Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pekerjaan pada suatu proyek konstruksi, sebelum dikerjakan pemilik proyek
(owner) dan kontraktor harus menetapkan nilai pekerjaannya terlebih dahulu, yang
ditentukan melalui estimasi perkiraan biaya pengerjaan. Pelaksanaan pekerjaan
dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang telah ditunjuk dan
diawasi langsung oleh konsultan pengawas dan Departemen Pekerjaan Umum.
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi
teknik umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak rencana kerja
dan syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga
hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keiginan pemilik proyek (Owner).
Ada tiga penilaian terhadap mutu suatu proyek konstruksi yaitu penilaian atas fisik
konstruksi, biaya mutu dan waktu. Pengendalian mutu fisik konstuksi terpisah dengan
pengendalian jadwal dan biaya. Pengendalian terhadap mutu fisik konstruksi dilakukan
secara tersendiri oleh pengawas melalui gambar rencana dan spesifikasi teknis.
Pengendalian jadwal dan biaya dimasukan dalam divisi manajemen proyek yang
mencakup pemantauan kemajuan pekerjaan (Progress), reduksi biaya, optimasi, model
dan analisis (Wulfram, 2004)

1.2 Ruang Lingkup


Rancangan pelaksanaan dan pengawasan jalan dan jembatan meliputi:
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan berbutir
 Pekerjaan perkerasan bahu jalan
 Perkerasan aspal
 Perhitungan struktur (jembatan)
2

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam rancangan pelaksanaan dan pengawasan jalan dan jembatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui volume pekerjaan berdasrkan gambarrencana jalan dan
jembatan
2. Untuk mengetahui harga satuan pekerjaan masing – masing pada anggaran biaya.
3. Untuk menghitung biaya tenaga kerja, material dan alat yang diperlukan pada
pekerjaan jalan dan jembatan.
4. Untuk menghitung jumlah tenaga kerja, material dan alat yang diperlukan. Pada
pekerjaan jalan dan jembatan
5. Untuk menghitung jumlah material, jumlah jam kerja alat dan jumlah jam kerja
tenaga kerja pada pekerjaan jalan dan jembatan.

1.4 Pengumpulan Data dan Analisa


 Data daftar harga satuan upah diperoleh dari Keputusan Gubernur Aceh Tahun
2020 Untuk Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tamiang
 Data daftar harga satuan bahan diperoleh dari Keputusan Gubernur Aceh Tahun
2020 Untuk Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tamiang
 Data daftar harga satuan alat diperoleh dari Owner Estimate
 Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisis dengan metode
AHSP 2016
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari rancangan pelaksanaan dan pengawasan jalan dan
jembatan adalah :
1. Dapat mengetahui cara menghitung volume pekerjaan jalan dan jembatan
berdasarkan gambar rencana
2. Dapat mengetahui harga satuan pekerjaan masing – masing pada anggaran biaya.
3

3. Dapat menghitung biaya tenaga kerja, material dan alat yang diperlukan pada
pekerjaan jalan dan jembatan.
4. Dapat menghitung jumlah tenaga kerja, material dan alat yang diperlukan pada
pekerjaan jalan dan jembatan.
5. Dapat menghitung jumlah material, jumlah jam kerja alat dan jumlah jam kerja
tenaga kerja.

6.
4

BAB 2
KONSEP DASAR ANGGARAN BIAYA JALAN DAN JEMBATAN

2.1 Pendahuluan

Analisa harga satuan pekerjaan menurut (AHSP 2016 bidang pekerjaan umum)
adalah perhitugan kebutuhan biaya tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk
mendapatkan harga satuan atau jenis pekerjaan tertentu. Perhitungan harga satuan
tenaga kerja yang ditetapkan oleh daftar upah pemerintah setempat, yang dikalikan
dengan koefisien upah. Perhitungan harga satuan biaya bahan/material yang ditetapkan
oleh daftar harga bahan pemerintah setempat, yang dikalikan dengan koefisien
bahan/material. Untuk perhitungan harga satuan biaya peralatan dimana hasil dari biaya
sewa peralatan dikalikan dengan koefisien alat. Untuk analisa harga satuan pekerjaan
tebal perkerasan merupakan perjumlahan dari analisa harga satuan upah, bahan/material
dan peralatan.

Analisa harga satuan pekerjaan pada tebal perkerasan aspal dipergunakan untuk
menghitung harga satuan Galian, Timbunan, Lapis Pondasi Bawah (LPB), Lapis
Pondasi Atas (LPA), Prime Coat, Take Coat, AC-Base, AC-Binder dan AC-WC.

2.2 Jalan dan Jembatan

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap jalan dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu
lintas, yang berada diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah, diatas
permukaan air kecuali jalan kereta api (Sukirman,1999).

Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang memungkinkan untuk rute


transportasi yang melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-
lainnya. Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus karena adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, sungai, saluran irigasi dan pembuangan.
5

2.2.1 Jalan
1. Konstruksi Perkerasan Lentur
Konstruksi perkerasan Jalan Lentur/Perkerasan Aspal (Flexible Pavement) adalah
perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis
permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya. Sehingga lapisan
perkerasan tersebut mempunyai flexibilitas/kelenturan yang dapat menciptakan
kenyamanan kendaraan saat melintas di atasnya.

Lapis Permukaan

Lapisan Pondasi Atas

Lapisan Pondasi Bawah

Tanah Dasar

Gambar 2.1 Susunan Lapis Perkerasan Lentur

Adapun komponen Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu:

 Tanah Dasar

Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan tanah timbunan,
yang didapatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
perkerasan lainnya.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-
sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah
dasar adalah sebagai berikut:
6

a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu


akibat beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar
air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya,
atau akibat pelaksanaan.

 Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)


Lapis Pondasi Bawah adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar.
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan
menyebarkan beban roda.
b. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
c. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

 Lapis Pondasi Atas (Base Course)


Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan
dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis
pondasi bawah).
Fungsi lapis pondasi antara lain:
a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda.
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)


Lapis Resap Pengikat atau sering disebut juga dengan Prime Coat merupakan
lapisan ikat aspal cair yang diletakkan di atas lapis pondasi Agregat Kelas A.
7

 Lapis Perekat (Take Coat)

Lapis Perekat (Take Coat) merupakan lapisan aspal cair yang di letakkan di atas

lapisan beraspal atau lapis beton semen sebelum lapis berikutnya di hampar, lapis

perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama dengan lapis baru.

 Laston Lapis Pondasi (AC-Base)

Laston atas atau lapisan pondasi (AC-Base) merupakan pondasi perkerasan yang
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan
di padatkan dalam keadaan panas. Lapisan ini terletak di bawah lapis pengikat (AC-
BC), perkerasan tersebut tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu
memiliki stabilitas untuk menahan beban lalulints yang di sebarkan melalui roda
kendaran. Lapis Pondasi (AC-Base) berfungsi untuk memberi dukungan lapis
permukaan, mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan menuruskan
beban kontruksi jalan di bawahnya (Sub Grade).

 Laston Lapis Antara AC-BC

Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak di bawah lapisan aus
(Wearing Course) dan di atas lapis pondasi (Base Course). Lapisan ini tidak
berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan
kekauan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas
yang akan di teruskan ke lapisan di bawahnya yaitu Base dan Sub Grade (tanah
dasar). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.

 Laston Lapis Aus (AC-WC)

Asphalt Congcrete – Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan perkerasan


yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non
structural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan
mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi
8

perkerasan. AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan


jenis laston.

2. Konstruksi Perkerasan Kaku

Konstruksi Perkerasan Jalan Kaku (Rigid Pavement) adalah jenis perkerasan jalan
yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat utama. Pelat beton
dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas dipikul oleh plat beton. Perkerasan ini pada umumnya
dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang cukup padat dan memiliki
distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lalu lintas antar provinsi, jembatan
layang (Fly over), jalan tol, maupun persimpangan bersinyal.

