Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Sebelum ada konstruksi perkerasan jalan, manusia, hewan maupun kendaraan berjalan di atas tanah
asli. Akan tetapi jarang sekali ada tanah asli yang mampu mendukung beban berulang dari lalu lintas
kendaraan tanpa mengalami perubahan bentuk yang besar. Oleh karena Itu dibutuhkan suatu struktur
yang dapat melindungi tanah dari beban roda kendaraan. Struktur ini disebut perkerasan. Selain
melindungi tanah dasar, perkerasan juga harus memberikan kenyamanan bagi penggunanya yaitu dengan
permukaan yang rata dan kesat.

1. FUNGSI PERKERASAN
Fungsi utama perkerasan adalah menyebarkan beban roda kendaraan ke permukaan tanah dasar
dengan area sebar yang lebih luas dibandingkan dengan luas kontak antara roda kendaraan dan
perkerasan sehingga tegangan maksimum yang diterima tanah dasar menjadi lebih kecil. Dengan
begitu tanah dasar tidak mengalami deformasi berlebihan selama masa layan perkerasan. Selain
sebagai struktur yang menopang beban lalu lintas kendaraan, perkerasan juga memiliki fungsi lain
yaitu :
a. Memberikan kenyamanan bagi pengendara karena permukaan jalan yang rata.
b. Dapat mencegah kendaraan tergelincir karena perkerasan memberikan kekesatan atau tahanan
gelincir.
c. Mendistribusikan beban kendaraan ke tanah dasar secara memadai sehingga tanah dasar
terlindung dari tekanan berlebihan.
d. Melindungi tanah dasar dari pengaruh buruk perubahan cuaca.

2. KOMPONEN PERKERASAN

Bila perencanaan perkerasan dilakukan dengan baik dan seluruh komponen-komponen dalam
perkerasaan berfungsi dengan baik maka kinerja perkerasan pun akan baik. Komponen-komponen
perkerasan meliputi :

a. Lapisan aus yang memberikan kekesatan, tahan gesek, penutup kedap air atau drainase
permukaan.
b. Lapis perkerasan terikat atau tersementasi (aspal atau beton) yang memberikan daya dukung yang
cukup dan sekaligus sebagai penghalang air yang masuk ke dalam material tak terikat di
bawahnya.
c. Lapis pondasi atas (base course) dan lapis pondasi bawah (sub base course) tak terikat yang
memberikan tambahan kekuatan (khususnya untuk perkerasan lentur) dan ketahanan terhadap
pengaruh air yang merusak struktur perkerasan serta pengaruh degradasi yang lain (erosi dan
intrusi butiran halus).
d. Tanah dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan, kekuatan yang seragam dan
merupakan landasan yang stabil bagi lapisan material perkerasan di atasnya.
e. Sistem drainase yang dapat membuang air dengan cepat dari system perkerasan sebelum air
menurunkan kualitas lapisan material granuler tak terikat dan tanah dasar.

Dalam kasus tertentu dapat dilakukan upaya perbaikan seperti stabilisasi tanah atau perbaikan
tanah untuk menambah kekakuan dan kekuatan tanah dasar.

