Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Materi Ke Tiga
Pokok Bahasan :
Bahan Alam

Arya Dirgantara, ST., M.


Umum
Bahan alam ialah bahan bangunan yang dihasilkan dari alam, antara lain tanah dan
batuan, yang dalam penggunaannya tidak melalui proses lain, hingga menjadi suatu
yang berbeda dari bentuk asalnya.

3. Tanah
3.1. Definisi dan Sifat Umum Tanah

Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam, yang terdiri dari air,
udara, dan butir-butir tanah yang padat, yang mana bagian yang berisi dengan air dan
udara disebut dengan rongga atau pori. Perbandingan isi air dengan udara dalam pori
ini menentukan kondisi tanah tersebut, yaitu apabila tanah tersebut kering, maka
volume air dalam pori lebih sedikit dibanding volume udara. Apabila pori penuh diisi
air, sehingga tidak ada udara di dalamnya, maka tanah dikatakan sebagai tanah jenuh
air.
Sifat-sifat umum tanah dapat dilihat dari besarnya nilai-nilai parameter tanah yang
bersangkutan, misalnya :
a. Berat volume tanah, yaitu berat tanah per satuan volume.
b. Berat volume kering, yaitu berat tanah dalam keadaan kering per satuan volume.
c. Berat volume butir, yaitu berat tanah lepas per satuan volume.
d. Spesifik gravity, yaitu berat spesifik setiap butiran tanah, atau biasa disebut berat
jenis.
e. Angka rongga, yaitu perbandingan volume rongga dengan volume total tanah.
f. Porositas merupakan perbandingan volume air dengan volume pori.
g. Kadar air merupakan jumlah air dalam tanah atau volume air dibanding dengan
volume tanah.
h. Derajat kejenuhan dan lain-lain.
3.2. Macam-macam tanah
Dalam membahas masalah macam-macam tanah, maka perlu diketahui bahwa yang
digunakan untuk membedakannya adalah dari besar butiran, berdasarkan pada
analisa ayakan yaitu :
a. Pasir
b. Lanau
c. Lempung

a. Pasir

Pasir merupakan tanah dengan butiran yang keras dan tajam, yang lolos pada ukuran
saringan 0,07 mm sampai dengan 4,76 mm. Dalam penggunaannya sebagai agregat
halus pada beton tidak diijinkan mengandung lumpur lebih besar dari 5% dari berat
kering pasir.
Pasir terbentuk dari pecahan batu karena beberapa sebab. Pasir dapat diperoleh dari
dalam tanah, pada dasar sungai atau tepi laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Pasir galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, berpori, dan bebas dari
kandungan garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran dengan jalan
dicuci.

2. Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir halus,
bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antara butir-butirnya agak kurang
karena butir yang bulat. Karena besar butir-butirnya kecil, maka baik dipakai untuk
plesteran tembok dan juga dapat dipakai untuk keperluan yang lain.

3. Pasir laut
Pasir laut ialah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan bulat karena
gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek karena banyak mengandung
garam-garaman. Garam ini menyerap kandungan air dari udara dan ini
mengakibatkan pasir selalu agak basah dan juga menyebabkan pengembangan
bila sudah menjadi bangunan. Oleh karena itu maka sebaiknya pasir laut jangan
dipakai.
Pasir Sungai Pasir Galian

Pasir Laut
b. Lanau

Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus.
Kurang plastis dan lebih mudah menyerap air sehingga menjadi lumpur. Lanau adalah
material yang butiran-butirannya lolos saringan no.200. Tanah jenis lanau ini menjadi 2
kategori, yaitu lanau yang dikarakteristikan sebagai tepung batu yang tidak berkohesi
dan tidak plastis, dan lanau yang bersifat plastis. Sifat-sifat teknis lanau tepung batu
lebih mendekati sifat pasir halus. Lanau yang merupakan butiran halus mempunyai
sifat-sifat yang tidak menguntungkan, seperti :

a. Kuat geser rendah, segera sesudah penerapan beban.


b. Kapilaritas tinggi.
c. Permeabilitas rendah.
d. Kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.

Lanau umumnya banyak mengandung air dan berkonsistensi lunak. Tanah ini
merepotkan bila digali, karena akan selalu longsor. Pondasi yang terletak pada tanah
lanau harus dirancang dengan sangat hati-hati.
c. Lempung

Lempung atau tanah liat merupakan tanah dengan butiran yang sangat halus, bersifat
plastis, yaitu mudah dibentuk, dan mempunyai daya lekat (cohesive).

Plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu berubah-ubah tanpa
perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya, dan tanpa terjadi retak-retak atau
pecah-pecah, sedangkan cohesive menunjukkan bahwa bagian-bagian itu melekat
satu sama lainnya.

Tanah lempung dalam mendukung beban pondasi sangat bergantung pada sejarah
geologi, kadar air, dan kandungan mineralnya. Tanah lempung dinyatakan sebagai
lunak, sedang, atau kaku, tergantung dari kadar air yang dikandungnya. Pada waktu
kering, tanah ini dapat sangat keras dan menyusut yang disertai retakan. Waktu basah,
kuat geser akan turun dan lempung menjadi mengembang.
Lanau Lempung

Pasir (2,00 – 0,05mm)


Lanau (0,05 – 0,002mm)
Lempung (< 0,002mm)
3. 3. Pemanfaatan Tanah Sebagai Bahan Bangunan
 
Tanah sebagai bahan bangunan dalam kondisi alami dan yang telah diproses banyak
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan, antara lain :

3. 3. 1. Bahan Tanah Tanpa Diolah


 
Yang dimaksud dengan bahan tanah tanpa diolah merupakan tanah dalam keadaan
asli, yang digunakan sebagai bahan urugan maupun campuran mortar, sebagai contoh
adalah pasir yang merupakan tanah dengan butiran yang kasar, pasir merupakan
bahan yang digunakan langsung menjadi bahan urugan. Sedangkan sebagai bahan
yang melalui proses dicampur dengan bahan lain, misalnya dicampur dengan PC,
semen merah atau kapur, campuran tersebut akan menjadi mortar atau bahan perekat.
3. 3. 2. Bahan Tanah Yang Diolah
 
Bahan yang diolah adalah bahan tanah yang digunakan sebagai bahan bangunan,
yang memerlukan proses lanjutan dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhannya. Tanah
jenis ini umumnya merupakan tanah lempung, dimana lempung dalam keadaan aslinya
dengan atau tanpa bahan tambahan perlu diproses. Karena sifat muai susutnya yang
besar, sehingga tidak dapat langsung digunakan dalam keadaan aslinya. Contoh dari
bahan ini merupakan :

1. Bata merah
2. Genteng
3. Keramik
4. Dll
Batu Bata Genteng

Lantai Keramik
4. Batuan
Struktur hablur ialah susunan ruang geometri atom
yang teratur di dalam struktur dalaman mineral

4.1. Latar belakang dan pembentukan batuan


Batuan merupakan suatu produk alam gabungan dari hablur mineral yang menyatu
dan memadat, hingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang terbentuk secara
alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan, pengendapan, dan perubahan alamiah
lainnya. Batuan alam berasal dari gunung sebagai akibat proses vulkanik. Batuan ini
disebut dengan batu gunung, dalam proses berikutnya, aliran air sungai yang
membawa batuan tersebut bergerak dan berpindah sejalan dengan kemampuan aliran
air yang ada. Karena benturan dengan batuan lain atau benda-benda keras lainnya,
batuan tersebut menjadi pecahan-pecahan dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi.
Ini yang disebut dengan batu sungai atau batu kali.
Batu Gunung

Batu Kali
Batuan-batuan akibat proses alamiah lainnya adalah batuan yang terbentuk dalam
waktu yang lama dan menerima beban akibat tumpukan tanah, batuan ini disebut
batuan metamorfose, yang termasuk dalam batuan ini yaitu marmer, granit, dan lain-
lain, tergantung bahan dasar mineral pembentuknya.