Tulangan

Lapisan Pondasi Bawah

Tanah Dasar

Gambar 2.2 Susunan Lapis Perkerasan Kaku

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah perkerasan tegar/kaku/rigid dengan


bahan perkerasan yang terdiri dari atas bahan ikat (semen portland, tanah liat) dengan
batuan. Bahan ikat semen portland digunakan untuk lapis permukaan yang terdiri atas
campuran batu dan semen (beton) yang disebut slab beton.
9

Gambar 2.3 Tipikal Struktur Perkerasan Kaku

2.2.2 Jembatan
Jembatan merupakan suatu konstruksi bangunan pelengkap jalan yang berfungsi
sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh suatu hambatan seperti sungai,
saluran, lembah, selat atau laut, jalan raya, dan jalan kereta api. (dawam, 2013)
Jembatan terbagi dua struktur yaitu struktur bawah dan struktur atas. Struktur
bawah (Substructures) merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi
sebagai pemikul beban-beban yang diberikan bangunan atas jembatan dan kemudian
menyalurkan ke pondasi, selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah. Bangunan
Bawah jembatan terdiri dari beberapa item, yaitu:
 Pilar (Pier) berfungsi sebagai pendukung bangunan atas. Bila pilar ada pada suatu
bangunan jembatan letaknya di antara kedua abutment dan jumlahnya tergantung
keperluan, seringkali pilar tidak diperlukan. Berfungsi meneruskan seluruh beban
jembatan ke tanah dasar.
 Abutment merupakan bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai
pendukung bagi bangunan atas, abutment juga berfungsi sebagai penahan tanah.
10

 Pondasi berfungsi menerima beban dari bangunan bawah dan menyalurkan ke


tanah, secara umum pondasi dapat dibedakan sebagai berikut :
- Pondasi Langusng digunakan bila lapisan tanah pondasi yang telah
diperhitungkan mampu memikul beban-beban diatasnya, terletak pada lokasi
yang dangkal dari tanah setempat.
- Pondasi Dalam digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu memikul
beban letaknya cukup dalam, sehingga beban-beban harus disalurkan melalui
suatu konstruksi penerus yang juga disebut tiang pancang dan pondasi sumuran.

Struktur Atas (Superstructures) merupakan bagian dari konstruksi jembatan


yang berfugsi sebagai pemikul beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati,
beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dan
lain-lain. Bangunan Atas memiliki beberapa item, yaitu:

 Lantai Jembatan adalah lantai kendaraan yang terletak diatas gelagar melintang,
biasanya terbuat dari kayu atau pasangan beton bertulang dan seluruh lebar
bagiannya digunakan untuk lalu lintas kendaraan.
 Gelagar Induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk mendistribusikan
beban-beban secara longitudinal dan biasanya di desain untuk menahan lendutan.
 Gelagar Sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang gelagar melintang
merupakan pengikat antara gelagar induk yang di desain untuk menahan deformasi
melintang dari rangka struktur atas dan membantu pendistribusian bagian dari beban
vertical antara gelagar induk

2.3 Pengunaan Alat Berat

Penggunaan alat berat untuk pekerjaan perkerasan teknik sipil adalah pada
bangunan gedung, jalan, bangunan air seperti DAM, Bendung, Irigasi dan lain-lain.
Alat berat digunakan dalam Teknik Sipil untuk membantu manusia dalam pekerjaan
yang relative besar dan rumit (Rostiyanti, 2002), dengan menggukan Alat Berat
maka produktivitas kerja yang dihasilkan lebih besar dan cepat.
11

2.3.1 Produktivitas Alat Berat

Menurut Rostiyanti, F.S (2008), produktivitas adalah kemampuan alat dalam satuan
waktu (m3/jam). Dan alat berat merupakan faktor penting didalam proyek terutama proyek-
proyek konstruksi dengan skala yang besar. Produktivitas alat tergantung pada kapasitas, waktu
siklus alat, dan efesiansi alat. Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan berulang. Waktu yang diperlukan dalam siklus kegiatan di atas
disebut siklus waktu. Waktu siklus sendiri terdiri dari beberapa unsur, waktu yang
diperlukan di dalam siklus kegiatan disebut waktu siklus atau Cycle Time (CT). Rumus
dasar untuk mencari produktivitas alat adalah:

Kapasitas
Produktivitas=
CT

Umumnya waktu siklus alat di tetapkan dalam menit sedangkan produktivitas alat
di dalam produksi/jam. Jika faktor efesiensi alat di masukkan. Cara yang umum di pakai
untuk menentukan efesiensi alat adalah dengan menghitung berapa menit alat tersebut
bekerja secara efektif dalam satu jam. maka rumus di atas menjadi:

60
Produktivitas=Kapasitas x x efesiensi
CT

Keterangan: Efesiensi = faktor yang mempengaruhi produktivitas alat

CT = waktu yang di perlukan di dalam siklus kegiatan disebut waktu

siklus atau cycle time (CT)


Satuan kapasitas produksi alat adalah satu satuan pengukuran per jam. Koefisien
alat adalah berbanding terbalik dengan kapasitas produksi.
P = 1 / Q, jam..................................................................................................(2.1)
12

Keterangan : P =Koefisien alat /m ³


Q = kapasitas produksi
Adapun jenis-jenis alat berat dan rumus yang digunakan dalam pekerjaan jalan
ini meliputi, yaitu :

1. Wheel Loader
Wheel Loader digunakan untukmengangkat material yang akan di muat kedalam
dump truck atau memindahkan material ke tempat lain, Menurut analisis bidang
pekerjaan umum (2016), untuk menghitung produktivitas wheel loader dapat digunakan
rumus:
V x Fb x Fa x 60
Q = ............................................................................................
Ts
(2.2)
P = 1/ Q
Keterangan: V = Kapasitas bucket

Fb = Faktor bucket

Fa = Faktor efisiensi alat

Ts = Waktu Siklus T1 + T2 + T3

Vf = Kecepatan maju rata rata

Vr = - Kecepatan kembali rata rata

T1 = Muat Ke Bin ( l x 60) / Vf

T2 = Kembali ke stock pile ( l x 60) / Vf

T3 = Lain lain (waktu Pasti)

Q = Produktivitas wheel loader per jam (m3/ jam)

Tabel 2.1 Faktor efisiensi alat Wheel Loader


13

2. Dump Truck

Dump truck digunakan untuk mengangkut material dari base camp ke lokasi
pekerjaan proyek. Menurut analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung
produktivitas dump truck dapat digunakan rumus:
Vx Fa x 60
Q = …………………………………….............................................(2.3)
D x Ts
P=1/Q

Keterangan: Q = Produktivitas dump truck per jam (m3/ jam)


P = Koefisien alat /m ³
V = Kapasitas bak (ton); (diambil 3,5 ton)
Fa = Faktor Efisiensi alat; (ambil kondisi kerja paling baik, 0,83)
D = Berat isi material lepas, gembur (ton/m3)
v1 = kecepatan rata-rata bermuatan, (40 km/jam); km/jam.
v2 = kecepatan rata-rata kosong, (60 km/jam); km/jam
Tb = waktu Menyiapkan 1 batch AC-BC
Ts2 = Waktu Siklus
T1 = mengisi Bak (v : Q2b x Tb
T2 = Angkut (L : v1) x 60 menit
T3 = Dump
T4 = Kembali (L : v2) x 60 menit
14

60 = perkalian 1 jam ke menit,


QExc = kapasitas produksi Excavator; m³ / jam, bila kombinasi
dengan alat Excavator. Bila melayani alat lain seperti Wheel
Loader, AMP dll, gunakan Q yang sesuai.
L = Jarak Quari ke lokasi proyek (km)

Tabel 2.2 Faktor efisiensi alat Dump Truck

Tabel 2.3 Kecepatan Dump Truck dan Kondisi Lapangan

3. Motor Grader
Motor Grader adalah alat yang digunakan pada pekerjaan perataan dan pembentukan
permukaan tanah. Menurut analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung
produktivitas Motor Grader dapat digunakan rumus:
15

Lh x ( N ( b – bo ) +bo ) x t x Fa x 60
Q = ..................................................................
N x n x Ts
(2.4)
P=1/Q

Keterangan: Lh = Panjang Hamparan.