3. JENIS-JENIS PERKERASAN
a. Jalan Tak Diperkeras (unpaved road)
Jalan tak diperkeras kadang berupa jalan yang terdiri dari tanah dasar yang dipadatkan, dapat pula
berupa lapisan granular (kerikil) yang dihampar di atas tanah dasar lalu dipadatkan. Jalan tak
diperkeras ini digunakan bila volume lalu lintas kecil atau populasi penduduk yang dilayani
masih rendah, biasanya di daerah pedesaan. Adapun fungsi dari kerikil pada jalan tak diperkeras
adalah untuk mendukung beban. Kekurangan dari jalan tak diperkeras adalah permukaan jalan
kasar, sering terjadi gerakan lateral kerikil, timbul debu saat kendaraan melintas. Selain itu
pemeliharaan saluran samping juga sulit karena selalu terisi dengan tanah ataupun kerikil yang
terlepas.
b. Perkerasan Lentur (flexible pavement)
Perkerasan lentur (flexible pavement) atau biasa disebut juga perkerasan aspal (asphalt pavement)
terdiri dari susunan lapisan perkerasan. Lapis permukaan (surface course), lapis pondasi atas
(base course) dan lapis pondasi bawah (subbase course).
c. Perkerasan Kaku (rigid pavement)
Perkerasan kaku (rigid pavement) atau biasa disebut perkerasan beton (concrete pavement)
banyak digunakan untuk jalan-jalan utama. Perkerasan kaku tersusun dari tanah dasar, lapis
pondasi bawah dan pelat beton dengan maupun tanpa tulangan. Perkerasan kaku cocok digunakan
untuk melayani lalu lintas kendaraan berat, berkecepatan tinggi.
d. Perkerasan Komposit (composite pavement)
Perkerasan komposit merupakan gabungan antara perkerasan kaku dengan perkerasan lentur.
Perkerasan komposit terdiri dari lapis beton aspal (asphalt concrete, AC) yang berada di atas
pelat beton atau lapis pondasi yang dirawat. Lapis pondasi dirawat dapat berupa lapis pondasi
dirawat semen (cement treated base, CTB) atau lapis pondasi dirawat aspal (asphalt treated base,
ATB). Lapis pondasi dirawat karena untuk memperbaiki kekakuan dan kekuatannya.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA STRUKTUR PERKERASAN


a. Pengaruh Kelembaban
Air merupakan salah satu penyebab kerusakan struktur perkerasan. Air dapat masuk ke dalam
struktur perkerasan melalui retakan, sambungan, bagian samping jalan serta muka air tanah yang
tinggi. Air yang masuk ke struktur perkerasan mengakibatkan kelembaban yang berlebihan pada
struktur dan jika dilalui volume lalu lintas serta beban kendaraan berat yang semakin tinggi maka
akan mempercepat timbulnya kerusakan. Saat perencanaan perkerasan, bila diketahui tanah dasar
sensitive terhadap air (tanah lempung) dan muka air tanah tinggi maka lebih baik jika di atas
tanah dasar tersebut diletakkan lapis pondasi menggunakan material granular sebagai lapisan
drainase. Untuk mencegah naiknya tanah dasar berbutir halus ke lapisan drainase maka sebaiknya
di atas tanah dasar dihamparkan geosintetik sebagai pemisah.
Dalam AASHTO (1993) dijelaskan bahwa pengaruh air pada lapisan perkerasan
b. Pengaruh Cuaca
c. Pengaruh Temperatur
d. Pengaruh Drainase
BAB II

PERKERASAN LENTUR

Perkerasan lentur (flexible pavement) atau biasa disebut juga perkerasan aspal (asphalt pavement)
terdiri dari beberapa lapisan yang terbentuk dari material campuran agregat batu pecah, pasir, material
pengisi dan aspal. Material-material tersebut dihamparkan lalu dipadatkan. Perkerasan lentur dirancang
untuk melendut dan kembali ke posisi semula bersama-sama dengan tanah dasar. Perkerasan lentur
tersusun dari tiga lapisan utama yaitu :

1. LAPISAN PERMUKAAN

Lapis permukaan adalah lapisan paling atas dari struktur perkerasan lentur. Lapisan permukaan terdiri
dari lapisan aus (wearing course) dan lapis pengikat (binder course). Lapisan ini sebagai lapisan aus
yang memberikan kekesatan, tahan gesek, penutup kedap air atau drainase permukaan. Agar lapisan
aus awet maka harus dibuat dari campuran beaspal panas, bergradasi padat. Sedangkan untuk lapisan
pengikat yang berada diantara lapisan aus dan lapis pondasi atas, material penyusunnya beragregat
lebih besar dengan kadar aspal yang lebih sedikit. Oleh karena fungsi dari lapisan aus adalah untuk
keamanan dan kenyamanan pengendara kendaraan maka sudah seharusnya lapisan ini harus kesat dan
memiliki tahanan terhadap gelincir, mampu menahan beban kendaraan dan deformasi permanen serta
dapat mencegah masuknya air ke struktur perkerasan.

