Anda di halaman 1dari 15

15

SPESIFIKASI TEKNIS
1. KETENTUAN UMUM
1.1 Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi, serta Hak Cipta yang melekat
pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.
1.2 Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar yang diajukan oleh Kontraktor,
Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari
sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan Setuju atau Ditolak.
1.3 Dalam hal Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan Kontraktor tidak menjamin secara
substansial sama atau lebih tinggi dari Standar yang disyaratkan , maka Kontraktor harus tetap
memenuhi ketentuan Standar yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak.
1.4 Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan produksi dalam
negeri.
1.5 Standart satuan ukuran yang digunakan adalah MKS, sedangkan penggunaan Standart satuan lain, dapat
digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
1.6 Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan perbaikan harus dilakukan
sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan dan persyaratan kontrak agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap kepentingan umum.
1.7 Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban membayar ganti rugi yang
berkenaan dengan segala klaim, tuntutan hukum dalam bentuk apapun yang timbul dari atau sehubungan
dengan hal tersebut.

2. HUKUM DAN PERATURAN


Kontraktor mengetahui, memahami dan mematuhi ketentuan hukum dan Peraturan mengenai Lingkungan
Hidup, Keselamatan Kerja, Perpajakan, Bea Cukai, Ijin Pemasukan Barang, Import dan Komoditi, penyimpanan
merupakan keharusan bagi kontraktor mengikuti prosedur yang harus ditempuh.
Dengan tidak mengurangi kewajiban Kontraktor akan hal tersebut diatas, Kontraktor harus mematuhi ketentuan
peraturan/perundang-undangan sebagai berikut :
2.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikut sertakan Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah
Setempat/Koperasi sesuai surat Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Pengawasan
Pembangunan No. S.91/M.EKKU/1997 tanggal 23 Juli 1997 tentang: Peningkatan Peran Serta dan
Pemberdayaan Pengusaha Kecil dan Koperasi dalam pengadaan barang/jasa Instansi Pemerintah.
2.2. Untuk melindungi tenaga kerja, Kontraktor wajib melaksanakan program JAMSOSTEK sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1989 tanggal 27
Januari 1989 Jo. Surat Kakanwil No. KEP-07/Men/ 1989. Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Daerah
Istimewa Aceh Nomor : PR.06.07-W.01/BJ.3/660 tanggal 10 Agustus 1998.

3. PROGRAM PELAKSANAAN DAN LAPORAN


3.1. LAPORAN BULANAN KEMAJUAN PEKERJAAN
Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada waktu yang telah ditetapkan Direksi, Kontraktor harus
menyerahkan 5 (lima) salinan Laporan Kemajuan Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi,
yang menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu. Laporan sekurang
kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut:
3.1.1 Prosentase total pekerjaan yang telah dilaksanakan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan laporan dan prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya.
3.1.2 Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang telah diselesaikan, disertai dengan prosentase rencana
yang diprogramkan, dan diberi keterangan mengenai kemajuan pekerjaan.
3.1.3 Jadwal rencana kegiatan mendatang yang akan dilaksanakan dalam waktu dua bulan berturut-
turut dengan perkiraan tanggal permulaan dan penyelesaian.

3.2. LAPORAN HARIAN


Kontraktor harus membuat laporan harian atau laporan periodik atas setiap bagian pekerjaan yang
diminta Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan dimaksud harus memuat, tetapi
tidak dibatasi, data-data berikut:
Keadaan cuaca, jumlah tenaga staf dan buruh yang dipekerjakan serta keterampilannya, jumlah bahan-
bahan di tempat pekerjaan, jumlah bahan yang sedang dipesan, kemajuan pekerjaan, persiapan
pekerjaan dan peralatan serta data-data percobaan laboratorium, kecelakaan dan informasi yang lain
yang berkaitan erat dengan kemajuan pekerjaan.

3.3. RAPAT BERSAMA UNTUK MEMBICARAKAN KEMAJUAN PEKERJAAN


Rapat tetap antara Direksi dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada waktu yang telah disetujui oleh
kedua belah pihak. Maksud dari pada rapat ini membicarakan pekerjaan yang sedang dilakukan,
15

pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul agar
dapat segera diselesaikan.

4. BAHAN-BAHAN DAN ALAT YANG HARUS DISEDIAKAN KONTRAKTOR


Kontraktor harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak. Jika tidak ditentukan lain, segala peralatan dan
material yang membutuhkan bagian pekerjaan baru dan harus disesuaikan dengan standar menurut dokumen
lelang. Bahan- bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan produksi
dalam negeri.
15

Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksud tidak dapat diperoleh di dalam negeri,
maka Kontraktor dapat melakukan pemesanan dari luar negeri setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pemberi Pekerjaan. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi, bilamana bermaksud untuk mensuplai peralatan
dan material yang tidak sesuai dengan standar sebagai tersebut di atas dan harus mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi.
5. ALAT-ALAT PRODUKSI
Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya untuk pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada Kontraktor untuk menyediakan alat produksi tambahan dan
peralatan lain bilamana menurut pertimbangannya penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kontrak.
Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan serta suku cadang dan harus menjaga persediaan yang cukup
untuk tidak memperlambat pelaksanaan pekerjaan.
6. MATERIAL PENGGANTI
Kontraktor harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material yang ditentukan tidak mungkin
diperoleh dengan alasan yang dapat diterima, Kontraktor dapat menggunakan material pengganti, tetapi harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar Kuantitas dan
Harga Pekerjaan tidak diperkenankan untuk dinaikkan akibat penggantian material.

SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1
SKOPE PEKERJAAN

DIVISI 1. UMUM
Mobilisasi

DIVISI 2. DRAINASE
Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
Pasangan Batu dengan Mortar
Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang, diameter dalam 75 - 85 cm

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH


Galian Biasa
Timbunan Biasa dari Sumber Galian
Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
Penyiapan Badan Jalan

DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR


Lapis Pondasi Agregat Kelas B

DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL


Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
Lapis Penetrasi Macadam (Lapen)

DIVISI 7. STRUKTUR
Galian Biasa
Pasangan Batu Padas (Manual)

Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

Untuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor berkewajiban :
1. PEMBERSIHAN LAHAN
Pembersihan lahan dilakukan pada areal pekerjaan dari segala kotoran/sampah dan akar-akar kayu.
2. PAGAR SEMENTARA
Apabila diperlukan untuk pengamanan Kontraktor harus membuat pagar sementara pada daerah kerja dan semua
tanah yang ditempati untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat kontrak atas biaya dari
kontrak sendiri.
Apabila pagar sementara perlu didirikan sepanjang jalan umum, jalan kereta api, harus merupakan tipe yang
diminta dan disetujui oleh Pemerintah Setempat.
3. SARANA AIR KERJA DAN PENERANGAN
3.1 Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Kontraktor harus memperhitungkan biaya
penyediaan air bersih tidak mengandung lumpur guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar
mandi/WC.
3.2 Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaandan
pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperlua pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Direksi Keet,
Kantor Kontaktor, Kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
3.3 Kontraktor juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan
Direksi Keet/gudang dan penerangan Proyek pada malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung
selama 24 jam penuh dalam sehari.
3.4 Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan Generator Set dan semua perizinan
untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggungan jawab Kontraktor.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur, stop
kontak serta sakelar/panel.

3
15

4. BARAK UNTUK PEKERJAAN, RUANG DIREKSI, GUDANG DAN RUANG RAPAT LAPANGAN
4.1 Barak untuk kerja, ruang direksi, gudang dan ruang rapat dilapangan dibuat ditempat sekitar bangunan yang akan
dikerjakan, dan lengkap dengan peralatannya letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
4.2 Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang seharusnya mendapat perlindungan, harus disimpan
didalam gudang yang cukup menjamin perlindungan.
4.3 Ruang Rapat Lapangan.
Pembuatan Ruang rapat lapangan dibuat di lokasi proyek untuk melaksanakan rapat-rapat bersama dan lain-lain.

5. PAPAN NAMA PROYEK


5.1 Kontraktor wajib membuat Papan Nama Proyek yang ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu menurut
petunjuk Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah terbitnya Surat Keputusan Pemenang
Pelelangan.
5.2 Papan Nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ukuran papan (120 x 90) cm harus dibuat dari papan kayu kelas II dan dilapisi dengan BWG 28 atau
yang sejenis.
b. Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu kelas I ukuran (5x7) cm².
c. Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah terletak setinggi 2 m dari tanah.
Bagian tanah tiang penyangga dan penyokong ditanam, di dalam lubang yang kemudian dicor dengan
beton tumbuk campuran 1 : 3 : 5 (dalam volume) sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas
tanah.
d. Pengecatan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat dasar sekali dan cat
penutup sekali. Dipapan nama ditulis sebagai berikut atau sesuai dengan petunjuk Direksi :
JUDUL KEGIATAN PROYEK
 Nama Kegiatan
 Nama Pekerjaan
 Tanggal permulaan dan akhir pelaksanaan pekerjaan.
 Besar Nilai Kontrak.
 Nama (Badan) Sumber Dana.
 Nama Kontraktor.
Kontraktor wajib memelihara dan merawat papan nama dan menjaga agar tetap dalam keadaan baik sampai
dengan penyerahan pekerjaan yang terakhir kalinya kepada Direksi Pekerjaan.
6. PENGUKURAN
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pengukuran batas/ garis dan elevasi persiapan lahan dan pekerjaan
pengukuran lainnya yang ditentukan dalam gambar kerja dan/atau yang ditentukan pengawas lapangan dan
termasuk penyediaan team ukur yang berpengalaman dan peralatan pengukuran lengkap dan akurat yang
memenuhi ketentuan spesifikasi ini.
b. Prosedur Umum
1. Data Standar Pengukuran
Standar pengukuran berdasarkan polygon tertutup tiga titik koordinat dan patok akan disediakan pemilik
proyek dan akan menjadai patokan pengukuran yang dilakukan kontraktor.
Bila kontraktor berkeberatan atas penentuan system koodinat tersebut, maka dalam 1 (satu) minggu
setelah penentuan, kontraktor dapat mengajukan keberatan secara tertulis beserta data pendukung untuk
kemudian akan di pertimbangan oleh pengawas lapangan.

2. Persyaratan pengukuran
Kontraktor harus melaksanakan perhitungan pengukuran dan pemeriksaan untuk mendapatkan kokasi
yang tepat sesuai gambar kerja dan harus disetujui pengawas lapangan.

PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Tanah terdiri dari:
 Galian tanah untuk pekerjaan substruktur (pondasi).
 Timbunan kembali galian tanah pondasi.
 Timbunan tanah dan pasir bawah lantai.
2. Persyaratan bahan
Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi. Untuk timbunan bawah lantai
digunakan tanah urug dan pasir urug kualitas baik. Tanah timbunan dan pasir urug harus bersih dari kotoran-kotoran
dan akar-akar kayu, serta sampah lainnya
3. Pelaksanaan Penggalian
3.1 Kontraktor dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi
Pekerjaan.
3.2 Sebelum penggalian dimulai, Kontraktor wajib mengajukan usulan penggalian yang akan ditempuh minimal
menyebutkan :
a.Urutan-urutan pekerjaan penggalian.
b.Metode atau schema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d.Jadwal waktu pelaksanaan.
e.Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.