T1 = Perataan 1 Lintasan (Lh: (v x 1000) x 60)

b = Lebar efektif Kerja blade (m)

T2 = lain lain

Fa = Faktor efisensi alat

Q = Produktivitas Motor grader per jam (m3/ jam)

V = Kecepatan rata-rata alat

Ts = Waktu siklus

n = Jumlah lintasan

N = Jumlah lajur lintasan

t = Tebal lapisan

bo = Lebar overlap (m)

4. Tandem Roller
Tandem Roller yang berfungsi sebagai alat pemadat pertama untuk pekerjaan
Laston yang dipadatkan pada suhu 90o sampai dengan 110o C. Menurut pedoman
analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung produktivitas Tandem Roller
dapat digunakan rumus :
16

( be x v x 1000 ) x b x t x Fa
Q = ...............................................................................
n
(2.5)
P=1/Q

Keterangan: v = Kecepatan rata-rata alat

N = Jumlah lintasan

be = Lebar efektif pemadatan overlap (m)

N = Lajur lintasan

Fa = Faktor efesiensi alat

t = Tebal pemadatan (m)

bo = Lebar overlap 0,2 m (m)

b = Lebar efektif pemadatan (m)

Apabila N > 1

Q = ( v x 1000 ) ¿ ¿................................................................(2.6)

5. Water Tank Truck


Water Tank Truck yang berfungsi atau bekerja sebagai alat penyiraman berupa air
pada pekerjaan lapisan pondasi bawah (LPB), lapisan pondasi atas (LPA), dan laston.
Menurut pedoman analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung
produktivitas Water Tank Truck dapat digunakan rumus:

Pa x Fa x 60
Q = .................................................................................................
1000 x Wc
(2.7)
P=1/Q
17

Keterangan: V = Volume tanki air

Wc = Kebutuhan air / m3 beton

Fa = Faktor efesiensi alat

Pa = Kapasitas pompa air

Q = Produktivitas Water tank truck per jam (m3/ jam)

6. Compressor

Compressor digunakan untuk memampatkan fluida gas atau meningkatkan tekanan


udara. Menurut pedoman analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung
produktivitas Compressor dapat digunakan rumus:

Q = Pa x Fa x 60................................................................................................(2.8)
P=1/Q
Keterangan: Q = Produktivitas Compressor per jam (m3/ jam)
Fa = Faktor Efesiensi Kerja
V = Kapasitas konsumsi udara

7. Asphalt Mixing Plant


Asphalt Mixing Plant adalah alat memproduksi aspal dengan jumlah kurang lebih 50
ton/jam. Menurut pedoman analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung
produktivitas asphalt mixing plant dapat digunakan rumus :
Q = v x Fa ………………………………………………………..(2.9)
P = 1/ Q………….……………………………………………...(2.10)

Keterangan: V = Kapasitas Produksi (m3/jam)


Fa = Faktor Koefisien Alat
Data sesuai dengan spesifikasi teknis alat, berikut
- Kapasitas alat, Cp = V = 60 ton/jam
18

- Kapasitas pugmill, mp = 1.000 kg


- Tenaga penggerak, Pw = 294 HP
- Kapasitas tangki aspal, Ca = (30.000 x 2) liter

8. Asphalt Sprayer

Asphalt Sprayer di gunakan untuk pekerjaan finishing jalan atau aspal sprayer
berfungsi untuuk menyemprotkan aspal cair ke media jalan. Menurut pedoman analisis
bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung produktivitas asphalt srayer dapat di
gunakan rumus:

Q = Pa x Fa x 60..........................................................................................(2.11)

P=1/Q

Keterangan: V = Kapasitas tangki (liter/jam)

Fa = Faktor efisiensi kerja

Pa = Kapasitas penyemprotan/pompa Aspal (liter/menit)

Q = Produktivitas asphalt sprayer per jam (m3/ jam)

9. Asphalt Finisher

Asphalt Finisher digunakan untuk menghamparkan campuran aspal hot mix yang di
hasilkan dari alat produksi aspal yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP) pada permukaan
jalan yang akan di kerjakan. Menurut pedoman analisis bidang pekerjaan umum (2016),
untuk menhitung produktivitas asphalt finisher dapat di gunakan rumus:

Q = V x b x 60 x Fa x t x D.......................................................................(2.12)

P =1/Q

Keterangan: D = Berat isi campuran beraspal (t/m3)


V = Kecepatan Menghampar (m/menit)
19

b = Lebar Hamparan (m)


Fa = Faktor Efesiensi Alat
t = Tebal Lapis (AC) Padat (m)
Q = Produktivitas asphalt finisher per jam (m3/ jam)

Tabel 2.4 Faktor efisiensi alat Asphalt Finisher

10. Pneumatic Tire Roller


Pnuematic tire roller digunakan pada an pekerjaan penggilas barang juga baik
di digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai penggilas pneumatic tire roller
dapat digunakan rumus:
( be x v x 1000 ) x t xFa
Q= ...........................................................................(2.13)
n
P=1/Q

Keterangan: Q = Kapasitas Produktivitas PTR Alat (m3/jam)

v = Kecepatan rata-rata alat (km/jam)

be = Lebar efektif pemadatan (m)

N = Lajur lintasan
20

bo = Lebar overlap 0,3 (m)

Fa = Faktor efesiensi alat

t = Tebal pemadatan (m)

b = Lebar efektif pemadatan (m)

n = Jumlah lintasan

D1 = Berat Volume Material

1. Excavator

Excavator digunakan untuk membantu melakukan pekerjaan pemindahan material


dari suatu tempat ke tempat lainnya. Menurut pedoman analisis bidang pekerjaan umum
(2016), untuk menghitung produktivitas Compressor dapat digunakan rumus:

v x Fb x Fa x 60
Q = ...........................................................................................
Ts1 x Fv
(2.14)
P=1/Q

Keterangan: V = Kapasitas bucket

Fv = Faktor konversi kedalaman (Kedalam <40%)

Fb = Faktor bucket

Fa = Faktor efesiensi alat

Ts1 = Waktu siklus

T1 = Menggali / memuat

T2 = Lain lain
21

Q = Produktivitas Excavator per jam (m3/ jam)


Tabel 2.5 Faktor Bucket (Bucket Fill Factor) (Fb) untuk excavator

Tabel 2.6 Faktor Konversi Galian (Fv) untuk excavator

Tabel 2.7 Faktor efisiensi kerja alat (Fa) excavator

2. Vibratory Roller

Vibratory Roller adalah alat yang digunakan untuk pemadatan dengan getaran. Alat
ini memungkinkan digunakan secara luas dalam setiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek
yang diakibatkan alat ini adalah gaya dinamis terhadap tanah. Butir – butir tanah
22

cenderung mengisi bagian – bagian kosong yang terdapat diantara butir –butirnya.
Sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak
(Rochmanhadi 1984).
Menurut Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) 2016, untuk menghitung
produktivitas Vibratory Roller digunakan rumus: (dapat dilihat pada halaman
berikutnya)
( be x v x 1000 ) x t x Fa
Q5= ............................................................(2.15)
n

Keterangan: Q5 = Produktivitas (m³/jam)

v = Kecepatan rata – rata alat (km/jam)

t = Tebal pemadatan (m)

Fa = Faktor efesiensi alat (Tabel 4 halaman 194)

n = Jumlah lintasan (Tabel 9 halaman 195)

be = lebar efektif pemadatan b-bo (overlap) (m)

b = Lebar efektif pemadatan (m)

bo = Lebar overlap 0,2 m (m)

3. Concrete Mixer

Concrete Mixer digunakan untuk mengangkut adukan beton ready mix dari tempat
pencampuran beton kelokasi proyek dimana selama dalam masa pengangkutan mixer
terus berputar dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar beton tidak homogen serta
tidak mengeras. Menurut pedoman analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk
menghitung produktivitas Concrete Mixer dapat digunakan rumus: (dapat dilihat pada
halaman berikutnya)

