
0,35
D 2=5,20 cm 5 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D1
= Dicari..??
10,2
10,2
10,2
= 8,88 + 0,40 x D1
D1=
10,28,88
0,40
D1=3,3 cm 3 cm
50
51
52
Didapat DDT
= 2,38 %
IP
= 2,0
FR
= 1,5
Ipo
= 4
LER10
= 115,5896
Dari data diatas didapat ITP dapat dilihat dengan nomogram (grafik
alignment) di bawah ini :
53
D1 = 4 Cm
D2 = 6 Cm
D3 = 15 Cm
D4 = Dicari
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D4
= Dicari..??
9,8
9,8
9,8
= 5,8 + 0,13 x D4
D 4=
9,85,8
0,13
D 4=30,77 cm 31 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D3
= Dicari..??
9,8
54
9,8
9,8
= 8,38 + 0,14 x D3
D3=
9,88,38
0,14
D3=10,14 cm 10 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D2
= Dicari..??
9,8
9,8
9,8
= 8,38 + 0,35 x D2
D 2=
9,88,38
0,35
D 2=4,6 cm 5 cm
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x D3 + a4 x D4
D1
= Dicari..??
9,8
9,8
9,8
= 8,88 + 0,40 x D1
D1=
9,88,88
0,40
D1=2,3 cm 2 cm
55
56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
1. Dari hasil perhitungan tebal perkerasan pada ruas jalan Penyangkak Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara, maka dapat diambil
simpulan sebagai berikut :
Hasil perhitungan penulis :
AC WC
AC BC
Agregat kelas A (CBR 100 %)
Agregat kelas B (CBR 80 %)
4 Cm
6 Cm
15 Cm
36 cm
4 Cm
6 Cm
15 Cm
20 cm
4 Cm
5 Cm
13 Cm
35 cm
AC WC
AC BC
Agregat kelas A (CBR 100 %)
Agregat kelas B (CBR 80 %)
Hasil perhitungan STA 0+140 :
3 Cm
5 Cm
13 Cm
34 cm
57
AC WC
AC BC
Agregat kelas A (CBR 100 %)
Agregat kelas B (CBR 80 %)
2 Cm
5 Cm
10 Cm
31 cm
Saran
1. Di dalam perhitungan hendaknya data-data yang digunakan betulbetul data yang akurat agar perhitungan tepat dan rumus-rumus yang
digunakan harus benar, jangan sampai rumus yang digunakan dalam
perhitungan tidak sesuai dengan literatur yang ada.
2. Di dalam perhitungan metode yang dipakai harus lah metode yang
gampang dimengerti agar nanti di dalam pengambilan nilai-nilai yang
akan dimasukan dalam rumus mudah di mengerti. Perhitungan dalam
Tugas Akhir ini menggunakan Metode Analisis Komponen atau Bina
Marga.
58
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga (1987) Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisis
Componen
Badan Standarisasi Nasional (2011) Cara Uji Lendutan Perkerasan Lentur
Dengan Alat Bengkelmen Beam
Direktorat Jendral Bina Marga (1990) Petunjuk Lokasi dan Standar Spesifikasi
Bangunan Pengaman Tepi Jalan Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum
Jakarta
Direktorat Jendral Bina Marga (1980) Perhitungan Overlay Penytelidikan Jalan
Dengan Alat Bengkelman Beam
Direktorat Jendral Bina Marga (1983) Manual Pemeliharaan Jalan
Direktorat Jendral Bina Marga (1988) Pengambilan Data Lapangan Untuk
Rencana Teknis Pemeliharaan Berkala
Djoko Untung Soedarsono, Ir (1975) Konstruksi Jalan Raya Yayasan Badan
Penerbit Pekerjaan Umum Jakarta
Nursyah Effendi, Ir Mekanika Tanah Dosen Jurusan Teknik Sipil Sekolah
Tinggi Ilmu Teknik Trisula Bengkulu
Syahirman Tamid, Ir (Alm) Rekayasa Jalan Raya II Dosen Jurusan Teknik
Sipil Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Trisula Bengkulu
59