4
15

3.2 Kontraktor harus membuat saluran penampung air, didasar galian yang meliputi areal galian. Air yang terkumpul
harus dapat dipompa keluar ke tempat yang aman agar galian tetap kering, oleh karenanya Kontraktor wajib
mempersiapkan pompa lengkap dengan perlengkapannya untuk keperluan penyedotan air tersebut.
Lapis pondasi Agregat Kelas B

5.2.1 UMUM

1) Uraian

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan untuk
pelaksanaan Lapis pondasi Agregat Kelas B dan suatu lapis permukaan sementara pada permukaan
tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan. Pemasokan bahan akan mencakup, jika
perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi-operasi lainnya yang diperlukan, untuk
memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Pemeliharaan Lalu dan Pengaturan Lintas : Seksi 1.8


b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Penyiapan Badan Jalan : Seksi 3.3
e) Pelebaran Perkerasan : Seksi 5.1
f) Bahu Jalan : Seksi 8.1
g) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase, : Seksi 10.1
Perlengkapan Jalan dan Jembatan
h) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi

a) Tebal minimum tidak boleh kurang dari 1 cm terhadap tebal yang disyaratkan.

b) Bila semua agregat yang lepas dibuang, standar kerataan dari permukaan yang padat harus
sedemikian rupa sehingga tidak satu titikpun pada permukaan berbeda lebih dari 1 cm diukur
dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang dipasang sejajar atau tegak lurus pada sumbu jalan.

c) Ketidakrataan permukaan akhir tidak boleh menyebabkan terjadinya kantong air.

d) Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan atau diberikan secara detil dalam Gambar,
Lapis pondasi Agregat Kelas B harus dilaksanakan dengan lereng melintang atau punggung
jalan sebesar 5 % untuk daerah bukan superelevasi.

4) Standar Rujukan

British Standards :

British Standard BS 812 :


Method of Sampling and Testing of Mineral Aggregates,
Sands and Fillers.
Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Cassagrande.


(AASHTO T 89 - 90)
SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis.
(AASHTO T 90 - 87)
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
(AASHTO T 96 - 87) Angeles.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal yang disebutkan di bawah ini
sedikitnya 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunan setiap bahan untuk
pertama kalinya sebagai Lapis pondasi Agregat Kelas B :

i) Dua contoh masing-masing seberat 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi


Pekerjaan sebagai rujukan selama Periode Kontrak.

ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk Lapis
pondasi Agregat Kelas B, bersama dengan hasil pengujian laboratorium yang
membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Pasal 5.2.2.(3) terpenuhi.

iii) Pernyataan perihal metode dan lokasi produksi dan pencampuran bahan untuk Lapis
pondasi Agregat Kelas B memenuhi ketentuan dari Pasal 5.2.2.(3) dan 5.2.3. (3).

b) Segera setelah selesainya satu bagian pekerjaan, Kontraktor harus menye-rahkan dalam
bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan hasil pengukuran permukaan dan data survei yang
menyatakan bahwa toleransi permukaan dan tebal yang disyaratkan dalam Pasal 5.2.1.(3)
dipenuhi.

6) Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

5
15

Lapis Pondasi Agregat Jalan Tanpa Penutup Aspal tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan pada
waktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau juga bila kadar air bahan
tidak memenuhi Pasal 5.2.3.(4).

7) Perbaikan Atas Lapis pondasi Agregat Kelas B Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Lokasi dengan tebal dan kerataan permukaan yang tidak memenuhi toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal 5.2.1.(3), atau yang permukaannya bergelom-bang selama atau
sesudah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan menggem-burkan permukaannya dan
membuang atau menambah bahan yang diperlukan, dilanjutkan dengan pembentukan dan
pemadatan kembali.

b) Perbaikan Lapis pondasi Agregat Kelas B yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat-sifat
bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan dilanjutkan
dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, pembuangan dan penggantian bahan,
atau menambah tebal bahan.

8) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima

Tanpa mengurangi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakan perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 5.2.1.(7) di atas, Kontraktor
juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua Lapis pondasi Agregat Kelas B yang
sudah selesai dikerjakan dan diterima selama Periode Kontrak termasuk Periode Pemeliharaan.
Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini
dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.7.

9) Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8. Pemeliharaan da Pengaturan Lalu
Lintas.

5.2.2 BAHAN

1) Sumber Material

Material lapis pondasi Agregat Kelas B harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai dengan Seksi 1.11
"Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Pemilihan Lapis pondasi Agregat Kelas B

Spesifikasi ini mencakup ketentuan sifat-sifat bahan untuk 2 kategori Lapis Lapis pondasi Agregat
Kelas B Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal yaitu apis pondasi Agregat Kelas B dan Waterbound
Macadam. Direksi Pekerjaan akan menentukan pilihan jenis Lapis pondasi Agregat Kelas B pada
berbagai lokasi di sepanjang Kontrak berdasarkan hasil pengujian bahan setempat yang tersedia, yang
dilaksanakan Kontraktor sebagai bagian dari pekerjaan survei lapangan.

Tetapi penggunaan Waterbound Macadam akan dibatasi hanya untuk pengembalian kondisi dan
perbaikan jalan dengan waterbound macadam.

