Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan janngan jalan dan jembatan sebagai urat nad Provins diharapkan

mampu menghubungkan jalan antar kabupaten agar senantiasa dapat berfungsi untuk

mendukung kelancaran arus lalu lintas barang dan jasa dalam rangka percepatan

pemulihan ekonomi dengan tetap menjaga lingkungan.

Dalam pendekatan kebijakan pemerintah, khususnya penanganan infrastruktur, Dinas

Bina Marga menitik beratkan pada peningkatan jalan Provinsi baik lintas utama maupun

penghubung, serta melaksanakan preservasi terhadap jalan-jalan provinsi lainnya.

Untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi (civil works) jalan yang baik, diperlukan

perencanaan teknik jalan ruas-ruas jalan yang akan dibangun. Oleh karena itu,

peaksanaan pekeraan perencanaan teknis jalan perlu diakukan sebaga dasar

pelaksanaan pekerjaan konstruksi ke depannya. Untuk itulah Dinas Bina Marga Provinsi

Lampung melaksanakan Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan Strategis yang

ada di Provinsi Lampung, yang salah satunya berupa PEKERJAAN PERENCANAAN JALAN

NEGARA RATU SP. TUJOK KABUPATEN LAMPUNG UTARA, yang berupa Perencanaan

Teknis dan Pelaporan.

Ruas jalan ini merupakan jalur utama yang berada di wilayah Kabupaten Lampung

Utara yang menghubungkan kabupaten Lampung Utara dengan Kabupaten Way Kanan

Sepanjang 35,00 Km. Seiring dengan meningkatnya arus barang dan jasa maka perlu

dimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung berupa jalan dan

jembatan. Pada saat ini Ruas Jalan Negara Ratu -Sp. Tujok kondisi struktur perkerasan

jalannya sudah mulai rusak oleh karena itu untuk meningkatkan kenyamanan dan

keamanan bagi pengguna jalan dirasa perlu untuk mendesain ulang secara lengkap,

khususnya konstruksi perkerasan yang disesuaikan dengan perkembangan lalu lintas

sekarang dan akan datang.


1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari perencanaan ini adalah membantu Dinas Bina Marga Provinsi Lampung

dalam rangka melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik jalan pada ruas-ruas jalur

lintas antar kabupaten yang berada di provinsi Lampung. Sedangkan tujuan dan

PEKERJAAN PERENCANAAN JALAN NEGARA RATU SP.TUJOK KABUPATEN LAMPUNG

UTARA (BM.KSL-14) ini adalah menyediakan perencanaan teknis Ruas Jalan Negara

Ratu- Sp. Tujok Sepanjang 35,00 Km yang berwawasan lingkungan serta menyiapkan

dokumen pelelangan sesuai dengan rencana dan menggunakan standar prosedur yang

beraku 9una tercapainya mutu pekerjaan perencanaan, tercapainya penyelesaan

penanganan masalah-masalah yang sfatnya khusus serta memenuhi tingkat

perekonomian yang tinggi sehingga tingkat pelayanan jalan yang dinginkan seama ini

dapat tercapai.

1.3 Lingkup Pekerjaan Perencanaan

pekerjaan perencanaan yang akan dilaksanakan adalah berupa PEKERAAN

PERENCANAAN JALAN NEGARA RATU

SP.TUJOK KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(BM.KSL-14) Sepanjang 35,720 Km.

Pekerjaan ini berupa perencanaan peningkatan perkerasan jalan dengan lebar

perkerasan eksisting 3,50 s.d 4,50 dan bahu jalan antara 1,00 s.d 2,00 meter kiri dan

kanan.

Lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh konsultan sesuai dengan tahapannya adalah

sebagai berikut:

1. Pengumpulan data lapangan

a. Survey pendahuluan

b. Inventarisasi jalan dan jembatan (bangunan pelengkap lainnya)

C. Pengukuran topografi

d. Survey lalu lintas

e. Survey perkerasan jalan

f.Survey geologi

9. Survey lokasi quarry dan harga material

h. Survey hidrolbgi
2. Analisa data lapangan, desain, dan gambar

a. Perhitungan data hasil survey topografi

b. Analisa data geologipenyelidikan tanah

C. Perencanaan geometrik jalan

d. Perencanaan per kerasan jalan

e. Perencanaan bangunan pelengkap jalan

f. Penggambaran

3. Perhitungan volume dan biaya pekerjaan, pelaporan dan pengadaan

dokumen lelang.

a. Perhitungan volume pekerjaan

b. Analisa harga satuan dan perkiaan biaya pekerjaan

C. Pembuatan laporan-laporan dan dokumen ledang


BAB II

METODOLOGI

2.1 Persiapan Pelaksanaan Desain

Sebelum mobilisasi ke lapangan, konsultan membuat persiapan-persiapan baik yang9

menyangkut masalah admin istrasi maupun yang bersifat teknis. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Mempelajari pekerjaan yang akan disurvey, mempelajari secara mendalam TOR

yang ada dan langkah kerja yang akan diambil.