VxFax 60
Q= ..................................................................................................(2.16)
Ts
P=1/Q
23

Keterangan: Q = Produktivitas dump truck per jam (m3/ jam)

P = Koefisien alat /m ³

V = Kapasitas drum 5 M3

Fa = Faktor Efisiensi alat; (ambil kondisi kerja paling baik, 0,83)

v1 = kecepatan rata-rata bermuatan (15 – 25 km/jam)

v2 = kecepatan rata-rata kosong (25 – 35 km/jam)

T1 = mengisi Bak (v: Q2) x 60 menit

T2 = Angkut (L: v1) x 60 menit

T3 = Kembali (L: v2) x 60 menit

T4 = Dan lain-lain (2 menit)

60 = perkalian 1 jam ke menit

14. Pile Driver – Hammer

Pile Driver – Hammer adalah alat yang digunakan untuk memasang/memancang


tiang pancang ke dalam tanah. Pile Driver ini dipasangkan pada Rik yang ada pada
Crane. Menurut pedoman bidang analisis bidang pekerjaan umum (2016), untuk
menghitung produktivitas alat Pile Driver – Hammer dapat digunakan rumus:

V x p x Fa x 60
Q = ............................………………………………………......
Ts
(2.17)

Keterangan : V = Kapasitas alat (1 titik)

Fa = Faktor Efisiensi Alat


24

Ts = Waktu Siklus (T1+T2+T3) (menit/s)

p = panjang tiang pancang tertanam dalam satu titik (m)

15. Batching Plant (Concrete Pan Mixer)

Batching Plant (Concrete Pan Mixer) adalah tempat mencampur atau


memproduksi bahan baku Beton ready mix atau beton cair siap pakai dalam skala besar.
Menurut pedoman bidang analisis pekerjaan umum (2016), untuk menghitung
produktivitas alat berat Batching Plant (Concrete Pan Mixer) dapat digunakan rumus :

V x Fa x 60
Q= …………………………………………………………….....(2.18)
1000 x Ts

Keterangan : V = Kapasitas Produksi (300-600) Liter

Fa = Faktor Efisiensi Alat

Ts = Waktu Siklus Pencampuran/rata-rata (T1+T2+T3+T4)

T1 = Lama waktu mengisi (0,40 - 0,60 menit)

T2 = Lama waktu mengaduk (0,40 – 0,60 menit)

T3 = Lama waktu menuang (0,20 – 0,30 menit)

T4 = Lama waktu menunggu dll (0,20 – 0,30 menit)

60 = Konversi jam ke menit

1000 = Perkalian dari satuan m ke meter

16. Concrete Vibrator

Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan saat pengecoran dimana alat ini
berfungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan kedalam bekisting, dimana hal ini
ditunjukan mengeluarkan kandungan udara yang terjebak dalam air campuran beton
sehinga dengan getaran yang dihasilkan makan beton akan mengeluarkan gelembung
25

udara dari beton sehingga beton yang dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang
merata dan juga untuk menghindari adanya keropos atau sarang labah pada beton.
Menurut pedoman bidang analisis pekerjaan umum (2016), untuk menghitung alat berat
Concrete Vibrator sebagai berikut:

Data sesuai dengan spesifikasi teknis, contoh:

- Kapasitas Ǿ head 2,5 m


- Panjang flexible shaft 2,0 m

Produktivitas Alat Concrete Vibrator berdasarkan dengan Alat Batching Plant


(Concrete Pan Mixer). ……………………………………………………………..(2.19)

17. Concrete Pump

Concrete Pump adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan adonan beton segar
dari bawah ke tempat pengecoran atau tempat pengecoran yang letaknya sulit dijangkau
oleh truck mixer. Menurut pedoman bidang analisis pekerjaan umum (2016), untuk
menghitung produktivitas alat berat Concrete Pump dapat digunakan rumus:

V x Fa x 60
Q = ……………………………………………………………….(2.20)
Ts

Keterangan : V = Kapasitas Produksi Alat

Fa = Faktor Efisiensi Alat

60 = Konversi jam ke menit

Ts = Waktu Siklus (T1+T2+T3+T4) (menit)

18. Concrete Mixer Truck

Concrete Mixer Truck adalah alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton
ready mix dari tempat pencampuran beton kelokasi proyek dimana selama dalam
pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar beton
26

tetap homogen serta tidak mengeras. Menurut pedoman bidang pekerjaan umum (2016),
untuk menghitung produktivitas alat berat Concrete Mixer Truck dapat digunakan
rumus:

Data sesuai dengan spesifikasi teknis, contoh

- Kapasitas tangki pencampur, Cp = V = 5,0 m3 - Tenaga Mesin, Pw = 220 HP

V x Fa x 60
Q = ……………………………………………………………….(2.21)
Ts

Keterangan : V = Kapasitas Produksi Alat/Drum Alat

v1 = Kecepatan rata-rata isi (15-25) (km/jam)

v2 = Kecepatan rata-rata kosong (25-35) (km/jam)

Fa = Faktor efisiensi alat

Ts = Waktu Siklus Pencampuran (T1+T2+T3+T4)

T1 = Lama waktu mengisi, (V: Q) x 60 (menit)

T2 = Lama waktu mengangkut, (L: v1) x 60 (menit)

T3 = Lama waktu kembali, (L: v2) x 60 (menit)

T4 = Lama waktu menumpahkan dll, diambil 2 menit

60 = Satuan jam ke menit

19. Crane

Crane adalah suatu pengangkat dan pemindah material yang bekerja dengan
prinsip kerja tali, crane digunakan untuk angkat muatan secara vertical dan gerak
kearah horizontal bergerak secara bersama dan menurunkan muatan ke tempat yang
telah ditentukan dengan mekanisme pergerakan crane secara dua derajat kebebasan.
27

Menurut pedoman bidang pekerjaan umum (2016), untuk menghitung produktivitas alat
berat crane dapat digunakan rumus:

p x V x Fa x 60
Q = …………………………………………………………...(2.22)
Ts

Keterangan : V = Kapastias Alat

60 = Satuan jam ke menit

Fa = Faktor Efisiensi Alat

Ts = Waktu Siklus Pencampuran (T1+T2 untuk di basecamp)

(T1+T2+T3 untuk di lokasi proyek)

2.3.2 Biaya Operasional Alat

Biaya pengoperasian alat dapat dibagi di dalam dua kategori, biaya kepemilikan
dan biaya penggunaan.

2.3.2.1 Uraian Peralatan

Komponen alat digunakan dalam mata pembayaran tergantung pada jenis


pekerjaannya. Beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk pekerjaan secara
mekanis dan digunakan dalam mata pembayaran tertentu, maka besarnya suatu
produktivitas ditentukan oleh peralatan utama yang digunakan dalam mata pembayaran
tersebut.
Berikut ini masukan yang diperlukan dalam perhitungan biaya alat persatuan
waktu untuk pekerjaan secara mekanis.
a. Jenis Alat
Jenis peralatan yang diperlukan misalnya Wheel Loader, Backhoe, Excavator,
Asphalt Mixing Plant (AMP) dan sebagainya. Jenis alat yang diperlukan dalam suatu
mata pembayaran disesuaikan dengan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi
teknis, misalnya dalam mata pembayaran Hot Rolled Sheet dalam spesifikasi diharuskan
28

menggunakan alat pemadat roda baja (Tandem Roller) untuk penggilasan awal
(breakdown rolling) dan alat pemadat roda karet (Pneumatic Tire Roller) untuk
penggilasan antara (intermediate rolling) serta alat pemadat roda baja tanpa vibrasi
untuk pemadatan akhir.