3) Ketentuan Sifat-sifat Bahan

Bahan yang dipilih sebagai Lapis pondasi Agregat Kelas B harus memenuhi ketentuan di bawah ini dan
harus bebas dari gumpalan lempung, bahan organik, atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki
dan harus mempunyai mutu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lapis permukaan yang
keras dan stabil.

a) Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Agregat untuk Lapis pondasi Agregat Kelas B dapat terdiri atas kerikil pecah, batu pecah atau
kerikil alam bulat yang memenuhi Spesifikasi Gradasi dalam Tabel 5.2.2.(1) di bawah ini.

Tabel 5.2.2.(1) Ketentuan Gradasi untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B.

Ukuran Ayakan
Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
¾” 19 100
No.4 4,75 51 - 74
No.40 0,425 18 - 36
No.200 0,075 10 - 22

Kecuali ditentukan lain, berbagai komponen bahan untuk Lapis pondasi Agregat Kelas B dapat
dicampur di tempat di atas tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang sudah disiapkan sesuai
dengan ketentuan Pasal 5.2.2.(4) dan 5.2.3 dari Spesifikasi ini.

Bahan juga harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Tabel 5.2.2.(2) di bawah ini :

6
15

Tabel 5.2.2.(2) Sifat-sifat Bahan untuk Lapis pondasi Agregat Kelas B

Sifat-sifat Nilai
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) Maks.40
Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990) Min.6
Maks.20
Abrasi Agregat Kasar (SNI 03-2417-1991) Maks.50

a) Lapis pondasi Agregat Kelas B


b) Agregat kasar dan halus untuk Lapis pondasi Agregat Kelas B
harus memenuhi ketentuan gradasi dari Tabel 5.2.2.(3) di bawah ini. Ukuran agregat kasar
harus sesuai dengan tebal rancangan yang tercantum dalam Gambar dan batas kedalaman
lapisan yang tercantum dalam Tabel 5.2.2.(3).

Tabel 5.2.2.(3) Ketentuan Gradasi untuk Waterbound Macadam

Ukuran Ayakan Tebal Lapisan Padat


Jenis Agregat
ASTM (mm) (7-10 cm) (5-8 cm)
Persen Berat Yang Lolos
Agregat Pokok 3” 75 100 -
2 ½” 63 95 - 100 100
2” 50 35 - 70 100
1 ½” 37,5 0 - 15 95 - 100
1” 25 0-5 35 - 70
¾” 19 - 0-5

Agregat Halus 3/8” 9,5 100


No.4 4,75 70 – 95
No.8 2,0 45 – 65
No.20 1,0 33 – 60
No.40 0,425 22 – 45
N0.200 0,075 10 – 28

Agregat kasar juga harus memenuhi ketentuan berikut :


 Keausan Agregat dengan Mesin Los : Maks. 40
Angeles (SNI 03-2417-1991)

Agregat halus juga harus memenuhi ketentuan berikut :


 Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990) : Min.4 dan Maks.12
 Batas Cair (SNI 03-1967-1990) : Maks.35

2) Pencampuran Bahan Plastis

a) Pencampuran bahan plastis tidak boleh dilaksanakan bila bahan aslinya telah memenuhi
ketentuan plastisitas minimum, kecuali jika ditentukan lain atau disetujui Direksi Pekerjaan .

b) Bahan plastis tidak boleh mengandung bahan organik.

c) Bahan plastis tidak boleh mengandung butiran atau gumpalan lempung yang berukuran lebih
dari 4,75 mm.

d) Kadar air bahan plastis dan semua fraksi lainnya harus sedemikian rupa sehingga bahan
plastis itu tetap lepas sebelum dan selama proses pencampuran.

e) Bahan ini harus dicampur seluruhnya sampai merata. Cara pencampuran harus sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan.

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B


5.2.2

1) Penyiapan Formasi

Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaaan, penyiapan drainase, tanah dasar dan lapis pondasi
bawah harus selesai dan diterima paling sedikit 100 m ke depan dari rencana lokasi akhir
penghamparan Lapis Pondasi Agregat Kelas B pada setiap saat.

2) Pengiriman Bahan

a) Agregat kasar dan halus untuk Waterbfond Macadam harus dikirim ke badan jalan sebagai
campuran yang merata. Kadar air harus sedemikian hingga hanya cukup untuk mengikat
bahan halus, air bebas tidak diperbolehkan. Kadar air dalam bahan harus benar-benar
terdistribusi secara merata.

b) Jika Lapis pondasi Agregat Kelas B dipasok sebagai bahan yang dicampur lebih dahulu, bahan
itu harus dikirim ke badan jalan sesuai dengan ketentuan Pasal 5.2.3.(2). (a). Bilamana agragat
dikirim dalam bentuk dua atau tiga komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai dengan
ketentuan dari Pasal 5.2.3.(2).(a), kecuali jika komponen itu harus dikirim dalam keadaan kering.

7
15

c) Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari dua kali ukuran agregat maksimum. Tebal padat
maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan lain atau disetujui Direksi
Pekerjaan .

3) Agregat Lapis pondasi Agregat Kelas B Yang Dicampur Di Tempat

a) Bila bahan badan jalan yang ada harus harus dicampur untuk digunakan sebagai salah satu
komponen Lapis pondasi Agregat Kelas B, lokasi-lokasi tertentu yang bahannya agak basah
atau mutunya kurang baik harus digali dan dibuang terlebih dahulu, diganti dengan bahan
badan jalan dari lokasi lain yang bermutu sama atau lebih baik. Seluruh badan jalan yang
padat harus digaru sampai mencapai kedalaman yang seragam. Bilamana tidak disebutkan
lain maka penggaruan yang harus dihitung sedemikian hingga menghasilkan proporsi bahan
badan jalan yang tepat untuk campuran Lapis pondasi Agregat Kelas B. Bahan badan jalan
harus dikeringkan seluruhnya dan kemudian dicampur sampai seluruh lokasi itu merata secara
memanjang dan melintang.

b) Komponen bahan untuk setiap lapis harus dihampar dengan ketebalan yang sama di seluruh
lokasi. Mesin pencampur stabilisasi tanah, mesin penggaru pertanian, cakram bajak atau alat
lain yang sesuai harus digunakan untuk mencampur seluruh tebal bahan gembur tersebut.
Sebagai alternatif, setumpukan kecil bahan yang menerus pada panampang melintang yang
seragam dapat dihampar sepanjang jalan bilamana lebar jalan tetap. Seluruh kedalaman
bahan yang gembur itu dibolak-balik dari sisi jalan yang satu ke yang lainnya sampai seluruh
bahan itu tercampur merata, kemudian dihampar dengan ketebalan yang sama.

c) Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca panas diharapkan
berlangsung sampai pekerjaan selesai.

d) Pelaksanaan Waterbound Macadam disyaratkan dalam Pasal 5.2.3.(5).

4) Pemadatan Lapis Pondasi Kelas B

a) Segera setelah pembentukan awal selesai, setiap lapis bahan harus dipadatkan seluruhnya
dengan alat pemadat yang cocok dan memadai, yang telah disetujui Direksi Pekerjaan .

b) Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan paling sedikit setelah
dua lintasan pemadatan melintasi seluruh lokasi tersebut.

c) Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan Lapis pondasi Agregat Kelas B, agregat
harus dipertahankan dalam keadaan lembab dengan penyemprotan air yang diatur dengan
ketat sehingga bahan halus yang berada di permukaan tidak terganggu. Sebelum pemadatan
selesai, kontraktor harus membuang setiap agregat yang terlalu basah sehingga tidak
merusak tanah dasar. Pemadatan tidak boleh dilanjutkan jika bahan menunjukkan tanda-tanda
agak bergelombang. Dalam keadaan demikian, bahan harus dibuang atau diperbaiki sesuai
dengan Pasal 5.2.1.(7).

d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan berangsur-angsur
menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada tempat ber”superelevasi”
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang tinggi.

e) Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau oleh mesin gilas
harus dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat mekanis.

f) Pemadatan harus berlanjut sampai seluruh lokasi yang telah dipadatkan menjadi suatu
permukaan yang keras dengan kepadatan yang merata serta semua bekas jejak roda mesin
gilas tidak tampak. Suatu lapisan yang keras dan stabil harus diperoleh dalam penggilasan
akibat saling mengunci antar agregat dengan rapat.

g) Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam jumlah kecil pada saat
pemadatan tahap akhir dapat diijinkan agar dapat meningkatkan pengikatan pada lapis
permukaan. Abu batu dan pasir tidak boleh dihampar terlalu tebal sedemikian hingga agregat
kasar menjadi tidak tampak.

5) Pelaksanaan Waterbound Macadam

a) Kedalaman Lapisan

Lapis pondasi Agregat Kelas B jenis Waterbound Macadam harus dilaksanakan lapis demi
lapis dan memenuhi ketentuan kedalaman lapisan seperti yang tercantum dalam Tabel
5.2.2.(c). Total kedalaman Lapis Pondasi yang telah selesai harus sesuai dengan Gambar
Pelaksanaan.

b) Penebaran Agregat Kasar

Penebaran dapat dilaksanakan dengan peralatan mekanis atau cara manual dengan
menggunakan keranjang untuk menebar agregat. Penebaran harus dilakukan dengan
ketebalan merata.

c) Pemadatan dan Pembentukan Agregat Kasar

Pemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat 6 - 8 ton. Pemadatan
harus dilanjutkan sampai diperoleh suatu lapis agregat yang stabil dan rata. Penggilasan
harus dilaksanakan minimum 6 lintasan di seluruh lokasi jalan tersebut.

8
15

Selama pelaksanaan pemadatan kerataan permukaan harus diperiksa dengan mistar lurus
sepanjang 3 m. Lokasi dimana permukaan agregat kasar menyim-pang dari garis mistar lurus
lebih dari 1 cm harus segera diperbaiki, dengan cara menggemburkannya dan kemudian
dilakukan penambahan atau pengu-rangan agregat kasar, sebelum dipadatkan sampai
standar yang disyaratkan.

d) Penebaran dan Pemadatan Agregat Halus

Agregat halus harus ditebar sedemikian hingga seluruh rongga permukaan agregat kasar
terisi. Agregat halus harus dibasahi dan digilas agar dapat masuk ke dalam rongga dalam lapis
pondasi.

Pembasahan dan penggilasan dengan penambahan agregat halus jika diperlukan, harus
berlanjut sedemikian hingga seluruh kedalaman lapis pondasi terisi dengan agregat halus
sampai padat dan permukaan yang halus dan rapat dapat diperoleh.

5.2.3 PENGUJIAN

a) Jumlah data pendukung pengujian yang dibutuhkan untuk persetujuan awal dari mutu bahan
akan ditentukan Direksi Pekerjaan namun harus mencakup semua pengujian yang disyaratkan
pada Pasal 5.2.2.(3), paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan,
yang dipilih untuk mewakili batas rentang mutu bahan yang mungkin terdapat dalam sumber
bahan tersebut.

b) Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk Lapis pondasi Agregat Kelas B yang diusulkan,
seluruh pengujian mutu bahan harus diulangi lagi bilamana menurut pendapat Direksi
Pekerjaan terdapat perubahan pada mutu bahan atau pada sumber bahan atau pada metode
produksinya.

c) Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus dilaksanakan untuk
memeriksa ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut
harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang
dihasilkan, pengujian harus meliputi paling sedikit lima (5) pengujian Indeks Plastisitas dan
lima (5) pengujian gradasi.

5.2.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Metode Pengukuran

a) Lapis pondasi Agregat Kelas B harus diukur menurut jumlah meter kubik bahan padat yang
diperlukan, selesai di tempat dan diterima Direksi Pekerjaan. Volume yang diukur harus
berdasarkan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar bilamana tebal yang
diperlukan seragam dan berdasarkan penampang melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan
bilamana tebal yang diperlukan tidak seragam, dan panjangnya diukur secara mendatar
sepanjang sumbu jalan.

b) Pada Lapis pondasi Agregat Kelas B dimana tebal lapis pondasi yang ditetapkan atau disetujui
tidak seluruhnya terdiri dari bahan baru, tetapi terdiri dari sebagian bahan pada jalan lama
yang dikerjakan kembali, volume untuk pembayaran haruslah berdasarkan volume padat dari
bahan baru yang dihampar, dihitung dari penampang melintang yang diambil oleh Kontraktor
dan disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

c) Pekerjaan menyiapkan dan memelihara lapis pondasi bawah, tanah dasar atau formasi yang
akan dihampar Lapis pondasi Agregat Kelas B tidak diukur atau dibayar dalam Seksi ini, tetapi
harus dibayar secara terpisah dengan harga penawaran untuk Penyiapan Badan Jalan dalam
Seksi 3.3 dari Spesifikasi ini.

d) Lapis pondasi Agregat Kelas B jenis Waterbound Macadam dan lapis dasar (cut-off layer)
yang terkait tidak akan diukur dan dibayar dalam Seksi ini, tetapi harus dibayar terpisah
menurut harga penawaran untuk Waterbound Macadam untuk Pekerjaan Minor menurut Seksi
8.1 dari Spesifikasi ini.

2) Pengukuran Pekerjaan Perbaikan

Bilamana perbaikan pada Lapis pondasi Agregat Kelas B yang tidak meme-nuhi ketentuan telah diperintahkan
Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 5.2.1.(7), kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah sama
dengan kuantitas yang dibayar jika pekerjaan semula dapat diterima. Pembayaran tambahan tidak akan
diberikan untuk pekerjaan tambahan tersebut atau kuantitas tambahan yang diperlukan oleh perbaikan
tersebut.

Bilamana penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebelum pemadatan,
pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk penambahan air atau pengeringan terhadap bahan
atau pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh kadar air yang memenuhi ketentuan.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, seperti yang diuraikan di atas, harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan

9
15

pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan terdapat dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, pemasokan, pengham-paran, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan,
penyiapan lapis dasar (cut-off layer), penggunaan lapis permukaan sementara pada permukaan yang
sudah selesai, dan semua biaya lain-lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

5.2.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter Kubik

PERKERASAN ASPAL

SEKSI 6.6

LAPIS PENETRASI MACADAM

6.6.1 UMUM

1) Uraian

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapisan perata terbuat dari agregat yang distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini
dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi dan oleh karena itu
hanya digunakan pada lokasi yang terbatas seperti pekerjaan pengembalian kondisi.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini

a) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8


b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1
e) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1

3) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los


(AASHTO T96 - 87) Angeles.
SNI 03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal.
(AASHTO T182 - 84)
Pd S-03-1995-03 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat.
(AASHTO M81 - 90)
Pd S-02-1995-03 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.
(AASHTO M82 - 75)
Pd S-01-1995-03 : Spesifikasi Aspal Emulasi Kationik.
(AASHTO M208 - 87)

AASHTO :

AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement.


AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt.

British Standards :

BS 812 Part I : 1975 : Flakiness Index.

4) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapis Perata Penetrasi Macadam harus dilaksanakan pada permukaan yang basah, selama hujan atau
hujan akan turun. Aspal emulsi tidak boleh disemprotkan setelah jam 15.00. Bilamana digunakan aspal
panas maka temperatur perkerasan saat aspal disemprotkan tidak boleh kurang dari 25 C.

5) Ketentuan Lalu Lintas

Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung dan selanjutnya
sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan menyetujui permukaan akhir dapat dibuka
untuk lalu lintas.

6.6.2 BAHAN

10
15

1) Umum

Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya digunakan untuk lapis permukaan) dan
aspal.

Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya antar fraksi agregat dan
harus dijaga agar bersih dari benda-benda asing lainnya.

2) Agregat Pokok dan Pengunci

a) Agregat pokok dan pengunci harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari
lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel 6.6.2.(1).

Tabel 6.6.2.(1) Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci

Pengujian Standar Nilai


Abrasi dengan mesin Los Angeles pada 500 SNI 03-2417-1991 Maks. 40 %
putaran
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Indeks Kepipihan BS 812 Part I 1975 Maks.25 %
Article 7.3

b) Agregat pokok dan pengunci harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1968-1990,
memenuhi gradasi yang diberikan Tabel 6.6.2.(2).

Tabel 6.6.2.(2) Gradasi Agregat Pokok dan Pengunci

Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos


Tebal Lapisan (cm)
ASTM (mm) 7 - 10 5-8 4-5
Agregat Pokok :
3” 75 100
2½” 63 90 - 100 100
2” 50 35 - 70 95 - 100 100
1½” 38 0 - 15 35 - 70 95 - 100
1” 25 0-5 0 - 15 -
¾” 19 - 0-5 0-5
Agregat Pengunci :
1” 25 100 100 100
¾” 19 95 - 100 95 - 100 95 - 100
3/8” 9,5 0-5 0-5 0-5

2) Aspal

Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini :

a) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.

b) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208)
atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140.

c) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang memenuhi
ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang (medium curing) jenis MC250
atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-02-1995-03.

Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

6.6.3 KUANTITAS AGREGAT DAN ASPAL

Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3 dan harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama
Kontrak jika dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang
disyaratkan.

11
15

Tabel 6.6.3 : Lapis Perata Penetrasi Macadam

Tebal Lapisan Agregat Pokok (kg/m2) Aspal Residu Agregat Pengunci


(cm) 7 - 10 5-8 4-5 (kg/m2) (kg/m2)
8,5 200 8,5 25
7,5 180 7,5 25
6,5 160 6,5 25
6,5 152 6,0 25
5,5 140 5,5 25
5,5 133 5,2 25
4,4 114 4,4 25
3,7 105 3,7 25
3,7 80 2,5 25
Catatan :
Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut atau pengemulsi telah menguap.

6.6.4 PERALATAN

Peralatan berikut ini harus disediakan untuk :

a) Penumpukan Bahan

 Dump Truck
 Loader

b) Di Lapangan

i) Mekanis.

 Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton.


 Penggilas beroda karet 10 - 12 ton (jika diperlukan).
 Distributor aspal atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan da-lam Pasal
6.1.3.
 Truk Penebar Agregat.

ii) Manual.

 Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong, dan
peralatan kecil lainnya.
 Ketel aspal.
 Penggilas seperti cara mekanis.

6.6.5 PELAKSANAAN

1) Persiapan Lapangan

Permukaan yang diperbaiki dengan Penetrasi Macadam harus disiapkan seperti di bawah ini :

a) Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan potong-an melintang.

b) Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu dan bahan
lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 8.1.3.(2) dan 8.1.3.(3) dari Spesifikasi ini

c) Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan ketentuan dalam Seksi
6.1 dari Spesifikasi ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Penghamparan dan Pemadatan

a) Umum

Agregat dan aspal harus tersedia di lapangan sebelum pekerjaan dimulai. Kedua bahan tersebut harus dijaga dengan hati-
hati untuk menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap digunakan.

Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan permu-kaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang
telah dipadatkan tidak rata, maka agregat harus digaru dan dibuang atau agregat ditambahkan
seperlunya sebelum dipadatkan kembali.

Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penyemprotan harus disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai.

b) Metode Mekanis

i) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok

Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan yang sedemikian hingga
kuantitas agregat adalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata.

12
15

Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton yang bergerak dengan
kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang,
dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke sumbu jalan. Lintasan
penggilasan harus tumpang tindih (overlap) paling sedikit setengah lebar alat pemadat.
Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil
(minimum 6 lintasan).

ii) Penyemprotan Aspal

Temperatur aspal dalam distributor harus dijagapada temperatur yang disyaratkan


untuk jenis aspal yang digunakan. Temperatur penyem-protan dan takaran
penyemprotan harus disetujui oleh Direksi Peker-jaan sebelum pelaksanaan dimulai
dan harus memenuhi rentang yang disyaratkan masing-masing dalam Tabel 6.6.5.(1)
dan 6.6.3.(1). Cara penggunaan harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 6.1.4.(3).

(iii) Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci.

Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan pada takaran
yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang
melintasi lokasi yang belum tertutup bahan aspal. Takaran penebaran harus
sedemikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat
pokok terisi dan agregat pokok masih nampak.

Pemadatan agregat kunci harus dimulai segera setelah penebaran agre-gat pengunci
dan harus seperti yang diuraikan dalam Pasal 6.6.5.(b).(i) Bilamana diperlukan,
tambahan agregat pengunci harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu
perlahan-lahan di atas permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan
sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan di bawahnya.

c) Metode Manual

i) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok.

Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah disiapkan harus
sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan
keterampilan penebaran dan menggunakan perkakas tangan seperti penggaru.

Pemadatan harus dilaksanakan seperti yang disyaratakan untuk metode mekanis.

ii) Penyemprotan Aspal

Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyem-prot tangan


(hand sprayer) dengan temperatur aspal yang disyaratkan. Takaran penggunaan aspal
harus serata mungkin dan pada takaran penyemprotan yang disetujui.

iii) Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci

Penebaran dan pemadatan agregat pengunci harus dilaksanakan dengan cara yang
sama untuk agregat pokok. Takaran penebaran harus sede-mikian hingga, setelah
pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok
masih nampak. Pemadatan harus sebagaimana yang disyaratkan untuk metode
mekanis.

3) Pemeliharaan Agregat Pengunci

Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci dan lapis berikutnya, Kontraktor harus
memelihara permukaan agregat pengunci dalam kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar.