2. Berkonsultansi dengan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan beserta staf tekrik

Perencanaan Pembangunan Jalan Dinas Bina Marga Provinsi Lampung mengenai

rencana ker)ja, tujuan teknis pekerjaan yang harus dicapai dan sebagainya.

3. Meakukan koordá nasi kera antar masing-masing anggota tim, tata cara

pengambilan data.

4. Menyiapkan form-form yang dibutuhkan di lapangan.

5. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan termasuk kendaraan yang akan dipakai.

6. Menentukan waktu keberangkatan dan target penyele sa ian masng-masing

kegiatan.

7. Menyiapkan referensi-referensi atau buku-buku yang menunjang dengan kegiatan

perencanaan yang akan dikerjakan.

2.2 Survey dan Investigasi

Survey dan investigasi adalah salah satu tahapan dalam perencanaan jalan, pada

tahapan ini dilakukan kegiatan-kegiatan pengumpulan data-data lapangan yang akan di

gunakan sebagai bahan dari perencanaan yang akan dilakukan.

Kegiatan survey dan investigasi pada pekerjaan perencanaan terdiri dari

1. Survey kondisi perkerasan jalan existing dan bangunan-bangunan struktur yang

ada.

2. Melakukan inventansasi jalan dan jembatan serta bangunan pelengkapnya.

3. Pengukuran topografi pada ruas jalan dan mengindentifikasi lebar ruang milik

jalan.
4. Kegiatan survey lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut

5. Melakukan survey terhadap kondisi geologi dan geoeknik pada ruas jalan.

6. Survey Hidrologi untuk perencanaan bangunan pelengkap

2.3 Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal dari lokasi atau daerah

yang akan direncanakan dan sebagai bahan kajian kelayakan teknis serta sebagai

bahan pertimbangan untuk survey detail selanjutnya. Kegiatan survey pendahuluan ini

meliputi kegiatan pengumpulan data lapangan berdasarkan pengamatan visual

pengukuran dan juga masukan dari

berbagai sumber untuk mendapatkan

gambaran kondisi lapangan pada ruas

jalan yang direncanakan. Tujuan dari

survey ini yaitu:

1. Mengumpulkan

informas

menyangkut ruas jalan dan

bangunan stukur yang ada,

termasuk data sekunder dari

berbagai sumber yang relevan.

2. Mencatat kondisi perkerasan secara

umum dan kerusakan yang terjadi.

3. Mengumpuikan data perkiraan

secara umum tentang penanganan

yang diperlukan, baik

pada

perkerasan

maupun

pada

pekerjaan-pekerjaan lainnya diluar

perkerasan, seperti bahu jalan,

drainase, perbaikan lereng, timbunan dan galian, perbaikan geometri Jalan,


jembatan dan bangunan-bangunan struktur lainnya.

4. Mengindentfikasi lebar ruang milik jalan, dan perkiraan kebutuhan pembebasan

lahan atau studi lingkungan (amdal, UKL/UPL) jika masing-masing diperlukan

5. Melakukan persiapan koordinasi dengan institusi-institusi yang berkaitan.


2.4 Inventarisasi Jalan dan Jembatan (Bangunan Pelengkap

2.4.1Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan data secara umum mengenai

kondisi perkerasan pada ruas jalan yang ditinjau dan mengumpulkan data

menyangkut fitur dan bangunan yang ada serta melengkapi hasil survey

pendahuluan yang Sudah dilaksanakan.

2.4.2 Lingkup pekerjaan

Melakukan pemeriksaan dengan mencatat kondisi perkera san existing,

sedangkan untuk kondisi tertentu memerlukan data yang lebih rapat, interval

jarak dapat diperpendek. Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini

adalah

a. Lebar perkerasan yang ada/existing

b. Jenis bahan perkerasan misalnya AC, HRS

C. Nilai kekasaran jalan dari hasil survey NAASRA Rougness Meter atau

ditentukan secara visual (RCI) dengan ketentuan skala secbagai berikut:

RCI

Kondisi Visual

Tipe Permukaan Tipikal

Hotmik AC atau HRS Yang halus, baru

8 10

sangat rata

dibuat atau ditingkat beberapa lapis

Hotmik yang telah dipakai beberapa

sangat baik/rata

tahun atau lapisan tipis hotmik di atas

penetrasi macadam

hotmik lama/lasbutag baru

penetrasi makadam/lasbutag berumur

baik

5-6

Cukup, sedikit lubang


beberapa tahun

jelek, tidak rata dan penetras macadam berumur 4 5

banyak lubang

tahun, jalan kerikil tak terawat

Semua tipe perkerasan lama yang tidak

2-3

rusak berat

terpelihara

tidak dapat dilalalui

kecuai oleh 4 WD

d. Kondsi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada sepert saluran

samping, gorong-gorong, bahu, pagar dsb.

e. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan disertai dengan photo

dokumentasi minimal 1 photo tiap 50 m


2.4.3 Persyaratan

Hasil pengambilan data harus didiskusikan dengan pihak Pelaksana Teknis

Kegiatan dan Staff Teknis Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan

Strategis Dinas Bina Marga Provinsi Lampung untuk pendapatkan persetujuan

guna dipakai sebagai panduan kegiatan selanjutnya. Proses pengambilan data

menggunakan tormat standar yang telah ditentukan.

2.5 Peng ukuran Topografi

2.5.1 Tujuan

Pengukuran topografi dimaksudkan untuk mengumpulkan data koordinat dan

ketinggian pemukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan di

dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala

1:1000 yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan.

2.5.2 Lingkup Pekerjaan

Pemasangan patok-patok

Mempersiapkan patok BM dari beton dengan ukuran 10x10x7Scm atau pipa

PVC ukuran 4" yang berisi adukan beton dan memasang nut dari baut di

atasnya.

Memasang patok BM tersebut pada tempat yang aman dengan interval

pemasangan satu kilometer dengan ketinggian 20 cm, dicat warna kuning

dan diberi nomor BM, setelah itu difoto sebagai dakumentasi

Memasang patok dani kayu yang cukup keras dan lurus yang telah dicat

warna kuning dan diberi nomor yang digunakan sebagai titik poligon dan

pengukuran titik kotrol horisontal

Melakukan pengukuran titik kotrol horisontal dengan sistem poligon dan

menjadikan BM sebagai titik poligon

Mengukur jarak antar titik poligon (maksimum 100 m) dengan meteran

atau alat ukur secara opus maupun elektronis.

Menggunakan alat ukur theodolit jenis T2 atau yang setingkat dengan

ketilitian dalam detik untuk mengukur sudut-sudut poligon.

Melakukan pengamatan matahari pada titik awal dan akhir peng ukuran.

Bila mengamatan matahari tidak bisa dilakukan maka menggunakan GPS.


Setap pengamatan matahari dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar

biasa)

B.Pengukuran titik kotrol vertikal

Melakukan pengukuran ketingg an dengan 2 kali berdii/pembacaan pergi

dan pulang. Dalam mengukur sifat datar tersebut harus mencakup semua

ttik pengukuran (poligon, sifat datar, potongan melintang dan titik BM)

Menggunakan rambu yang masih baik, berskala benar, jelas dan sama.

Membaca benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah

(BB) dan harus memenuhi 28T BA + BB

Dalam satu hari pengukuran harus dalam jumlah slag yang genap

C.Pengukuran situasSi

Dalam mengukur situasi menggunakan sistem tachimetri dengan alat

theodolit, yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun

manusia yang ada di sepanjang jalur pengukuran seperti sungai, bukit,

jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.

Dalam mengambil data harus memperhatikan keseragaman penyebaran

dan kerapatan titik yang cukup sehingga menghasilkan gambar situasi yang

benar, ksusus pada lokasi sungai atau persimpangan jalan dilakukan

dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.

d. Pengukuran penampang melintang

Dalam pengukuran penampang melintang menggunakan alat theodolit

dengan persyaratan sesuar dengan tabel di bawah.

Lebar Koridor

Interval (m) Interval (m)

Kondisi

Longsoran

(m)

75 +75

75 + 75

Jalan baru
Datar, landai, lurus

Pegunungan

IKungan 50 (luar)+100 (dalam)|

2.5.3 Persyaratan

a. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur

Melakukan pemeriksaan terhadap alat ukur yang akan dipakal dengan cara

sebagai berikut

Pemeriksaan theod olit

Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung

Sumbu II tegak lurus dengan sümbu I

Garis bidik tegak lurus simbu II

Kesalahan kolimasi horisontal =0

Kesalahan indeks vertikal 0

Pemeriksaan alat sifat datar

Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabun9

Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo

b. Ketelitian dalam pengukuran

Ketelitian dalam pengukuran poligon adalah sebagai berikut

Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10"Vn; (n adalah jumlah

titik poligon dari pengamatan matahari pertama ke pengamatan matahari

selanjutnya atau dari pengukuran GPS pertama ke pengukuran GPS

berikutnya).

Kesalahan azimut pengontrol tidak lebih dari 5

c. Perhitungan

Pengamatan matahar

Dasar perhitungan pemgamatan matahari harus mengacu pada tabel

almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD

untuk tahun yang sedang berjalan dan harus diakukan di lokasi

pekerjaan.

Perhitung an koord inat

Perhitungan koordinat poligon dibuat untuk setiap seksi, antara


pengamatan matahari yang satu dengan mengamaan matahari

berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata,

tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang

lebih pendek harus mendapatkän koreksi yang lebih besar), dan harus

dilakukan di lokasi pekerjaan

Perhitungan sifat datar

Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5

mm) dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar

perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.

Perhitungan ketinggian detail

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang

dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris

dan seluruh perhitungan menggunakan sistem komputerisasi.

d. Penggambaran

Menggambar poligon dengan skala 1 : 100 untuk jalan.

Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.

Mencantumkan koordinat grid terluar (dari gambar) baik nilai absis (x)

dan ordinat (y).

Mencatumkan arah utara pada setiap lembar gambar

Menggambar tiük poligon berdasarkan hasil perhitungan dan bukan

berdasarkan secara grafis.

Mencantumkan nilai X,Y,Z pada setiap titik ikat (BM) dan diberi tanda

khusus.

Menggambar semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan

penampang melintang pada gambar poligon, sehingga membentuk gambar

situasi dengan interval garis ketinggian (kontur) 1 meter.

2.6 Survey Lalu Lintas

2.6.1 Tujuan

Survey, lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu-lintas, kecepatan

kendaraan rata-rata, menginventarisasi jalan yang ada, serta menginventarisasi


jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan

waktu, sehingga dapat dihitung lalu-lintas harian rata-rata sebagai dasar

perencanaan jalan.

2.6.2 Ling kup Pekerjaan

Lokasi survey lalu-lintas dilakukan pada 2 tempat yaitu pada ruas jalan dan pada

persimpangan. Mencatat seluruh jenis kendaraan yang lewat baik arah depan

maupun arah belakang. Minimal 2 orang dengan peralatan yang digunakan 1

orang 1 counter serta format survey yang telah ditentukan

Tipe pos perhitungan lalu-lintas

Pos klas A adalah pos perhitungan lalu-lintas yang terletak pada ruas

jalan dengan jumlah lalu-lintas yang tinggi dan mempunyai LHR210.000

kendaraan.

Pos klas B adalah pos perhitungan lalu-lintas yang terletak pada ruas

jalan dengan jumlah lalu-lintas yang tinggi dan mempunyai

5.000sLHR< 10.000 kendaraan.

Pos klas C adalah pos perhitungan lalu-lintas yang terletak pada ruas

jalan dengan jumlah lalu-lintas yang tinggi dan mempunyai LHRE5.000

kendaraan.

Pemilihan lokasi

LOkasi pOs harus mewakili jumlah lalu-lintas harian rata-rata dari ruas

jalan tidak terpengaruh oleh angkutan ulang alik yang tidak mewakili

ruas.

LOkasi p0S harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua

arah, sehingga memungkinkan mencatat kendaraan dengan mudah dan

jelas, serta lokasi pos bukan pada persilangan jalan.

Tanda pengenal pos

Setiap lokasi pos perhitungan lalu-lintas harus mempunyai nomor pengenal,

yang terdiri dari satu huruf besar dan diikuti oleh tiga digit angka.

Huruf besar A, B atau C memberikan indentitas mengenai tipe kelas pos

perhitungan dan tiga digit angka berikutnya identik dengan nomor ruas jalan

dimana p0S-pos tersebut terletak. Apabila dalam satu ruas jalan memiliki lebih
dari satu pos perhitungan, maka kode untuk pos kedua, digit pertama diganti

dengan 3 dan seterusnya. Urutan pos dimulai dari kilometer kecil ke arah

kilometer yang besar.

Periode perhitungan

Pos klas A dilakukan dengan periode 40 jam selama 2 hari, muai puku

06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir pukul 22.00 pada hari kedua.

Pos klas B dilakukan sama seperti pos klas A

Pos klas C dilakukan dengan periode 16 jam mulai pukul 06.00 pagi dan

berakhir pukul 22.00.

Pengelompokan kendaraan

Dalam perhitungan jumlah lalu-lintas kendaraan, kendaraan dibagi dalam 8

kelompok mencakup kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

Golongan

Jenis Kendaraan

Sepada motor, sekuter, sepeda motor roda 3, sepeda kumbang

Sedan, jeep dan station wagon

Opelet, pick-up opelet, saburban, combi dan min ibus

Pick-up, micro truck dan pick-up box

Bus kecil

Bus besar

Truk 2 sumbu 4 roda

Truk 2 sumbu 6 roda

Truk 3 Sumbu

ruk gandengan

Truk semi trailer

Kendaraan tidak bermotor

56

Pengenal ciri kendaraan

1. Sepeda kumbang: sepeda dengan mesin mak 75 cc

3. Umumnya sebagai kendaraan penumpang umum maksimal 12 tempat duduk

4. kendaraan barang maksimal beban sumbu belakang 3.5 ton dengan bagian
belakang sumbu tunggal roda tunggal

5a. Kendaraan penumpang umum dengan jumlah tempat duduk antara 16 s/d 26

buah seperti metromini, kopaja dan elf dengan bagian belakang sumbu tunggal

roda ganda dan panjang kendaraan maks 9 m dengan sebutan bus 4.

5b. Kendaraan penumpang umum dengan jumlah tempat duduk 30 s/d 50 buah

yang berukuran 12 m dan termasuk sumbu tunggal roda ganda.

6a. Truk dengan beban sumbu belakang antara beriksar 5 ton

6b. Truk dengan beban sumbu belakang antara 8-10 ton

7a. Kendaraan barang dengan 3 sumbu dan termasuk sumbu ganda roda ganda.

