PENDAHULUAN
1
bergelombang sehingga tidak mencukupi standar kenyamanan dalam berlalu
lintas.
Pada umumnya perkerasan jalan di Indonesia masih menggunakan aspal
sebagai lapisan permukaannya, namun kini beton dan paving block dapat
digunakan sebagai alternatif perkerasan lainnya. Menurut SNI 03-0691-1996 bata
beton atau yang sering disebut paving block merupakan salah satu jenis beton
non-struktural yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat
sejenis air dan agregat halus dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang
tidak mengurangi mutu daripada beton tersebut.
Bentuk dan mutu paving block yang kian beragam menjadikan paving block
semakin gencar digunakan pada berbagai pekerjaan konstruksi jalan dan
memenuhi persyaratan bata beton mutu A sesuai SNI 03-0691-1996. Karakteristik
paving block yang lebih ramah lingkungan dalam konservasi penyaluran air hujan
ke air tanah, pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan yang lebih mudah serta
harganya yang terjangkau menjadikan paving block kian diminati sebagai lapisan
perkerasan. Penggunaan paving block sebagai perkerasan jalan telah dilakukan
penelitiannya oleh Stella Tania Daksa dan Catur Arif Prastyanto (2019), Rachmat
Mudiyono, dan Nadia Salsabilla Tsani (2019).
Adapun jenis perkerasan kaku telah marak dilakukan sebagai lapis
permukaan jalan raya baik dalam lalu lintas berat ataupun sedang, maupun
menggunakan tulangan atau tidak. Menurut Pd-T-14-2003 perkerasan kaku adalah
suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri atas tanah dasar, lapis pondasi
bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan. Karakteristik
perkerasan kaku yang dinilai lebih kuat dalam menahan beban lalu lintas
tergantung pada tingginya tingkat kekakuan betonnya, sehingga nantinya
penyebaran beban oleh tanah dasar dapat lebih merata dan relatif lebih luas
(Almufid, dkk, 2020). Penggunaan perkerasan kaku sebagai perencanaan
perkerasan telah dilakukan beberapa penelitian oleh Ida Hadijah dan Mohamad
Harizalsyah (2017), Rindu Twidi Bethary dkk (2015), Stella Tannia Daksa dan
Catur Arif Prastyanto (2019), dan Yonandika Pandu Putranto dkk (2016).
Mengingat perencanaan perkerasan paving block yang lebih ramah
lingkungan dan lebih terjangkau serta perkerasan kaku yang didesain dapat
2
menahan beban muatan lebih besar serta tahan terhadap genangan air, sehingga
keduanya dianggap mampu untuk meningkatkan kenyamanan bagi pengguna
jalan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
perencanaan perkerasan yang tepat, efisien serta optimal agar dapat
mengakomodasi beban yang melintas di atasnya sesuai dengan umur rencana pada
ruas Jalan Desa Selorejo.
Adapun jenis perkerasan yang digunakan ialah perkerasan kaku dengan
metode Bina Marga 2017 dan perkerasan paving block. Metode Bina Marga 2017
merupakan metode yang lazim digunakan serta disesuaikan dengan kondisi yang
ada di Indonesia dan menekankan kepada prosedur klasifikasi desain sehingga
akan didapatkan ketebalan struktur rencana perkerasan. Adapun untuk perkerasan
paving block maka akan digunakan metode analisa komponen pada pedoman
Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI) 1987, dikarenakan menurut
Interlocking Concrete Pavement Institute (ICPI, 2003) menyatakan bahwa dalam
merencanakan perkerasan paving block digunakan pendekatan seperti
perencanaan perkerasan lentur.
Dalam perencanaan kedua perkerasan ini terdapat 2 variabel yang
digunakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Pada variabel bebas untuk
kedua jenis perencanaan perkerasan ialah berupa tebal permukaan perkerasan
jalan yang bervariasi dan umur rencana, adapun untuk variabel terikat ialah
berupa data perencanaan perkerasan yang memiliki kesamaan. Dalam hal ini data
yang memiliki kesamaan yaitu nilai California Bearing Ratio (CBR), nilai Lalu
Lintas Harian (LHR) meliputi tonase kendaraan yang melintas, geometrik jalan,
dan mutu beton untuk kedua jenis perkerasan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukanlah perbandingan antara
perencanaan perkerasan kaku dan paving block untuk mengetahui jenis perkerasan
manakah yang lebih cocok diterapkan pada Jalan Desa Selorejo di Malang.
Adanya perbedaan pada masing-masing penyusun lapisan perkerasan, tahapan
perencanaan serta hasil akhir perencanaan diharapkan dapat dijadikan acuan untuk
memperoleh hasil akhir dari perbandingan yaitu tebal perkerasan berdasarkan
umur rencana yang bervariasi untuk kedua jenis perkerasan. Poin-poin utama
itulah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan judul
3
“Perbandingan Perencanaan Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2017
dan Paving Block (Studi Kasus Jalan Desa Selorejo, Kec. DAU, Malang)”.
4
1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis membatasi penelitian hanya berfokus pada:
1) Penelitian berfokus pada ruas Jalan Desa Selorejo, Kec. DAU, Malang.
2) Penelitian ini berfokus pada perencanaan perkerasan kaku dan perkerasan
paving block.
3) Dalam perencanaan perkerasan kaku digunakan metode Bina Marga 2017.
4) Dalam perencanaan perkerasan paving block digunakan metode analisa
komponen pada pedoman SKBI 1987.
5) Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah berupa studi pustaka dan
lapangan di ruas Jalan Desa Selorejo, Kec. DAU, Malang.
6) Variabel terikat pada perencanaan perkerasan ini ialah berupa data DCPT,
CBR, LHR sebagai data primer dan data geometrik serta trase jalan sebagai
data sekunder untuk kedua perencanaan perkerasan.
7) Variabel bebas pada perencanaan perkerasan ini ialah tebal perkerasan dan
umur rencana.
8) Perbedaan data sekunder untuk perencanaan antar perencanaan perkerasan
ialah adanya data curah hujan yang didapat dari website Badan Klimatologi
Meteorologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Klimatologi Malang serta
kelandaian jalan yang didapat selama survei lokasi berlangsung.
9) Perbedaan aspek dalam kedua jenis perencanaan perkerasan ialah adanya nilai
presentase pertumbuhan lalu lintas yang didapat dari website Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang, nilai laju pertumbuhan lalu lintas (i) yang
didapat ketentuan dalam pedoman Bina Marga 2017, nilai faktor
pertumbuhan lalu lintas kumulatif (R), nilai Faktor Regional (FR), nilai
koefisien distribusi kendaraan (C), nilai angka ekivalen beban sumbu
kendaraan (E), nilai Indeks Permukaan (IP) awal dan akhir, dan nilai Indeks
Tebal Perkerasan (ITP).
10) Penelitian ini tidak melakukan perhitungan Rancangan Anggaran Biaya
(RAB) untuk perencanaan kedua jenis perkerasan.