Berbagai jenis peralatan telah dibuat untuk dipakai pada pekerjaan-pekerjaan


tertentu. Pada umumnya satu jenis peralatan hanya mampu melaksanakan satu jenis
kegiatan pelaksanaan pekerjaan, misalnya asphalt paving machine (asphalt finisher)
fungsinya adalah untuk menghampar campuran aspal panas atau hotmix sebagai lapisan
perkerasan jalan, namun ada juga jenis peralatan yang dapat dan boleh dipakai untuk
beberapa jenis kegiatan atau fungsi misalnya Bulldozer, yang fungsi utamanya adalah
untuk mengupas lapisan permukaan tanah, tapi dapat juga berfungsi sebagai
pembongkar batu-batu atau akar-akar pohon di bawah lapisan permukaan tanah serta
untuk pemadatan awal pada penimbunan tanah dan alat untuk meratakan timbunan/
hamparan batu.

b. Tenaga Mesin

Tenaga mesin (Pw) merupakan kapasitas tenaga mesin penggerak dalam satuan
tenaga kuda atau horsepower (HP) atau dalam arti kata lain juga disebut tenaga yang
dihasilkan oleh mesin.

c. Kapasitas Alat

Kapasitas alat adalah ruang yang tersedia atau daya tampung peralatan (Cp) yang
dipergunakan, misalnya AMP 50 ton/jam (kapasitas produksi per jam), wheel loader
1,20 m3 (kapasitas bucket untuk tanah gembur, kondisi munjung atau heaped).

Perhitungan kapasitas produksi peralatan per-jamnya biasa dihitung sesuai dengan


cara yang tercantum dalam rumus umum yaitu rumus perhitungan produksi peralatan
per jam, atau berdasarkan hasil produksi selama bekerja 4 jam pertama ditambah hasil
produksi selama bekerja 3 jam kedua, kemudian hasil produksi hariannya dibagi 7
untuk memperoleh hasil produksi rata-rata tiap jamnya.
29

d. Umur Ekonomis Alat

Umur ekonomis peralatan (A) dapat dihitung berdasarkan kondisi penggunaan dan
pemeliharaan yang normal, menggunakan standar/manual dari pabrik pembuat. Setiap
peralatan selama pemakaiannya (operasinya) membutuhkan sejumlah biaya, yaitu biaya
untuk operasi sesuai dengan fungsinya dan biaya pemeliharaan (termasuk perbaikan)
selama operasi.

Pada suatu saat karena operasinya sudah lama (umumnya sudah tua) akan
mengalami aus sehingga produksinya menurun dan biaya yang dikeluarkan sudah tidak
sesuai lagi. Dengan nilai jasa produksi yang dihasilkan. Pada kondisi seperti ini maka
peralatan yang dimaksud dinyatakan tidak ekonomis lagi untuk dipakai, atau disebut
umur ekonomisnya sudah tercapai.

Setiap jenis peralatan mempunyai umur ekonomisnya sendiri-sendiri yang berbeda


antara satu jenis peralatan dengan jenis peralatannya lainnya. Pada umumnya
dinyatakan dalam tahun pengoperasian. Umur ekonomis suatu peralatan dapat berubah
yang diakibatkan antara lain karena cara pengoperasian yang tidak baik dan benar
pemeliharaan dan perbaikannya yang tidak baik. Umur ekonomis peralatan yang
dipakai untuk perhitungan dalam panduan ini diambil sesuai dengan data dalam
referensi yang dipakai.

e. Jam Kerja Alat Per Tahun


Pada peralatan yang bermesin, jam kerja peralatan atau jam pemakaian peralatan
akan dihitung dan dicatat sejak mesin dihidupkan sampai mesin dimatikan. Selama
waktu (jam) pelaksanaan kegiatan pekerjaan maka peralatan tetap dihidupkan, kecuali
generating set (genset) yang selalu tetap dihidupkan, untuk peralatan tidak bermesin
maka jam pemakaiannya sama dengan jam pelaksanaan kegiatan pekerjaan.
Jumlah jam kerja peralatan (W) dalam 1 (satu) tahun.
Catatan 1:
30

 Untuk peralatan yang bertugas berat, dianggap bekerja terus menerus dalam
setahu selama 8 jam/hari dan 250 hari/tahun, maka : W = 8 x 250 = 2000
jam/tahun
 Untuk peralatan yang bertugas tidak terlalu berat atau sedang, dianggap bekerja
200 hari dalam 1 tahun dan 8 jam/hari, maka : W = 8 x 200 = 1600 jam/tahun
 Untuk peralatan yang bertugas ringan, dianggap bekerja selama 150 hari/tahun
dan 8 jam/hari, maka: W = 8 x 150 = 1200 jam/tahun

f. Harga Pokok Alat


Harga pokok perolehan alat (B) yang dipakai dalam perhitungan biaya sewa alat
atau pada analisis harga satuan dasar alat. Harga yang tercantum dapat terjadi melalui
persyaratan jual beli apakah barang tersebut loko gudang, franco gudang, free on board,
serta kadang-kadang penjual harus menanggung cost, freight, and insurance barang
yang dikirim.
- Loko Gudang, pada syarat jual beli ini, pembeli harus menanggung biaya
pengiriman barang dari gudang penjual ke gudang pembeli
- Franco Gudang, kebalikannya syarat jual beli loko gudang, pada syarat jual beli
ini, penjual menanggung biaya pengiriman barang sampai ke gudang pembeli
- Free on Board, Bila terjadi perdagangan dengan luar negeri, pembeli bisa saja
dikenakan syarat jual beli free on board. Pemberitahuannya biasanya dikirim lewat
surat bisnis atau email. Free on board adalah syarat jual beli yang membebankan
biaya pengiriman barang kepada pembeli dari luar negeri.

g. Nilai Sisa Alat


Nilai sisa peralatan (C) atau bisa disebut nilai jual kembali (resale value) adalah
perkiraan harga peralatan yang bersangkutan pada akhir umur ekonomisnya. Pada
umumnya nilai sisa peralatan ini tidak sama untuk tiap jenis peralatan, tergantung pada
jenis peralatannya. Untuk peralatan yang umum dipakai pada pekerjaan konstruksi
maka nilai sisa peralatan bisa mencapai 30% s/d 35% dari harga peralatan baru. Hal ini
31

biasa dikarenakan pada kemudahan perbaikan atau rekondisinya serta nilai


pemanfaatan/pemakaiannya yang relative rendah atau tinggi, misalnya dump truck,
roller, wheel loader, excavator dan sejenisnya.
Nilai sisa alat (C) ini banyak tergantung pada kondisi pemakaian dan pemeliharaan
selama waktu pengoperasian. Untuk perhitungan analisis harga satuan ini, nilai alat
dapat diambil rata-rata 10% dari pada harga pokok alat, tergantung pada karakteristik
(dari pabrik pembuat) dan kemudahan pemeliharaan alat.
Nilai sisa alat: C = 10% x harga alat………………………………………(2.23)

h. Tingkat suku bunga, Faktor Angsuran Modal dan Biaya Pengembalian Modal
Merupakan tingkat suku bunga bank (i) pinjaman investasi yang berlaku pada waktu
pembelian peralatan yang bersangkutan. Perencana teknis/pengguna jasa menentukan
nilai suku bunga ini dengan mengambil nilai rata-rata dari beberapa bank komersial
terutama wilayah tempat kegiatan pekerjaan berada.
Faktor angsuran modal menggunakan rumus: D=i x ¿ ¿ …………(2.24)
( B−C ) x D
Biaya pengembalian modal dengan rumus: E= ……………..(2.25)
W
Keterangan:
A : Umur ekonomis alat (tahun)
B : Harga pokok alat (Rp)
I : Tingkat suku bunga pinjaman investasi (% per tahun)
C : Nilai sisa alat (%)
W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (jam)

i. Asuransi dan Pajak


Besarnya nilai asuransi (ins) dan pajak kepemilikan peralatan ini umumnya diambil
rata-rata per tahun sebesar 0,2% dari harga pokok alat, atau 2% dari nilai sisa alat
(apabila nilai sisa alat = 10% dari harga pokok alat).
Asuransi:
32

Ins x B
F= ……………………………………………………….(2.26)
W

Keterangan: Ins : Asuransi (%);


B : Harga pokok alat (Rp);
W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (jam);

j. Upah Tenaga
Upah tenaga kerja dalam perhitungan biaya operasi peralatan disini terdiri dari atas
biaya upah tenaga kerja dalam satuan Rp. / Jam. Untuk mengoperasikan alat diperlukan
operator (U1) dan pembantu operator (U2).
k. Harga Bahan Bakar dan Pelumas
Harga bahan bakar (H) dan minyak pelumas maupun minyak hidrolik (I), dalam
perhitungan biaya operasi peralatan adalah harga umum yang ditetapkan pemerintah
setempat.

2.3.2.2 Biaya Pasti Per Jam Kerja

Biaya Pasti Per Jam Kerja (Owning cost) adalah biaya pengembalian modal dan
bunga setiap tahun, dihitung sebagai berikut:

( B−C ) x D Ins x B ( B−C ) x D+( Ins x D)


G = (E + F) = + = ………………….(2.27)
W W W
Keterangan: D = Faktor angsuran atau pengembalian modal;

G = Biaya pasti per jam (Rp);

E = Biaya pengembalian modal;

C = Nilai Sisa Alat;

B = Harga Pokok alat Setempat (Rp)

F = Biaya asuransi, Pajak dan lain-lain per tahun


33

= 0,002 x B atau = 0,02 x C


W = Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun

2.3.2.3 Biaya Tidak Pasti / Operasi Per Jam Kerja

Komponen biaya tidak pasti atau biaya operasi tiap unit peralatan dihitung
berdasarkan bahan yang diperlukan. Perhitungan cara pendekatan dengan rumus-rumus
untuk biaya tidak pasti atau biaya operasi adalah sebagai berikut:
a) Biaya Bahan Bakar (H)
Kebutuhan bahan bakar tiap jam (H) dihitung berdasarkan data tenaga kerja mesin
penggerak sesuai dengan yang tercantum dalam manual pemakaian bahan bakar yang
digunakan untuk proses produksi (misalnya untuk pengeringan/pemanasan agregat atau
pemanasan aspal pada peralatan AMP, serta pemanasan permukaan perkerasan pada
Hot Recycler).
Banyaknya bahan bakar per jam yang dipergunakan oleh mesin penggerak dan
tergantung pada besarnya kapasitas tenaga mesin, biasanya diukur dengan satuan HP
(Horse Power).
H = (12,00 s/d 15,00) % x HP…………………………………… (2.28)

Keterangan: H : Banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 (satu) jam

dengan satuan liter/jam.

HP : Horse Power, kapasitas tenaga mesin penggerak;


12,00 % : untuk alat yang bertugas ringan;
15,00 % : untuk alat yang bertugas berat.
b) Biaya Minyak Pelumas (I)
Minyak Pelumas (I) yang meliputi minyak pelumas mesin (I), minyak pelumas
hidrolik, pelumas transmisi, Tongue Conveter, power steering, gemuk (grease) dan
minyak pelumas lainnya, kebutuhan per jam dihitung berdasarkan kebutuhan jumlah
34

minyak pelumas dibagi tiap berapa jam minyak pelumas yang bersangkutan harus
diganti sesuai dengan manual pemeliharaan dari pabrik pembuat.
Banyaknya minyak pelumas (termasuk pemakaian minyak yang lain serta grease)
yang dipergunakan oleh peralatan yang bersangkutan dihitung dengan rumus dan
berdasarkan kapasitas tenaga mesin:
I = (2,5 s/d 3) % x HP……………………………………………….(2.29)
Keterangan: I : Banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 (satu) jam
dengan satuan liter/jam

HP : Kapasitas tenaga mesin penggerak (Horse Power);


2,5 % : untuk alat yang pemakaian ringan;
3% : untuk alat yang pemakaian berat

c) Biaya Bengkel (J)


Pemeliharaan peralatan rutin (J) seperti penggantian saringan udara, saringan
bahan bakar, saringan minyak pelumas serta perbaikan ringan lainnya. Besarnya biaya
bengkel (workshop) tiap jam dihitung sebagai berikut:
J = (6,25 s/d 8,75) % x B/W…………………………………………..(2.30)

Keterangan: B : Harga pokok alat setempat;


W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun;
6,25 % untuk pemakaian ringan;
8,75 % untuk pemakaian berat.

d) Biaya Perawatan atau Perbaikan (K)


Biaya perbaikan atau (K) ini meliputi:
- Biaya penggantian ban (untuk peralatan yang memakai roda ban)
- Biaya penggantian komponen-komponen yang aus (yang pergantiannya sudah
dijadwalkan) seperti swing & fixed jaw pada jaw crusher, cutting edge pada pisau
Bulldozer, saringan (screen) pada stone crusher dan AMP
35

- Penggantian baterai/accu
- Perbaikan undercarriage & attachment termasuk penggantian suku cadang
- Biaya bengkel
Untuk menghitung biaya perbaikan termasuk penggantian suku cadang yang aus
dipakai dihitung dengan rumus sebagai berikut:
K = (12,5 s/d 17,5) % x B/W………………………………………(2.31)

Keterangan: B : Harga pokok alat setempat;


W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
12,5 % untuk pemakaian ringan
17,5 % untuk pemakaian berat.

e) Upah Operator / Driver (L) dan Pembantu Operator (M)


Besarnya upah untuk operator (driver) dan pembantu operator (driver)
diperhitungkan sesuai dengan “besar perhitungan upah kerja”, tetapi upah per jam
diperhitungkan upah 1 (satu) jam kreatif. Upah Operator (Driver), dihitung dengan
rumus:
Operator, L = 1 orang/jam x U1 ………………………………………….(2.32)
Pembantu Operator, M = 1 orang/jam x U2 ………………………..……(2.33)

2.4 Konsep Harga Satuan

Konsep dasar harga satuan pekerjaan pada masing-masing item pekerjaan adalah
bagian konstruksi yang telah dikerjakan dalam keadaan siap pakai dan dapat
dibayarkan. Konsep dasar harga satuan merupakan perjumlahan yang terdiri dari analisa
harga satuan upah, analisa harga satuan bahan/material dan analisa harga satuan
peralatan.

2.5 Penyusunan Harga Satuan Pekerjaan


36

Bill of quantity adalah hasil akhir dari perkalian koefisien tenaga kerja (upah),
koefisien bahan dan koefisien alat dikali dengan harga satuan tenaga kerja, harga satuan
bahan dan harga satuan peralatan. Bill Of Quantity adalah daftar harga rincian pekerjaan
yang disusun secara sistematis menurut kelompok atau bagian pekerjaan, disertai
keterangan mengenai volume dan harga satuan setiap jenis pekerjaan. Penyusunan harga
satuan pekerjaan Perkerasan Lentur dan Kaku pada prinsipnya sama tergantung
koefisien dari tenaga kerja (upah), bahan/material dan alat yang digunakan sesuai
kebutuhan masing-masing pekerjaan dari Perkerasan Lentur dan Kaku.

2.6 Penyusunan Anggaran Biaya


Penyusunan Anggaran Biaya Jalan (Aspal dan Non Aspal) yang perlu dilengkapi
selain harga satuan upah, harga satuan bahan dan harga satuan material, produktivitas
alat berat adalah perhitungan volume pekerjaan, BILL OF QUANTITY, Analisa Harga
Satuan Upah, Analisa Harga Satuan Bahan dan Analisa Harga Satuan Peralatan.

2.6.1 Perhitungan Volume Jalan


Menurut Bidang Pekerjaan Umum dan Bina Marga (2016), volume pekerjaan
jalan (Aspal dan Non Aspal) disesuaikan dengan kebutuhan per kegiatan item pekerjaan
yang dicantumkan dalam daftar kuantitas dan harga (Bill OF Quantity). Perhitungan
volume dalam penyusunan anggaran biaya meliputi bagian dalam volume tersebut,
dengan satuan (m, m2, m3, liter, ton, kg dan lainnya) tergantung bentuk bangunan jalan.

2.6.2 Bill of Quantity


Bill OF Quantity adalah hasil akhir dari perkalian koefisien tenaga kerja (upah),
koefisien bahan dan koefisien peralatan alat dikali dengan harga satuan tenaga kerja,
harga satuan bahan dan harga satuan peralatan alat. Bill OF Quantity disebut juga
dengan daftar harga rincian pekerjaan yang disusun secara sistematis menurut kelompok
atau bagian pekerjaan, disertai keterangan mengenai volume dan harga satuan setiap
jenis pekerjaan. Penyusunan harga satuan pekerjaan Perkerasan Lentur (Aspal) dan
Perkerasan Kaku (Non Aspal) pada prinsipnya sama tergantung koefisien dari tenaga
37

kerja (upah), bahan/material dan peralatan alat yang digunakan sesuai kebutuhan
masing-masing pekerjaan dari Perkerasan Lentur (Aspal) dan Perkerasan Kaku (Non
Aspal)

2.6.3 Analisa Harga Satuan Tenaga Kerja (Upah)


Harga satuan tenaga kerja merupakan harga yang dikeluarkan oleh pemerintah
setempat untuk dapat menghitung biaya dari tenaga kerja yang bekerja didalam sebuah
proyek termasuk pengerjaan Jalan dan Jembatan. Untuk mendapat hasil biaya dari
tenaga kerja adalah koefisien tenaga kerja dikali dengan harga satuan tenaga kerja yang
telah didapat dari pemerintah setempat.

2.6.4 Analisa Harga Satuan Bahan/Material

Harga satuan bahan/material merupakan harga yang dikeluarkan oleh


pemerintah setempat, untuk dapat menghitung biaya dari bahan/material yang
digunakan didalam sebuah proyek termasuk pengerjaan Jalan dan Jembatan, misalnya
di proyek jalan seperti tanah, pasir, kerikil, batu pecah, aspal dan lainnya dan pada
Jembatan seperti tanah, pasir dan kerikil. Untuk mendapatkan hasil biaya dari
bahan/material adalah koefisien bahan/material (disesuaikan dengan JMF (Job Mix
Formula) yang dikeluarkan dari Laboratorium) dikali dengan harga satuan
bahan/material yang didapatkan dari pemerintah setempat.

2.6.5 Analisa Harga Satuan Peralatan


Harga satuan alat merupakan harga yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat,
untuk dapat menghitung biaya sewa maupun biaya alat tersebut dari alat yang
digunakan di sebuah proyek termasuk pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan. Untuk
mendapatkan hasil biaya dari alat tersebut maka koefisien alat dikali dengan harga
satuan alat yang didapatkan dari pemerintah setempat.

2.6.6 Analisa Harga Satuan Pekerjaan


38

Analisis Harga Satuan Pekerjaan yang dimaksud adalah Total perjumlahan dari
jumlah harga tenaga kerja (upah), bahan/material, dan peralatan. Total Harga Satuan
Pekerjaan tersebut dikali biaya Overhead dan Profit 10% lalu kedua biaya tersebut
dijumlahkah sesuai pada format tabel berikut ini: (dapat dilihat pada dibawah ini)

Jumlah total = Jumlah Tenaga + Jumlah Bahan + Jumlah Peralatan

Overhead Dan Profit = 15% x Jumlah Total Harga Satuan

Pekerjaan = Jumlah Total + Overhead Dan Profit

Setelah didapatkan total biaya tersebut kemudian itu menjadi harga satuan
pekerjaan, dan apabila dikali dengan volume pekerjaan dan mendapatkan hasil jumlah
harga itu disebut dengan Analisis Harga Satuan Pekerjaan.

Untuk Contoh gambar dari Form Biaya Satuan Pekerjaan pada proyek jalan dapat
dilihat pada lembaran berikutnya.

Tabel 2.8 Form harga satuan pekerjaan LPB (BASE B)

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)

A TENAGA

1 PEKERJA Jam - - -
2 MANDOR Jam - - -
JUMLAH HARGA TENAGA -
B BAHAN
1 Agregat A M3 - - -
2 Agr 0-5 M3 - - -
3 Asphalt Kg - - -
JUMLAH HARGA BAHAN
C PERALATAN
39

AMP Jam - - -
1 DUMP TRUCK Jam - - -
2 A.FINISHER Jam - - -
3 TAN ROLLER Jam - - -
4 PTR Jam - - -
5
JUMLAH HARGA PERALATAN -
D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN -
(A+B+C)
E. OVER HEAD & PROFIT 10 % x D -
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN (D+E) -

2.7 Perhitungan Anggaran Biaya Pelaksanaan


Biaya pelaksanaan adalah salah satu dokumen kelengkapan yang dibutuhkan
dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai acuan operasional pelaksanaan
proyek. Biaya pelaksanaan tidak termasuk pajak, overhead dan profit.

2.7.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan


Analisa Harga Satuan Pekerjaan adalah Total perjumlahan dari jumlah harga
tenaga kerja (upah), bahan/material, dan peralatan. Total Harga Satuan Pekerjaan
tersebut ditambahkan biaya Overhead dan Profit 15% lalu kedua biaya tersebut
dijumlahkah sesuai pada format tabel berikut ini:

Jumlah total = Jumlah Tenaga + Jumlah Bahan + Jumlah Peralatan

Overhead Dan Profit = 15% x Jumlah Total Harga Satuan

Pekerjaan = Jumlah Total + Overhead Dan Profit

Setelah didapatkan total biaya tersebut kemudian itu menjadi harga satuan
pekerjaan, dan apabila dikali dengan volume pekerjaan dan mendapatkan hasil jumlah
harga itu disebut dengan Analisis Harga Satuan Pekerjaan.
Untuk perhitungan Harga Satuan Pekerjaan akan diuraikan sebagai berikut. Jarak
rata-rata base camp agregat ke lokasi pekerjaan adalah 25 km. Jarak AMP ke lokasi
pekerjaan adalah 20,70 km.
40

2.7.2 Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen
tenaga kerja per satuan waktu tertentu, untuk memproduksi satu-satuan pengukuran
pekerjaan tertentu. Untuk menghitung biaya total tenaga kerja dalam satu pekerjaan
adalah jumlah biaya tenaga kerja per jam dikali dengan volume pekerjaan.

2.7.3 Biaya Bahan/Material


Biaya bahan/material adalah besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen
bahan untuk memproduksi satu-satuan pengukuran pekerjaan tertentu. Untuk
menghitung biaya total bahan/material adalah jumlah biaya bahan/material m3 dikali
dengan volume pekerjaan.

2.7.4 Biaya Peralatan


Biaya Peralatan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen biaya
alat yang meliputi biaya pasti dan biaya tidak pasti atau biaya operasi per satuan waktu
tertentu, untuk memproduksi satu-satuan pengukuran pekerjaan tertentu. Untuk
menghitung biaya total sewa peralatan adalah jumlah biaya masing-masing peralatan
per jam dikali dengan volume pekerjaan.

2.8 Perhitungan Jumlah Meterial, Jumlah Jam Kerja Alat dan Jumlah Jam
Kerja Tenaga Kerja

Perhitungan Jumlah Material, Jumlah Jam Kerja Alat dan Jumlah Jam Kerja
Tenaga Kerja adalah perhitungan volume dikali dengan koefisien masing-masing pada
suatu pekerjaan.

2.8 1 Jumlah Material


Perhitungan jumlah material adalah perhitungan volume pekerjaan dikali dengan
koefisien bahan pada suatu pekerjaan.

2.8.2 Jumlah Jam Kerja Alat


41

Perhitungan jumlah jam kerja alat adalah perhitungan volume pekerjaan dikali
dengan koefisien alat pada suatu pekerjaan.

2.8.3 Jumlah Jam Kerja Tenaga Kerja

Perhitungan jumlah jam kerja tenaga kerja adalah perhitungan volume pekerjaan
dikali dengan koefisien tenaga kerja pada suatu pekerjaan.

2.8.4 Kurva S

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanum atas
dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek.
Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot
pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan
proyek. Kurva S selain dapat mengetahui progress waktu proyek, kurva S berguna juga
untuk mengendalikan kinerja biaya, hal ini ditunjukan dari bobot pengeluaran kumulatif
masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkannya dengan
baseline periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing
kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertical
sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuknya
demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit,
kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir
proyek volume kegiaan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan,
pendekatan yang dilakukan dapat berupa perhitugan persentase berdasarkan biaya per
item pekerjaan/kegiatan dibagi nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan
bentuk persentase sehingga lebih udah untuk menghitungnya. (Abrar Husen, 2011)
42

BAB 3

PERANCANGAN PELAKSANAAN PENGAWASAN


PROYEK JALAN DAN JEMBATAN

3.1. Perhitungan Anggaran Biaya Pekerjaan Jalan dan Jembatan


Perhitungan anggaran biaya pekerjaan jalan dan jembatan adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan. Anggaran biaya
merupakan harga dari bahan bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan
memenuhi syarat.

3.1.1 Pekerjaan Tanah


Pekerjaan tanah yang dianalisa meliputi pekerjaan urugan pilihan dan penyiapan
badan jalan.
a. Urugan Pilihan
b. Penyiapan Badan Jalan.
43

3.1.2 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan


Pekerjaan yang dianalisa meliputi Pekerjaan Lapisan pondasi agregat kelas A
dan Rigid Beton.
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
b. Rigid Beton

3.1.3 Perkerasan Berbutir


Pekerjaan perkerasan berbutir yang dianalisa meliputi Pekerjaan perkerasan
berbutir dengan menggunakan lapis pondasi agregat kelas A dan Pekerjaan perkerasan
berbutir dengan menggunakan lapis pondasi agregat kelas B.
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
b. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

3.1.4 Perkerasan Aspal


Pekerjaan aspal yang dianalisa meliputi Pekerjaan perkerasan aspal dengan lapis
resap cair – aspal cair dan Pekerjaan perkerasan aspal dengan laston lapis antara (AC-
BC).

a. Lapis Resap Cair – Aspal Cair


b. Laston Lapis Antara (AC-BC)
c. Laston Lapis Aus (AC-WC)

3.1.5 Struktur
Pekerjaan struktur yang dianalisa meliputi Pekerjaan struktur beton mutu sedang
fc’ 20 Mpa, dan fc’ 25 Mpa, Pekerjaan baja tulangan D10, Pekerjaan baja tulangan D12,
Pekerjaan baja tulangan D16 dan Pekerjaan baja tulangan D25.

a. Beton Mutu Sedang fc’ 20 Mpa Lantai Jembatan


b. Beton Mutu Sedang fc’ 25 Mpa
44

c. Baja Tulangan D13, D12, D16,D25

3.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja, Material, dan Operasional Alat

Biaya tenaga kerja Material, dan Operasional Alat adalah besarnya biaya yang
dikeluarkan pada komponen tenaga kerja Material, dan Operasional Alat per satuan
waktu tertentu.

3.2.1 Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen
tenaga kerja per satuan waktu tertentu, untuk memproduksi satu-satuan pengukuran
pekerjaan tertentu. Untuk menghitung biaya total tenaga kerja dalam satu pekerjaan
adalah jumlah biaya tenaga kerja per jam dikali dengan volume pekerjaan.

3.2.2 Biaya Material


Biaya bahan/material adalah besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen
bahan untuk memproduksi satu-satuan pengukuran pekerjaan tertentu. Untuk
menghitung biaya total bahan/material adalah jumlah biaya bahan/material m3 dikali
dengan volume pekerjaan.

3.2.3 Biaya Operasional Alat


Biaya Operasional Alat adalah besarnya biaya yang dikeluarkan pada komponen
biaya alat, untuk memproduksi satu-satuan pengukuran pekerjaan tertentu. Untuk
menghitung biaya total sewa peralatan adalah jumlah biaya masing-masing peralatan
per jam dikali dengan volume pekerjaan.

3.3 Perhitungan Jumlah Material, Jumlah Jam Kerja Alat dan Jumlah Jam
Kerja Tenaga Kerja
Perhitungan Jumlah Material, Jumlah Jam Kerja Alat dan Jumlah Jam Kerja
Tenaga Kerja adalah perhitungan volume dikali dengan koefisien masing-masing pada
suatu pekerjaan.
45

3.3.1 Jumlah Material


Perhitungan jumlah material adalah perhitungan volume pekerjaan dikali dengan
koefisien bahan pada suatu pekerjaan.
3.3.2 Jumlah Jam Kerja Alat
Perhitungan jumlah jam kerja alat adalah perhitungan volume pekerjaan dikali
dengan koefisien alat pada suatu pekerjaan.
3.3.3 Jumlah Jam Kerja Tenaga Kerja

Perhitungan jumlah jam kerja tenaga kerja adalah perhitungan volume pekerjaan
dikali dengan koefisien tenaga kerja pada suatu pekerjaan.

3.4 Metode Pelaksanaan Jalan dan Jembatan


Metode pelaksanaan pekerjaan Jalan dan Jembatan meliputi dari pekerjaan
galian struktur abutment kedalaman 0-2 m dan 2-4 m dengan menggunakan alat berat,
lalu dilakukan timbunan biasa sebagai backfill (pengurugan kembali) pada abutment.
Selanjutnya pekerjaan timbunan pilihan pada oprit dan dipadatkan dengan
menggunakan alat berat. Setelah itu dilakukan pekerjaan struktur. Kemudian pekerjaan
perkerasan Jalan Lentur (Flexible Pavements) yang dimulai dari proses dimasukan
Lapis Pondasi Kelas B (Base B) dan dipadatkan dengan menggunakan alat berat,
setelah itu dimasukan Lapis Pondasi Kelas A (Base A) dan dipadatkan dengan alat
berat, setelah dipadatkan Base A disiram dengan Lapis Resap Pengikat – Aspal Carir
(Prime Coat) yang gunanya untuk mengikat antara lapisan pondasi dan lapisan
perantara aspal yaitu AC-BC. (Sumber: Bina Marga 2006).
46

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Besarnya rencana anggaran biaya (RAB) pekerjaan jalan dan jembatan Rp. 4.
887.708.000 (termasuk PPN)
2. Biaya rencana anggaran pelaksanaan (RAP) pekerjaan jalan dan jembatan Rp.
3.654.473.000 (termasuk PPN)
3. Keuntungan yang didapatkan berdasarkan harga dari RAB dan RAP adalah sebesar
Rp. 1.233.235.000
4. Jumlah harga pekerjaan dikali dengan rincian sebagai berikut:
 PPN 10% = Rp 48.770.800
 PPH tergantung tenaga kerja (2,5%) = Rp. 122.192.700
 Keuntungan (rencana sendiri 10%) = Rp. 488.770.880
 Overhead (7,5%) = Rp. 366.578.100
 Anggaran Pelaksanaan 70% = Rp. 3.421.395.600
47

 Selisih dalam rupiah = Rp. 1.233.235.000


 Selisih dalam persen = 25%

4.2 Saran
1. karena waktu yang diberikan cukup singkat, maka pekerjaan yang dihitung
dibatasi pekerjaan tertentu saja. Untuk itu perlu adanya penambahan waktu
terkait penyelesaian perhitungan pekerjaan sehingga seluruh perhitungan dapat
diselesaikan dengan baik dan semaksimal mungkin.
2. Menyelesaikan seluruh perhitungan RAB, RAP, hingga time schedule sebaiknya
harus dilakukan terlebih dahulu praktek dilapangan agar mempermudah
pemahaman baik dari membaca gambar hingga kondisi pekerjaan dilapangan.
3. Untuk mengerjakan rancanagan anggaran biaya jalan dan jembatan,
pengumpulann dan mulai dari gambar lengkap merupakan bagian yang paling
penting dan berpengaruh untuk menyelesaikan perhitungan perancangan harus
benar-benar dipenuhi secepatnya sehingga seluruh perhitungan pekerjaan dapat
diselesaikan

Anda mungkin juga menyukai