7b. Truk seperti no 6 dan 7 yang diberi gadengan bak truk atau disebut juga Full

Truk

7c. Truk yang terdiri dari kepala truk dengan sumbu 2-3 sumbu dan bak yang

beroda belakang yang mempunyai sumbu 2-3 sumbu pula.

2.6.3 Per syaratan

Standar pengambilan dan perhitungan hanus mengacu pada buku Manual

Kapasitas Jalan Indonesia.

2.7 Survey Perkerasan Jalan

2.7.1 Tujuan

Tujuan dari survey ini adalah untuk mengetahui data struktural perkerasan yang

ada, meliputi, daya dukung tanah dasar dan susunan lapis perkerasan

2.7.2 Lingkup Pekerjaan

a.

Pemeriksaan daya dukung tanah dasar dengan alat DCP

Pemer iksaan daya dukung tanah

dengan mempergunakan alat Dynamic

Cone Penetrometer (DCP) ini umum

dilakukan

untuk

kebutuhan

perencanaan jalan raya. Dibandingkan

dengan pengujian CBR, pengujian DCP


relatif lebih cepat dan murah. Dari

pengujian ini dapat diketahui daya dukung lapisan tanah sampai dengan

kedalaman 1 m. Daya dukung lapisan tanah pada kedalaman lebih dari 1 m

dapat juga didapatkan dengan memperpanjang atau mengganti stang

penetrasi dari alat ini.

Pengujian ini sangat cocok dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah

apabila tanah dasar merupakan tanah galian. Pengujian DCP dilakuan dengan

mempergunakan alat yang memiliki beban seberat 20 lbs (9,07 kg). Beban ini

dijatuhkan dari ketinggian 20 inch (50,8 cm) memalui tiang berdiameter 5/8

inch (16 mm). Akibat pukulan ini, konus baja berbentuk kerucut dengan luas

1/2 sq. inch (1,61 cm ) bersudut 30 atau 60 akan masuk atau berpenetrasi

ke dalam lapisan yang diuji. Pemilihan sudut konus 30 atau 60 tergantung

pada jenis material yang ada pada atau kekerasan lapisan yang akan diuji.

Gunakan konus yang bersudut 30 pada lapisan yang keras atau yang banyak

mengandung material berbutir.

Hand Bor (Pembor an Tan gan)

Pemboran tangan adalah metode yang cepat dan murah yang dapat dilakukan

pada tanah lunak sampai agak lunak dengan kedalaman pemboran sampai 8

10 meter dengan diameter 50-200 mm. dari hasil pengeboran dilapangan

dibuatkan borlog yaitu sketsa dai hasil/data yang diperoleh selama

pengeboran.

Analisa data lapangan, desain dan gambar.

Menghitung nilai CBR rencana dengan sistem komputerisasi

Penentuan unique secton yaitu suatu seksi jalan yang mempunyai

karakteristik seragam dalam beberapa variabel desain misalnya : lebar

perkerasan, atau nilai CBR rencana.

Melakukan desain tebal perkerasan dengan metode yang telah

ditetapkan.

Tebal Lapisan Tanah.

Kedalaman Muka Air Tanah.


Jenis, warna setap lapisan tanah

Lokasi dimana dilakukan pengambilan contoh tanah

Lokasi dimana dilakukan spt

Hasil pemeriksaan spt

Konsistensi dari setiap jenis tanah

Gradasi tanah berbutir kasar

Data-data lain diapangan yang dianggap penting

Dalam perencanaan ini untuk survey perkerasan jalan hanya dilakukan uji DCP

saja karena lebih menitikberatkan pada daerah pelebaran.

2.7.3Persyaratan

Persyaratan pelaksanaan untuk uji DCP sesuai dengan SNI 03-1743-1989

sedangkan untuk Uji Hand Bore sesuai dengan ASTMD 4719.

2.8 Survey Geologi dan Geoteknik

Survey ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas tanah, menentukan jenis dan

karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan truktur. Survey ini dilakukan

dengan mengambil sampel tanah yang berada di sepanjang ruas jalan kemudian diuji di

laboratorium. Hal-hal yang akan diperoleh dari pengujian tanah di laboratorium adalah

sebagai berikut

1. Ukuran Buir

Ukuran dan gradasi butir tanah ditentukan dengan. Analisa saringan untuk

menentukan gradas pasir dan kenkil. Tanah harus diklasifikasi kan mempunyai

karakteristik seperti bahan berbutir kasar (pasir atau kerikil) atau bahan berbutir

halus (laniau atau lempung)

Diskripsi mengenai pasir dan kerikil atas dasar ukuran butir kasar, sedang dan

halus. Tanah dengan penyebaran ukuran berbutir yang baik dari kasar sampai ke

yang halus disebut gradasi baik (well grade), sedangkan untuk tanah dengan

ukuran butir satu jenis disebut gradasi seragam dan untuk tanah yang kekurangan

ukuran butir tertentu disebut gradasi celah (gap grade), Disamping komposisinya

pasir dan kerikil juga diuraikan bentuk butirnya: bulat, hampir bulat, tajam dan

hampir tajam.

2. Berat Jenis
Berat jenis ditetapkan sebagai perbandingan berat butir tanah dengan berat air

dengan volume yang sama pada suatu suhu tertentu. Berat jenis tanah tergantung

kepada bahan tanah.

3. Berat Satuan

Berat satuan masa tanah, ditentukan sebagai perbandingan berat masa dengan

volume masa tersebut.

4. Moisture Contents

Untuk menentukan kadar air tanah, ditentukan sebagai perbandingan berat air yang

terkandung dalam tanah dengan berat kering, dinyatakan dalam %.

5. Batas Atterberg

Untuk petunjuk pengaruh air, lebih lanjut diadakan penguJian Batas Cair (Liquid

Limit LL), Batas Plastis (Plastic Limit = PL), dan Index Plastis (Plasticity Index

PI). Batas cair adalah batas kadar air apabila perubahan tanah dari tingkat cair ke

tingkat plastis, batas plastis adalah batas kadar air minimum dimana tanah masih

dalam tingkat plastis dan Batas Atterberg digunakan sebagai suatu dasar untuk

membedakan bahan yang berplastisitas Cukup tinggi lempung, (plastis sebagian dan

tidak plastis.

6. Konsolidasi

Untuk menentukan sifat kemampuan suatu jenis tanah, yaitu sitat-sifat perubahan si

dan proses keluarnya air dari dalam tanah yang diakibatkan adanya perubahan

tekanan vertical pada tanah tersebut.

Pengujian hasil konsolidasi dapat digunakan untuk memilih jenis pondasi yang aman

dan perhitungan besaran serta waktu penurunan.

7.Pengujian Triaxial

Pengujian riaxial digunakan untuk menentukan kohesi, sudut geser dalam dan

tekanan air yang dituangkan kedalam tanah. Data ini digunakan untuk menentukan

daya dukung pondasi.

8. Test CBR

Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi atas: CBR

lapangan, CBR lapangan rendaman dan CBR laboratorium. Tes yang dilakukan pada

kegiatan ini yaitu untuk mendapatkan CBR laboratorium


2.9

Survey Lokasi Quarry dan Harga Material

Tujuan survey ini adalah untuk mengeta hui informasi mengenai bahan-bahan

perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada ruas

jalan yang dikerjakan berikut dengan harganya.

Informasi yang diperoleh dari survey ini adalah

Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya pasir, kerikil, tanah timbunan atau

batu.

LOkasi quarry setiap jenis perkerasan berikut perkiraan jumlah yang ada.

Perkiraan harga satuan tiap jenis bahan perkerasan.

Perkiraan jarak pengangkutan an dari quarry ke base camp proyek.

peta lokasi quarry berikut keterang an lokasinya (KM, STA).

2.10

Survey Hidrologi dan Hidrolika

2.10.1 Tujuan

Tujuan survey hidrologi dan hidraulik adalah mengumpulkan data hidrologi dan

karakter/perilaku aliran air pada bangunan air yang ada sepanjang ruas efektif

yang ditinjau, guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir

rencana, perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan

yang diperlukan

2.10.2 Lin gkup Pekerja an

Lingkup perkerjaan survey hidrologi dan hidraulik adalah:

Mengumpulkan data curah hujan harian

maksimum (mm/hr) paling sedkt dalam jangka waktu 10 tahun pada

daerah tangkapan (catchment area) atau pada daerah yang berpengaruh

terhadap lokasi pekerjaan, data tersebut bisa diperoleh dari Badan Meteorog

dan Geofisika atau instansi terkait di kota terdekat dari okasi perencanaan.

Mengumpuikan data bangunan gengaman yang

a0a sepert gorong-gorong. jembatan, selokan yang meliputi: lokasi,

kondis, dimensi dan tinagi muka air banjir.

Nenganali data curah hujan dan menentukan


cUrah huan rencana, debit dan tinggi muka air banjir rencana dengan

eriade ulang 10 tahunan.

Nenganalisa pola aliran air pada daerah rencana

untuk memberikan masukan pada proses perencanaan yang aman.

Mengitung dimensi dan jens bangunan

engaman yang dperiukan.

Menentukan rencana eevasi aman untuk

embetan termasuik pengaruhnya terhadap adanya bangunan air.

Nerecanakan

bangunan

pengaman

jembetan terhadap gerusan samping atau horisontal dan vertikal

210.3 Persyaratan

Proses perhitungan mengacu pada Standar Nasional Indonesi (SNI) no 03-

3424-1994, Sancar Nasonal Indones (SNE) no 03-1724-1989 dan Ska

13197 (Taa Cara Perencanaan Hidroikogi dan Hidrolika untuk Banguna

Sungai)

211

Upaya Pengdolaan dan Pemantauan Ling kungan

2.111 Tujuan

Tuguen dari studi Lgeya Pengeloiaan Lingkungan (UK) dan Uaya Pemantauan

Lingkungan (UPL) adalah:

Mengidentifkas

komponen kegiatan yang berpotensi menimbulikan dampak lingkungan

Mengidenbiikasi

komponen ingkungan yang digerkirakan akan tekena dampak sebagsa

akibat adanye proyek peningkatan pembangunan jailan.