6.6.6 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN

1) Bahan dan Kecakapan Pekerja

Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan di bawah ini :

a) Penyimpanan untuk setiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindarkan tercampurnya
agregat, dan harus dijaga kebersihannya dari benda asing.

b) Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar supaya tidak terjadi
kebocoran atau kemasukan air.

c) Suhu pemanasan aspal harus seperti yang disyaratkan dalam Tabel 6.6.5.(1).

d) Tebal Lapisan.

Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di dalam toleransi 1 cm. Pemeriksaan untuk ketebalan
lapis penetrasi macadam harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

e) Kerataan Permukaan Sewaktu Pemadatan.

13
15

Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus dijaga. Bahan harus ditambah pada
tiap tempat di mana terdapat penurunan.

f) Kerataan Pemadatan Agregat Pokok.

Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3 meter.
Punggung jalan yang ambles tidak melebihi dari 8 mm.

g) Sambungan memanjang dan melintang harus diperiksa dengan cermat.

2) Lalu Lintas

Lalu lintas dapat diijinkan melintasi permukaan yang telah selesai beberapa jam setelah pekerjaan
selesai, sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Periode tipikal ini antara 2 sampai 4 jam.
Bilamana lalu lintas diijinkan melintasi lapisan agregat pengunci ini, perhatian khusus harus diberikan
untuk memelihara kebersihan lapisan ini sebelum lapis berikutnya dihampar. Pengendalian lalu lintas
harus meme-nuhi ketentuan dalam Seksi 1.8 dari Spesifikasi ini.

6.6.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran

a) Pekerjaan Minor

Kuantitas Lapis Penetrasi Macadam untuk pekerjaan minor yang diukur untuk pembayaran harus merupakan volume padat
yang dihampar, yang ditentukan atas dasar luas permukaan yang diukur dan tebal Penetrasi Macadam
yang disetujui untuk setiap jenis perbaikan sebagaimana didefinisikan dalam Seksi 8.1 dari Spesifikasi ini.
Kontraktor harus menyimpan catatan dari luas dan tebal bahan Penetrasi Macadam dan kuantitas Lapis
Perekat yang disemprot pada pekerjaan minor pada setiap kilometer proyek. Arsip itu harus diserah-kan
kepada Direksi Pekerjaan secara mingguan.

b) Pelapisan Ulang

i) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran dari Lapis Perata Penetrasi Macadam yang
digunakan untuk pelapisan ulang harus merupakan jumlah meter kubik bahan yang
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil kali luas yang diukur dan diterima
dan tebal nominal rancangan.

ii) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak termasuk Lapis Perata Penetrasi
Macadam pada lokasi-lokasi tertentu yang lebih tipis dari tebal minimum yang diterima
atau bagian-bagian yang lepas, terbelah, retak atau menipis sepanjang tepi perkerasan
atau di tempat lain.

iii) Lebar lokasi Penetrasi Macadam yang akan dibayar harus seperti yang tercantum
dalam Gambar atau yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan harus ditentukan
dengan survei pengukuran yang dilakukan Kontraktor di bawah pengawasan Direksi
Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan tidak boleh
meliputi lapisan yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi Lapis Pene-
trasi Macadam yang dihampar. Jarak antara pengukuran memanjang harus seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan tetapi harus sama dan tidak boleh kurang dari
satu untuk setiap 25 meter. Lebar yang digunakan untuk menghitung luas pada setiap
ruas perkerasan yang diukur harus merupakan harga rata-rata dari pengukuran lebar
yang diambil dan disetujui.

iv) Panjang Lapis Penetrasi Macadam sepanjang jalan harus diukur sepan-jang sumbu
jalan, dengan menggunakan prosedur survei menurut ilmu ukur tanah.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per satuan
pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, produksi, pencampuran dan penghamparan seluruh bahan, termasuk semua pekerja, alat,
pengujian, alat-alat kecil dan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti yang
diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

6.6 Lapis Perata Penetrasi Macadam Meter Kubik

14
15

PASAL 21
PENUTUP

PEMBERSIHAN SELAMA PELAKSANAAN

Kontraktor melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor
sementara, tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya
yang diakibatkan oleh operasi-operasi di tempat kerja dan memelihara tempat kerja dalam kondisi rapi dan
bersih setiap saat.

- Kontraktor menjamin bahwa sistem drainase terpelihara dan bebas dari kotoran dan bahan yang lepas dan
berada dalam kondisi operasional pada setiap saat

- Kontraktor menjamin bahwa rumput yang tumbuh pada berm lama atau yang baru dikerjakan dan pada talud
samping dipangkas dan dipelihara sedemikian rupa sehingga ketinggiannya maksimum 3 cm.

- Bilamana dianggap perlu, Kontraktor harus menyemprot bahan dan sampah yang kering dengan air untuk
mencegah debu atau pasir yang beterbangan.

- menjamin bahwa rambu jalan dan sejenisnya dibersihkan secara teratur agar bebas dari kotoran dan bahan
lainnya.

- Kontraktor tidak diperkenankan membuang limbah berbahaya, seperti cairan kimia, minyak atau thinner cat ke
dalam saluran atau sanitasi yang ada.

PEMBERSIHAN AKHIR

- Pada saat penyelesaian Pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan bersih dan siap untuk dipakai
Pemilik. Kontraktor juga harus mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam
Dokumen Kontrak ke kondisi semula.

- Pada saat pembersihan akhir, semua perkerasan, kerb, dan struktur diperiksa ulang untuk mengetahui
kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir. Lokasi yang diperkeras di tempat kerja
dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang bersebelahan langsung dengan tempat kerja harus disikat
sampai bersih. Permukaan lainnya harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul harus
dibuang.

15

Anda mungkin juga menyukai