Batu Marmer
Batu Granit
4. 2. Komposisi dan Jenis Batuan
Batuan dapat diklasifikasikan menurut komposisi kandungan mineral dari batuan
tersebut, dimana penggunaan batu pada konstruksi bangunan dibedakan menjadi :

a. Batuan kapur
b. Batuan yang mengandung bahan utama silikat

Dengan komposisi kandungan bahan pembentuk tersebut diatas, maka jenis batuan-
batuan ini dijelaskan sebagai berikut :

NEXT
a. Batuan kapur
Batuan kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak zaman Mesir
Kuno. Batuan kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat apabila dicampur dengan bahan
yang lain dengan perbandingan tertentu, sebagai contoh kapur dicampur dengan pasir
dan Portland Cement (PC), kapur dicampur dengan semen merah dan pasir. Kelebihan
kapur sebagai bahan pengikat ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kapur sebagai
berikut :

1. Kapur mempunyai sifat plastis yang baik.


2. Sebagai bahan pengikat, kapur dapat mengeras dengan mudah dan cepat,
sehingga memberikan kekuatan pengikat kepada dinding.
3. Mudah dikerjakan, tanpa harus melalui proses pabrik.
b. Batuan yang mengandung silikat

Batuan ini lebih bersifat batuan keras, mempunyai warna yang menarik dengan
permukaan licin. Warna dari batuan ini banyak dipengaruhi oleh komposisi mineral
pembentukan batuan tersebut yaitu :

1. Felspar yaitu kombinasi silikat, aluminium dengan kapur, dan potasium, berwarna
merah, merah jambu, bahkan bening.

2. Bornblende merupakan silikat aluminium yang dengan campuran kapur dan bijih
besi, sebagai bahan mineral yang keras dan kuat, sebagai kristal berwarna hijau,
coklat, dan hitam.

3. Mica merupakan mempunyai bahan dasar utama silikat aluminium, tetapi


mempunyai kombinasi dari beberapa bahan mineral besi atau potasium, biasanya
merupakan butiran kristal, yang mudah lepas sebagai lempengan-lempengan
kecil.

4. Sepentine merupakan silikat magnesium, yang penampilannya selalu menjadi


satu dengan kapur, berwarna hijau muda atau kuning, dan permukaannya berupa
lempengan rata dan halus, serta mudah dipisahkan.
Batuan berjenis silikat yang sering digunakan sebagai bahan bangunan, baik untuk
lantai maupun sebagai pelapis dinding adalah :
 
1. Granite
Menurut Smith & Andres dalam “Material of Construction” granit merupakan bahan
batuan murni, yang merupakan kombinasi dari bahan quartz, felspar, bonblende, dan
mika, umumnya sangat keras, kuat dan mampu dilakukan dengan pemolesan yang
tinggi, sehingga mengkilap. Kandungan kimia yang utama merupakan silicon dioksida
dan aluminium oksida, dengan variasi besi, potasium, dan kalsium oksida.

Warna granit umumnya merupakan merah, merah jambu, kuning, hijau, biru, putih,
hitam, dan coklat. Granit dapat digunakan sebagai pelapis lantai, pelapis dinding
bagian luar maupun dalam, anak tangga dengan lebar yang bervariasi.
2. Marmer
Marmer atau batu pualam menurut Smith & Andres, di dalam “Material of Construction”
merupakan batu kapur bercampur dengan mineral silika yang mengalami rekristalisasi
akibat pengaruh tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Marmer seperti pada granit
digunakan untuk pelapis lantai dan bahan finishing dinding, dengan warna putih salju,
merah jambu, kuning, kehijau-hijauan dengan tekstur tergantung mineral yang
dominan dalam kandungannya.

Lantai granit Lantai marmer


4.3. Pemanfaatan bantuan

Pemanfaatan bantuan dalam pekerjaan konstruksi bangunan, sebagai bahan


bangunan antara lain :
 
a. Pada butiran-butiran dengan ukuran besar, digunakan untuk struktur pondasi,
dinding penahan, dan lain-lainnya, dengan memakai perekat atau tanpa perekat.
b. Pada butiran-butiran sedang, baik yang berasal dari alam, atau karena proses
pemecahan, digunakan untuk bahan agrerat kasar beton maupun campuran aspal.
c. Pada butiran-butiran kecil seperti pasir dapat digunakan sebagai agregat halus
untuk campuran mortar, beton, urugan pasir, dll.
d. Sedang bantuan metamorfose, yaitu marmer, granit, dan lain-lain banyak
digunakan sebagai bahan lantai, dan pelapis dinding, atau ornamen lainnya.
e. Bantuan kapur, dengan proses pembakaran dengan suhu yang tinggi, menjadi batu
gamping, selanjutnya diproses untuk campuran spesi atau mortar, sebagai perekat
pasangan batu maupun dinding, atau untuk sebagai plesteran dinding.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai