Anda di halaman 1dari 9

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2014

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER
DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI
DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN K3 :Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan


: Jalan (Site Inspector of Roads)

MODEL PELATIHAN K3 : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN K3 :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan
pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan
dokumen kontrak.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN K 3 :


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Melaksanakan Manajemen
3. Mengenal Bahan Jalan
4. Membuat Gambar Teknik
5. Mengenal Alat Berat
6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan
7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan
10. Melaksanakan Pekerjaan Beton
11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13. Melaksanakan Metode Kerja
14. Menyusun Pelaporan
NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIR - 01 KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan materi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, serta mampu melakukan kegiatan K3 mulai persiapan dan pelaksanaan
serta pengawasan proyek.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


(TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan landasan hukum kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja


2. Menjelaskan ketentuan administratif
3. Menjelaskan ketentuan teknis
4. Menjelaskan alat pelindung diri
5. Menjelaskan kecelakan kerja pada pekerjaan jalan
6. Menjelaskan pemadaman kebakaran dan Melakukan pengawasan penerapan
keselamatan dan kesehatan
DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR)

Nomor
Modul Kode Judul Modul

1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2 SIR – 02 Manajemen

3 SIR – 03 Bahan Jalan

4 SIR – 04 Gambar Teknik

5 SIR – 05 Alat Berat

6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah

8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase

9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan

10 SIR – 10 Pekerjaan Beton

11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan

12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas

13 SIR – 13 Metode Kerja

14 SIR – 14 Teknik Pelaporan


ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)

4.1 JENIS ALAT PERLINDUNGAN DIRI


 Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari
benturan benda keras selama mengoperasikan atau
memelihara AMP.
 Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan
terpeleset karena licin atau melindungi kaki dari kejatuhan
benda keras dan sebagainya.
 Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk
melindungi mata pada lokasi pekerjaan yang banyak Gambar 4.1.
Alat Perlindungan Diri
serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
 Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat,
masker ini dianjurkan tetap dipakai.
 Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.
 Alat pelindung telinga, digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang
ditimbulkan dari pengoperasian peralatan kerja.

4.2 MASALAH UMUM APD


 Adanya APD yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak diketahui
derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan.
 Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu.
 Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan APD
 Pengawasan terhadap keharusan penggunaan APD sangat lemah.
 Kewajiban untuk memelihara APD yang menjadi tanggung jawab perusahaan sering
dialihkan kepada pekerja.

4.3 MASALAH PEMAKAIAN APD SECARA UMUM

 Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan:


▪ Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian APD.
▪ Pemakaian APD dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan tidak
memenuhi nilai keindahan
▪ Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan.
▪ Jenis APD yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi.
▪ Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai APD
▪ Atasannya juga tidak memakai APD tanpa dikenakan sanksi.
 Perusahaan tidak menyediakan APD dengan alasan:
▪ Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian APD.
▪ Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara sengaja
melalaikan kewajibannya untuk menyediakan APD.
▪ Perusahaan merasa sia-sia menyediakan APD, karena pada akhirnya APD tidak dipakai
oleh pekerja.
 Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi
pekerja
 Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.

4.4 MASALAH KHUSUS APD

 Masker
▪ Sering ditemukan adanya kerusakan atau sumbatan pada filter
▪ Pemakaian alat ini dirasakan tidak nyaman oleh pekerja.
▪ Pemakaian alat ini menimbulkan efek psikologis dan kecemasan terhadap
pemakainya dan meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati.
▪ Pemakai alat ini harus menghirup udara yang dihembuskannya.
▪ Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya.
▪ Cara pemakaiannya kurang tepat seperti longgarnya/lepasnya tali pengikat
sehingga pengamanan terhadap pemakainya kurang berdaya guna.

 Alat Pelindung Telinga


▪ Pemakaian alat ini dapat menimbulkan resiko infeksi telinga.
▪ Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya
▪ Pemakai merasa tidak nyaman dan terisolasi.
▪ Jepitan yang terlalu kuat sering menimbulkan sakit kepala pada pemakainya.
▪ Kemampuan menduga jarak dari pemakai menurun.
▪ Sering menimbulkan iritasi kulit pemakinya.

 Sarung Tangan
▪ Pemakaian alat ini menimbulkan kepekaan tangan dan jari menurun
▪ Menimbulkan keluarnya keringat berlebihan.
▪ Sering menyebabkan adanya bahan kimia tertentu tanpa diketahui pemakainya yang
mungkin membahayakan pemakainya.

 Kaca Mata Keselamatan


▪ Dapat membatasi pandangan pemakainya.
▪ Adanya noda, kabut dan goresan kecil pada kaca yang mengakibatkan
kaburnya pandangan pemakainya.
▪ Alat ini menimbulkan kesulitan pada pemakainya untuk melihat kerusakan secara
visual.
▪ Kondisi kacamata yang tidak baik sering menimbulkan kemungkinan benda masuk
dari samping
RANGKUMAN

Pengaturan terkait dengan aspek legal, administrative dan teknis operasional atas seluruh
kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja bidang konstruksi.
Masalah umum APD
• Adanya APD yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak diketahui
derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan.
• Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu.
• Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan APD
• Pengawasan terhadap keharusan penggunaan APD sangat lemah.
• Kewajiban untuk memelihara APD yang menjadi tanggung jawab perusahaan sering
dialihkan kepada pekerja.
Masalah pemakaian APD secara umum
• Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan:
o Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian APD.
o Pemakaian APD dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan tidak
memenuhi nilai keindahan
o Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan.
o Jenis APD yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi.
o Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai APD
o Atasannya juga tidak memakai APD tanpa dikenakan sanksi.
• Perusahaan tidak menyediakan APD dengan alasan:
o Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian APD.
o Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara sengaja
melalaikan kewajibannya untuk menyediakan APD.
o Perusahaan merasa sia-sia menyediakan APD, karena pada akhirnya APD tidak dipakai
oleh pekerja.
• Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi
pekerja
• Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya.
Bahaya kecelakaan yang disebabkan manusia pada umumnya dipengaruhi oleh
kurangnya pengertian tentang Kesehatan dan Keselamtan kerja, kurang disiplin dan sebab-
sebab oleh kondisi mental, seperti sifat-sifat emosional dan kejenuhan. Kecelakaan di tempat
kerja salah satu penyebabnya adalah akibat terjadinya kebakaran di dalam lokasi pekerjaan.
Dalam kondisi apapun kebakaran ini harus diatasi sesuai dengan prosedur, baik dilakukan
perorangan dengan alat pemadam kebakaran atau unit khusus pemadam kebakaran.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, setiap operator perlu dibekali dengan pengetahuan
penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi kebakaran dengan benar
sesuai prosedur, dilakukan dengan tenaga (tidak panik) dan dapat melakukan
pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran, rumah sakit,
poliklinik, dan lain-lain).
Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak yang
terlibat, namun yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan K -3 tersebut adalah pihak
kontraktor, karena pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan pekerjaan konstruksinya
dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan kerja.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja konstruksi antara lain:
• Pelaku-pelaku konstruksi yang tidak serius dalam bekerja
• Material konstruksi yang dengan kualitas yang tidak layak pakai
• Peralatan konstruksi yang sudah rusak dan tidak mendukung
• Metode pelaksanaan yang tidak sesuai standar pengerjaan

Anda mungkin juga menyukai