Nemprediks

dan

ngevaluasi besarmya dampak lingkungan yang teradi


Merumuskan Saran tindak lanjut yang dapat dilaksanakan oleh proyek atau instansi lain yang

terkait guna mengurangi dampak negatif atau meningkatkan dampak positif

yang dijabarkan dalam rumusan umum Upaya Pengelolaan Lingkungan

(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

2.11.2 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini adalah:

Data sekunder

Mengumpulkan semua laporan yang berkaitan dengan masalah lingkungan

antara lain AMDAL (ANDAL, RKL, DAN RPL) dan/atau UKL/UPL serta laporan

studi kelayakan untuk ruas jalan yang akan direncanakan.

Kajian data

Mengakaji ulang dokumen-dokumen tersebut di atas untuk mengidentifikasi

sampai sejauh mana pengaruh akibat adanya kegiatan proyek

pembangunan/peningkatan jalan terhadap lingkungan di sekitarnya.

Data Primer (Survey lapangan aspek lingkungan)

Pelaksanaan survey lapangan aspek lingkungan yang telah ditelaah sesuai

yang dengan yang dibutuhkan.

2.11.3 Persyaratan

Peraturan perundang-undangan yang mendukung pelakasanaa studi Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya.

Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air

Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan.

Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Undang-undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan.

Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan.

Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional

Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman

Penyusunan AMDAL.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis

Rencana Usaha dan

atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan

AMDAL

Peraturan

Menteri

Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2008 tentang

Penetapan Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum

Yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL-UPL

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL

dan

SPPL

Acuan yang dapat digunakan Pedoman Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan Hidup No.008/BM/2009, No. O09/BM/2009, NO. 010/BM/2009,

dan 011/BM/2009, atau pedoman lain yang dipersyaratkan.

2.12

Perencanaan Geometrik Jalan

PEKERJAAN PERENCANAAN JALAN NEGARA RATU-SP.TUJOK KABUPATEN LAMPUNG

UTARA (BM.KSL-14) merupakan perencanaan untuk jalan Provinsi dengan kelas jalan

sedang. Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan yang disusun oleh

Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dikembang kan


menjadi

1. Standar Geometri Jalan Perkotaan ( Ruas Jalan ), RSNI T-14+2004

2. Standar Geometri Persimpangan ( sebidang / tidak sebidang )jalan perkotaan

3 Pedoman Teknis No.Pt-02-2002-B, Tata Cara Perencanaan Geometri

Persimpangan Sebidang.

4. Tata Cara Perencanaan Geometr Jalan Perkoaan, Nomor : 031/T/BM/1999/SK.

Nomor: 76/KPTS/Db/1999;

5. Tata Cara

Perencanaan Geometri Persimpangan Tidak Sebidang

(Flyover/Overpass/ Underpass) dan lain-lain.

Standar dan Pedoman Teknis yang telah disusun sebelum tahun 2001, belum

disesuaikan dengan tata cara penulisan standar yang diterbitkan oleh Badan

Standarisasi Nasional (BSN) tahun 2000, selain itu belum juga disesuaikan dengan

buku: A Policy on Geometric Design of Highways and Streets, AASHTO tahun 2001.

Standar geometri jalan perkotaan ini mengatur ketentuan - ketentuan geometri ruas

jalan,dan tidak termasuk geometri persimpangan maupun jalan bebas hambatan.

Perbedaan standar ini dengan standar sebelumnya antara lain : penyesuaian standar

penulisan dan ketentuan-ketentuan dari AASHTO tahun 2001 tentang A Policy on

Geometric Design of Highways and Streets. Perencanaan geometrik jalan merupakan

bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik

seningga dapat memenuhi tungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang

optimum pada arus lalu-lintas. Perencanaan tebal perkerasan dan drainase tidak

termasuk dalam lingkup perencanaan geometrik jalan. Jadi tujuan dari perencanaan

geometrik jalan adalah menghasilkan intfra struktur jalan yang aman, efisiensi

pelayanan arus lalu-lintas dam memaksimalkan risio tingkat penggunaan/biaya

pelaksanaan. Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik jika dapat memberikan

rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan.

Yang menjadi dasar perencanaan geometrik jalan adalah sitat gerakan, ukuran

kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalkan gerak kendaraannya dan

karakteristik arus lalu-lintas. Hal-hal di atas perlu diperhatikan dalam perencanaan

geometrik jalan Supaya dihasilkan bentuk dan ukuran jalan serta ruang gerak
kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan. Elemen dalam

perencanaan geometrik jalan adalah alinyemen horisontal, alinyemen vertikal dan

koordinasi alinyemen.

2.12.2 Alinyemen Horisontal

Alinyemen horisontal adalah proyeksi Sumbu jalan pada bidang horisontal

Alinyemen horisontal dikenal dengan nama situasi jalan atau trase jalan. Pada

perencanaan alinyemen horisontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian

jalan, yaitu bagian lurus, dan bagian lengkung (tikungan).

Panjang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waktu 2,5

menit (sesuai Va), dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat kelelahan.

Pada tabel di bawah ditampilkan panjang bagian lurus untuk berbagai kondisi

jalan

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)

Bukit

2500

Fungsi Jalan

Datar

3000

2000

Gunung

2000

Arteri

Kolektor

1750

1500

Kendaraan pada saat melalui tükungan dengan kecepatan (V) akan menerima

gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil. Untuk mengimbangi

gaya sentrifugal tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan yang

disebut superlevasi (e)

Pada saat kendaraan melalui daerah superlevasi, akan terjadi gesekan arah

meintang jalan antara ban kendaraan dengan permukaanaspa yang


menyebakan gaya gesekan melintang. Perbandingan gaya gesekan melintang

dengan gaya normal disebut koefisien gesekan melintang (.

Rumus umum untuk lengkung horisontal adalah

127(e+

25

D 360

27cR

Dimana: R jari-jari lengkung (m)

D derajat lengkung ()

Untuk menghindari terjadi kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat

dihitung jari-jari minimum untuk superlevasi maksimum dan koefisien gesekan

maksimum.

Rane 127e.

181913.53e

Dmak

DimanaRo jari-jari tikungan minimum (m)

= kecepatan kendaraan rencana (km/jam)

emakSuperelevasi maksimum (%)

fmak koefisien gesekan melintang maksimum

= derajat lengkung ()

Dakderajat maksimum

Untuk berbagai variasi kecepatan dapat digunakan tabel di bawah ini (ema10

Va (km/jam) 120 100 90 80 6050 40 30 20

Rmin m) 600 370 | 280 210 115 80 |50 30 15

Ada tiga jenis tikungan yang digunakan, yaitu

o Lingkaran (Full Circle F-C)

o Spiral-Lingkaran Spiral (Spiral Circle Spiral = S-C-S)

oSpiral Spiral (S-S)


1. Full Circle (FC), adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatulingkaran

saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari-jari tikungan) yang besar agar tidak

terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan superlevasi besar.

Keterangan

Sudut ukungan

O pusat lingkaran

TC panjang tangen (jarak dari TC

ke PI atau PI ke TC

Rc jari-jari lingkaran

LC

panjang busur lingkaran

Ec jarak luar dari PI ke busur lingkaran

Rumus-rumus yang digunakan

o Tc Rc tan V2A

Gambar 1ikungan Full Gircle

oEc Tc tan VA

Lc Tke

360

2. Spiral-Cirde Spiral (S-CS$)

Lengkung peralhan S-C-S dibuat untuk menghindari terjadinya perubahan alinyemen

yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran, jadi lengkung peralihan ini

diletakkan antara bagian lurus dan bagian lingkaran (circle), yaitu pada sebelum dan

sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran. Lengkung peralihan dengan bentuk

spiral banyak digunakan oleh Bina Marga.

Keterangan

Ls panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST)

LC panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)

TS panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST


TS titik dari tangen ke spiral

SC titik dari spiral ke lingkaran

Es jarak dari PI ke busur

lingkaran

8s sudut lengkung spiral

Bc sudut lengkung circle

RC jari-jari lingkaran

P pergeseran tangen

terhadap spiral

k absis dari p pada

garis tangen spiral

Rumus-rumus

yang

digunakan

Ls.90

7Re

ec A- 8s

Lc X ZT X Re

180

Gambar Tikungan Spiral-Circle Spiral

Laot Lc + 2Ls

LS Re(lcos t

6.Re

4.Re

Es (RC+ P) .secVB RC

Ts(RC+ P) tgVap+K

3. Spiral- Spiral (S-S)

Lengkung horisontal bebentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa busur lingkaran,

sehingga titik Sc berimpit dengan CS. Rc yang dipilih harus sedemikian rupa
Gambar Tikungan Spiral-Spiral

Keterangan

Ts panjang tangen dari titik PI ke ttik TS atau ke titik ST

TStitik dari tangen ke spiral

titik dari spiral ke lingkaran

jarak dari PI ke busur lingkaran

Sudut tikungann

essudut lengkung spiral

RS jar-jari lingkaran

pergeseran tangen terhadap spiral

absis dari p pada garis tangen spiral

Rumus-rumus yang digunakan

8s V2.A

o Ls AxE

90

o Es (Rc + p) secB Re

Ts(RC + P) tgvB +k

Ls min= m (en + e) x B dengan m 125

e Superelevasi

o en kemiringan meintang riormal

2.Ls

lebar lajur

Anda mungkin juga menyukai