Lapis permukaan pada perkerasan lentur terdiri dari beberapa sub lapisan (FHWA, 2006 dalam
Hardiyatmo, 2015) yaitu :

a. Seal Coat (asphalt seal coat) merupakan material yang digunakan untuk memelihara lapisan
permukaan, diletakkan di atas lapisan aus. Seal coat diletakkan di atas lapisan aus dengan
ketebalan kurang dari 1,27 cm atau 0,5 inchi. Bila tujuan penggunaan seal coat untuk menambah
tahanan gelincir atau kekesatan permukaan jalan maka seal coat dapat ditutup dengan agregat
halus. Selain untuk meningkatkan tahanan gelincir, seal coat juga dapat digunakan sebagai bahan
pengisi retakan pada pemeliharaan perkerasan jalan. Seal coat jenis ini disebut slurry seal yang
terdiri dari pasir halus, emulsi aspal dan air.
b. Lapisan aus (wearing course), jika tidak menggunakan seal coat maka lapisan aus ini merupakan
lapisan paling atas dari struktur perkerasan. Lapisan aus merupakan lapisan kedap air, memiliki
tahanan gelincir, tahan terhadap terbentuknya alur dan halus. Lapisan ini berupa beton aspal
bergradasi padat.
c. Lapisan pengikat (binder course) atau biasa disebut lapis pondasi aspal adalah campuran aspal
panas yang diletakkan di bawah lapisan aus. Diantara lapisan pengikat dan lapisan aus diberi tack
coat. Tack coat adalah suatu lapisan aspal relative tipis yang berfungsi sebagai pengikat. Selain
sebagai pengikat pada lapis permukaan, tack coat juga dapat digunakan di atas lapis pondasi atau
dihampar diantara lapisan-lapisan penyusun perkerasan lentur guna memberikan ikatan antara
lapisan.

2. LAPIS PONDASI ATAS


Lapis pondasi (base course) merupakan lapisan yang dihampar di atas lapis pondasi bawah atau jika
tidak menggunakan lapis pondasi bawah dapat langsung diletakkan di atas tanah dasar. Material lapis
pondasi ini terdiri dari agregat seperti batu pecah, sirtu, terak pecah (crushed slag) atau campuran dari
material-material tersebut. Adapun fungsi dari lapis pondasi adalah :
a. Menyebarkan tekanan akibat beban lalu lintas kendaraan agar tanah dasar tidak mengalami
tekanan secara berlebihan.
b. Sebagai tempat meletakkan lapis permukaan.
c. Memiliki fungsi sebagai drainase, bila air hujan merembes lewat retakan dan saluran.

3. LAPIS PONDASI BAWAH


Lapis pondasi bawah (sub base course) digunakan bila kondisi tanah dasar sangat buruk. Jika tanah
dasar memenuhi syarat digunakan sebagai lapis pondasi bawah maka tidak perlu dipasang lapis
pondasi bawah. Material yang digunakan untuk lapis pondasi bawah adalah material yang kualitasnya
lebih rendah dari lapis pondasi tapi lebih tinggi kualitasnya disbanding tanah dasar. Material lapis
pondasi bawah dapat terdiri dari material kerikil alam yang stabil dan awet. Dapat pula berupa
material granular yang dipadatkan atau tanah yang distabilisasi. Syarat kepadatan dan kadar air
ditentukan dari hasil pengujian laboratorium dan lapangan. Lapis pondasi bawah diletakkan di atas
tanah dasar yang lunak, berguna untuk menutup tanah dasar agar mempunyai daya dukung yang
cukup sehingga alat berat dapat bekerja dengan baik saat pelaksanaan. Adapun fungsi dari lapis
pondasi bawah dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Mendukung dan menyebarkan beban kendaraan.
b. Sebagai lapisan drainase (bila ada air hujan yang masuk ke perkerasan melalui retakan).
c. Mengefisiensikan penggunaan material agar lapisan lainnya dapat dikurangi tebalnya sehingga
lebih hemat biaya.
d. Mencegah material tanah dasar untuk masuk atau naik ke dalam lapis pondasi.
e. Sebagai lapisan pertama dalam pembangunan jalan agar pelaksanaan pembangunan berjalan
lancar.

Anda mungkin juga menyukai